Potensi pemangsaan menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera : Coccinellidae) terahadap Aphis craccivora Koch (Hemiptera : Aphididae) pada kacang panjang




POTENSI PEMANGSAAN Menochilus sexmaculatus F.
(COLEOPTERA: COCCINELLIDAE) TERHADAP Aphis
craccivora KOCH (HEMIPTERA: APHIDIDAE)
PADA KACANG PANJANG

PRITHA KHRIS RACHMALIA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013




PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Pemangsaan
Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Aphis
craccivora Koch (Hemiptera: Aphididae) pada Kacang Panjang adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Pritha Khris Rachmalia

NIM A34090050




ABSTRAK


PRITHA KHRIS RACHMALIA. Potensi Pemangsaan Menochilus sexmaculatus
F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Aphis craccivora Koch. (Hemiptera:
Aphididae) pada Kacang Panjang. Dibimbing oleh I WAYAN WINASA.
Kutudaun A. craccivora merupakan salah satu hama penting pada tanaman
kacang panjang. Serangan hama ini secara langsung dan sebagai vektor virus
dapat menurunkan produksi kacang panjang. Kumbang predator M. sexmaculatus
merupakan salah satu musuh alami yang banyak ditemukan pada tanaman kacang
panjang dan merupakan predator A. craccivora. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi pemangsaan larva instar IV dan imago betina M.
sexmaculatus terhadap A. craccivora. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret
sampai Juni 2013. Percobaan dilakukan dalam cawan petri yang diisi polong
kacang panjang. Ke dalam setiap cawan petri dimasukkan kutudaun masingmasing dengan kerapatan 20, 40, 60, 80, dan 100 nimfa instar IV. Sebagai
predator digunakan larva instar IV dan imago betina M. sexmaculatus.
Pengamatan terhadap jumlah A. craccivora yang dimangsa predator dilakukan
pada 2, 4, 6, 8, 12, 16, 20, dan 24 jam setelah perlakuan. Selain itu diamati masa
pencarian dan penanganan mangsa selama 2 jam pada kerapatan kutudaun 40.
Setiap perlakuan untuk larva dan imago M. sexmaculatus diulang 5 kali. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemangsaan oleh larva maupun imago betina M.
sexmaculatus terjadi paling banyak pada periode 2 jam setelah perlakuan. Larva
dan imago M. sexmaculatus melakukan pemangsaan pada siang dan malam hari.

Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh imago M. sexmaculatus lebih cepat
dibandingkan larva. Imago M. sexmaculatus memiliki kemampuan memangsa A.
craccivora lebih tinggi dibanding larva. Semakin tinggi kerapatan mangsa maka
semakin banyak mangsa yang dimangsa oleh larva maupun imago M.
sexmaculatus.
Kata kunci: Aphis craccivora, Menochilus sexmaculatus, pemangsaan.




ABSTRACT

PRITHA KHRIS RACHMALIA. Potential Predation of Menochilus sexmaculatus
F. (Coleoptera: Coccinellidae) against Aphis craccivora Koch. (Hemiptera:
Aphididae) on Yard Long Bean. Guided by I WAYAN WINASA.
A. craccivora is one of the important pests on yard long beans. This pest
attacks directly and as a viral vector can decrease the production of beans. M.
sexmaculatus predator beetle is one of the biological agents that can control A.
craccivora. The aim of this study is to know the potential predation of fourth
instar larvae and adult female of M. sexmaculatus as a predator of A. craccivora.

The study was conducted from March to June 2013. The experiment conducted in
petri dish containing a bean pod. Each petri dish included 20, 40, 60, 80, 100
fourth instar nymphs A. craccivora. This study used a fourth instar larvae and
adult female M. sexmaculatus. Observations were made at 2, 4, 6, 8, 12, 16, 20,
and 24 hours after treatment. In addition, the study also observed how long the
prey searching and handling for 2 hours at 40 A. craccivora. Each experiment
both larvae and adult M. sexmaculatus was repeated 5 times. The result showed
that the height consumption of the predation by larvae and adult female of M.
sexmaculatus occured at 2 hours after the treatment period. Larvae and adult of M.
sexmaculatus consumed prey at night and day. The searching and handling time of
prey of adult M. sexmaculatus was faster than larvae. The adult M. sexmaculatus
had higher ability to prey rather than larvae. The higher of density predation, the
consumption of preys was also increased.
Keywords: A. craccivora, M. sexmaculatus, predation.




© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.




POTENSI PEMANGSAAN Menochilus sexmaculatus F.
(COLEOPTERA: COCCINELLIDAE) TERHADAP Aphis
craccivora KOCH (HEMIPTERA: APHIDIDAE)
PADA KACANG PANJANG

PRITHA KHRIS RACHMALIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013




Judul Skripsi

: Potensi Pemangsaan Menochilus sexmaculatus F.
(Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Aphis craccivora
Koch (Hemiptera: Aphididae) pada Kacang Panjang
Nama Mahasiswa : Pritha Khris Rachmalia
NIM

: A34090050

Disetujui oleh

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si
Ketua Departemen





Tanggal disetujui :





PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan berkah,
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang berjudul Potensi Pemangsaan
Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Aphis
craccivora Koch (Hemiptera: Aphididae) pada Kacang Panjang.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta ayahanda
Khristiono dan ibunda Rahma Yuliani yang telah membesarkan dan mendidik
penulis hingga menjadi seperti sekarang ini, terima kasih pula atas kesabaran, dan
do’anya serta semangat yang diberikan. Serta ucapan terimakasih pula penulis
sampaikan kepada kakak tersayang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si
yang telah membimbing selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih
penulis ucapkan pula kepada Bapak Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc selaku penguji
tamu yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan laporan ini.
Serta kepada seluruh staf pengajar Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian yang telah memberikan ilmu selama penulis kuliah.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Pak Wawan, Pak Slamet dan Pak
Boni yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini. Kepada teman-teman

PTN 46 terima kasih atas dorongan semangat, do’a, dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.
Bogor, Desember 2013
Pritha Khris Rachmalia




DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat

Perbanyakan Aphis craccivora pada Kacang Panjang
Perbanyakan Menochilus sexmaculatus
Pelaksanaan Percobaan
Pengaruh Kerapatan Mangsa terhadap Kemampuan Memangsa
Masa Pencarian dan Penanganan Mangsa
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemangsaan M. sexmaculatus
Pemangsaan M. sexmaculatus pada Siang dan Malam
Hubungan Kerapatan Mangsa dan Jumlah yang Dimangsa
Selama 24 Jam
Masa Pencarian dan Penanganan Mangsa
Pemangsaan Larva dan Imago M. sexmaculatus Selama 24 jam
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP











iix
iix
iix
1
1
2
2
3
3
3
3
3
4
4
5
5
6
6
8
9
10
10
12
13
15
21




DAFTAR TABEL

1 Pemangsaan larva M. sexmaculatus terhadap A. craccivora
2 Pemangsaan imago M. sexmaculatus terhadap A. craccivora
3 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh larva dan imago
M. sexmaculatus

4 Kemampuan pemangsaan oleh larva dan imago M. sexmaculatus
1
2
3
4

DAFTAR GAMBAR

Nimfa instar IV A. craccivora
Menochilus sexmaculatus (a) larva instar IV, (b) imago betina
Pengujian kemampuan pemangsaan pada cawan petri
Pemangsaan M. sexmaculatus (a) larva dan (b) imago terhadap
A. craccivora per 2 jam
5 Pemangsaan M. sexmaculatus saat siang dan malam hari (a) larva dan
(b) imago
6 Jumlah pemangsaan M. sexmaculatus (a) larva dan (b) imago terhadap
berbagai kerapatan A. craccivora

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pemangsaan larva M. sexmaculatus
2 Pemangsaan imago M. sexmaculatus
3 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh larva M. sexmaculatus
4 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh imago M. sexmaculatus








6
7
10
11
3
4
4
7
8
9
15
17
19
20

1


PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kacang panjang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang cukup
strategis di Indonesia. Tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai
usahatani karena mudah dibudidayakan, dapat ditanam sepanjang tahun baik pada
musim hujan maupun musim kemarau, dan dapat hidup di dataran rendah maupun
dataran tinggi (Haryanto et al. 1999).
Berdasarkan data BPS (2013), produksi kacang panjang di Indonesia selama
tiga tahun sejak tahun 2010 sampai 2012 berturut-turut adalah sebesar 489 449
ton, 458 307 ton, dan 457 489 ton.
Salah satu hama penting pada tanaman kacang panjang adalah kutudaun
Aphis craccivora Koch (Hemiptera: Aphididae). A. craccivora menyerang
tanaman kacang panjang mulai fase vegetatif sampai generatif. Serangan A.
craccivora menyebabkan kerusakan pada bagian-bagian tanaman yang masih
muda, seperti pucuk, tunas, daun muda, dan polong (Darsono 1991). Tanaman
yang terserang daunnya menjadi berkerut dan keriting serta terhambat
pertumbuhannya (Semangun 1989).
Kehadiran A. craccivora pada tanaman kacang panjang tidak hanya
berperan sebagai hama tetapi juga sebagai vektor beberapa jenis virus. Virus yang
dapat ditularkan kutudaun ini adalah virus sapu kacang panjang (cowpea witches
broom virus) dan virus kerdil kacang panjang (cowpea stunt virus) (Semangun
1989). Akibat serangan hama A. craccivora dan serangan virus ini dapat
menurunkan produksi kacang panjang sampai 87 % (Bashir et al. 2002)
Pengendalian kutudaun pada tanaman kacang panjang selama ini banyak
menggunakan insektisida kimia. Penggunaan insektisida kimia secara berlebihan
dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Menurut Untung (2001)
penggunaan insektisida kimia secara berlebihan dapat menimbulkan resistensi
hama, resurgensi hama, ledakan hama sekunder, serta pencemaran lingkungan.
Selain itu, penggunaan insektisida berlebih pada tanaman kacang panjang
dikhawatirkan dapat menimbulkan residu yang berbahaya bagi konsumen.
Pendekatan pengendalian hama yang dikembangkan belakangan ini adalah
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang mengutamakan pengendalian secara
bercocok tanam atau budidaya tanaman sehat dan pengendalian hayati sebagai
komponen utama serta pemanfaatan insektisida kimia sebagai alternatif terakhir.
Pada pertanaman kacang panjang terdapat berbagai jenis agens hayati di
antaranya adalah predator. Predator kutudaun yang sering ditemukan pada kacang
panjang adalah Coccinellidae (Coleoptera), Syrphidae (Diptera), dan Crysopidae
(Neuroptera) (Kalshoven 1981). Predator dari famili Coccinellidae yang dominan
ditemukan pada pertanaman kacang panjang adalah Menochilus sexmaculatus F.
(Coleoptera: Coccinellidae). Predator ini banyak ditemukan memangsa kutudaun
A. craccivora pada tanaman kacang panjang (Johan 2011). Pemangsaan oleh M.
sexmaculatus dilakukan oleh larva maupun imago. Berdasarkan penelitian
Putirama (2012) kemampuan memangsa imago M. sexmaculatus lebih tinggi
dibandingkan stadia pradewasa terhadap kutukebul Bemisia tabaci dan Myzus
persicae. Selain itu, Radiyanto et al. (2011) juga melaporkan bahwa kemampuan
memangsa imago betina M. sexmaculatus lebih baik dibandingkan stadia larva

2


terhadap Rhopalosiphum maidis. Namun kemampuan memangsa larva dan imago
M. sexmaculatus terhadap A. craccivora belum banyak informasinya. Salah satu
ciri predator yang baik adalah memiliki tanggap fungsional yaitu kemampuan
memangsa meningkat dengan meningkatnya jumlah mangsa yang tersedia (Hodek
dan Honek 1996; Pervez dan Omkar 2005).
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pemangsaan larva dan
imago M. sexmaculatus terhadap kutudaun A. craccivora pada kacang panjang.
Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai kemampuan pemangsaan M. sexmaculatus terhadap kutudaun A.
craccivora. Penelitian ini juga sebagai dasar dalam menilai keefektifan predator
M. sexmaculatus sebagai musuh alami dan diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pemanfaatan predator di lapang.

3


BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juni 2013.

Bahan dan Alat

Tanaman kacang panjang, kurungan yang terbuat dari plastik mika, botol
serangga, wadah pemeliharaan serangga, cawan petri, mikroskop stereo, jarum
mikro, kuas, label, hand counter, stop watch, dan kamera digital.

Perbanyakan Aphis craccivora pada Kacang Panjang
Tanaman kacang panjang varietas Jaliteng ditanam dalam polibag ukuran
25 cm x 25 cm. Polibag diisi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.
Setiap polibag ditanami 2-3 biji kacang panjang yang selanjutnya disimpan di
dalam kurungan serangga dan diberi ajir bambu. Tanaman dirawat dan dipelihara
setiap hari dengan disiram. Setelah tanaman kacang panjang berumur 3 minggu
diinfestasi nimfa dan imago A. craccivora yang dikumpulkan dari pertanaman
kacang panjang di Situgede, Bogor. Tanaman yang telah diinfestasi A. craccivora
selanjutnya disungkup dengan kurungan plastik berdiameter 30 cm, tinggi 80 cm
dan bagian atasnya ditutup kain kasa. Pemeliharaan dilakukan hingga jumlah A.
craccivora cukup untuk percobaan. Dalam percobaan ini digunakan nimfa instar
akhir atau nimfa instar IV A. craccivora (Gambar 1).
2 mm

Gambar 1 Nimfa instar IV A. craccivora

Perbanyakan Menochilus sexmaculatus

Perbanyakan dilakukan dengan pengumpulan imago, larva, maupun pupa
kumbang M. sexmaculatus dari pertanaman kacang panjang di Situgede.
Kemudian kumbang dipelihara pada wadah pemeliharaan serangga. Kumbang
diberi pakan A. craccivora setiap hari. Telur yang dihasilkan kemudian dipisahkan
dari imago dan dipelihara dalam cawan petri hingga menetas menjadi larva, setiap
cawan petri berisi satu larva. Pemeliharaan dilakukan hingga jumlah larva instar
IV maupun imago betina M. sexmaculatus cukup untuk percobaan.




4


Pelaksanaan Percobaan

Pengaruh Kerapatan Mangsa terhadap Kemampuan Memangsa

Dalam percobaan ini mangsa yang digunakan adalah nimfa instar IV A.
craccivora dan sebagai predator digunakan larva instar IV dan imago betina M.
sexmaculatus (Gambar 2). Percobaan pemangsaan dilakukan pada cawan petri

berdiameter 9 cm, yang kemudian diisi polong kacang panjang muda berukuran
panjang 8 cm sebagai makanan kutudaun (Gambar 3). Selanjutnya dimasukkan A.
craccivora instar IV masing-masing sebanyak 20, 40, 60, 80, dan 100 individu.
Setelah itu, ke dalam setiap cawan petri tersebut dimasukkan masing-masing satu
ekor larva instar IV M. sexmaculatus yang telah dipuasakan selama 12 jam.
Jumlah A. craccivora yang dimangsa oleh larva M. sexmaculatus dihitung setiap
2, 4, 6, 8, 12, 16, 20, dan 24 jam setelah perlakuan dengan menggunakan alat
bantu hitung hand counter.
a

b
7.60 mm

4.80 mm

Gambar 2 Menochilus sexmaculatus (a) larva instar IV, (b) imago betina
Hal serupa juga dilakukan pada pemangsaan oleh imago betina M.
sexmaculatus. Sebanyak 20, 40, 60, 80, dan 100 ekor A. craccivora dimasukkan
ke dalam cawan petri yang sebelumnya telah diberi polong kacang panjang.
Selanjutnya ke dalam cawan petri dimasukkan masing-masing satu ekor imago
betina M. sexmaculatus yang telah dipuasakan selama 12 jam. Jumlah A.
craccivora yang dimangsa oleh imago M. sexmaculatus dihitung setiap 2, 4, 6, 8,
12, 16, 20, dan 24 jam setelah perlakuan. Perlakuan untuk larva dan imago M.
sexmaculatus pada masing-masing kerapatan diulang 5 kali.
Pengamatan siang hari atau 8 jam pertama dilakukan setiap 2 jam sedangkan
pada malam hari dilakukan setiap 4 jam.

Gambar 3 Pengujian kemampuan pemangsaan pada cawan petri

5


Masa Pencarian dan Penanganan Mangsa

Masa pencarian mangsa dihitung sejak predator M. sexmaculatus dilepas ke
cawan petri sampai mendapatkan mangsa pertama. Kemudian diamati lamanya
waktu predator menangani/memakan A. craccivora pertama sampai habis. Lama
pencarian mangsa berikutnya diamati sejak predator menghabiskan mangsa
sebelumnya sampai menemukan kembali mangsa berikutnya. Pengamatan masa
pencarian dan penanganan mangsa dihitung dengan bantuan stop watch.
Pengamatan ini dilakukan dalam periode waktu 2 jam, masing-masing untuk larva
instar IV dan imago betina. Pengamatan dilakukan terhadap 5 larva dan 5 imago
betina M. sexmaculatus sebagai ulangan, dan pengamatan dilakukan pada
kerapatan mangsa 40 ekor.

Analisis Data

Jumlah A. craccivora yang dimangsa oleh larva dan imago M. sexmaculatus
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data hubungan jumlah mangsa yang
tersedia dan jumlah mangsa yang dimangsa predator dianalisis dengan regresi
linier menggunakan program Microsoft Exel 2007. Pemangsaan siang dan malam
hari, masa pencarian dan penanganan mangsa, serta pemangsaan larva instar IV
dan imago betina dianalisis melalui uji t menggunakan program SPSS versi 20.

6


HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemangsaan M. sexmaculatus

Hasil pengamatan pemangsaan larva M. sexmaculatus pada kerapatan
mangsa A. craccivora 20 ekor menunjukkan pada 2 jam pertama jumlah kutudaun
yang dimangsa mencapai rataan 5.60 ekor. Pengamatan 2 jam berikutnya atau 2-4
jam setelah perlakuan jumlah kutudaun yang dimangsa mengalami penurunan
menjadi 2.20 ekor, kemudian 2 jam berikutnya atau 4-6 jam setelah perlakuan
jumlah kutudaun yang dimangsa hanya 1.60 ekor. Pemangsaan larva kembali
mengalami peningkatan setelah 6-8 jam perlakuan dengan rataan jumlah kutudaun
yang dimangsa mencapai 3.20 ekor (Tabel 1). Pengamatan pemangsaan larva pada
kerapatan mangsa 40 ekor menunjukkan jumlah kutudaun yang dimangsa pada 2
jam pertama 6.80 ekor, kemudian menurun menjadi 1.80 pada 2-4 jam, kemudian
meningkat menjadi 3.00 dan 3.00 ekor pada 4-6 dan 6-8 jam berikutnya.
Pemangsaan larva pada kerapatan mangsa 60, 80, dan 100 ekor pada 2 jam
pertama menunjukkan jumlah kutudaun yang dimangsa berturut-turut mencapai
rataan 8.60, 6.20, dan 8.60 ekor, sedangkan 2-4 jam berikutnya jumlah yang
dimangsa menurun menjadi 3.60, 3.00, dan 4.00 ekor, kemudian meningkat
kembali pada 6-8 jam berikutnya menjadi 3.80, 3.20, dan 6.00 ekor (Tabel 1).
Hasil pengamatan pemangsaan imago betina M. sexmaculatus pada
kerapatan mangsa kutudaun 20 ekor menunjukkan pada 2 jam pertama jumlah
kutudaun yang dimangsa mencapai rataan 5.00 ekor. Pengamatan berikutnya
setelah 2-4 jam perlakuan jumlah kutudaun yang dimangsa menurun menjadi 1.80
ekor, kemudian meningkat kembali menjadi 2.40 dan 3.00 ekor setelah 4-6 dan
6-8 jam perlakuan (Tabel 2). Pada kerapatan mangsa 40 ekor rataan kutudaun
yang dimangsa pada 2 jam setelah perlakuan mencapai 7.60 ekor kemudian
menurun menjadi 3.60 dan 3.00 setelah 2-4 dan 4-8 jam perlakuan, dan meningkat
kembali setelah 6-8 jam perlakuan menjadi 4.60 ekor. Pemangsaan imago betina
pada kerapatan mangsa 60, 80, dan 100 ekor pada 2 jam pertama berturut-turut
mencapai 8.60, 11.60, dan 12.20 ekor, sedangkan 2-4 jam berikutnya jumlah
kutudaun yang dimangsa menurun menjadi 4.80, 4.00, dan 5.20, dan setelah 6-8
jam jumlah yang dimangsa mencapai 3.40, 4.20, dan 6.20 (Tabel 2).
Kerapatan
mangsa
20
40
60
80
100

Tabel 1 Pemangsaan larva M. sexmaculatus terhadap A. craccivora

Waktu pemangsaan (jam)
0-2 (Rataan ± SD) >2-4 (Rataan ± SD) >4-6 (Rataan ± SD) >6-8 (Rataan ± SD)
5.60 ± 1.40
2.20 ± 0.58
1.60 ± 0.25
3.20 ± 1.36
6.80 ± 0.58
1.80 ± 0.58
3.00 ± 0.55
3.00 ± 0.55
8.60 ± 1.60
3.60 ± 0.68
1.80 ± 0.86
3.80 ± 1.07
6.20 ± 0.92
3.00 ± 1.05
3.60 ± 1.60
3.20 ± 0.73
8.60 ± 0.97
4.00 ± 0.68
5.60 ± 1.48
6.00 ± 1.22

7


Tabel 2 Pemangsaan imago M. sexmaculatus terhadap A. craccivora

Waktu pemangsaan (jam)
Kerapatan
mangsa 0-2 (Rataan ± SD) >2-4 (Rataan ± SD) >4-6 (Rataan ± SD) >6-8 (Rataan ± SD)
20
5.00 ± 0.95
1.80 ± 0.58
2.40 ± 0.51
3.00 ± 1.05
40
7.60 ± 0.75
3.60 ± 0.60
3.00 ± 0.71
4.60 ± 0.68
60
8.60 ± 0.60
4.80 ± 1.50
3.80 ± 1.16
3.40 ± 0.93
80
11.60 ± 0.75
4.00 ± 0.95
4.20 ± 1.43
4.20 ± 1.56
100
12.20 ± 1.11
5.20 ± 1.98
5.80 ± 1.98
6.20 ± 1.53

Secara umum tampak bahwa pemangsaan tertinggi oleh larva maupun
imago betina M. sexmaculatus terjadi pada periode 2 jam pertama atau 2 jam
setelah perlakuan (Gambar 4). Hal ini terjadi karena sebelum perlakuan predator
terlebih dahulu dipuasakan selama 12 jam. Ketika dalam keadaan lapar, predator
terlihat lebih aktif mencari dan cepat menangani mangsanya sehingga dalam
periode waktu 2 jam pertama sejak perlakuan banyak kutudaun A. craccivora
yang dimangsa. Selanjutnya pada periode 2-4 jam dan 4-6 jam jumlah kutudaun
yang dimangsa larva maupun imago mengalami penurunan, dan meningkat
kembali setelah 6-8 jam perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelaparan
predator sangat menentukan kemampuan memangsa. Predator yang lapar
memiliki kemampuan memangsa lebih tinggi (Hagen et al. 1989; Pervez dan
Omkar 2005).

b

Jumlah yang dimangsa
imago (individu)

Jumlah yang dimangsa
larva (individu)

a

12
10
8
6
4
2
0
12
10
8
6
4
2
0

20

40

60

80

60

80

100

0-2 jam
>2-4 jam
>4-6 jam
>6-8 jam

20

40

100

Kerapatan mangsa (individu)
Gambar 4 Pemangsaan M. sexmaculatus (a) larva dan (b) imago terhadap
A. craccivora per 2 jam

8


Pemangsaan M. sexmaculatus pada Siang dan Malam

Pemangsaan larva dan imago M. sexmaculatus terhadap A. craccivora
terjadi pada siang dan malam hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah
kutudaun yang dimangsa larva M. sexmaculatus pada siang hari lebih tinggi
dibandingkan malam hari, walaupun secara statististik hanya berbeda nyata pada
tingkat kerapatan mangsa 40 dan 60 ekor (Gambar 5a).
a
Jumlah yang dimangsa
larva (individu)

50
40

a

30
20
10
0

a

Jumlah yang dimangsa
imago (individu)

30
10
0

b

40

60

siang
malam

40
20

a

b

a

20

50

b

a

a

a

80

100
a

a

a

a
a

a

a

a

b

b

b

20

40

60

80

100

Kerapatan mangsa (individu)
Gambar 5 Pemangsaan M. sexmaculatus saat siang dan malam hari (a) larva dan
(b) imago
Pemangsaan oleh imago M. sexmaculatus menunjukkan jumlah kutudaun A.
craccivora yang dimangsa pada siang hari lebih banyak dibandingkan malam hari,

walaupun secara statistik perbedaan nyata hanya terjadi pada kerapatan mangsa
20, 60, dan 100 ekor (Gambar 5b).
Pemangsaan oleh larva dan imago lebih banyak pada siang hari
dibandingkan malam hari tampaknya berkaitan dengan perlakuan awal
pemangsaan yang dilakukan pada siang hari dimana sebelumnya predator
dipuasakan terlebih dahulu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa larva dan
imago M. sexmaculatus melakukan pemangsaan pada siang dan malam hari.
Proses pemangsaan oleh predator dimulai dari pencarian, menemukan,
menangani/memangsa dan mencerna kemudian mencari kembali (Hodek dan
Honek 1996). Salah satu ciri predator yang efektif adalah dapat melakukan

9


pemangsaan setiap saat (siang dan malam). Kumbang Coccinella septempunctata
dapat menemukan mangsanya secara visual pada siang hari, sedangkan pada
malam hari dapat menangkap mangsanya bila terjadi kontak dengan mangsa
(Nakamuta 1984, 1985 dalam Hodek dan Honek 1996). Kutudaun A. craccivora
umumnya hidup berkelompok dan larva maupun imago predator M. sexmaculatus
biasanya berada di sekitar koloni kutudaun sehingga pemangsaan pada malam hari
dapat terjadi.

Hubungan Kerapatan Mangsa dan Jumlah yang Dimangsa Selama 24 Jam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin melimpah ketersediaan
mangsa maka semakin banyak pula mangsa yang dikonsumsi oleh larva maupun
imago (Gambar 6). Hal ini terlihat dari nilai R2 larva yaitu 0.821 sedangkan imago
0.864, nilai keduanya mendekati 1 artinya terjadi hubungan yang erat antara
ketersediaan mangsa dengan jumlah pemangsaan oleh larva maupun imago M.
sexmaculatus. Semakin tinggi jumlah A. craccivora tersedia maka kemungkinan
M. sexmaculatus menemukan dan memangsa juga semakin meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa larva dan imago M. sexmaculatus memiliki tanggap
fungsional terhadap mangsa A. craccivora. Menurut Holling (1959) dan Wagiman
(1997) salah satu ciri predator yang efektif adalah memiliki tanggap fungsional
terhadap mangsanya.
80

y = 0.474x + 8.60
R² = 0.821

60
40
20
0

0

100
80
60
40

Jumlah yang dimangsa
imago/24 jam

b

100

Jumlah yang dimangsa
larva/24 jam

a

20
0

20

40

60

80

100

60

80

100

y = 0.670x + 7.96
R² = 0.864

0

20

40

Kerapatan mangsa (individu)
Gambar 6 Jumlah pemangsaan M. sexmaculatus (a) larva dan (b) imago
terhadap berbagai kerapatan A. craccivora

10


Masa Pencarian dan Penanganan Mangsa

Masa pencarian mangsa yang dibutuhkan oleh larva M. sexmaculatus adalah
8 menit 43 detik sedangkan imago 5 menit 15 detik (Tabel 3). Hasil pengamatan
memperlihatkan bahwa waktu pencarian mangsa oleh imago lebih cepat dibanding
larva. Selama pengamatan terlihat bahwa imago lebih aktif bergerak dibanding
larva. Hal serupa diungkapkan pula oleh Radiyanto (2011) yang menyatakan
bahwa imago M. sexmaculatus lebih aktif bergerak dibandingkan dengan larva.
Tabel 3 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh larva dan imago
Stadia
Larva
Imago
a

M. sexmaculatus

Pencarian mangsa
(Rataan ± SD) menit:detik
8:43 ± 1:03a
5:15 ± 1:09a

Penanganan mangsa
(Rataan ± SD) menit:detik
10:16 ± 1:33a
8:34 ± 1:23a

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
uji t pada taraf nyata (Į=5%)

Hasil pengamatan lama penanganan mangsa oleh M. sexmaculatus ternyata
imago lebih cepat dalam menghabiskan mangsanya dibanding larva. Lamanya
waktu yang dibutuhkan oleh larva adalah 10 menit 16 detik, sedangkan waktu
yang dibutuhkan imago untuk menghabiskan mangsa adalah 8 menit 34 detik
(Tabel 3). Perilaku predator M. sexmaculatus dalam memangsa A. craccivora
yaitu melalui tahap mencari, menemukan, dan memangsa. Perilaku pencarian dan
penanganan ini diungkapkan pula oleh Sharov (1996) dan Tarumingkeng (1992)
bahwa predator menghabiskan waktunya dengan melakukan dua aktivitas, yaitu
pencarian mangsa (mengejar dan menangkap) dan penanganan mangsa
(membunuh dan mencerna).

Pemangsaan Larva dan Imago M. sexmaculatus Selama 24 jam

Kemampuan pemangsaan larva M. sexmaculatus selama 24 jam pada
kerapatan mangsa A. craccivora 20 ekor adalah 18.80 ekor tidak berbeda nyata
dengan imago betina 19.49 ekor (Tabel 4). Pada kerapatan mangsa 40, jumlah
kutudaun yang dimangsa larva 28.60 ekor berbeda nyata dengan imago 36.60
ekor, demikian juga pada kerapatan mangsa 60 dan 80 jumlah kutudaun yang
dimangsa larva lebih sedikit dan berbeda nyata dengan yang dimangsa imago.
Ketika kerapatan mangsa 100, jumlah kutudaun yang dimangsa larva 61.20 ekor
relatif lebih rendah dibandingkan imago 74.00 ekor, walaupun secara statistik
tidak menunjukkan perbedaan nyata (Tabel 4). Secara umum hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kemampuan memangsa imago betina M. sexmaculatus lebih
tinggi dibandingkan larva instar IV. Hasil serupa diungkapkan oleh Putirama
(2012), pemangsaan M. sexmaculatus terhadap Bemisia tabaci dan Myzus
persicae menunjukkan imago lebih banyak memangsa dibanding larva. Hal ini
berkaitan dengan kebutuhan nutrisi imago betina untuk memproduksi telur
sedangkan larva untuk persiapan menjadi pupa (Hodek dan Honek 1996).
Menurut Agarwala et. al (2001) ketika kerapatan mangsa rendah, predator
umumnya lebih aktif mencari mangsa, dan pemberian mangsa lebih efisien pada
kerapatan rendah dibandingkan kerapatan tinggi untuk memproduksi telur.


11


Tabel 4 Kemampuan pemangsaan oleh larva dan imago M. sexmaculatus

Stadia
predator
Larva
Imago
a

20
18.80 ± 0.80a
19.49 ± 0.60a

Jumlah yang dimangsa predator
pada berbagai kerapatan mangsa (Rataan ± SD)
40
60
80
28.60 ± 3.11b 36.20 ± 0.37b
39.80 ± 1.59b
36.60 ± 1.50a 51.20 ± 2.74a
60.20 ± 5.13a

100
61.20 ± 4.14a
74.00 ± 5.31a

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
t pada taraf nyata (Į=5%)

Penelitian ini menunjukkan bahwa larva dan imago M. sexmaculatus efektif
dalam memangsa A. craccivora. Hal ini dapat diamati dari kemampuan M.
sexmaculatus dalam mencari, menemukan, dan memangsa A. craccivora. Ciri-ciri
predator yang efektif adalah mempunyai kemampuan mencari dan menemukan
mangsa yang tinggi terutama saat populasi mangsa rendah, tanggap terhadap
peningkatan populasi mangsa, dan mempunyai kekhususan mangsa (Wagiman
1996).

12


SIMPULAN

Pemangsaan oleh larva maupun imago betina M. sexmaculatus terjadi paling
banyak pada periode 2 jam setelah perlakuan. Larva dan imago M. sexmaculatus
melakukan pemangsaan pada siang dan malam hari. Semakin tinggi kerapatan
mangsa maka semakin banyak mangsa yang dimakan oleh larva maupun imago
M. sexmaculatus. Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh imago M.
sexmaculatus lebih cepat dibandingkan larva. Imago M. sexmaculatus memiliki
kemampuan memangsa A. craccivora lebih tinggi dibanding larva.

13


DAFTAR PUSTAKA

Agarwala BK, Bardhanroy P, Yasuda H, Takizawa T. 2001. Prey consumption
and oviposisi of the predator Menochilus sexmaculatus (Coleoptera:
Coccinellidae) in relation to prey density and adult size. J Environ Entomol.
30(6):1182-1187.
Bashir M, Ghafoor A, Ahmad Z. 2002. Response of cowpea germplasm to virus
infection. J Agricul [Internet]. [diunduh 2013 Sept 25]; 17(2):159-162.
Tersedia pada: http://www.cabi.org/GARA/default.aspx
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi sayuran hortikultura Indonesia
[Internet]. [diunduh 2013 Sept 20]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.
Darsono S. 1991. Biologi dan perkembangan populasi Aphis craccivora Koch.
(Homoptera: Aphididae) pada tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hagen KS, Bombosch S, dan McMurthym JA. 1989. Teori dan Praktek
Pengendalian Biologis. Mangoendihardjo S, penerjemah. Jakarta (ID): UI
Press. Terjemahan dari: Theory and Practice of Biological Control.
Haryanto E, Suhartini T, Rahayu E. 1999. Budidaya Kacang Panjang. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Hodek I, Honek A. 1996. Ecology of Coccinellidae. London (UK): Kluwer
Academic Publishers.
Holling CS. 1959. Some characteristics of simple types of predation and
parasitism. The Canadian Entomologist. 91:385-398. doi:10.4039.
Johan. 2011. Kelimpahan hama dan musuh alami serta pengaruh perlakuan
insektisida pada tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) fase generatif
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. van der Laan PA,
perevisi dan penerjemah. Jakarta (ID): PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.
Pervez A, Omkar. 2005. Functional responses of Coccinellid predators: An
Illustration of a logisticapproach. J Inst Scie [Internet]. [diunduh 2013 Agst
23]; 5:5. Tersedia pada: http://www. Insects science.org.
Putirama KD. 2012. Preferensi makan Menochilus sexmaculatus dan Micraspis
lineata (Thunberg) (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap kutukebul Bemisia
tabaci (Hemiptera: Aleyrodidae) dan kutudaun Myzus persicae (Hemiptera:
Aphididae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Radiyanto I, Rahayuningtias S, Widhiningtyas E. 2011. Kemampuan pemangsaan
Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap
Rhopalosiphum maidis Fitch (Homoptera: Aphididae). J Entomol. 8(1):1-7.
Semangun H. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia.
Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press.
Sharov A. 1996. Functional and numerical response [Internet]. [diunduh 2013 Mei
14]. Tersedia pada: http://www.entovt.edu/~sharovPopEcol/lec10/funcreso.
html.
Tarumingkeng RC. 1992. Dinamika Pertumbuhan Populasi Serangga. Bogor
(ID): IPB Press.

14


Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Wagiman FF. 1996. Numerical response and density-dependent relationship of
Menochilus sexmaculatus against Aphis gossypii. JPTI. 2(2):44-49.

15


LAMPIRAN

Lampiran 1 Pemangsaan larva M. sexmaculatus
Perlakuan Ulangan
20

40

60

Ket.

Waktu pengamatan (jam setelah perlakuan)
4
6
8
12
16
20
10
12
16
19
20
20
2
2
4
3
1
0

I

Pemangsaan
Pemangsaan/T

2
8
8

24
20
0

II

Pemangsaan
Pemangsaan/T

5
5

8
3

10
2

18
8

20
2

20
0

20
0

20
0

III

Pemangsaan
Pemangsaan/T

1
1

5
4

6
1

8
2

12
4

18
6

20
2

20
0

IV

Pemangsaan
Pemangsaan/T

9
9

10
1

11
1

13
2

17
4

20
3

20
0

20
0

V

Pemangsaan
Pemangsaan/T

5
5

6
1

8
2

8
0

10
2

12
2

15
3

17
2

I

Pemangsaan
Pemangsaan/T

8
8

10
2

12
2

14
2

16
2

26
10

28
2

34
6

II

Pemangsaan
Pemangsaan/T

6
6

9
3

12
3

12
3

12
3

16
4

18
2

21
3

III

Pemangsaan
Pemangsaan/T

8
8

8
0

10
2

12
2

14
2

16
2

18
2

21
3

IV

Pemangsaan
Pemangsaan/T

5
5

4
1

7
3

10
3

12
1

19
7

28
9

33
5

V

Pemangsaan
Pemangsaan/T

7
7

10
3

15
5

20
5

23
3

26
3

27
2

34
7

I

Pemangsaan 10
Pemangsaan/T 10

14
4

19
5

20
1

30
10

35
5

37
2

37
0

II

Pemangsaan 14
Pemangsaan/T 14

20
6

20
0

24
4

30
6

36
6

37
1

37
0

16


Lanjutan lampiran 1
Perlakuan Ulangan

80

2

Waktu pengamatan (jam setelah perlakuan)
4
6
8
12
16
20

24

III

Pemangsaan
Pemangsaan/T

6
6

8
2

10
2

17
7

20
3

23
3

30
2

36
6

IV

Pemangsaan
Pemangsaan/T

5
5

8
3

9
1

14
5

18
4

22
4

25
2

36
11

V

Pemangsaan
Pemangsaan/T

8
8

11
3

12
1

15
2

20
5

22
2

25
3

35
10

I

Pemangsaan
Pemangsaan/T
Pemangsaan
Pemangsaan/T

8
8
8
8

10
2
9
1

15
5
10
1

17
2
11
2

27
10
21
10

28
1
31
10

35
7
35
4

37
2
37
2

III

Pemangsaan
Pemangsaan/T

6
6

8
2

11
3

13
2

23
10

31
11

31
0

42
11

IV

Pemangsaan
Pemangsaan/T

3
3

10
7

19
9

24
5

29
5

32
3

35
2

38
3

V

Pemangsaan
Pemangsaan/T

6
6

9
3

9
0

14
5

16
2

18

35
17

45
10

I

Pemangsaan
Pemangsaan/T

9
9

12
3

17
5

23
6

33
10

43
10

45
2

53
8

II

Pemangsaan
Pemangsaan/T

8
8

12
4

17
5

24
7

44
20

55
11

63
8

71
8

III

Pemangsaan
Pemangsaan/T

9
9

12
3

17
5

23
6

42
19

48
6

59
11

64
5

IV

Pemangsaan
Pemangsaan/T

8
8

13
5

20
7

27
7

36
9

41
4

52
13

68
15

V

Pemangsaan
Pemangsaan/T

9
9

14
5

20
6

24
4

27
3

37
10

45
8

50
5

II

100

Ket.

17

Lampiran
2 Pemangsaan imago M. sexmaculatus

Perlakuan Ulangan
20

40

60

Ket.

Waktu pengamatan (jam setelah perlakuan)
4
6
8
12
16
20
8
9
10
17
20
20
1
1
1
7
3
0

I

Pemangsaan
Pemangsaan/T

2
7
7

24
20
0

II

Pemangsaan
Pemangsaan/T

7
7

8
1

12
4

14
2

20
6

20
0

20
0

20
0

III

Pemangsaan
Pemangsaan/T

5
5

6
1

8
2

15
7

17
2

20
3

20
0

20
0

IV

Pemangsaan
Pemangsaan/T

4
4

6
2

8
2

11
3

13
2

16
3

16
0

18
2

V

Pemangsaan
Pemangsaan/T

2
2

6
4

7
3

9
2

10
1

12
2

16
4

16
0

I

Pemangsaan
Pemangsaan/T

9
9

14
5

18
4

22
4

26
4

30
4

36
6

39
3

II

Pemangsaan
Pemangsaan/T

8
8

10
2

12
2

16
4

25
6

30
5

36
6

39
3

III

Pemangsaan
Pemangsaan/T

5
5

8
3

11
3

16
5

19
3

21
2

26
5

31
5

IV

Pemangsaan
Pemangsaan/T

7
7

10
3

11
1

14
3

20
6

30
10

34
4

38
4

V

Pemangsaan
Pemangsaan/T

9
9

14
5

19
5

26
7

32
6

36
4

36
4

36
4

I

Pemangsaan 10
Pemangsaan/T 10

16
6

20
4

26
6

35
9

39
4

42
3

58
7

II

Pemangsaan
Pemangsaan/T

8
8

18
10

26
8

29
3

36
7

45
8

51
6

57
8

III

Pemangsaan
Pemangsaan/T

7
7

13
4

15
3

16
1

19
3

22
3

30
8

44
14

18


Lanjutan lampiran 2
Perlakuan Ulangan
IV

80

100

Ket.

2
Pemangsaan 10
Pemangsaan/T 10

Waktu pengamatan (jam setelah perlakuan)
4
6
8
12
16
20
12
13
18
25
31
40
2
1
5
7
6
9

24
50
10

V

Pemangsaan
Pemangsaan/T

8
8

10
2

13
3

15
2

17
2

30
13

40
10

47
7

I

Pemangsaan 14
Pemangsaan/T 14

20
6

28
8

38
10

60
22

68
8

74
6

77
3

II

Pemangsaan 12
Pemangsaan/T 12

15
3

20
5

22
2

30
7

39
9

44
5

51
6

III

Pemangsaan 10
Pemangsaan/T 10

14
4

20
6

24
4

40
16

53
13

58
5

63
5

IV

Pemangsaan 12
Pemangsaan/T 12

13
1

15
2

16
1

28
12

36
8

41
5

48
7

V

Pemangsaan 10
Pemangsaan/T 10

16
6

16
0

20
4

38
18

50
12

57
7

62
5

I

Pemangsaan 13
Pemangsaan/T 13

18
5

24
5

29
5

46
12

61
15

64
3

76
12

II

Pemangsaan 10
Pemangsaan/T 10

13
3

23
10

30
7

38
8

51
13

56
5

62
6

III

Pemangsaan 10
Pemangsaan/T 10

10
0

12
2

13
1

24
11

35
9

38
3

62
24

IV

Pemangsaan 12
Pemangsaan/T 12

18
6

22
4

32
10

49
17

67
18

74
7

81
7

V

Pemangsaan 16
Pemangsaan/T 16

28
12

36
8

44
8

63
19

79
16

85
6

89
4

19


Lampiran 3 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh larva M. sexmaculatus
Ulangan

Mangsa ke-

I

1
2
3
4
5
6
7

Pencarian
(detik)
9
2
9
90
5
6
156

Penanganan
(detik)
226
200
762
906
454
2078
892

II

1
2
3
4
5
6
7
8
9

25
9
73
66
9
818
362
68
97

674
253
421
841
1345
313
435
407
1248

III

1
2
3
4
5
6

73
96
82
574
1284
188

789
579
907
666
385
153

IV

1
2
3
4
5
6

1841
357
69
365
113
743

361
398
445
938
501
1357

V

1
2
3
4
5
6

98
180
123
512
2219
1025

309
513
488
221
193
1466

20


Lampiran 4 Masa pencarian dan penanganan mangsa oleh Imago M. sexmaculatus
Ulangan
I

Mangsa ke1
2
3
4
5
6
7
8

Pencarian
(detik)
2
25
245
15
91
61
309
67

Penanganan
(detik)
301
801
425
149
458
666
183
215

II

1
2
3
4
5
6
7

8
6
97
314
422
149
131

512
547
324
484
104
625
564

III

1
2
3
4
5
6

75
124
139
552
882
1234

146
185
1447
138
882
418

IV

1
2
3
4
5

90
73
333
117
2167

474
682
2373
304
325

V

1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
17
266
33
1173
11
9
429
69

232
904
439
604
243
275
201
300
625

21


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Maret 1991 dari ayah Khristiono
Hadi dan ibu Rachma Yuliani. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara.
Penulis lulus dari SMA Negeri 6 Bogor pada tahun 2009. Tahun yang sama
penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor melalu jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif di Himpunan mahasiswa Proteksi
Tanaman (HIMASITA) sebagai staf PSDM tahun 2011/2012. Selain aktif di
kegiatan kemahasiswaan, penulis juga sempat menjadi asisten praktikum
Pengendalian Hayati dan Pengelolaan habitat tahun ajaran 2012/2013.