ANALISIS KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2011

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2011

Oleh

DICKI JANUARDO PULUNG

Sektor Properti mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Banyak masyarakat tertarik menginvestasikan dananya disektor properti. Hal ini ditandai banyaknya pengembang yang membangun perumahan dan apartemen yang dikarenakan harga tanah cenderung selalu naik.

Sektor properti pada umumnya bersifat jangka panjang dan pertumbuhannya bersifat sensitip pada laju ekonomi, laju inflasi, dan tingkat suku bunga. Bisnis properti mempunyai siklus perkembangan setiap tujuh tahun sekali.

Metodologi penelitian dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Untuk menilai kinerja keuangan mengunakan Analisis Fundamental yang digunakan untuk memprediksi harga saham yang terdiri dari Return of Assets (ROA), Return of Equity (ROE), Dept to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Shere (EPS), dan Book Value (BV).

Dengan ini Analisi Fundamental diharapkan dapat mengindentifikasikan kinerja keuangan untuk dapat memprediksi harga saham dimasa yang akan datang.


(2)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sektor properti ditahun 2010 mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Hal ini ditandai banyaknya pengembang yang membangun perumahan dan apartemen dikota-kota besar seperti: Indonesia, Surabaya dan Bandung (Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), 2011). Banyak masyarakat tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti cenderung naik disebabkan karena harga tanah yang cenderung naik, supply tanah bersifat tetap sedangkan demand nya akan selalu bertambah besar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta bertambahnya kebutuhan manusia akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan dan lain-lain. Sudah selayaknya apabila perusahaan pengembang dapat meraup keuntungan yang besar dari kenaikan harga properti tersebut, dan dengan keuntungan yang diperoleh maka perusahaan pengembang dapat memperbaiki kinerja keuangannya sehingga dapat mendongkrak harga saham.


(3)

2 Investasi di sektor properti pada umumnya bersifat jangka panjang dan pertumbuhannya sangat sensitif terhadap indikator makro ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah. Sejak krisis ekonomi tahun 1998, banyak perusahaan pengembang mengalami kesulitan karena memiliki hutang yang didominasi oleh dolar Amerika dalam jumlah yang besar, yang telah dipinjamnya pada saat sebelum krisis ekonomi guna membangun properti. Krisis ekonomi menyebabkan bunga kredit melonjak hingga 50% sehingga pengembang mengalami kesulitan untuk membayar cicilan kreditnya (dalam bentuk dolar Amerika). Tunggakan hutang dalam jumlah yang besar, menurunkan kinerja keuangan perusahaan, yang kemudian berdampak pada respon investor di pasar modal sehingga mempengaruhi harga pasar saham.

Bisnis properti mengalami kejayaan pada tahun 1996. Para ahli properti memperkirakan bisnis properti mempunyai siklus perkembangan setiap tujuh tahun sekali. Setelah booming pada tahun 1996, diperkirakan pada tahun 2003 bisnis properti akan kembali mengalami masa kejayaannya, akan tetapi terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, maka perkiraan menjadi mundur ke tahun 2005. Sebenarnya iklim investasi di sektor properti sudah mulai terlihat bangkit sejak tahun 2000 dan saat itu beberapa bank menurunkan suku bunga kredit menjadi 15%. Kegiatan ini membangkitkan pasar properti yang sejalan dengan perbaikan kinerja keuangan beberapa emiten properti. Tercatat tahun 2009, Ciputra Surya mengalami kenaikan penjualan perumahan di Surabaya sebesar 39% dan merestrukturisasi hutang, sehingga pada akhir Maret 2010 hutang yang tercatat hanya sebesar Rp. 219


(4)

3 Milyar. Rasio harga saham 0,2 dari nilai bukunya. Duta Pertiwi juga mengalami pertumbuhan penjualan sebesar 61% pada tahun 2007-2009 dan telah merestrukturisasi hutang sehingga rasio hutang bersih terhadap ekuitas perusahaan adalah 36%. Harga sahamnya naik tiga kali dalam dua tahun terakhir (Kompas 2011).

Dari sisi usaha swasta, tingkat konsumsi meningkat meskipun belum terlalu kuat. Dari sisi aliran dana investasi, belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang signifikan. Dari sisi penawaran, sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan komunikasi terus menunjukkan pertumbuhan yang tinggi dan diprediksikan akan diikuti dengan peningkatan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sisi masyarakat, daya beli yang lemah sebagai akibat dari kenaikan BBM pada Oktober 2005 belum pulih sepenuhnya.

Bisnis properti selama tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005. Sebagian pengembang (perusahaan properti) mulai menurunkan ekspansi bisnisnya sambil melihat peluang pasar yang masih bisa digarap untuk tahun 2007. Sebagian besar pengembang masih menyelesaikan proyek yang sudah berjalan sejak tahun 2004.

Walaupun demikian masih ada beberapa pengembang besar yang optimis melihat peluang pasar tahun 2007 dan terus melanjutkan proyeknya seperti, Bakrieland Development dengan proyek Episentrum Rasuna, Agung Podomoro dengan Blok M

Trade Centre, Latumenten City, Indonesia City Center, CBD Pluit, dan Permata Hijau Residence, Duta Pertiwi dengan BSD City Business Park. Secara Umum


(5)

4 puncak nilai kapitalisasi bisnis properti terjadi pada tahun 2008, yang mencapai Rp 92,01 triliun. Sejak tahun itu nilai kapitalisasi menurun terus, tahun 2009 mencapai Rp 79,51 triliun mengalami penurunan lagi pada tahun 2007, yaitu sekitar 15,75% menjadi Rp 67,68 triliun. Perkembangan sub sektor properti sampai dengan tahun 2010 terlihat dalam Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Kapitalisasi Bisnis Properti Nasional Tahun 2005 – 2011 (dalam Milyar)

Proyek 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Proyek Pusat Perbelanjaan Modern Jabotabek

9.830,40 16.809,16 21.270,33 29.483,86 22.560,03 13.246,00

Proyek Pusat Perbelanjaan Modern Daerah

4.152,30 13.304,17 17.946,59 19.367,90 12.541,44 8.062,00

Proyek Apartemen Jabotabek

1.484,03 4.023,05 6.671,60 11.000,00 11.078,80 7.763,60 Proyek

Apartemen Daerah

249,41 361,82 236,23 1.412,02 2.082,50 1.872,67 Proyek

Perkantoran Jabotabek

47,50 890,30 1.723,06 3.637,72 3.553,15 3.444,94 Proyek

Hotel (Nasional)

59,16 885,32 1.378,15 3.108,00 3.262,86 2.451,11 Proyek

Perumahan (Nas.)

7.129,00 8.708,00 11.906,00 16.194,00 16.078,00 20.793,00 Proyek

Ruko/Rukan (Nas.)

3.938,00 5.582,50 6.548,30 7.812,15 8.360,56 9.356,85 Total

Kapitalisasi 26.889,80 50.564,32 67.680,26 92.015,65 79.517,34 66.990,17 Sumber : Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), 2001 (data diolah)


(6)

5 Begitu juga pada sektor properti, memasuki akhir tahun 2011 banyak pengembang mulai bersifat pasif dan menunggu perkembangan meningkatnya daya beli masyarakat. Faktor fundamental sektor properti sangat dipengaruhi oleh indikator ekonomi makro, akan tetapi indikator ekonomi makro pada tahun 2011 tidak menunjukkan pengaruhnya terhadap perbaikan kinerja di sektor properti. Seharusnya dengan naiknya PDB, menurunnya tingkat inflasi serta BI rate dapat meningkatkan kinerja sektor properti secara keseluruhan.

Dengan kondisi ekonomi makro yang belum begitu stabil, setiap investor yang ingin melakukan investasi di pasar modal melakukan analisis terhadap saham yang ingin dibelinya karena mengharapkan keuntungan dari dana yang akan ditanamkannya, baik itu berupa dividend maupun capital gain. Kekuatan dan keakuratan analisis yang dilakukan investor mempengaruhi besar kecilnya keuntungan yang akan diterima. Kekuatan analisis ini akan memberikan informasi kepada investor, mengenai waktu yang paling tepat untuk membeli saham tertentu dan kapan harus menjual kembali saham tersebut ke pasar. Faktor fundamental sektor properti sangat dipengaruhi oleh indikator ekonomi makro, akan tetapi indikator ekonomi makro pada tahun 2006 tidak menunjukkan pengaruhnya terhadap perbaikan kinerja di sektor properti. Seharusnya dengan naiknya PDB, menurunnya tingkat inflasi serta BI rate dapat meningkatkan kinerja sektor properti secara keseluruhan.


(7)

6 1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Apakah faktor nilai buku, keuntungan dan PER saham memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor nilai buku, keuntungan dan PER saham secara serempak terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor nilai buku, keuntungan dan PER saham secara parsial terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menambah wawasan dan pandangan kepada peneliti, tentang faktor fundamental dan risiko sistematik dalam mempelajari pergerakan harga saham properti di Bursa Efek Indonesia serta variabel-variabel yang mempengaruhinya.

2. Melalui penelitian ini diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan empiris yang telah ada mengenai factor-faktor yang mempengaruhi harga saham.


(8)

7 1.5. Kerangka Pemikiran

Analisis fundamental merupakan estimasi nilai faktor-faktor internal emiten dan ekonomi pada saat ini untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan memproyeksikan data dan informasi aktual agar dapat meng-estimasi nilai intrinsik dari harga saham saat ini. Dengan diperolehnya nilai intrinsik saham, analis atau investor dapat membandingkannya dengan nilai pasar dan menentukan tindakan apa yang akan dilakukan di pasar.

Crabb (2003) menyatakan :“Fundamental analysis is an examination of corporate accounting reports to asses the value of company, that investor can use to analysze a company’s stock prices“. Pernyataan ini menggambarkan bahwa informasi akuntansi atau laporan keuangan perusahaan dapat digunakan oleh investor sebagai faktor fundamental, untuk menilai harga saham perusahaan.

Harianto dan Sudomo (1998) dalam Lufti (2003) menyatakan : “fakta empiris yang mendukung kekuatan analisis faktor fundamental adalah diwajibkannya para emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk menyampaikan proyeksi harga saham setiap triwulan dan laporan keuangan emiten dengan menggunakan faktor fundamental”.

Laporan keuangan yang disampaikan emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia disertai 14 rasio keuangan yang terdiri dari, Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR),

Leverage Ratio (LR), Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (ITO), Fixed Asset Turnover (FATO), Total Assets Turnover (TATO), Gross Profit Margin


(9)

8 (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Operating Margin (NPM), Return on Investment (ROI) /Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV).

Sehubungan dengan informasi yang dianalisis, analis fundamental meyakini sepenuhnya bahwa akibat adanya informasi aktual dan relevan yang diterima pasar, maka nilai pasar saham akan berubah. Namun demikian, perubahan nilai pasar saham tidak langsung bergerak seketika, karena informasi aktual tidak seluruhnya dicerminkan dalam harga saham. Selanjutnya informasi aktual di pasar, yang relevan dengan saham tersebut juga tidak datang secara bersama-sama melainkan secara bertahap sehingga memungkinkan setiap saham mengalami kesalahan dalam pembentukan harga di pasar (mispriced), baik nilai pasar yang dihargai terlalu rendah (underpriced) dan nilai pasar yang dihargai terlalu tinggi (overpriced). Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang diterima dengan return

yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Dalam manajemen investasi modern dikenal pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematik dan risiko nonsistematik. Risiko sistematik merupakan risiko yang tidak dapat dieliminasi oleh diversifikasi (Brigham, 2001). Risiko sistematik merupakan risiko dari sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap risiko pasar, dan dapat diukur dengan koefisien beta. Beta suatu sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan harga pasar sekuritas. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi pula risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan


(10)

9 karena diversifikasi. Pada penelitian ini hanya dibatasi pada factor nilai buku, keuntungan dan PER (price to earning rato) saham.

Dari uraian di atas, kerangka pemikiran yang dapat digambarkan adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Model Penelitian

Faktor fundamental yang terdiri dari nilai buku, keuntungan dan PER saham mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Baik tidaknya kinerja keuangan perusahaan dapat mempengaruhi harga saham. Risiko sistematik yang diukur dengan koefisien Beta mempengaruhi biaya modal dan biaya modal akan mempengaruhi harga saham.

1.6. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka di kemukakan hipotesis sebagai berikut :

Faktor fundamental yang terdiri nilai buku, keuntungan dan PER saham memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia.

Faktor Fundamental Nilai Buku

Keuntungan PER Saham


(11)

1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terhadap faktor-faktor fundamental, khususnya terhadap rasio-rasio keuangan telah banyak dilakukan. Rasio-rasio tersebut banyak dikaitkan dengan kemampuan melakukan prediksi serta untuk pengambilan keputusan. Studi mengenai hubungan rasio keuangan dengan saham dipelopori oleh O’Connor (1973) yang melakukan penelitian tentang manfaat rasio keuangan ketika beberapa laporan keuangan yang terpilih digunakan untuk memprediksi return saham di pasar modal New York. O’Connor menemukan bahwa prediksi return saham dengan rasio keuangan terpilih untuk masa tiga tahun berbeda, yaitu lebih rendah dibandingkan dengan serangkaian rasio keuangan untuk masa lima tahun. Pemilihan ini didasarkan pada seleksi stepwise yaitu seleksi dengan menentukan set terbaik dalam bentuk model prediksi melalui regresi berganda. Walaupun hasilnya menunjukkan perbedaan set, namun rasio keuangan tersebut tetap mempunyai manfaat dalam memprediksi


(12)

2 Penelitian lain yang menguji rasio-rasio keuangan telah dilakukan oleh Ou dan Penman (1989). Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menaksir nilai perusahaan dengan menggunakan laporan keuangan. Mereka menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi keuntungan saham dengan menggunakan logit regression model

dan menyeleksi 68 rasio keuangan untuk periode tahun 1965 sampai dengan tahun 1972 dan 18 rasio keuangan untuk periode tahun 1983 sampai dengan tahun 1977 yang signifikan digunakan dalam memprediksi keuntungan saham. Hasil yang diperoleh adalah bahwa rasio keuangan mengandung informasi fundamental yang tidak tercermin dalam harga saham.

Tahun 2001 penelitian terhadap harga saham dilakukan Anastasia mengenai faktor fundamental dan risiko sistematik yang mempengaruhi harga saham. Penelitian dilakukan pada 13 perusahaan dari 33 perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode tahun 1996 sampai tahun 2001. Model analisa yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan melakukan uji F dan uji t terhadap faktor-faktor fundamental (return on assets, return on equity, book value, payout ratio, required rate of return dan debt to equity ratio) serta risiko sistematik (beta) perusahaan properti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental dan risiko sistematik secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham, namun pola hubungannya lemah, karena R square yang diperoleh hanya sebesar 0,303 dan Adj. R


(13)

3 signifikan pada alpha 5% terhadap harga saham. Hasil yang sama ditemukan oleh Dwi (2003) untuk industri chemical, yaitu bahwa rasio price book value secara parsial berpengaruh signifikan pada alpha 5% untuk periode tahun 2000 sampai dengan 2003, dan operating profit margin secara parsial juga berpengaruh signifikan untuk periode yang sama.

Penelitian lain dilakukan oleh Tuasikal (2002) terhadap 95 perusahaan manufaktur dan nonmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 1996 dan 1997. Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasilnya menunjukkkan bahwa pada perusahaan nonmanufaktur, rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, aktivitas dan pasar modal tidak bermanfaat dalam memprediksi return saham.

Hasil ini berbeda dengan temuan Takarini dan Eni (2000) yang menemukan bahwa sebagian rasio keuangan berpengaruh signifikan dengan alpha 5% terhadap perubahan laba untuk 1 tahun yang akan datang. Leverage Ratio berpengaruh secara negatif, sedangkan rasio likuiditas dan profitabilitas berpengaruh secara positif.

Peneliti lain yang menggunakan faktor fundamental dan risiko sistematik dalam memprediksi tingkat keuntungan saham adalah Limbong (2006), pada sektor perbankan dengan menggunakan variabel rasio keuangan CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity). Sampel penelitian yang diambil 17 perusahaan


(14)

4 perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan tahun 2002 sampai 2004.

Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa faktor fundamental dan risiko sistematik secara serempak berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan secara parsial, faktor fundamental yang terdiri dari return on risk asset, net profit margin, dan loan to debt ratio yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian terdahulu yang dilakukan Nasution (2006), pada sektor properti dengan menggunakan faktor fundamental yang terdiri dari beberapa variabel rasio keuangan dan faktor teknikal berupa volume perdagangan serta indeks harga saham. Sampel penelitian yang diambil 16 perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan tahun 2001 sampai 2003. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa faktor fundamental dan teknikal secara serempak berpengaruh signifikan terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan secara parsial, faktor fundamental yang terdiri dari leverage ratio, operating profit margin, price book value dan volume perdangangan serta indeks harga saham (sebagai faktor teknikal) yang berpengaruh signifikan terhadap


(15)

5 harga saham properti di Bursa Efek Indonesia. Penelitian terdahulu terangkum dalam Tabel 2.1 berikut ini

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Metode

Analisa Hasil Penelitian Njo Anastasia

(2001)

Analisis Faktor Fun-damental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti Di BEJ (Jurnal Akuntansi dan Keuangan,

Universitas Kristen Petra)

Regresi Linier Berganda

Faktor fundamental dan risiko sistematik secara serempak berpengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial hanya book value yang berpengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia.

Askam Tuasikal (2002)

Penggunaan Infor-masi Akuntansi untuk Memprediksi Return Saham (Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia)

Regresi Linier Berganda

Pada perusahaan non-manufaktur, rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas,

leverage, pro-fitabilitas, aktivitas dan pasar modal tidak bermanfaat dalam memprediksi

return saham. Albed Eko

Limbong (2006)

Analisis Faktor Fun-damental dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia (Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan)

Regresi Logistik

Faktor fundamental dan risiko sistematik secara serempak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan secara parsial, faktor fundamental RORA, NPM, dan LDR yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham


(16)

6 perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Metode

Analisa Hasil Penelitian Annio Indah

Lestari Nasution (2006)

Pengaruh Faktor Fun-damental dan Teknikal Terhadap Harga Saham Properti Yang Ter-daftar Di Bursa Efek Indonesia

Regresi Linier Berganda

Faktor fundamental dan teknikal secara serempak berpengaruh signifikan terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan secara parsial, faktor fundamental leverage ratio, operating profit margin, price book value dan volume per-dangangan serta indeks harga saham yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia.

2.2. Faktor Fundamental

Secara umum terdapat 2 pendekatan yang sering digunakan oleh investor untuk menganalisis dan menilai saham di pasar modal, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal (Bodie et al, 2005). Analisis fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai perusahaan. Analisa fundamental menitik beratkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan


(17)

7 perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat. Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi underpriced atau overpriced. Saham dikatakan underpriced

bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya (nilai intrinsik), dan saham dikatakan overpriced apabila harga saham di pasar saham lebih besar dari nilai intrinsiknya.

Menurut Francis (1988),

“In preparing their estimate of security’s value, fundamental analysts study

the basic financial and economic facts about the company that issues the security. They study the level and trend of the firm’s sales and earnings, the

quality of the firm’s products, the firm’s competitive position in the markets where its products are sold, the firm’s labor relations, the firm’s sources of

raw materials. The government rules that apply to the firm, and many other

factors that may affect the value of the firm’s common stock”.

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa untuk memperkirakan harga saham dapat digunakan analisis fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.

Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut (Murtanto dan


(18)

8 Harkivent, 2000). Kinerja keuangan perusahaan dituangkan dalam bentuk laporan keuangan dan diukur dengan alat ukur dalam bentuk rasio.

Menurut Jones (2004), faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi nilai intrinsik saham dapat berasal dari dalam perusahaan, industri maupun keadaan perekonomian makro. Framework dari analisis fundamental yang digambarkan Jones, terlihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

Secara umum untuk menganalisa perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental terdiri dari 3 langkah yaitu:

1. Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan

Kondisi ekonomi dipelajari untuk memperhitungkan jika kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham. Apakah tingkat inflasi tinggi atau rendah? Apakah suku bunga naik atau turun? Apakah konsumen yakin atau ragu-ragu dalam mengeluarkan uang? Apakah neraca perdagangan untung atau rugi? Apakah supply uang naik atau turun? Ini adalah sebagian pertanyaan seorang fundamental analis menanyakan untuk memperhitungkan apakah kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham.

2. Menghitung kondisi industri secara keseluruhan

Kondisi industri merupakan suatu kondisi di industri mana perusahaan berada, yang secara langsung dapat mempengaruhi masa depan perusahaan tersebut. Bahkan saham yang paling baik pun dapat menghasilkan pengembalian yang pas-pasan jika mereka berada dalam industri yang sedang payah (mengalami


(19)

9 resesi). Biasanya saham yang lemah dalam industri yang kuat lebih disukai daripada saham yang kuat dalam industri yang lemah.

3. Menghitung kondisi perusahaan

Setelah melihat dari sisi ekonomi dan industri kita perlu memperhitungkan kesehatan keuangan sebuah perusahaan. Jika sebuah perusahaan yang telah kita analisa secara ekonomi dan industri itu baik, tapi kita tidak memperhitungkan kondisi perusahaan tersebut maka akan sia-sia lah semua analisa fundamental yang kita lakukan. Karena pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana semua pemegang saham mengharapkan perusahaannya selalu menghasilkan laba, yang pada akhirnya laba ini akan di bagikan kepada pemegang saham yang kita kenal dengan istilah dividen.

Walaupun tidak semua pemegang saham tidak mengharapkan pembagian dividen, karena pada dasarnya keuntungan yang diperoleh dari permainan saham ini bukan hanya dividend, tetapi ada juga yang di sebut dengan capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari fluktuasi harga saham yang biasanya diharapkan oleh investor yang memiliki time horizon yang pendek.

Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan secara garis besar di bagi dalam 5 kelompok dasar, yaitu :

liquidity, leverage, profitability, activity, dan market valuation (Weston; Copeland, 1992). Sejumlah rasio yang tak terbatas banyaknya dapat dihitung, akan tetapi dalam


(20)

10 prakteknya cukup digunakan beberapa jenis rasio saja, disesuaikan dengan kebutuhan analisis.

Analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mencapai sasarannya (Stoner et al. 1995). Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu rasio likuiditas, aktivitas, hutang, dan profitabilitas (Gitman, 2003). Dengan analisis tersebut, para analis mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan memperkirakan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham.

Umumnya faktor fundamental yang diteliti untuk memprediksi harga saham adalah nilai intrinsik, nilai pasar, Return on Total Assets (ROA), Return on Equity (ROE),

Price Book Value (PBV), Debt to Equity Ratio (DER), Dividend Earning, Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book Value (BV), Dividend Payout Ratio (DPR), Dividend Yield, dan likuiditas saham.

2.3. Hubungan Antara Rasio Keuangan Dengan Harga Saham

Tujuan pelaporan keuangan mempunyai cakupan yang luas agar memenuhi berbagai kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan umum dari berbagai pemakai yang potensial, bukan hanya untuk kebutuhan kelompok tertentu saja. Dari laporan keuangan yang diterbitkan, setelah dianalisis akan bisa diperoleh rasio keuangan yang berguna untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan,


(21)

11 serta untuk menunjukkan apakah posisi keuangan perusahaan membaik atau memburuk selama periode tertentu. Hal ini akan membantu bagi investor dan kreditor dalam menilai ketidakpastian penerimaan dividen dan bunga di masa yang akan datang (Jogiyanto, 1998). Dengan kata lain, tujuan ini mengasumsikan bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan risiko dari investasi yang dilakukannya.

Analisis fundamental berupa rasio keuangan berupaya mengidentifikasi kinerja perusahaan melalui analisa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk dapat memprediksi harga saham di masa yang akan datang (Husnan, Suad, 1998). Dari rasio keuangan yang diperoleh, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan maupun investor akan dapat menilai kinerja perusahaan dan melakukan penilaian terhadap harga saham perusahaan, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan.

Sebagai contoh adalah rasio return on assets (ROA), jika hasil analisis diperoleh ROA yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara efektif. Hal ini merupakan daya tarik bagi investor yang mengakibatkan nilai saham perusahaan yang bersangkutan naik, dan diminati oleh banyak investor, sehingga harga saham perusahaan akan naik.


(22)

12 Kinerja keuangan emiten berpengaruh terhadap kinerja pasar modal. Dalam hal ini kinerja keuangan emiten mempengaruhi permintaan dan penawaran investor terhadap saham suatu perusahaan. Para pemegang saham merupakan pemilik perusahaan sehingga sangat berkepentingan terhadap jalannya perusahaan, kinerja perusahaan dan pengembangan usaha perusahaan. Pemegang saham menginginkan dana yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan. Akan tetapi pemegang saham tidak dapat langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tidak dapat memonitor secara langsung kegiatan perusahaan. Oleh karena itu pihak investor membutuhkan informasi keuangan suatu perusahaan sebagai pedoman pengambilan keputusan apakah mereka akan melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Dalam menentukan apakah seorang investor akan melakukan transaksi di pasar modal, maka ia akan mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang dimilikinya, termasuk diantaranya informasi akuntansi.

Informasi akuntansi merupakan sumber informasi intern bagi investor atau masyarakat yang didapat dari laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut Munawir (1998: 4) menyatakan bahwa para investor berkepentingan pada laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau rate of return yang cukup baik. Jadi dalam mengambil keputusan investasi, para investor harus memutuskan untuk membeli atau menjual sekuritas berdasarkan analisis laporan keuangan.


(23)

13 Selanjutnya Penman (2000) mengemukakan bahwa laporan keuangan dalam bentuk dasar seperti neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas masih belum bisa memberi manfaat maksimal terhadap penggunanya sebelum pengguna tersebut mengolahnya lebih lanjut dalam bentuk analisa laporan keuangan seperti rasio-rasio keuangan.

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan berarti. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, dengan penyederhanaan ini maka dapat diperoleh informasi dan penilaian kinerja perusahaan. Manfaat sebenarnya dari setiap rasio keuangan ditentukan oleh tujuan spesifik analisis. Helfert (1991), menyatakan bahwa rasio-rasio keuangan bukan merupakan kriteria yang mutlak, karena pada kenyataannya analisis rasio keuangan hanya merupakan titik awal dalam analisis kinerja perusahaan.

Analisis rasio keuangan tersebut tidak memberikan banyak jawaban yang diperlukan, kecuali hanya memberikan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan. Weston dan Brigham (1990) mengakui bahwa rasio keuangan selain dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan kondisi keuangan perusahaan, juga mempunyai keterbatasan yang menuntut kehati-hatian dan pertimbangan. Sebagian keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :


(24)

14 a. Banyak perusahaan besar mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang sangat berlainan dan dalam keadaan seperti itu sangat sulit untuk mendapatkan angka rata-rata industri yang bisa digunakan sebagai bahan pembanding yang tepat.

b. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca. Nilai yang tercatat di neraca seringkali berbeda dari nilai yang sebenarnya. Lebih jauh lagi karena inflasi c. Adanya perusahaan yang menggunakan teknik window dressing dimana

teknik ini digunakan oleh perusahaan untuk membuat laporan keuangan terlihat lebih baik dari keadaan yang sesungguhnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat keragaman pemaknaan mengenai urgensi analisis rasio keuangan dalam praktek bisnis dan ekonomi mulai dari yang menginginkan rasio keuangan tersebut dijadikan sebagai indikator fundamental perusahaan, hingga yang beranggapan masih adanya keterbatasan dari rasio keuangan tersebut. Kenyataannya, dalam praktek bisnis yang ada sekarang masih mengaplikasikan analisis rasio ini sebagai salah satu model analisis keuangan, meskipun relevansinya tentu saja bersifat sangat subjektif, tergantung kepada tujuan dan kepentingan masing-masing analis.

Rasio keuangan yang dipakai dalam menilai kinerja suatu perusahaan menurut Weston dan Copeland (2006: 244) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Rasio-Rasio Keuangan Perusahaan

No. Rasio Keuangan Jenis-jenis Rasio


(25)

15

Quick Ratio/Acid Test Ratio (QR)

Cash Ratio (CR)

2 Leverage Ratio Debt Ratio (DR)

Debt to Equity Ratio (DER)

Times Interest Earned (TIE)

Fixed Charge Coverage (FCC)

3 Activity Ratio Inventory Turnover (IT)

Average Collection Period (ACP)

Working Capital Turnover (WCT)

Fixed Assets Turnover (FAT)

Total Assets Turnover (TAT) 4 Profitability Ratio Gross Profit Margin (GPM)

Operating Profit Margin (OPM)

Net Profit Margin (NPM)

Basic Earning Power (BEP)

Return on Assets (ROA)

Return on Equity (ROE) 5 Market Valuation Ratio Price to Earnings Ratio (PER)

Earning Per Share (EPS)

Market to Book Ratio (MBR)

Book Value (BV) Sumber: Weston dan Copeland (2006: 244)

Rasio keuangan yang akan digunakan untuk memprediksi harga saham adalah, Return on Assets, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per Share dan Book Value.


(26)

16 2.4.1 Return on Assets (ROA)

Aktiva suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham dan kreditor, sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi perusahaan dalam melakukan usahanya. Sedangkan hasil usaha perusahaan dinyatakan dalam bentuk laba bersih atau Net Income After Tax (NIAT). Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total assets. ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan (Gitman, 2003).

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif kinerja perusahaan. Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut dan menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang diminati oleh banyak investor karena tingkat pengembaliannya akan semakin besar (Ang, 1997). Minat yang besar dari investor berdampak terhadap kenaikan harga saham perusahaan di Pasar Modal. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Dari hasil penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil ini membuktikan bahwa dalam membuat keputusan investasi saham, investor masih mempertimbangkan ROA. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :


(27)

17 NIAT

ROA = --- Total Aset

2.4.2. Return on Equity (ROE)

Rasio ini sering disebut juga dengan return on net worth merupakan rasio profitabilitas yang menunjukkan rasio antara laba setelah pajak atau earning after tax

(EAT) terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (equity) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. ROE digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan. ROE diformulasikan sebagai berikut :

EAT ROE = --- Total Equty

Earning After Tax (EAT) merupakan pendapatan bersih sesudah pajak, sedangkan total equity merupakan total ekuitas (modal pemilik) yang terdapat pada perusahaan tersebut pada periode akhir tahun.


(28)

18 Keterkaitan antara return on equity (ROE) dengan harga saham dikemukakan oleh Higgins (1990: 59) menjelaskan bahwa adanya hubungan yang positif antara ROE dan harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan nilai buku (book value) saham perusahaan. Jadi antara ROE dengan harga saham mempunyai hubungan positif, dimana ROE yang tinggi cenderung meningkatkan harga saham.

2.4.3. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio debt to equity ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat leverage

(penggunaan hutang) terhadap total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara debts terhadap total equity. Debt ratio

yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang semakin tinggi, yang berarti beban bunga akan semakin besar sehingga dapat mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat debt ratio yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin tinggi (Ang, 1997: 18.34-18.35).

Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk dividen), hal ini menyebabkan berkurangnya minat investor terhadap saham perusahaan karena tingkat pengembaliannya semakin kecil. Dengan kata lain, DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.


(29)

19 Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik saham yang ditawarkan di Pasar Modal. Semakin baik kinerja perusahaan, maka daya tarik saham perusahaan tersebut semakin tinggi, karena saham tersebut memberikan prospek yang menjanjikan keuntungan. Jika permintaan investor terhadap saham perusahaan cukup besar, maka dapat berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap harga saham perusahaan. Secara matematis DER dapat diformulasikan sebagai berikut:

Total Debt DER = --- Total Equty 2.4.4. Price Earning Ratio (PER)

Rasio ini merupakan perbandingan harga saham dengan laba per saham. Investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan price earning ratio (PER) untuk mengukur apakah suatu saham underpriced atau overpriced. PER menjadi ukuran penting yang menjadi landasan pertimbangan investor dalam membeli atau menjual saham suatu perusahaan. PER diformulasikan secara matematis sebagai berikut :

Stock Price

PER = --- Earning Per Share

Stock price merupakan harga pasar suatu saham. Harga wajar (fairly priced) bagi suatu saham adalah sebesar nilai intrinsiknya. Earning per share (EPS) merupakan besarnya dividen yang dibayar perusahaan. Bila seorang analis memperkirakan EPS


(30)

20 dan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio), maka secara implisit ia telah memperkirakan dividen. Hal umum yang sering dilakukan adalah menjadikan PER sebagai pembanding untuk menilai prospek pertumbuhan laba suatu perusahaan.

Artinya, pertumbuhan laba suatu perusahaan dinilai tinggi jika PER perusahaan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan PER perusahaan lain dalam industri yang sejenis. Bagi investor yang ingin membeli saham suatu perusahaan, semakin kecil PER suatu saham akan semakin baik karena harga saham tersebut murah.

2.4.5. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai EPS dapat diartikan bahwa semakin besar pula laba yang disediakan untuk pemegang saham. EPS dihitung dengan formula:

Net Income After Tax

EPS = --- Total Share

2.4.6. Book Value (BV)

Book Value (BV) atau nilai buku saham adalah rasio yang menggambarkan perbandingan total modal (equity) terhadap jumlah saham. Book value dapat dihitung dengan formula berikut :


(31)

21

Total Equty

BV = --- Total Share

Total Equity dapat dihitung dari selisih total aktiva (total assets) dengan total hutang (total debt). Total Share merupakan jumlah saham yang beredar di pasar. Book Value

digunakan untuk melihat harga suatu securitas apakah overpriced atau underpriced.

2.5. Harga Pasar Saham (Market Price)

Market Price merupakan harga pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya atau closing price (Anoraga dan Pakarti, 2006). Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa, baik bursa utama maupun over the counter market (OTC). Transaksi di sini sudah tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga pasar ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain, dan disebut sebagai harga di pasar sekunder. Harga pasar inilah yang menyatakan naik-turunnya suatu saham dan setiap hari diumumkan di surat-surat kabar atau media-media lainnya.

Informasi dari rasio keuangan yeng mengindikasikan profitabilitas dan tingkat risiko perusahaan akan direspon oleh investor, baik secara positif maupun negatif, sehingga mempengaruhi permintaan dan penawaran saham perusahaan. Hal ini tentunya akan mempengaruhi harga saham perusahaan di pasar bursa.


(32)

22 Chen, Roll dan Ross (1996) menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mendasari perubahan harga saham, seperti kegiatan industri, tingkat inflasi, perbedaan antara tingkat bunga jangka pendek dan jangka panjang, dan perbedaan antara tingkat keuntungan obligasi yang beresiko tinggi dan rendah.

Harga saham suatu perusahaan atau kelompok industri tertentu pada saat penutupan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Kepekaan suatu industri terhadap pasar berbeda-beda yang mengindifikasikan bahwa antara industri yang satu dengan yang lain memiliki risiko yang berbeda, demikian pula tingkat profitabilitas, peluang berkembang dan prospek masa depannya. Perbedaan harga saham antara perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh sesuai dengan satu dasar pembentukan harga saham, yang diyakini bahwa harga saham terjadi karena adanya aliran laba atau kas masa mendatang yang dinilai sekarang (Foster, 1986).

Reaksi pasar terhadap laporan keuangan yang informasinya dipublikasikan, mempengaruhi harga saham dan volume transaksi saham perusahaan yang bersangkutan. Jika publikasi tersebut mengandung informasi positif, maka investor diharapkan akan bereaksi positif pada saat informasi tersebut diterima pasar. Sebaliknya apabila publikasi mengandung informasi negatif, maka investor juga akan bereaksi secara negatif. Dengan demikian reaksi pasar akan tercermin dengan adanya perubahan harga dan volume transaksi saham perusahaan yang bersangkutan dan diukur dengan menggunakan harga saham pada saat penutupan (closing price).


(33)

23 2.6. Risiko Sistematik

Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, maka akan semakin besar pula risiko investasi tersebut. Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah, risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara (Tandelilin, 2001).

Di samping berbagai sumber risiko di atas, dalam manajemen investasi modern

dikenal juga pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu : risiko

nonsistematik dan risiko sistematik. Risiko nonsistematik disebut juga sebagai risiko spesifik, yaitu risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko nonsistematik dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi. Risiko sistematik merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Risiko sistematik tidak dapat diminimalkan dengan diversifikasi. Perubahan pasar akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi (Brigham, 2001).

Menurut Jones (2004),

Systematic risk as is shown in part two on portfolio management an investor can construct a diversified portfolio and eliminate part of the total risk. The diversiviable or non market part. What is left is the diversiviable portion or the market risk variability in a securities total return that is directly


(34)

24 Risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap risiko pasar dapat diukur dengan beta saham. Beta suatu sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan keuntungan pasar. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Untuk menghitung Beta digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi Beta suatu sekuritas dengan menggunakan return

-return sekuritas sebagai variabel terikat dan return-return pasar sebagai variabel bebas.

Dalam penilaian saham, terdapat beberapa model teoritis yang dapat digunakan terkait dengan analisis fundamental dan analisis teknikal. Namun secara sederhana variabilitas harga saham tergantung pada earning dan deviden suatu perusahaan seperti yang dinyatakan Fuller and Farrell (1987), “key determinant of security price is expectations concerning the firm’s earning and dividends and their associated

risk”.

Model yang dikembangkan adalah pendekatan Gordon yaitu Devidend Discount Model (DDM) yang constant growth. Faktor-faktor tersebut sebagai variabel bebas yang didasarkan pada pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan risiko dan

return yang akan diterima para pemodal atas investasinya pada saham. Rumus yang digunakan untuk mencari risiko sistematik (Beta) adalah sebagai berikut:

IHSG t – IHSG t-1

Rm = --- IHSG t-1


(35)

25 Pi t – Pi t-1 + Di t

Ri = --- Pi t-1

Dimana:

Rm = Return market

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan tahun t IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan tahun t-1 Pi t = Harga Saham i tahun t

Pi t-1 = Harga Saham i tahun t-1 Di = Deviden saham i

Ri = Return saham i

(n ΣRm * Ri –ΣRm ΣRi )

Beta = --- (n ΣRm 2 – (ΣRm ) 2 )


(36)

1 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia yang beralamat di Indonesia Stock Exchange Building, Jalan Jendral Sudirman Kav. 52-53, Indonesia 12190.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini digolongkan kepada bentuk penelitian kausal asimetris, yakni penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatori.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan properti (sektor property, real estate, and building contruction) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun 2011, yaitu sebanyak 37 perusahaan. Dalam proses pengambilan sampel dipergunakan metode purposive sampling, dengan kriteria sampel adalah sebagai berikut :


(37)

2 a. perusahaan properti (property, real estate dan building contruction) yang

telah terdaftar sampai dengan tahun 2011.

b. perusahaan properti yang memiliki laporan keuangan lengkap dan telah memberikannya ke bursa setiap tahun (dari tahun 2007 sampai dengan 2011). c. perusahaan properti yang sahamnya aktif diperdagangkan di lantai bursa dari

tahun 2007 sampai 2011. Adapun yang maksud dengan aktif diperdagangkan adalah jika terjadi volume transaksi mencapai minimal 1% dari jumlah lembar saham yang terdaftar di bursa (listed shares).

Berdasarkan kriteria di atas, maka terdapat 16 perusahaan yang menjadi sampel penelitian dan memenuhi kriteria tersebut, seperti dalam tabel di bawah :

Tabel 3.1 Sampel Perusahaan

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan 1 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk 2 CTRA Ciputra Development Tbk 3 CTRS Ciputra Surya Tbk

4 DART Duta Anggada Realty Tbk 5 DILD Dharmala Intiland Tbk 6 DUTI Duta Pertiwi Tbk 7 JAKA Jaka Inti Realtindo Tbk.

8 JIHD Indonesia Intr. Hotel & Dev. Tbk. 9 JRPT Jaya Real Property Tbk

10 KARK Karka Yasa Profilia Tbk. 11 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 12 MDLN Modernland Realty Ltd. Tbk. 13 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 14 SMRA Summarecon Agung Tbk

15 SIIP Suryainti Permata Tbk 16 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk Sumber : www.idx.co.id


(38)

3 3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut bersumber dari Indonesia Stock Exchange Monthly, JSX Statistic, dan Indonesian Capital Market Directory 2007-2011 yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, yang memuat laporan keuangan tahunan dari setiap emiten, serta dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (http://www.idx.co.id). Data yang digunakan merupakan gabungan data antar perusahaan properti (cross section) dan data antar waktu (time series), yang disebut juga dengan pooling data.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia, serta dokumen berupa buletin khusus yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Data tersbut adalah anata lain data keuangan.

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 1. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : a. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan properti. b. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor fundamental perusahaan yang terdiri dari rasio-rasio : Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to


(39)

4

Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book Value (BV) dan risiko sistematik (Beta).

2. Definisi Operasional Variabel

Untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasikan, maka definisi operasional variabel adalah sebagai berikut :

1. Y = Harga Saham

Harga saham merupakan realisasi harga saham tertinggi ditambah dengan harga saham terendah, kemudian dibagi dua setiap tahunnya, sebagaimana yang dilaporkan oleh Bursa Efek Indonesia.

2. Faktor Fundamental (X1) perusahaan yang terdiri dari rasio-rasio keuangan, yaitu :

1. X1 = Nilai Buku

Book Value merupakan nilai buku saham yang menggambarkan perbandingan total modal (equity) terhadap jumlah saham. BV digunakan juga untuk melihat harga suatu securitas apakah overpriced atau

underpriced. 2. X2 = Keuntungan

Return on Equity mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih.


(40)

5

3. X3 = PER Saham

Merupakan rasio nilai pasar yang mengukur perbandingan antara harga saham di pasar perdana dengan pendapatan yang diterima.

Tabel 3.2 berikut ini menyajikan definisi operasional variabel penelitian Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Indikator Definisi Skala

Harga Saham (Y)

Closing Price

Harga saham merupakan realisasi harga saham tertinggi ditambah dengan harga saham terendah, kemudian dibagi dua setiap tahunnya Interval (Rp) Faktor Fundamental Nilai Buku/BV (X1)

Merupakan nilai buku saham yang menggambarkan perbandingan total modal (equity) terhadap jumlah saham

Interval (Rp) Keuntungan

(X2)

Mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham

Rasio (%) PER Saham

(X3)

Merupakan rasio nilai pasar yang mengukur perbandingan antara harga saham di pasar perdana dengan pendapatan yang diterima.

Rasio (%)

3.7. Model Analisis Data

Model analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Linier Berganda. Sebelum melakukan estimasi yang tidak bias dengan analisis regresi, perlu dilakukan uji BLUE, yaitu pengujian antar variabel bebas supaya tidak terjadi multikolinieritas, heteroskedastisitas, normalitas, dan autokorelasi. Bentuk model yang digunakan adalah :


(41)

6 Dimana:

Y = Harga Saham

a = Konstanta X1 = Nilai buku X2 = Keuntungan

X3 = PER Saham

B1-3 = Koefisien Regresi et = Variabel pengganggu

Analisis data dilakukan dengan bantuan Statistical Package for Social Sciences

(SPSS) versi 18 dengan menggunakan tingkat kepercayaan (convidence interval) sebesar 95% dan tingkat toleransi kesalahan (alpha) 5%.

3.8 Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Sminov, dimana jika angka signifikansi yang ditunjukkan dalam tabel lebih kecil dari alpha 5% maka dikatakan data tidak memenuhi asumsi normalitas, sedangkan sebaliknya, jika angka signifikan di dalam tabel lebih besar dari alpha 5% maka data sudah memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005).

2. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah ada ditemukan korelasi di antara variabel bebas (independent variabel). Jika terjadi korelasi maka terdapat problem multikolonieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Gejala ini dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan nilai


(42)

7 (VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff atau batas yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai Tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95 (Ghozali, 2005 : 92).

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi apakah ada atau tidak gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat Grafik Plot, dan Uji Park. Park mengemukakan metode bahwa varians (s2) merupakan fungsi dari variabel-variabel bebas. Uji ini dilakukan dengan menguadratkankan nilai residual (U2i) dari model kemudian kuadrat nilai residual dilogaritmakan (LnU2i). Kemudian nilai logaritma dari kuadrat residual dimasukkan sebagai variabel terikat dalam persamaan regresi yang baru. Jika angka signifikansi t yang diperoleh dari persamaan regresi yang baru lebih besar dari alpha 5%, maka dikatakan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam data model. Sebaliknya, jika angka signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari alpha 5%, maka dapat dikatakan terdapat heteroskedastisitas dalam data model (Ghozali, 2005).


(43)

8 4.Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi atau kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbance yang masuk ke dalam fungsi regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson atau uji d. Nilai d memiliki batas 0 sampai dengan 4, dan juga memiliki batas bawah dL dan juga batas atas dU.

Pedoman pengambilan keputusan untuk nilai d menurut Ghozali (2005) adalah sebagai berikut:

a. Apabila d < dL atau d > (4 – dL) berarti terdapat autokorelasi

b. Apabila d terletak antara dU dan (4 – dU) berarti tidak terdapat autokorelasi

c. Apabila nilai d terletak antara dL dan dU (dL < d < dU) atau antara (4 – dU) dan (4 – dL) maka uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (No Decision). Pada nilai ini tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak terdapat autokorelasi.

5. Uji Linearitas Model

Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik (Ghozali, 2005). Salah satu uji yang dipergunakan untuk linearitas adalah uji Lagrange Multiplier yang dilakukan dengan menghubungkan nilai residual model dengan nilai kuadrat variabel bebas ke dalam persamaan regresi yang baru. Nilai R2 baru yang diperoleh dikalikan dengan n


(44)

9 jumlah pengamatan (observasi) untuk mendapatkan c2 hitung. Jika c2 hitung lebih kecil dari c2 tabel, maka dapat dikatakan spesifikasi model dalam bentuk linear. 3.9. Pengujian Hipotesis

1. Uji Serempak (Uji F)

Uji signifikansi serempak atau Uji F ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7 untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel terikat Y. Uji F juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol. Hipotesis yang akan diuji ditulis sebagai berikut :

H0 : B1 , B2 , B3 = 0

(Faktor fundamental yang terdiri dari : nilai buku, keuantungan dan PER saham secara serempak atau simultan tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia).

Ha : Minimal satu Bi ≠ 0, i = 1,2,3

(Faktor fundamental yang terdiri dari : nilai buku, keuantungan dan PER saham secara serempak atau simultan memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia).

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, dengan ketentuan jika nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel atau signifikansi Fhitung lebih kecil dari alpha 5% maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (independent variable) dalam model mempengaruhi variabel terikat (dependent variable). Demikian pula sebaliknya apabila Fhitung lebih kecil


(45)

10 dari Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya bahwa variabel bebas dalam model secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel terikat.

2. Uji Parsial (Uji t)

Uji signifikansi parsial atau Uji t adalah untuk menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap veriabel terikat. Pada regresi berganda

Y = a + B1X1 + B2 X2 + B3X3 +e t

mungkin secara bersama-sama atau global pengaruh semua variabel bebas dari B1 sampai B3 nyata. Namun demikian belum tentu secara individu atau parsial seluruh variabel dari B1 sampai B3 berpengaruh nyata terhadap variabel terikatnya. Hipotesis yang akan diuji ditulis sebagai berikut:

H0 : Bi = 0 ,

(Faktor fundamental yang terdiri dari : nilai buku, keuantungan dan PER saham secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia).

Ha : Bi ≠ 0 ,

(Faktor fundamental yang terdiri dari : nilai buku, keuantungan dan PER saham secara parsial memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Indonesia).


(46)

11 Untuk mengetahui apakah suatu variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak digunakan uji t atau t-student, dengan ketentuan jika t hitung lebih besar dari t tabel atau signifikansi t hitung lebih kecil dari alpha 5% maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (independent variable) dalam model secara parsial mempengaruhi variabel terikat (dependent variable). Demikian pula sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya bahwa secara parsial variabel bebas dalam model tidak mempengaruhi variabel terikat.


(47)

1 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara serempak, faktor fundamental yang terdiri dari nilai buku, keuntungan dan Per Saham memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan properti di Bursa Efek Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa pola pergerakan harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor fundamental dan risiko sistematik secara bersama-sama.

2. Secara parsial, variabel nilai buku, keuntungan dan PER saham sebagai faktor fundamental yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa faktor fundamental nilai buku, keuntungan dan PER saham berpengaruh secara dominan terhadap harga saham.


(48)

2 5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka di sarankan sebagai berikut :

1. Saham properti merupakan salah satu saham yang sensitif terhadap indikator makro ekonomi seperti inflasi, tingkat suku bunga dan pendapatan domestik bruto. Oleh sebab itu disarankan pada investor, agar selain mempertimbangkan faktor fundamental berupa rasio-rasio keuangan perusahaan yang dipublikasi dan risiko sistematiknya, sebaiknya para investor mempertimbangkan pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga saham seperti, faktor-faktor makro ekonomi, nilai tukar mata uang dan lain-lain. Pola pergerakan harga saham bersifat acak (random walk), tidak dapat ditentukan, dan atau dipengaruhi sepenuhnya dengan hanya mengendalikan faktor fundamental perusahaan dan risiko sistematik saja. Ini dikarenakan kebanyakan orientasi investor adalah capital gain oriented bukan

dividend oriented.

2. Perusahaan properti diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga dengan demikian rasio nilai buku, keuntungan dan PER saham akan meningkat. Dengan meningkatnya rasio tersebut, maka diharapkan minat investor terhadap saham akan semakin meningkat. Meningkatnya minat investor terhadap saham suatu perusahaan cenderung akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut.


(49)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007 - 2011

( S k r i p s i )

Oleh

Dicki Januardo Pulung

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG 2013


(50)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSEMBAHAN………... i

MOTTO………... ii

RIWAYAT HIDUP………. iii

RIWAYAT HIDUP……… iv

DAFTAR ISI……….... v

DAFTAR TABEL……… vi

BAB I PENDAHULAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalahan ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Kerangka Pemikiran ... 7

1.6Hipotesis ... 9

BAB II Tinjauan Pustaka ... 10

2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Faktor Fundamental ... 15

2.3 Hubungan Antara Rasio Keuangan Dengan Harga Saham ... 19

2.4 Rasio Keuangan ... 20

2.4.1 Return on Assets (ROA) ... 25

2.4.2 Return on Eguity (ROE) ... 26

2.4.3 Debt to Equity Ratio (DER) ... 27

2.4.4 Price Earning Ratio (PER) ... 28

2.4.5 Earning Per Share (EPS) ... 29

2.4.6 Book Value (BV) ... 29

2.5 Harga Pasar Saham (Market Price) ... 30

2.6 Risiko Sistematik ... 31

BAB III Metodologi Penelitian ... 35

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.2 Metode Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Semple ... 35

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 36

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 37


(51)

3.7 Metode Analisis Data ... 39

3.8 Penguji aumsi Klasik ... 40

3.9 Pengujian Hipotesis ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Deskripsi Data Penelitian ... 46

4.2 Analisis Deskripsif ... 48

4.2.1 Analisis Nilai Buku ... 49

4.2.2 Analisis Keuntungan ... 50

4.2.3 Analisis PER Saham ... 51

4.3 Uji Serempak (Uji F) ... 51

4.4 Hasil Uji Parsial (Uji T) ... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Simpulan ... 56

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(52)

1 DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, Njo. 2001. Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Kristen Petra Vol.5 No.2: 123-131.

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia, Penerbit Mediasoft Indonesia.

Anoraga, Pandji; Pakarti, Piji. 2006. Pengantar Pasar Modal, Penerbit Rineka Cipta Indonesia, Cetakan kelima, Edisi Revisi.

Asnawi, Said Kelana; Wijaya, Chandra. 2005. Riset Keuangan, Pengujian-pengujian Empiris, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Indonesia.

Bisnis Properti, Vol.3: 100-103 No.41. Edisi Februari 2007. Menunggu Saat Bunga Luruh, Penerbit PT Panangian Media Properti, Indonesia.

Bodie, Zvi; Kane,Alex and Marcus, Alan J. 2005. Investment, Sixth Edition, McGraw Hill, International Edition.

Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. 2001. Manajeman Keuangan, Terjemahan Dodo Suharto & Herman Wibowo, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Indonesia.

Brigham, Eugene F; Gapenski, Louis C. 1994. Financial Management Theory and Practice, Florida: Dryden Press.

Chen, Nai-fu; Roll, Ricard R; Ross, Stepen A. 1996. Economic Forces and The Stock Market, Journal of Business, 59: 383-403.

Crabb, Peter R. 2003. Finance and Investment using The Wall Street Journal, McGraw-Hill, New York.

Darmadji, Tjiptono; Fakhruddin, Hendy M. 2001. Pasar Modal Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab, Penerbit Salemba Empat, Indonesia.


(53)

2 Dwi, K.S. 2003. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham, Jurnal Ilmiah

Akuntansi, Vol.5, No.2 : 57-65.

Elton, Edwin J and Gruber, Martin J. 1995. Modern Portfolio Theory and Investment Analysis, Fifth Edition, John Wiley & Sons.

Foster, George. 1986. Financial Statement Analysis, New Jersey, Prentice-Hall, International Editions, Second Edition.

Francis, Jack C. 1988. Management of Investment, Second Edition, International Editions Financial Series, Singapore: McGraw Hill.

Fuller, Russel J and Farrell, James L. Jr. 1987. Modern Investment and Security Analysis, International Editions Financial Series, Singapore: McGraw Hill. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gitman, Lawrence J. 2003. Principles of Managerial Finance, Tenth Edition, International Edition Financial Series, Boston: Addison-Wesley.

Helfert, E. A. 1991. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh, Penerbit Erlangga, Indonesia.

Higgins, Robert C. 1990. Analysis For Financial Management, Illionis: Richard D Irwin, Inc.

Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Securitas, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Jones, Charles P. 2004. Investments, Analysis and Management, Ninth Edition, John Wiley & Sons, Inc., Printed in the United States of America.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Penerbit Erlanggga, Indonesia.

Limbong, Albed Eko. 2006. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia,


(54)

3 Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan (tidak dipublikasikan).

Lufti, Muslich. 2003. Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Efisiensi Pasar Dalam Menentukan Nilai Pasar Saham Perusahaan Industri Manufaktur Terbuka di BEJ. Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya (tidak dipublikasikan).

Munawir, S. 1998. Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Murtanto dan Harkivent. 2000. Analisis Pengaruh Informasi Laba, Media Ekonomi,

Vol.6, No.3, hal. 992-1021.

Nasution, Annio Indah Lestari. 2006. Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan (tidak dipublikasikan).

Natarsyah, Syahib. 2000. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham (Kasus Industri Varang Konsumsi yang Go Publik di Pasar Modal Indonesia), Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, volume 15/3.

Simanungkalit, Panagian & Associates, Property Market 2006 Overview And 2007 Outlook, Jurnal Properti, Thirteen Edition, January 2007, Penerbit Pusat Study Properti Indonesia (PSPI), Indonesia.

Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Catakan kelima, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Indonesia.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.

Takarini, N and Ekawati, E. 2000. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba di Pasar Modal Indonesia, Ventura, Vol.6, No.3 : 253-270.

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Cetakan Pertama, Maret 2001, Penerbit BPFE Yogyakarta.

Tuasikal, Askam. 2002. Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Memprediksi Return Saham, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.5, No.3 : 365-378.

Weston, J. Fred and Brigham, Eugene F. 2006. Essensials of Management Finance, Orlando : Dryden Press.


(55)

Judul Skripsi : ANALISIS KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTI DI BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2007 – 2011 Nama mahasiwa : Dicki Januardo Pulung Nomor Pokok Mahasiswa : 0741011032

Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Hi. M. Syatibi Ch, S.E. Rianaldi Bursan, S.E.M.Si NIP 19510203 198103 1 002 NIP 197104115 199512 1 002

2. Ketua Jurusan Manajemen

Hj. Aida Sari, S.E., M.Si.


(56)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Hi. M. Syatibi Ch, S.E. ………

Sekretaris / Anggota : Rinaldi Bursan, S.E., M.Si. ………

Penguji utama : Iban Sofyan , S.E., M.M. ………

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. NIP 19610904 198703 1 011


(57)

Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang Pada Tanggal, 26 Januari 1986, Anak Kelima dari Enam bersaudara Keluarga Pulung Musa dan Emmy Watty Nor.

Tahun 1998 Lulus SD Negeri 2 (Teladan ) Rawa Laut. Tahun 2001 Lulus SLTP Negeri 25 Bandar Lampung. Tahun 2004 Lulus SLTA Negeri 2 Bandar Lampung.

Pada Tahun 2004 Penulis Melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Lampung di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Program D3 Perpajakan

Pada tahun 2007 Penulis Melanjutkan ke Perguruan tinggi Negeri di Universitas Lampung di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen.


(58)

Motto

“Apa Kata Nasib”

“ Dengan Bantuan Tuhan Mudah – Mudahan Kita Menjadi Bagian dari jawaban bukan bagian dari persoalan.”


(59)

Persembahan

Penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT Atas Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi ini penulis mempersembahkan untuk :

Kedua Orang tua Tercinta yang selalu mendoa’kan penulis serta memberikan motivasi.

Untuk Kakak dan Adik yang selalu kusayangi dan yang telah memberikan motivasi.

Orang terdekat yang selalu membantu dan menemani untuk menyelesaikan skripsi ini.

Untuk Sahabat dan Teman – temanku terima kasih atas semangat dan bantuannya, serta Almamaterku yang selalu kubanggakan.


(60)

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat petunjuk hidayah serta bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Penulis Skripsi ini juga terselesaikan berkat dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan Terima Kasih Kepada :

1. Kedua Orangtuaku serta Kakak dan Adikku yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat dan bimbingannya. 2. Bapak prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universuitas Lampung.

3. Bapak dan Ibu Pembantu Dekan I,II, III Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

4. Bapak Hj. Aida Sari, S.E.,M.Si. Selaku Ketua jurusan Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

5. Bapak Hi. M. Syatibi Ch, S.E. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(61)

6. Bapak Iban Sofyan , S.E., M.M. dan Rinaldi Bursan , S.E., M.Si. selaku Penguji Utama dan Sekretaris dalam ujian Komprehensif. 7. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas

Lampung atas ilmu – ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 8. Dan Seluruh Teman – teman Manajemen dan Bisnis 2007 9. Sahabat – sahabatku dan Teman – teman di Bandar lampung. 10.Bapak dan Ibu guru yang telah memberikan pendidikan selama

ini.

11.Semua pihak yang membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb

Bandar Lampung , 6 Maret 2013


(1)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Hi. M. Syatibi Ch, S.E. ………

Sekretaris / Anggota : Rinaldi Bursan, S.E., M.Si. ………

Penguji utama : Iban Sofyan , S.E., M.M. ………

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. NIP 19610904 198703 1 011


(2)

Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang Pada Tanggal, 26 Januari 1986, Anak Kelima dari Enam bersaudara Keluarga Pulung Musa dan Emmy Watty Nor.

Tahun 1998 Lulus SD Negeri 2 (Teladan ) Rawa Laut. Tahun 2001 Lulus SLTP Negeri 25 Bandar Lampung. Tahun 2004 Lulus SLTA Negeri 2 Bandar Lampung.

Pada Tahun 2004 Penulis Melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Lampung di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Program D3 Perpajakan

Pada tahun 2007 Penulis Melanjutkan ke Perguruan tinggi Negeri di Universitas Lampung di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen.


(3)

Motto

“Apa Kata Nasib”

“ Dengan Bantuan Tuhan Mudah – Mudahan Kita Menjadi Bagian dari

jawaban bukan bagian dari persoalan.”


(4)

Persembahan

Penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT Atas Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi ini penulis mempersembahkan untuk :

Kedua Orang tua Tercinta yang selalu mendoa’kan penulis serta memberikan motivasi.

Untuk Kakak dan Adik yang selalu kusayangi dan yang telah memberikan motivasi.

Orang terdekat yang selalu membantu dan menemani untuk menyelesaikan skripsi ini.

Untuk Sahabat dan Teman – temanku terima kasih atas semangat dan bantuannya, serta Almamaterku yang selalu kubanggakan.


(5)

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat petunjuk hidayah serta bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Penulis Skripsi ini juga terselesaikan berkat dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan Terima Kasih Kepada :

1. Kedua Orangtuaku serta Kakak dan Adikku yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat dan bimbingannya. 2. Bapak prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universuitas Lampung.

3. Bapak dan Ibu Pembantu Dekan I,II, III Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

4. Bapak Hj. Aida Sari, S.E.,M.Si. Selaku Ketua jurusan Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

5. Bapak Hi. M. Syatibi Ch, S.E. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(6)

6. Bapak Iban Sofyan , S.E., M.M. dan Rinaldi Bursan , S.E., M.Si. selaku Penguji Utama dan Sekretaris dalam ujian Komprehensif. 7. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas

Lampung atas ilmu – ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 8. Dan Seluruh Teman – teman Manajemen dan Bisnis 2007 9. Sahabat – sahabatku dan Teman – teman di Bandar lampung. 10.Bapak dan Ibu guru yang telah memberikan pendidikan selama

ini.

11.Semua pihak yang membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb

Bandar Lampung , 6 Maret 2013


Dokumen yang terkait

Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta dengan PModel Arch-Garch

7 56 74

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Asuransi Go Public Di Bursa Efek Indonesia

5 64 95

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

1 36 105

ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN SAHAM DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR INDUSTRI PROPERTI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

1 29 56

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2015

0 52 70

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Dan Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Properti Di Bursa Efek Indonesia.

2 13 77

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 14

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 15

PENGARUH SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2008 – 2011.

0 0 39

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 13