Motivasi, Perilaku Menonton dan Pemanfaatan Materi Siaran Televisi oleh Petani

MOTIVASI, PERILAKU MENONTON DAN PEMANFAATAN
MATERI SIARAN TELEVISI OLEH PETANI

LANSA SOFIASILMY

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Motivasi, Perilaku
Menonton dan Pemanfaatan Materi Siaran Televisi oleh Petani adalah benar karya
saya dengan arahan dari Dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Lansa Sofiasilmy
NIM I34090052

ABSTRAK
LANSA SOFIASILMY. Motivasi, Perilaku Menonton dan Pemanfaatan Materi
Siaran Televisi oleh Petani. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO.
Penelitian ini bertujuan mengkaji motivasi dan perilaku petani dalam
menonton televisi beserta faktor-faktor yang mengarahkan motivasi dalam
hubungan dengan pemanfaatan materi siaran televisi. Penelitian ini melibatkan
sejumlah petani di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Motivasi menonton cukup tinggi di kalangan petani terutama motivasi hiburan.
Perilaku petani tergolong sering dalam menonton televisi dengan durasi yang
tinggi. Umumnya petani menonton pada waktu pagi dan malam hari di rumah
sendiri bersama keluarga dan menonton program informasi dan hiburan.
Karakteristik petani yang berhubungan nyata dengan motivasi menonton meliputi
usia dan tingkat pendapatan. Motivasi menonton yang berhubungan nyata dengan
perilaku menonton meliputi motivasi informasi, motivasi identitas pribadi,
motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan. Perilaku menonton

yang berhubungan nyata dengan pemanfaatan materi siaran televisi meliputi
frekuensi menonton, durasi menonton, tempat menonton, dan kebiasaan
menonton.
Kata kunci: motivasi, pemanfaatan, perilaku, petani, televisi.

ABSTRACT
LANSA SOFIASILMY. Motivation, Watching Behaviour and the Utilization of
Television Broadcast Material by Farmers. Supervised by SUTISNA RIYANTO.
This study aims to examine the motivation and watching behaviour of
farmers in watching television along with the factors which directs motivation in
relation to the utilization of television broadcast material. This research involved a
number of farmers in Karehkel Village Leuwiliang District Bogor Regency.
Watching motivation is quite high among farmers, especially the motivation of
entertainment. Watching behaviour of farmers is quite often with high duration.
Generally farmers watch in the morning and evening at their home with family
and watch information and entertainment programs. Farmers characteristics that
significantly correlated to watching motivation include age and income level.
Watching motivation that significantly correlated to watching behaviour include
motivation of information, motivation of personal identity, motivation of
integration and social interaction, and motivation of entertainment. Watching

behaviour that significantly correlated to the utilization of television broadcast
material include watching frequency, watching duration, watching location, and
watching habits.
Keywords: motivation, utilization, behaviour, farmers, television.

MOTIVASI, PERILAKU MENONTON DAN PEMANFAATAN
MATERI SIARAN TELEVISI OLEH PETANI

LANSA SOFIASILMY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judul Skripsi : Motivasi, Perilaku Menonton dan Pemanfaatan Materi Siaran
Televisi oleh Petani
Nama
: Lansa Sofiasilmy
NIM
: I34090052

Disetujui oleh

Ir Sutina Riyanto, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Motivasi, Perilaku Menonton
dan Pemanfaatan Materi Siaran televisi oleh Petani berhasil diselesaikan.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa
terimakasih dan rasa hormat yang mendalam kepada Ir Sutisna Riyanto, MS
sebagai dosen pembimbing yang telah sabar dalam membimbing, memberi
masukan dan membagi ilmunya, serta kepada Dr Ir Amiruddin Saleh MS, Ir
Murdianto, Msi atas ketersedianya menjadi dosen penguji pada sidang skipsi.
Tidak lupa penulis menyampaikan rasa hormat dan rasa terimakasih kepada
keluarga tercinta, ayahanda Saeful Hufadz dan ibunda Pipih Sopiah yang selalu
sabar memberi semangat, dukungan, doa, materi, dan semua pengorbanannya
dengan penuh keikhlasan kepada penulis, serta kakak dan adik, Farah Laurany dan
Fikrian Kasalji, terimakasih atas bantuan, doa, dan dukungannya. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Pak Kades Desa Karehkel yang telah
memberikan izin penelitian, Pak RT 01 RW 06 beserta para warga yang telah
membantu penulis selama di lokasi penelitian. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada Ilham Tawakal, Santi Arisona, Karina Heza Pratama, Marwah
Rahayu, Meilisa Asriani, Novia Indah L, Nita Dwi P, Meilisa Anjani, Hilda N,
Shofiyatul Azimi, Tantiningsih dan seluruh Keluarga besar KPM 46 yang selalu
memberi masukan, motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyusun
skripsi ini.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2013
Lansa Sofiasilmy

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian


2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Televisi sebagai Media Massa

3

Penggunaan Televisi oleh Khalayak

10

Kerangka Pemikiran

16

Hipotesis Penelitian


17

Definisi Operasional

18

METODE PENELITIAN

21

Metode Penelititan

21

Lokasi dan Waktu Penelitian

21

Populasi dan Sampel


21

Teknik Pengumpulan Data

21

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

22

Validitas dan Reliabilitas

23

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

25

Gambaran Umum Desa Karehkel


25

Gambaran Umum RT 01 RW 06 Desa Karehkel

26

Karakteristik Responden RT 01 RW 06 Desa Karehkel

26

MOTIVASI MENONTON TELEVISI

29

Motivasi Menonton

29

Hubungan Karakteristik Petani dengan Motivasi Menonton

30

PERILAKU MENONTON TELEVISI

33

Perilaku Menonton

33

Hubungan Motivasi Menonton dengan Perilaku Menonton

34

PEMANFAATAN MATERI SIARAN TELEVISI
Bidang-Bidang Pemanfaatan Materi

39
39

Hubungan Perilaku Menonton dengan Pemanfaatan Materi Siaran
Televisi
SIMPULAN DAN SARAN

41
45

Simpulan

45

Saran

45

DAFTAR PUSTAKA

47

LAMPIRAN

50

RIWAYAT HIDUP

67

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Perbedaan hard news dan soft news program informasi
berdasarkan sifatnya
Persentase responden menurut karakteristik petani di RT 01 RW
06 Desa Karehkel tahun 2013
Persentase responden menurut jenis motivasi menonton di RT 01
RW 03 Desa Karehkel tahun 2013
Korelasi antara karakteristik petani dengan motivasi menonton
Persentase responden menurut perilaku menonton di RT 01 RW
06 Desa Karehkel tahun 2013
Korelasi antara motivasi menonton denan perilaku menonton
Persentase responden menurut motivasi informasi dan waktu
menonton
Persentase responden menurut bidang-bidang pemanfaatan
materi di RT 01 RW 06 Desa Karehkel tahun 2013
Korelasi antara perilaku menonton dengan pemanfaatan materi
siaran televisi
Persentase responden menurut tempat
menonton
dan
pemanfaatan bidang ekonomi
Persentase responden menurut kebiasaan menonton dan
pemanfaatan bidang pertanian

8
26
29
31
33
34
35
39
41
42
43

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
2 Persentase jumlah penduduk Desa Karehkel berdasarkan jenis
pekerjaan
3 Persentase jumlah penduduk Desa Karehkel berdasarkan tingkat
pendidikan

17
25
25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Peta lokasi penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian
Hasil uji validitas dan reliabilitas
Hasil rataan skor motivasi menonton dan pemanfaatan materi
siaran televisi
Hasil tabulasi silang

50
51
52
55
57

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini media massa sangat berperan penting dalam kehidupan
manusia sebagai media penyebaran berbagai informasi. Media massa memiliki
kemampuan menyampaikan informasi secara cepat dan serentak, sebagaimana
tergambar dalam karakteristiknya. Karakteristik media massa yaitu bersifat
terbuka, melembaga, meluas dan serempak meskipun komunikasinya bersifat satu
arah dan memerlukan peralatan teknis atau mekanis (Cangara 2008).
Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang banyak digunakan
oleh masyarakat karena sifatnya yang audiovisual, dapat menyampaikan pesan
dalam bentuk gambar dan suara sebagai kekuatan utama televisi. Media Televisi
pada hakekatnya merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan suatu
rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan, dan
diiringi unsur audio (Sutisno 1991). Menurut Santana (2005), televisi
melipatgandakan efek media dalam menjalankan tugas memberikan informasi,
pendidikan, hiburan, dan bimbingan.
Dunia pertelevisian tanah air mengalami perkembangan yang cukup pesat,
diawali oleh satu stasiun televisi milik pemerintah yaitu TVRI. Saat ini telah
banyak stasiun televisi lainnya seperti TPI, RCTI, SCTV, Trans TV, Metro TV,
TV One, Indosiar, Global TV dan masih banyak lagi. Perkembangan tersebut
telah menghadirkan berbagai jenis program mulai dari acara berita hingga
hiburan. Stasiun televisi yang kini semakin bersaing menyajikan program siaran
bagi khalayaknya akan melakukan langkah-langkah baru untuk menarik pemirsa
agar menonton paket acara yang disajikan, di antaranya ialah memberikan
peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi dalam masyarakat, menyajikan berita atau
informasi dengan fakta-fakta lengkap, melakukan investigasi pemberitaan yang
komprehensif, dan menyajikan paket-paket hiburan yang berkualitas dari segi isi
pesan maupun penggarapannya dalam film, musik, dan sinetron (Kuswandi 1996).
Beragamnya program siaran memberikan banyak pilihan bagi khalayak
untuk memilih acara yang akan ditontonnya. Semakin maraknya program siaran
televisi, memunculkan pertanyaan tentang sampai sejauhmana perkembangan ini
bermakna bagi pemberdayaan masyakarat. Pertanyaan seperti ini penting karena
televisi saat ini sudah merasuk ke dalam masyarakat pedesaan, termasuk di
kalangan petani. Kesejahteraan masyarakat pedesaan yang semakin membaik
mendorong mereka untuk memiliki dan menikmati siaran televisi.
Kontribusi program siaran televisi terhadap pemberdayaan masyarakat
petani dapat dilihat dari bagaimana petani memanfaatkan materi siaran tersebut di
dalam kehidupannya. Pemanfaatan materi siaran televisi dilakukan oleh petani
sesuai kebutuhan individu terhadap pesan-pesan media berdasarkan asas manfaat
dan kepuasan (Wiryanto 2010). Pemanfaatan materi siaran diawali oleh motivasi
mereka dalam menonton televisi, karena didorong oleh suatu kebutuhan dan
keinginan. Motivasi menonton tersebut kemudian akan berpengaruh terhadap
perilaku menontonnya.

2
Perumusan Masalah
Motivasi, perilaku menonton dan pemanfaatan materi siaran televisi oleh
petani adalah sifatnya spesifik yang berbeda antara petani satu dengan petani
lainnya, karena terkait dengan berbagai faktor di dalam diri petani. Penelitian ini
berusaha menjawab permasalahan berikut: bagaimana motivasi petani dalam
menonton televisi dan faktor-faktor apa saja yang mengarahkan? bagaimana
perilaku petani dalam menonton televisi? apakah terdapat hubungan antara
motivasi menonton dengan perilaku menonton televisi? bagaimana pemanfaatan
materi siaran televisi oleh petani? apakah terdapat hubungan antara perilaku
menonton dengan pemanfaatan materi siaran televisi?

Tujuan Penelitian

1.
2.
3.
4.
5.

Penelitian ini bertujuan untuk:
Menganalisis motivasi petani dalam menonton televisi dan faktor-faktor yang
mengarahkan.
Menganalisis perilaku petani dalam menonton televisi.
Menganalisis hubungan antara motivasi menonton dengan perilaku menonton
televisi.
Menganalisis pemanfaatan materi siaran televisi oleh petani.
Menganalisis hubungan antara perilaku menonton dengan pemanfaatan materi
siaran televisi.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Akademisi
Memberikan sumbangsih berupa referensi dan khasanah pengetahuan tentang
motivasi, perilaku menonton dan pemanfaatan materi siaran televisi oleh
petani.
2. Masyarakat
Menambah pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap program siaran
televisi yang bersifat memberdayakan.
3. Pemerintah
Menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan mengenai
tayangan televisi dan semakin menggalakkan sosialisasi menonton tayangan
yang bersifat membangun.
4. Pengelola Televisi
Masukan untuk semakin mengembangkan program siaran yang bersifat
memberdayakan khususnya bagi masyarakat pedesaan.

3
TINJAUAN PUSTAKA

Televisi sebagai Media Massa
Konsep Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa yang paling sederhana didefinisikan oleh
Mulyana (2010), yaitu komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak
(surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang
dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan
kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan
heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum disampaikan secara cepat, serentak, dan
selintas (khususnya media elektronik). Tamburaka (2012) menyebutkan unsurunsur penting dalam komunikasi massa, meliputi: (1) komunikator, (2) media
massa, (3) informasi (pesan) massa, (4) gatekeeper, (5) khalayak (publik), dan (6)
umpan balik. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu
organisasi formal, dan sang pengirimnya seringkali merupakan komunikator
profesional. Pesannya tidak unik dan beranekaragam serta dapat diperkirakan
(McQuail 1987).
Komunikasi massa memiliki karakteristik tertentu. Beberapa karaktersitik
komunikasi massa menurut Widjaja (2010), yaitu:
1. Bersifat simultan, ialah bahwa walaupun komunikan berada pada jarak satu
sama lain terpisah, tetapi media massa mampu membina keserempakan
kontak dengan komunikan dalam penyampaian pesannya.
2. Bersifat umum, ialah pesan yang disampaikan melalui media massa ditujukan
kepada umum, di samping itu juga mengenai kepentingan umum.
3. Komunikannya heterogen, sebagai konsekuensi dari penyebaran yang teramat
luas (jangkauan audience-nya), maka komunikasi dari komunikasi massa
terdiri dari beberapa macam, inilah menjadikannya heterogen.
4. Berlangsung satu arah, ialah bahwa feedback yang terjadi adalah delayed
feedback berbeda dengan komunikasi tatap muka.
Gambel MW dan Gamble TK (1986) dalam Nurudin (2010) memperjelas
tentang komunikasi massa, dimana sesuatu bisa dikatakan komunikasi massa jika
mencakup:
1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern
untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat ke khalayak yang
luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain
surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan di antara media tersebut.
2. Komunikator dalam komunikasi menyebarkan pesan-pesannya bermaksud
mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal
atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi
massa inilah yang membedakan jenis komunikasi ini dengan yang lain. Ini
berarti antara pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama
lain.
3. Pesan untuk publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima
oleh banyak orang dan bukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karena
itu, pesan bisa diartikan milik publik.

4
4.

5.

6.

Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti
jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak
berasal dari seseorang tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi
pada keuntungan ekonomis dan bukan organisasi suka-suka atau nirlaba.
Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya,
pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah
individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini
berbeda dengan komunikasi antarpribadi, kelompok atau publik dimana yang
mengontrol tidak boleh sejumlah individu. Beberapa individu dalam
komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan
yang disiarkan.
Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis
komunikasi lain umpan balik bisa langsung. Misalnya, dalam komunikasi
antarpersonal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi
komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan
alias tertunda (delayed).

Media Massa Televisi
Media massa adalah sarana yang membawa pesan yang terbagi atas media
cetak dan media elektronik. Media massa adalah institusi yang menghubungkan
seluruh unsur masyarakat satu dengan lainnya dengan melalui produk media
massa yang dihasilkan. Secara spesifik institusi media massa adalah: (1) sebagai
saluran produksi dan distribusi konten simbolis, (2) sebagai institusi publik yang
bekerja sesuai aturan yang ada, (3) keikutsertaan baik sebagai pengirim atau
penerima sukarela, (4) menggunakan standar profesional dan birokrasi, dan (5)
media perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan (Tamburaka 2012).
Media massa memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik media massa
menurut Cangara (2008) yaitu:
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak
orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian
informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,
karena ia memiliki kecepatan bergerak secara luas dan simultan, dimana
informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, film dan
semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana
saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
Televisi merupakan salah satu media massa elektronik. Televisi yang
muncul di awal dekade 1960-an semakin lama semakin mendominasi komunikasi
massa dikarenakan sifatnya yang memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak.
Kelebihan televisi dari media massa lainnya, ialah bersifat audiovisual, dapat
dilihat dan didengar, hidup menggambarkan kenyataan, dan langsung menyajikan
peristiwa yang tengah terjadi ke tiap rumah para pemirsa (Effendy 2003).

5
Televisi merupakan media massa yang paling unggul dibandingkan media
massa lainnya. Adapun karakteristik media televisi menurut Kansong (2009)
adalah sebagai berikut:
1. Media pandang dengar
Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar. Televisi berbeda
dengan media cetak, yang lebih merupakan media pandang. Televisi juga
berbeda dengan radio, yang merupakan media dengar. Orang memandang
gambar yang ditayangkan di televisi, sekaligus mendengar atau mencerna
narasi atau naskah dari gambar tersebut.
2. Mengutamakan gambar
Kekuatan televisi terletak lebih pada gambar. Gambar dalam hal ini gambar
hidup, membuat televisi lebih menarik dibanding media cetak.
3. Mengutamakan kecepatan
Jika deadline media cetak 1 x 24 jam, deadline atau tenggat televisi bisa
disebut setiap detik.
4. Bersifat sekilas
Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakan
dimensi waktu atau durasi.
5. Bersifat satu arah
Televisi bersifat satu arah, dalam arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga
memberi respons balik terhadap berita televisi yang ditayangkan kecuali pada
beberapa program interaktif.
6. Daya jangkau luas.
Televisi memiliki daya jangkau luas. Ini berarti televisi menjangkau segala
lapisan masyarakat, dengan berbagai latarbelakang sosial ekonomi.
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi
informasi, mendidik, menghibur dan membujuk (Ardianto 2004). Sementara
Effendy (2007) mengemukakan beberapa fungsi media massa televisi, yakni:
1. Fungsi Penerangan
Televisi dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi dengan
sangat memuaskan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaang terdapat pada
media massa audio visual tersebut, yaitu immediacy dan realism. Immediacy
mengandung pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh
stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat
peristiwa tersebut berlangsung. Sementara realism mengandung makna
kenyataan, artinya stasiun televisi menyiarkan informasi yang sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
2. Fungsi Pendidikan
Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh
untuk menyiarkan siaran pendidikan kepada khalayak dalam jumlah banyak
secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan
pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara-acara
tertentu secara teratur. Selain acara yang secara eksplisit mengandung unsur
pendidikan, televisi juga menayangkan acara yang mengandung unsur
pendidikan secara implisit. Acara tersebut dapat berupa film, ceramah,
maupun iklan layanan masyarakat.

6
3.

Fungsi Hiburan
Fungsi televisi sebagai media hiburan dominan terjadi di negara yang bersifat
agraris. Hal ini dapat dipahami karena televisi mampu menyajikan gambar
dan suara secara bersamaan, sehingga bisa dinikmati oleh segala kalangan.

Program Siaran Televisi
Kata program berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang
berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun
penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya (Morissan 2008). Kehadiran
stasiun televisi yang semakin banyak telah memunculkan beragam program
siaran. Menurut Sutisno (1991), program televisi adalah bahan yang telah disusun
dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang
secara teknis memenuhi persyaratan siar serta telah memenuhi standar estetik dan
artistik yang berlaku. Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan
yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam
penyusunan program siaran televisi, yaitu:
1. Landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program.
2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program.
3. Sasaran program.
4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program.
5. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai usaha
yang optimum.
Ishadi (1999) mengemukakan bahwa UNESCO mengklasifikasikan program
televisi di seluruh dunia ke dalam tujuh kategori:
1. Informasi: berita, public affairs, interview, sports
2. Periklanan: iklan komersial maupun layanan masyarakat
3. Pendidikan: formal maupun non formal
4. Hiburan ringan: musik pop, komedian, drama, serial quiz
5. Kesenian, kesusasteraan dan ilmu pengetahuan
6. Siaran minoritas etnik: pendidikan bahasa, acara kesenian, kebudayaan
7. Siaran untuk khalayak khusus: acara anak-anak, acara wanita, acara agama
Morissan (2008) mengemukakan bahwa berbagai jenis program dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: 1) program
informasi (berita) dan 2) program hiburan (entertainment). Program informasi
kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) dan berita
lunak (soft news). Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar
yaitu drama, permainan (game show), musik, dan pertunjukkan. Hal tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1. Program Informasi
Program informasi di televisi, sesuai dengan namanya, memberikan banyak
informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap sesuatu hal.
Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk
memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audiens.
Daya tarik program ini adalah informasi, dan informasi itulah yang dijual
kepada audiens. Dengan demikian, program informasi tidak hanya melulu
program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi
segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talkshow (perbincangan).

7
Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu berita keras
(hard news) dan berita lunak (soft news).
a. Berita keras
Berita keras adalah segala informasi penting dan atau menarik yang harus
segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera
ditayangkan agar dapat diketahui khalayak secepatnya. Berita keras dapat
dibagi ke dalam bentuk berita sebagai berikut:
i. Straight news
Berita yang singkat dengan hanya menyajikan informasi terpenting
saja yang mencakup 5W+1H (who, what, where, when, why, how)
terhadap suatu peristiwa yang diberitakan.
ii. Feature
Feature adalah berita ringan namun menarik. Pengertian menarik di
sini adalah informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan kekaguman,
dan sebagainya.
iii. Infotainment
Berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang
yang dikenal masyarakat.
b. Berita lunak
Berita lunak adalah segala informasi yang penting dan menarik yang
disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera
ditayangkan. Program yang masuk ke dalam kategori berita lunak sebagai
berikut:
i. Current affair
Program yang menyajikan informasi yang terkait suatu berita penting
yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam.
ii. Magazine
Program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam atau
dengan kata lain magazine adalah feature dengan durasi yang lebih
panjang.
iii. Dokumenter
Program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan
namun disajikan dengan menarik.
iv. Talkshow
Program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk
membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa
acara (host).
Program informasi dalam kategori berita keras atau hard news dapat
dibedakan dengan berita lunak atau soft news bedasarkan sifatnya (Tabel 1).

8
Tabel 1 Perbedaan hard news dan soft news program informasi berdasarkan
sifatnya
Hard news
Harus ada peristiwa terlebih dahulu

Soft news
Tidak musti ada peristiwa terlebih
dahulu
Peristiwa harus aktual (baru terjadi)
Tidak musti harus actual
Harus segera disiarkan
Tidak bersifat segera (timeless)
Mengutamakan informasi terpenting Menekankan pada detail
saja
Tidak menekankan sisi human interest Sangat menekankan segi human
inerest
Laporan tidak mendalam (singkat)
Laporan bersifat mendalam
Teknik penulisan piramida tegak
Teknik penulisan piramida terbalik
Ditayangkan dalam program berita
Ditayangkan dalam program lainnya
Sumber: Morissan (2008)

2.

Program Hiburan
Segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk
musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori
hiburan adalah drama, permainan (game), musik, dan pertunjukkan.
a. Drama
Pertunjukkan yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau
karakteristik seorang atau beberapa orang yang diperankan oleh pemain
yang melibatkan konflik dan emosi. Program drama dibagi menjadi
sinetron dan film.
i. Sinetron
Drama yang menyajikan dari berbagai tokoh secara bersamaan.
Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri tanpa harus
dirangkum menjadi suatu kesimpulan.
ii. Film
Film yang dimaksud di sini adalah film layar lebar yang dibuat oleh
perusahaan-perusahaan film.
b. Permainan
Suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara
individu atapun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan
sesuatu. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga jenis:
i. Quiz show
Merupakan bentuk program permainan yang paling sederhana di mana
sejumlah peserta saling bersaing untuk menjawab sejumlah
pertanyaan.
ii. Ketangkasan
Peserta dalam permainan ini harus menunjukkan kemampuan fisik
atau ketangkasannya untuk melewati suatu halangan atau rintangan
untuk melakukan suatu permainan.
iii. Reality show
Program ini mencoba menyajikan suatu situasi seperti konflik,
persaingan atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya.

9
c.

d.

Musik
Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu video klip atau
konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan ataupun di
dalam studio.
Pertunjukkan
Program yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang pada
suatu lokasi baik di studio maupun di luar studio, di dalam ruangan maupun
di luar ruangan.

Khalayak Siaran Televisi
Sasaran komunikasi massa adalah tersampaikannya pesan komunikasi
kepada khalayaknya. Sari (1993) mendefinisikan khalayak sebagai masyarakat
yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan
bermedianya. Profil khalayak mencakup sex (jenis kelamin), age (umur),
education level (tingkat pendidikan), income (pendapatan), occupation
(kedudukan/jabatan), dan media ownership (sebagai pemilikan media). Sementara
menurut Kriyantono (2006), khalayak merupakan masyarakat yang menggunakan
media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedianya. Khalayak
bukanlah penerima yang pasif. Mereka terdiri atas individu-individu yang
menuntut sesuatu dari komunikator dan menyeleksi pesan-pesan yang disukai dan
berguna baginya. Sifat khalayak di antaranya:
1. Heterogen, yaitu beraneka dalam berbagai hal, meliputi tempat tinggal, usia,
jenis kelamin, ekonomi, dan sebagainya.
2. Pribadi, yaitu sesuatu pesan dapat diterima kalau sifatnya pribadi atau
personal sesuai dengan situasi dimana audience itu berada.
3. Aktif, yaitu ikut serta dalam kegiatan komunikasi.
4. Selektif, yaitu dapat memilih program media sesukanya.
Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca,
pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah
satu aktor dari proses komunikasi, karena itu unsur khalayak tidak boleh
diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan
oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayaknya sudah
pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuannya. Khalayak dalam studi
komunikasi massa bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat (Cangara
2008).
McQuail (1987) membagi khalayak (audience) menjadi empat sub kategori,
yaitu:
1. Kelompok atau publik
Sejalan dengan suatu pengelompokkan sosial yang ada (misalnya komunitas
keanggotaan minoritas politis, religius atau etnis) dan dengan karakteristik
sosial bersama dari tempat, kelas sosial, politik, budaya dan sebagainya.
2. Kelompok kepuasan.
Terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu tertentu yang
berhubungan dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat yang
selanjutnya akan menumbuhkan kepuasan emosional serta respons afeksi
tertentu.

10
3.

Kelompok penggemar atau budaya cita rasa
Terbentuk atas dasar minat pada jenis isi (atau gaya) atau daya tarik tertentu
akan kepribadian tertentu atau cita rasa budaya intelektual tertentu.
4. Audience medium
Berasal dari dan dipertahankan oleh kebiasaan atau loyalitas pada sumber
media tertentu, misalnya surat kabar, majalah, saluran radio atau televisi.
Segmentasi audiens adalah suatu proses untuk membagi-bagi atau
mengelompokan audiens ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen (Morissan
2008). Khalayak audiens umum memiliki sifat yang sangat heterogen, maka akan
sulit bagi media penyiaran untuk melayani semuanya. Oleh karena itu, harus
dipilih segmen-segmen tertentu saja. Bagian atau segmen yang dipilih adalah
bagian yang homogen yang memiliki ciri-ciri yang sama dan cocok dengan
kemampuan media penyiaran untuk memenuhi kebutuhan khalayak. Segmentasi
audiens berdasarkan demografi pada dasarnya adalah segmentasi yang didasarkan
pada peta kependudukan, misalnya: usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
pendapatan, agama, suku dan kebangsaan.
1. Usia
Biasanya audiens dibedakan menurut usia anak-anak, remaja, dewasa, dan
orang tua. Pembagian ini masih dianggap terlalu luas.
2. Jenis kelamin
Tidak semua program dapat dibedakan menurut segmen ini. Pada umumnya
wanita lebih banyak menonton televisi daripada pria. Saat ini, jumlah
penduduk pria dan wanita di Indonesia tidak jauh berbeda.
3. Pekerjaan
Audiens yang memiliki jenis pekerjaan tertentu umumnya mengkonsumsi
barang-barang tertentu yang berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Selera
khalayakpun umumnya berbeda dalam mengkonsumsi program.
4. Pendidikan
Pendidikan yang berhasil diselesaikan audiens biasanya menentukan tingkat
intelektualitas, yang pada gilirannya tingkat intelektualitas akan menentukan
pilihan program yang akan diikutinya.
5. Pendapatan
Pendapatan seseorang akan menentukan di kelas sosial mana dia berada dan
kedudukan seseorang dalam kelas sosial akan mempengaruhi kemampuannya
berakses pada program acara yang akan disaksikan.
6. Agama
Segmentasi audiens berdasarkan agama telah digunakan untuk membuat
program-program tertentu, misalnya sinetron religius, ceramah agama, dan
sebagainya.
7. Suku dan kebangsaan
Segmentasi audiens berdasarkan yang mencolok dalam hal kebiasaankebiasaan dan kebutuhan-kebutuhannya bila dibandingkan dengan suku-suku
lainnya.

Penggunan Televisi oleh Khalayak
Fungsi Televisi pada dasarnya adalah informasi dan hiburan, namun
tergantung bagaimana khalayak menggunakannya. Penggunaan media televisi

11
oleh khalayak terkait dengan Teori Penggunaan dan Kepuasan atau Uses and
Gratification Theory yang mengajukan gagasan bahwa perbedaan individu
menyebabkan audien mencari, menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap
isi media secara berbeda-beda, yang disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan
psikologis yang berbeda di antara individu audien. Teori ini tidak memberikan
perhatian pada efek langsung media terhadap audien, tetapi memfokuskan
perhatian pada motivasi dan perilaku audien terhadap media atau bagaimana dan
mengapa mereka menggunakan atau mengonsumsi media (Morissan et al. 2010).
Inti teori uses and gratification adalah khalayak pada dasarnya menggunakan
media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha
memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi, maka kebutuhan khalayak
akan terpenuhi. Pada akhirnya, media mampu memenuhi kebutuhan khalayak,
disebut media yang efektif (Kriyantono 2006).
West dan Turner (2008) menyatakan bahwa teori kegunaan dan gratifikasi
adalah perluasan dari teori kebutuhan dan motivasi Maslow. Dalam teori tersebut,
Abraham Maslow menyatakan bahwa orang secara aktif berusaha untuk
memenuhi hierarki kebutuhannya. Setelah mereka memperoleh tujuan yang
mereka cari pada satu tingkat hierarkhi, mereka dapat bergerak ke tahap
berikutnya. (Katz et al. 1974) dalam (West dan Turner 2008) menyatakan bahwa
terdapat lima asumsi dasar teori kegunaan dan gratifikasi:
1. Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan.
2. Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media
tertentu terdapat pada anggota khalayak.
3. Media berkompetensi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan.
4. Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka,
minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat
mengenai kegunaan tersebut kepada para peneliti.
5. Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak.
Model uses and gratification menunjukkan bahwa yang menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku
khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial
khalayak. Teori kegunaan dan gratifikasi memberikan sebuah kerangka untuk
memahami kapan dan bagaimana konsumen media individu menjadi lebih atau
kurang aktif dan konsekuensi dari keterlibatan yang meningkat atau menurun.
Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat
adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok
dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut
(Effendy 2003):
1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan.
Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai
lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk
penyelidikan.
2. Affective needs (kebutuhan afektif), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan
emosional.

12
3. Personal intergrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif), yaitu
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,
stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan
harga diri.
4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif), yaitu kebutuhan
yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia.
Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.
5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan
hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan
kebutuhan akan hiburan.
Motivasi Menonton Televisi
Motivasi menyangkut alasan-alasan mengapa orang mencurahkan tenaga,
pikiran, serta waktu untuk melakukan suatu pekerjaan (Kriyantono 2006).
Beberapa tokoh memperkenalkan tentang teori motivasi, diantaranya adalah:
1. Teori Motivasi Abraham Maslow (Teori Kebutuhan) 1
Dr. Abraham Maslow adalah seorang psikolog klinis yang memperkenalkan
teori kebutuhan berjenjang, yang dikenal sebagai teori Maslow atau hirarki
kebutuhan manusia (Maslow’s hierarchy of needs). Maslow mengemukakan
lima kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingannya, mulai yang
paling rendah, yaitu kebutuhan biologis (physiological or biogenic needs)
sampai paling tinggi, yaitu kebutuhan (pshycogenic needs). Menurut teori
Maslow, manusia berusaha memenuhi kebutuhan tingkat rendahnya terlebih
dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
2. Teori Harapan2
Teori yang dikemukakan oleh Vroom ini merupakan suatu pendekatan yang
menganggap bahwa motivasi tergantung pada bagaimana orang
menginginkan sesuatu dan bagaimana kemungkinan mereka untuk
memperoleh keinginannya tersebut. Teori ini berdasarkan pada asumsi
sebagai berikut: 1) faktor-faktor kebutuhan internal dan eksternal keduanya
berpengaruh terhadap perilaku, 2) perilaku tersebut merupakan hasil kepuasan
individu, 3) individu itu berbeda dalam kebutuhan, keinginan, dan tujuan,
4) individu membuat perilaku keputusan didasarkan pada persepsi mereka
tentang hasil, serta 5) variabel penting dari formula motivasi Vroom harus
dipertemukan dengan motivasi yang tengah berlangsung.
Motivasi berarti usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan
dorongan untuk berbuat atau melakukan tindakan. Motivasi adalah sesuatu yang
menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk
memenuhi sesuatu kebutuhan (Meilani 2007). Keinginan dan kebutuhan masingmasing individu berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga
motif juga berbeda-beda. Motif seseorang bisa bersifat tunggal bisa juga
bergabung. Misalnya, motif seseorang menonton acara “Seputar Indonesia” yang
disiarkan RCTI adalah untuk memperoleh informasi (motif tunggal), tapi mungkin
bagi seseorang lainnya adalah untuk memperoleh informasi, sekaligus juga
pemenuhan waktu luang (Ardianto 2004).
1

Ujang Sumarwan. Perilaku Konsumen. (PT Ghalia Indonesia dengan MMA IPB, 2002)
Siti Sugiah Mugniesyah. Modul Mta Kuliah Pendidikan Orang Dewasa. (Departemen SKPM
IPB, 2006)
2

13
McQuail (1987) menyatakan bahwa kebutuhan, motif, penggunaan media,
dan fungsi media saling berhubungan sedemikian rupa sehingga kebutuhan
manusia tersebut menciptakan upaya pemenuhan kebutuhan. Sejumlah harapan
dianggap akan dapat dipenuhi dengan cara mengkonsumsi media massa atau
dengan sejumlah alternatif fungsional lainnya. Motivasi penggunaan media atau
fungsi media bagi individu adalah sebagai berikut:
1. Informasi
Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:
a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia.
b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan
hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.
2. Identitas pribadi
Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b. Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media).
c. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.
3. Integrasi dan interaksi sosial
Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial.
b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.
c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.
d. Memperoleh teman selain dari manusia.
e. Membantu menjalankan peran sosial.
f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga,
teman, dan masyarakat.
4. Hiburan
Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:
a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan.
b. Bersantai.
c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis.
d. Mengisi waktu.
e. Penyaluran emosi.
f. Membangkitkan gairah seks.
Hasil penelitian Asmar (2009) menunjukkan bahwa motivasi paling tinggi
yang dirasakan responden adalah motivasi hiburan dalam menonton Riau televisi
sebagai televisi lokal. Kusumah (2010) menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki motivasi informasi dan hiburan dalam menonton Megaswara
TV. Motivasi informasi timbul karena keinginan untuk mengetahui informasi dan
kejadian-kejadian terbaru yang terdapat di Bogor, baik yang terjadi di kota
maupun di Kabupaten Bogor. Sebagian besar responden juga mempunyai
motivasi hiburan dalam menonton Megaswara TV. Program acara yang memiliki
unsur lokal dari Megaswara TV menjadi hiburan tersendiri bagi responden dalam
mengisi waktu luang mereka karena kejenuhan mereka terhadap tayangan televisi
swasta nasional.

14
Motivasi khalayak dalam menonton televisi diarahkan oleh karakteristik
khalayak. Berdasarkan penelusuran hasil penelitian Asmar (2009), Hendra (2011),
Nurfalah (2007), Kusumah (2010), Purwatiningsih (2009), Saraswati (2008), dan
Harahap (2001), dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terbukti berhubungan
dengan motivasi menonton, di antaranya:
1. Faktor jenis kelamin
Jenis kelamin memiliki hubungan dengan motivasi menonton dimana
perempuan memiliki motivasi informasi, motivasi hiburan, motivasi integrasi
sosial dan interaksi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini terjadi
karena perempuan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar,
empati sosial, dan peran lainnya dibandingkan dengan laki-laki. Namun jenis
kelamin laki-laki ternyata memiliki motivasi pendidikan yang lebih tinggi
dibandingkan perempuan.
2. Faktor usia
Usia memiliki hubungan positif dengan motivasi menonton, dimana semakin
tinggi usia maka semakin tinggi motivasi informasi, motivasi identitas pribadi,
motivasi integrasi dan interaksi sosial. Sementara dalam penelitian lain, usia
dengan motivasi identitas pribadi dan m otivasi integrasi dan interaksi sosial
memiliki hubungan yang negatif, artinya semakin rendah usia maka semakin
tinggi motivasi identitas pribadi dan motivasi integrasi dan interaksi sosial
yang dimiliki.
3. Faktor tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan motivasi menonton dimana
semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi motivasi informasi,
motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan
motivasi hiburan. Namun hasil penelitian lain menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin lemah motivasi informasi
dalam menonton karena akan mendapatkan informasi dari berbagai media
lain.
4. Faktor status pekerjaan
Khalayak yang bekerja memiliki motivasi informasi, motivasi identitas
pribadi, dan motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi
dibandingkan responden pada kedua golongan lainnya. Khalayak pada
golongan ibu rumah tangga, pensiunan, belum atau tidak bekerja, dan pelajar
atau mahasiswa memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan
responden yang bekerja.
5. Faktor tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan memiliki hubungan yang positif dengan motivasi
informasi, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi
pula kebutuhan informasinya. Antara tingkat pendapatan dengan motivasi
identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan
memiliki hubungan yang negatif, dimana semakin tinggi pendapatan maka
semakin rendah motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi
sosial, dan motivasi hiburan yang dimilikinya.
6. Faktor etnis
Asal etnis memiliki hubungan dengan motivasi informasi, motivasi identitas
pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, motivasi hiburan. Etnis
khalayak asli memiliki motivasi menonton yang lebih tinggi dibandingkan

15

7.

khalayak yang bukan keturunan asli daerah tersebut. Hal ini berkaitan dengan
program acara yang menanyangkan informasi-informasi yang berkaitan
dengan pengetahuan lokal dan lebih banyak menayangkan acara-acara yang
memiliki nilai-nilai budaya lokal. Responden yang beretnis asli merasa perlu
memperdalam nilai-nilai kebudayaan untuk memperkuat identitas pribadi
mereka salah satunya lewat televisi lokal.
Faktor domisili
Domisili memiliki hubungan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial.
khalayak lebih tertarik mengetahui kondisi lingkungan terdekat mereka
dibandingkan dengan kondisi lingkungan yang jauh dari mereka. Mengetahui
bahwa keadaan orang lain dan lingkungan daerah mereka dalam kondisi baik
akan menjadi ketenangan tersendiri bagi responden.

Perilaku Menonton Televisi
Harahap (2001) menyatakan bahwa perilaku menonton khalayak adalah cara
menggunakan atau memperlakukan televisi sebagai tontonan. Menurut DeFleur
dan Lowery (1994), ada tiga hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk
melihat perilaku penggunaan televisi, yaitu: 1) total waktu rata-rata yang
digunakan untuk menonton televisi, 2) pilihan acara yang ditonton, dan
3) frekuensi menonton televisi. Hasil penelitian lain juga menggunakan aspek
perilaku menonton lainnya. Hadiyanto (2004) menambahkan aspek kebiasaan
menonton, waktu menonton, dan tempat menonton.
Hasil penelitian Nurfalah (2007) menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di
komplek perumahan lebih sedikit meluangkan waktunya untuk menonton sinetron
religius (9 jam/minggu) dibandingkan dengan ibu rumah tangga di perkampungan
(11 jam/minggu). Hadiyanto (2004) menunjukkan bahwa responden di desa urban
jauh lebih intensif menonton televisi, terbukti dengan curahan waktu yang jauh
lebih banyak untuk menonton televisi dibandingkan dengan responden di desa
rural.
Hasil penelitian Kusumah (2010) menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memilih acara Dinamika Bogor untuk memenuhi kebutuhan informasi
dari Megaswara TV. Sementara hasil penelitian Hadiyanto (2004) menunjukkan
bahwa responden di desa urban lebih menyukai acara-acara hiburan, sedangkan di
desa rural selain acara hiburan, jumlah responden yang menyukai acara berita juga
proporsinya cukup tinggi.
Hasil penelitian Nurfalah (2007) menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di
komplek perumahan maupun di perkampungan menonton sinetron religius ratarata sepuluh kali menonton dalam satu minggu. Nando dan Panjaitan (2012)
menunjukkan bahwa intensitas responden dalam menonton film kekerasan
umumnya adalah intensitas jarang daripada intensitas sering. Intensitas sering
lebih banyak terjadi pada responden perempuan, sedangkan pada intensitas jarang
cenderung lebih banyak responden laki-laki.
Hasil penelitian Hadiyanto (2004) menunjukkan bahwa waktu yang lebih
banyak diluangkan untuk menonton televisi ialah pada siang hari, sementara bagi
responden di desa rural, malam hari masih merupakan pilihan waktu yang paling
tepat untuk menonton televisi. Selain itu Nurfalah (2007) menunjukkan bahwa
waktu menonton Ibu rumah tangga di komplek perumahan maupun di
perkampungan tidak jauh berbeda yaitu sekitar pukul 14.00 WIB. Ibu rumah

16
tangga memilih sekitar pukul tersebut karena dekat dengan jam tidur anak-anak,
sehingga anak-anak tidak ikut menonton karena dalam sinetron religius masih
banyak adegan dewasa ditampilkan.
Hasil penelitian Hadiyanto (2004) menyatakan bahwa sebagian besar
peternak menonton televisi bersama keluarga (85%) di desa urban dan (71.25%)
di desa rural). Hanya sebagian kecil yang memiliki kebiasaan menonton televisi
sendiri, apalagi dengan tetangga atau saudara. Kebiasaan menonton televisi
sendirian banyak ditemui pada responden wanita/ibu yang menonton televisi pada
pagi dan siang hari, ketikaanak-anak dan suami tidak berada di rumah. Bagi
responden laki-laki, umumnya menonton televisi dilakukan sendirian pada malam
hari. Selan itu, sebagian besar khalayak menonton di rumah sendiri. Namun bagi
khalayak yang menonton televisi di tempat lain (tetangga atau saudara), hal
tersebut sebagai akibat masih kecilnya pemilikan televisi.
Pemanfaatan Materi Siaran Televisi
Pemanfaatan materi siaran televisi terkait dengan konsep teori The Uses and
Gratification Approach, yang merupakan pendekatan tentang kebutuhan individu
terhadap pesan-pesan media berdasarkan asas manfaat dan kepuasan. Menurut
pendekatan ini, komunikasi massa mempunyai kapasitas menawarkan sejumlah
pesan yang dapat dimanfaatkan oleh komunikannya, sekaligus dapat memuaskan
berbagai kebutuhannya. Dengan demikian, orang yang berbeda dapat
menggunakan pesan-pesan media yang sama untuk berbagai tujuan atau maksud
yang berbeda-beda. Jadi media massa menunjukkan peranannya (Wiryanto 2010).
Program di televisi yang kini cukup berkembang dan bervariasi memberikan
manfaat tertentu bagi khalayaknya. Sadiman et al. (2006) menyatakan bahwa pada
saat ini banyak siaran radio atau televisi yang bersifat pendidikan. Programprogram itu disiarkan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan tertentu.
Hasil pe