Hambatan Aktual Pengendalian Kebakaran yang Sering Dialami

16 Tekno Hutan Tanaman Pada bagian lain terdapat pendugaan kandungan karbon hutan tropis yaitu sebesar 220 ton karbonhektar dan saat terjadi kebakaran semuanya lepas ke atmosfer Waring Schlesinger, 1985 dalam Schroeder et al., 1993. Karbon CO2 yang teremisi merupakan hasil proses pembakaran dalam kebakaran hutan atau reaksi kimia dari bahan bakar alami seperti serasah, tumbuhan bawah, daun, ranting dan kayu dengan oksigen, sehingga memproduksi karbon dioksida, air dan panas. Reaksi kimia ini merupakan kebalikan dari proses fotosintesis yang digambarkan sebagai berikut Luke dan Mc. Arthur, 1978. C H O Selulosa + 6 O 6 CO + 5H O + Panas 6 10 5 2 2 2

C. Hambatan Aktual Pengendalian Kebakaran yang Sering Dialami

Pada umumnya kebakaran diketahui setelah api menyebar secara luas. Pada kondisi tersebut upaya pemadaman sulit dilakukan. Daya jangkau selang pada umumnya antara 100-200 meter saja. Untuk lokasi kebakaran yang jauh dari badan jalan, penggunaan alat pompa statis bertekanan tinggi tidak lagi efektif, demikian pula dengan kendaraan pemadam slip-on tank yang tidak bisa memasuki lokasi kebakaran. Akibatnya kebakaran tidak dapat dimatikan. Lokasi kebakaran tersebut sebagian besar terjadi di lahan-lahan tidur milik masyarakat baik di lahan gambut maupun lahan kering. Dengan demikian pada saat api kecil hanya masyarakat di tataran kampung dan desa yang mengetahui dari mana api berasal. Permasalahan lain yang sering timbul didalam pengendalian kebakaran lahan dan hutan adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pencegahan melalui Apel Siaga, kampanye kebakaran, penyuluhan, selebaran leaflet dan poster ternyata belum berhasil menimbulkan kesadaran masyarakat untuk tidak menggunakan api dalam pembukaan ladang untuk pertanian. Sebagai contoh bahwa pada tahun 2006, ketika Apel Siaga Nasional yang dilaksanakan di Sumatera Selatan ternyata malah terjadi peningkatan data hotspot hampir 1000. Demikian pula pembakaran peremajaan rumput dan pembersihan lahan-lahan tidur di rawa gambut masih terus berlangsung di musim kemarau. 2 Peristiwa kebakaran belakangan ini banyak terjadi di luar kawasan hutan yaitu pada areal budidaya pertanian milik masyarakat yang terdiri dari lahan tidur dan lahan garapan pertanian dengan penyebab api liar banyak berasal dari pembakaran pembukaan ladang itu sendiri, sehingga petugas merasa segan melarangnya. Cara pembukaan lahan pertanian dengan membakar telah membudaya bagi petani ladang di luar jawa. 3 Penerapan sangsi hukum belum diterapkan dengan tegas sehingga pelanggar pembakaran masih merasa aman untuk beraksi, 4 Belum terlaksananya koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dari seluruh stakeholder dalam melakukan kegiatan pencegahan secara intensif di musim kemarau. Mungkin ini akibat persepsi tentang kebakaran hutan dan lahan masih belum sama sehingga terkesan bahwa penanganan kebakaran adalah tugas institusi yang menangani kebakaran hutan saja. 5. Penyusunan rencana kerja tahunan dari institusi terkait dengan kebakaran hutan dan lahan, kurang matang baik mengenai jadwal waktu kegiatan dan dana maupun pengadaan sumber daya manusia untuk mengantisipasi bahaya kebakaran. 6 Pemerintah belum berhasil menanamkan kesadaran masyarakat bahwa pembukaan lahan dengan membakar bermasalah bagi kehidupan mereka sendiri dan orang lain. Maka dari itu sebenarnya penanganan kebakaran hutan belum melibatkan masyarakat sekitar perladangan atau hutan. 7. Tugas menangani kebakaran hutan dianggap hanya tugas tambahan atau sampingan dalam institusi, sehingga masih kurang mendapat perhatian baik dalam menyediakan fasilitas maupun pendanaan. Indikatornya nampak pada institusi pemerintah dan swasta. 8 Prosedur tetap atau Standar Operating Prosedure SOP belum dibuat secara definitif pada masing-masing institusi sehingga saat terjadi kebakaran sering terjadi ketidaktahuan petugas untuk bertindak baik pada tahap Siaga III, II maupun I. 9 Sistem informasi kebakaran belum berjalan baik sehingga sering terjadi keterlambatan dalam menangani suatu kejadian kebakaran di tingkat kecamatan dan desa. 10. Ketersediaan data baik mengenai kerawanan maupun aset yang harus diamankan belum tertangani dengan baik di setiap lokasi kebakaran. 11 Tanggung jawab para Investor dirasakan belum serius dalam menangani kebakaran terutama dalam mengamankan areal kerjanya dari kebakaran. 12 Peralatan pemadam sederhana di tataran desa masih belum ada kecuali desa-desa binaan. Vol. No. , 1 1 November 2008, 11 - 22 17 Acep Akbar Padahal masyarakat desa sekitar hutan dan lahan paling mengetahui lebih awal adanya kejadian kebakaran ketika intensitasnya masih kecil. 13 Sarana dan prasarana serta pendanaan masih sangat terbatas terutama tidak ada kebijakan Pemda setempat untuk membangun bak-bak penampungan air buatan pada areal-areal rawan kebakaran guna melakukan pemadaman api lahan dan hutan di saat musim keringkemarau.

D. Prospek Keberhasilan Pengendalian Kebakaran Berbasis Masyarakat 1.