Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar

(1)

DAMPAK PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN

KUALA LANGSA TERHADAP KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT SEKITAR

T E S I S

O l e h

Z U L F A N

067003034/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 8


(2)

DAMPAK PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN

KUALA LANGSA TERHADAP KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT SEKITAR

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

O l e h

Z U L F A N

067003034/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 8


(3)

Judul Tesis : DAMPAK PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN KUALA LANGSA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR

Nama Mahasiswa : Z u l f a n Nomor Pokok : 067003043

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP) Ketua

(Kasyful Mahalli, S.E, M.Si) (Ir. Agus Purwoko, M.Si)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Juli 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Robinson Tarigan, MRP Anggota : 1. Kasyful Mahalli, S.E, M.Si

2. Ir. Agus Purwoko, M.Si

3. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, S.E 4. Drs. Rujiman, MA


(5)

ABSTRAK

ZULFAN: “Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar”, di bawah bimbingan Bapak Prof.

Drs. Robinson Tarigan, MRP, sebagai Ketua dan Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si serta Bapak Ir. Agus Purwoko, M.Si masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban permasalahan tentang pengaruh pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap Pengembangan Wilayah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar yang ukur melalui; pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, pendidikan, keamanan dan kesehatan dan juga untuk mengetahui bagaimana sikap masyarakat terhadap pengembangan pelabuhan tersebut.

Metode analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan pertama adalah dengan cara analisis deskriftif kualitatif, sedangkan untuk permasalahan kedua menggunakan uji nonparametrik analisis statistik deskriftif dengan uji Wilcoxon Signed-Rank. Hasil analisis statistik terhadap data primer terdapat peningkatan yang sangat signifikan sesudah pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa. Sebelum pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, masyarakat Gampong Kuala Langsa sangat terpuruk perekonomiannya karena kondisi keamanan yang tidak kondusif, hal ini disebabkan karena kawasan pelabuhan dijadikan tempat operasi militer pada saat konflik terjadi di Aceh.

Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa berdampak terhadap kesejahteraan kehidupan masyarakat sekitar yang sangat signifikan, di mana pendapatan terwujud dengan tertampungnya tenaga kerja yang didukung oleh faktor keamanan, kesehatan dan transportasi.

Disarankan kepada Pemerintah Kuala Langsa pada masa mendatang agar segera dibangun sarana infrastruktur yang baik terhadap masyarakat sekitar demi terciptanya pengembangan wilayah daerah, di mana kawasan pelabuhan Kuala Langsa sudah mampu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan yang besar di Kota Langsa.


(6)

ABSTRACT

ZULFAN: “The Impact of Developing of Kuala Langsa Port Area to

Surrounding People’s Prosperity”, supervised by Prof. Drs. Robinson Tarigan,

MRP, Kasyful Mahalli, SE, M.Si and Ir. Agus Purwoko, M.S.i as members of supervisor commission.

The research purposes to find out the impact of developing of Kuala Langsa Port area to the Region development. This research is conducted to analyze the impact of developing of Kuala Langsa Port area to surrounding people’s prosperity measured through; people income, workers employing, education, safety and healthy. Moreover, know the people’s response to the port development.

A descriptive analysis the research is also is used to answer the first problem through analysis, then to the second problem is analysed by nonparametric test with Wilcoxon Signed-Rank test. The result of data has found significant increasing after the developing of Kuala Langsa Port area. Before the developing, the economics of people in Kuala Langsa village were very poor caused unsafely situation, where the port area turned into military post during Aceh conflict in the past.

The result is concluded that the developing of Kuala Langsa port area has very significant impact to people’s prosperity who live surrounding the area. It is reflected with increasing income through employing of many people supported by safety, healthy and transportation factors.

The authority of Kuala Langsa is suggested to build facilities and infrastructures to people in Kuala Langsa as soon as possible in order to generate the area development, because the area of Kuala Langsa port has reduced unemployment and poverty is Langsa city.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan hanya kepada ALLAH SWT, karena dengan izin-Nya jualah tesis ini dapat penulis selesaikan. Tesis yang berjudul “Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar” ini dibuat untuk melengkapi kewajiban pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pemilihan topik ini didasari pada pemikiran tentang sejauhmana pengaruh pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar setelah lebih kurang 5 tahun fakum akibat konflik yang berkepanjangan di Nanggroe Aceh Darussalam. Pasca perdamaian konflik Aceh pelabuhan kembali diaktifkan yang selama ini dijadikan kawasan militer. Untuk itu penulis mencoba meneliti dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap masyarakat, melalui indikator tenaga kerja, pendapatan masyarakat, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Pengembangan wilayah Kota Langsa khususnya di sektor infrastruktur adalah merupakan salah satu tujuan dari penelitian ini.

Keberhasilan pengerjaan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Robinson Tarigan, MRP, Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, dan Bapak Ir. Agus Purwoko, M.Si, selaku komisi pembimbing yang dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penyusunan tesis ini.

2. Bapak Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D, Bapak Dr. Lic.rer.reg Sirojuzilam, SE, dan Bapak Drs. Rujiman MA, selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.


(8)

3. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, M.Sc., Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza selaku Ketua dan seluruh staf pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Pemda Aceh Timur, Kabag. Pemerintahan Sekretariat Daerah Kota Langsa Bapak Syamsul Bahri, SH, Pimpinan beserta staf Bappeda Kota Langsa, Dinas Tenaga Kerja, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kota Langsa, BPS Kota Langsa, Camat Langsa Barat, Keuchik Gampong Kuala Langsa, Pimpinan beserta staf PT. Pelindo Cabang Kuala Langsa, Rekan-rekan Pengurus dan relawan di PMI Cabang Aceh Timur, serta seluruh responden yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memfasilitasi penulis.

6. Rekan-rekan seperjuangan PWD 2008, terutama Abangda Agus, Mujiburrahman dan Irfansyah Is yang telah bersama-sama dalam suka maupun duka menempuh studi serta rekan-rekan mahasiswa lain yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya.

7. Bapak Drs. H.T. Adjuran Raden, MM Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Timur yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil,

8. Bapak Ilyas, SE, MM Selaku Kepala Dinas DPKKD Aceh Timur yang telah memberi izin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di PWD USU, Kanda Amri Alwi, SE, M.Si dan Kanda Zubir SE, M.M, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada kedua orang tua Ayahanda Alm. Hasbi Johan, dan Ibunda tercinta Aja Jaimah yang telah membesarkan dan memberikan pendidikan agama dengan penuh pengorbanan dari masa kecil hingga menjadi dewasa, serta Mertua Ayahanda Abdullah Harun dan Ibunda tersayang Syamsidar yang telah membimbing penulis serta adinda Yusri Nadya dan Intan Bahagiana dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

Ucapan terima kasih yang teristimewa juga penulis sampaikan kepada Istri tercinta Verawati, SH yang telah memikul beban tanggung jawab sebagai kepala keluarga selama penulis menyelesaikan studi di USU Medan dan anak-anakku tersayang Haura Arsyiqa dan Nayla Qanitah yang telah mengorbankan waktu bersama keluarga dengan tulus ikhlas dan selalu menjadi penyemangat hidup dan menjadi motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tesis ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat perbaikan demi kesempurnaan tesis ini serta untuk perbaikan karya ilmiah penulis pada masa selanjutnya. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkannya serta menjadi sumbangsih pemikiran penulis kepada Pemerintah Kota Langsa khususnya pengembangan wilayah Kota Langsa.

Medan, Juli 2008 Penulis, Z u l f a n


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Langsa pada tanggal 31 Juli 1977 dari pasangan Ayahanda Alm. Hasbi Johan dan Ibunda Aja Jaimah, A.MA. Penulis merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara. Pada tanggal 11 Maret 2003 penulis menikah dengan Verawati, SH dan dianugerahi dua orang putri, Haura Arsyiqa dan Nayla Qanitah pada tanggal 11 November 2004 dan 05 April 2006.

Penulis mengikuti pendidikan formal dari tingkat SD/MIN 140 pada tahun 1983 dan diselesaikan pada tahun 1989 di Langsa, setelah itu melanjutkan pendidikan SLTP/MTsN 13 pada tahun 1989 dan diselesaikan pada tahun 1992 di Langsa, kemudian melanjutkan pendidikan SLTA/MAN 1 Sungai Lueng pada tahun 1992 dan diselesaikan pada tahun 1995 di Langsa. Jenjang pendidikan tinggi diperoleh pada Universitas Samudra (UNSAM) Langsa dari tahun 1995 sampai tahun 1999 dengan memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH).

Pada masa perkuliahan hingga tahun 2002 penulis aktif di berbagai organisasi, dari organisasi kemahasiswaan Senat Fakultas, Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi, Resimen Mahasiswa (Menwa), Himpunan Mahasiswa Islam sebagai Ketua dan HMI Cabang Langsa sebagai Wakil Ketua. Sedangkan di organisasi kepemudaan seperti Pemuda Panca Marga, GEMA Kosgoro, dan DPD II KNPI Kota Langsa. Organisasi yang masih berlanjut dari tahun 2002 hingga sekarang yaitu organisasi kemanusiaan Palang Merah Indonesia Cabang Aceh Timur sebagai pengurus, penulis aktif dalam


(11)

kegiatan “Aceh Recovery” pasca Tsunami dan bergabung dengan beberapa Institusi/ NGO yang membantu penanganan Aceh pasca Tsunami.

Pada tanggal 06 November tahun 2001 penulis diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Timur dan ditempatkan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Aceh Timur. Sejak tahun 2001 hingga sekarang. Pada tahun 2003 sampai tahun 2004 penulis dipercaya sebagai Bendaharawan Barang dan tahun 2005 ditunjuk sebagai kepala Pos Retribusi Hasil Bumi dan Industri (RHBI) di perbatasan wilayah Birem Bayeun.

Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, penulis mendapatkan kesempatan yang sangat berharga dari Pemerintah Daerah Aceh Timur untuk dapat melanjutkan pendidikan tingkat magister (S2) dengan status tugas belajar pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) dengan bidang keahlian Perencanaan Pembangunan (PP) Universitas Sumatera Utara di Medan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah ... 10

2.2. Indikator Kesejahteraan Masyarakat ... 14

2.3. Peran Pelabuhan dalam Mendukung Ekonomi Wilayah .... 18

2.3.1 Tarif Jasa Angkutan Laut dan Kepelabuhan.. ... 18

2.3.2 Tarif Angkutan di Pelabuhan ... 20

2.3.3 Permasalahan Kawasan Pelabuhan ... 20

2.4. Peran Kawasan Pelabuhan terhadap Pendapatan Masyarakat ... 21

2.5. Penelitian Sebelumnya ... 23

2.6. Kerangka Berfikir ... 24

2.7. Hipotesis ... 25

BAB III : METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Lokasi Penelitian... 27

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 27

3.3 Populasi Penelitian ... 28


(13)

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 29

3.6 Teknik Analisis Data... 30

3.7 Definisi dan Batasan Operasional ... 32

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 34

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

4.1.1 Kondisi Geografis ... 34

4.1.2 Kependudukan ... 41

4.1.3 Perekonomian Daerah ... 42

4.1.4 Struktur Ekonomi ... 44

4.2 Karakteristik Responden Penelitian ... 49

4.2.1 Umur Responden... 49

4.2.2 Pendidikan Responden ... 50

4.2.3 Jumlah Tanggungan dalam Keluarga... 51

4.3 Dampak Pengembangan Pelabuhan terhadap Pengembangan Wilayah... 53

4.3.1 Karakteristik Budaya (Adat Istiadat dan Pola Kebiasaan)... 53

4.3.2 Pranata Sosial dan Orientasi Nilai Budaya ... 54

4.3.3 Mekanisme Penyelesaian Konflik... 58

4.4 Aktivitas di Pelabuhan ... 59

4.4.1 Pelabuhan dalam Sistem Transportasi dan Perdagangan ... 59

4.4.2 Kinerja Pelayanan Barang... 61

4.4.3 Produktifitas Bongkar Muat... 62

4.5 Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat... 64

4.5.1 Pendapatan Responden ... 64

4.5.2 Sarana Transportasi... 67

4.5.3 Sarana Infra Struktur ... 69

4.5.4 Kesempatan Kerja Masyarakat ... 70

4.5.5 Pengujian Hipotesis... 72

4.6 Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa ... 76

4.6.1 Persepsi dan Respons Masyarakat terhadap Rencana Kegiatan ... 77

4.6.2 Keamanan dan Ketertiban Masyarakat di Lingkungan Pelabuhan ... 78


(14)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 83 5.2. Saran... 84 DAFTAR PUSTAKA ... 86


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kelurahan/Gampong Kuala

Langsa, Kecamatan Langsa Kota per 26 Maret 2008 ... 29

4.1 Luas Wilayah Kota Langsa Menurut Kecamatan, Tahun 2005 ... 36

4.2 Nama-Nama Kelurahan/Gampong dalam Kecamatan Langsa Kota, Tahun 2005... 37

4.3 Nama-Nama Gampong/Kelurahan dalam Kecamatan Langsa Kota Dirinci Menurut Kemukiman Tahun 2005... 38

4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk Kuala Langsa Tahun 2002-2007 ... 42

4.5 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kota Langsa Tahun 2002 – 2007 (persen) 44

4.6 Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002 – 2007 (Jutaan rupiah) ... 46

4.7 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Berlaku Tahun 2002-2007 (Jutaan rupiah) .. 47

4.8 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan Tahun 2001Tahun 2002 – 2007 (Jutaan rupiah) ... 48

4.9 Kelompok Umur Responden ... 50

4.10 Jenjang Pendidikan Responden ... 51

4.11 Jumlah Tanggungan Responden... 52

4.12 Tanggapan Responden tentang Kelanjutan Pelabuhan ... 54


(16)

4.14 Jumlah Tenaga Buruh yang Tertampung di KTKBM ... 63

4.15 Pendapatan Responden Perbulan (Tahun 2002-2005) dan Sesudah Pengembangan Tahun 2006 s/d Sekarang... 66

4.16 Rata-Rata Pendapatan Sebelum dan Sesudah Pengembangan ... 67

4.17 Tanggapan Responden tentang Sarana Transportasi ... 68

4.18 Tanggapan Responden tentang Infra Struktur... 70

4.19 Tanggapan Responden tentang Penyerapan Tenaga Kerja di Pelabuhan Kuala Langsa... 71

4.20. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Pendapatan Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa ... 72

4.21. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Infra Struktur Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa ... 73

4.22. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Transportasi Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa ... 74

4.23. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Tenaga Kerja Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa ... 75

4.24 Tanggapan Responden tentang Keamanan di Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa ... 80

4.25. Tanggapan Responden untuk Kondisi Kesehatan terhadap Penyakit Tertentu... 80


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

II.1 Kerangka Fikir ... 25 IV.1 Peta Kota Langsa ... 35 IV.2 Peta Pelabuhan Kuala Langsa ... 40


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 88

2. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 93

3. Rekapitulasi Jawaban Responden Penelitian... 94

4. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Pendapatan... 95

5. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Infra Struktur ... 96

6. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Transportasi ... 97

7. Hasil Uji Wilcoxon Signed-Rank terhadap Tenaga Kerja... 98

8. Data Inflasi Bulanan terhadap Bulan yang Sama Tahun 2003-2008 (%)... 99

9. Perhitungan Nilai Konstan... 100

10. Rekomendasi Kantor Camat Langsa Barat... 101


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang melaksanakan kegiatan di bidang Pelayanan Jasa Kepelabuhanan, saat ini mengelola 15 Cabang Pelabuhan, 11 (sebelas) Pelabuhan Perwakilan, 1 (satu) Unit Terminal Peti Kemas, 1 (satu) Unit Galangan Kapal, 1 (satu) Unit Depo Peti Kemas Belawan, 2 (dua) Unit Rumah Sakit dan 1 (satu) Balai Pendidikan dan Latihan.

Wilayah kerja PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang ditunjuk oleh Pemerintah mengelola jasa kepelabuhanan meliputi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau, secara geografis letaknya sangat strategis karena berada di jalur perdagangan internasional, mempunyai misi menyediakan jasa kepelabuhan berkualitas yang berperan sebagai pusat logistik, memberikan nilai tambah serta mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Berpijak dari misi tersebut, perusahaan selalu berusaha menunjang program pemerintah dalam pembangunan dunia usaha serta dapat memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara.

Arus bongkar muat barang pada tahun 2005 sebesar 83.761.153 ton dibanding realisasi tahun sebelumnya sebesar 88.488.107 ton atau mengalami penurunan 5.34%. Arus kunjungan kapal pada tahun 2005 sebesar 90.341 call atau 112.753.199 grt


(20)

dibanding realisasi tahun 2004 sebesar 104.163 call atau 113.579.376 grt atau mengalami penurunan grt 0.73%. Arus bongkar muat peti kemas mengalami kenaikan, pada tahun 2005 bongkar muat peti kemas sebesar 622.749 box atau 746.381 teu's (105.05%) dibanding realisasi tahun 2004 sebesar 601.569 box atau 710.498 teu's. Arus penumpang pada tahun 2005 sebesar 5.457.966 atau hanya 91.01% dibanding realisasi tahun 2004 sebesar 5.997.284 atau mengalami penurunan 8.99%.

Untuk memenuhi tuntutan pelayanan oleh pemakai jasa, perusahaan senantiasa berusaha secara optimal agar produktivitas kerja dapat terus ditingkatkan baik dalam hal kesiapan fasilitas peralatan bongkar/muat yang harus dipenuhi serta peningkatan keterampilan SDM baik pada bidang operasional dan bidang administrasi.

Sebagai upaya optimalisasi peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I membentuk Unit Usaha Depo Peti Kemas Belawan. Segmen usaha baru ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan kepada perusahaan. Upaya lain yang dilakukan adalah diversifikasi jasa dengan melakukan kerjasama antara PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I dengan Pemda/Pemko di wilayah kerja Perseroan dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepelabuhanan, melakukan penataan sistem operasional pada Cabang Pelabuhan Belawan, Dumai dan Unit Terminal Peti Kemas Belawan serta melakukan kerjasama usaha dengan mitra strategis untuk segmen tertentu.


(21)

Begitu juga dengan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa yang saat ini sedang dilaksanakan pembangunannya untuk tahap ke 3 (tiga) diarahkan untuk pelayanan curah cair, peti kemas dan curah kering. Pelabuhan Kuala Langsa dibangun pada tahun 1900 bersamaan dibangunnya jalan kereta api dari Kuala Langsa. Pelabuhan Kuala Langsa selesai dibangun pada tahun 1905 sedangkan jalan kereta api selesai tahun 1913. Sejak tahun 1905 sampai dengan 1914 Pelabuhan Kuala Langsa mulai berfungsi dan ramainya kegiatan bongkar muat barang serta keluar masuknya kapal dan perahu-perahu nelayan maupun pedagang.

Pada tahun 1942 sampai dengan tahun 1949 kegiatan bongkar muat dan kunjungan kapal sangat berkurang akibat terjadinya perang dengan Belanda dan Jepang. Tahun 1950 kegiatan pelabuhan mulai berkembang lagi di mana kapal berukuran sampai dengan 1.000 DWT dapat memasuki pelabuhan untuk mengangkut karet, kopi, biji, pinang dan hasil bumi lainnya dengan tujuan Singapore, Malaysia diimport barang kebutuhan makanan, kain, barang kelontong, spare part dan lain-lainnya yang dikenal saat ini dengan “Zaman Barter” yang berlangsung dari tahun 1955 sampai 1960.

Pada tahun 1969 Pelabuhan Kuala Langsa ditetapkan sebagai Pelabuhan Umum yang terbuka untuk pelayaran luar negeri berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Perdagangan dengan surat No. 363 A/Kpb/XI/69, Menteri Keuangan dengan surat No. Kep. 818/MK/4/II/69, dan Menteri Perhubungan dengan surat No. SK. 43/0 /69 tanggal 20 Nopember 1969. Pada tahun 1981 dan tahun 1984 alur pelayaran pada


(22)

ambang luar menuju pelabuhan dikeruk sepanjang 3.000 m dengan lebar 80 m kedalaman – 7 m LWS yang tadinya hanya mempunyai kedalaman 1,5 sampai 2 m LWS, sehingga saat itu kapal berukuran sampai 6.000 DWT dapat memasuki Pelabuhan Kuala Langsa.

Pada bulan Nopember 1993 dilakukan Survey Check Sounding alur pelayaran Pelabuhan Kuala Langsa oleh Tim Survey PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I dan didapati bahwa alur pelayaran mempunyai kedalaman rata-rata antara 6,5 m sampai dengan 7,5 m LWS.

Selama kurun waktu 3 tahun terakhir Pelabuhan Kuala Langsa telah menjadi sebuah kawasan yang berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan fisik dengan berbagai aspek perluasannya. Pelabuhan Kuala Langsa berpotensi menjadi salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional ditunjang oleh sumber daya yang memadai dan prospek yang dimiliki Propinsi NAD, di mana Pelabuhan Kuala Langsa sudah masuk dalam catatan di dunia Internasional.

Perkembangan Pelabuhan Kuala Langsa yang pesat berakibat pada peningkatan jumlah penduduk dan aktifitasnya, sehingga kebutuhan akan sumber daya dan ruang turut meningkat. Selain itu dengan perannya saat ini sebagai simpul koleksi dan distribusi barang dan jasa, maka keberadaan kawasan pelabuhan bagi masyarakat Kota Langsa sangat penting. Untuk saat ini dan waktu yang akan datang Pelabuhan Kuala Langsa menjadi tumpuan perkembangan Kota Langsa. Dengan


(23)

demikian, penggunaan lahan di kawasan pelabuhan dan sekitarnya, beberapa diantaranya diarahkan untuk memenuhi peran-peran yang mendukung fungsi Pelabuhan Kuala Langsa, seperti menyediakan sarana pelayanan ekspor impor, menyediakan sarana pergudangan.

Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa saat ini menjadi bagian dari perkembangan kota yang pesat ditandai dengan ramainya aktifitas di sepanjang jalan dari Desa Sungai Pauh hingga Desa Kuala Langsa, dari permukiman yang padat, wisata pantai, hingga sektor industri. Untuk mengarahkan perkembangannya di masa mendatang, sebuah pelabuhan yang memiliki prospek perkembangan yang pesat memerlukan suatu konsepsi seluruh perubahan yang berkelanjutan, yang mampu menampung perkembangan pelabuhan dengan tetap mempertahankan kawasan yang berfungsi melindungi kehidupan masyarakat sekitar.

Dalam jangka panjang, pembangunan dan perkembangan Pelabuhan Kuala Langsa harus terjamin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekaligus terjamin tidak akan timbulnya dampak terhadap lingkungan sekitar. Keberlanjutan pembangunan Pelabuhan Kuala Langsa perlu diupayakan sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh proses transformasi lahan pelabuhan, penggunaan sumber daya alam, penambahan unsur-unsur baru dalam media lingkungan, serta dinamika populasi tidak menurunkan dan mengakibatkan degradasi kualitas lingkungan secara struktural.

Untuk itu diperlukan analisis-analisis untuk mengetahui dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa di sekitar, dan perkembangan


(24)

Pelabuhan Kuala Langsa terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu mengambarkan perkembangan ekonomi masyarakat sekitar sebelum aktifitas pelabuhan berkembang,

Pelabuhan Kuala Langsa memiliki prospek perkembangan ekonomi ditinjau dari potensi yang dimilikinya, seperti lokasi yang strategis, tingkat keamanan yang sudah kondusif, dan dukungan wilayah sekitarnya. Namun, hal yang perlu digaris bawahi adalah bagaimana memanfaatkan potensi tersebut menjadi peluang yang bermanfaat bagi perekonomian masyarakat setempat.

Menurut Oloan & Hariyadi (2007), pelabuhan umum (publik) pada dasarnya memiliki karakteristik; terbuka untuk seluruh tipe kargo (sea-borne trade) dan jasa pelayaran, pola jasanya mengikuti sifat kedatangan kapal dengan operasi yang tetap (liner) atau tidak tetap (tramper) serta kepemilikannya oleh negara melalui badan usaha milik negara dan pemerintah pusat atau lokal. Lebih lanjut pelabuhan umum dapat diklasifikasikan juga ke dalam dua domain besar yaitu pelabuhan yang diusahakan (komersial) dan pelabuhan tidak diusahakan (tidak komersial).

Pelabuhan yang diusahakan saat ini dikelola oleh badan hukum Pelabuhan Indonesia (PT. Pelindo), pelabuhan yang tidak diusahakan biasanya adalah pelabuhan kecil yang dioperasikan atau dikelola oleh Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah baik propinsi, kota atau kabupaten. Saat ini Desa Kuala Langsa sebagian besar dijadikan lahan pemukiman. Selain itu, terdapat industri, berbagai perusahaan, perkantoran, lokasi pergudangan, tempat hiburan, beberapa wisata pantai, serta yang berperan sebagai pelabuhan ekspor-impor dan antar pulau. Aktifitas-aktifitas


(25)

di sepanjang pelabuhan tersebut menjadi faktor penarik sehingga kawasan pelabuhan di Kuala Langsa menjadi ramai.

Dengan perannya sebagai simpul koleksi dan distribusi barang dan jasa, maka keberadaan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa sangat penting. Dengan kecenderungan peningkatan volume bongkar muat per tahun di Pelabuhan Kuala Langsa, maka telah direncanakan perluasan kawasan pelabuhan. Untuk saat ini dan waktu yang akan datang Pelabuhan Kuala Langsa menjadi tumpuan perkembangan Kota Langsa. Dengan demikian, penggunaan lahan di kawasan pelabuhan dan sekitarnya, diantaranya diarahkan untuk memenuhi peran-peran yang mendukung fungsi Pelabuhan Kuala Langsa, seperti menyediakan sarana pelayanan ekspor impor dan sarana pergudangan. Selain itu, masih terdapat beberapa isu menyangkut kawasan Pelabuhan Kota Langsa (Renstra Pelabuhan Kota Langsa), diantaranya adalah:

a. Pencemaran wilayah pelabuhan dan laut oleh limbah industri dan rumah tangga. b. Rendahnya kualitas sumber daya manusia.

c. Kurangnya fungsi kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya ke pelabuhan. d. Belum ada tata ruang kawasan pelabuhan.

e. Alih fungsi hutan mangrove menjadi kawasan bisnis dan pemukiman.

Untuk mengarahkan perkembangannya dimasa mendatang, sebuah pelabuhan yang memiliki prospek perkembangan memerlukan suatu konsepsi seluruh perubahan yang berkelanjutan, yang mampu menampung perkembangan pelabuhan dengan tetap mempertahankan kawasan yang berfungsi melindungi kehidupan masyarakatnya. Dengan adanya gagasan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)


(26)

yang dirumuskan oleh WCED (World Commission on Environment and

Development) yang dibentuk oleh PBB pada tahun 1987 dan juga penetapannya

sebagai kebijakan nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun yang sama maka visi pembangunan yang berkelanjutan diharapkan menjadi bagian yang terpadu dari seluruh aktivitas pembangunan yang dilangsungkan sehingga proses dan hasil pembangunan tersebut tetap dapat dilangsungkan dan dinikmati oleh generasi mendatang.

Dalam jangka panjang, pembangunan dan perkembangan Pelabuhan Kuala Langsa harus terjamin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekaligus terjamin tidak akan timbulnya dampak terhadap lingkungan sekitar. Keberlanjutan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa perlu diupayakan sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh proses transformasi lahan, penggunaan sumber daya alam, penambahan unsur-unsur baru dalam media lingkungan, serta dinamika populasi tidak menurunkan dan mengakibatkan degradasi kualitas lingkungan secara struktural.

Berdasarkan beberapa uraian dan masalah yang telah diuraikan di atas, penulis merasa penting untuk mengidentifikasi “Dampak pengembangan kawasan

Pelabuhan Kuala Langsa terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar?


(27)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa selama 3 tahun terakhir terhadap pengembangan wilayah.

2. Bagaimana dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menggambarkan dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap pengembangan wilayah selama 3 tahun terakhir.

2. Menggambarkan dampak pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Langsa dalam mengarahkan perkembangan Pelabuhan Kuala Langsa untuk menjadi Kota yang berkelanjutan sebagaimana visi dan misi Kota Langsa tahun 2020.

2. Diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi bahan masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai perkembangan wilayah pelabuhan.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah

Pengertian pembangunan telah mengalami perubahan besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan bidang kebijaksanaan. Semula pembangunan diartikan sebagai peningkatan kapasitas ekonomi untuk meningkatkan pendapatan nasional per jiwa penduduk. Implikasi pengertian ini pada kebijaksanaan adalah tumbuhnya keperluan menyalurkan sebanyak mungkin dana keuangan dan sumber alam kepada ikhtiar meningkatkan pendapatan nasional.

Dalam perkembangan selanjutnya, paradigma pembangunan tidak hanya bermuka ekonomi. Ikhtiar meningkatkan pendapatan nasional penting, namun tidak berjalan sendiri. Perlu disertai oleh adanya perombakan berbagai segi kehidupan masyarakat supaya pembangunan mampu meniadakan ketimpangan, mengurangi ketidakmerataan dan menghalau kemiskinan absolut. Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kwalitas hidup manusia secara terencana, gradual, bertahap, komprehensif, holistik, sistemik, bertanggung jawab dan berkelanjutan dengan melibatkan peran serta seluruh elemen warga masyarakat.

Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah dimaksudkan sebagai suatu rencana dan aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah dengan daerah lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam suatu wilayah menampung


(29)

kebutuhan yang semakin tinggi. Perlu ada kerjasama antar daerah di dalam melaksanakan aktivitas pembangunan di daerah, pada dasarnya memiliki karakteristik potensi ekonomi dan sosial yang hampir sama bahkan saling menguatkan. Kerjasama ini dimaksudkan agar pembangunan daerah bisa berjalan secara optimal melalui penciptaan sinergi atas penggunaan potensi ekonomi yang ada. Untuk saat ini pembangunan di daerah berlandaskan pada potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah. Pemanfaatan kedua potensi inilah yang perlu dikerjasamakan sehingga dapat menciptakan suatu hasil atau manfaat yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja sendiri (Miraza, 2005).

Menurut Tarigan (2005), potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di masa lalu adalah asset yang harus dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam jangka panjang dan bersifat langgeng. Untuk mencapai hal ini maka pemanfaatan asset itu haruslah direncanakan secara menyeluruh dengan cermat. Perlu ada perencanaan yang memberi arahan penggunaan lahan secara keseluruhan yang menjadi panduan bagi perencanaan lainnya (sektoral) yang bersifat parsial.

Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian dari masyarakat yang berdomisili di wilayah tersebut, di mana kedua hal tersebut adalah saling mempengaruhi. Masyarakat yang tidak disiplin (tidak mematuhi aturan yang berlaku) cenderung membuat wilayahnya tidak tertata, tetapi disisi lain wilayah yang tidak tertata juga cenderung membuat masyarakatnya tidak disiplin (Tarigan, 2005).


(30)

Pengembangan wilayah adalah memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang sudah ada, selanjutnya ia menyatakan bahwa pengembangan merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Dari pengertingan pengembangan diatas terlihat ada beberapa ide pokok yang sangat penting, yaitu: (a) bahwa pengembangan merupakan proses yang terus menerus dilaksanakan dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat, (b) bahwa pengembangan adalah merupakan suatu usaha yang penting dilaksanakan, (c) bahwa pengembangan dilaksanakan secara berencana kepada pertumbuhan dan perubahan, (d) bahwa pengembangan mengarah kepada modernitas, (e) bahwa modernitas yang dicapai melalui pengembangan itu mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara termasuk aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta administrasi. Dari semua hal tersebut di atas bertujuan untuk membina bangsa secara terus menerus (Hadjisarosa, 1993).

Sukirno (1991) membedakan wilayah atas 3 bagian, yaitu: (a) wilayah homogen merupakan suatu wilayah di mana kegiatan ekonomi berlaku diberbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama antara lain ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduk dan dari segi struktur ekonominya, (b) wilayah modal merupakan suatu wilayah sebagai ruang ekonomi dikuasai oleh beberapa pusat kegiatan ekonomi, (c) wilayah administrasi artinya suatu wilayah yang didasarkan atas pembagian administrasi pemerintah.


(31)

Menurut Widodo (1999), wilayah terdapat beberapa konsepsi tentang pengembangan wilayah namun para pakar ekonomi regional sependapat bahwa tujuan pengembangan regional (wilayah) tersebut merupakan bagian dari tujuan pembangunan nasional yang pada dasarnya berisikan: (a) mencapai pertambahan pendapatan perkapita yang cepat, (b) menyediakan kesempatan kerja yang cukup, dan (c) mengubah struktur perekonomian supaya tidak berat sebelah. Selanjutnya ditegaskan Widodo, bahwa tujuan pengembangan wilayah tersebut hanya akan tercapai apabila komponen-komponen yang menyangkut kegiatan-kegiatan atau pemanfaatan sumberdaya wilayah, penataan ruang, perubahan sosial dan pertumbuhan ekonomi yang aktif, dinamis tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan tolak ukur sebagai berikut: (a) pertumbuhan gross

domestic product, (b) pendapatan perkapita dan distribusi pendapatan, (c) tingkat

kemiskinan, (d) konsumsi sarana pelayanan umum, dan (e) kualitas lingkungan. Untuk menilai keberhasilan pembagian ekonomi suatu negara didasarkan pada empat kriteria, yaitu: (a) pendayagunaan tenaga kerja, (b) pengurangan tingkat kemiskinan, (c) kebijaksanaan untuk distribusi pendapatan, dan (d) peningkatan produktifitas tenaga kerja. Keempat kriteria ini harus berjalan bersama-sama sehingga didalam proses pengembangan tersebut terlihat adanya: (a) perubahan struktural masyarakat, (b) keuntungan untuk seluruh masyarakat dengan adanya distribusi pendapatan, (c) pertumbuhan ekonomi yang cepat, dan (d) efisiensi (Todaro, 1998).

Bila dilihat dari aspek ekonomi, pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam waktu yang


(32)

panjang. Dari pengertian tersebut terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat, antara lain: (1) sebagai suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus, (2) usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, dan (3) kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka panjang. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, pengertian tersebut di atas dibatasi oleh batas administratif wilayah (skop regional) (Sukirno, 1991).

Kenaikan pendapatan masyarakat merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dalam prakteknya, ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu: cara pengeluaran, cara produksi dan cara pendapatan. Masing-masing cara tersebut menggunakan cara perhitungan yang berbeda, oleh sebab itu akan menghasilkan nilai pendapatan yang berbeda.

2.2. Indikator Kesejahteraan Masyarakat

Pada intinya, pembangunan menurut Jayadinata (1999), meliputi tiga kegiatan yang saling berhubungan, yaitu (a) menimbulkan peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan sebagai tujuan, dengan tekanan perhatian pada lapisan terbesar (dengan pendapatan terkecil) dalam masyarakat; (b) memilih metode yang sesuai untuk mencapai tujuan itu; (c) menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar terjadinya pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan juga berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang


(33)

lebih baik. Pembangunan tidak hanya dapat dilihat dari aspek pertumbuhan saja. Salah satu akibat dari pembangunan yang hanya menerapkan paradigma pertumbuhan semata, adalah munculnya kesenjangan antara kaya miskin, serta pengangguran yang merajalela. Pertumbuhan selalu dikaitkan dengan peningkatan pendapatan nasional (GNP), Todaro (1998)

Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan. Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang tinggi. Namun kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran kesejahteraan. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus diperjuangkan, mulai dari pendidikan, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan penyegaran kehidupan budaya.

Menurut Jhingan (1999), untuk menentukan optimasi pembangunan dapat dilihat dari distribusi pendapatan, komposisi output, selera, biaya nyata dan perubahan tertentu lain yang berkaitan dengan pendapat tersebut. Oleh sebab itu untuk menghindari keracunan pengukuran, ukuran pandapatan nasional ril perkapita dapat digunakan sebagai ukuran dalam pembangunan ekonomi.

Ukuran pencapaian hasil pembangunan paling tidak harus mencapai lima unsur yang dapat dilihat secara objektif. pertama, pembangunan pada awalnya dilihat dalam kerangka pertumbuhan ekonomi masyarakat di suatu negara. Pembangunan akan berhasil, manakala indikator pertumbuhan ekonomi masyarakat cukup tinggi, diukur dari produktivitas masyarakat dan negara pada setiap tahun. Secara teknis


(34)

ekonomis, produktif diukur melalui Product National Bruto (PNB), atau Gross

National Product (GNP), dan Product Domestic Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP).

Kedua, dicapainya pemerataan disuatu masyarakat dalam suatu negara ukuran yang dilakukan adalah memakai perhitungan indeks gini, yang dapat mengukur adanya ketimpangan pembagian pendapatan masyarakat. Negara yang berhasil penbangunannya dengan demikian adalah negara yang produktivitasnya tinggi, penduduknya makmur dan sejahtera relatif.

Ketiga, kualitas kehidupan yang diukur dari tingkat kesejahteraan penduduk disuatu negara dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physical Quality of Life

Index) yang berasal dari tiga indikator meliputi angka rata-rata harapan hidup bayi

setelah satu tahun, angka rata-rata jumlah kematian bayi dan angka rata-rata persentasi buta dan melek huruf.

Keempat, kerusakan linkungan hidup harus pula diperhitungkan. Negara yang

tinggi produktivitas dapat berada pada sebuah proses pemiskinan penduduk. Hal itu bisa terjadi karena produktivitas yang tinggi tidak memperdulikan dampak terhadap lingkungan hidup semakin rusak, sumber daya terkuras hebat, padahal kecepatan alam untuk merehabilitasi dirinya lebih lambat dibandingkan dengan proses perusakan lingkungan. Pabrik-pabrik memang berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi mereka juga menghasilkan limbah kimia yang merusak alam sekitarnya. Pembangunan ternyata tidak memiliki daya kelestarian yang memadai, akibat pembangunan tidak berkelanjutan atau tidak sustainable.


(35)

Kelima, pembangunan harus dapat menciptakan keadilan sosial dan kesinambungan. Pembangunan yang sedang berlangsung seringkali menghasilkan kondisi ketimpangan yang sangat mencolok bagi masyarakat. Pembangunan membuat orang kaya semakin kaya, sementara yang miskin semakin terpuruk, kondisi ini jelas akan mendatangkan kerawanan sosial. Oleh karena itu konfigurasi kekuatan sosial di suatu masyarakat akan mengarah kepada kemungkinan pertentangan yang semakin tajam.

Konseptualisasi pembangunan merupakan proses perbaikan yang bersinambungan pada suatu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera, maka terdapat beberapa cara untuk menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara tolok ukur pembangunan bukan hanya pendapatan perkapita, tetapi juga harus disertai oleh membaiknya distribusi pendapatan, berkurangnya kemiskinan dan mengecilnya tingkat pengangguran. Argumentasinya bahwa pertumbuhan ekonomi haruslah diiringi dengan pemerataan hasil-hasil pertumbuhan untuk dapat dianggap sebagai keberhasilan pembangunan. Perkembangan ekonomi dengan demikian mengandung pengertian bahwa bukan hanya terjadi pendapatan perkapita yang meningkat, tetapi seiring dengan itu meningkat pula kapabilitas rakyat yang ditunjukkan oleh meluasnya pemilikan harta atau sumber-sumber ekonomi di kalangan rakyat.


(36)

2.3. Peran Pelabuhan dalam Mendukung Ekonomi Wilayah

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan layanan jasa. Utamanya pelabuhan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi (Raja Oloan Saut Gurning dan Budiyanto, 2007).

Menurut Suranto (2004), yang dikatakan Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik-turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum.

2.3.1. Tarif Jasa Angkutan Laut dan ke Pelabuhan

Pelabuhan memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perekonomian bangsa, karena pelabuhan merupakan loading point bagi pertemuan moda transportasi sekaligus sebagai loading point tempat konsolidasi barang untuk disebarkan ke seluruh penjuru negara. Oleh sebab itu, pelabuhan merupakan indikator


(37)

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pelabuhan sebagai pusat kegiatan ekonomi menjadikan pelabuhan sebagi tumpuan negara untuk mendapatkan penerimaan negara di bidang nonmigas. Oleh sebab itu, pemerintah sangat berkepentingan dalam hal itu sehingga tarif jasa ke pelabuhan tidak terlepas dari campur tangan pemerintah.

Penetapan besaran tarif jasa angkutan laut dan ke pelabuhan umumnya hampir sama dalam hal perhitungan dan unsur komponen-komponen yang berkaitan dengan biaya. Yang membedakan hanya besaran jumlah uang. Tarif jasa angkutan perairan dan ke pelabuhan mempunyai pengertian bahwa harga jual dari setiap jenis pelayanan (produk jasa angkutan perairan dan ke pelabuhan) dihitung dalam satuan produksi jasa yang disediakan oleh badan usaha angkutan laut dan ke pelabuhan (Suranto, SE, 2004).

Filosofi tarif jasa angkutan perairan dan ke pelabuhan: 1. Dapat menutup seluruh biaya (cost recovery);

2. Memberi tingkat margin yang wajar kepada perusahaan agar mampu mengembalikan investasi;

3. Dapat menumbuhkan perkembangan perusahaan;

4. Mampu mendorong peningkatan pelayanan dan produktifitas pelabuhan; 5. Menunjang pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional;


(38)

2.3.2. Tarif Angkutan di Pelabuhan

Struktur tarif angkutan barang dan hewan untuk angkutan sungai dan danau serta angkutan kenderaan beserta barang untuk angkutan penyeberangan merupakan komponen perhitungan biaya sebagai pedoman untuk menentukan besaran tarif. Golongan tarif angkutan sungai dan danau merupakan pedoman dalam menentukan besaran tarif yang ditetapkan berdasarkan pengelompokan jenis barang yang diangkut. Besaran tarif angkutan barang dan hewan untuk angkutan laut dalam negeri, angkutan sungai, dan danau ditetapkan atas dasar kesepakatan bersama antara penyedia jasa dan pengguna jasa dan mengacu pada Keputusan Menteri.

Tarif angkutan penumpang laut dalam negeri, angkutan sungai dan danau, dan angkutan penyeberangan terdiri dari tarif pelayanan ekonomi dan pelayanan non-ekonomi. Tarif ekonomi adalah tarif pelayanan angkutan yang berorientasi pada kepentingan dan kemampuan masyarakat luas yang dilakukan dengan memperhatikan kemampuan daya beli masyarakat dan kelangsungan serta pengembangan usaha angkutan dalam rangka meningkatkan mutu pelayan serta perluasan jaringan pelayanan angkutan laut.

2.3.3. Permasalahan Kawasan Pelabuhan

Pemanfaatan sumber daya di kawasan pelabuhan di satu sisi berdampak pada kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan penyediaan lapangan pekerjaan seperti tenaga buruh lapangan, reperasi alat-alat mobil berat, bongkar muat barang dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, tidak ada perawatan dan manajemen yang bagus akan


(39)

menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan kawasan pelabuhan dan masyarakat setempat.

Ada beberapa masalah yang terjadi dalam pembangunan di kawasan pelabuhan dan lautan di Indonesia antara lain: (a). Pencemaran, (b). Kerusakan Fisik. (c). Eksploitasi Sumber Daya Secara berlebihan. (d). Konversi Kawasan Lindung ke Penggunaan Lainnya.

2.4. Peran Kawasan Pelabuhan terhadap Pendapatan Masyarakat

Secara fisik, pelabuhan merupakan kawasan terbangun di wilayah pesisir yang terletak saling berdekatan dari pemukiman penduduk, yang meluas dari pusatnya hingga ke pinggiran kota. Hal ini memberikan gambaran konsentrasi bangunan atau areal terbangun yang ada di kota cenderung lebih besar atau lebih padat dibandingkan dengan daerah pinggiran atau daerah pedesaan.

Secara sosial, pelabuhan memberikan gambaran sebuah komunitas yang diciptakan pada awalnya untuk meningkatkan produktifitas melalui konsentrasi dan spesialisasi tenaga kerja, kebudayaan dan kegiatan rekreatif.

Secara ekonomi, pelabuhan memberikan makna fungsi dasar suatu wilayah sebagai tempat menghasilkan penghasilan yang cukup melalui produksi barang dan jasa untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk kelangsungan pelabuhan itu sendiri. Ekonomi kota berkaitan erat dengan perkembangan wilayah, di mana ekonomi perkotaan yang sehat mampu menyediakan berbagai kebutuhan untuk keperluan pertumbuhan pelabuhan, terutama untuk menerima perkembangan baru


(40)

yang disebabkan oleh kemajuan di bidang teknologi dan perubahan keadaan (Hendro, 2001).

Permasalahannya adalah bagaimana memadukan kepentingan dinamika pengembangan pelabuhan Kuala Langsa dengan fungsi ekologis yang disandang oleh kawasan pelabuhan sebagai penghubung antara fungsi ekonomis di wilayah daratan dan di lautan. Sebab, pengaruh pengembangan wilayah terhadap lingkungan adalah lebih besar daripada pengaruh pembangunan desa. Dalam kota, keadaan lingkungan alam sulit untuk dipertahankan kelestarian dalam wujud aslinya sehingga lahirlah lingkungan buatan manusia. Permasalahannya adalah, sejauhmana fungsi lingkungan alam dapat digantikan oleh lingkungan buatan manusia dan sampai seberapa jauh perubahan lingkungan tersebut mencapai titik krisis sehingga berdampak negatif terhadap kehidupan manusia.

Aktivitas Pelabuhan Kota Langsa sudah mulai berjalan, itu terlihat sekarang ini setiap hari ada truk kontainer yang keluar masuk pelabuhan untuk mengangkut barang yang dibongkar di pelabuhan Kota Langsa. Dengan dibukanya kembali Pelabuhan Kota Langsa banyak tenaga kerja yang tertampung sebagai pekerja Bongkar Muat. Sudah mencapai 300 orang lebih yang terdaftar sebagai pekerja bongkar muat dan mereka berpenghasilan sekira Rp. 95.000,-/hari (Nasruddin, 2008).

Untuk itu dapatlah dikatakan bahwa tujuan utama dalam pengembangan kawasan pelabuhan adalah memanfaatkan segenap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pelabuhan. Dimensi sosial ekonomi mensyaratkan bahwa laju perkembangan pembangunan hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga


(41)

permintaan total atas sumber daya alam dan jasa lingkungan yang terdapat di wilayah pelabuhan dan lautan tidak melebihi kemampuan ekosistem untuk menyediakannya. Dimensi sosial politik, mensyaratkan bahwa perlu diciptakan suasana yang kondusif bagi segenap lapisan masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan sumber daya pelabuhan dan lautan. Dimensi hukum dan kelembagaan mensyaratkan perlunya sistem dan kinerja hukum dan kelembagaan yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan pelabuhan secara berkelanjutan.

2.5. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan tesis ini adalah:

1. Faisal H. (2000), menulis tesis yang berjudul ”Pengembangan Pelabuhan

Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Rakyat di Kabupaten Aceh Timur”,

mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara pengembangan kawasan pelabuhan dengan peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat di Kabupaten Aceh Timur. Berdasarkan pengujian statistik diperoleh angka korelasi pendapatan masyarakat dengan penyerapan tenaga kerja. Partisipasi masyarakat dan pihak swasta dalam mengembangkan sektor pelabuhan di Kabupaten Aceh Timur cukup baik dalam mendukung upaya pengembangan pelabuhan di Kabupaten Aceh Timur.

2. Amiruddin. (2006), menulis tesis yang berjudul ”Pengaruh Variabel-Variabel

Motivasi dan Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. (Persero) Pelabuhan I Cabang Kuala Langsa”. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa


(42)

motivasi dan produktivitas kerja karyawan PT. Pelabuhan Kuala Langsa dipengaruhi oleh besarnya bonus dan insentif dari perusahaan.

2.6. Kerangka Berfikir

Beberapa analisis yang akan dilakukan dalam upaya menjawab permasalahan yang diangkat dalam studi ini adalah:

1. Analisis pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa dan pengaruhnya bagi pengembangan wilayah;

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kawasan Pelabuhan Kuala Langsa dengan melihat fasilitas infrastruktur yang ada. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan data primer yang diperoleh dari kuisioner yang disebarkan pada responden dan bentuk fisik bangunan yang ada.

2. Analisis perkembangan ekonomi masyarakat setempat;

Analisis ini bertujuan untuk mengambarkan perkembangan ekonomi masyarakat setempat dalam kaitannya dengan potensi ekonomi yang dimiliki. Analisis dilakukan dengan Uji Wilcoxon Signed-Rank.


(43)

Kerangka Berfikir

Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa

P e n i n g k a t a n K e s e j a h t e r a a n M a s y a r a k a t S e k i t a r

Indikator untuk mengukur Pengembangan Kawasan Pelabuhan

Kuala Langsa: 1. Aktivitas Pelabuhan 2. Jumlah Infra struktur

I n d i k a t o r u n t u k m e n g u k u r K e s e j a h t e r a a n M a s y a r a k a t

S e k i t a r : 1 . P e n d a p a t a n 2 . K e s e m p a t a n K e r j a 3 . T i n g k a t K e a m a n a n 4 . J a s a T r a n s p o r t a s i

5 . K e s e h a t a n P e n g e m b a n g a n W i l a y a h

K a w a s a n P e l a b u h a n

Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar

Gambar II.1. Kerangka Fikir

2.7. Hipotesis

Sesuai dengan latar belakang, masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan pengembangan wilayah secara nyata dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa selama 3 tahun terakhir khususnya Kelurahan/Gampong Kuala Langsa.


(44)

2. Terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar secara nyata dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa selama 3 tahun terakhir khususnya Kelurahan/Gampong Kuala Langsa.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Ruang lingkup wilayah yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah kawasan Pelabuhan Kuala Langsa yang secara administratif terletak di ujung jalan Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Kota.

Sedangkan secara makro ruang lingkup wilayah yang diambil dalam penelitian ini adalah wilayah administratif Kecamatan Langsa Kota. Sehingga yang dijadikan unit analisis penelitian adalah masyarakat sekitar kawasan Pelabuhan Kuala Langsa.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner melalui pengisian daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan untuk penelitian ini dan observasi langsung ke lapangan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi atau instansi terkait yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu: Pemerintah Kota Langsa, Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda Kota Langsa, Kantor Kecamatan Langsa Kota, Kantor Kelurahan/Gampong Kuala Langsa, PT. Pelindo Cabang Kuala


(46)

Langsa serta hasil penelitian terdahulu dan literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.

3.3. Populasi Penelitian

Dari lokasi penelitian di Kota Langsa dipilih Kelurahan/Gampong Kuala Langsa dalam Kecamatan Langsa Kota. Adapun Kelurahan/Gampong tersebut dipilih karena aktivitas masyarakat Gampong Kuala Langsa lebih banyak populasinya yang berhubungan dengan pelabuhan ketimbang kelurahan-kelurahan lainnya di Kecamatan Langsa Kota, dan kelurahan tersebut berdekatan dengan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) masyarakat yang berdomisili di kelurahan/gampong lokasi penelitian.

3.4. Teknik Penentuan dan Pengambilan Sampel

Tujuan penggunaan sampel adalah agar peneliti dapat memperoleh data yang dapat mencerminkan keadaan populasi dengan biaya lebih murah dan waktu penelitian lebih cepat. Penetapan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe (dalam Sugiyono, 2003) yang mengatakan: Pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel.

Kedua, Bila Sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota sampel tiap kategori

minimal 30.

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil sebanyak 10% dari jumlah Kepala Keluarga 456 jiwa yaitu mencapai 45 orang masyarakat yang ada


(47)

di Kelurahan/Gampong Kuala Langsa yang aktivitas mereka berhubungan dengan Pelabuhan Kuala Langsa. Sampel masyarakat ditentukan (Stratified Random

Sampling) menurut strata jarak dari lokasi pelabuhan, yaitu khusus masyarakat

setempat yang bekerja.

Untuk mengetahui lebih rinci mengenai banyaknya penduduk dan rumah tangga menurut Kelurahan/Gampong di Kecamatan Langsa Kota Langsa Tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 : Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kelurahan/Gampong Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Kota per 26 Maret 2008

No Kelurahan/Gampong R. Tangga (KK) Penduduk (Jiwa)

Sampel (Orang)

1 Kuala Langsa 456 1.734 45 Orang

Jumlah 456 1.734 45 Orang

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi atau instansi terkait yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu: Pemerintah Kota Langsa, Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda Kota Langsa, Kantor Kecamatan Langsa Kota, Kantor Kelurahan/Gampong Kuala Langsa, PT. Pelindo Cabang Kuala Langsa serta hasil penelitian terdahulu dan literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.

Data primer diperoleh dari kuisioner dan observasi (pengamatan). Penggunaan metode kuisioner dimaksudkan untuk menghimpun informasi atau keterangan


(48)

mengenai hal-hal yang diketahui responden menurut apa yang ia alami atau ia ketahui.

Sedangkan observasi yang dilakukan adalah observasi langsung, yaitu cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan terhadap kelurahan-kelurahan/gampong yang menjadi lokasi penelitian.

3.6. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan, selanjutnya dilakukan perhitungan dan dianalisis sebagai berikut:

1) Untuk permasalahan pertama dilakukan analisis deskriptif kualitatif, yaitu untuk menganalisis dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap pengembangan wilayah.

2) Untuk permasalahan kedua dalam penelitian ini digunakan analisis statistik deskriptif (uji nonparametrik), yaitu dengan mengemukakan hasil survei dan kuisioner dari responden. Kemudian untuk membuktikan hipotesa penelitian bahwa terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, digunakan analisa statistik deskriptif dengan Uji Wilcoxon Signed-Rank (Uji Jenjang – Bertanda Wilcoxon) dengan menggunakan Program SPSS versi 16. Uji Wilcoxon Signed-Rank merupakan uji nonparametrik berdasarkan sampel berpasangan di mana pada Uji Wilcoxon data harus dilakukan pengurutan (ranking) kemudian baru diproses.


(49)

(Wilcoxon dalam Santoso, 2008). Rumus statistik Uji Wilcoxon Signed-Rank (Djarwanto, 2003) yang digunakan adalah sebagai berikut:

Τ Τ Ε − Τ =

Ζ σ ( )

4 ) 1 ( )

(Τ = +

Ε n n

24 ) 1 2 )( 1 ( + + =

Τ n n n

σ Di mana:

Z = Nilai Z atau skor Z

T = Jumlah tanda jenjang terkecil baik tanda jenjang positif atau negatif dari hasil pengamatan.

E(T) = Expected value of T (Nilai T yang diharapkan dari hasil pengamatan).

σT = Standar deviasi dari T

n = Banyaknya (jumlah) pengamatan yang menghasilkan beda positif dan negatif. Sedangkan beda 0 (nol) tidak diperhatikan.

Kemudian, Hipotesa ada tidaknya dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar diolah sebagai berikut: Hipotesis. H0 : Tidak ada pengaruh signifikan pengembangan kawasan Pelabuhan

Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.

Ha : Ada pengaruh signifikan pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.

Pengambilan keputusan pada uji Wilcoxon bisa didapat menggunakan uji z. 1. Dasar pengambilan keputusan sama dengan uji z:


(50)

Jika Statistik Hitung (angka z output) > Statistik Tabel (Tabel z), maka Ho ditolak. Artinya tidak ada dampak pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.

Jika Statistik Hitung (angka z output) < Statistik Tabel (Tabel z), maka Ho diterima (Santoso, 2008).

2. Dasar Pengambilan Keputusan Berdasarkan Probabilitas

Yaitu jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima ada peningkatan signifikan pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar dan jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak (Santoso, 2008).

3.7. Definisi dan Batasan Operasional

Dari berbagai bentuk model yang akan diteliti maka definisi dan pengukuran yang akan digunakan dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Responden adalah kepala keluarga atau penghuni dewasa dalam suatu rumah tangga yang berprofesi sebagai pekerja dan telah berumur < 26 tahun dengan asumsi yang bersangkutan dapat menjawab atas pertanyaan yang ada dalam kuesioner, dinyatakan dalam (jiwa).

2. Pengembangan wilayah adalah proses pembangunan menuju perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, kelembagaan dan infrastruktur.

3. Aspek infrastruktur yaitu fasilitas yang terbangun dalam pengembangan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa dinyatakan dalam unit.


(51)

4. Aspek tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang terserap (orang) selama pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa satuan ukurnya (jumlah jiwa yang tertampung sebagai tenaga kerja).

5. Pendapatan pekerja adalah merupakan pendapatan yang berasal dari sumber yang secara aktual diterima oleh seorang pekerja di pelabuhan yaitu jumlah hasil pendapatan, dinyatakan dalam (Rp).

6. Kemanan yaitu tingkat keamanan dan kenyamanan dalam beraktifitas dinyatakan dalam (jumlah kriminalitas, teror dan intimidasi).

7. Jasa transportasi dinyatakan dalam kemudahan memperolah jasa, satunya orang. 8. Aspek kesehatan yaitu pelayanan kesehatan, dinyatakan dalam jumlah yang sakit


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis

Kota Langsa dibentuk dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2001 Tanggal 21

Juni 2001 dan peresmiannya dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2001 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Kota Langsa merupakan salah satu daerah di sebelah timur Nanggroe Aceh Darussalam, yang terletak pada posisi sebelah Utara Pulau Sumatera, yaitu pada 04024’35,68” – 04033’47,03 Lintang Utara an 97053’14,59” – 98004’42,16” Bujur Timur. Luas wilayahnya adalah 262,41 Km2 dengan panjang garis pantai 16 km, dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Timur dan Selat Malaka; 2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang; 3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Tamiang;

4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Timur.

Secara pemerintahan, Kota Langsa melingkupi 3 kecamatan, meliputi 45 desa dan 6 kelurahan. Kecamatan Langsa Timur terdiri dari 24 desa, Kecamatan Langsa Barat 13 desa dan 1 kelurahan, dan Kecamatan Langsa Kota membawahi 8 desa dan 5 kelurahan.


(53)

Luas wilayah Kota Langsa 262,41 Km2 meliputi kawasan hutan darat, hutan bakau, areal pertanian alang-alang, kawasan industri dan pemukiman penduduk. Jumlah penduduknya sampai dengan September 2005 adalah 137.586 jiwa, yang terdiri atas laki-laki 68.518 jiwa dan perempuan 69.068 jiwa (SPAN 2005), dengan tingkat kepadatan penduduk 524 jiwa/Km2.

Gambar IV.1. Peta Kota Langsa

Kecamatan Langsa Timur memiliki luas 121,24 Km2 dan berpenduduk sebanyak 39.187 jiwa dengan kepadatan penduduk 323 jiwa/Km2. Kecamatan ini


(54)

menempati 46,21 persen dari seluruh total wilayah Kota Langsa. Sementara Kecamatan Langsa Kota menempati 19,76 persen dari seluruh wilayah Kota Langsa. Sedangkan Kecamatan Langsa Barat, memiliki luas wilayah 89,31 Km2 dan berpenduduk 43.298 jiwa, atau menempati 34,03 persen dari luas wilayah Kota Langsa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 : Luas Wilayah Kota Langsa Menurut Kecamatan, Tahun 2005

No Kecamatan Luas Wilayah Persentase

(%)

1. Langsa Timur 121,24 Km2 46,21

2. Langsa Barat 89,31 Km2 34,03

3. Langsa Kota 51,86 Km2 19,76

Jumlah 262,41 Km2 100,00

Sumber: Langsa dalam angka, 2005

Pelabuhan Kuala Langsa secara administratif berada di Gampong Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Kota, yang memiliki tingkat kepadatan penduduk 108,38 (jiwa/Km2). Kota Langsa berasal dari pemekaran Kabupaten Aceh Timur (UU No. 3/2001) dan sebelumnya berstatus Kota Administratif. Jarak Kota Langsa sekitar 400 km atau sekitar 8 jam perjalanan dengan mobil dari Kota Banda Aceh. Kecamatan Langsa Kota yang memiliki luas 54,05 Km2 saat ini memiliki 13 kelurahan/gampong, seperti terlihat pada Tabel 4.2.


(55)

Tabel 4.2 : Nama-Nama Kelurahan/Gampong dalam Kecamatan Langsa Kota, Tahun 2005

No. Nama Kelurahan/Gampong

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13

Gampong Peukan Langsa Gampong Teungoh Gampong Blang Paseh Gampong Jawa

Gampong Matang Seulimeng Gampong Tualang Teungoh Gampong Blang Seunibong Gampong Blang

Gampong Meutia Gampong Daulat

Gampong Alue Beurawe Gampong Sungai Pauh Gampong Kuala Langsa

Sumber: Keputusan Walikota Langsa Nomor: 008 Tahun 2002/Langsa Dalam Angka, 2005

Status Kelurahan/gampong di semua kecamatan telah definitif dan tidak ada lagi yang non definitif. Untuk Kecamatan Langsa Timur, seluruh Kelurahan/ Gampong dilingkupi dua kemukiman yaitu Kemukiman Langsa Lama dan Kemukiman Seunebok Antara. Kecamatan Langsa Barat semua Kelurahan/Gampong berada dalam dua Kemukiman, yaitu Kemukiman Langsa Baroh dan Kemukiman Langsa Tunong. Sedangkan pada Kecamatan Langsa Kota terbagi 2 (dua) kemukiman, yaitu Kemukiman Kuta dan Kemukiman Langsa Teungoh, yang membawahi 13 Kelurahan/Gampong yang ada, seperti digambarkan pada Tabel 4.3.


(56)

Tabel 4.3 : Nama-Nama Gampong/Kelurahan dalam Kecamatan Langsa Kota Dirinci Menurut Kemukiman Tahun 2005

No Kemukiman Nama Gampong/

Kelurahan

Status Gampong/ Kelurahan 1. K u t a 1. Kel. Gampong Jawa

2. Kel. Matang Seulimeng 3. Kel. Blang Pase

4. Kel. Peukan Langsa

5. Gampong Tualang Teungoh 6. Gampong Meutia

7. Gampong Daulat

Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif 2. Langsa Teungoh 1. Kel. Gampong Teungoh

2. Gampong Alue Beurawe 3. Gampong Blang Seunibong 4. Gampong Blang

5. Gampong Sungai Pauh 6. Gampong Kuala langsa

Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Definitif Sumber: Bagian Pemerintahan Sekretariat Kota Langsa

Secara geografis Pelabuhan Kuala Langsa terletak di sebelah utara gugusan pulau Sumatera dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka;

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Daerah TK. II Langkat; 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten daerah TK. II Aceh Selatan;

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Daerah TK. Aceh Tenggara/Aceh Tengah.

Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa terletak di ujung jalan Kecamatan Langsa Kota. Luas wilayah Kota Langsa 262,41 Km2 meliputi kawasan hutan darat, hutan bakau, areal pertanian alang-alang, kawasan industri dan pemukiman penduduk.


(57)

Jumlah penduduknya sampai dengan September 2005 adalah 137.586 jiwa, yang terdiri atas laki-laki 68.518 jiwa dan perempuan 69.068 jiwa (SPAN 2005), dengan tingkat kepadatan penduduk 524 jiwa/Km2.

Sedangkan lokasi pelabuhan adalah pada 04° 33’100 LU dan 98° 03’00 BT dengan pantainya yang landai serta berbeda pasang surut adalah 3 m LWS, surut terendah adalah 8 m LWS. Cuaca sering terjadi di pelabuhan adalah angin pada musin barat terjadi pada bulan September – Pebruari, sedangkan angin pada musin timur terjadi pada bulan Maret – Agustus. Suhu udara rata-rata 30 c dengan kelembapan 0 %.

Musim penghujan pada bulan Juli – Desember dan pancaroba terjadi pada bulan Januari – Juni perairan dan kolam Pelabuhan Kuala Langsa cukup tenang dan terlindung dari ombak karena keberadaanya beberapa pulau yang terletak didepan pelabuhan diantaranya adalah pulau Rawa Rayeuk dan pulau Telaga Tujuh, di mana alamiah pulau-pulau tersebut melindungi dan berfungsi sebagai penahan gelombang untuk Pelabuhan Kuala Langsa. Alur pelayaran dari bouy I panjang 8 mil dengan lebar minimal 80 m dan maksimal 120 m kedalaman rata-rata 5 LWS.

Pelabuhan Kuala Langsa memiliki prospek yang baik untuk perdagangan luar negeri karena didukung oleh hinterlandnya yang kaya potensi ekspor non migas, diantaranya terdapat perkebunan karet dan kelapa sawit terbesar bagi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam begitu juga komoditi pertanian dan perikanan Letak Pelabuhan pada koordinat 04° 31' 24” LU dan 98° 10' 05.33” BT, Area Lego Jangkar: koordinat 04° 32' 53” LU dan 98° 02' 28” BT Status Pelabuhan, Pelabuhan Umum


(58)

yang diusahakan, Terbuka untuk perdagangan luar negeri, Status tidak wajib pandu, Kelas Pelabuhan adalah Pelabuhan Kelas IV.

Pelabuhan Kuala Langsa dapat dicapai melalui 2 (dua) alur masuk, yaitu alur Teluk Dalam dan alur antara Tanjung Langsa dengan Pulau Telaga Tujuh dari arah laut bebas. Saat menempuh alur tersebut setiap kapal harus melalui suatu ambang dari arah laut bebas dengan jarak yang bervariasi antara 5 – 7 Km dan kedalaman antara 6 M LWS dari arah laut bebas.

Gambar IV.2. Peta Pelabuhan Kuala Langsa

Perairan di kolam pelabuhan cukup tenang dan aman sepanjang tahun karena lokasinya terletak di muara Sungai Langsa, sehingga terlindung dari gelombang serta air yang deras. Kecepatan arus rata-rata 1,17 Knot pada saat pasang naik dan 0,15 Knot pada saat pasang surut.

Pada umumnya berawan banyak dan kadang-kadang disertai hujan. Periode curah hujan yang cukup besar terjadi pada Bulan September – Januari, sedangkan yang terkecil terjadi pada Bulan Februari – Mei. Bulan yang relatif kering adalah


(59)

pada Bulan Februari, Juni – Agustus. Angin pada umumnya bertiup dari arah Timur Laut dan Utara dengan kecepatan angin rata-rata 4 – 6 Knot.

Suhu harian berkisar antara 23o C - 30 o C. Pada waktu terang penglihatan mendatar pada umumnya cukup baik, bisa mencapai 20 Km. Pada waktu berawan banyak maupun kabut di pagi hari penglihatan kurang dari 5 Km. Di Bulan Januari dan Februari saat terjadi kabut maka penglihatan hanya mampu mencapai antara 1 – 3 Km. Pelabuhan Kuala Langsa adalah pelabuhan umum satu-satunya yang terbuka untuk perdagangan dalam dan luar negeri yang terletak di Kota Langsa.

4.1.2. Kependudukan

Penduduk Gampong Kuala Langsa sampai dengan akhir tahun 2007 berjumlah 1.734 jiwa terdiri dari 456 Kepala Keluarga. Penduduk laki-laki berjumlah 914 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 820 jiwa. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun sampai 2007 diperkirakan sebesar 4,92%. Jumlah serta perkembangan penduduk Kuala Langsa selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2002-2007) sebagaimana terlihat pada Tabel 4.4.


(60)

Tabel 4.4 : Perkembangan Jumlah Penduduk Kuala Langsa Tahun 2002-2007

Jumlah Penduduk Tahun

Lk Pr Jumlah

Jiwa

Jumlah KK (Orang)

Jumlah Penduduk Miskin

2002 750 762 1312 241 150

2003 765 774 1539 193 149

2004 780 786 1566 187 145

2005 795 798 1593 387 135

2006 904 810 1714 198 110

2007 914 820 1734 456 97

Sumber: Kantor Kelurahan/Gampong Kuala Langsa, 2007

4.1.3. Perekonomian Daerah

Produk Domestik Regional Bruta (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah dari sektor-sektor ekonomi yang dihasilkan oleh penduduk yang berada di suatu wilayah (daerah) dalam suatu periode waktu tertentu, biasanya selama setahun. Secara tidak langsung, PDRB suatu daerah juga dapat mencerminkan bentuk dan struktur ekonomi daerah yang bersangkutan. PDRB Kota Langsa disajikan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB ADHK tanpa dipengaruhi perkembangan harga, dengan kata lain, mencerminkan kenaikan atau penurunan nilai tambah secara riil.

Dilihat dari PDRB ADHK tahun 2000, pertumbuhan ekonomi Kota Langsa selama kurun waktu 2002-2007 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Sebagian besar sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan ekonomi pada


(61)

tahun 2002 masih sebesar 1,65 persen dan pada tahun berikutnya (2003) tumbuh menjadi 2,85 persen. Pada tahun 2004 perekonomian kota ini tumbuh menjadi 3,69 persen, dan pada tahun 2005 mencapai 4,17 persen. Pada tahun 2006 perekonomian daerah Langsa hanya tumbuh 3,92 persen. Hal ini menandakan bahwa perekonomian daerah ini masih tumbuh relatif rendah.

Bila dilihat pertumbuhan masing-masing lapangan usaha, pada tahun 2005 hanya keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang pertumbuhannya sebesar 6,51 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi Kota Langsa, di samping perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 5,58 persen. Kedua lapangan usaha ini merupakan andalan sector tersier di daerah ini. Lapangan usaha bangunan juga tumbuh sebesar 5,22 persen. Sedangkan lapangan usaha lainnya tumbuh berkisar antara 1,86 hingga 3,86 persen.

Pada tahun 2007 lapangan usaha keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh mencapai 7,52 persen, diikuti perdagangan, hotel dan restoran 4,16 persen, pengangkutan dan komunikasi 3,96 persen, bangunan/konstruksi 3,53 persen, pertambangan dan penggalian sebesar 3,15 persen. Lapangan usaha lain yang masih tumbuh rendah adalah pertanian (1,56 persen) dan industri pengolahan (2,52 persen). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.5


(62)

Tabel 4.5 : Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kota Langsa Tahun 2002 – 2007 (persen)

T a h u n

No Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007

1 Pertanian 1,20 1,74 2,23 2,86 0,82 1,56 2 Pertambangan & Penggalian 3,46 3,49 2,64 3,86 3,33 3,15 3 Industri Pengolahan -2,39 1,44 2,22 3,26 4,49 2,52 4 Listrik dan Air Minum 4,36 4,02 5,19 1,86 2,14 2,90 5 Bangunan Konstruksi 2,85 3,25 4,61 5,22 4,34 3,53

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 4,08 4,15 5,19 5,58 4,31 4,16

7 Pengangkutan & Komunikasi 3,61 4,12 4,58 3,79 8,61 3,96 8 Keuangan, persewaan dan

Jasa Perusahaan

6,47 8,17 8,03 6,51 4,28 7,52 9 Jasa – Jasa 1,59 1,98 2,88 3,52 2,89 2,24 Produk Domestik Regional Bruto 1,65 2,85 3,69 4,17 3,92 3,51 Sumber: BAPPEDA Kota Langsa, 2007

4.1.4. Struktur Ekonomi

Sebagai daerah yang melingkupi wilayah perkotaan, aktivitas ekonomi masyarakat di kota ini lebih banyak pada sektor tersier, selanjutnya disusul sektor sekunder dan primer. Konstribusi sektor tersier (dengan andalan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa-jasa) mengalami kenaikan yang sangat signifikan berdasarkan harga berlaku selama tahun 2002 – 2007. Pada tahun 2007,


(63)

sektor tersier menyumbang 55,57 persen, naik dibanding tahun 2002 yang sebesar 52,42 persen.

Sektor sekunder dengan andalan lapangan usaha industri pengolahan juga dominan konstribusinya dalam struktur ekonomi Kota Langsa, kendatipun terlihat mengalami penurunan. Pada tahun 2002 konstribusi sektor sekunder masih mencapai 31,83 persen, dan pada tahun 2007 turun menjadi 29,48 persen. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya aktivitas ekonomi pada lapangan usaha industri pengolahan selama tahun 2002 – 2007. Namun demikian, sejalan dengan pulihnya kondisi keamanan di daerah, khususnya pasca penandatanganan MoU Helsinki, diharapkan aktivitas pada lapangan usaha industri pengolahan di daerah ini dapat berkembang lagi sehingga sumbangan nilai tambahnya meningkat kembali. Ini terlihat pada tahun 2007, di mana sumbangan sektor ini mulai meningkat lagi menjadi 29,48 persen.

Peran sektor primer (dengan andalannya pertanian) terlihat juga kian menurun. Konstribusi sektor primer pada tahun 2002 masih sebesar 15,75 persen kemudian pada tahun 2006 mengalami sedikit penurunan menjadi 15,13 persen, dan pada tahun 2007 menurun lagi menjadi 14,95 persen. Ini menandakan bahwa struktur perekonomian Kota Langsa semakin bergeser dari pertanian ke industri dan jasa-jasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:


(64)

(65)

(66)

(67)

Dari tabel di atas juga dapat diuraikan bahwa konstribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap PDRB ADHB Kota Langsa berkisar antara 25,03 persen hingga 25,68 persen (tahun 2002 – 2007). Disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar 22,56 persen. Namun konstribusinya menurun menjadi sebesar 20,16 persen terhadap PDRB (tahun 2007). Demikian juga sektor jasa-jasa masih cukup besar konstribusinya terhadap PDRB relatif menonjol, yaitu antara 17,08 persen hingga 17,64 persen. Adapun sektor-sektor lain relatif kecil sumbangannya, seperti sektor listrik dan air minum yang hanya memberikan kontribusi selama tahun 2002-2006 antara 0,45-0,47 persen. Begitu juga halnya dengan sektor pertambangan dan penggalian, hanya memberikan kontribusi antara 0,39 sampai 0,41 persen terhadap PDRB (selama tahun 2002-2007). Sektor Tersier sub pengangkutan dan komunikasi menunjukan kenaikan dari 7,41 menjadi 7,78 persen.

4.2. Karakteristik Responden Penelitian

Untuk keperluan analisis data penelitian, pada bagian ini dijelaskan mengenai karakteristik responden (masyarakat sekitar) terutama yang berkaitan dengan umur, pendidikan, pendapatan serta jumlah tanggungan dalam keluarga responden.

4.2.1. Umur Responden

Setelah dilakukan pengumpulan data, diperoleh informasi mengenai umur responden. Hasil olahan statistik deskriptif, menyimpulkan bahwa umur terendah


(68)

responden adalah 29 tahun, umur tertinggi responden adalah 72 tahun, sedangkan umur rata-rata responden adalah 50 tahun.

Responden terbanyak pertama adalah yang berusia antara 36 sampai dengan 40 tahun yakni terdapat 24,5 persen. Disusul kemudian responden terbanyak kedua berusia antara 46 sampai dengan 50 tahun yang berjumlah 17,8 persen. Sedangkan responden terbanyak ketiga berusia 31 – 35 berjumlah 15,5 persen dan responden berusia 41 – 45 13,3 persen, seperti terlihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 : Kelompok Umur Responden

No Kelompok Umur (tahun) Jlh Responden (orang) Persentase (%)

1. 26 – 30 3 6,7

2. 31 – 35 7 15,5

3. 36 – 40 11 24,5

4. 41 – 45 6 13,3

5. 46 – 50 8 17,8

6. 51 – 55 3 6,7

7. 56 – 60 3 6,7

8. 61 – 65 1 2,2

9. 66 – 70 2 4,4

10. 71 – 75 1 2,2

T o t a l 45 100,0

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008

4.2.2. Pendidikan Responden

Pendidikan responden terdiri dari lima tingkatan, yaitu tamat Sekolah Dasar/Sekolah Rakyat, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sarjana


(69)

Muda/Diploma/Akademi dan Sarjana (S-1). Berdasarkan olahan statistik deskriptif diperoleh keterangan bahwa rata-rata tingkat pendidikan responden adalah SLTP.

Jenjang pendidikan mayoritas responden adalah tamat SLTP sederajat yang mencapai 35,5 persen. Disusul kemudian responden yang menamatkan SD/SR mencapai 31,1 persen, sedangkan yang menamatkan SLTA berjumlah 15,5 persen; dan yang tidak mengecap dunia pendidikan berjumlah 11,1 persen (mereka hanya berpendidikan di pesantren dan pengajian-pengajian). Sedangkan yang menamatkan Sarjana Muda/Diploma berjumlah 4,5 persen. Untuk jenjang Sarjana Lengkap (S-1) hanya 2,2 persen, untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 : Jenjang Pendidikan Responden

No Jenjang Pendidikan Jlh Responden (orang) Persentase (%)

1. Tidak Sekolah 5 11,1

2. SD / SR 14 31,1

3. S L T P 16 35,6

4. S L T A 7 15,5

5. DIPLOMA 2 4,5

6. SARJANA (S-1) 1 2,2

T o t a l 45 100,0

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008

4.2.3. Jumlah Tanggungan dalam Keluarga

Yang dimaksud tanggungan dalam keluarga adalah keluarga inti, yakni seorang kepala keluarga (bapak/abi/ayah) menanggungjawabi anggota keluarganya (istri dan anak) dalam segala macam kebutuhan pimer sehari-hari. Jumlah tanggungan


(1)

G a mb a r 9 : Ta ma n Ka na k-ka na k At-Ta q wa d i G a mp o ng Kua la La ng sa


(2)

G a mb a r 11 : Pe nd ud uk Se te mp a t ya ng Me mb uka Lo ka si Da g a ng

d i d a la m Ba ka u


(3)

G a mb a r 13 : Ruma h Pe nd ud uk G a mp o ng Kua la La ng sa d i Te p i Ja la n

kiri-ka na n

G a mb a r

14

:

Se p a nja ng Ba d a n Ja la n Ruma h Pe nd ud uk d a ri

G a mp o ng Sung a i Pa uh Hing g a G a mp o ng Kua la La ng sa


(4)

Tabel 4.6 : Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002 – 2007

(Jutaan rupiah)

No Lapangan

Usaha

Tahun

2002

Konstri-busi (%)

Tahun

2003

Konstri-busi (%)

Tahun

2004

Konstri-busi (%)

Tahun

2005

Konstri-busi (%)

Tahun

2006

Konstri-busi (%)

Tahun

2007

Konstri-busi (%)

1. Primer 106.708,90 15,75 117.290,14 15,70 128.476,52 15,52 141.451,62 15,47 151.496,94 15,13 164.210,55 14,95

2. Sekunder 215.695,08 31,83 233.657,13 31,29 253.167,84 30,58 274.272,66 29,98 291.016,02 29,06 323.750,08 29,48

3. Tersier 355.173,11 52,42 395.883,92 53,01 446.197,38 53,90 498.978,94 54,55 559.026,69 55,82 610.278,40 55,57

Jumlah 677.577,09 100,00 746.831,19 100,00 827.841,74 100,00 914.703,22 100,00

1.001.539,65

100,00

1.098.239,03

100,00


(5)

Tabel 4.7 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Berlaku Tahun 2002 – 2007

(Jutaan rupiah)

N o LAPANGAN USAHA Tahun 2002 Konstri-busi (%) Tahun 2003 Konstri-busi (%) Tahun 2004 Konstri-busi (%) Tahun 2005 Konstri-busi (%) Tahun 2006 Konstri-busi (%) Tahun 2007 Konstri-busi (%)

1 PRIMER

a.Pertanian

b.Pertambangan & Penggalian

104.043,00 2.665,90 15,36 0,39 114.307,11 2.983,03 15,30 0,40 125.153,47 3.323,05 15,12 0,41 137.776,89 3.674,73 15,06 0,41 147.466,38 4.030,56 14,72 0,41 159.896,84 4.313,71 14,56 0,39 2 SEKUNDER

a. Industri Pengolahan

b.Listrik & Air Minum

c. Bangunan/ Konstruksi

152.852,58 3.084,74 59.757,76 22,56 0,45 8,82 163.169,76 3.430,80 67.056,57 21,85 0,46 8,98 175.006,04 3.876,55 74.285,25 21,14 0,47 8,97 189.336,56 4.284,61 80.651,49 20,70 0,47 8,82 197.689,84 4.707.98 88.618,20 19,74 0,47 8,85 221.423,18 5.111,15 97.215,75 20,16 0,47 8,85 3 TERSIER

a. Perdagangan, Hotel & Restoran

b.Pengangkutan dan

Komunikasi

c. Keuangan, Persewaan

Dan Jasa Perusahaan d.Jasa - Jasa

169.638,32 49.507,56 20.319,56 115.707,67 25,03 7,31 3,00 17,08 187.283,49 55.714,89 23.019,36 129.866,18 25,08 7,46 3,08 17,39 206.937,59 67.468,74 26.878,10 144.912,95 24,00 8,15 3,25 17,50 229.255,47 74.308,93 30.643,89 164.770,65 25,08 8,12 3,35 18,01 257.221,88 83.783,46 34.244,96 183.776,39 25,68 8,36 3,42 18,35 288.321,45 90.498,79 37.750,39 193.707,77 25,25 8,24 3,44 17,56

Jumlah 677.577,09 100,00 746.831,19 100,00 827.841,74 100,00 914.703,22 100,00 1.001.539,65 100,00 1.098.239,03 100,00


(6)

Tabel 4.8 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan Tahun 2001 Tahun

2002 – 2007 (Jutaan rupiah)

N o LAPANGAN USAHA Tahun 2002 Konstri-busi (%) Tahun 2003 Konstri-busi (%) Tahun 2004 Konstri-busi (%) Tahun 2005 Konstri-busi (%) Tahun 2006 Konstri-busi (%) Tahun 2007 Konstri-busi (%) 1 PRIMER a. Pertanian

b. Pertambangan & Penggalian

93.472,44 2.553,54 15,06 0,41 95.103,39 2.642,70 14,90 0,41 97.223,18 2.712,55 14,69 0,41 100.005,04 2.817,38 14,50 0,41 100.824,36 2.911,16 14,06 0,41 102.581,99 3.075,86 13,74 0,41 2 SEKUNDER

a.Industri Pengolahan

b.Listrik & Air Minum

c.Bangunan/Konstruksi 137.333,44 2.869,01 55.839,35 22,12 0,46 9,00 139.311,04 2.984,30 57.654,13 21,82 0,47 9,03 142.403,74 3.139,05 60.311,98 21,51 0,47 9,11 147.050,91 3.197,47 63.460,27 21,33 0,46 9,20 153.650,51 3.265,76 66.216,62 21,44 0,46 9,24 159.424,64 3.405,86 68.761,14 21,36 0,46 9,22

3 TERSIER

a. Perdagangan, Hotel & Restoran

b.Pengangkutan dan komunikasi

c. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan d.Jasa-Jasa 158.701,07 46.023,09 18.039,84 105.903,95 25,57 7,41 2,91 17,06 165.287,70 47.920,22 19.513,32 108.005,90 25,89 7,51 3,05 16,92 173.859,23 50.115,40 21.081,21 111.120,18 26,26 7,57 3,19 16,79 183.554,70 52.012,87 22.452,81 115.035,51 26,62 7,54 3,26 16,68 191.467,77 56.488,95 23.414,28 118.365,58 26,72 7,88 3,27 16,52 202.612,97 58.087,00 27.560,58 120.951,33 27,14 7,78 3,69 16,2

Jumlah 620.735,73 100,00 638.422,70 100,00 661.966,52 100,00 689.586,96 100,00 716.604,99 100,00 746.461,37 100,00