Penetapan Umur Panen Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Metode Akumulasi Satuan Panas dan Stadia Kematangan Polong.

PENETAPAN UMUR PANEN KACANG TANAH (Arachis
hypogaea L.)BERDASARKAN METODE AKUMULASI
SATUAN PANAS DAN STADIA KEMATANGAN POLONG

SASMOYO ADI NUGROHO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penetapan Umur Panen
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Metode Akumulasi Satuan
Panas dan Stadia Kematangan Polong adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Sasmoyo Adi Nugroho
NIM A24100180

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait

ABSTRAK
SASMOYO ADI NUGROHO. Penetapan Umur Panen Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.) Berdasarkan Metode Akumulasi Satuan Panas dan Stadia
Kematangan Polong. Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI dan
YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO.
Penelitian ini bertujuan menentukan umur berbunga dan umur panen kacang
tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan akumulasi satuan panas dan stadia
kematangan polong. Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo
Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi
dan Hortikultura IPB pada bulan Maret hingga Juni 2014. Percobaan terdiri atas
dua faktor, yaitu varietas (sebagai petak utama) dan waktu panen (sebagai anak

petak) yang disusun petak terbagi (split plot) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Varietas Domba, Badak, dan Panther mulai berbunga pada
24 HST. Varietas Badak dan Panther mencapai 50% populasi tanaman berbunga
dengan akumulasi satuan panas 528.20 oCd pada umur 30 HST, sedangkan
varietas Domba mencapai 50% populasi tanaman berbunga dengan akumulasi
satuan panas 562.70 oCd pada saat 32 HST. Penentuan umur panen kacang tanah
didasarkan pada persentase polong stadia penuh dua tertinggi yang di ikuti dengan
bobot polong dan bobot biji yang besar. Umur panen terbaik dari ketiga varietas
kacang tanah yaitu Domba, Badak, dan Panther berada pada akumulasi satuan
panas sebesar 1673.1 oCd– 1851.4 oCd pada kisaran umur 95 HST–105 HST.
Kata kunci: kacang tanah, akumulasi satuan panas, umur panen

ABSTRACT
SASMOYO ADI NUGROHO. Harvesting Time Determination of Peanut
(Arachis hypogaea L.) based on Heat Unit Accumulation and Pod Develompment
Stage. Supervised by HENI PURNAMAWATI and YUDIWANTI WAHYU
ENDRO KUSUMO.
The objective of this experiment was to determine the flowering time and
determine the harvesting time of peanut (Arachis hypogaea L.) based on their heat
unit accumulation and pod development stage. This experiment was conducted at

Bogor Agricultural University, Experimental Field Leuwikopo, IPB and
Postharvest Laboratory Departemen of Agronomy and Horticulture IPB in March
until June 2014. This experiment has two factors and three replications, varieties
(as a main plot) and time harvesting (as a subplot) which arranged by split plot
design. The result of this experiment revealed that three varieties Domba, Badak,
and Badak started to bloom in 24 days after planting. Badak and Panther reached
their 50% population blooming in 528.20 oCd heat unit accumulation, 30 days
after planting, while Domba reached its 50% population blooming in 562.70 oCd
heat unit accumulation in 32 days after planting. Harvesting time determination of
peanut based on the highest presentation of second stadium of peanut and the
biggest mass of pods and grains. The best harvesting time of those varieties were
in 1673.1 oCd–1851.4 oCd heat unit accumukation or 95–105 days after planting.
Keyword: heat unit accumulation, harvesting time, peanut

PENETAPAN UMUR PANEN KACANG TANAH (Arachis
hypogaea L.) BERDASARKAN METODE AKUMULASI
SATUAN PANAS DAN STADIA KEMATANGAN POLONG

SASMOYO ADI NUGROHO


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul
Penetapan Umur Panen Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan
Metode Akumulasi Satuan Panas dan Stadia Kematangan Polong dapat
diselesaikan dengan baik. Penelitian telah dilaksanakan di Kebun Percobaan
Leuwikopo dari Bulan Maret hingga Juni 2014.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Heni Purnamawati, Msc.Agr
dan Ibu Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK, MS selaku pembimbing dan telah
memberikan pengarahan dan saran selama penyusunan karya ilmiah ini, serta
kepada kedua orang tua, kakak dan keluarga besar yang telah memberikan doa
dan support selama kegiatan penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Skim Penelitian Strategis Nasional Tahun Anggaran 2014 yang telah
membiayai penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr Ir
Herdhata Agusta selaku pembimbing akademik. Selain itu, ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada seluruh teman-teman AGH 47 yang telah memberikan
bantuan selama penelitian ini berlangsung dengan baik sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Sasmoyo Adi Nugroho

2


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Kacang Tanah

2

Kriteria Panen Kacang Tanah

3

Konsep Satuan Panas

3


Suhu dan Kacang Tanah

4

METODE PENELITIAN

4

Tempat dan Waktu

4

Bahan dan Alat

5

Rancangan Percobaan

5


Pelaksanaan Penelitian

6

Pengamatan

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum

6

Umur Berbunga

7


Stadia Kematangan Polong

8

Rekapitulasi Sidik Ragam

12

Umur Panen

13

SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16


Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

17

Lampiran

19

RIWAYAT HIDUP

23

2

DAFTAR TABEL
1 Konversi satuan hari ke satuan panas saat kacang tanah berbunga
2 Perbedaan antar stadia kematangan polong kacang tanah
3 Rekapitulasi hasil sidik ragam karakter kuantitatif pengaruh varietas,
umur panen dan interaksi keduanya pada tanaman kacang tanah
4 Rekapitulasi hasil sidik ragam stadia kematangan pengaruh varietas,
umur panen dan interaksi keduanya pada tanaman kacang tanah
5 Konversi satuan hari ke satuan panas pada umur panen kacang tanah

8
9
13
13
14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen kacang tanah varietas Domba
Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen kacang tanah varietas Badak
Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen kacang tanah varietas Panther
Persentase polong stadia penuh 2 ketiga varietas kacang tanah tanpa
menyertakan polong cipo
Nilai tengah bobot polong ketiga varietas kacang tanah tanpa
menyertakan polong cipo
Nilai tengah bobot biji ketiga varietas kacang tanah tanpa
menyertakan polong cipo

11
11
12
14
15
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

3
4
5

Data iklim dan cuaca daerah bulanan daerah Dramaga Bulan Maret–
Juni 2014
Suhu maksimum. suhu minimum. dan suhu rata-rata lingkungan
tumbuh selama penanaman (BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga
Bogor 2014)
Deskripsi varietas kacang tanah dalam Pedoman Teknis Pengelolaan
Produksi Kacang Tanah. Kacang Hijau. dan Aneka Kacang 2013
Rata-rata persentase polong stadia penuh 2, bobot polong, dan bobot
biji dari ketiga varietas kacang tanah tanpa menyertakan polong cipo
Persentase jumlah polong tiap stadia kematangan polong antar waktu
panen tiga varietas kacang tanah

19

19
20
21
21

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang mempunyai
arti ekonomi cukup penting karena berperan dalam memenuhi kebutuhan pangan
nasional sebagai sumber protein nabati, minyak, dan nutrisi lainnya. Adanya
program pemerintah tentang diversifikasi pangan dan meningkatnya tuntutan
masyarakat terhadap produk pangan berkualitas menyebabkan permintaan akan
kacang tanah belum dapat terpenuhi (Deptan 2011). Di samping itu produksi
kacang tanah di Indonesia masih tergolong rendah sehingga tidak dapat
mengimbangi permintaannya yang tinggi.
Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun meningkat sekitar 4.4%
sedangkan produksi kacang tanah hanya meningkat sebesar 2.5% (Widjanarko et
al 2009). Produktivitas kacang tanah di Indonesia pada tahun 2012 tergolong
cukup rendah, yaitu 1.3 ton.ha-1 biji kering, (BPS 2013) dibandingkan
produktivitas potensial varietas unggul nasional seperti Kelinci (4.3 ton.ha-1
polong kering), Bison (3.6 ton.ha-1 polong kering), Domba (4.2 ton.ha-1 polong
kering), atau Panter (5.4 ton.ha -1 polong kering) (Balitkabi 2013).
Kebutuhan kacang tanah domestik belum bisa dipenuhi dari produksi dalam
negeri pada saat ini. Indonesia masih memerlukan substitusi impor dari luar
negeri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka produksi kacang tanah
nasional harus ditingkatkan. Dalam rangka mencukupi kebutuhan kacang tanah
tersebut, pemerintah terus berupaya meningkatkan jumlah produksi melalui
intensifikasi, perluasan areal tanaman, dan peningkatan produktivitas per satuan
lahan (Pitojo 2005).
Penentuan waktu panen kacang tanah di Indonesia masih menggunakan
satuan waktu (hari) yang ada pada deskripsi varietas (Marzuki 2009), sehingga
akan dapat terjadi perbedaan kematangan polong pada waktu yang sama jika
tanaman ditanam pada lokasi dengan ketinggian yang berbeda. Perbedaan tersebut
terjadi karena perbedaan suhu harian yang diterima di tiap lokasi tertentu. Selain
itu kebanyakan petani di Indonesia menggunakan indikator penyakit bercak daun
sebagai indikator waktu panen kacang tanah. Namun saat ini telah dikembangkan
varietas kacang tanah yang tahan penyakit bercak daun (Yudiwanti et al. 2008),
sehingga penentuan waktu panen tidak dapat lagi menggunakan indikator tersebut.
Penentuan waktu panen juga dapat dilakukan dengan metode satuan panas.
Metode satuan panas adalah metode kuantitatif mengenai hubungan antara suhu
dan tanaman. Penggunaan metode ini didasari pemikiran bahwa suhu dipandang
sebagai suatu faktor yang mewakili tersedianya energi guna pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Metode ini populer dengan istilah degree-days, heat unit,
dan growing degree-days (Wang 1960).
Kelebihan dari penerapan satuan panas sebagai umur pertumbuhan dan
panen kacang tanah yaitu dapat mempermudah peramalan produksi dengan
metode “energy-crop-growth”, simulasi produksi, dan komputerisasi. Diharapkan
dengan penggunaan metode akumulasi satuan panas dalam menentukan umur

2
panen kacang tanah dapat meningkatkan keakuratan dalam menentukan waktu
panen, memudahkan taksasi hasil atau simulasi produksi dan komputerisasi.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan umur berbunga dan umur panen kacang
tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan akumulasi satuan panas dan stadia
kematangan polong.

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang
berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan).
Kacang tanah pada awalnya dibawa dan disebarkan ke benua Eropa, kemudian
menyebar ke benua Asia sampai ke Indonesia (Purwono dan Purnamawati 2007).
Kacang tanah menyukai tanah yang gembur, tidak terlalu banyak
mengandung bahan organik, pH 6–6,5, mengandung unsur hara (P, Ca, dan K)
dalam jumlah cukup, dan drainase yang baik. Kondisi tanah yang demikian akan
memudahkan dan mempercepat pembentukan polong yang terjadi di dalam tanah.
Kacang tanah juga membutuhkan iklim yang panas tetapi lembab (65–75%) serta
curah hujan sekitar 800–1300 mm/tahun dengan musim kering rata-rata sekitar 4
bulan/tahun. Tanaman ini cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 0–500 mdpl
(Purwono dan Purnamawati 2007).
Kacang tanah mempunyai dua cara tumbuh yang berbeda, yaitu tegak dan
menjalar. Tipe tegak adalah jenis kacang tanah yang tumbuh lurus atau sedikit
miring ke atas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek
(genjah), dan kemasakan buahnya serempak. Sementara itu, kacang tanah tipe
menjalar adalah jenis yang tumbuh ke arah samping, batang utama berukuran
panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah dan
umumnya berumur panjang (Purwono dan Purnamawati 2007).
Varietas kacang tanah, baik varietas lokal maupun varietas unggul yang
umum ditanam adalah tipe Spanish yang bercirikan polong berbiji 1–2. Selain itu,
juga masih ada kacang tanah yang ditanam dengan tipe Valencia yang dicirikan
dari polong berbiji 3–4. Kacang tanah tipe Valencia seperti Singa, Badak, Sima,
dan Zebra sedangkan kacang tanah tipe Spanish seperti Jerapah dan Bison.
Jerapah dan Bison teridentifikasi toleran terhadap kekeringan pada stadia
perkecambahan dan reproduktif. Varietas Singa, Turangga, Gajah dan Landak
teridentifikasi toleran pada lahan masam dengan kandungan Al tinggi. Varietas
Gajah, Banteng, Tapir, Kidang, Tupai, Domba, Mahesa, Panter, Kancil, Anoa,
Tuban menunjukkan tahan terhadap penyakit layu bakteri (Trustinah 2010).

3
Kriteria Panen Kacang Tanah
Penentuan umur panen kacang tanah yang dilakukan petani umumya dengan
mencabut kurang lebih sepuluh tanaman untuk melihat tingkat kematangan
polongnya. Ciri-ciri polong yang menjadi kriteria panen tanaman kacang tanah
antara lain: kulit polong keras, jaring tampak jelas (khusus untuk varietas yang
berjaring), warna polong terlihat menghitam, kulit polong bagian dalam terlihat
menghitam, kulit biji mudah dikelupas, kadar air kurang dari 25%, biji terisi
penuh, dan persentase polong tua mencapai 70–80% (Pitojo 2005).
Penentuan umur panen kacang tanah juga dapat menggunakan satuan
waktu, yaitu berdasarkan satuan umur panen yang ada pada deskripsi varietas
yang ditanam (Marzuki 2009). Selain itu umur panen kacang tanah juga dapat
ditentukan dengan melihat perubahan karakter fisik tanaman seperti
menguningnya daun, meluruhnya daun, dan mengerasnya batang (Deptan 2012).

Konsep Satuan Panas
Konsep satuan panas atau degree day sudah dicetuskan lebih dari dua abad
yang lalu. Konsep ini didasarkan pada kebutuhan total panas dari tanaman untuk
tumbuh dan menghasilkan. Konsep satuan panas ini didasarkan pada asumsi
bahwa terdapat hubungan linier antara pertumbuhan tanaman dan suhu (Baharsjah
1991). Konsep ini populer dengan istilah akumulasi satuan panas, heat unit, dan
growing degrees-day.
Secara matematik persemaan untuk menghitung jumlah panas adalah
sebagai berikut (Boote dan Gardner 1998):

.............................................(persamaan 1)
Keterangan:
SPn
: akumulasi panas sampai hari ke-n (oCd)
tmaks(i) : suhu maksimum harian (oC)
tmin(i) : suhu minimum harian (oC)
tb
: suhu dasar (oC)
i
: hari setelah tanam
n
: hari pada fase tertentu
Untuk menghitung jumlah panas perlu mengetahui suhu dasar tanaman,
yakni suhu saat di bawah suhu tersebut aktivitas pertumbuhan tanaman terhenti
atau suhu saat laju pertumbuhan sama dengan nol.
Metode ini memang relatif mudah dan tidak memerlukan biaya banyak
untuk dilakukan. Namun demikian terdapat beberapa kelemahan dalam
penggunaannya. Menurut Baharsjah (1991) metode ini tidak memperhitungkan
faktor-faktor lingkungan lain yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman seperti kelembaban tanah, kelembaban relatif, radiasi matahari, dan

4
angin. Selain itu terdapat perbedaan respon tanaman terhadap suhu di setiap fase
perkembangan atau perbedaan suhu minimum untuk berbagai tahap pertumbuhan.

Suhu dan Kacang Tanah
Suhu berpengaruh terhadap semua aspek pertumbuhan kacang tanah.
Kacang tanah termasuk tanaman yang sangat sensitif terhadap suhu bahkan bisa
mati karena suhu rendah. Suhu tanah merupakan faktor penentu dalam
perkecambahan biji dan pertumbuhan awal tanaman (Kvien 1995). Pada suhu
tanah kurang dari 18 oC, kecepatan berkecambah akan lambat. Suhu tanah diatas
maksimum untuk perkembangan ginofor adalah 30–40 oC. sementara suhu
optimum untuk perkecambahan benih kacang tanah terletak antara 20–30 oC.
selain suhu tanah, suhu udara pun berpengaruh terutama pada periode pembungaa.
Pada fase generative, suhu udara optimum adalah 24–27 oC (Adisarwanto 2004).
Ashley (1984) menjelaskan bahwa kacang tanah tumbuh paling baik pada
kisaran suhu 25–35 oC dan tidak tahan terhadap embun dingin. Tipe Valencia
tidak dapat berbunga pada suhu dibawah 24 oC, namun pada suhu 33 oC
mengakibatkan pertumbuhan vegetatif lebih banyak tanpa kenaikan jumlah polong
dan menyebabkan hanya satu persen bunga yang membentuk polong (dari 100
bunga). Pada suhu 28 oC terdapat lebih sedikit bunga (40 bunga) tetapi sekitar
59% menjadi polong. Produksi buah tertinggi dihasilkan pada saat suhu
siang/malam 26/27 oC.
Hasil penelitian Setiawan (2013) didapat varietas Kelinci mulai berbunga
pada 403.60 °Cd (suhu dasar 10 °C) atau 334.60 °Cd (suhu dasar 13 °C),
sedangkan varietas Gajah dan Jerapah keduanya mulai berbunga pada 420.75 °Cd
atau 348.75 °Cd. Varietas Kelinci mencapai 50% tanaman tanaman berbunga pada
453.85 °Cd atau 376.85 °Cd, sedangkan varietas Gajah dan Jerapah mencapai
50% tanaman berbunga pada 470.95 °Cd atau 391.80 °Cd. Varietas Kelinci dan
Jerapah dapat dipanen pada 1619.35 °Cd (suhu dasar 10 °C) atau 1346.35 °Cd
(suhu dasar 13 °C), sedangkan varietas Gajah dapat dipanen pada 1792.50 °Cd
atau 1489.50 °Cd.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 hingga Juni 2014 di
Kebun Percobaan Leuwikopo (koordinat 6.565206 oLS dan 106.725557 oBT,
ketinggian lebih kurang 250 mdpl) dan Laboratorium Pascapanen (Postharvest
Laboratory), Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Data iklim dan cuaca harian didapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

5
Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor (kooordinat 06 o 31’ LS
106o 44’ BT, ketinggian lebih kurang 207 mdpl)

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih tiga varietas
kacang tanah (Domba, Badak, dan Panther), Dolomit CaMg(CO3)2, pupuk
kandang, pupuk NPK Phonska (15-15-15), dan pestisida (Furadan, Curacron, dan
Antracol). Peralatan yang digunakan antara lain peralatan pertanian, penggaris,
timbangan digital, jangka sorong digital, kamera digital, dan latar foto

Rancangan Percobaan
Percobaan terdiri atas dua faktor yang disusun petak terbagi (split plot)
dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan.
Petak utama adalah varietas dengan tiga taraf, yaitu Domba (V1), Badak (V2),
Panther (V3). Sebagai anak petak adalah waktu panen dengan tujuh taraf yaitu 80
(P1), 85 (P2), 90 (P3), 95 (P4), 100 (P5), 105 (P6), dan 110 hari (P7). Menurut
Mattjik dan Sumertajaya (2006) model linier untuk percobaan ini dapat dituliskan
seperti dalam persamaan 2.
Model linear untuk percobaan ini adalah:
Yijk = µ + Ui + Pj + αij + Kk + (PK)jk + εijk ...............................(persamaan 2)
keterangan:
i
: 1,2,3;
j: 1,2,3, ...,7;
k: 1,2,3;
Yijk : Pengamatan pada faktor varietas taraf ke-i, faktor waktu panen taraf kej, dan ulangan ke-k
µ
: Rataan umum
Ui
: Pengaruh ulangan ke-i
Pj
: Pengaruh varietas (petak utama) taraf ke-j
αij
: Pengaruh galat pada ulangan ke-i dan varietas taraf ke-j
Kk
: Pengaruh waktu panen (anak petak) taraf ke-k
(PK)jk : Pengaruh interaksi antara varietas (petak utama) taraf ke-j dan waktu
panen (anak petak) taraf ke-k
εijk
: Pengaruh galat percobaan dari ulangan ke-i, varietas taraf ke-j, dan
waktu panen taraf ke-k.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji-F. Uji lanjut yang
dilakukan menggunakan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ). Untuk mengamati
pola pengisian pada varietas dilakukan pengujian faktor umur panen pada tiap
varietas menggunakan RKLT.

6
Pelaksanaan Penelitian
Benih diseleksi berdasarkan ukuran dan bentuk, diupayakan benih yang
ditanam berukuran seragam. Penambahan pupuk kandang kambing dengan dosis 2
ton ha-1 dan Dolomit dengan dosis 600 kg ha -1 dilakukan bersamaan dengan
pengolahan tanah. Pemetakan dilakukan dua minggu setelah pengolahan tanah
dengan ukuran petak 4.5 m×3.6 m. Setiap petak mewakili satu taraf varietas dan
satu ulangan sehingga terdapat 9 petak.
Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm× 20 cm. Benih ditanam sebanyak
satu benih per lubang tanam. Pemberian pupuk NPK Phonska (15-15-15) dengan
dosis 200 kg ha-1 dilakukan sepuluh hari setelah tanam dengan cara ditebar dalam
alur. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman (pada 1 MST),
pemberian bendera pada tanaman sulaman dan tanaman sakit (pada 10 HST),
pembumbunan, penyiraman, penyiangan, dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman. Pemberian bendera bertujuan menandai tanaman sulaman
agar tidak digunakan sebagai sampel karena sampel yang diambil harus memiliki
umur yang sama pada tiap panen. Panen dilakukan sesuai dengan perlakuan waktu
panen.

Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan umur berbunga (jumlah
tanaman berbunga dalam populasi) dan peubah umur panen (kematangan polong).
Pengamatan kematangan polong pada tiap umur panen meliputi pengamatan
persentase polong tiap stadia kematangan (Tabel 2), bobot polong, jumlah polong,
bobot biji, dan bobot polong. Selain itu dilakukan juga penghitungan akumulasi
satuan panas tanaman berdasarkan data yang didapatkan dari BMKG Stasiun
Klimatologi Dramaga Maret-Juni 2014. Penentuan umur panen kacang tanah
ditentukan berdasarkan tingkat kematangan polong, bobot polong, dan bobot biji.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo yang memiliki
ketinggian ±210 m dpl. Jenis tanah di lokasi percobaan termasuk jenis tanah
latosol dengan pH rendah (masam) yaitu 6.0, sehingga dilakukan penambahan
Dolomit CaMg(CO3)2 dengan dosis 600 kg ha-1 saat pengolahan tanah diharapkan
dapat memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu meningkatkan pH, meningkatkan
kandungan Ca dan Mg, serta meningkatkan ketersediaan unsur P dalam tanah.
Selain itu dengan kandungan kalsium yang cukup akan mempengaruhi
pembentukan polong dan pengisian biji (Purwono dan Purnamawati 2007).

7
Penelitian dilaksanakan pada bulan 6 Maret–24 Juni 2014. Berdasarkan data
iklim dan cuaca harian dari stasiun BMKG Dramaga (2014), curah hujan selama
penanaman antara lain bulan Maret 238.8 mm bulan-1, April 510.9 mm bulan-1,
Mei 296.4 mm bulan-1, Juni 34.4 mm bulan-1. Rata-rata suhu minimum selama
penanaman adalah 23.03 oC dan suhu maksimum adalah 31.93 oC. Rata-rata hari
hujan 19 hari/bulan, RH 85 %, dan rata-rata intensitas radiasi matahari 303.5 (cal
cm-2).
Daya tumbuh benih tinggi (>80%) antara lain varietas Domba 91.90 %,
varietas Badak 90.95 %, dan 90.48 % untuk varietas Panther. Pertumbuhan awal
tanaman di lapangan menunjukan hasil yang baik. Pada 3 minggu setelah tanam
(MST) terdapat tanaman yang terkena Peanut stripe virus (PStV) yang
menyebabkan penyakit belang. Penyebab virus tersebut diakibatkan terbawa
genetik dari benih yang digunakan. Untuk mencegah lebih meluasnya virus
tersebut dilakukan penyemprotan insektisida sebagai cara pengendalian vektor
virus tersebut. Selain itu tanaman juga terserang penyakit layu bakteri
(Pseudomonas solanacearum) dan bercak daun (Cercospora sp.).
Hama yang menyerang selama penanaman antara lain belalang (Oxya sp.),
kutu daun (Aphis glycine) , rayap (Odontotermes spp.), ulat polong (Ettiella
zinckenella), kepik penghisap pucuk (Anoplocnemis phasiana). Hal yang
dilakukan untuk memperkecil tingkat serangan hama dilakukan penyemprotan
insektisida berbahan aktif Profenofos dan fungisida berbahan aktif Propineb
sebanyak 2 kali yaitu pada 5 MST dan 7 MST. Gulma yang tumbuh di sekitar
tanaman antara lain Mimosa pudica, Amaranthus dubius, Hedyotis corimbosa,
Axonopus compressus, Eleusin indica. Untuk mencegah persaingan pengambilan
hara dilakukan penyiangan pada 2 MST dan 4 MST, apabila tanaman sudah mulai
besar pengendalian gulma dilakukan dengan cara memotong gulma dengan
gunting agar tanaman tidak terganggu dalam proses pembentukan polong.

Umur Berbunga
Penentuan umur berbunga kacang tanah didasarkan pada persentase tanaman
berbunga dalam populasi. Pengamatan umur berbunga dilakukan sejak ada
tanaman dalam populasi mulai berbunga hingga lebih dari 50% populasi telah
berbunga. Beberapa tanaman dari varietas Badak, Domba, dan Panther mulai
berbunga pada waktu yang sama yaitu 24 hari setelah tanam (HST). Varietas
Badak dan panther mencapai 50% populasi tanaman berbunga saat 30 HST,
sedangkan varietas Domba mencapai 50% populasi tanaman berbunga saat 32
HST. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pitojo (2005) yang menyatakan bunga
kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah tanaman yang
berumur antara 28–35 hari. Pembentukan bunga tetap berlangsung saat tanaman
memasuki fase pengisian biji. Selisih antara periode waktu berbunga dengan
waktu panen menggambarkan periode pengisian biji (Purnamawati 2012).
Penelitian ini menggunakan perhitungan akumulasi satuan panas. Cara
penghitungan satuan panas adalah dengan menghitung rata-rata suhu maksimum
dan minimum harian lalu dikurangi dengan suhu dasar tanaman (Ketring dan Reid
1995). Penghitungan satuan panas terbaik adalah jika suhu dasar yang digunakan

8
adalah suhu dasar tanaman pada fase vegetatif (Kuntyastuti 1993). Suhu dasar
pada fase vegetatif tanaman kacang tanah menurut Leong dan Ong (1983) adalah
10 oC. Varietas Badak dan Panther mencapai 50 % tanaman berbunga pada 528.2
o
Cd, sedangkan varietas Domba mencapai 50 % tanaman berbunga pada 562.7
o
Cd.
Suhu udara berpengaruh pula terhadap masalah pembungaan. Suhu untuk
pertumbuhan optimum berkisar antara 27 °C dan 30 °C tergantung pada masingmasing varietas (Adisarwanto et al. 1993). Hal ini sama dengan data suhu rata-rata
minimum maksimum harian yang berkisar antara 27 °C dan 28 °C (Tabel 1).
Tabel 1 Konversi satuan hari ke satuan panas saat kacang tanah berbunga
Umur Tanaman
(HST)
1

24
26
28
30
32
a

Suhu Rata-rata
minimum
maksimum (oC)
27.0
...
27.2
27.5
28.0
28.2
27.2

Suhu Dasar 10 0C
Akumulasi Satuan
Satuan Panas (oC)
Panas (oCd) a
17.0
33.7
...
...
17.2
420.8
17.5
456.3
18.0
492.0
18.2
528.2
17.2
562.7

degrees celcius day

Stadia Kematangan Polong
Stadia kematangan polong merupakan fase pertumbuhan dari kacang tanah.
Ada tujuh stadia kematangan polong yang meliputi cipo, setengah penuh, penuh 1,
penuh 2, penuh 3, berkecambah, dan rusak. Stadia Penuh 2 merupakan stadia
standar konsumsi untuk penelitian ini. Hal ini dikarenakan penanganan panen
kacang membutuhkan waktu yang cukup lama. Stadia penuh dua memiliki bentuk
polong maksimal, kulit polong bagian dalam sudah tidak terlalu putih, dan warna
kulit biji merah muda. Stadia penuh 1 tidak digunakan karena masih teralu muda
karena warna kulit polong bagian dalam masih putih dan warna biji juga masih
putih, Sedangkan stadia penuh 3 tidak digunakan karena apabila terlambat dalam
penanganan panen maka banyak polong akan berkecambah.
Stadia polong berkecambah dan rusak memiliki faktor lingkungan yang
tinggi. Polong berkecambah muncul apabila polong sudah lewat dari stadia polong
penuh 3. Polong rusak dapat disebabkan karena sudah mencapai polong
berkecambah baru terkena serangan atau dari polong belum berkecambah sudah
terkena serangan organisme penggangu tanaman.

9
Tabel 2 Perbedaan antar stadia kematangan polong kacang tanah
Stadia
Kematangan
Polong
Cipo

Setengah
Penuh

Penuh 1

Penuh 2

Keterangan

Fase awal
pembentukan
polong, bentuk
polong belum
sempurna,
diameter polong
dua kali diameter
ginofor atau
tangkai polong,
sebagian isi masih
berupa bahan cair,
jaring-jaring belum
terlihat, serta
polong muda yang
panjangnya kurang
dari 3 cm
Bentuk polong
sempurna, ukuran
polong belum
maksimal,
pengisian masih
berlangsung, kulit
polong bagian luar
masih kuning,
sebagian jaringjaring sudah
terlihat
Bentuk polong
sempurna, ukuran
polong maksimal,
kulit polong bagian
luar berwarna
kuning kecoklatan,
jaring-jaring sudah
terlihat, kulit
polong bagian
dalam bewarna
putih, kulit biji
berwarna putih
Bentuk polong
sempurna, ukuran
polong maksimal,
kulit polong bagian
luar berwarna
coklat, jaringjaring sudah
terlihat, kulit

Domba

Badak

Panther

10

Penuh 3

Berkecambah

Rusak

polong bagian
dalam sudah
terdapat bercak
coklat, warna biji
merah muda (soft
pink)
Bentuk polong
sempurna, ukuran
polong maksimal,
kulit polong bagian
luar berwarna
coklat, jarringjaring terlihat, kulit
polong bagian
dalam terdapat
bercak coklat, kulit
biji berwarna
coklat muda
Biji berkecambah
dalam polong

Biji rusak
terserang hama dan
penyakit

Varietas Domba
Stadia kematang polong cipo, setengah penuh, berkecambah, dan rusak pada
varietas domba cenderung konstan setiap umur panen. Stadia penuh 1 memiliki
nilai persentase tertinggi pada umur panen 80 HST dan mengalami penurunan dan
kenaikan yang tidak signifikan. Persentase stadia penuh 2 berbeda nyata pada
setiap umur panen. Stadia penuh 2 terendah pada umur panen 110 HST, hal ini
dikarenakan pada umur panen tersebut sudah terbentuk stadia polong baru
(Gambar 1, Lampiran 5).

11

Gambar 1 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen kacang tanah varietas Domba
Varietas Badak
Persentase stadia polong cipo lebih dominan dari stadia lain. Selama masa
pengisian dan pemasakan polong, persentase polong cipo, penuh 1, penuh 2,
berkecambah, dan rusak konstan pada setiap umur panen. Persentase stadia penuh
2 mulai mengalami penurunan pada saat 105 HST tetapi tidak signifikan, hal ini
dikarenakan munculnya stadia polong baru yaitu stadia polong penuh 3. Stadia
setengah penuh tidak berbeda nyata pada setiap umur panen dengan persentase
terbesar pada 85 HST (Gambar 2, Lampiran 5).

Gambar 2 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen kacang tanah varietas Badak

12

Varietas Panther
Persentase polong stadia setengah penuh, penuh 1, berkecambah, dan rusak
konstan pada setiap umur panen. Berbeda dengan varietas Domba dan Badak
persentase stadia polong cipo berbeda nyata pada setiap umur panen dengan
persentase tertinggi pada 95 HST. Stadia penuh 2 tertinggi pada saat umur panen
85 HST. Persentase stadia penuh 2 cenderung konstan dan mulai terjadi
penurunan yang cukup signifikan pada 110 HST. Penurunan persentase stadia
penuh 2 diakibatkan karena mulai muncul stadia penuh 3 (Gambar 3, Lampiran 8).

Gambar 3 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar
waktu panen kacang tanah varietas Panther

Rekapitulasi Sidik Ragam
Peubah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jumlah polong, bobot
polong, bobot biji, dan bobot kulit. Hasil dari analisis ragam (Tabel 3)
menunjukkan bahwa varietas berpengaruh tidak nyata terhadap peubah bobot
polong dan bobot biji, sedangkan varietas berpengaruh nyata pada peubah jumlah
polong dan bobot kulit. Umur panen berpengaruh sangat nyata terhadap semua
pebuah. Interaksi antara varietas dan umur panen tidak berpengaruh terhadap
semua peubat. Untuk melihat pengaruh umur panen pada setiap varietas yang diuji
(Badak, Domba, dan Panther) maka dilakukan pengujian dengan faktor tunggal
(umur panen). Pengujian dilakukan terhadap beberapa peubah bobot polong, dan
bobot biji.

13

Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam karakter kuantitatif pengaruh varietas, umur
panen dan interaksi keduanya pada tanaman kacang tanah
Peubah
Jumlah Polong
Bobot kulit
Bobot biji
Bobot Polong
a

Varietas
0.0477 *
0.0083 **
0.5527 tn
0.2405 tn

Pr>f
Umur Panen
0.0008 **
0.0138 *
f
Umur Panen