244 Gambar 9. Kegiatan penyulingan
C. Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara
Prinsip kerja penyulingan sama yaitu dengan menggunakan metode uap dan air. Bahan ditempatkan di atas saringan dan tidak berhubungan langsung dengan air tetapi
berhubungan dengan uap. Bagian-bagian utama komponen penyulingan adalah sebagai berikut :
1. Ketel suling
Ketel suling dibuat dari besi dengan memanfaatkan drum. Satu set alat suling bisa memiliki ketel suling sampai 2 buah. Ketel suling berbentuk silinder dan
berdiameter 40 cm dan tinggi 1,5 m. Karena ketel suling terdiri dari 2 buah drum maka daya tampung ketel suling mencapai lebih dari 100 kg bahan nilam kering. Ketel suling
dilengkapi dengan tutup yang bisa ditutup dan dibuka. Saringan diletakkan diantara bahan suling dan air. Waktu yang diperlukan untuk melakukan 1 kali penyulingan rata-
rata adalah 3 jam. 2.
Pipa pendingin Pipa pendingin berfungsi untuk mengembunkan uap air dan minyak. Pipa
pendingin yang digunakan berbentuk pipa panjang berdiameter 15 cm. Pipa ini berada diantara ketel suling dan penampung hasil dan berbentuk seperti huruf ”L”. Pada
sebagian pipa dialirkan air yang cukup secara kontinyu selama proses penyulingan berlangsung, sebagian lagi dibenamkan ke dalam genangan air.
3. Penampung hasil
Alat penampung berfungsi untuk menampung hasil suling yang keluar dari pipa pendingin. Alat ini terbuat dari kaleng yang dilengkapi 2 buah keran yang terdapat
245 di bagian atas dan bawah. Minyak nilam memiliki berat jenis yang lebih kecil dibanding
dengan air dan oleh karenanya pada kaleng penampung, minyak akan berada di bagian atas. Minyak nilam dikeluarkan melalui keran yang terletak dibagian atas, sedangkan air
dibuang melalui keran yang berada di bagian bawah.
Gambar 10. Ketel penyulingan, penampung minyak dan botol kemasan
VI. NILAI EKONOMI TANAMAN NILAM
Sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi, nilam bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan ekspor nonmigas. Minyak nilam telah tercatat
sebagai penyumbang terbesar devisa negara ketimbang minyak atsiri lainnya. Volume ekspor minyak nilam periode 1995 - 1998 mencapai 800 - 1.500 ton, dengan nilai devisa
US. 18 - 53 juta. Sementara data terbaru menyebutkan nilai devisa dari ekspor minyak nilam sebesar US. 33 juta atau 50 dari total devisa ekspor minyak atsiri Indonesia.
Secara keseluruhan Indonesia memasok lebih dari 90 kebutuhan minyak nilam dunia. Berdasarkan laporan Market Study Essential Oils and Oleoresin, produksi nilam
dunia mencapai 500 - 550 ton per tahun. Produksi Indonesia sekitar 450 ton per tahun, kemudian disusul Cina 50 - 80 ton per tahun. Produk atsiri dunia yang didominasi
Indonesia antara lain nilam, serai wangi, minyak daun cengkih dan kenanga. Sebelum diekspor, minyak nilam biasanya ditampung oleh agen eksportir. Harga minyak nilam di
pasaran lokal di tingkat agen eksportir berkisar Rp 200.000,- sampai dengan Rp
246 250.000,- per kg di New York, US. 14 - 23,5. Negara tujuan ekspor meliputi
Singapura, India, Amerika Serikat , Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Swiss, dan Spanyol.
Minyak nilam Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan Eropa, terutama digunakan untuk bahan baku industri pembuatan minyak wangi sebagai pengikat bau
atau fixative parfum, kosmetik, dll. Komponen utama minyak nilam diperoleh dari penyulingan daun nilam berupa patchoully alcohol 45 - 50, sebagai penciri utama.
Bahan industri kimia penting lain meliputi patchoully camphor, cadinene, benzaldehyde, eugenol , dan cinnamic aldehyde. Sebuah referensi menyebutkan, minyak nilam bisa untuk bahan
antiseptik, antijamur, antijerawat, obat eksim, kulit pecah-pecah, ketombe, serta bisa mengurangi peradangan. Bahkan dapat juga membantu mengurangi kegelisahan dan
depresi atau membantu penderita insomnia gangguan susah tidur. Oleh sebab itu, minyak ini sering dipakai untuk bahan terapi aroma.
Tanaman Nilam selain minyak nilamnya yang bermanfaat, di India daun kering nilam juga digunakan sebagai pengharum pakaian dan permadani. Bahkan air rebusan
atau jus daun nilam kabarnya dapat diminum sebagai obat batuk dan asma. Remasan akar dapat digunakan untuk mengobati rematik, dengan cara dioleskan pada bagian yang
sakit, bahkan juga manjur untuk obat bisul dan pening kepala. Demikian pula remasan daun nilam dapat digunakan sebagai obat dengan jalan dioleskan pada bagian yang sakit.
VII. PROSPEK BUDIDAYA PENGEMBANGAN NILAM
Pada komunitas masyarakat sekitar hutan, menanam tanaman pertanian dilahan hutan merupakan hal yang umum. Jenis tanaman yang digarap biasanya hanya untuk
dikonsumsi dan umumnya merupakan tanaman palawija seperti padi, cabe, jagung dan lainnya. Untuk meningkatkan nilai lahan hutan dan juga perekonomian masyarakat
sekitar hutan maka pemilihan komoditas bernilai tinggi untuk ditanam di areal hutan dengan sistem tumpangsari atau agroforestry merupakan terobosan yang seyogyanya
mulai dipikirkan secara serius. Adapun beberapa komoditi bernilai tinggi yang dapat ditanam adalah lada, kapolaga, kumis kucing dan nilam.
Menurut Sumadiwangsa 2004, tanaman nilam sangat cocok bila digunakan sebagai jenis tumpangsari karena siklus produksi berumur 3-4 tahun, dan bernilai
ekonomis tinggi. Di beberapa tempat tanaman nilam telah digunakan sebagai jenis
247 tumpangsari seperti di Kuningan, Tasikmalaya dan Purbalingga tetapi masih dengan
teknologi lokal. Di Kuningan hasil nilam dari luasan satu hektar baru mencapai sekitar 40 juta rupiah, padahal bila dikelola dengan cara yang memadai satu siklus tanaman
nilam pada luasan satu hektar dapat menghasilkan sekitar 900 kg minyak nilam yang bernilai sekitar 225 juta rupiah. Nilai yang tinggi ini sudah tentu akan meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitar hutan. Pengelolaan yang memadai adalah penerapan teknologi tepatguna pada semua
tahap budidaya seperti persiapan lahan, pemilihan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen, pasca-panen dan penyulingan dengan peralatan serta cara yang
memadai. Hal yang sampai sekarang masih merupakan kendala untuk pelaksanaan pengelolaan yang memadai adalah biaya investasi yang cukup tinggi sehingga secara
perorangan, petani sulit untuk menjangkau atau merealisasikannya. Keberadaan demplot usaha nilam di lahan hutan dengan penerapan IPTEK
tepat guna untuk semua aspek tahap usaha dengan bimbingan instansi pemerintah yang kompeten baik pusat maupun daerah merupakan langkah yang sangat arif dalam
membina dan meningkatkan perekonomian masyarakat terutama masyarakat sekitar hutan yang selama ini memiliki kesan ’terpinggirkan’. Keterlibatan para pihak terkait
multistakeholder dalam melakukan penelitian, pembinaan, dan pengembangan akan mempertinggi tingkat keberhasilan kegiatan. Dalam hal ini, keterlibatan instansi
penelitian akan memberikan input teknologi baik dari segi aspek budidaya, pasca panen, maupun pengolahan dan dampak sosial ekonomi. Sedangkan bimbingan dan dukungan
dari pemerintah daerah dalam hal ini dinas-dinas terkait baik dinas kehutanan, pertanian, maupun industri dan perdagangan diharapkan dapat menjadi subjek pembina dan
pembimbing teknis di lapangan yang bersentuhan langsung dengan petani nilam. Dengan kerjasama yang solid maka demplot akan berguna sebagai percontohan
yang nyata dan juga dapat digunakan sebagai sarana penelitian, pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat peminat usaha nilam di kawasan hutan.
VIII. KESIMPULAN
Perbedaan karakteristik budidaya nilam pada 3 lokasi budidaya dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara umum ketiga lokasi budidaya memiliki karaketristik budidaya yang
relatif sama. Perbedaan hanya terdapat pada cara panenpasca panen dan desain alat suling yang digunakan.
248 Nilam sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang memberikan kontribusi
terbesar devisa Negara disbanding dengan minyak atsiri lainnya. Oleh karena itu pengembangan nilan dengan sistem tumpangsari atau agroforestry merupakan terobosan
baru untuk peningkatan nilai lahan hutan dan perekonomian masyarakat sekitar hutan.
DAFTAR PUSTAKA
Hendalastuti, H.R., A. Hidayat dan D. Frianto. ……. Pengaruh Naungan dan Pupuk Kandang terhadap pertumbuhan Tanaman serta Jumlah dan Mutu daun
Nilam. Draft tulisan ilimiah dikoreksi oleh dewan redaksi Jurnal Hutan dan Konservasi Alam. Puslit Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Belum terbit
Imran. 1994. Pengaruh peubah lingkungan fisik terhadap pertumbuhan, Hasil, dan kandungan minyak nilam. Tesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
tidak diterbitkan. Sumadiwangsa, E. S. 2004. Peningkatan Produktivitas dan Kualitas HHBK. UKP
Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor. Sumadiwangsa, E.S, dan F. Mas’ud. 2003. Prospek Pengelolaan Hutan Melalui
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu. Seminar Nasional UC UGM.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta 18 Mei 2002.
249 Lampiran 1. Perbedaan karakteristik budidaya nilam pada 3 lokasi budidaya
Asal Lokasi Budidaya No Kriteria
Pasaman Barat Sumbar
Dairi Sumut Kritang Riau
A. Letak