Perilaku dan Aspek Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville 1822) Remaja Pada Kandang dan Jenis Pakan yang Berbeda

PERILAKU DAN ASPEK PAKAN RUSA TIMOR (Rusa
timorensis Blainville 1822) REMAJA PADA KANDANG
DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

MUHAMMAD ZIA UL HAQ

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku dan Aspek
Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville 1822) Remaja Pada Kandang dan
Jenis Pakan yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Muhammad Zia Ul Haq
NIM D14070252

ABSTRAK
MUHAMMAD ZIA UL HAQ. Perilaku dan Aspek Pakan Rusa Timor (Rusa
timorensis Blainville 1822) Remaja Pada Kandang dan Jenis Pakan yang Berbeda.
Dibimbing oleh M. YAMIN dan PUJO SETIO.
Upaya peningkatan produktivitas penangkaran rusa timor (Rusa
timorensis) dapat dilakukan melalui perbaikan manajemen pakan dan
pemeliharaan yang disesuaikan dengan perilaku rusa. Penelitian ini bertujuan
mempelajari aspek pakan dan perilaku harian rusa timor pada kelompok umur
remaja (12-24 bulan) di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga, Bogor. Pada
penelitian ini, rusa diberi pakan hijauan pilihan (rumput hanjeli, rumput gajah,
rumput sulanjana dan gewor) dan rumput lapang. Pada kandang individu, nilai
preferensi tertinggi adalah rumput gajah dan nilai palatabilitas tertinggi adalah
rumput sulanjana. Hal sebaliknya terjadi pada kandang kelompok. Rataan
konsumsi harian pakan segar dan bahan kering, pertambahan bobot badan rusa

dan efisiensi pakan lebih tinggi bila diberikan pakan hijauan pilihan yaitu
4.87±0.51 kg/individu, 0.73±0.07 kg/individu, 0.15±0.05 kg/individu dan 22.59%.
Rataan koefisien cerna pakan rusa timor adalah BK 52.95±6.90%, lemak kasar
30.87±26.00%, protein kasar 49.68±2.76%, serat kasar 56.49±6.48%, dan BETN
59.21±8.40%. Perilaku harian rusa timor pada kandang individu didominasi oleh
makan, ruminasi, lokomosi dan istirahat. Kesimpulan penelitian ini bahwa untuk
meningkatkan produktivitas rusa sebaiknya ternak dipelihara pada kandang
individu.
Kata kunci: pakan, perilaku, penangkaran, rusa timor

ABSTRACT
MUHAMMAD ZIA UL HAQ. Behavior and Feeding Aspects of Adolescent Java
Deer (Rusa timorensis Blainville, 1822) On Different Cages and Kind of Feeding.
Supervised by M. YAMIN and PUJO SETIO.
Efforts to improve the productivity of java deer (Rusa timorensis) can be
done through improvements in the feed management and maintenance customized
with deer behavior. This research aims to study the aspects of feed and daily
behavior of java deer in adolescent age group (12-24 months) in captive breeding
of Hutan Penelitian Dramaga, Bogor. In this study, deer were fed selective forage
(Coix lacryma-jobi Lour, Pennisetum purpureum Schum, Hierochloe horsfieldii

Maxim, and Commelina benghalensis L) and field grass. Result show on
individual cages, the highest feed preference value was Pennisetum purpureum
Schum and the highest feed palatability value was Hierochloe horsfieldii Maxim.
The opposite result occured in the collective cage. On feeding selective forage, the
average daily consumption of fresh and dry matter of feed, daily gain and feed
efficiency deer were 4.87± 0.51 kg/head/day, 0.73±0.07 kg/head/day, 0.15±0.05
kg/head/day and 22.59%. Averaged digestibility coefficients of feed of java deer
was 52.95±6.90% of dry matter, 30.87±26.00% of crude fat, 49.68±2.76%of
crude protein, 56.49±6.48% of crude fiber, and 59.21±8.40% of N-free extractive.

Daily behavior of java deer in individual cages were dominated by eating,
rumination, movement and resting. In conclusion, to increase production that
deers is better to be raised on individual cages.
Keywords: behavior, captive breeding, feeding, java deer

PERILAKU DAN ASPEK PAKAN RUSA TIMOR (Rusa
timorensis Blainville 1822) REMAJA PADA KANDANG
DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

MUHAMMAD ZIA UL HAQ


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Perilaku dan Aspek Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville
1822) Remaja Pada Kandang dan Jenis Pakan yang Berbeda
: Muhammad Zia Ul Haq
Nama
: D14070252
NIM

Disetujui oleh


5etio,MSi

c-



G M

Dr Ir M Yamin, MAgrSc
Pembimbing I

Pembimbing II

J

Ketua Departemen

ggal Lulus:


o

liS 2013'

Judul Skripsi : Perilaku dan Aspek Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville
1822) Remaja Pada Kandang dan Jenis Pakan yang Berbeda
Nama
: Muhammad Zia Ul Haq
NIM
: D14070252

Disetujui oleh

Dr Ir M Yamin, MAgrSc
Pembimbing I

Drh Pujo Setio, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Perilaku dan Aspek Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville 1822)
Remaja Pada Kandang dan Jenis Pakan yang Berbeda.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Ir. M. Yamin, M.Agr.Sc.
dan Bapak Drh. Pujo Setio, M.Si. sebagai pembimbing penelitian. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah membantu selama penelitian,
khususnya rekan-rekan di Penangkaran HP Dramaga, Bogor. Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai aspek pakan
dan tingkah laku rusa timor. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan
sebagai dasar untuk mengembangkan strategi baru dalam optimalisasi manajemen
pemberian pakan sehingga dapat menunjang efesiensi budidaya rusa.


Bogor, Agustus 2013
Muhammad Zia Ul Haq

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Aspek Pakan
Kandungan Gizi Bahan Pakan

Preferensi dan Palatabilitas Pakan
Tingkat Konsumsi Pakan dan Pertambahan Bobot Badan
Kecernaan Bahan Pakan
Total Digestible Nutrient (TDN) dan Digestible Energy (DE)
Perilaku Rusa Timor
Perilaku Makan
Perilaku Non Makan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
ix
ix
1
1
1

1
2
2
2
2
3
5
5
5
5
6
8
10
11
11
12
13
14
14
15

15
17
18

DAFTAR TABEL
1 Identitas individu rusa timor sebagai materi penelitian di penangkaran
HP Dramaga, Bogor
2 Analisis proksimat kandungan zat gizi bahan pakan
3 Persentase preferensi rusa timor terhadap pakan hijauan pilihan pada
kandang individu dan kelompok di penangkaran HP Dramaga
4 Persentase palatabilitas pakan rusa timor pada kandang individu dan
kelompok di penangkaran HP Dramaga
5 Rataan tingkat konsumsi pakan rusa timor (Rusa timorensis) pada
kandang individu di penangkaran HP Dramaga
6 Rataan jumlah konsumsi pakan segar berdasarkan jenis pakan dan
waktu pemberian pada kandang individu di penangkaran HP Dramaga
7 Koefisien cerna pakan pilihan rusa timor pada kandang individu di
penangkaran HP Dramaga
8 Gross energy (GE), total digestible nutrient (TDN) dan digestible
energy (DE) pakan rusa timor pada kandang individu di penangkaran
HP Dramaga
9 Persentase perilaku harian rusa timor pada kondisi habitat yang berbeda

2
6
7
7
8
10
10

11
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Lokasi hutan penelitian (HP) dramaga, Bogor
Grafik kecenderungan pemilihan pakan rusa timor pada pagi hari
Grafik kecenderungan pemilihan pakan rusa timor pada sore hari
Persentase perilaku harian rusa timor (Rusa timorensis) selama hari
terang di penangkaran HP dramaga, Bogor
5 Grafik hubungan antara perilaku makan dan ruminasi rusa timor pada
kandang individu

5
7
8
11
13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan jenis satwa liar
yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Namun demikian, pemanfaatannya
masih dapat dilakukan terutama dari hasil penangkaran sesuai PP No. 8 Tahun
1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Pemanfaatan rusa
timor dilakukan karena nilai ekonomis hasil penangkaran, antara lain berupa
daging, ranggah, velvet, kulit, dan hewan hidupnya. Jenis satwa liar ini juga
berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber daya genetik (SDG) ternak dan
sumber protein hewani alternatif. Peluang rusa sebagai satwa harapan dan prospek
pemuliaan untuk ternak dapat dilakukan dengan mengacu kepada Undang-Undang
(UU) No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta PP No.
48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak.
Optimalisasi penangkaran rusa timor di Indonesia dapat dilakukan melalui
penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) penangkaran.
Oleh sebab itu, inovasi dalam sistem pemeliharaan rusa yang berbasis peternakan
perlu dilakukan agar rusa dapat dibudidayakan secara efektif dan tinggi
produktivitasnya. Upaya peningkatan produktivitas penangkaran yang dapat
dilakukan antara lain perbaikan manajemen pakan dan pemeliharaan sesuai
dengan perilaku rusa timor.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari perilaku dan aspek pakan rusa timor
kelompok umur remaja (12-24 bulan) pada kandang dan jenis pakan yang berbeda
di penangkaran rusa Hutan Penelitian (HP) Dramaga, Bogor.
Ruang Lingkup Penelitian
Hal penting dalam pencapaian efektivitas dan produktivitas hasil
penangkaran rusa timor antara lain pengelolaan pakan dan perilaku yang
disesuaikan dengan sifat rusa dan pola pemeliharaan dalam kandang. Pengelolaan
pakan terkait dengan perilaku rusa timor karena sifatnya sebagai satwa liar yang
berbeda dengan jenis ternak pada umumnya. Ruang lingkup penelitian ini yaitu
bagaimana pengelolaan pakan dan perilaku rusa timor di penangkaran dilakukan
agar dapat meningkat produktivitasnya. Oleh sebab itu, beberapa pertanyaan
yang harus dijawab antara lain terkait aspek pakan (jenis dan nilai gizi, preferensi
dan palatabilitas, volume konsumsi dan kecernaan bahan pakan), perilaku harian
dan pola pemeliharaan dalam kandang yang dapat meningkatkan pertumbuhan.

2

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama tiga bulan (Januari-April 2012). Metode
penelitian berupa percobaan lapangan (kandang penangkaran) di Penangkaran
Rusa Timor Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, dan pengujian sampel pakan serta
feses (analisa proksimat) di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU), Institut
Pertanian Bogor. Metode pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif, dengan analisis data deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa data
primer hasil pengamatan dan pengukuran, serta data sekunder tentang informasi
materi penelitian dan kondisi umum penangkaran.
Bahan
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah empat individu rusa timor
(Rusa timorensis Blainville 1822) kelompok umur remaja (12-24 bulan) dengan
identitas ditunjukan Tabel 1. Kandang pelihara yang digunakan adalah empat unit
kandang individu dengan luas 3 m2/unit dan satu unit kandang kelompok dengan
luas 12 m2.
Pakan hijauan pilihan pada perlakuan yang diberikan adalah rumput hanjeli
(Coix lacryma-jobi Lour), rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum), rumput
sulanjana (Hierochloe horsfieldii Maxim), dan gewor (Commelina benghalensis
L.), sedangkan pakan yang digunakan sebagai pembanding adalah rumput lapang
HP Dramaga yang biasa diberikan pada rusa.
Tabel 1 Identitas individu rusa timor sebagai materi penelitian di penangkaran
HP Dramaga, Bogor
Individu Rusa
(No. Tag)

Jenis
Kelamin

Tanggal
Lahir

41
38
28
34






10-12-2010
23-12-2010
20-12-2010
30-01-2011

Umur awal
Penelitian
(bulan)
13
13
13
12
Rataan

Berat Badan
Awal Penelitian
(kg)
28.40
28.15
25.20
18.50
25,06±4,61

Keterangan: ♂ (jantan) dan ♀ (betina),

Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan ternak digital
model kerangkeng (Great Scale XK-3190A7), timbangan pakan analog model
duduk (Five Goats, 5 kg ± 20 g), jam (stopwatch), kamera, tempat pakan, parang.
lembar pengamatan, dan alat tulis.

3
Prosedur
Penelitian aspek pakan dilakukan dengan cara cafetaria feeding dan
frekuensi pemberian dua kali pada pagi (pukul 06.00 WIB) dan sore (pukul 15.00
WIB) selama 24 hari pengamatan. Hari pengamatan berbeda antara perlakuan
pemberian pakan hijauan pilihan dan rumput lapang. Volume pemberian pakan
hijauan pilihan sebanyak 4 kg/individu/periode waktu pemberian (masing-masing
jenis adalah 1 kg) dan pakan rumput lapang sebanyak 4 kg/individu/periode waktu
pemberian. Parameter pengamatan aspek pakan adalah nilai gizi, preferensi dan
palatabilitas, volume konsumsi, pertambahan bobot badan, serta kecernaan bahan
pakan. Perincian parameter pengamatan sebagai berikut:
 Kandungan Gizi; merupakan nilai unsur gizi pakan dari hasil analisis
proksimat untuk setiap sampel jenis pakan.
 Preferensi; merupakan nilai kecenderungan rusa dalam memilih jenis pakan
dari beberapa jenis yang diberikan. Pengamatan preferensi pakan dilakukan
selama 6x5 menit pertama setiap periode waktu pemberian pakan dan ulangan
sebanyak 6 kali (3 hari awal dan 3 hari akhir pengamatan).
 Palatabilitas; merupakan nilai suatu jenis pakan yang paling banyak dimakan
dari beberapa jenis yang diberikan. Nilai ini diukur setiap akhir periode
makan dari persentase selisih penimbangan pakan awal dan sisa.
 Volume Konsumsi Harian; merupakan banyaknya pakan yang dikonsumsi
setiap individu rusa selama satu hari. Nilai ini dihitung dari selisih
penimbangan pakan awal dan sisa pakan selama satu hari setiap individu rusa.
 Pertambahan Bobot Badan Harian; merupakan selisih bobot badan rusa antara
akhir dan awal perlakuan dan dibagi dengan jumlah hari perlakuan.
 Kecernaan Pakan; meliputi koefisien cerna, Total Digestible Nutrient (TDN),
dan Digestible Energy (DE). Dasar perhitungan kecernaan pakan dihitung
dari hasil proksimat sampel bahan pakan dan feses, dengan menggunakan
rumus menurut Tillman et al. (1991):

Keterangan: KC = koefisien cerna; I = zat yang dimakan; dan F = zat dalam
feses

Keterangan: TDN = Total Digestible Nutrient; PK = Protein Kasar; LK =
Lemak Kasar; SK = Serat Kasar; BETN = Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen; dan dd = dapat dicerna

Keterangan: DE = Digestible Enery; GE = Gross Energy

4
Penelitian perilaku harian rusa hanya dilakukan selama hari terang yaitu
12 jam (pukul 06.00-18.00 WIB) dengan ulangan pengamatan sebanyak tiga kali.
Hal ini diasumsikan karena aktivitas harian oleh pengelola di penangkaran lebih
utama pada hari terang. Pengamatan perilaku selama hari terang dilakukan dengan
membagi empat periode waktu masing-masing selama tiga jam, yaitu pukul
06.00-09.00 WIB, pukul 09.00-12.00 WIB, pukul 12.00-15.00 WIB, dan pukul
15.00-18.00 WIB. Perilaku rusa yang diamati meliputi makan (aktivitas makan
dan ruminasi) dan non makan (eliminative, lokomosi, grooming, istirahat, dan
vokalisasi). Uraian tingkah laku tersebut menurut Fraser (1974) adalah sebagai
berikut:
1. Tingkah laku makan: meliputi semua aktivitas makan dan minum. Makanan
dimasukkan ke rongga mulut dari hasil pengambilan yang dilakukan dengan
menggunakan lidah;
2. Tingkah laku mencari perlindungan: tingkah laku hewan dalam mencari lokasi
dan suasana yang nyaman serta aman dari segala bahaya;
3. Tingkah laku menyelidik: ditandai dengan mengangkat kepala untuk melihat
sekeliling, mendengar, mencium suatu objek, kemudian meneruskan makan;
4. Tingkah laku meniru: tingkah laku yang menyangkut berbagai macam
aktivitas dan semua hewan melakukan aktivitas yang sama;
5. Agonistic: mencakup sikap agresif dan sikap tunduk hewan;
6. Eliminative: mencakup aktivitas defekasi dan urinasi;
7. Epimiletic: berhubungan dengan tingkah laku keindukan;
8. Et-epimiletic: merupakan tingkah laku seekor anak untuk mendekati induknya
atau pemeliharanya;
9. Tingkah laku seksual: hewan jantan dan betina mempunyai tingkah laku
seksual yang berbeda.
Pengamatan perilaku rusa dihitung berdasarkan persentase penggunaan
waktu setiap aktivitas selama 12 jam pada hari terang.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan
diolah menggunakan statistik parametrik t-student pada taraf kepercayaan 95%
menggunakan software Satistix 8.0.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Hutan Penelitian (HP) Dramaga merupakan areal penelitian yang dikelola
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (P3KR),
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan. HP
Dramaga memiliki luas ± 60 hektar dan merupakan salah satu hutan penelitian
yang mewakili ekosistem dataran rendah. HP Dramaga terletak pada posisi
6o32’59.04”-6o33’13.98” LS dan 106o44’0.06”–106o44’59.64” BT, ketinggian
244 m dpl dan bertopografi datar sampai bergelombang ringan (P3KR 2012).
Rataan curah hujan di daerah ini adalah 3552 mm/tahun dengan hari hujan 187
hari, suhu maksimum 32.8o C dan suhu minimum 22.4o C, serta rataan
kelembaban 84.17%±4.32% (BMKG 2012).

Gambar 1. Lokasi Hutan Penelitian (HP) Dramaga, Bogor
Penangkaran Rusa Timor berada di wilayah HP Dramaga dengan areal
seluas ± 2.5 ha yang terdiri bangunan fisik (kandang, gudang, instalasi pengolahan
limbah kantor, halaman parkir dan instalasi lainnya) seluas ± 0.5 ha dan kebun
pakan seluas ± 2 ha. Fasilitas kandang penangkaran terdiri dari kandang halaman
(yard), kandang pedok intensif (mini ranch), kandang pembiakan, kandang
individu dan koridor antar kandang. Jumlah populasi rusa timor sampai dengan
bulan Juli 2012 adalah 49 ekor, yang terdiri dari 31 ekor rusa dewasa umur >24
bulan (13 ekor jantan dan 18 ekor betina), 9 ekor rusa remaja umur 12-24 bulan (2
ekor jantan dan 7 ekor betina), dan 9 ekor rusa anakan 0-12 bulan (3 ekor jantan
dan 6 ekor betina).
Aspek Pakan
Kandungan Gizi Bahan Pakan
Secara umum, keempat jenis hijauan pilihan yang digunakan sebagai
pakan rusa memiliki kandungan gizi yang tinggi dibandingkan dengan rumput
lapang yang sehari-hari diberikan di penangkaran. Menurut Setio et al. (2011),
keempat jenis hijauan pilihan tersebut diketahui memiliki kandungan energi bruto

6
paling tinggi dari 17 jenis pakan hijauan yang pernah diujicoba di penangkaran
HP Dramaga, Bogor. Namun demikian, keempat jenis pakan hijauan pilihan yang
diujicobakan belum memenuhi kebutuhan protein, kalsium dan fosfor untuk
pertumbuhan optimal, walaupun kebutuhan energi sudah terpenuhi. Rusa
membutuhkan protein, kalsium, dan fosfor masing-masing adalah 13-16%, 0.45%,
dan 0.35% dari bahan kering pakannya untuk pertumbuhan optimal (Setio et al.,
2011). Kebutuhan protein rusa timor yang berumur lebih dari 12 bulan adalah
19% dari bahan kering sedangkan kebutuhan energi rusa adalah 3381
Kkal/ekor/hari. Oleh sebab itu, pemberian pakan perlu dibuat formulasi
(pencampuran bahan pakan lainnya), sehingga kebutuhan pertumbuhan rusa dapat
terpenuhi dan tidak terjadi defisiensi zat gizi pakan.
Tabel 2 Analisis proksimat kandungan zat gizi bahan pakan
Zat makanan
BK (%)
Abu (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Serat Kasar (%)
Energi Total (kal/gr)
Ca (%)
P (%)

Rumput
Hanjeli
14.85
6.86
9.90
2.65
22.29
3716
0.09
0.15

Rumput Pilihan
Rumput
Rumput
Sulanjana
Gajah
26.09
13.87
3.71
11.99
4.47
12.10
1.91
1.05
24.26
18.86
4158
3678
0.04
0.15
0.07
0.17

Gewor
8.56
6.75
10.41
0.63
18.27
2819
0.24
0.10

Rumput
Lapang HP
Dramaga
18.28
4.43
6.89
0.87
17.70
3279
0.28
0.16

Preferensi dan Palatabilitas Pakan
Nilai preferensi rusa timor terhadap pakan hijauan pilihan tertinggi pada
kandang individu adalah rumput gajah, seangkan pada kandang kelompok adalah
rumput sulanjana. Sebaliknya, nilai palatabilitas pakan terhadap hijauan pilihan
tertinggi pada kandang individu adalah rumput sulanjana, sedangkan pada
kandang kelompok adalah rumput gajah. Rumput gajah memiliki nilai preferensi
tinggi pada kandang individu karena kandungan nutrisi dan air yang tidak mudah
hilang sehingga rusa memilih terlebih dahulu jenis pakan tersebut. Daya tahan
kesegaran rumput gajah juga menyebabkan jenis ini memiliki nilai palatabilitas
yang tinggi pada kandang kelompok. Rumput sulanjana memiliki nilai preferensi
tinggi pada kandang kelompok karena sifat voluminous tetapi sangat mudah
kehilangan air dan menjadi kering. Oleh sebab itu, rusa memilih terlebih dahulu
jenis rumput ini karena volumenya cukup banyak, tidak berebut satu sama lain.
Nilai palatabilitas rumput sulanjana yang tinggi pada kandang individu karena
memiliki kandungan gizi tinggi dan merupakan jenis rumput yang disukai rusa
(Garsetiasih dan Heriyanto 2007). Tillman et al. (1998) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi palatabilitas suatu bahan pakan diantaranya rasa,
bau dan warna bahan pakan tersebut. Sementara itu, Novriyanti (2011)
menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi palatabilitas pakan
diantaranya: 1) faktor dalam tubuh satwa itu sendiri (setiap jenis satwa memiliki
preferensi yang berbeda dengan jenis lain); 2) kondisi pakan, apakah pakan dalam
keadaan segar atau tidak; dan 3) kesempatan memilih pakan yang lain.

7
Tabel 3 Persentase preferensi rusa timor terhadap pakan hijauan pilihan pada
kandang individu dan kelompok di penangkaran HP Dramaga

Pagi

Preferensi Rusa Terhadap Pakan Hijauan Pilihan (%)
Rumput
Rumput
Rumput Gajah
Gewor
Hanjeli
Sulanjana
14.65±0.04
21.78±0.08
38.64±0.09
24.93±0.09

Sore

8.78±0.05

26.98±0.06

36.8±0.09

28.17±0.09

Rataan

11.71±0.05

24.38±0.07

37.36±0.08

26.55±0.08

Pagi

10.84±3.90

38.87±15.59

34.99± 10.15

15.26±8.66

Sore

19.95±10.51

37.22±12.69

26.84±8.25

16.11±7.95

Rataan

15.39±3.30

38.04±13.21

30.91±7.10

15.68±7.22

Perlakuan Pemberian
Pakan
Kandang
Individu

Kandang
Kelompok

Tabel 4 Persentase palatabilitas pakan rusa timor pada kandang individu dan
kelompok di penangkaran HP Dramaga
Perlakuan Pemberian
Pakan
Pagi
Kandang
Individu

Kandang
Kelompok

Palatabilitas Pakan Terhadap Hijauan Pilihan (%)
Rumput
Rumput
Rumput Gajah
Gewor
Hanjeli
Sulanjana
12.32
31.08
25.81
30.79

Sore

17.46

29.27

24.31

28.96

Rataan

15.15

30.09

24.98

29.78

Pagi

29.72

22.99

32.44

14.86

Sore

27.36

27.84

28.78

16.02

Rataan

28.23

26.05

30.13

15.59

Berdasarkan uji lanjutan, ternyata tidak terdapat pengaruh yang nyata
antara preferensi dan palatabilitas terhadap model kandang pemeliharaan dan
terhadap waktu pemberian pakan. Data pada Tabel 3 dan 4 yang dianalisa dengan
menggunakan uji t menunjukan bahwa pada selang kepercayaan 95%, didapatkan
P-value > 0.05. Selanjutnya, pola kecenderungan pemilihan pakan rusa timor pada
kandang individu terdapat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2 Grafik kecenderungan pemilihan pakan rusa timor pada pagi hari

8

Gambar 3 Grafik kecenderungan pemilihan pakan rusa timor pada sore hari
Kecenderungan pemilihan pakan pada rusa timor tergambar dalam dua
pola pemilihan pakan, yaitu kecenderungan peningkatan dan penurunan, serta pola
pemilihan dari jenis pakan yang dimakan lebih dahulu. Rumput gajah dan gewor
merupakan jenis pakan yang paling dipilih lebih dahulu dibandingkan rumput
sulanjana dan rumput hanjeli pada lima menit pertama di pagi dan sore hari.
Kecenderungan pemilihan rumput gajah dan gewor relatif menurun pada periode
lima menit berikutnya. Sebaliknya, pemilihan pakan meningkat pada rumput
sulanjana dan rumput hanjeli. Disparitas yang cukup besar dalam konsumsi awal
antara rumput gajah dan gewor dengan rumput sulanjana dan rumput hanjeli
terkait dengan kandungan kadar air. Konsumsi rumput gajah dan gewor yang
memiliki kadar air tinggi merupakan penyesuaian kebutuhan kadar air pakan
terhadap temperatur lingkungan.
Tingkat Konsumsi Pakan dan Pertambahan Bobot Badan
Pakan digunakan sebagai sumber energi untuk memenuhi berbagai
kehidupan, baik untuk pemenuhan hidup pokok maupun untuk perkembangan dan
produksi. Rataan tingkat konsumsi pakan rusa timor terhadap pakan hijauan
pilihan dan rumput lapang pada kandang individu ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Rataan tingkat konsumsi pakan rusa timor (Rusa timorensis) pada
kandang individu di penangkaran HP Dramaga
Kelompok Hijauan Pilihan
Parameter
∑ individu
Berat badan awal
(kg/individu)
Rataan PBBH
(kg/individu/hari)
Konsumsi BB
(kg/individu/hari)
Konsumsi BK
(kg/individu/hari)
Efisiensi Pakan
(%)





2

2

28.28±0.18

21.85±4.74

0.18±0.02

Kelompok Rumput Lapang




2

2

25.06±4.61

32.54±0.76

24.60±6.31

28.57±5.88

0.11±0.07

0.15±0.05

-0.08±0.03

-0.01±0.08

-0.05±0.07

5.31±0.48

4.44±0.63

4.87±0.51

477±0.25

4.26±0.36

4.51±0.26

0.79±0.07

0.67±0.09

0.73±0.07

0.59±0.03

0.53±0.04

0.56±0.03

21.57

23.60

22.59

16.48

19.82

18.15

Rataan

Rataan

Keterangan: BB = Berat Basah, BK = Berat Kering, PBBH = Pertambahan Bobot Badan Harian

9
Rataan tingkat konsumsi pakan hijauan dalam bentuk segar (berat basah)
di penangkaran HP Dramaga selama 24 hari pengamatan terhadap jenis pakan
hijauan pilihan perlakuan sebesar 4.87±0.51 kg/individu/hari dan pakan rumput
lapang sebesar 4.51±0.26 kg/individu/hari. Tingkat konsumsi pakan hijauan ini
hampir sama nilainya dengan penelitian Setio et al. (2010) yang menggunakan
hijauan lapangan, yaitu tingkat konsumsi pakan segar untuk rusa kelompok umur
12-24 bulan adalah 4.69±0.73 kg/individu/hari. Tillman et al. (1998) menyatakan
bahwa palatabilitas terhadap suatu bahan pakan dapat mempengaruhi volume
konsumsi pakan.
Rataan efisiensi konsumsi pakan hijauan pilihan pada kandang individu di
penangkaran adalah 22.59%. Hasil tersebut lebih tinggi dari efisiensi konsumsi
pakan rusa timor di alam berdasarkan penelitian Hasiholan (1995) yaitu sebesar
19%. Hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan kondisi lingkungan dan tingkat
persaingan antara pola pemeliharaan pada kandang individu di penangkaran
dengan kehidupan di alam bebas. Perbedaan nilai efisiensi juga dapat dipengaruhi
kualitas gizi yang terkandung dalam pakan, terutama antara jenis pakan hijauan
pilihan dan rumput lapang. Analisa konsumsi pakan rusa timor berdasarkan uji t
pada selang kepercayaan 95% menghasilkan p-value < 0.05 yang berarti bahwa
jenis pakan yang diberikan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rusa timor
pada kandang individu.
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat konsumsi dan efesiensi pakan pada rusa. Berdasarkan hasil penelitian,
perbedaan jenis kelamin pada rusa kelompok umur 12-24 bulan mempunyai
tingkat konsumsi pakan yang berbanding terbalik dengan efisiensi pakan. Tingkat
konsumsi pakan yang tinggi akan menghasilkan efisiensi pakan yang rendah.
Sementara itu, rata-rata efisiensi pakan terhadap berat badan awal pada rusa betina
lebih tinggi dibandingkan pada rusa jantan untuk semua perlakuan (Tabel 5).
Namun, peningkatan bobot badan jantan lebih tinggi dibandingkan rusa betina
pada perlakuan pemberian pakan hijauan pilihan.
Rataan pertambahan bobot badan harian rusa yang diberikan pakan hijauan
pilihan pada kandang individu adalah 0.15±0.05 kg/individu/hari. Nilai tersebut
lebih tinggi dari hasil penelitian Setio et al. (2010) untuk rusa kelompok umur 1224 bulan, yaitu 0.11±0.03 kg/individu/hari. Nilai pertambahan bobot badan harian
rusa yang tinggi dikarenakan tingkat konsumsi pakannya yang lebih tinggi. Selain
itu, pertambahan bobot badan harian individu rusa yang diberikan pakan rumput
lapang tidak setinggi individu rusa yang diberikan pakan hijauan pilihan. Hal ini
disebabkan perbedaan kesukaan rusa dan kandungan zat gizi pakan. Analisa uji t
pada selang kepercayaan 95% menghasilkan P-value < 0.05 yang berarti bahwa
jenis pakan yang diberikan berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan rusa
timor. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap konsumsi bahan kering dan
pertambahan bobot badan harian menunjukan bahwa konsumsi pakan sebanyak
6.04 kg bahan kering dapat menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar satu
kilogram pada rusa kelompok umur 12-24 bulan.
Jumlah konsumsi pakan terhadap jenis pakan dan waktu pemberian
memiliki perbedaan yang nyata. Rataan jumlah konsumsi pakan berdasarkan jenis
dan waktu pemberiannya pada kandang individu ditunjukan pada tabel 6.

10
Tabel 6 Rataan jumlah konsumsi pakan segar berdasarkan jenis pakan dan waktu
pemberian pada kandang individu di penangkaran HP Dramaga
Rataan konsumsi (gram/individu/hari)
Pagi
Sore
2 517.29±332.52
3 083.65±397.34
2 239.55±249.31
2 833.64±211.95

Jenis Pakan
Hijauan Pilihan
Rumput lapang

Tabel 6 menunjukan bahwa konsumsi pakan segar, baik pada hijauan
pilihan maupun rumput lapang, lebih banyak pada sore hari. Analisa uji t pada
selang kepercayaan 95% menghasilkan P-value < 0.05 yang berarti bahwa waktu
pemberian pakan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rusa timor pada kandang
individu. Kwatrina (2009) menyatakan bahwa faktor umur, jenis kelamin, dan
kondisi tubuh sangat mempengaruhi konsumsi pakan pada ruminansia. Selain itu,
faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat konsumsi adalah
jenis pakan dan keadaan satwa.
Kecernaan Bahan Pakan
Nilai koefisien cerna pakan dapat menggambarkan kemampuan hewan
dalam mencerna suatu pakan. Selain itu, nilai kecernaan dapat menentukan
kualitas pakan yang dikonsumsi oleh hewan (Anggorodi 1979). Tillman et al.
(1991) menyatakan bahwa terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk
menentukan koefisien cerna, yaitu metode koleksi total dan metode indikator.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode koleksi total, yaitu
penentuan nilai koefisien cerna dilakukan berdasarkan perhitungan hasil analisa
bahan pakan dan feses. Hasil pengamatan nilai koefisien cerna ditunjukkan pada
Tabel 7.
Tabel 7 Koefisien cerna pakan pilihan rusa timor pada kandang individu di
penangkaran HP Dramaga
Zat gizi

Bahan
Kering (%)

Lemak
Kasar (%)

Rataan

52.95±6.90 30.87±26.00

Protein
kasar (%)

Serat kasar
(%)

BETN (%)

49.68±2.76

56.49±6.48

59.21±8.40

Kecernaan rusa pada kandang individu terhadap bahan pakan yang
diberikan cukup rendah (52.95%). Menurut Semiadi dan Nugroho (2004), daya
cerna bahan organik lebih dari 55% termasuk sedang dan kurang dari 55%
termasuk rendah. Rendahnya nilai koefisien cerna ini menandakan bahwa zat
makanan yang dapat dicerna hanya 52.95% berat kering dari keseluruhan pakan
yang diberikan. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan serat kasar yang tinggi
dalam bahan pakan yang diberikan sehingga sulit dicerna. Faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi daya cerna diantaranya aktivitas mikroorganisme dalam
rumen yang berbeda, jumlah konsumsi pakan, dan model kandang pemeliharaan.
Rusa dengan pemeliharaan intensif memiliki daya cerna yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rusa yang dipelihara pada kandang terbuka atau di alam
bebas (Garsetiasih 2007).

11
Total Digestible Nutrient (TDN) dan Digestible Energy (DE)
Total digestible nutrient (TDN) merupakan nilai dari zat pakan yang dapat
dicerna, sedangkan digestible nutrient (DE) merupakan nilai dari energi yang
dapat tercerna. Nilai TDN dalam pakan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh
persentase bahan kering, kandungan mineral dan lemak dalam bahan kering
tercerna. Nutrien dan energi yang tercerna tersebut digunakan rusa untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan nutrien dan energi yang tidak tercerna
diekskresikan melalui feses. Kadar TDN bahan makanan umumnya berhubungan
terbalik terhadap kadar serat kasarnya (Anggorodi 1979). Hasil perhitungan gross
energy (GE), TDN dan DE pakan ditunjukan pada Tabel 8.
Tabel 8. Gross energy (GE), total digestible nutrient (TDN) dan digestible energy
(DE) pakan rusa timor pada kandang individu di penangkaran HP
Dramaga
Parameter
Konsumsi GE (Kkal/ekor/hari)
GE Feses (Kkal/ekor/hari)
GE tercerna (Kkal/ekor/hari)
DE (%)
TDN (%)

Rataan
3 333.92 ±411.44
1 563.10 ±351.94
1 770.83 ±262.38
53.37
54.27

Perilaku Rusa Timor
Hasil pengamatan menunjukkan terdapat tujuh aktivitas umum yang
dilakukan rusa timor setiap hari pada hari terang (pukul 06.00-18.00 WIB) yaitu
makan, ruminasi, eliminasi (urinasi dan defekasi), lokomosi, merawat tubuh
(grooming), vokalisasi, dan istirahat (resting) (Gambar 4).

Persentase

Gambar 4 Persentase perilaku harian rusa timor (Rusa timorensis) selama hari
terang di penangkaran HP dramaga, Bogor

12
Perilaku harian rusa timor yang paling dominan adalah makan. Sementara
itu, perilaku seksual hanya ditemukan di kandang kelompok pada saat rusa jantan
dan betina digabungkan dalam satu kandang. Analisa uji t pada selang
kepercayaan 95% menghasilkan p-value > 0.05 yang berarti bahwa persentase
perilaku rusa timor pada pemeliharaan kandang individu dan kandang kelompok
tidak berbeda nyata.Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pola aktivitas
harian adalah karakteristik ekologi habitatnya.
Hasil penelitian perilaku rusa yang dilakukan pada kandang individu dan
kelompok ini berbeda dengan hasil penelitian Wirdateti et al. (2005) di daerah
perkebunan kelapa sawit dan Masy’ud (2007) di Taman Nasional Bali Barat
(Tabel 9). Perbedaan nilai persentase perilaku tersebut disebabkan oleh
karakteristik habitatnya yang berbeda. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku diantaranya umur, siklus biologi, status sosial, musim, dan karakteristik
ekologi habitatnya.
Tabel 9 Persentase perilaku harian rusa timor pada kondisi habitat yang berbeda
Jenis Perilaku
Makan (ingestive)
Ruminasi
Lokomosi
(movement)
Eliminasi
(defekasi dan urinasi)
Resting
(rebahan,diam, tidur)
Merawat diri
(grooming)
Vokalisasi
Lain-lain

Kandang
Individu1)
(%)
39.78
16.63

Kandang
Kelompok 1)
(%)
38.47
25.83

Perkebunan
Kelapa Sawit2)
(%)
31.17
14.63

Taman
Nasional Bali
Barat3) (%)
52.05
-

16.50

16.94

6.95

6.12

0.93

0.63

12.47

-

20.86

13.40

21.09

30.61

4.09

1.88

-

5.10

1.21
-

2.57
0.28

3.84
7.91

6.12

Sumber: 1) Hasil Pengamatan di Penangkaran HP Dramaga, 2) Wirdateti et al. (2005), 3) Masy’ud et
al. (2007)

Perilaku Makan
Aktivitas makan merupakan perilaku harian rusa yang paling dominan
(Tabel 9). Perilaku makan pada kandang kelompok ditemukan sifat dominansi
terutama pada rusa jantan yang mengarah ke perilaku agonistic pada rusa tersebut.
Individu rusa yang mendominasi cenderung memilih pakan yang lebih palatable.
Rusa juga memiliki periode interval antara periode makan (interval between
feeding bout ). Interval ini banyak diisi dengan aktivitas duduk dan ruminasi
(Kurniawan 1997). Perilaku pada saat interval ini menunjukan adanya hubungan
antara aktivitas makan dan ruminasi yang dapat terlihat pada Gambar 5.

13

Keterangan:

Waktu

Gambar 5 Grafik hubungan antara perilaku makan dan ruminasi rusa timor pada
kandang individu
Grafik tersebut menunjukan bahwa aktivitas makan dipengaruhi oleh
waktu pemberian pakan dan aktivitas makan berbanding terbalik dengan aktivitas
ruminasi. Garis tegak A, B dan D pada Gambar 5 menunjukan disparitas antara
nilai tertinggi suatu aktivitas dengan nilai terendah aktivitas lainnya. Interval
antara dua aktivitas makan diisi oleh aktivitas ruminasi yang tinggi. Aktivitas
makan terlihat mulai pagi hari setelah pemberian pakan dan meningkat hingga
titik tertinggi pada garis A, tetapi aktivitas ruminasi berada di titik terendah. Hal
ini disebabkan aktivitas ruminasi pada rusa diperkirakan tinggi pada malam hari
dan kekosongan pada perut rusa muncul menjelang pagi. Oleh sebab itu rusa
melakukan aktivitas makan setelah pemberian pakan di pagi hari untuk mengisi
perutnya kembali.
Pada saat aktivitas makan mulai menurun dari titik A, terdapat
peningkatan aktivitas ruminasi. Aktivitas ruminasi pada garis B berada pada titik
tertinggi, sebaliknya aktivitas makan berada pada titik terendah. Aktivitas makan
mulai muncul lagi dengan persentase yang sangat rendah dari garis B hingga titik
C. Hal ini dikarenakan sebelum pemberian pakan kedua (pukul 15.00-15.30 WIB)
rusa masih memakan pakan yang tersisa. Kenaikan aktivitas makan dan
penurunan aktivitas ruminasi secara drastis mulai muncul lagi saat pemberian
pakan kedua. Rentang waktu pemberian pakan sore hari hingga pada titik tertinggi
aktivitas makan (titik D) lebih singkat tetapi lebih rendah daripada saat pemberian
pakan pagi hari. Hal ini dikarenakan rentang waktu makan rusa pada malam hari
lebih panjang daripada siang hari, sehingga rusa masih memiliki waktu makan
hingga pagi hari.
Perilaku Non Makan
Perilaku non makan yang lebih banyak muncul pada saat pengamatan
berturut-turut adalah lokomosi, resting (rebahan, diam, dan tidur), grooming dan
vokalisasi. Nilai perilaku lokomosi pada penelitian ini cukup tinggi karena sifat
rusa yang selalu waspada dan sensitif apabila merasa terganggu atau saat didekati
pengunjung. Perbedaan lokomosi dengan rusa di alam adalah ruang pergerakan
atau perpindahan posisi yang terbatas pada pemeliharaan dalam kandang. Rusa di
alam bebas biasa melakukan lokomosi dengan berpindah tempat, terutama untuk

14
mencari makan atau tempat perlindungan (Masy’ud et al. 2007). Aktivitas resting
(rebahan, diam dan tidur) pada umumnya dilakukan diantara waktu makan atau
pada periode interval between feeding bout. Aktivitas resting pada kandang
kelompok ditandai dengan berbaring di bawah naungan sambil melakukan
ruminasi. Masy’ud et al. (2007) menyatakan bahwa aktivitas resting pada rusa di
alam biasanya dilakukan sebagai selingan aktivitas makan, yaitu berbaring di
bawah pohon atau semak hutan sambil meruminasi. Grooming merupakan
aktivitas merawat diri, biasanya dilakukan dengan cara menjilat bagian tubuhnya
untuk menghilangkan kotoran yang melekat. Aktivitas grooming akan lebih sering
muncul jika terdapat parasit atau luka di badan rusa. Sementara itu, aktivitas
vokalisasi merupakan suatu bentuk komunikasi antar rusa, walaupun berbeda
kandang atau berjauhan. Perilaku vokalisasi umumnya terjadi pada saat rusa
mendengar suara rusa lainnya atau persediaan pakan telah habis. Selain untuk
berkomunikasi, vokalisasi pada rusa di penangkaran akan muncul jika rusa merasa
terancam atau terganggu.
Perilaku lain yang dapat diamati selama penelitian adalah eliminative dan
seksual. Aktivitas eliminasi meliputi urinasi dan defekasi yang biasanya akan
muncul beberapa saat setelah rusa mulai berdiri dari posisi rebahan. Aktivitas
seksual hanya dapat diamati pada pemeliharaan dalam kandang kelompok.
Perilaku tersebut terdapat pada rusa yang ber-pedicle dengan adanya aktivitas
berlari, mengejar, dan menaiki rusa betina.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengelolaan pakan dan perilaku rusa dapat dijadikan dasar dalam
menentukan manajemen pemeliharaannya. Pemberian pakan yang memiliki nilai
preferensi dan palatabilitas yang tinggi dapat meningkatkan konsumsi pakan dan
pertambahan bobot badan harian rusa. Hasil penelitian ini diketahui bahwa
konsumsi pakan sebanyak 6.04 kg bahan kering dapat menghasilkan pertambahan
bobot badan sebesar satu kilogram pada rusa kelompok umur 12-24 bulan. Selain
itu, efektivitas pengelolaan pakan di penangkaran dapat dilakukan dengan pola
pemberian pakan yang menyesuaikan kebutuhan ruang gerak dan perilaku harian
rusa. Perilaku rusa pada pemeliharaan intensif berbeda dengan perilaku rusa di
alam karena ruang gerak terbatas di penangkaran. Perilaku harian didominasi
oleh perilaku makan, sehingga aspek pakan sangat penting dalam meningkatkan
produktivitas penangkaran. Pada kandang individu, tingkah laku makan dan
istirahat lebih tinggi dari kandang kelompok. Oleh sebab itu, pemeliharaan pada
kandang individu baik untuk meningkakan produktivitas rusa. Jenis pakan yang
baik pada kandang individu yaitu rumput sulanjana, sedangkan pada kandang
kelompok rumput gajah karena mempunyai daya tahan kesegaran yang tinggi.

15
Saran
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam manajemen pakan dan
pemeliharaan rusa di penangkaran. Namun demikian, penelitian lanjutan dapat
dilakukan untuk menguji jenis-jenis pakan lainnya yang dianggap memiliki nilai
gizi, preferensi dan palatabilitas tinggi, terutama jenis pakan lokal yang mudah
didapat dan tersedia sepanjang tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta (ID).
[BMKG] Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Suhu dan
Kelembaban Harian Hutan Penelitian Dramaga. BMKG, Bogor (ID).
Fraser AF. 1974. Farm Animal Behavior 2nd. London (UK): Bailliereindah.
Garsetiasih R, Heriyanto NM. 2007. Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap
produksi rumput sulanjana (Hier0chloe horsfieldii Kunth Maxim) sebagai
pakan rusa di penangkaran Haurbentes, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat (ID). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 4(6): 583-590.
http://isjd,pdii,lipi,go,id/admin/jurnal/4607583590,pdf [26 Juni 2012]
Garsetiasih R. 2007. Daya cerna jagung dan rumput sebagai pakan rusa (Cervus
timorensis). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi
Alam, Bogor (ID).
Kurniawan. 1997. Pengaruh komposisi kelompok sosial terhadap pola
penggunaan waktu rusa jantan dewasa. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Kwatrina RT. 2009. Penentuan kuota pemanenan dan ukuran populasi awal rusa
timor di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga. [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Masy’ud B, Kusuma IH, Rachmandani Y. 2007. Potensi vegetasi pakan dan
efektivitas perbaikan habitat rusa timor (Rusa timorensis, de Blainville
1822) di Tajung Pasir Taman Nasional Bali Barat. Media Konserv. 12(3):
10-15.
Novriyanti. 2011. Kajian manajemen penangkaran, ingkat konsumsi, paatabilitas
pakan, dan aktivitas harian trenggiling (Manis javanca) di Penangkaran
UD Multi Jaya Abadi, Sumatera Utara. [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (P3KR). 2012.
Hutan Penelitian Dramaga. Bogor (ID). http://www.p3kr.com/hutanpenelitian-dramaga/ [26 Juni 2012]
Semiadi G, Nugraha RTP. 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis, Pusat
Penelitian Bogor. Bogor (ID). LIPI, Bogor.

16
Setio P, Takandjandji M, Iskandar S, Sudaryo C. 2010. Pengetahuan dan
Teknologi Penangkaran Rusa. Materi Sosialisasi. Kementrian Kehutanan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor (ID).
Setio P, Iskandar S, Sudaryo C. 2011. Teknik peningkatan reproduksi
penangkaran rusa. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Litbang Konservasi
dan Rehabilitasi Kehutanan, Bogor (ID).
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (ID).
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta (ID).
Wirdateti, Mansur M, Kundarmasno A. 2005. Pengamaan tingkah laku rusa timor
(Cervus timorensis) di PT Kuala Tebaga, desa Aertembaga, BitungSulawesi
Utara.
J.
Animal
Prod
(7)
2:
121-126.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/7205121126.pdf
[20
Juli
2011]Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia,
Jakarta (ID).

17
Lampiran 1 Analisis proksimat kandungan zat gizi feses rusa timor pada kandang
individu di penangkaran HP Dramaga
Rusa

Kandungan zat gizi
Lemak Protein Serat Ka(%)
(%)
sar (%)
1.57
8.94
22.54

1

BK
(%)
24.05

Abu
(%)
15.02

GE
(kal/gram)
3739

2

24.8

15.2

4.03

8.66

19.40

3696

3

30.45

13.77

1.65

7.43

19.21

3753

4

23.93

16.57

2.66

8.61

19.90

3781

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Mei 1989. Penulis adalah anak
kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Mir Purnama dan Ibu Diah
Sutarsih. Tahun 1995 Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Negeri
Jatisari II dan diselesaikan tahun 2001. Pendidikan lanjutan tingkat pertama
dimulai tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama IT IQRO. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Atas Negeri 9 Jakarta pada tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun 2007.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Fakultas Peternakan,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Penulis pernah aktif di
berbagai kegiatan organisasi, seperti OP-PII (organisasi pelajar pesantren islam
Indonesia), Rohis Azzam nine, Pelajar Islam Indonesia, Teater Kandang, Generasi
Muda Bogor, dan Bandung Karate Club.