Penentuan Umur Panen Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas

PENENTUAN UMUR PANEN TIGA VARIETAS KACANG
TANAH (Arachis hypogaea L.) BERDASARKAN
AKUMULASI SATUAN PANAS

YOGA SETIAWAN SANTOSO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Umur Panen
Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi
Satuan Panas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Yoga Setiawan Santoso
NIM A24090028

ABSTRAK
YOGA SETIAWAN SANTOSO. Penentuan Umur Panen Tiga Varietas Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas. Dibimbing
oleh HENI PURNAMAWATI dan YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan umur berbunga dan umur panen
tiga varietas kacang tanah berdasarkan akumulasi satuan panas tanaman.
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor.
Percobaan terdiri atas dua faktor yang disusun petak terbagi (split plot) yaitu
varietas (sebagai petak utama) dan waktu panen (sebagai anak petak) dengan tiga
ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Kelinci mulai berbunga
pada 403.60 °Cd (suhu dasar 10 °C) atau 334.60 °Cd (suhu dasar 13 °C),
sedangkan varietas Gajah dan Jerapah keduanya mulai berbunga pada 420.75 °Cd
atau 348.75 °Cd. Varietas Kelinci mencapai 50% tanaman tanaman berbunga pada
453.85 °Cd atau 376.85 °Cd, sedangkan varietas Gajah dan Jerapah mencapai

50% tanaman berbunga pada 470.95 °Cd atau 391.80 °Cd. Varietas Kelinci dan
Jerapah sudah dapat dipanen pada 1619.35 °Cd (suhu dasar 10 °C) atau 1346.35
°Cd (suhu dasar 13 °C), sedangkan varietas Gajah sudah dapat dipanen pada
1792.50 °Cd atau 1489.50 °Cd.
Kata kunci: kacang tanah, akumulasi satuan panas, umur berbunga, umur panen

ABSTRACT
YOGA SETIAWAN SANTOSO. Harvesting Time Determination of Three
Varieties of Peanut (Arachis hypogaea L.) based on Heat Unit Accumulation.
Supervised by HENI PURNAMAWATI and YUDIWANTI WAHYU ENDRO
KUSUMO
The objectives of this reseach were to determine the flowering time and the
harvesting time of three varieties of peanut based on their heat unit accumulation.
This research was conducted in Kebun Percobaan Leuwikopo Research Station,
Bogor Agricultural University (IPB). A split plot design with two factors
(varieties as a main plot and harvesting time as a subplot) and three replications
were used in the field experiment. The result showed that Kelinci started to bloom
at 403.60 °Cd (with 10 °C-base temperature) or 334.60 °Cd (with 13 °C-base
temperature), while Gajah and Jerapah started to bloom at 420.75 °Cd or 348.75
°Cd. Kelinci reached 50% population blooming at 453.85 °Cd or 376.85 °Cd,

while Gajah and Jerapah reached 50% population blooming at 470.95 °Cd or
391.80 °Cd. Kelinci and Jerapah could be harvested at 1619.35 °Cd (with 10 °Cbase temperature) or 1346.35 °Cd (with 13 °C-base temperature), while Gajah
could be harvested at 1792.50 °Cd or 1489.50 °Cd.
Keywords: peanut, heat unit accumulation, flowering time, harvesting time

PENENTUAN UMUR PANEN TIGA VARIETAS KACANG
TANAH (Arachis hypogaea L.) BERDASARKAN
AKUMULASI SATUAN PANAS

YOGA SETIAWAN SANTOSO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judul Skripsi : Penentuan Umur Panen Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas
Nama
: Yoga Setiawan Santoso
:A24090028
NIM

Disetujui oleh

Dr Ir Heni Pumamawati, MScAgr
Pembimbing I

Tanggal Lulus: _

3

r セ@


C 201

MS

Judul Skripsi : Penentuan Umur Panen Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas
Nama
: Yoga Setiawan Santoso
NIM
: A24090028

Disetujui oleh

Dr Ir Heni Purnamawati, MScAgr
Pembimbing I

Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK, MS
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji penulis panjatkan kepada Allah ‫تعالى‬‎ ‫و‬‎ ‫سبحانه‬‎‎ -‎ Tuhan semesta
alam - atas segala rahmat dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini. Penelitian dengan judul Penentuan Umur Panen Tiga Varietas
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas ini
dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor pada
Februari 2013 hingga Juni 2013.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Heni Purnamawati,
MScAgr dan Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK, MS selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, koreksi dan masukan dalam penelitian dan juga
dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing studi penulis di departemen Agronomi dan Hortikultura. Penulis

juga mengucapkan banyak terima kasih kepada MINAMAS – SIME DARBY dan
Badan Metorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi
Dramaga Bogor yang telah banyak membantu dalam penelitian ini baik berupa
bantuan dana maupun data yang sangat bermanfaat. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan
karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran yang
membangun akan sangat penulis butuhkan. Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat.

Bogor, November 2013
Yoga Setiawan Santoso

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Tanah
Kriteria Panen Kacang Tanah
Konsep Satuan Panas
Suhu dan Kacang Tanah
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Bahan dan Peralatan Penelitian
Rancangan Penelitian, Model Percobaan dan Analisis Data
Pelaksanaan
Pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Umur Berbunga
Rekapitulasi Sidik Ragam
Umur Panen
Varietas Gajah
Varietas Jerapah
Varietas Kelinci
Bobot Polong

KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

x
x
x
1
1
1
2
2
2
3
4
5
5
5

5
6
6
6
6
8
9
10
11
12
13
14
14
14
15
17
20

DAFTAR TABEL
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Subspesies kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
Perbedaan antar stadium kematangan polong kacang tanah
Persentase tanaman berbunga tiga varietas kacang tanah
Konversi satuan hari ke satuan panas pada saat tanaman kacang tanah
berbunga
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, umur panen, dan
interaksi keduanya pada tanaman kacang tanah
Konversi satuan waktu menjadi satuan panas tujuh taraf waktu panen
Persentase polong stadium penuh 2 antar varietas tanpa menyertakan
polong cipo tanaman kacang tanah
Total bobot polong isi per tanaman antar perlakuan waktu panen kacang
tanah

2
7
8
9
9
10
10
14

DAFTAR GAMBAR
1 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen varietas Gajah
2 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen varietas Jerapah
3 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen varietas Kelinci

11
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1. Deskripsi varietas-varietas kacang tanah yang ditanam
2. Kriteria penilaian hasil analisis tanah menurut Balai Penelitian Tanah

2005

17
17

3. Persentase jumlah polong tiap stadia kematangan polong antar waktu

panen tiga varietas kacang tanah
4. Suhu maksimum, suhu minimum, dan suhu rata-rata lingkungan tumbuh
selama penanaman
5. Curah hujan, hari hujan, dan intensitas penyinaran matahari pada
Februari-Juni 2013

18
19
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan komoditas tanaman pangan
yang memiliki nilai ekonomi dan nutrisi tinggi, namun rendahnya produksi tidak
dapat mengimbangi tingginya permintaan masyarakat akan kacang tanah.
Produktifitas kacang tanah pada tahun 2012, yaitu 1.2 ton ha-1 (BPS 2013)
tergolong cukup rendah dibandingkan produktifitas potensial varietas unggul
nasional seperti Kelinci (2.3 ton ha-1), Komodo (3.3 ton ha-1), Zebra (3.8 ton ha-1),
atau Panter (5.4 ton ha-1) (Suhartina 2005). Rendahnya produktifitas tersebut salah
satunya disebabkan karena kehilangan hasil pada saat panen dan ketidaktepatan
penentuan waktu panen. Penentuan waktu panen dan cara panen yang tidak tepat
dapat mengurangi hasil panen sekitar 10-15% (Adisarwanto 2001).
Deskripsi varietas kacang tanah di Indonesia masih menggunakan satuan
waktu (hari) dalam menentukan waktu panennya, sehingga akan dapat terjadi
perbedaan kematangan polong pada waktu yang sama jika tanaman ditanam pada
lokasi dengan ketinggian yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena
perbedaan suhu harian yang diterima di tiap lokasi tertentu. Selain itu, waktu
panen kacang tanah umumnya ditentukan oleh kondisi visual tanaman, yaitu
ditandai dengan banyaknya daun yang telah berubah dari hijau menjadi kuning,
atau bila dicabut akan tampak polong dengan tekstur yang jelas serta warna lebih
gelap (Adisarwanto 2001). Selain itu kebanyakan petani di Indonesia
menggunakan indikator penyakit bercak daun sebagai indikator waktu panen
kacang tanah. Namun saat ini telah dikembangkan varietas kacang tanah yang
tahan penyakit bercak daun (Yudiwanti et al. 2008), sehingga penentuan waktu
panen tidak dapat lagi menggunakan indikator tersebut.
Metode satuan panas adalah metode kuantitatif mengenai hubungan antara
suhu dan tanaman. Konsep satuan panas ini didasarkan pada kebutuhan total
panas dari tanaman untuk tumbuh dan menghasilkan yang diasumsikan bahwa
terdapat hubungan linier antara pertumbuhan tanaman dan suhu (Baharsjah 1991).
Metode ini populer dengan istilah degrees-day, heat unit dan growing degreesday. Metode satuan panas sudah banyak digunakan karena memiliki kelebihan
daripada satuan waktu (hari). Kelebihan dari penerapan satuan panas sebagai
umur pertumbuhan dan panen kacang tanah yaitu dapat mempermudah peramalan
produksi dengan metode energy-crop-growth, simulasi produksi dan
komputerisasi. Penggunaan metode akumulasi satuan panas dalam menentukan
umur panen kacang tanah diharapkan dapat meningkatkan keakuratan dalam
menentukan waktu panen, memudahkan taksasi hasil, simulasi produksi dan
komputerisasi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan umur berbunga dan umur panen
tiga varietas kacang tanah berdasarkan akumulasi satuan panas.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan
tropik dan subtropik dari Argentina sebelah utara sampai Amazona. Diperkirakan
pada 1500 M telah menyebar di seluruh Amerika Selatan, Meksiko dan Karibia
dan akhirnya dibawa ke Afrika oleh penjelajah dan pedagang Iberia. Dari Afrika
kacang tanah dibawa ke Amerika Utara, Asia dan Oceania (Ashley 1984).
Menurut Shokes dan Melouk (1995) kacang tanah dipercaya telah didomestikasi
pertama kali di Paraguay, dan hingga saat ini kacang tanah telah ditanam di
seluruh belahan dunia di lebih dari 50 negara.
Kacang tanah termasuk tanaman herba semusim, berakar tunggang, dan
memiliki empat helaian daun (tetrafoliate). Pertumbuhan tanaman terdiri dari fase
vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif dimulai sejak perkecambahan sampai
sebelum berbunga, sedangkan fase generatif dimulai sejak timbulnya bunga
pertama sampai dengan polong masak, yang meliputi fase pembungaan,
pembentukan ginofor (peg), pembentukan polong, pembesaran polong,
pembentukan biji dan pematangan biji (Shokes dan Melouk 1995).
Menurut Shokes dan Melouk (1995) terdapat dua subspesies kacang tanah
yang umum dibudidayakan dengan ciri-ciri seperti pada tabel 1.
Tabel 1 Subspesies kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
Subspesies

Letak bunga

hypogaea

Cabang
lateral

Tipe
pertumbuhan
Menyebar
Berkelompok

fastigiata

Batang utama

Tegak

Varietas botani
hypogaea, Runner
hypogaea, Virginia
hirsuta, Peruvian
humpback atau
Chinese dragon
fastigiata, Valencia
vulgaris, Spanish

Waktu
pematangan
Panjang
(145-165 hari)

Pendek
(125-145 hari)

Sumarno dan Slamet (1993) menjelaskan bahwa tanaman kacang tanah memiliki
sifat-sifat fisiologis yang unik yang tidak terdapat pada tanaman kacang-kacangan
lain, seperti: 1) pertumbuhan vegetatif dan generatif lebih dipengaruhi oleh suhu
daripada lama penyinaran, 2) pertumbuhan generatif memerlukan radiasi surya
yang cukup tinggi, dan 3) bunga terbentuk pada tajuk di atas tanah, tetapi polong
masuk dan berkembang di dalam tanah dan mampu menyerap hara langsung dari
tanah.
Kriteria Panen Kacang Tanah
Penentuan umur panen kacang tanah pada umumnya menggunakan satuan
waktu, yaitu berdasarkan satuan umur panen yang ada pada deskripsi varietas
yang ditanam (Marzuki 2009). Selain itu umur panen kacang tanah juga dapat
ditentukan dengan melihat perubahan karakter fisik tanaman seperti

3
menguningnya daun, meluruhnya daun, dan mengerasnya batang (Tim Bina Karya
Tani 2012).
Petani biasanya juga mencabut kurang lebih sepuluh tanaman untuk melihat
tingkat kematangan polongnya (Marzuki 2009). Ciri-ciri polong yang menjadi
kriteria panen tanaman kacang tanah antara lain: kulit polong keras, jaring tampak
jelas (khusus untuk varietas yang berjaring), warna polong terlihat menghitam,
kulit polong bagian dalam terlihat menghitam, kulit biji mudah dikelupas, kadar
air kurang dari 25% (Marzuki 2009), biji terisi penuh (Tim Bina Karya Tani 2012),
dan persentase polong tua mencapai 70-80% (Adisarwanto 2001).
Konsep Satuan Panas
Suhu memengaruhi tanaman melalui pengaruhnya pada laju proses-proses
metabolisme. Pengaruh suhu terlihat terutama pada laju perkembangan tanaman
seperti perkecambahan, pembentukan daun, inisiasi organ reproduktif (Baharsjah
1991); pematangan buah, dan umur tanaman (Bey dan Las 1991).
Setiap tanaman memerlukan suhu optimum tertentu untuk dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pertumbuhan tanaman akan terganggu atau terhenti
apabila suhu lingkungan berada di bawah suhu minimum atau di atas suhu
maksimum (Karsono 1984). Suhu ekstrim tinggi akan menyebabkan desikasi
jaringan, yaitu kekeringan daun akibat kepanasan atau kelayuan akibat tingginya
transpirasi. Suhu ekstrim rendah mengakibatkan terjadinya frost atau chilling
injury dan kehampaan tinggi pada tanaman biji-bijian (Bey dan Las 1991). Bey
dan Las (1991) juga menjelaskan bahwa suhu tinggi pada malam hari sangat
memperlambat laju pertumbuhan, karena tingginya respirasi tidak diimbangi
dengan fotosintesis sebagaimana halnya pada siang hari.
Konsep satuan panas atau degree day sudah dicetuskan lebih dari dua abad
yang lalu. Konsep ini didasarkan pada kebutuhan total panas dari tanaman untuk
tumbuh dan menghasilkan. Konsep satuan panas ini didasarkan pada asumsi
bahwa terdapat hubungan linier antara pertumbuhan tanaman dan suhu
(Baharsjah 1991). Konsep ini populer dengan istilah akumulasi satuan panas, heat
unit, dan growing degrees-day.
Secara matematik persemaan untuk menghitung jumlah panas adalah
sebagai berikut (Boote dan Gardner 1998):
..................................................(persamaan 1)
Keterangan :
SPn
tmaks(i)
tmin(i)
tb
i
n

= akumulasi panas sampai hari ke-n (oCd)
= suhu maksimum harian (oC)
= suhu minimum harian (oC)
= suhu dasar (oC)
= hari setelah tanam
= hari pada fase tertentu

4
Untuk menghitung jumlah panas perlu mengetahui suhu dasar tanaman,
yakni suhu saat di bawah suhu tersebut aktivitas pertumbuhan tanaman terhenti
atau suhu saat laju pertumbuhan sama dengan nol.
Metode ini memang relatif mudah dan tidak memerlukan biaya banyak
untuk dilakukan. Namun demikian terdapat beberapa kelemahan dalam
penggunaannya. Menurut Baharsjah (1991) metode ini tidak memperhitungkan
faktor-faktor lingkungan lain yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman seperti kelembaban tanah, kelembaban relatif, radiasi matahari, dan
angin. Selain itu terdapat perbedaan respon tanaman terhadap suhu di setiap fase
perkembangan atau perbedaan suhu minimum untuk berbagai tahap pertumbuhan.

Suhu dan Kacang Tanah
Suhu berpengaruh terhadap semua aspek pertumbuhan kacang tanah.
Menurut Kvien (1995) kacang tanah termasuk tanaman yang sangat sensitif
terhadap suhu bahkan bisa mati karena suhu rendah. Suhu terbaik untuk
fotosintesis dan produksi bahan kering tertinggi pada kacang tanah sekitar 30 oC.
Suhu rendah akan mengurangi laju fotosintesis dan produksi bahan kering.
Pertumbuhan dan fotosintesis rendah saat suhu di bawah 15 oC.
Ashley (1984) menjelaskan bahwa kacang tanah tumbuh paling baik pada
kisaran suhu 25–35 oC dan tidak tahan terhadap embun dingin. Tipe Valencia
tidak dapat berbunga pada suhu dibawah 24 oC , namun pada suhu 33 oC
mengakibatkan pertumbuhan vegetatif lebih banyak tanpa kenaikan jumlah
polong dan menyebabkan hanya satu persen bunga yang membentuk polong (dari
100 bunga). Pada suhu 28 oC terdapat lebih sedikit bunga (40 bunga) tetapi
sekitar 59 % menjadi polong. Produksi buah tertinggi dihasilkan pada saat suhu
siang/malam 26/27 oC.
Menurut Kuntyastuti (1993) penghitungan satuan panas terbaik adalah jika
suhu dasar yang digunakan adalah suhu dasar tanaman pada fase vegetatif karena
memberikan nilai simpangan baku (s) terkecil dibandingkan dengan penggunaan
suhu dasar fase lainnya. Boote dan Gardner (1998) menyatakan suhu dasar kacang
tanah adalah 10 oC, sedangkan menurut Ketring dan Reid (1995) suhu yang
menyebabkan tanaman kacang tanah tidak mengalami pertumbuhan (atau biasa
disebut dengan suhu dasar) adalah 13 oC.
Menurut Ketring dan Reid (1995) dengan suhu dasar 13 oC, pada umumnya
kacang tanah mulai berkecambah pada 90 oCd; pembungaan dimulai sejak 300400 oCd pada kacang tanah tipe Spanish; laju pertumbuhan tanaman tertinggi
terjadi pada 500-900 oCd; laju perkembangan polong tertinggi pada 900-1300 oCd
pada kcang tanah tipe Spanish. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Lenisastri
(2000), dijelaskan bahwa umur panen tanaman kacang tanah yang akan digunakan
sebagai benih varietas Trenggiling, Panter, Singa, Jerapah 1500.3 oCd; Simpai,
Pelanduk, Zebra 1583.65 oCd; dan varietas Macan 1667 oCd.

5

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013 di Kebun
Percobaan Leuwikopo (koordinat 6.565206 oLS dan 106.725557 oBT, ketinggian
lebih kurang 250 m) dan Laboratorium Pascapanen (Postharvest Laboratory),
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Analisis tanah
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Data iklim dan cuaca harian
didapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun
Klimatologi Dramaga Bogor (kooordinat 06o31’ LS 106o44’ BT, ketinggian lebih
kurang 207 m)

Bahan dan Peralatan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih tiga varietas
kacang tanah (Gajah, Jerapah, dan Kelinci), Dolomit CaMg(CO3)2, pupuk
kandang, pupuk NPK Phonska (15-15-15), dan pestisida (Furadan, Curacron, dan
Antracol). Peralatan yang digunakan antara lain peralatan pertanian, penggaris,
timbangan digital, jangka sorong digital, kamera digital, dan latar foto.
Rancangan Penelitian, Model Percobaan dan Analisis Data
Percobaan terdiri atas dua faktor yang disusun petak terbagi (split plot)
dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan.
Petak utama adalah varietas dengan tiga taraf, yaitu Gajah (V1), Jerapah (V2), dan
Kelinci (V3). Sebagai anak petak adalah waktu panen dengan tujuh taraf yaitu 85
(P1), 90 (P2), 95 (P3), 100 (P4), 105 (P5), 110 (P6), dan 115 hari (P7). Menurut
Mattjik dan Sumertajaya (2006) model linier untuk percobaan ini dapat dituliskan
seperti dalam persamaan 2.
Yijk = µ + Ui + Pj + αij + Kk + (PK)jk + εijk..........................................( persamaan 2)
Keterangan: i
= 1, 2, 3;
j = 1, 2, 3; k = 1, 2, 3, ... , 7
Yijk = Pengamatan pada faktor varietas taraf ke-i, faktor waktu
panen taraf ke-j, dan ulangan ke-k
µ
= Rataan umum
Ui
= Pengaruh ulangan ke-i
Pj
= Pengaruh varietas (petak utama) taraf ke-j
αij
= Pengaruh galat pada ulangan ke-i dan varietas taraf ke-j
Kk = Pengaruh waktu panen (anak petak) taraf ke-k
(PK)jk = Pengaruh interaksi antara varietas (petak utama) taraf ke-j
dan waktu panen (anak petak) taraf ke-k
εijk = Pengaruh galat percobaan dari ulangan ke-i, varietas taraf
ke-j, dan waktu panen taraf ke-k

6
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji F. Analisis dilanjutkan
dengan Uji Perbandingan Berganda Duncan (DMRT, Duncan Multiple Range
Test) apabila hasil pengujian sebelumnya (Uji F) berpengaruh nyata. Apabila hasil
pengujian Split Plot (Uji F) tidak menunjukkan interaksi berpengaruh nyata maka
dilanjutkan dengan pengujian faktor tunggal (terutama pengaruh umur panen pada
setiap taraf varietas).

Pelaksanaan
Benih diseleksi berdasarkan ukuran dan bentuk, diupayakan benih yang
ditanam berukuran seragam. Penambahan pupuk kandang dengan dosis 1 ton ha-1
dan Dolomit dengan dosis 600 kg ha-1 dilakukan bersamaan dengan pengolahan
tanah. Pemetakan dilakukan dua minggu setelah pengolahan tanah dengan ukuran
petak 4.5 m × 3.6 m. Setiap petak mewakili satu taraf varietas dan satu ulangan
sehingga terdapat 9 petak.
Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm × 20 cm. Benih ditanam
sebanyak satu benih per lubang tanam. Pemberian pupuk NPK Phonska (15-1515) dengan dosis 200 kg ha-1 dilakukan sepuluh hari setelah tanam dengan cara
ditebar dalam alur. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman (pada 1
MST), pemberian bendera pada tanaman sulaman dan tanaman sakit (pada 10
HST), pembumbunan, penyiraman, penyiangan, dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman. Pemberian bendera bertujuan menandai tanaman sulaman
agar tidak digunakan sebagai sampel karena sampel yang diambil harus memiliki
umur yang sama pada tiap panen. Panen dilakukan sesuai dengan perlakuan waktu
panen.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan umur berbunga (jumlah
tanaman berbunga dalam populasi) dan pengamatan umur panen (kematangan
polong). Pengamatan kematangan polong (umur panen) meliputi pengamatan
persentase polong tiap stadium kematangan (Tabel 2), warna polong bagian luar
dan jaring-jaring, ukuran polong, warna kulit polong bagian dalam, warna kulit
biji, serta bobot polong kering. Selain itu dilakukan juga penghitungan akumulasi
satuan panas tanaman berdasarkan data yang didapatkan dari BMKG Stasiun
Klimatologi Dramaga Februari-Juni 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Percobaan lapang dilaksanakan pada bulan Februari–Juni 2013. Berdasarkan
data iklim dan cuaca harian dari BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga (2013),
rata-rata curah hujan selama penanaman adalah 274.72 mm bulan-1. Berdasarkan
klasifikasi iklim Oldeman (Kartasapoetra 2004) selama penanaman terdapat

7
empat bulan basah (curah hujan lebih dari 200 mm bulan-1) yaitu bulan Februari,
Maret, April, dan Mei; dan satu bulan kering (curah hujan kurang dari 100 mm
bulan-1) yaitu bulan Juni. Rata-rata hari hujan sebesar 23.4 hari, rata-rata intensitas
cahaya matahari sebesar 299.76 cal cm-2, rata-rata suhu udara maksimum harian
sebesar 32.3 °C, dan rata-rata suhu udara minimum harian sebesar 23.3 °C. Secara
umum tanaman mendapatkan air yang cukup dan suhu yang optimal selama
pertumbuhan.
Tabel 2 Perbedaan antar stadium kematangan polong kacang tanah
Stadium
kematangan
Keterangan
polong
Cipo
Fase awal pembentukan polong, bentuk
belum sempurna, diameter lebih besar
dari dua kali diameter ginofor, sebagian
besar isi masih berupa bahan cair,
jaring-jaring belum terlihat
Setengah
penuh

Bentuk sempurna, ukuran belum
maksimal, pengisian biji masih
berlangsung, kulit bagian luar berwarna
kuning, sebagian jaring-jaring sudah
mulai terlihat

Penuh 1

Bentuk sempurna, ukuran maksimal,
kulit bagian luar berwarna kuning
kecoklatan, jaring-jaring sudah terlihat,
kulit bagian dalam berwarna putih, kulit
biji berwarna putih

Penuh 2

Bentuk sempurna, ukuran maksimal,
kulit bagian luar berwarna coklat, jaringjaring sudah terlihat, kulit bagian dalam
terdapat bercak coklat, kulit biji
berwarna merah muda (pink) untuk
varietas Gajah dan Jerapah; putih untuk
varietas Kelinci
Bentuk sempurna, ukuran maksimal,
kulit bagian luar berwarna coklat, jaringjaring sudah terlihat, kulit bagian dalam
hampir dipenuhi bercak coklat, kulit biji
berwarna kecoklatan

Penuh 3

Berkecambah

Biji berkecambah dalam polong atau
polong pecah lalu berkecambah

Rusak

Biji rusak terserang hama atau penyakit

Gambar
Gajah/Jerapah

Gambar
Kelinci

8
Jenis tanah di lokasi percobaan termasuk jenis tanah latosol dengan pH
rendah (masam) yaitu 5.10 (Lampiran 2). Kandungan Ca dan Mg di lahan juga
tergolong rendah. Penambahan Dolomit CaMg(CO3)2 dengan dosis 600 kg ha-1
saat pengolahan tanah diharapkan dapat memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu
meningkatkan pH, meningkatkan kandungan Ca dan Mg, serta meningkatkan
ketersediaan unsur P dalam tanah.
Daya tumbuh benih masih tergolong tinggi (di atas 80%) yaitu 91.92%
untuk varietas Kelinci, 87.88% untuk varietas Jerapah, dan 84.34% untuk varietas
Gajah. Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur satu minggu setelah tanam
(MST) dan pemberian bendera dilakukan saat 10 hari setelah tanam (HST).
Umur Berbunga
Penentuan umur berbunga kacang tanah didasarkan pada persentase
tanaman berbunga dalam populasi. Pengamatan umur berbunga dilakukan sejak
ada tanaman dalam populasi mulai berbunga hingga lebih dari 75% populasi telah
berbunga. Pengamatan dilakukan pada pagi hari. Menurut Shokes dan Melouk
(1995) waktu penyerbukan kacang tanah (self pollination) biasanya dimulai saat
matahari terbit hingga 5-6 jam setelahnya. Penyerbukan terjadi beberapa saat
sebelum bunga mekar (kliestogami) sehingga diharapkan pada pagi hari bunga
kacang tanah masih terlihat jelas (belum layu).
Varietas Kelinci mulai berbunga pada 23 hari setelah tanam (HST),
sedangkan varietas Jerapah dan Gajah mulai berbunga pada 24 HST (Tabel 3).
Varietas Kelinci mencapai 50% tanaman berbunga pada 26 HST, sedangkan
varietas Jerapah dan Gajah mencapai 50% tanaman berbunga pada 27 HST (Tabel
3). Secara umum menurut Shokes dan Melouk (1995) kacang tanah mulai
berbunga pada umur 4–6 minggu setelah tanam (MST) atau bahkan mulai
berbunga pada 6–10 MST. Menurut Purnamawati (2012) selisih waktu antara
periode bunga dengan waktu panen menggambarkan periode pengisian biji.
Tabel 3 Persentase tanaman berbunga tiga varietas kacang tanah
Varietas
Jerapah
Gajah
Kelinci

23 HST
0.0
0.0
0.8

Rata-rata persentase tanaman berbunga (%)
24 HST
25 HST
26 HST
27 HST
1.4
7.2
39.9
68.7
2.0
12.8
46.7
73.5
3.0
27.9
65.9
88.7

28 HST
90.2
92.9
96.4

Pembentukan bunga masih terus berlangsung walaupun tanaman memasuki
periode pengisian biji. Purnamawati (2012) melaporkan bahwa varietas Gajah dan
Jerapah mengalami pertambahan jumlah bunga yang cepat pada awal pembungaan
dan laju pertambahannya berkurang drastis selama periode pembentukan polong
dan pengisian biji, sedangkan pada varietas Kelinci laju pertambahan cenderung
konstan dan sedikit melambat saat periode pengisian polong.
Penghitungan satuan panas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menghitung rata-rata suhu maksimum dan minimum harian lalu dikurangi
dengan suhu dasar tanaman (Ketring dan Reid 1995), seperti pada persamaan 1.
Berdasarkan akumulasi satuan panas yang diperoleh tanaman (Tabel 4) maka
varietas Kelinci mulai berbunga pada 403.60 °Cd (suhu dasar 10 °C), sedangkan

9
varietas Gajah dan Jerapah keduanya mulai berbunga pada 420.75 °Cd (suhu
dasar 10 °C) atau 348.75 °Cd (suhu dasar 13 °C).
Tabel 4 Konversi satuan hari ke satuan panas pada saat tanaman kacang tanah
berbunga
Umur
tanaman
(HST)
1
...
23
24
25
26
27
28

Suhu
harian
rata-rata
(°C)
26.80
...
27.60
27.15
27.00
27.10
27.35
27.60

Suhu dasar 10 °C
Satuan panas
Akumulasi
(°C)
satuan panas
(°Cd)
16.80
16.80
...
...
17.60
403.60
17.15
420.75
17.00
437.75
17.10
454.85
17.35
472.20
17.60
489.80

Suhu dasar 13 °C
Satuan
Akumulasi
panas
satuan panas
(°C)
(°Cd)
13.80
13.80
...
...
14.60
334.60
14.15
348.75
14.00
362.75
14.10
376.85
14.35
391.20
14.60
405.80

Hal ini sejalan dan mendukung Ketring dan Reid (1995) yang menyatakan bahwa
kacang tanah tipe Spanish (seperti varietas Gajah dan Jerapah) mulai berbunga
pada 300–400 °Cd (suhu dasar 13 oC). Varietas Kelinci mencapai 50% tanaman
tanaman berbunga pada 454.85 °Cd; varietas Gajah dan Jerapah mencapai 50%
tanaman berbunga pada 472.20 °Cd.

Rekapitulasi Sidik Ragam
Parameter-paramater yang menunjukkan kematangan polong atau stadiumstadium kematangan polong yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
stadium polong penuh 3, penuh 2, penuh 1, setengah penuh, cipo, berkecambah,
dan polong rusak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada tabel 2. Hasil
analisis ragam (Tabel 5) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata
terhadap semua stadium kematangan polong kecuali stadium polong setengah
penuh dan berkecambah. Umur panen berpengaruh sangat nyata terhadap semua
stadium kematangan polong kecuali stadium polong cipo dan rusak.
Tabel 5 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, umur panen, dan
interaksi keduanya pada tanaman kacang tanaha
Stadium kematangan polong
Penuh 3
Penuh 2
Penuh 1
Setengah penuh
Cipo
Berkecambah
Rusak

Varietas
**
**
**
tn
**
tn
**

Umur panen
**
**
**
**
tn
**
tn

Interaksi
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

KK (%)
22.14
24.80
23.00
40.19
11.64
90.14
50.15

a

Hasil analisis setelah dilakukan transformasi data dengan arcsin akar kuadrat, ** sangat nyata (F
hitung < 1%), tn Tidak nyata (F hitung > 5%).

Interaksi antar faktor (varietas dan umur panen) tidak berpengaruh terhadap
semua stadium kematangan polong (Tabel 5). Karena interaksi tidak berpengaruh,

10
pengujian dilanjutkan (pada faktor tungggal umur panen) untuk melihat pengaruh
umur panen pada tiap taraf varietas yang diuji (Gajah, Jerapah, dan Kelinci).
Pengujian juga dilakukan terhadap semua stadium kematangan polong.

Umur Panen
Pengamatan pasca panen (polong) dilakukan secara dekstruktif pada tujuh
taraf waktu pemanenan, yaitu 85, 90, 95, 100, 105, 110, dan 115 HST.
Berdasarkan hasil konversi satuan (Tabel 6), pengamatan dilakukan pada saat
akumulasi satuan panas tanaman berkisar antara 1530.05 °Cd dan 2058.60 °Cd
(pada suhu dasar 10 °C) atau antara 1272.05 °Cd dan 1710.60 °Cd (pada suhu
dasar 13 °C). Secara umum suhu udara selama pertumbuhan tanaman tergolong
baik dan optimum untuk pertumbuhan.
Tabel 6 Konversi satuan waktu menjadi satuan panas tujuh taraf waktu panen
Umur
tanaman
(HST)
85
90
95
100
105
110
115

Suhu
harian
rata-rata
(°C)
28.45
27.50
27.60
26.50
27.50
28.20
28.80

Suhu dasar 10 °C
Satuan
Akumulasi
panas
satuan panas
(°C)
(°Cd)
18.45
1530.05
17.50
1619.35
17.60
1707.90
16.50
1792.50
17.50
1880.25
18.20
1971.20
18.80
2058.60

Suhu dasar 13 °C
Satuan
Akumulasi
panas
satuan panas
(°C)
(°Cd)
15.45
1272.05
14.50
1346.35
14.60
1419.90
13.50
1489.50
14.50
1562.25
15.20
1638.20
15.80
1710.60

Umur panen kacang tanah ditentukan berdasarkan tingkat kematangan
polong, yaitu saat persentase polong standar konsumsi (stadium penuh 2)
mencapai tertinggi, serta ukuran dan kematangan polong seragam. Keseragaman
ukuran polong ditandai dengan rendahnya persentase polong setengah penuh,
keseragaman kematangan ditandai dengan rendahnya persentase polong stadium
penuh 1. Sanders (1995) mengemukakan bahwa persentase polong matang untuk
menentukan waktu panen kacang tanah tipe Spanish adalah 75-80%. Berdasarkan
kriteria Sanders, maka kacang tanah varietas Gajah dan Jerapah dapat dipanen
pada 100 dan 90 HST (Tabel 7).
Tabel 7 Persentase polong stadium penuh 2 antar varietas tanpa menyertakan
polong cipo tanaman kacang tanaha
Varietas
Gajah
Jerapah
Kelinci
a

85

90

6.19 c 69.38 a
0.00 c 77.55 a
0.00 b 77.05 a

Waktu Panen (HST)
95
100
105
110
(%)
61.32 a 75.12 a 41.00 b 18.16 c
54.91 b 58.85 b 17.24 c
2.38 c
74.92 a 70.52 a 12.46 b 6.93 b

115
9.34 c
2.50 c
9.47 b

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT dengan α = 5%

11
Varietas Gajah
Kacang tanah varietas Gajah adalah kacang tanah tipe Spanish dari seleksi
keturunan persilangan Schwarz-21 Spanish 18-38 (Suhartina 2005). Rata-rata
polong tanaman selama waktu panen berbiji 1–2. Berdasarkan hasil pengujian,
seluruh stadium kematangan polong berbeda nyata terhadap persentase polong
kecuali stadium polong rusak (Lampiran 3). Polong stadium penuh 2 berbeda
nyata antar waktu panen dengan nilai tertinggi pada 90 (51.62 %), 95 (42.20 %),
dan 100 HST (50.92 %) (Gambar 1). Persentase polong stadium 1 berbeda nyata
100

Persentase Polong (%)

90
80
70
Penuh 2
Penuh 1
Setengah Penuh
Cipo

60
50
40
30
20
10
0
85

Penuh 2
Penuh 1
½ Penuh
Cipo

90

95

100

105

110

115

Umur
Panen (HST)

2.58 c 51.62 a 42.20 a 50.92 a 26.42 b 12.32 b
6.39 c
42.17 a 11.88 b 10.74 bc 5.69 bc 3.78 bc 3.45 bc 2.01 c
12.63 a 3.89 bc 8.72 ab 2.10 c
1.58 c 2.73 c
2.44 c
41.00 a 25.04 b 31.05 ab 30.32 ab 31.30 ab 32.01 ab 33.15 ab

Gambar 1 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen kacang tanah varietas Gajah
antar waktu panen dengan nilai terendah pada 95 (10.74%), 100 (5.69 %), 105
(3.78 %), 110 (3.45 %), dan 115 HST (2.01 %). Persentase polong stadium
setengah penuh berbeda nyata antar waktu panen dengan nilai terendah pada 90,
100, 105, 110, dan 115 HST. Persentase polong stadium penuh 2 tertinggi dengan
persentase polong stadium penuh 1 dan setengah penuh terendah didapatkan pada
waktu panen 100 HST. Selama masa pengisian dan pemasakan polong, persentase
polong cipo cenderung konstan walaupun terdapat perbedaan pada 85 dan 90 HST.
Selain itu pada Gambar 1 juga terlihat penurunan persentase polong penuh 2
secara signifikan setelah 100 HST.
Hasil yang ditunjukkan bahwa waktu panen yang tepat varietas gajah yaitu
pada 100 HST mendukung pendapat Sanders (1995). Walaupun tidak berbeda
nyata antara 90, 95, dan 100 HST (Tabel 7), persentase polong penuh 2 cenderung
paling tinggi pada 100 HST, yaitu 75.12%. Berarti berdasarkan satuan panas
tanaman (Tabel 6), varietas Gajah dapat dipanen pada 1792.50 °Cd (pada suhu
dasar 10°C) atau 1489.50 °Cd (pada 13 °C).

12

Varietas Jerapah
Kacang tanah varietas Jerapah adalah kacang tanah tipe Spanish dari hasil
silang tunggal varietas lokal Majalengka dengan ICGV 86021 (Suhartina 2005).
Rata-rata polong tanaman selama waktu panen berbiji 1–2 seperti ciri kacang
tanah tipe Spanish pada umumnya.
Berdasarkan hasil pengujian, stadium kematangan polong penuh, setengah
penuh, dan polong berkecambah berbeda nyata terhadap persentase polong.
Persentase polong rusak dan polong cipo tidak berbeda nyata antar waktu panen
(Lampiran 3). Persentase polong stadium penuh 2 berbeda nyata antar waktu
panen dengan nilai tertinggi pada 90 (57.39 %) dan 100 HST (41.07 %) (Gambar
2). Persentase polong stadium penuh 1 dan setengah penuh berbeda nyata antar
waktu panen. Persentase polong stadium penuh 1 dan polong setengah penuh
keduanya tidak berbeda nyata pada 90, 95 dan 100 HST. Persentase polong
stadium penuh 2 tertinggi dengan persentasi polong stadium penuh 1 dan setengah
penuh terendah didapatkan pada waktu panen 90 dan 100 HST.
Persentase polong cipo varietas Jerapah konstan (Gambar 2) selama
pengisian polong dan tidak berbeda nyata antar waktu panen. Persentase polong
penuh 2 masih belum muncul pada 85 HST dan berkurang signifikan setelah 100
HST.
100

Persentase Polong (%)

90
80
Penuh 2
Penuh 1
Setengah Penuh
Cipo

70
60
50
40

30
20
10
0
85

Penuh 2
Penuh 1
½ Penuh
Cipo

90

95

100

105

110

115

Umur
Panen (HST)

0.00 c 57.39 a 38.96 b 41.07 ab 12.40 c 1.71 c
1.76 c
51.79 a 10.15 bc 14.03 b 10.84 bc 5.35 cd 4.75 cd 0.87 d
7.77 a 2.40 abc 7.03 ab 4.10 abc 1.59 bc 2.08 bc 0.44 c
33.62
26.06
29.01
32.40
27.16 26.78
28.38

Gambar 2 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen kacang tanah varietas Jerapah
Persentase polong penuh 2 terhadap total polong tanpa menyertakan polong
cipo varietas Jerapah (Tabel 7) menunjukkan perbedaan yang nyata antar waktu
panen dengan nilai tertinggi pada 90 HST (77.55 %), sehingga 90 HST dianggap

13
waktu panen yang tepat untuk varietas Jerapah. Hal ini juga mendukung pendapat
Sanders. Berdasarkan satuan panas yang didapat tanaman (Tabel 6), varietas
Jerapah sudah dapat dipanen pada 1619.35 °Cd (suhu dasar 10 °C) atau
1346.35 °Cd (suhu dasar 13 °C).

Varietas Kelinci
Kacang tanah varietas Kelinci adalah kacang tanah tipe Valencia yang
berasal dari IRRI-Filipina dengan No. Acc-12 (Suhartina 2005). Rata-rata polong
tanaman selama waktu panen berbiji 3-5 seperti ciri kacang tanah tipe Valencia
pada umumnya. Berdasarkan hasil pengujian, persentase polong cipo varietas
Kelinci cenderung konstan (Gambar 3) selama pengisian polong dan tidak
berbeda nyata antar waktu panen. Persentase polong penuh 2 masih belum muncul
pada 85 HST dan berkurang signifikan setelah 100 HST. Varietas Kelinci
menghasilkan lebih banyak polong (termasuk polong cipo) per tanaman daripada
dua varietas lainnya (Gambar 1, 2, 3). Menurut Purnamawati et al. (2010) hal ini
kemungkinan disebabkan kurangnya asimilat dari fotosintesis (source-limited).
Persentase polong penuh dan setengah penuh berbeda nyata terhadap
persentase polong. Persentase polong berkecambah, rusak, dan polong cipo tidak
berbeda nyata antar waktu panen (Lampiran 3). Sama seperti varietas Jerapah,
polong stadium penuh 2 berbeda nyata antar waktu panen dengan persentase
polong tertinggi pada 90 (37.33 %), 95 (31.39 %), dan 100 HST (32.09 %)
(Gambar 3) namun memiliki kecenderungan tertinggi pada 90 HST. Persentase
polong penuh 1 dan setengah penuh berbeda nyata antar waktu panen namun tidak
berbeda pada 90, 95 dan 100 HST.
100

Persentase Polong (%)

90
80
70
Penuh 2
Penuh 1
Setengah Penuh
Cipo

60
50
40
30
20
10
0
85

Penuh 2
Penuh 1
½ Penuh
Cipo

90

95

100

105

110

115

Umur
Panen (HST)

0.00 c 37.33 a 31.39 a 32.09 a
5.99 b 3.04 b
4.84 b
33.06 a 6.23 b 4.92 bc 6.65 b
2.39 bc 4.46 bc 0.00 c
6.04 a 3.02 ab 3.16 ab 2.72 ab 2.35 b 3.10 ab 0.97 b
58.61
51.54
57.50
53.72
53.28 43.75
51.34

Gambar 3 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen kacang tanah varietas Kelinci

14
Bobot Polong
Bobot polong didapatkan dari pengukuran bobot polong tanaman setelah
dikeringkan (oven). Berdasarkan hasil analisis ragam, total bobot polong isi per
tanaman varietas Gajah dan Jerapah tidak berbeda nyata antar waktu panen, dan
total bobot polong isi per tanaman (Tabel 8) varietas Kelinci berbeda nyata antar
waktu panen. Total bobot polong isi per tanaman varietas Kelinci pada 90 HST
(21.21 g) tidak berbeda nyata dengan total bobot polong isi pada 95 (20.10 g), 105
(23.25 g), dan 110 HST (18.38).
Tabel 8 Total bobot polong isi per tanaman antar perlakuan waktu panen kacang
tanaha
Varietas

85

90

22.11
Gajah 19.09
12.06
18.99
Jerapah
Kelinci 17.30 b 21.21 ab

Waktu Panen (HST)
95
100
105
110
(g)
21.91
20.54
19.09
18.26
18.75
16.28
17.20
15.91
20.10 ab 18.38 b 23.25 a 20.48 ab

115
19.69
15.56
17.65 b

a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT dengan α = 5%

Berdasarkan Tabel 8, dan juga dengan memperhatikan persentase polong,
varietas Kelinci sudah layak untuk dipanen pada saat tanaman mencapai umur 90
HST; atau pada saat satuan panas tanaman (Tabel 6) mencapai 1619.35 °Cd (suhu
dasar 10 °C) atau 1346.35 °Cd (dengan suhu dasar 13 °C).

KESIMPULAN
Varietas Kelinci mulai berbunga pada 403.60 °Cd (suhu dasar 10 °C) atau
334.60 °Cd (suhu dasar 13 °C), sedangkan varietas Gajah dan Jerapah keduanya
mulai berbunga pada 420.75 °Cd atau 348.75 °Cd. Varietas Kelinci mencapai
50% tanaman tanaman berbunga pada 453.85 °Cd atau 376.85 °Cd, sedangkan
varietas Gajah dan Jerapah mencapai 50% tanaman berbunga pada 470.95 °Cd
atau 391.80 °Cd. Varietas Kelinci dan Jerapah dapat dipanen pada 1619.35 °Cd
(suhu dasar 10 °C) atau 1346.35 °Cd (suhu dasar 13 °C), sedangkan varietas
Gajah dapat dipanen pada 1792.50 °Cd atau 1489.50 °Cd.

SARAN
Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan penelitian yang sama pada
tempat yang berbeda ketinggian misalnya tempat dengan ketinggian 0-100 m dpl
dan 400-500 m dpl agar pengaruh dari suhu dapat terlihat jelas.

15

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto T. 2001. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah
dan Lahan Kering. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Ashley JM. 1984. Kacang tanah. Di dalam: Tohari, penerjemah; Goldsworthy PR,
Fidher NM, Soedharoedjian, editor. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Terjemahan dari: The
Physiology of Tropical Field Crops.
Baharsjah JS. 1991. Hubungan cuaca–tanaman. Bey A, editor. Kapita Selekta
dalam Agrometeorologi. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bey A, Las I. 1991. Strategi Pendekatan Iklim dalam Usaha Tani. Bey A, editor.
Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Boote KJ, Gardner FP. 1998. Temperature. Sinclair TR, Gardner FP, editor.
Principles of Ecology in Plant Production. Florida (US): CAB International.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Tabel luas panen produktivitas produksi
tanaman kacang tanah seluruh provinsi [Internet]. [diunduh 2013 Juli 17].
Tersedia pada http://bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3.
Karsono. 1984. Penggunaan metode jumlah panas untuk menentukan umur
kedelai (Glycine max (L.) Merr) pada tiga tinggi tempat [tesis]. Bogor (ID):
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Kartasapoetra AG. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan
Tanaman. Ed Revisi. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Ketring DL, Reid JL. 1995. Peanut growth and development. Mellouk HA,
Shokes FM, editor. Peanut Health Management. Minnesota (US): APS Pr.
Kuntyastuti H. 1993. Penggunaan metode satuan panas untuk menentukan umur
panen kacang hijau [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kvien C. 1995. Physiological an environmental disorder of peanut. Melouk HA,
Shokes FM, editor. Peanut Health Management. Minnesota (US): APS Pr.
Lenisastri. 2000. Penggunaan metode akumulasi satuan panas (heat unit) sebagai
dasar penentuan umur panen benih sembilan varietas kacang tanah (Arachis
hypogaea) [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan MINITAB. Bogor (ID): IPB Pr.
Marzuki AR. 2009. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Purnamawati H. 2012. Analisis potensi hasil kacang tanah dalam kaitan dengan
kapasitas dan aktifitas source dan sink [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Purnamawati H, Poerwanto R, Lubis I, Yudiwanti, Rais SA, Manshuri AG. 2010.
Akumulasi dan distribusi bahan kering pada beberapa kultivar kacang tanah. J.
Agron. Indonesia. 38(2):100-106.
Sanders TH. 1995. Harvesting, storage, and quality of peanuts. Mellouk HA,
Shokes FM, editor. Peanut Health Management. Minnesota (US): APS Pr.
Shokes FM, Melouk HA. 1995. Plant health management in peanut production.
Mellouk HA, Shokes FM, editor. Peanut Health Management. Minnesota
(US): APS Pr.

16
Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Malang (ID): Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Sumarno, Slamet P. 1993. Fisiologi dan pertumbuhan kacang tanah. Di dalam:
Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Monograf Balittan
Malang. Kacang Tanah. Malang (ID): Balai Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan.
Tim Bina Karya Tani. 2012. Pedoman Bertanam Kacang Tanah. Bandung (ID):
Yrama Widya.
Yudiwanti, Sudarsono, Purnamawati H, Yusnita, Hapsoro D, Hemon AF,
Soenarsih S. 2008. Perkembangan pemuliaan kacang tanah di Institut Pertanian
Bogor. Inovasi Teknologi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Mendukung
Kemandirian Pangan dan Kecukupoan Energi. Di dalam: [Balittan] Badan
Litbang Pertanian. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian; 2007 November 19; Malang, Indonesia. Malang
(ID) Badan Litbang Pertanian. Hlm 152-161.

17
Lampiran 1 Deskripsi varietas-varietas kacang tanah yang ditanam (Trustinah
2005)
Keterangan
Tipe
Dilepas tahun
Asal

Hasil rata-rata
Warna batang
Warna daun
Warna bunga
Warna ginofor
Warna biji
Bentuk tanaman
Umur berbunga
Umur polong tua
Bobot 100 biji
Kadar protein
Kadar lemak
Ketahanan

Sifat lain

Gajah
Spanish
1950
Seleksi keturunan
Schwarz-21 Spanish
18-38
1.8 ton ha-1
Hijau
Hijau
Kuning
Ungu
Merah muda
Tegak
30 hari
100 hari
53 g
29 %
48 %
– Tahan layu
– Peka karat daun
– Peka bercak daun
Rendemen biji 60-70
%

Varietas
Jerapah
Spanish
1998
Hasil silang tunggal
v. lokal Majalengka
dengan ICGV 86021
1.92 ton ha-1
Ungu
Hijau
Kuning muda
Hijau
Merah muda
Tegak
28–31 hari
90–95 hari
45–50 g
21.5 %
43 %
– Tahan layu
– Toleran karat daun
– Toleran bercak
daun
Toleran kekeringan,
hasil stabil,
beradaptasi luas

Kelinci
Valencia
1987
IRRI Filipina No.
Acc-12
2.3 ton ha-1
Hijau
Hijau tua
Kuning
Hijau
Merah muda
Tegak
25–29 hari
95 hari
45 g
31 %
28 %
– Agak tahan layu
– Tahan karat daun
– Toleran bercak
daun
Rendemen biji 67 %

Lampiran 2 Kriteria penilaian hasil analisis tanah menurut Balai Penelitian Tanah
2005
Parameter
pH (H2O)
C-organik
N-Total
KB
KTK
Ca
Al
Mg
Na
K
Mn
Zn
P (Bray I)
Fe
Cu
Liat
Debu
Pasir

Satuan

%
%
%
me 100-1 g-1
me 100-1 g-1
me 100-1 g-1
me 100-1 g-1
me 100-1 g-1
me 100-1 g-1
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
%
%
%

Nilai
5.10
1.83
0.18
34.42
18.77
4.55
1.53
0.87
0.72
0.32
73.04
10.27
4.30
1.40
0.74
53.59
32.28
14.13

Kriteria
Masam
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Rendah
Sedang – tinggi
Rendah – sedang
Sangat tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah – rendah

Liat

18
Lampiran 3 Persentase jumlah polong tiap stadia kematangan polong antar waktu
panen tiga varietas kacang tanah
Varietas Gajaha
Stadia
Kematangan
Polong
Penuh 3
Penuh 2
Penuh 1
½ penuh
Cipo
Berkecambah
Rusak
Total

Waktu Panen (HST)
85

90

95

100

105

110

115

(%)
0.00 c
0.00 c
1.80 c
2.85 c 30.20 b 39.72 ab 49.16 a
2.58 c 51.62 a 42.20 a 50.92 a 26.42 b 12.32 b
6.39 c
42.17 a 11.88 b 10.74 bc 5.69 bc 3.78 bc
3.45 bc
2.01 c
12.63 a
3.89 bc 8.72 ab 2.10 c
1.58 c
2.73 c
2.44 c
41.00 a 25.04 b 31.05 ab 31.32 ab 31.30 ab 32.01 ab 33.15 ab
0.24 b
0.86 b
0.79 b
0.48 b
0.39 b
3.52 a
0.84 b
1.37
6.71
4.70
6.65
6.34
6.25
6.00
100.00
100.00
100.00
100.00 100.00
100.00
100.00

a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT dengan α = 5%

Varietas Jerapaha
Tingkat
Kematangan
Polong

Waktu Panen (HST)
85

90

95

100

Penuh 3
0.00 b 0.00 b
3.37 b
Penuh 2
0.00 c 57.39 a
38.96 b
Penuh 1
51.79 a 10.15 bc 14.03 b
½ penuh
7.77 a 2.40 abc 7.03 ab
Cipo
33.62
26.06
29.01
Berkecambah 1.18 b 0.35 b
0.63 b
Rusak
5.70
3.65
6.98
Total
100.00
100.0
100.00

(%)
3.66 b
41.07 ab
10.84 bc
4.10 abc
32.40
0.61 b
7.31
100.00

105

110

115

46.40 a 48.32 a 54.70 a
12.40 c
1.71 c
1.76 c
5.35 cd 4.75 cd 0.87 d
1.59 bc 2.08 bc 0.44 c
27.16
26.78
28.38
1.99 b
9.01 a
4.02 b
5.11
7.35
9.83
100.00
100.00
100.00

a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT dengan α = 5%

Varietas Kelincia
Tingkat
Kematangan
Polong

Waktu Panen (HST)
85

90

95

100

105

110

115

(%)
Penuh 3
0.00 b
0.00 b
0.28 b
3.71 b 32.74 a 33.38 a
33.83 a
Penuh 2
0.00 b 37.33 a 31.39 a
32.09 a
5.99 b
3.04 b
4.84 b
Penuh 1
33.06 a
6.23 b
4.92 bc
6.65 b
2.39 bc 4.46 bc
0.00 c
½ penuh
6.04 a
3.02 ab 3.16 ab
2.72 ab 2.35 b
3.10 ab
0.97 b
Cipo
60.00
51.77
58.31
54.47
54.63
51.25
53.01
Berkecambah
0.30
0.49
0.28
0.00
0.45
2.75
3.34
Rusak
0.60
1.16
1.66
0.35
1.44
2.02
4.00
Total
100.00 100.00 100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT dengan α = 5%

19
Lampiran 4 Suhu maksimum, suhu minimum, dan suhu rata-rata lingkungan
tumbuh selama penanaman (BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga
Bogor 2013)
35,0
32,5

Suhu (°C)

30,0
27,5
25,0
22,5
20,0
19 25 3
Feb

9 15 21 27 2
Maret

Suhu Maksimum

9

16 23 30
April

7

14 21 28
Mei

Suhu Minimum

4 10 15
Juni

Suhu Rata-rata

Lampiran 5 Curah hujan, hari hujan, dan intensitas penyinaran matahari pada
Februari-Juni 2013a
Bulan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
a

Curah hujan
(mm)
406.2
289.8
216.0
399.3
62.3

Hari hujan
(hari)
24
26
26
22
19

Intensitas penyinaran matahari
(cal cm-2)
293.6
329.6
314.3
283.3
278.0

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga
Bogor

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Yoga Setiawan Santoso, dilahirkan di Tuban, Jawa Timur
pada tanggal 10 Juli 1991 dari pasangan ayah Gusno Santoso dan ibu Nurkaryati.
Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri
1 Jember pada tahun 2009 dan lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun yang sama.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti program pertukaran
pelajar Malaysia-Indonesia-Thailand (MIT exchange program) ke Kasetsart
University Thailand pada tahun ajaran 2010/2011 dan penulis menjadi asisten
praktikum Dasar Hortikultura pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis pernah aktif
di Organisasi Mahasiswa Daerah Jember sebagai wakil ketua umum pada tahun
2009/2010 dan sebagai ketua umum pada tahun 2010/2011. Pada tahun 2012
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (