Perkembangan Populasi Kutudaun Aphis Craccivora Koch Dan Predatornya Pada Pertanaman Kacang Panjang

PERKEMBANGAN POPULASI KUTUDAUN Aphis craccivora
Koch (HEMIPTERA: APHIDIDAE) DAN PREDATORNYA
PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG

KURNIATUS ZIYADAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perkembangan Populasi
Kutudaun Aphis craccivora Koch (Hemiptera: Aphididae) dan Predatornya pada
Pertanaman Kacang Panjang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016
Kurniatus Ziyadah
NIM A351120051

RINGKASAN
KURNIATUS ZIYADAH. Perkembangan Populasi Kutudaun Aphis craccivora
Koch (Hemiptera: Aphididae) dan Predatornya pada Pertanaman Kacang Panjang.
Dibimbing oleh I WAYAN WINASA dan PUDJIANTO.
Kutudaun, Aphis craccivora Koch, merupakan hama utama pada
pertanaman kacang panjang (Vigna unguiculata subsp. sesquipedalis L.) di
Indonesia. Serangga predator berperan penting dalam pengaturan populasi A.
craccivora secara alami. Namun dalam praktek budidaya kacang panjang petani
sering melakukan pengendalian menggunakan insektisida yang dapat berpengaruh
terhadap musuh alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
populasi kutudaun A. craccivora dan predatornya pada pertanaman kacang
panjang tanpa perlakuan insektisida dan dengan perlakuan insektisida, serta
potensi predator sebagai agens pengendali kutudaun pada tanaman kacang
panjang.

Penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama dilakukan di lahan
pertanaman kacang panjang. Percobaan dilakukan dengan dua perlakuan (dengan
dan tanpa aplikasi insektisida) dengan 10 ulangan yang disusun dalam rancangan
acak kelompok. Insektisida yang digunakan adalah lambda sihalotrin, dan
diaplikasikan 5 kali ketika tanaman kacang panjang berumur 44, 51, 56, 62, dan
68 hari setelah tanam (HST). Percobaan kedua dan ketiga dilakukan di rumah
kaca. Percobaan kedua disusun dalam rancangan acak lengkap yang terdiri dari
lima perlakuan dengan enam ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu infestasi
kutudaun pada umur tanaman 10, 13, 16, 19 HST, dan tanpa infestasi kutudaun
(kontrol). Percobaan ketiga menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri
dari empat perlakuan dengan enam ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu
pelepasan predator M. sexmaculatus (Coleoptera: Coccinellidae) setelah 3, 7, 14
hari tanaman diinfestasi A. craccivora, dan tanpa pelepasan predator (kontrol).
Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa kutudaun A. craccivora
mulai ditemukan pada umur tanaman kacang panjang 7 HST. Pada perlakuan
tanpa aplikasi insektisida, populasi kutudaun tertinggi terjadi pada umur tanaman
49 HST. Pada perlakuan aplikasi insektisida populasi kutudaun menurun drastis
setelah dilakukan penyemprotan. Musuh alami yang dominan ditemukan adalah
predator yaitu Coccinellidae 65.80% dan Syrphidae 11.73%. Kedatangan predator
di pertanaman kacang panjang lebih lambat dibandingkan serangan kutudaun.

Kelimpahan predator dipengaruhi oleh keberadaan kutudaun. Perlakuan
insektisida mampu menekan populasi kutudaun tetapi juga menyebabkan
kematian predatornya.
Populasi kutudaun tertinggi pada tanaman yang diinfestasi satu ekor
kutudaun pada umur 10, 13, dan 16 HST terjadi 15 hari setelah infestasi.
Sedangkan pada tanaman yang diinfestasi umur 19 HST, populasi kutudaun
tertinggi terjadi setelah 18 hari dilakukan infestasi. Semakin cepat tanaman
kacang panjang terinfestasi kutudaun menyebabkan semakin cepat terjadinya
kerusakan tanaman akibat tingginya populasi kutudaun. Infestasi kutudaun pada
tanaman kacang panjang umur 10, 13, 16 dan 19 HST menyebabkan kematian
tanaman.

ii
Pelepasan predator pada 3 hari setelah infestasi kutudaun dan 6 hari setelah
infestasi kutudaun, predator mampu secara langsung menekan kutudaun sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan polong. Sedangkan
pelepasan predator pada 14 hari setelah infestasi kutudaun, predator
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menekan kutudaun karena
populasinya yang tinggi. Dalam hal ini predator mampu menekan kutudaun tetapi
tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik karena serangan berat kutudaun.

Secara umum predator M. sexmaculatus berpotensi dijadikan sebagai agens
pengendali kutudaun. Untuk penerapannya masih diperlukan banyak penelitian
khususnya mengenai teknik pembiakan massal dan teknik aplikasinya di
lapangan.
Kata kunci: Aphis craccivora, insektisida, populasi, predator, kacang panjang

SUMMARY
KURNIATUS ZIYADAH. Population Development of Aphis craccivora Koch
(Hemiptera: Aphididae) and Its Predators on Yard-long Bean Field. Supervised by
I WAYAN WINASA and PUDJIANTO.
Aphis craccivora Koch is a major pest of yard-long bean (Vigna unguiculata
subsp. sesquipedalis L.) in Indonesia. Farmers commonly use chemical pesticides
to control A. craccivora and other pests of yard-long bean. Application of
pesticides can affect the natural enemies of A. craccivora including predators that
usually hold an important role in controlling A. craccivora population naturally.
This research was aimed to study the population development of A. craccivora
and its predator on yard-long bean fields treated and not treated with insecticide,
and the potency of predators as a biological control agents of aphids on yard-long
bean.
The research consisted of three experiments. The first experiment was

conducted on yard-long bean fields, and consisted of two treatments (with and
without insecticide applications) with 10 replications arranged in randomized
complete block design. Insecticide used in the experiment was lambda
cyhalothrin, and was applied at 44, 51, 56, 62, and 68 days after planting (DAP).
The second experiment was arranged in a completely randomized design that
consisted of five treatments with six replications. The treatments were the
infestation of aphids to yard-long bean plants (one alata aphid per plant) at the age
of 10, 13, 16, 19 days after planting (DAP) and without infestation of aphids
(control). The third experiment was using completely randomized design that
consisted of four treatments with six replications. The treatments were the release
of predators of M. sexmaculatus (Coleoptera: Coccinellidae) at 3, 7, 14 DAI of A.
craccivora, and without release of the predator (control).
The results of the field experiment showed that infestation of A. craccivora
on yard-long bean plant was started at 7 DAP. In the yard-long bean plots without
insecticide application, A. craccivora population reached the peak when the plant
was 49 DAP. In the plots treated with insecticides, A. craccivora population was
droped soon after insecticide applications. The dominant natural enemies found on
yard-long bean fields were predators, i.e. Coccinellidae (63.92%) and Syrphidae
(11.39%). The arrival of predators on yard-long bean followed the A. craccivora
infestation. The abundance of predators was influenced by the presence of A.

craccivora. Insecticide applications suppressed the population of A. craccivora,
but also killed the predators.
The population peak of aphids on yard-long bean plant infested with one
alata aphid at 10, 13, and 16 DAP occurred 15 days after aphid infestation (DAI).
On the yard-long bean plants infested at 19 DAP, aphid population reached the
peak 18 DAI. The faster the yard-long bean plant was infested, the faster the plant
damage occurred due to the high aphid population. Infestation of aphids on yardlong bean plant at 10, 13, 16, and 19 DAP caused plant death.
The release of predators at 3 and 6 DAI of aphids was able to suppress
directly the population of A. craccivora, so the yard-long bean plant grew well
and produced pods. When the predator was released at 14 DAI of aphids, it took
longer to suppress aphid population. In this case, the predator finally was able to

iv
suppress the aphid population, but the yard-long bean plant could not grow well
due to heavy aphid infestation.
In general, the predator, M. sexmaculatus, could potentially be used as a
biological control agent of aphids, however more researches are still needed, such
as in aspect of its mass rearing and its application technique.
Keywords: Aphis craccivora, insecticides, populations, predators, yard-long
beanA351120051


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERKEMBANGAN POPULASI KUTUDAUN Aphis craccivora
Koch (HEMIPTERA: APHIDIDAE) DAN PREDATORNYA
PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG

KURNIATUS ZIYADAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains

pada
Program Studi Entomologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Teguh Santoso, DEA

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah hama dan musuh
alaminya, dengan judul Perkembangan Populasi Kutudaun Aphis craccivora Koch
(Hemiptera: Aphididae) dan Predatornya pada Pertanaman Kacang Panjang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir I Wayan Winasa, MS dan
Bapak Dr Ir Pudjianto, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Teguh
Santoso, DEA dan Bapak Dr Ir Idham Sakti Harahap, MSi yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Boni selaku pemilik lahan kacang panjang, Bapak Milin beserta staff University

Farm IPB, Bapak Saefudin selaku penanggung jawab rumah kaca Proteksi
Tanaman IPB, Bapak Wawan, Ibu Sulaeha Thamrin, Ruth Marta Winnie, Dede
Suryadi, Ichsan Luqmana Putra, Sri Widayanti, Aldilla Nadzir, Mahardika
Puspitasari, Nenen, Leli Kurniasari, Tatit Sastrini, Indah, Tita, Widya, Rini, Nisa,
Nuvi, Alim, Galuh Ajeng, Desi Wulansari, Maya Rianasari, Rofi’ul Hidayah,
Ana, Riya, dan Yani yang telah membantu selama penelitian, memberikan saran,
dan motivasi selama penulisan tesis ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda alm.
Surodiyono, ibunda Nurhayati, Lusiana Nuriati, Muhammad Nur Kholis, Ahmad
Lutfi, Afrel Raditya Alfi, Afbi Adiwitya Alfi, serta seluruh keluarga dan temanteman penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016
Kurniatus Ziyadah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi


DAFTAR GAMBAR

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Panjang (Vigna unguiculata subsp. sesquipedalis L.)
Kutudaun Aphis craccivora Koch
Predator Kutudaun


3
3
4
6

METODE
Tempat dan Waktu
Bahan
Alat
Prosedur Penelitian
Percobaan 1: Perkembangan Populasi A. craccivora dan
Predatornya pada Pertanaman Kacang Panjang
Percobaan II: Pengaruh Waktu Infestasi A. craccivora terhadap
Perkembangan Populasinya dan Pertumbuhan Tanaman Kacang
Panjang
Percobaan III: Pengaruh Waktu Pelepasan Predator
M. sexmaculatus terhadap Perkembangan Populasi
A. craccivora pada Pertanaman Kacang Panjang
Analisis Data

8
8
8
8
8
8

9

10
10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Populasi A. craccivora dan Predatornya pada
Pertanaman Kacang Panjang
Pengaruh Waktu Infestasi A. craccivora terhadap Perkembangan
Populasinya dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Panjang
Pengaruh Waktu Pelepasan Predator M. sexmaculatus terhadap
Perkembangan Populasi A. craccivora pada Tanaman Kacang
Panjang
Pembahasan Umum

11
11

22

KESIMPULAN

30

DAFTAR PUSTAKA

31

RIWAYAT HIDUP

35

24
27

DAFTAR TABEL
1
2
3

4
5

Rataan populasi kutudaun A. craccivora pada pertanaman kacang
panjang
Rataan populasi larva dan imago Coccinellidae pada pertanaman
kacang panjang tanpa aplikasi insektisida dan aplikasi insektisida
Kekuatan hubungan (koefisien korelasi) antara kutudaun dan
predatornya (Coccinellidae dan Syrphidae) pada pertanaman kacang
panjang
Bobot dan jumlah polong kacang panjang pada perlakuan aplikasi
insektisida dan tanpa aplikasi insektisida
Pengaruh waktu pelepasan predator M. sexmaculatus terhadap bobot
dan jumlah polong kacang panjang

11
17

20
22
27

DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan populasi A. craccivora pada setiap pengamatan (umur
tanaman). Tanda panah = waktu aplikasi insektisida
2 Proporsi predator yang berasosiasi dengan A. craccivora pada
pertanaman kacang panjang
3 Proporsi spesies predator Coccinellidae yang ditemukan pada
pertanaman kacang panjang
4 Fase perkembangan predator Coccinellidae dan berbagai jenis imago
yang ditemukan pada pertanaman kacang panjang. Telur (a), larva
(b), pupa (c), imago M. sexmaculatus (d), imago V. lineata (e), imago
V. afflicta (f), dan imago C. inaequalis (g)
5 Fase perkembangan predator Syrphidae yang ditemukan pada
pertanaman kacang panjang. Telur (a), larva (b), dan imago I.
scutellaris (c)
6 Predator dari Ordo Neuroptera yang ditemukan pada pertanaman
kacang panjang. Larva Hemerobiidae (a) dan imago Chrysopidae (b)
7 Laba-laba yang ditemukan pada pertanaman kacang panjang.
Phidippus sp. (a) dan O. javanus (b)
8 Perkembangan populasi predator Coccinellidae pada setiap
pengamatan (umur tanaman). Tanda panah = waktu aplikasi
insektisida
9 Perkembangan populasi telur, larva, pupa, dan imago Coccinellidae
pada pertanaman kacang panjang pada petak tanpa aplikasi dan
aplikasi insektisida. Tanda panah = waktu aplikasi insektisida
10 Perkembangan populasi predator I. scutellaris (Syrphidae) pada
pertanaman kacang panjang. Tanda panah = waktu aplikasi
insektisida
11 Perkembangan populasi kutudaun dan predatornya pada perlakuan
tanpa aplikasi insektisida pada pertanaman kacang panjang
12 Perkembangan populasi kutudaun dan predatornya pada perlakuan
aplikasi insektisida pada pertanaman kacang panjang. Tanda panah =

12
13
13

14

15
15
16

17

18

19
20

xii
waktu aplikasi insektisida
13 Pengaruh waktu infestasi A. craccivora terhadap perkembangan
populasinya pada tanaman kacang panjang
Pengaruh
waktu infestasi A. craccivora terhadap pertumbuhan tanaman
14
kacang panjang
15 Perkembangan populasi kutudaun A. craccivora pada perlakuan
tanpa pelepasan M. sexmaculatus (a), pelepasan M. sexmaculatus
setelah 3 hari infestasi (b), pelepasan M. sexmaculatus setelah 7 hari
infestasi (c), dan pelepasan M. sexmaculatus setelah 14 hari infestasi
(d)

21
23
24

26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang panjang (Vigna unguiculata subsp. sesquipedalis L.) merupakan
jenis tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Kacang panjang
merupakan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Produksi kacang panjang di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014 berturut-turut
adalah 489 449, 458 307, 455 615, 450 859, dan 450 727 ton per tahun (BPS
2015). Data tersebut menunjukkan bahwa produksi kacang panjang mengalami
penurunan setiap tahun. Penurunan produksi kacang panjang dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti musim, serangan hama, dan penyakit. Salah satu
hama yang sering menyerang tanaman kacang panjang adalah kutudaun Aphis
craccivora Koch (Hemiptera: Aphididae) (Oyewale & Bamaiyi 2013).
Kutudaun A. craccivora merupakan hama yang dapat menyerang berbagai
jenis tanaman inang (polifag). Kutudaun ini dapat menyerang 50 jenis tanaman
dalam 19 famili tanaman yang berbeda, di antaranya Fabaceae (sebagian besar),
Malvaceae, Asteraceae, dan Orchidaceae (Blackman & Eastop 2007). Menurut
Bramantyo (2013), A. craccivora banyak ditemukan pada tanaman kacang
panjang. Selain menyerang tanaman kacang panjang A. craccivora juga diketahui
menyerang tanaman pangan seperti kacang tanah (Rahmah 2013). A. craccivora
merusak tanaman kacang panjang dengan cara menusuk dan menghisap bagian
daun, batang, bunga, dan polong (Morrill 1995; Annan et al. 2000).
Serangan kutudaun dapat menimbulkan kerusakan secara langsung dan tidak
langsung. Kerusakan secara langsung terjadi karena kutudaun menghisap cairan
tanaman sehingga dapat berpengaruh terhadap perubahan fisiologis tanaman
seperti kelayuan, perubahan bentuk daun, gugur daun, dan kematian tanaman
(Darsono 1991). Kerusakan secara tidak langsung, yaitu sebagai vektor penyakit
tanaman (Brault et al. 2010). Menurut Kalshoven (1981), kutudaun berperan
penting dalam menularkan virus baik secara persisten maupun non-persisten.
Kerugian yang ditimbulkan oleh kutudaun sebagai hama berkisar 6-25%,
sedangkan sebagai vektor dapat mencapai lebih dari 80% (Miles 1987).
Pengendalian kutudaun yang sering dilakukan oleh petani adalah
menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida kimia tanpa didasari
pengetahuan bioekologi hama dan teknik aplikasi yang benar dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif, seperti terbunuhnya serangga berguna, timbulnya hama
resisten, terjadinya resurjensi hama, dan munculnya hama sekunder (Cho et al.
1997; Kraiss & Cullen 2008). Penggunaan insektisida berbahan aktif metidation
dan deltametrin dilaporkan berhasil menekan populasi kutudaun pada tanaman
kacang panjang, namun juga menyebabkan kematian predatornya (Situmorang
2003).
Dalam praktik pengendalian hama terpadu, musuh alami seperti serangga
predator dapat dimanfaatkan sebagai salah satu agens pengendali populasi hama
di pertanaman (Oka 2005). Predator memiliki peranan penting dalam menekan
populasi serangga hama. Predator dapat membunuh mangsa dalam jumlah yang
banyak dengan cepat dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada
ekosistem ephemeral (Wiedenmann & Smith 1997; Wissinger 1997). Keefektifan

2
predator dalam mengendalikan populasi hama dapat diukur dari daya
pemangsaannya (Roger 1999). Daya pemangsaan oleh predator kemudian dapat
digunakan untuk mengukur atau menilai kemampuan predator dalam mengatur
keseimbangan populasi mangsa. Hasil penelitian Winasa et al. (2007)
menyebutkan bahwa pelepasan predator Paederus fuscipes Curtis (Staphylinidae:
Coleoptera) pada tanaman kedelai fase vegetatif dan generatif mampu menekan
populasi telur dan larva Helicoverpa armigera Hubner (Noctuidae: Lepidoptera).
Dalam beberapa hal, keberadaan predator saja tidak cukup untuk menekan
populasi hama di pertanaman, sehingga perlu ada intervensi dengan cara
pengendalian lain yang dapat menekan populasi hama dengan cepat. Pemahaman
tentang peran predator di ekosistem pertanian dan faktor-faktor yang
memengaruhi perkembangannya perlu dipahami dengan baik karena akan
bermanfaat dalam menentukan strategi pengendalian hama dengan tepat.
Besarnya peranan A. craccivora dalam menyebabkan kerusakan pada
tanaman mengakibatkan perlunya penelitian yang berkaitan dengan
perkembangan kutudaun dan predatornya. Kerusakan yang ditimbulkan sangat
terkait dengan kelimpahan populasi kutudaun dan predatornya. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian tentang perkembangan kutudaun A. craccivora dan
pengaruhnya terhadap keberadaan predator pada pertanaman kacang panjang. Hal
ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan pengendalian
yang cepat, tepat sasaran, dan ekonomis.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perkembangan populasi kutudaun A. craccivora dalam kaitannya
dengan perkembangan predator, serta pengaruh perlakuan insektisida.
2. Mempelajari perkembangan populasi kutudaun A. craccivora pada umur
tanaman yang berbeda.
3. Mengetahui potensi pemangsaan predator Menochilus sexmaculatus terhadap
kutudaun A. craccivora pada tanaman kacang panjang.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
perkembangan populasi kutudaun A. craccivora dan predatornya pada tanaman
kacang panjang, sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk menyusun strategi
pengendalian hama secara tepat.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Panjang (Vigna unguiculata subsp. sesquipedalis L.)
Klasifikasi dan Botani
Tanaman kacang panjang sudah lama dibudidayakan di Indonesia tetapi
bukan tanaman asli Indonesia. Menurut Siemonsma dan Piluek (1993), tanaman
kacang panjang kemungkinan berasal dari daerah Cina bagian selatan kemudian
menyebar penanamannya hingga ke Indonesia. Susunan klasifikasi kacang
panjang adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Vigna
Spesies
: Vigna unguiculata subsp. sesquipedalis [Linnaeus, 1970]
Kacang panjang merupakan tanaman perdu semusim. Memiliki daun
majemuk yang tersusun sebanyak tiga helai (trifoliate). Kacang panjang memiliki
bunga sempurna yang penyerbukannya bersifat menyerbuk sendiri (self
pollination). Penyerbukan dengan serangga dapat terjadi dengan kemungkinan
10%. Bunga kacang panjang berbentuk seperti kupu-kupu dengan warna putih,
biru atau ungu. Kelopak bunga (calyx) terdiri dari lima lembar tetapi menyatu
seolah-olah memiliki satu kelopak bunga. Mahkota bunga (corolla) terdiri dari
lima helai, satu helai berada di tengah membentuk seperti lidah (ligula), dua
lembar saling menutupi dan dua lembar lagi bersatu saling menutupi. Bunga
kacang panjang dapat menyerbuk sendiri. Putik terdiri dari satu helai dan benang
sari sepuluh helai (sembilan helai bagian bawahnya menyatu dan satu helai
terpisah). Tangkai bunga keluar dari ketiak daun. Setiap tangkai bunga
mempunyai 3-5 bunga dan dapat menjadi buah sebanyak 3-5 polong (Soedomo
1998).
Buah kacang panjang berbentuk polong, bulat panjang, dan ramping.
Panjang polong sekitar 10-80 cm dan warna polong hijau muda sampai hijau
keputihan. Polong yang masih muda bersifat renyah dan mudah patah (William et
al. 1993). Dalam satu polong berisi 8-20 biji, untuk benih dapat dipanen setelah
polong kering. Biji kacang panjang sangat bervariasi baik dalam warna, bentuk,
dan ukuran. Warna biji ada yang halus sampai berbintik-bintik (Rubatzky &
Yamaguchi 1997).
Syarat Tumbuh
Kacang panjang dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi
dengan ketinggian antara 0-1500 m dpl. Kacang panjang biasanya digolongkan
sebagai sayuran dataran rendah karena banyak dibudidayakan di dataran rendah
pada ketinggian kurang dari 600 m dpl. Temperatur harian yang sesuai untuk
tanaman kacang panjang sekitar 18-32°C dengan suhu optimum 25°C. Kacang
panjang dapat ditanam sepanjang musim, baik musim kemarau maupun musim
hujan. Tanaman kacang panjang membutuhkan banyak sinar matahari. Oleh

4
karena itu, produksi di lahan terbuka lebih tinggi dibandingkan lahan yang
dinaungi (Soedomo 1998).
Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman kacang panjang adalah tanah
bertekstur liat berpasir dengan derajat keasaman (pH optimal) yang dibutuhkan
sekitar 5.6-6.5. Tanah yang terlalu asam (pH

Dokumen yang terkait

Biologi dan Perkembangan Populasi Aphis craccivora Koch. (Homoptera Aphididae) pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

0 8 72

Pengaruh Kitosan Terhadap Biologi Aphis Craccivora Koch., Vektor Bean Common Mosaic Virus Pada Tanaman Kacang Panjang

2 12 70

Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae), Predator dan Hasil Panen pada Pertanaman Kacang Panjang

0 15 42

Penyakit Mosaik Kuning Kacang Panjang: Respons Varietas Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) dan Efisiensi Penularan melalui Kutudaun (Aphis craccivora Koch.)

0 4 84

Keefektifan Kitosan terhadap Penekanan Infeksi Bean common mosaic virus dan Vektornya, Aphis craccivora Koch., pada Tanaman Kacang Panjang

1 7 106

Potensi pemangsaan menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera : Coccinellidae) terahadap Aphis craccivora Koch (Hemiptera : Aphididae) pada kacang panjang

0 5 31

Dampak Aplikasi Pgpr Pada Kacang Panjang Terhadap Biologi Dan Statistik Demografi Aphis Craccivora Koch (Hemiptera: Aphididae).

0 11 49

Pengendalian Aphis craccivora Koch. dengan kitosan dan pengaruhnya terhadap penularan Bean common mosaic virus strain Black eye cowpea (BCMV-BlC) pada kacang panjang

0 0 9

Efektivitas Pestisida Nabati Ekstrak Tanaman Mimba (Azadirachta indica A.Juss) Terhadap Mortalitas Kutudaun Aphis craccivora. Koch (Hemiptera: Aphididae) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 19

Efektivitas Pestisida Nabati Ekstrak Tanaman Mimba (Azadirachta indica A.Juss) Terhadap Mortalitas Kutudaun Aphis craccivora. Koch (Hemiptera: Aphididae) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 1 8