Kontribusi Pembinaan Usaha Kebun Karet Rakyat Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Hutan di PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah

KONTRIBUSI PEMBINAAN USAHA KEBUN KARET
RAKYAT TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DESA HUTAN DI PT. SARPATIM, KALIMANTAN TENGAH

ANGGUN PUSPITA SARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontribusi Pembinaan
Usaha Kebun Karet Rakyat Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Hutan di
PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Anggun Puspita Sari
NIM E14090038

ABSTRAK
ANGGUN PUSPITA SARI. Kontribusi Pembinaan Usaha Kebun Karet Rakyat
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Hutan di PT. Sarpatim, Kalimantan
Tengah. Dibimbing oleh BRAMASTO NUGROHO
Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) adalah upaya-upaya pembinaan
masyarakat tradisonal di dalam dan sekitar hutan yang dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mencegah terjadinya kerusakan
hutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontibusi pembinaan usaha
Kebun Karet Rakyat (KKR) terhadap pendapatan masyarakat dan kaitanya dengan
perambahan hutan. Data utama yang digunakan adalah karakteristik responden,
total pendapatan dan pengeluaran responden, serta data laju perambahan hutan
oleh masyarakat. Kegiatan pembinaan usaha KKR yang dilaksanakan oleh PT.
Sarpatim telah memberikan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat kurang lebih sebesar 50% dari total pendapatan masyarakat. Faktorfaktor yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dari karet adalah jumlah
produksi karet, frekuensi pengumpulan getah karet, dan status pekerjaan petani

karet. Program pembinaan usaha KKR telah berhasil meningkatkan pendapatan
masyarakat, namun belum mampu mengurangi laju perambahan hutan oleh
masyarakat, hal ini diduga disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan
permasalahan lemahnya penegakan hak kepemilikan tanah (property rigths) pada
kawasan hutan negara.
Kata kunci: PMDH, KKR, Kesejahteraan, Perambahan Hutan

ABSTRACT
ANGGUN PUSPITA SARI. Contribution Business Development of Small Holder
Rubber Plantation to welfare forest community in PT. Sarpatim, Central Borneo.
Supervised by BRAMASTO NUGROHO
Forest Village Community Development (PMDH) is a community
development to improve welfare of community who live in and surronding forest
area and to prevent deforestation. This study was aimed to determine contribution
of small holder rubber palantation business (KKR) to the income of the people
and the relation to forest encroachment by public. The main data used are the
characteristics of the respondent, the respondent's total incomes and expenditure,
and data rate of forest encroachment. KKR activities conducted by PT. Sarpatim
has contributed to improve the welfare of society approximately 50% of total
incomes. The factors that significantly influence to farmer income from rubber

business is the rubber gum production, gum collection frequency, and
employment status of rubber farmers. KKR has been successful to increasing
people's income, but have not been able to reduce the rate of forest encroachment
by people, it could be caused by increase population and ill-defined property
rigths of state forest.
Keywords: PMDH, KKR, welfare, forest encroachment.

KONTRIBUSI PEMBINAAN USAHA KEBUN KARET
RAKYAT TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DESA HUTAN DI PT. SARPATIM, KALIMANTAN TENGAH

ANGGUN PUSPITA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kontribusi Pembinaan Usaha Kebun Karet Rakyat Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat Desa Hutan di PT. Sarpatim,
Kalimantan Tengah
Nama
: Anggun Puspita Sari
NIM
: E14090038

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Bramasto Nugroho, MS
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bramasto Nugroho MS
selaku dosen pembimbing. Bapak Ir Fajar Setia Negara, Bapak Hadi Parayitno,
dan Bapak Marsito atas bantuan dan sarannya dalam mengumpulkan data selama
penelitian di desa binaan PT. Sarpatim. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan
dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013
Anggun Puspita Sari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

3

METODE

3

Waktu dan Tempat

3


Alat

3

Sasaran Penelitian

3

Jenis Data

3

Metode Pengumpulan Data

4

Metode Pemilihan Responden

4


Prosedur Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kegiatan PMDH PT.SARPATIM

7

Karakteristik Responden

8

Kontribusi Pembinaan Usaha KKR terhadap kesejahteraan masyarakat
SIMPULAN DAN SARAN

11

17

Simpulan

17

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20

DAFTAR TABEL
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13

Kriteria Garis Kemiskinan Sajogyo, Bank Dunia, dan UMR Kotim
Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
Sebaran responden berdasarkan umur
Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan utama dan pekerjaan
sampingan
Sebaran responden berdasarkan luas areal penyadapan getah karet
Sumber pendapatan responden dari kegiatan sadapan dan non sadap
Jenis pengeluaran rumah tangga responden
Hasil Perhitungan koefisien faktor
Analisis ragam hubungan antara pendapatan dari getah karet dengan
jumlah produksi karet, frekuensi pengumpulan getah karet, dan
status pekerjaan petani
Persentase kesejahteraan petani karet berdasarkan kriteria
kemiskinan Sayogyo
Persentase tingkat kesejahteraan petani karet berdasarkan kriteria
kemiskinan Bank Dunia
Rekapitulasi perkembangan perladangan/kepemilikan lahan dan
belukar di sepanjang kanan-kiri jalan utama BBC-Batas HPH/HTI
sepanjang 12 KM di dalam area PT. Sarpatim

6
8
8
9
9
10
10
11
13

13
14
14

16

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Diagram Perumusan Masalah
Persentase kontribusi pendapatan dari penyadapan getah karet
terhadap pendapatan rumah tangga berdasarkan umur pohon
Pemulihan kulit pohon yang tidak sempurna akibat penyadapan yang
tidak benar
Persentase kesejateraan berdasarkan UMR Kabupaten Kotim

2
12
12
15

DAFTAR LAMPIRAN
1

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan hutan yang lestari atau berkelanjutan adalah pengelolaan
hutan yang mengoptimalkan dampak positif dari aspek ekonomi, ekologi, dan
sosial (triple bottom line). Oleh sebab itu, pengelolaan hutan dengan melibatkan
masyarakat perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
dalam dan sekitar hutan. Mengingat kemampuan yang dimiliki oleh pemegang
IUPHHK, maka pemerintah melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.
P.11/Menhut-II/2004, menjelaskan bahwa penyelenggaraan pembinaan
masyarakat desa hutan kepada pemegang IUPHHK pada Hutan Alam dan Hutan
Tanaman, merupakan satu kesatuan dalam pelaksanaan pengelolaan hutan secara
lestari. Upaya-upaya pembinaan masyarakat tradisonal di dalam dan sekitar hutan
yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mencegah
terjadinya kerusakan hutan akibat manusia, dikenal sebagai kebijakan Pembinaan
Masyarakat Desa Hutan (PMDH). Tujuan diadakannya program PMDH menurut
Departemen Kehutanan dalam Sitanggang (2009) adalah untuk meningkatkan
pendapatan, membuka kesempatan kerja serta menumbuhkan ekonomi pedesaan
yang berwawasan lingkungan, menyediakan sarana dan prasarana sosial, ekonomi
yang memadai, serta menciptakan kesadaran dan perilaku positif masyarakat
dalam pelestarian sumberdaya hutan guna meningkatkan pengamanan hutan.
Saat ini, pemegang IUPHHK- HA PT. Sarmiento Parakantja Timber
(Sarpatim) telah melakukan upaya PMDH. Salah satu upaya PMDH yang
dilakukan adalah dengan pembagian bibit karet (Hevea brasilliensis Muell Arg)
dan penyuluhan pengelolaan karet. Selain prospek penjualan getah karet sangat
baik, sejak dahulu masyarakat desa di sekitar area konsesi IUPHHK-HA PT.
Sarpatim telah bertani karet, sehingga program pembinaan usaha Kebun Karet
Rakyat (KKR) dipilih sebagai program unggulan PMDH untuk meningkatkan
perekonomian rakyat. Pendapatan yang diperoleh diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi kehidupan masyarakat sekitar hutan sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka. Dengan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat
maka diharapkan tekanan masyarakat terhadap perambahan hutan akan berkurang
(Subarna T, 2011). Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi program PMDH
dan dampaknya terhadap perambahan hutan oleh masyarakat, maka perlu
dilakukan penelitian mengenai kontribusi pembinaan usaha kebun karet rakyat
terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar hutan di IUPHHK-HA PT. Sarpatim.

Perumusan Masalah
Program KKR dipilih mengingat masyarakat secara umum sejak dulu
sudah bertani karet, hanya saja pada tahun 1990an harga karet turun dan illegal
logging menjadi mata pencaharian yang lebih menguntungkan bagi masyarakat,
sehingga masyarakat meninggalkan kebun mereka. Pada tahun 2004, untuk
mengurangi laju illegal logging pemerintah menerapkan peraturan tentang
larangan illegal logging, dan aparat penegak hukum mererapkan ancaman
hukuman yang berat. Pada saat yang bersamaan PT. Sarapatim mengadakan

2

program pembagian bibit karet, dan penyuluhan usaha pengelolaan karet agar
masyarakat kembali mengelola kebunnya.
Petani karet yang berada di sekitar area konsesi PT. Sarpatim mendapatkan
pemasukan berdasarkan tingkat produktivitas dimana semakin banyak getah karet
yang dikumpulkan, maka semakin besar pula penghasilan penyadap. Jika
pendapatan dari hasil menyadap tidak memberikan hasil yang cukup berarti bagi
peningkatan pendapatan rumah tangganya, tentunya kegiatan bertani karet ini
tidak menarik lagi untuk dilakukan. Jika pendapatan dari hasil penyadapan karet
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tingkat kerusakan hutan akibat
ulah manusia berkurang, maka program KKR yang menjadi salah satu program
PMDH di PT. Sarpatim dapat dikatakan berhasil. Dengan demikian, perlu diteliti
mengenai kontribusi pendapatan hasil penyadapan getah karet terhadap
pendapatan total rumah tangga. Kebutuhan (pengeluaran) rumah tangga tersebut
dapat dijadikan pendekatan dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.
Rumusan masalah penelitian Kontribusi pembinaan usaha KKR terhadap
kesejahteraan masyarkat desa sekitar hutan di PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah
disajikan pada Gambar 1.
Pendapatan dari kegiatan
penyadapan
Pendapatan
dari kegiatan
nonpenyadap
an

Pendapatan total rumah
tangga

Variable

variable yang
mempengaruhi
besarnya
pendapatan

Pengeluaran rumah tangga

Tingkat kesejahteraan

Gambar 1 Diagram Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
1
2
3
4

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mengidentifikasi karakteristik petani karet.
Menganalisis kontribusi pendapatan dari menyadap getah karet terhadap
pendapatan total rumah tangga petani karet.
Menganalisis variable-variable yang mempengaruhi pendapatan dari
menyadap getah karet.
Menganalisis tingkat kesejahteraan petani karet dan pengaruhnya terhadap
tingkat perambahan hutan oleh masyarakat.

3

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
Memberikan informasi tentang tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar
hutan melalui kegiatan pembinaan usaha KKR di PT. Sarpatim.
2 Memberikan masukan kepada PT. Sarpatim untuk perbaikan
pelaksanaan kegiatan pembinaan KKR di masa yang akan datang.
1

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2013, di desa binaan
PMDH IUPHHK-HA PT. Sarpatim Kalimantan Tengah.
Alat
Alat dan bahan yang digunakan untuk keperluan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1 Alat tulis dan Netbook
2 Kuisioner
3 Panduan wawancara
4 Alat dokumentasi berupa camera digital
Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah penyadap karet yang mengikuti kegiatan
PMDH KKR pada tahun 1994 – 2007 di IUPHHK-HA PT. Sarpatim Kalimantan
Tengah.
Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden.
Data primer terdiri dari : data karakteristik masyarakat sekitar hutan ( nama, jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan). Data mengenai kegiatan
penyadapan getah karet, data pendapatan rumah tangga, data pengeluaran rumah
tangga ( pengeluaran pangan dan non pangan). Adapun data sekunder adalah yang
menyangkut keadaan lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat, jumlah
penyadap karet yang mengikuti program KKR, peta sebaran desa disekitar
IUPHHK-HA PT. Sarpatim, dan peta perladangan oleh masyarakat desa sekitar
IUPHHK-HA PT. Sarpatim.

4

Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan
wawancara terhadap petani karet dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
telah disiapkan. Adapun data sekunder dihimpun dari instansi dan lembaga yang
terkait dengan penelitian.
Metode Pemilihan Responden
Metode pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive
sampling. Metode ini merupakan metode penetapan sampel dengan berdasarkan
pada kriteria-kriteria tertentu (Nugroho, 1999). Pertimbangan yang digunakan
dalam penentuan lokasi adalah desa binaan yang jaraknya relatif dekat dan jauh
dari perusahaan. Sehingga unit sample dalam penelitian ini adalah petani karet
yang mengikuti program KKR yang berada di desa Tumbang Payang (berjarak
relatif dekat dari perusahaan) dan Tewai Hara (berjarak relatif jauh dari
perusahaan). Jumlah sample yang diambil berdasarkan metode slovin (Nugroho,
1999), dengan rumus sebagai berikut :
n =
Keterangan :
N: Jumlah Populasi
n: Jumlah Sample
e: Batas toleransi kesalahan (10 %)
Berdasarkan perhitungan rumus di atas, dengan diketahui jumlah populasi
peserta program PMDH di kedua desa tersebut sebanyak 81 orang maka jumlah
unit sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang responden.
Prosedur Analisis Data
Identifikasi Karakteristik Petani Karet
Pengidentifikasian karakteristik petani karet dilakukan dengan
menggunakan analisis deskriptif. Adapun komponen-komponen yang akan
disajikan untuk mengidentifikasi karakteristik responden terdiri atas jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan luas areal sadapan.
Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga
Perhitungan pendapatan kotor rumah tangga akan dihitung menggunakan
rumus :
1 (S) Pendapatan dari kegiatan penyadapan getah karet (Husinsyah, 2006).
S (Rp) = produksi getah (kg) x harga getah (Rp/kg)
2 (NS) Pendapatan dari kegiatan non penyadapan getah karet
NS (Rp) = ∑ pendapatan dari kegiatan non penyadapan (Rp)
3 ( Itotal ) Pendapatan total
Itotal (Rp) = S (Rp) + NS (Rp)

5

Perhitungan pengeluaran rumah tangga (Rahim & Hastuti 2007) akan dihitung
menggunakan rumus :
C=∑P + ∑NP
Keterangan:
C
: Total pengeluaran rumah tangga (Rp)
P
: Pengeluaran untuk pangan (Rp)
NP
: Pengeluaran untuk non pangan (Rp)
Kontribusi Getah Karet
Kontribusi pendapatan dari penyadapan getah karet terhadap pendapatan
rumah tangga (Patty, 2010) :
IS %

:



� �����

x 100%

Keterangan:
IS
: Kontribusi pendapatan dari penyadapan getah karet terhadap pendapatan
rumah tangga (%)
S
: Pendapatan dari kegiatan penyadapan getah karet (Rp/tahun)
I total : Pendapatan total (Rp/tahun)
Uji Regresi Linier Berganda untuk Mengetahui Variabel-variabel yang
Mempengaruhi Pendapatan dari Menyadap Getah Karet
Untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya
pendapatan dari sadapan getah karet dapat diduga dengan menggunakan uji
regresi linier berganda. Adapun hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
Ho : semua variabel X tidak berpengaruh terhadap Y
H1 : minimal ada satu variabel X yang berpengaruh terhadap Y
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis varian (ANOVA) dengan
pengujian menggunakan program statistik (SPSS 16) dengan metode Backward.
Jika didapatkan nilai P > α maka terima Ho yang berarti semua variabel bebas (X)
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). Apabila nilai P < α,
maka tolak Ho yang berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh
terhadap variabel terikat (Y). Dimana (Y) adalah pendapatan dari getah karet, dan
(X) adalah variable yang diduga mempengaruhi pendapatan dari getah karet, ada
13 variabel (X) yang diujikan, dan persamaan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Y=α +β1X1+β2X2+.....+βnXn
Keterangan:
Y : pendapatan dari penyadapan karet
α : konstanta
β : koefisien regresi masing-masing variabel
X1 : umur penyadap (tahun)
X2 : pengalaman kerja (tahun)
X3 : luas areal (ha)

6

X4 : jenis kelamin (1=laki-laki, 2=perempuan)
X5 : pendidikan (1=tidak tamat, 2=tamat SD, 3=tamat SMP, 4=tamat SMA)
X6 : frekuensi penyadapan getah karet (kali/tahun)
X7 : frekuensi pengumpulan getah karet (kali/tahun)
X8 : status pekerjaan (1=penyadap sebagai pekerjaan utama, 0=penyadap sebagai
pekerjaan sampingan)
X9: curah waktu penyadapan (jam/tahun)
X10: umur pohon (tahun)
X11: jumlah produksi karet (kg/tahun)
X12: jumlah pohon di dalam areal sadapan pohon
X13: penggunaan pupuk (1= menggunakan pupuk, 0= tidak menggunakan pupuk)
Faktor (X) yang digunakan adalah faktor yang diduga mempengaruhi
pendapatan dari usaha tani ( Isyanto, 2012) , meliputi faktor ekonomi dan faktor
sosial dan faktor teknis pengelolaan karet.
Tingkat Kesejahteraan Penyadap Getah Karet
Tingkat kesejahteraan penyadap getah karet diukur melalui tiga
pendekatan, yakni pendekatan garis kemiskinan menurut Sajogyo (1971) dalam
BPS (2008), UMR Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), dan Bank Dunia
(CIFOR 2007) seperti yang diterangkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria Garis Kemiskinan Sajogyo, Bank Dunia, dan UMR Kotim
Kriteria
Sajogyo
Bank Dunia

Indikator
Pengeluaran
(Rp/orang/tahun)
dengan beras (kg/orang/tahun)
Pendapatan (Rp/orang/hari)

UMRKotim

Pendapatan (Rp/orang/bulan)

setara

Di atas Garis Kemiskinan
>320 kg/orang/tahun
(>Rp3 200 000/orang/th)
US$ 2/orang/hari*
(Rp19 670/orang/hari atau
Rp7 081 200/orang/th)
>Rp1 688 960/bulan
(Rp20 267 520/th)

Keterangan :*US$ 1 = Rp 9 835 (per 7 Juni 2013)

Analisis Hubungan Kesejahteraan Penyadap Terhadap Perambahan Hutan
Oleh Masyarakat
Analisis pengaruh kesejahteraan penyadap terhadap penurunan
perambahan hutan oleh masyarakat menggunakan analisis deskriptif. Adapun data
yang akan digunakan untuk mengidentifikasi adalah data perambahan hutan PT.
Sarpatim, dan data tingkat kesejateraan responden.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan PMDH PT.SARPATIM
Sebagai sebuah perusahaan yang mengelola sumber daya alam, PT.
Sarpatim melaksanakan kegiatan kelola sosial, sesuai dengan dengan Keputusan
Menteri Kehutanan No.P.11/Menhut-II/2004 tentang pengelolaan hutan yang
lestari, kelola sosial yang dilakukan oleh unit manajemen PT. Sarpatim saat ini
dalam bentuk Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH). Berdasarkan
kelompok sasaran prioritas PMDH yang merupakan masyarakat tradisional, desa
yang menjadi desa binaan di PT.Sarpatim sebanyak 13 Desa. Jenis Kegiatan
PMDH yang selama ini dilaksanakan oleh PT. Sarpatim berorientasi pada :
1 Pertanian Menetap
2 Peningkatan Ekonomi
3 Pengembangan Sarana dan Prasarana Umum
4 Sosial Budaya
5 Konservasi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan.
Beberapa bentuk program telah dilaksanakan oleh PT. Sarpatim seperti
penyuluhan kesehatan dan kebersihan, membuat apotek hidup dipekarangan, dan
pembuatan sawah ladang, namun kegiatan yang sampai saat ini masih berjalan
dengan baik adalah ; pengelolaan lahan kas desa, pelayanan kesehatan di klinik
perusahaan, pasar PMDH, penyediaan unit layanan masyarakat, pemeliharaan
jalan, bantuan bibit untuk penghijauan, beasiswa, bantuan kegiatan keagamaan,
pemberian honor kepala desa dan program KKR. Beberapa program tersebut
berjalan dengan baik diduga karena program tersebut sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan masyarakat.
Program Kebun Karet Rakyat.
Program KKR adalah salah satu program PMDH di PT. Sarpatim dalam
rangka meningkatkan perekonomi masyarakat desa, menciptakan lapangan
pekerjaan baru, dan mencegah perambahan hutan oleh masyarakat. Program KKR
ini berupa kegiatan pembagian bibit karet, dan penyuluhan pengelolaan karet
bekerja sama dengan dinas kehutanan dan perkebunan setempat. Setiap tahunya
PT. Sarpatim menyumbangkan bibit karet sekitar 80 000 bibit.
Program ini baru berjalan efektif pada tahun 2007 setelah dipilih menjadi
program yang diprioritaskan oleh perusahaan, dan kegiatan illegal logging
berhenti total. Permintaan untuk mengikuti kegiatan ini semakin meningkat setiap
tahunnya, terutama pada tahun 2012 saat harga jual lateks tinggi. Salah satu
tujuan program ini adalah untuk mengurangi perladangan berpindah oleh
masyarakat, sehingga agar tercapainya tujuan tersebut, pihak perusahaan
menyeleksi masyarakat yang meminta bantuan bibit karet, yaitu masyarakat yang
benar-benar memiliki lahan tidur. Hal ini dilakukan agar perambahan hutan akibat
perladangan dapat dikendalikan dan agar bibit karet tidak terbuang sia-sia.

8

Karakteristik Responden
Karakterisitik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan luas areal sadapan.
Jenis Kelamin Petani Karet
Kegiatan penyadapan getah karet masih didominasi oleh laki-laki yakni
dengan persentase sebesar 86.67% seperti yang disajikan pada Tabel 2. Adapun
perempuan yang melakukan kegiatan penyadapan getah karet dilatar belakangi
oleh keinginan responden untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan
rumah tangganya.
Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

Jumlah (orang)
39
6
45

Persentase (%)
86.67
13.33
100.00

Umur Petani Karet
Berdasarkan informasi pada Tabel 3, umur responden dengan persentase
terbesar yakni 95.56% berada pada kisaran umur produktif, hal ini memungkinkan
responden untuk mengelola kebun karet yang dimiliki. Menurut Muttaqien (2006),
penduduk usia produktif berkisar antara 15 ̶ 65 tahun.
Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan umur
Umur (tahun)
26-35
36-45
46-55
56-65
66-75
Jumlah

Jumlah (orang)
4
12
16
11
2
45

Persentase (%)
8.89
26.67
35.56
24.44
4.44
100.00

Tingkat Pendidikan Petani Karet
Pendidikan petani karet masih tergolong rendah. Berdasarkan Tabel 4
mayoritas pendidikan petani adalah Sekolah Dasar (SD). Hal ini dikarenakan
pendidikan belum menjadi prioritas utama bagi petani. Selain itu, semakin tinggi
tingkat pendidikan maka biaya yang harus dikeluarkan juga relatif lebih besar,
sehingga petani lebih mengutamakan ketercukupan akan kebutuhan hidup seharihari dari pada pendidikan. Menurut Mursidin (2009), pendidikan khususnya
pendidikan formal merupakan modal yang sangat berharga untuk mendapatkan
kehidupan ekonomi yang layak, pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap

9

pola kehidupan pada setiap individu, baik cara berpikir dan bersikap. Rendahnya
pendidikan dari responden diduga menjadi penyebab belum optimalnya hasil
penyuluhan intensifikasi pengelolaan karet.
Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat D3/S1
Jumlah

Jumlah (orang)
34
3
4
4
45

Persentase (%)
75.57
6.67
8.88
8.88
100.00

Jenis Pekerjaan
Petani karet yang ada di desa binaan PT. Sarpatim mayoritas memiliki
pekerjaan lain selain menyadap karet. Adanya pekerjaan selain menyadap karet
inilah yang terkadang menyebabkan petani karet tidak memanen karet secara
teratur.
Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan utama dan pekerjaan
sampingan
Pekerjaan utama

Pekerjaan sampingan

Petani
Petani
Petani
Petani
Petani
Karyawan Swata
Guru
Petani

Pengrajin Kayu Ulin
Buruh
Pemburu
Tukang Pande Besi
Karyawan Swasta
Petani
Petani
Asisten Pesor ( Pemimpin
upacara adat)

Petani
Jumlah

Jumlah
(orang)
2
3
1
1
2
6
1
2

Persentase (%)

27
45

60.00
100.00

4.44
6.66
2.23
2.23
4.44
13.33
2.23
4.44

Responden yang memliki pekerjaan utama sebagai petani karet sebesar
84.44%, sedangkan responden yang menganggap penyadapan karet sebagai
pekerjaan sampingan adalah sebesar 15.56% (Tabel 5). Hal ini diduga menjadi
salah satu penyebab meningkatnya permintaan bantuan bibit karet. Responden
yang menjadikan penyadapan karet sebagai pekerjaan sampingan rata-rata
meminta orang lain untuk menyadap karet, sehingga program ini telah
menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat desa.

10

Luas Areal Penyadapan Karet
Luas sadapan penyadap tergantung pada luasan kebun atau lahan yang
dimiliki dan kemampuan responden untuk mengelola karet. Semakin banyak
jumlah pohon dalam areal sadapan maka kemungkinan getah yang diperolehpun
semakin banyak.
Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan luas areal penyadapan getah karet
Luas Areal Penyadapan (ha)
0.25 – 1.49
1.5 – 2.75
2.76 – 4
Jumlah

Jumlah (orang)
20
13
12
45

Persentase (%)
44.45
28.88
26.67
100.00

Sebagian besar penyadap getah karet memiliki luas areal penyadapan karet
0.25 ̶ 1 hektar yakni dengan persentase sebesar 44.45%.
Pendapatan Rumah Tangga Petani Karet
Pendapatan rumah tangga petani karet dihitung dalam jangka waktu
setahun terakhir yang bersumber dari penyadapan getah karet dan non penyadapan
getah karet. Pendapatan dari hasil menyadap getah karet diperoleh dari jumlah
produksi karet (kg/tahun) dikalikan dengan harga getah karet. Harga yang
digunakan adalah harga karet yang cukup lama stabil yaitu Rp10 000/kg.
Berdasarkan Tabel 7 total rata-rata pendapatan responden sebesar Rp37 638 200
per tahun. Adapun pendapatan dari non penyadapan getah karet meliputi hasil
sawah dan kebun, hasil buruan, gaji bulanan, pekerjaan anggota rumah tangga
selain responden, dan lain-lain sebesar Rp19 020 422 atau 50.54 %. Pendapatan
dari penyadapan getah karet sebesar 49.46 % atau Rp18 618 778 per tahun, hal
ini menunjukkan bahwa bertani karet memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap pendapatan rumah tangga, dan program KKR dapat dikatakan berhasil
meningkatkan perekonomian masyarakat.
Tabel 7 Sumber pendapatan responden dari kegiatan sadapan dan non sadap
Sumber pendapatan
Penyadapan
karet

getah

Jumlah pendapatan
(Rp/tahun)
837 800 000

Non
penyadapan
855 919 000
getah karet:
- Sawah dan kebun
476 419 000
- Lain-lain
379 500 000
Total
1 693 719 000
Keterangan :Jumlah responden 45

Rata-rata
(Rp/responden/tahun)
18 618 778

Persentase (%)
49.46

19 020 422

50.54

10 587 089
8 434 000
37 638 200

28.14
22.40
100.00

11

Pengeluaran Rumah Tangga Petani Karet
Pengeluaran responden terdiri atas biaya untuk pangan dan non pangan.
Biaya pangan meliputi pembelian beras, sayur-sayuran, lauk-pauk, dan buahbuahan. Sedangkan biaya non pangan meliputi biaya pendidikan, kesehatan,
sarana rumah tangga, dan lain-lain.
Tabel 8 Jenis pengeluaran rumah tangga responden
Jenis pengeluaran
Pangan
Non Pangan :
-pendidikan
-kesehatan
-saranarumah tangga
-lain-lain
Total
Keterangan :Jumlah responden 45

Jumlah Pengeluaran
(Rp/tahun)
529 778 200
1 163 940 815
210 697 500
54 230 000
82 905 000
816 108 315
1 693 719 015

Rata-rata
(Rp/responden/tahun)
11 772 849
11 954 774
4 682. 67
1 205 111
1 842 333
18 135 740
37 638 200

Berdasarkan informasi pada Tabel 8 rata-rata pengeluaran responden
sebesar Rp37 638 200 besarnya biaya sama dengan besarnya pendapatan. Biaya
yang dikeluarkan untuk pangan tidak semuanya diperoleh dengan cara membeli,
beberapa responden memenuhi kebutuhan akan beras dan sayur mayur berasal
dari lahan mereka sendiri, sehingga mereka hanya membeli kebutuhan seperti
lauk-pauk, dan kebutuhan dapur lainnya.
Pengeluaran non pangan lebih besar dibandingkan pengeluaran pangan
hal ini disebabkan karena untuk konsumsi rokok, baram, dan keperluan pesta adat
dimasukkan kedalam jenis pengeluaran lainnya, diluar pendidikan, kesehatan,
dan sarana rumah tangga.
Kontribusi Program Pembinaan Usaha KKR terhadap kesejahteraan
masyarakat
Pendapatan dari sadapan getah karet memberikan kontribusi yang berbedabeda terhadap pendapatan rumah tangga responden sesuai dengan usia pohon
karet. Kontribusi yang dihitung adalah kontribusi dari karet yang diberikan oleh
PT. Sarpatim terhadap pendapatan total rumah tangga, karena tidak semua karet
yang dimiliki oleh petani berasal dari PT. Sarpatim. Jika pendapatan dari sadapan
getah karet memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan rumah tangga,
maka penyadapan getah karet merupakan sumber utama dalam pemenuhan
kebutuhan rumah tangga. Pendapatan dari karet dapat menjadi sumber
penghasilan utama saat umur karet diatas 10 tahun dimana persentase kontribusi
mencapai kurang lebih 50% (Gambar 2).

12

Kontribusi Pendapatan dari Karet
Presentase Kontribusi (%)

70
60

57,84

50

30

47,35

42,93

40

36,00
27,43

Kontribusi Pendapatan
dari Karet

20
10
0
7 ̶ 10 11 ̶ 14 15 ̶ 18 19 ̶ 21

>22

Umur Pohon (Th)

.Gambar 2 Persentase kontribusi pendapatan dari penyadapan getah karet terhadap
pendapatan rumah tangga berdasarkan umur pohon
Persentase kontribusi pendapatan dari karet sesuai dengan produktivitas
karet yang dihasilkan. Pohon karet yang berumur 19 ̶ 21 tahun memberikan
kontribusi terbesar yakni sebesar 57.84% terhadap pendapatan petani. Hal ini
menunjukkan produktivitas getah karet paling optimal pada umur 19 ̶ 21 tahun.
Produktivitas karet akan meningkat pada 10 tahun pertama, dan produktivitas
akan stabil pada 10 tahun ke dua dengan perawatan dan teknik penyadapan yang
baik, produktifitas karet akan menurun saat masa produktif berakhir
(Nguyen,
2013). Pada Gambar 1 terjadi penurunan produktivitas pada umur 15 ̶ 18 tahun,
hal ini diduga disebabkan oleh teknik penyadapan yang tidak tepat. Kondisi di
lapangan masyarakat sering melakukan penyadapan, namun tidak melakukan
perawatan pada tanaman karet, dan tidak memperhatikan teknik penyadapan karet.
Penyadapan yang dilakukan sampai menghabiskan jaringan kambium, sehingga
pemulihan luka pada batang pohon tidak sempurna, menyebabkan produktifitas
menurun dan mengurangi usia produktif pohon (Chantuma et al. 2011).

Gambar 3 Pemulihan kulit pohon yang tidak sempurna akibat penyadapan yang
tidak benar

13

Variabel-variabel yang Mempengaruhi Pendapatan dari Menyadap Karet
Uji regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel
yang mempengaruhi besarnya pendapatan yang diperoleh dari hasil penyadapan
getah karet. Menurut Riduwan et al. (2011), uji regresi linier berganda adalah
suatu alat analisis untuk meramalkan pengaruh dua variabel bebas atau lebih
terhadap variabel terikat.
Tabel 9 Hasil Perhitungan koefisien faktor
B
1 (Constant)

Koefisien
terstandarisasi

-243000

Sig.
0.806

10000

0.984

0.000

X8

1315800

0.470

0.002

X7

28200

0.330

0.020

238100

0.026

0.066

-7700

-0.24

0.088

-800

-0.27

0.084

X11

X3
X6
X9

Berdasarkan Tabel 9 persamaan regresi linear berganda yang diperoleh dari
pendapatan hasil sadapan karet sebagai variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X),
yaitu :
Y = - 243000 + 10000 X11 + 1315800 X8 + 28200 X7
Variabel Y menunjukkan pendapatan dari getah karet, X11 adalah jumlah
produksi karet, X8 adalah frekuensi pengumpulan getah, dan X7 adalah status
pekerjaan petani. Ketiga variabel tersebut adalah variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan dari sadapan karet. Berdasarkan hasil uji-f (Tabel
10), diperoleh nilai-P (0,000) < α (0,05), maka tolak Ho yang berarti minimal ada
satu variabel X yang berpengaruh nyata terhadap Y atau dapat dikatakan bahwa
model signifikan. Model tersebut memiliki nilai R square sebesar 99.4%. Hal ini
menunjukkan X11, X8, dan X7 dapat menjelaskan keragaman pendapatan sebesar
99.4%, sedangkan sisanya yakni sebesar 0.06% dapat dijelaskan oleh variabel lain
di luar model.
Tabel 10 Analisis ragam hubungan antara pendapatan dari getah karet dengan
jumlah produksi karet, frekuensi pengumpulan getah karet, dan
status pekerjaan petani
Sumber keragaman
Regresi
Galat
Total

Derajat bebas
6
38
44

Jumlah kuadrat
453.918,675E2
2853.903E2
456772.113E2

Kuadrat tengah
75653.113E2
75.103E2

F hitung
100777

P
0,000

14

Tingkat Kesejahteraan Petani Karet
Masyarakat desa hutan yang sejahtera adalah masyarakat yang mandiri dan
mampu berfungsi memelihara ketertiban sosial dan kelestarian lingkungannya.
Kemiskinan dimaknai sebagai kurangnya kesejahteraan (Effendi et all 2007).
Kemiskinan berarti kurangnya pendapatan yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga atau kekurangan kekayaan untuk memberi stabilitas atau
menghadapi perubahan seperti kehilangan pekerjaan, sakit atau krisis lainnya.
Kriteria kemiskinan untuk menilai kesejahteraan disajikan pada tabel 1.
Tabel 11 Persentase kesejahteraan petani karet berdasarkan kriteria kemiskinan
Sayogyo
Tidak miskin

Miskin

Miskin Sekali

Paling miskin

88.89%

11.12%

2.22%

0.00%

40

5

1

0

Rp6 819 021

Rp2 910 978

Rp1 783 797

Rp0

Presentase
Kesejahteraan
Jumlah Responden
Rata-rata
Pengeluaran/kapita/th

Dilihat dari dua pendekatan menurut Sayogyo dan Bank Dunia pada Tabel
11 dan Tabel 12, diperoleh informasi bahwa penyadap getah karet mayoritas
sudah sejahtera, walaupun jika berdasarkan UMR Kotawaringin Timur untuk
bagian Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan 93% pendapatan responden masih
dibawah UMR seperti yang disajikan pada Gambar 4. Jika kesejahteraan hanya
diukur dari pendapatan menyadap karet, berdasarkan kriteria kemiskinan bank
dunia 82.22% responden dibawah garis kemiskinan, dan 100% responden berada
dibawah UMR.
Tabel 12 Persentase tingkat kesejahteraan petani karet
berdasarkan kriteria kemiskinan Bank Dunia
Presentase
Kesejahteraan
Jumlah Responden
Rata-rata
pendapatan/kapita/th

Tidak miskin

Miskin

73%

27%

33

12

Rp11 976 828

Rp5 460 022

Hal ini disebabkan karena penetapan UMR berdasarkan survey kehidupan
layak provinsi setempat, sedangkan penetapan kriteria Sayogyo dan Bank dunia
ditetapkan berdasarkan kondisi kesejahteraan secara umum suatu negara dan
dunia international. Jika ditarik kesimpulan maka kondisi masyarakat disekitar
area PT. Sarpatim belum memiliki kehidupan yang layak atau masih belum
sejahtera, karena dalam kasus ini indikator yang lebih cocok digunakan untuk
penarikan kesimpulan adalah berdasarkan penetapan UMR daerah setempat. Jika
dilihat dari segi kontribusi, maka program Pembinaan Usaha KKR telah berhasil
memberikan kontribusi untuk meningkatan pendapatan masyarakat desa di sekitar
hutan.

15

Persentase Kesejahteraan Berdasarkan
UMR Kab. Kotim
4%
Diatas UMR (2
Responden)
96%

Dibawah UMR (43
Responden)

Gambar 4 Persentase kesejateraan berdasarkan UMR Kabupaten Kotim
Analisis Hubungan Kesejahteraan Penyadap Terhadap Perambahan Hutan
Oleh Masyarakat
Jika dilihat berdasarkan letak geografis dan luas PT. Sarmiento Parakantja
Timber (Sarpatim) memiliki luas 216580 Ha. Secara geografis areal IUPHHK-HA
PT. Sarpatim terletak antara 111°55’-112°19’ BT dan 1°12’-1°56’ LS.
Berdasarkan kelompok hutan terdapat di Sungai Nahiang - Sungai Kaleh yang
terletak di Kabupaten Kotawaringin Timur, Seruyan dan Katingan (Kecamatan
Mentaya Hulu, Antang Kalang, Seruyan Hulu, Seruyan Tengah dan Kaitingan
Hulu), Provinsi Kalimantan Tengah. Batas IUPHHK-HA PT. Sarpatim sebagai
berikut:
1 Sebelah Utara
: Areal IUPHHK-HA PT. Erna Juliawati dan PT. Meranti
Mustika;
2 Sebelah Selatan : Areal HTI Trans PT. Kusuma Perkasa Wana;
3 Sebelah Barat
: Areal IUPHHK-HA PT. Hutanindo Lestari Jaya Utama,
PT. Sentral Kalimantan Abadi dan PT. Intrado Jaya Intiga
4 Sebelah Timur : Areal IUPHHK-HA PT. Kayu Tribuana Rama, PT. Berkat
Cahaya Timber dan PT. Inhutani III
Dari batas-batas wilayah PT. Sarpatim dapat kita lihat bahwa posisi areal
PT. Sarpatim adalah posisi yang strategis dan relatif aman dari perambahan hutan
oleh masyarakat sekitar, karena PT. Sarpatim berbatasan dengan areal konsesi
IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT lainya, dan sebelah barat batas arealnya adalah
batas alam berupa sungai, sementara desa yang berada pada areal PT. Sarpatim
hanya satu desa, yaitu desa rantau panjang dan akses menuju desa ini pun sangat
sulit, sehingga perambahan hutan yang terjadi hanya sedikit di sekitar kanan-kiri
sungai saja, dan itu terjadi pada tahun 1990 an saat illegal logging masih menjadi
mata pencaharian yang populer bagi masyarakat desa hutan. Selain itu,
perambahan dilakukan pada kanan-kiri jalan logging untuk perladangan
masyarakat. Pada tahun 2007 saat kegiatan illegal logging tidak pernah terjadi
lagi, PT. Sarpatim mulai melakukan pengontrolan terhadap perladangan
masyarakat di areal PT. Sarpatim melalui program pembinaan usaha KKR,

16

sekaligus untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa disekitar PT.
Sarpatim.
Berdasarkan dokumen kajian sosial ekonomi SDA (Sumber Daya Alam)
dan lingkungan di desa binaan IUPHHK-HA PT. Sarpatim tahun 2008 pendapatan
masyarakat desa binaan dari penyadapan karet sebesar Rp12 529 286 sedangkan
untuk pendapatan penyadapan karet pada tahun 2013 adalah sebesar Rp18 618
778 hal ini membuktikan bahwa kegiatan PMDH telah memberikan kontribusi
dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Jika dibandingkan dengan data pada
perladangan oleh masyarakat diareal PT. Sarpatim pada tahun 2007 – 2013 (Tabel
13), program PMDH yang dilaksanakan oleh PT. Sarpatim telah dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun belum mampu untuk mengurangi
laju pembukaan lahan untuk perladangan oleh masyarakat secara signifikan, hal
ini berbeda dengan hasil penelitian Subarna T (2011) yang menyatakan ada
hubungan korelasi positif antara kesejahteraan atau tekanan ekonomi masyarakat
dengan permabahan hutan.
Tabel 13 Rekapitulasi perkembangan perladangan/kepemilikan lahan dan belukar
di sepanjang kanan-kiri jalan utama BBC-Batas HPH/HTI sepanjang 12
KM di dalam area PT. Sarpatim
Tahun

Luas Perambahan (ha)

Pertambahan (ha)

2007

573

0

2008

580

7

2009

591

11

2010

591

0

2011

657

66

2012

720

63

*Sumber : Arsip Tenurial PT.Sarpatim

Dalam 6 tahun terakhir, terjadi pertambahan perladangan oleh masyarakat
di areal konsensi PT. Sarpatim meskipun pendapatan masyarakat telah meningkat,
perambahan tersebut bisa saja dilakukan oleh pemain lama dan pemain baru. Jika
melihat faktor yang mempengaruhi pendapatan karet, yaitu jumlah produksi getah
karet. Untuk meningkatkan pendapatan maka perlu dilakukan penambahan jumlah
pohon dan akan diikuti dengan penambahan luasan lahan, hal ini diduga dapat
menjadi alasan bagi pemain lama untuk tetap merambah hutan. Kemungkinan
pemain baru menjadi pelaku perambahan hutan juga ada, jika melihat jumlah
penduduk Indonesia yang terus meningkat. Sehingga kebutuhan lahan juga akan
meningkat. Selian itu, kondisi tersebut ada kaitannya dengan masalah property
rights. Hak kepemilikan lahan atau property rights adalah hak yang dimiliki oleh
individu, kelompok, atau negara untuk mengelola sumberdaya, mendapatkan
keuntungan, dan memindahan hak miliknya (Alston & Mueller, 2008). Areal
konsesi yang dimiliki IUPHHHK adalah lahan negara, perusahaan hanya diberi
izin mengelola sumber daya hutan dengan jangka waktu tertentu, dan perusahaan
tidak memiliki hak kepemilikan lahan.
Sumber daya lahan di Indonesia, mayoritas adalah milik negara. Lahan
negara beresiko menjadi sumber daya dengan akses terbuka, sehingga mudah

17

untuk dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak berhak. Fenomena ini disebut
sebagai masalah kepemilikan lahan oleh Chichilnisky (2005). Pada situasi
demikian, illegal logging dan bentuk-bentuk gangguan hutan lainya, seperti
perambahan hutan menjadi umum terjadi pada pengelolaan sumber daya hutan
negara (Nugroho, 2011). Perambahan hutan atau gangguan hutan lainnya akan
terjadi selama tidak ada hak kepemilikan lahan yang jelas (Araujo et all. 2009).
Adanya hak kepemilikan lahan juga akan mendorong pemilik hak untuk mejaga
dan meningkatkan nilai aset yang dimiliki, sehingga hutan akan lestari, dan
kesejahteraan masyarakatpun meningkat (Bhattacharya & Lueck, 2009).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakteristik petani karet didominasi oleh laki-laki dengan sebaran umur
terbanyak pada kisaran 46 ̶ 55 tahun atau berada pada usia produktif, tingkat
pendidikan mayoritas SD dengan persentase sebesar 75.57 %, dan memiliki luas
areal garapan 0.25 ̶ 1 Ha. Berdasarkan karakteristik tersebut, akan mendorong
masyarakat untuk tetap mengusahakan kebun karet rakyat. Terlebih pendapatan
dari usaha karet rakyat dapat memberi kontribusi hampir 50% dari pendapatan
total petani. Kontribusi pendapatan dari sadapan getah karet terhadap pendapatan
rumah tangga cenderung berbanding lurus dengan umur pohon karet, dimana daur
optimum dalam menghasilkan getah saat umur pohon 19 ̶ 21 tahun, dan pada saat
itulah kontribusi pendapatan dari getah karet paling tinggi sebesar 57.83 %.
Penurunan kontribusi pada usia 15 ̶ 18 disebabkan oleh teknik penyadapan yang
tidak benar.
Variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya pendapatan adalah jumlah
produksi garet, frekuensi pengumpulan getah karet, dan status pekerjan petani.
Untuk meningatkan pendapatan dari usaha kebun karet, petani dapat mencapainya
dengan cara intensifikasi usaha pada lahan yang mereka miliki atau ekstensifikasi
dengan memperluas lahan luasannya. Tampaknya pilihan kedua lebih menarik
bagi petani dari pada pilihan pertama. Hal ini ditunjukkan dengan kenyataan
bahwa program Pembinaan Usaha KKR telah dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat, namun belum mampu mengurangi laju perambahan hutan oleh
masyarakat. Kondisi demikian diduga disebabkan oleh faktor pertambahan
penduduk dan permasalahan property rights.
Saran
Untuk mengoptimalkan produktivitas karet dan meningkatkan pendapatan
masyarakat, intensifikasi pengelolaan karet perlu diterapkan oleh masyarakat.
Adanya penguatan hak property rights pada IUPHHK atau lahan milik
masyarakat perlu dilakukan untuk mengatasi laju perambahan hutan.

18

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Analisis dan Penghitungan Tingkat
Kemiskinan 2008. Jakarta (ID): BPS.
[CIFOR] Center for International Forestry Research. 2007. Menuju Kesejahteraan
dalam Masyarakat Sekitar Hutan: Buku Panduan untuk Pemerintah Daerah.
Bogor (ID):CIFOR.
Alston LJ, Mueller B. 2008. Property Rigths and the State, In: Menard C, Shirley
MM, editors. Handbook of New Institutional Economic. Netherlands: Springer.
pp 573-590.
Araujo C, Bonjean CA, Combes JL, Motel PC, and Reis EJ. 2009. Property rights
and deforestation in the Brazilian Amazon. Ecology Economics 68: 2461-2468.
Bhattacharya H, Leuck D. 2009. The role of property rights in determing the
enviromental quality-income relationship. Ecology Economics 68: 2511-2524.
Chantuma P, Lacote R, Leconte A, Gohet E. 2011. An innovation tapping System,
the double cut alternative, to Improve the yield of Havea Brasilliensis in Thai
rubber plantations. Field Corps Research 121:416-422.
Chichilnisky G. 2005. The Kyoto Protokol : Property Rigths and Effeciency of
Market. In: Kant S, Berry RA, editor. Institutions, Sustainability, and Natural
Resources: Institutional for Sustainable Forest Management. Netherlands:
Springer. pp 141-154.
Effendi R, Bangsawan I, dan Zahrul M. 2007. Kajian Pola-Pola Pemberdayaan
Masyarakat Sekitar Hutan Produksi Alam Mencegah Illegal Logging. Sosial
dan Ekonomi Kehutanan Vol.4 No. 4.
Husinsyah. 2006. Kontribusi Pendapatan Petani karet Terhadap Pendapatan Petani
di Kampung Mencimai. Ekonomi Pembangunan Pertanian Vol.3No.1:9-20
Isyanto AY. 2012. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Pada
Usaha Tani di Kabupaten Ciamis. Cakrawala Galuh Vol.1 No 8.
Mursidin. 2009. Peran Gender dalam Kehidupan Keluarga Hubungannya dengan
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat. Di dalam: Nasution Zahri dan Hikmah,
penyunting. Dinamika peran gender dan diseminasi inovasi. Jakarta (ID):
Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Muttaqien, A. 2006. Paradigma Baru Pemberantasan Kemiskinan: Rekonstruksi
Arah Pembangunan Menuju Masyarakat yang Berkeadilan, Terbebaskan, dan
Demokratis. Di Dalam: Rahardjo Dawam, penyunting. Menuju Indonesia
Sejahtera: Upaya Konkret Pengentasan Kemiskinan. Jakarta (ID): Khanata,
Pustaka LP3ES Indonesia. hlm. 3-43.
Nguyen BT. 2013. Large-scale Altitudinal Gradien of Natural Rubber Production
in Vietnam. Industrial Crops and Product. 41:31-40.
Nugroho B. 2011. Land Rights of Community Forest Plantation Policy: Analysis
from Prespective. J Man Hut Trop Vol. XVII, (3): 111-118.
Nugroho
TW.
1999.
Teknik
Pengambilan
Contoh.
http://images.twnugroho.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SBradwo
KCnYAAAYOflU1/TEKNIK%20PENGAMBILAN%20CONTOH.pdf.
[19
Januari 2013].
Patty Z. 2010. Kontribusi Pendapatan Rumah Tangga Tani di Kabupaten
Halmahera Utara. Jurnal Agroforestri. Vol. 5 No. 3

19

Rahim A, Hastuti, Diah RD. 2007. Ekonomika Pertanian. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Riduwan., Rusyana A., Enas. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS Versi 17.0 dan
Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.
Sitanggang HA. 2009. Pengembangan Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa
Hutan (PMDH) di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur. Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehuatanan, Institut Pertanian Bogor. [Skripsi].
Subarna T, 2011. Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Menggarap Lahan di
Hutan Lindung : Studi Kasus di Kabupaten Garut Jawa Barat. Jurnal Penelitian
Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 4: 256-275

Lampiran 1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
1. Uji Asumsi
a. Uji Kenormalan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N

45

Normal Parameters

a

Mean

.0000000

Std. Deviation
Most

Extreme

Differences

8.05365883

Absolute

.175

Positive

.094

Negative

-.175

Kolmogorov-Smirnov Z

1.174

Asymp. Sig. (2-tailed)

.127

a. Test distribution is Normal.

Uji Kolmogorov Smirnov.
Hipotesis:
H0: sisaan menyebar normal
H1: sisaan tidak menyebar normal
Dikarenakan nilai signifikansinya sebesar 0.27 yang lebih besar dari nilai
alfa / taraf nyata 5%, sehingga kesimpulannya yaitu terima H0, artinya sisaan
menyebar normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
ANOVAb
Sum of
Model
1

Squares
Regression

Mean
Df

Square

677.541

13

52.119

Residual

1099.037

31

35.453

Total

1776.578

44

F

Sig.

1.470

.185a

a. Predictors: (Constant), X13, X4, X3, X7, X11, X1, X6, X9, X12, X8, X2, X5, X10
b. Dependent Variable: absresid

Hipotesis:
H0 = sisaan bersifat acak.
H1 = sisaan bersifat tidak acak

21
Dikarenakan nilai signifikansinya sebesar 0.185 yang lebih besar dari nilai
alfa / taraf nyata 5%, sehingga kesimpulannya yaitu terima H0, artinya sisaan
bersifat acak.
c. Uji Autokolerasi
i

Model Summary
R
Model

Square

R
8

.997
h

Adjusted
R Square

.994

Std. Error
of the Estimate

.993

8.66618

DurbinWatson
2.428

a. Predictors: (Constant), X3, X8, X11, X6, X9, X8
b. Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel diatas nilai derajat DW (Durbin-Watson) sebesar 2.428
atau mendekati 2, maka data bersifat autokolerasi.
d. Uji Multikolerasi
Collinearity Statistics
Model
1

Tolerance

VIF

(Constant)
X1

.739

1.352

X2

.189

5.293

X3

.481

2.078

X4

.651

1.535

X5

.424

2.360

X6

.703

1.423

X7

.635

1.575

X8

.563

1.775

X9

.665

1.505

X10

.173

5.790

X11

.594

1.685

X12

.635

1.574

X13

.347

2.879

22
Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai VIF kurang dari 10 untuk
semua variabel maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi
masalah multikolineraitas.

2. Regression
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model

B

Collinearity Statistics

Coefficients

Std. Error

Beta

(Constant)

-2.430

9.850

X3

2.381

1.258

X7

-.077

X8
X9

t

Sig. Tolerance

VIF

-.247

.806

.026

1.893

.066

.860

1.163

.044

-.024

-1.748

.088

.849

1.178

.282

.116

.033

2.429

.020

.874

1.144

13.158

3.998

.047

3.291

.002

.795

1.258

X10

-.008

.004

-.027

-1.773

.084

.719

1.390

X12

.100

.001

.984

68.559

.000

.798

1.253

a. Dependent Variable: Y

Persamaan Regresi :
Y = b0 + b12 X12 + b9 X9 + b8 X8

Model Summaryi
Std. Error of the
Model

R
8

.997

R Square
h

.994

Adjusted R Square Estimate
.993

Durbin-Watson
8.66618

2.428

h. Predictors: (Constant), X3, X8, X12, X7, X10, X9
i. Dependent Variable: Y

Tabel diatas adalah ukuran dari kebaikan model, yaitu ditunjukan oleh Rsquare. Maksud dari R Square 0.994 adalah sebanyak 99.4% keragaman dari
Pendapatan total rumah tangga (Y) dapat dijelaskan oleh model, sisanya sebesar
0.6% dijelaskan oleh faktor lain diluar model.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalirejo, 24 Juni 1991 dari Bapak Tatang Ismail, SE
dan Ibu Titi Sukapti. Penulis merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SMAN 4 Bandar Lampung tahun
2009, dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI pada
program studi Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan.
Selama masa perkuliahan, penulis pernah aktif diberbagai kegaiatan intra
kampus. Kegiatan tersebut diantaranya Lurah Gedung A1 Asrama TPB IPB,
anggota FMSC (Forest Managament Studi Club), Bendahara DPM Fahutan IPB,
dan Sek.Dept Kajian dan Strategi BEM Fakultas Kehutanan IPB. Penulis
mengikuti kegiatan praktik P2EH di jalur Cikiong-Tangkuban Perahu, praktik
P2H di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktik Kerja Lapangan di
IUPHHK-HA PT. Sarpatim. Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Mata
Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI), dan Pemanenan Hutan.
Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut
Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan berjudul Kontribusi
Pembinaan Usaha Kebun Karet Rakyat Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa
Hutan di IUPHHK-HA PT. Sarpatim. Penulis sangat mengucapkan terima kasih
kepada Ayahanda, dan Ibunda yang tel