1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Udang merupakan salah satu komoditi penting perikanan yang pada saat ini mengalami
peningkatan produksi terutama dari hasil budidaya. Udang sebagai komoditas andalan sektor perikanan umumnya diekspor dalam bentuk beku. Produksi udang ini setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Potensi udang di Indonesia rata-rata meningkat sebesar 7,4 per tahun dan sampai pada tahun 2001 produksi udang nasional mencapai 633.681 ton Prasetyo 2003.
Proses pembekuan udang untuk ekspor, 60-70 persen dari berat udang menjadi limbah dan jika diasumsikan laju peningkatan produksi udang Indonesia per tahun tetap, maka pada tahun
2005 potensi udang diperkirakan sebesar 821.250 ton dan dari produksi ini diperkirakan akan dihasilkan limbah udang sebesar 533.812 ton. Limbah tersebut berupa cangkang yang mudah
sekali busuk sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah udang ini juga bersifat bulky atau menyita ruangan, sehingga memerlukan tempat yang cukup luas dan tertutup
penampungannya. Permasalahan limbah cangkang udang ini perlu mendapat perhatian yang serius, sehingga diharapkan tidak sampai menimbulkan dampak yang negatif bagi lingkungan
Prasetyo 2003. Pemanfaatan limbah cangkang udang saat ini hanya terbatas untuk pakan ternak saja. Salah
satu cara pemanfaatan cangkang udang bernilai ekonomis adalah mengubah cangkang udang menjadi zat kitin-kitosan. Cangkang udang mengandung zat kitin sebesar 40-60 Angka,
Suhartono 2000. Kitin dan kitosan ini mempunyai struktur kimia yang unik sehingga telah banyak diaplikasikan pada berbagai bidang. Kitin dan kitosan telah diaplikasikan pada berbagai
bidang industri seperti industri farmasi, industri pangan, pertanian, tekstil, membran, bioteknologi, kosmetik dan industri kertas.
Kitosan merupakan polimer polikationik turunan dari kitin yang diperoleh melalui proses deasetilasi dengan menggunakan alkali kuat. Knorr 1982 menyatakan bahwa kitosan adalah
polimer dari 2-deoksi 2-amino glukosa yaitu kitin yang terdeasetilasi. Kitosan memiliki gugus asetil yang sangat rendah bila dibandingkan dengan kitin. Gugus asetil yang rendah ini akan
semakin meningkatkan interaksi antar ion dan ikatan hidrogen dari kitosan. Menurut Shahidi et al. 1999 kitosan juga memiliki 3 tiga tipe gugus fungsi yang reaktif, yaitu sebuah gugus amino,
gugus hidroksil primer dan gugus sekunder pada posisi C-2, C-3 dan C-6 secara berurutan. Salah satu bidang yang selalu menarik untuk diteliti adalah aplikasi kitosan pada bidang
bioteknologi. Anonim 2004 menyatakan bahwa kitosan telah digunakan dalam pemisahan protein, kromatografi, pelindung sel, imobilisasi enzim dan sel, serta elektroda glukosa.
Penggunaan kitin sebagai matriks penyangga pada imobilisasi enzim telah banyak dikaji oleh kalangan ilmuwan dibandingkan dengan kitosan.
Imobilisasi enzim dilakukan untuk mempermudah pemisahan antara enzim dan produk yang dihasilkan. Keuntungan penggunaan enzim terimobil adalah meningkatnya stabilitas enzim,
enzim dapat digunakan secara berkesinambungan, reaksi dapat dikendalikan serta nilai ekonomis yang dapat diperoleh Frense et al. 1996 diacu dalam Pereira 2003. Berbagai macam metode
imobilisasi enzim dapat digunakan, tergantung perbedaan sudut komplesitas dan efisiensi Malcata et al. 1990 diacu dalam Pereira 2003
Salah satu metode imobilisasi enzim adalah dengan pengikatan silang crosslinked menggunakan matriks penyangga. Matriks yang digunakan selama ini seperti silika dan polimer
sintetik mempunyai harga yang mahal, oleh karena itu banyak dicari alternatif pengganti matriks yang murah seperti CaCO
3
, kitin dan kitosan. Alternatif matriks pengganti yang banyak dipilih oleh para ilmuwan dan pengusaha adalah kitin dan kitosan, hal ini karena kitin jumlahnya lebih
melimpah dan keberadaannya terbesar kedua di alam setelah selulosa Krajewska 1991 diacu dalam Pereira 2003 . Kitin dan kitosan memiliki beberapa keunggulan
jika digunakan sebagai matriks imobil, antara lain: bentuk fisiknya dapat diubah serpihan, manik- manik berpori, gel, fiber, membran, biodegradasi, murah, mudah penanganannya, memiliki
afinitas yang tinggi pada protein dan non toksik Felse, Panda 1999 diacu dalam Pereira 2003. Stanley et al. 1975 menambahkan bahwa kitin dan kitosan mempunyai struktur yang keras, inert,
dan densitas kamba bulky yang rendah. Kelebihan kitosan inilah yang dapat digunakan sebagai matriks penyangga pada imobilisasi
enzim. Kitosan diharapkan dapat mengikat enzim bebas dan mampu menjaga stabilitas aktivitas katalitik enzim dengan lebih baik. Enzim protease merupakan salah satu enzim yang telah banyak
diaplikasikan dalam industri pangan sebagai katalisator. Proses imobilisasi enzim ini diharapkan memberikan beberapa keuntungan penggunaan enzim terimobil dibandingkan dengan enzim
bebasnya. Berdasarkan hal tersebut maka pemanfaatan kitosan dari cangkang udang sebagai matriks
penyangga pada imobilisasi enzim diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis limbah dan mampu menghasilkan enzim terimobilisasi dengan karakteristik yang lebih baik.
1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memanfaatkan dan mengetahui
kemampuan kitosan sebagai matriks penyangga pada imobilisasi enzim protease melalui metode pengikatan silang cross-linking.
1.3. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan September 2004 sampai bulan April 2005 bertempat di
laboratorium Mikrobiologi Hasil Perikanan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, serta laboratorium Pengembangbiakan Ikan dan Rekayasa Genetika, Departemen Teknologi Manajemen
Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2. TINJAUAN PUSTAKA