Ketahanan Delapan Jenis Produk Kayu Komposit terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)

KETAHANAN DELAPAN JENIS PRODUK KAYU KOMPOSIT
TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH
(Coptotermes curvignathus Holmgren)

PRATIKA AISYAH LESTARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketahanan Delapan Jenis Produk Kayu
Komposit terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Pratika Aisyah Lestari
NIM E24090063 

ABSTRAK
PRATIKA AISYAH LESTARI. Ketahanan Delapan Jenis Produk Kayu
Komposit terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus
Holmgren). Dibimbing oleh YUSUF SUDO HADI dan ARINANA.
Produk kayu komposit merupakan produk potensial yang dapat digunakan
sebagai produk struktural maupun nonstruktural. Akan tetapi, produk kayu
komposit perlu dilihat ketahanannya terhadap rayap tanah mengingat kondisi
iklim Indonesia yang mendukung pertumbuhan rayap. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui ketahanan delapan jenis produk kayu komposit terhadap
serangan rayap tanah. Produk kayu komposit tersebut diantaranya medium density
fiberboard dengan atau tanpa pelapis PVC, laminated veneer lumber (LVL),
particleboard, corrugated board, plywood, MDF yang telah diberi anti rayap, dan
treated rubberwood. Metode yang digunakan dalam pengujian berdasarkan
metode JIS K 1571-2004 yang dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kelas ketahanan dari masing-masing produk, yaitu plywood dan medium density

fiberboard (MDF) yang diberi anti rayap termasuk kedalam kelas ketahanan I
dengan nilai kehilangan berat secara berurutan adalah 3.47%, dan 2%. Kayu karet
yang telah diberi perlakuan asam borat termasuk kedalam kelas ketahanan II
dengan nilai kehilangan berat 6.13%, LVL dan particleboard termasuk kedalam
kelas ketahanan IV dengan kehilangan berat sebesar 12.21% dan 12.28%.
Sedangkan corrugated board, MDF dengan atau tanpa pelapis PVC termasuk
kedalam kelas ketahanan yang paling buruk (V) dengan nilai kehilangan berat
26.97%, 19.92%, dan 19.80%.
Kata kunci: produk kayu komposit, kelas ketahanan, Coptotermes curvignathus
Holmgren

ABSTRACT
PRATIKA AISYAH LESTARI. Resistance of Eight Wood Composite Products
Against Subterranean Termites (Coptotermes curvignathus Holmgren).
Supervised by YUSUF SUDO HADI and ARINANA.
Wood composite products are potential products which are able to be
utilized for structural and non-structural functions. However, wood composite
needs resistant to subterranean termites attack because of the climate condition in
Indonesia supporting the growth of these termites. The objective of this research
was to analyze the resistance of eight wood composite products against

subterranean termite. Wood composite products comprised of a medium density
fiberboard with and without PVC coating, laminated veneer lumber (LVL),
particleboard, corrugated board, plywood, MDF treated with anti termites, and
treated rubberwood. Method used in this research was based on modified JIS K
1571-2004. Resistance class of plywood and medium density fiberboard (MDF)
treated with anti-termite were classified into the first resistance class, which the

weight losses were classified into 3.47% and 2% respectively. Rubber wood
treated with boric acid treatment was classified into the second resistance class,
where the weight loss of this product was 6.13%. In addition, LVL and
particleboard were classified into the fourth resistance class, where the percentage
of weight losses were 12.21% and 12.28% respectively. However, corrugated
board, MDF with or without PVC linings were the worst (fifth) resistance class,
which their weight losses percentage were 26.97%, 19.92%, and 19.80%
respectively.
Keywords: wood composite products, resistance class, Coptotermes curvignathus
Holmgren

KETAHANAN DELAPAN JENIS PRODUK KAYU KOMPOSIT
TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

(Coptotermes curvignathus Holmgren)

PRATIKA AISYAH LESTARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Ketahanan Delapan Jenis Produk Kayu Komposit terhadap
Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)
Nama
: Pratika Aisyah Lestari

NIM
: E24090063

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Yusuf Sudo Hadi, MAgr
Pembimbing I

Arinana, SHut, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Juni 2013 ini
ialah keawetan, dengan judul Ketahanan Delapan Jenis Produk Kayu Komposit
terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Yusuf Sudo Hadi,
MAgr dan Ibu Arinana, SHut, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan
ilmu dan pembelajaran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Atin dari Laboratorium Kimia Hasil Hutan IPB, Bapak Anhari dari
Laboratorium Rayap Departemen Hasil Hutan (DHH) IPB, Bapak Mahdi
Mubarok, SSi dari Laboratorium Biokomposit DHH IPB, Bapak Kadiman dari
Workshop DHH IPB, serta seluruh staf DHH yang telah membantu selama
proses perkuliahan dan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, mba, kakak, dan kakak ipar atas segala doa dan kasih
sayangnya. Selain itu, penulis sampaikan terima kasih kepada Febrina Della
Roseboer, Cucu Setiawati, Rizka Yuni Kartika, Annyse Meiga S, Achmad
Solihin, M Ari K, Arif Muhsin, dan seluruh teman-teman DHH 46, kepada
keluarga kecil Pondok AFRA bawah (Kak Fitri, Kak Hana, Anis) atas doa,
semangat, dukungan, nasehat, dan kebersamaan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, September 2013

Pratika Aisyah Lestari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang ................................................................................................1
Tujuan Penelitian ............................................................................................2

Manfaat Penelitian ..........................................................................................2
METODE .................................................................................................................2
Waktu dan Tempat ..........................................................................................2
Alat .................................................................................................................2
Bahan ..............................................................................................................2
Prosedur ..........................................................................................................3
Analisis Data ...................................................................................................5
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................6
Kerapatan (Density) Produk Kayu Komposit .................................................6
Kehilangan Berat (Weight Loss) .....................................................................7
Mortalitas (Mortality) .....................................................................................9
Tingkat Konsumsi (Feeding rate) ................................................................10
Bentuk Serangan ...........................................................................................11
SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................14
Simpulan .......................................................................................................14
Saran .............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15
LAMPIRAN ...........................................................................................................17
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................20


DAFTAR TABEL
1 Jenis-jenis produk komposit yang diuji tanpa diketahui jenis perekat
yang digunakan ............................................................................................. 3
2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan
penurunan berat SNI 01.7207-2006 .............................................................. 5
3 Klasifikasi ketahanan produk kayu komposit terhadap serangan rayap
tanah C. curvignathus berdasarkan tabel SNI 01.7202-2006 ....................... 8

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

12
13
14
15
16

Rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (a) kasta prajurit
(b) kasta pekerja (Nandika et al. 2003) ....................................................... 3
Pengujian produk kayu komposit metode JIS K 1571-2004 ....................... 4
Nilai kerapatan delapan produk kayu komposit dan kayu kontrol .............. 6
Persentase kehilangan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah
C. curvignathus ............................................................................................ 8
Persentase mortalitas contoh uji terhadap serangan rayap tanah C.
curvignathus .............................................................................................. 10
Nilai rata-rata feeding rate contoh uji terhadap serangan rayap tanah
C. curvignathus .......................................................................................... 11
Medium density fiberboard (a) Sebelum pengujian (b) Setelah
pengujian. ................................................................................................... 12
Medium density fiberboard dengan pelapis PVC (a) sebelum
pengujian (b) setelah pengujian ................................................................. 12

Laminated veneer lumber (a) sebelum pengujian (b) setelah
pengujian.................................................................................................... 12
Particle board (a) Sebelum pengujian (b) setelah pengujian .................... 12
Corrugated board (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian ............... 12
Plywood (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian .............................. 13
MDF dengan anti rayap (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian ...... 13
Treated rubberwood (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian ........... 13
Plastik (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian ................................. 13
Kontrol (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian ................................ 13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis keragaman kehilangan berat skala laboratorium ............................ 17
2 Analisis keragaman mortalitas skala laboratorium ....................................... 18
3 Analisis keragaman feeding rate skala laboratorium .................................... 19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produk kayu komposit adalah salah satu komoditi hasil hutan yang memiliki
prospek yang baik di pasar dunia. Hal ini didukung pula dengan adanya potensi
bahan baku, teknologi, dan tenaga kerja. Penggunaan produk kayu komposit
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya digunakan dalam bidang
arsitektur, konstruksi bangunan, musik, furniture, dan keperluan rumah tangga
lainnya. Menurut Simangunsong (2010) produk komposit Indonesia diperkirakan
akan mampu menembus pasar dunia yaitu Jepang, Cina, Republik Korea, Taiwan,
Arab Saudi, dan negara lainnya. Hal ini terbukti berdasarkan data Statistik
Kehutanan 2011 Indonesia memiliki nilai ekspor (±2 milyar US$) yang lebih
besar daripada nilai impor (± 240 juta US$). Nilai ini meliputi produksi vinir,
kayu lapis, papan serat (fiberboard), dan papan partikel (particle board)
(Kementerian Kehutanan 2012).
Menurut Fowler et al. (2006) komposit merupakan produk yang terdiri
dari dua atau lebih unsur pokok tahapan, dimana unsur tersebut bergabung
menjadi sebuah material dengan karakter atau sifat yang berbeda dari komponenkomponen itu sendiri. Unsur tersebut berupa bahan yang mengandung
lignoselulosa salah satunya adalah kayu. Bahan yang digunakan dalam proses
pembuatan produk komposit ini dapat berupa sortimen-sortimen kayu, vinir,
strand, flakes, partikel, maupun serat (Maloney 1997). Produk kayu komposit
sangat beragam, misalnya papan serat, papan partikel, oriented strandboard
(OSB), waferboard, kayu lapis, laminated veneer lumber (LVL), papan laminasi,
dan lain sebagainya.
Kayu komposit memiliki jenis yang beragam bergantung dari kebutuhan
serta penggunaannya di masyarakat. Permasalahan yang dihadapi di masyarakat
adalah mengenai mutu dan jaminan bagi pengguna. Salah satunya adalah masalah
ketahanan terhadap faktor biodeteriorasi. Rayap merupakan faktor biodeteriorasi
yang paling merugikan. Hal ini didukung pula oleh faktor kondisi iklim dan tanah
yang lembab yang menjadikan rayap dapat mudah berkembang biak di Indonesia.
Dilihat dari kasus serangan rayap yang terjadi sejak tahun 1982 dimana rayap
menyerang pada bangunan-bangunan bertingkat dan telah menimbulkan kerugian
(Nandika et al. 2003). Kerusakan tersebut tidak hanya pada kayu struktur
bangunan namun juga menyerang barang-barang mebel, pintu, jendela, dan
barang-barang lainnya yang mengandung lignoselulosa. Dari sekian banyak rayap
yang menimbulkan kerusakan, rayap tanah (subterrenean termites) dari famili
Rhinotermitidae merupakan salah satunya (Tambunan dan Nandika 1989).
Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian ketahanan delapan jenis produk
komposit terhadap rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Kedelapan
produk kayu komposit tersebut berasal dari negara yang berbeda-beda, yaitu Cina,
Thailand, Malaysia, serta Indonesia.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan delapan jenis produk kayu
komposit terhadap serangan rayap tanah dengan pengujian skala laboratorium
berdasarkan metode JIS K 1571-2004 yang dimodifikasi, serta melihat kerusakan
yang ditimbulkan setelah pengujian.
Manfaat Penelitian
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi
mengenai ketahanan dari delapan jenis produk kayu komposit yang banyak
digunakan masyarakat luas terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes
curvignathus Holmgren).

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2013 bertempat di
Laboratorium Rayap dan Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan IPB.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, timbangan
elektrik, kaliper, cawan petri, bulu ayam, paralon dengan diameter 8.0 cm
dipotong dengan panjang 6.0 cm, desikator, jaring plastik, alumunium foil, jarum,
plastik pembungkus, kamera, dan alat tulis.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air mineral, alkohol,
dental cement, dan kapas. Contoh uji berupa produk-produk kayu komposit yang
menjadi komponen pintu dan kusen yang diperoleh dari salah satu perusahaan di
Jepang. Delapan jenis produk komposit yang digunakan dapat dilihat pada Tabel
1. Bahan lainnya yaitu kayu sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) yang
diperoleh dari Laboratorium Penggergajian, plastik produksi Jepang, serta rayap
tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Gambar 1)

3

(a)
(b)
Gambar 1 Rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (a) kasta prajurit (b)
kasta pekerja (Nandika et al. 2003)
Tabel 1 Jenis-jenis produk komposit yang diuji tanpa diketahui jenis perekat yang
digunakan
No Jenis produk

Bahan baku

1
2
3
4
5
6
7
8

Eucalyptus spp.
Eucalyptus spp.
Poplar (Populus spp.)
Tidak diketahui
Tidak dikethui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
H. brasiliensis Muell Arg

MDF
MDF dengan pelapis PVC
LVL
Particleboard
Corrugatedboard
Plywood
MDF antitermites
Treated rubberwood

Negara
produksi
Thailand
Thailand
Cina
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Malaysia
Indonesia

Prosedur
Metode JIS K 1571-2004
Contoh uji delapan jenis produk kayu komposit berukuran 2.5 cm × 2.5 cm
tebal sesuai dengan produk dan sebagai kontrol contoh uji adalah kayu sengon
dengan ukuran 2.0 cm × 2.0 cm × 0.5 cm dioven selama 48 jam dengan suhu 60±2
o
C untuk mendapatkan nilai berat kayu sebelum pengujian (W1). Pengulangan
pengujian dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan.
Wadah uji terbuat dari paralon dengan dasar dental cement disterilisasi
dengan cara dibersihkan dan diberi alkohol. Setelah itu, contoh uji yang telah
dioven dimasukkan kedalam wadah uji yang sebelumnya telah diletakkan jaring
plastik. Sebanyak 150 ekor rayap kasta pekerja dan 15 ekor rayap kasta prajurit
dimasukkan ke dalam wadah uji. Tutup wadah uji dengan alumunium foil dan
diberi beberapa lubang udara. Selanjutnya wadah uji dimasukkan ke dalam wadah
yang telah dilapisi dengan kapas yang telah diberi air mineral hingga lembab dan
ditempatkan di dalam ruang selama 3 minggu. Selama pengujian kelembaban
selalu dikonrol dan apabila terdapat rayap yang mati segera dikeluarkan dari
wadah uji.

4

Alumunium foil
Paralon
Contoh uji
Jaring plastik
Dental cement

Gambar 2 Pengujian produk kayu komposit metode JIS K 1571-2004
Setelah 3 minggu, contoh uji dibongkar dan dilakukan perhitungan jumlah
rayap tanah kasta pekerja yang masih hidup untuk diketahui nilai mortalitasnya.
Lalu contoh uji dibersihkan dan dioven selama 48 jam dengan suhu 60±2 oC,
ditempatkan ke dalam desikator lalu ditimbang (W2). Setelah itu akan dilakukan
perhitungan terhadap kehilangan berat, mortalitas, dan feeding rate.
Pengujian Kerapatan
Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran kerapatan contoh uji.
Kerapatan contoh uji dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :
Ρ
= Kerapatan (g/cm3)
B
= Berat kering oven contoh uji (gram)
V
= Volume contoh uji (cm3)
Perhitungan Hasil Pengujian Metode JIS K 1571-2004
Hasil pengujian merupakan nilai rata-rata dari masing-masing contoh uji.
Penurunan berat (weight loss) dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan :
WL
= kehilangan berat contoh uji (%)
W1
= berat kering oven contoh uji sebelum diumpankan (gram)
W2
= berat kering oven contoh uji setelah diumpankan (gram)
Lalu dari hasil penurunan berat diatas dapat ditentukan ketahanan kayunya
berdasarkan Tabel 2.

5

Tabel 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan
berat SNI 01.7207-2006
Kelas
I
II
III
IV
V

Ketahanan
Sangat tahan
Tahan
Sedang
Buruk
Sangat buruk

Penurunan Berat (%)
< 3.52
3.52 – 7.50
7.50 – 10.96
10.96 – 18.94
18.94 – 31.89

Sedangkan untuk mortalitas rayap dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :
MR
= mortalitas rayap (%)
D
= jumlah rayap yang mati (ekor)
150
= jumlah rayap pekerja pada awal pengujian (ekor)
Perhitungan feeding rate dimaksudkan untuk menggambarkan kemampuan
makan rayap perharinya. Hal ini dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :
FR = feeding rate (μg/ekor/hari)
∆W = kehilangan berat kayu (μg)
R1 = jumlah rayap pekerja awal yang digunakan (ekor)
R2 = jumlah rayap pekerja pada akhir pengujian yang masih hidup (ekor)
T
= lama waktu pengujian (hari)

Analisis Data
Data diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for
Windows. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan satu faktor, yaitu faktor α (jenis papan komposit). Respon yang diukur
adalah kehilangan berat, mortalitas, dan feeding rate. Model persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = µ + αi + εij
Keterangan :
Yij
= Pengamatan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
µ
= Rataan umum
αi
= Pengaruh jenis produk ke-i
εij
= error jenis produk ke-i ulangan ke-j

6

Untuk mengetahui pengaruh jenis produk maka dilakukan pengujian lanjut
yaitu analisis keragaman, dengan kriteria sebagai berikut:
a). Jika F hitung lebih kecil dari F tabel maka jenis produk tidak memberikan
pengaruh pada suatu selang kepercayaan.
b). Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka jenis produk berpengaruh nyata
pada suatu selang kepercayaan.
Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan untuk mencari jenis produk mana
yang terbaik

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian dilakukan untuk melihat ketahanan delapan jenis produk kayu
komposit yang diperoleh dari perusahaan mebel terhadap serangan rayap tanah C.
curvignathus berdasarkan dari persentase kehilangan berat dan mortalitasnya,
sedangkan feeding rate menunjukkan berat contoh uji (µg) yang dikonsumsi oleh
rayap tiap ekor perhari. Selain itu, kerusakan contoh uji menunjukkan bentuk
serangan rayap tanah. Perhitungan kerapatan juga dilakukan untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap hasil pengujian.

Kerapatan Produk Kayu Komposit
Kerapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas makan
rayap. Kerapatan papan yang tinggi cenderung menghambat aktifitas makan rayap
karena papan akan cenderung lebih keras. Perlakuan pengempaan dan bahan
penyusun produk juga dapat meningkatkan kerapatan sehingga menjadi lebih
keras (Suhasman et al. 2007). Nilai kerapatan yang diperoleh dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 3 Nilai kerapatan delapan produk kayu komposit dan kayu kontrol

7

Kerapatan produk kayu komposit berkisar antara 0.26 g/cm3 sampai 0.81
g/cm3. Medium density fiberboard dengan anti rayap memiliki nilai kerapatan
yang paling tinggi sedangkan kerapatan terendah pada corrugated board. Hal ini
karena corrugated board umum digunakan sebagai media pengangkutan barang
dan packaging (Roth 2000) produk jadi untuk didistribusikan, sehingga tidak
dituntut untuk memiliki kerapatan yang tinggi. Sedangkan MDF yang telah diberi
anti rayap digunakan sebagai bahan struktural maupun non-struktural yang
menuntut kerapatan mulai dari kerapatan sedang hingga tinggi.
LVL kayu poplar memiliki kerapatan kayu sebesar 0.51 g/cm3. Menurut
Dickman et al. (2001) kayu poplar yang berasal dari hutan tanaman memiliki
berat jenis berkisar antara 0.3 hingga 0.39. Hal ini membuktikan bahwa
pengolahan kayu solid menjadi kayu komposit akan meningkatkan kualitas kayu,
dalam hal ini kerapatan. Kerapatan particleboard produksi Indonesia adalah 0.6
g/cm3, hal tersebut sudah sesuai berdasarkan Forest Product Laboratory (FPL)
(2010) yakni berkisar antara 0.6 hingga 0.8 g/cm3.

Kehilangan Berat (Weight Loss)
Data aktifitas makan rayap ditunjukkan dari besar atau kecilnya nilai
persentase weight loss (WL) atau kehilangan berat contoh uji yang dapat dilihat
pada Gambar 3. Pada hasil pengujian dengan nilai WL berkisar antara 2% hingga
26.97%. Nilai WL tertinggi terdapat pada contoh uji corrugated board, yaitu
sebesar 26.97% sedangkan yang terendah pada contoh uji MDF dengan anti rayap.
Tingginya nilai WL corrugated board dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
misalnya perekat dan kerapatan. Menurut Nordstrand (2003), perekat yang umum
digunakan untuk produk corrugated board ini adalah pati (starch). Pati
merupakan perekat alami akan mudah terlepas saat keadaan lingkungannya
lembab seperti pada wadah pengujian dan tentunya mudah dimakan oleh rayap.
Selain itu kerapatan yang rendah dan sifat corrugated board yang mudah
mengikat air akan mempermudah rayap memakan produk karena lebih lunak.
Sedangkan pada MDF dengan anti rayap nilai WL ini dikarenakan kandungan
termitisida yang tidak disukai rayap.
MDF dengan atau tanpa pelapis PVC memiliki nilai WL yang hampir sama
sehingga pelapis PVC tidak memberikan pengaruh terhadap nilai kehilangan
berat. Particle board dan LVL dengan nilai kerapatan yang tidak jauh berbeda
memiliki nilai WL yang sama yaitu 12.28% dan 12.21%. Begitu pula dengan
plywood dan treated rubberwood dengan asam borat memiliki nilai WL masingmasing 3.47% dan 6.13%. Perlakuan asam borat (H3BO3) pada kayu karet
cenderung tidak disukai oleh rayap. Asam borat umum digunakan sebagai bahan
pengawet karena memiliki toksisitas yang rendah (Yamauchi et al. 2007). Begitu
pula dengan contoh uji MDF dari negara Malaysia yang telah diberi anti rayap
memiliki weight loss yang rendah yaitu 2%. Sedangkan pada contoh uji plywood
yang dilihat dari penampakannya terdiri dari berbagai macam kayu juga
cenderung memiliki WL rendah. Pada Gambar 12 terlihat bahwa plwood dengan
vinir yang memiliki warna terang dimakan oleh rayap sedangkan yang berwarna
lebih gelap tidak terlihat bentuk serangan

8

Gambar 4 Persentase kehilangan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah
C. curvignathus
Pada contoh uji MDF baik tanpa atau dengan bahan pelapis PVC memiliki
WL yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu kontrol meskipun kerapatan
MDF lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan mekanisme
pencernaan kayu oleh rayap diawali dengan proses mekanis yaitu menggigit dan
menggerus kayu menjadi partikel-partikel kecil yang kemudian dilanjutkan ke
proses enzimatik (Lempang dan Asdar 2007). Sehingga pada contoh uji MDF
dimana bahan baku telah melaui proses pulping rayap lebih mudah memakan
karena telah berbentuk menjadi serat.
Berdasarkan hasil analisis keragaman diperoleh bahwa pada selang
kepercayaan 99% kedelapan jenis produk kayu komposit menunjukkan pengaruh
yang sangat nyata terhadap nilai kehilangan berat. Analisis kehilangan berat ini
dapat dilihat pada Lampiran.
Tabel 3 Klasifikasi ketahanan produk kayu komposit terhadap serangan rayap
tanah C. curvignathus berdasarkan tabel SNI 01.7202-2006
Produk
MDF
MDF + PVCsheet
LVL Poplarwood
Particleboard
Corrugated board
Plywood
Treated rubberwood
MDF+antitermites

Kehilangan Berat (%)
19.80
19.92
12.21
12.28
26.97
3.47
6.13
2.00

Ketahanan / Kelas
Sangat Buruk / V
Sangat Buruk / V
Buruk / IV
Buruk / IV
Sangat Buruk / V
Sangat Tahan / I
Tahan / II
Sangat Tahan / I

Berdasarkan tabel klasifikasi ketahanan SNI 01.7207-2006, plywood dan
MDF dengan anti rayap merupakan contoh uji yang memiliki ketahanan paling
baik, yaitu kelas I. Pada produk MDF, MDF dengan pelapis PVC, dan corrugated
board memiliki ketahanan yang sangat buruk, yaitu kelas V. Sedangkan produk

9

LVL dan particleboard termasuk kelas IV atau buruk. Berdasarkan informasi
yang didapat dari perusahaan, produk MDF, MDF dengan pelapis PVC,
particleboard, corrugated board, LVL, dan particleboard tidak memiliki
penambahan bahan pengawet yang dapat meningkatkan kelas ketahanan produk
tersebut. Selain itu menurut Tsunoda (2008), produk komposit yang tidak
mengalami perlakuan pengawetan tidak akan tahan terhadap serangan rayap
walaupun tidak kontak langsung dengan tanah.

Mortalitas Rayap (Mortality)
Mortalitas merupakan persentase jumlah rayap pekerja yang mati pada akhir
tahap pengujian terhadap jumlah rayap pekerja pada awal tahap pengujian.
Perhitungan persentase mortalitas perlu dilakukan untuk mengetahui adanya
pengaruh jenis contoh uji terhadap jumlah kematian rayap. Akan tetapi, selain
contoh uji yang dapat mempengaruhi mortalitas, faktor lingkungan juga
berpengaruh. Misalnya saja pertumbuhan jamur akibat bangkai rayap yang mati
tidak segera dibersihkan dari botol uji. Rayap yang mati dan terserang jamur akan
dimakan oleh rayap pekerja yang masih sehat dan tertular ke rayap lainnya karena
perilaku trofalaksis rayap (Tambunan dan Nandika 1989). Hasil pengujian
menunjukkan bahwa mortalitas rayap berkisar antara 33.20% hingga 100%.
Mortalitas tertinggi didapati pada produk MDF dengan anti rayap sedangkan yang
terendah pada produk MDF dengan pelapis PVC. Rendahnya mortalitas pada
MDF dengan pelapis PVC dibandingkan dengan mortalitas MDF tanpa pelapis
PVC membuktikan bahwa adanya penambahan PVC tidak memberikan pengaruh
terhadap tingkat kematian rayap.
Mortalitas 100% pada MDF dengan anti rayap menunjukkan bahwa zat aktif
pada anti rayap tersebut efektif, meski terdapat pengurangan berat sebesar 2%.
Hal ini dikarenakan, pada kondisi laboratorium dengan keadaan lingkungan
tinggal rayap terpaksa, sehingga rayap akan memakan contoh uji yang diberikan.
Rayap yang memakan contoh uji tersebut akan menyebarkan racun tersebut ke
rayap lainnya dikarenakan perilaku trofalaksis, yaitu perilaku rayap untuk saling
menjilat dan melakukan pertukaran makanan. Dapat pula rayap yang mati akibat
racun tersebut dimakan oleh rayap yang masih sehat. Berbeda dengan contoh uji
plastik, walaupun WL bernilai 0% tetapi mortalitas yang didapat 98.13%, artinya
masih ada rayap yang hidup hingga akhir waktu pengujian. Saat rayap tidak dapat
memakan karena suatu kondisi, rayap yang sehat akan memakan individu sejenis
yang lemah dan sakit, perilaku ini disebut kanibalisme (Nandika et al. 2003).
Mortalitas pada kayu karet dengan perlakuan asam borat sebesar 98.93%
dan WL sebesar 6.13% menunjukkan bahwa asam borat kurang efektif terhadap
rayap tanah. Hal ini dikarenakan bahan pengawet asam borat kurang tahan
terhadap kelunturan dan kondisi lembab seperti kondisi pengujian. Sehingga
disarankan penggunaan pengawet asam borat untuk produk kayu yang dalam
penggunaannya tidak berhubungan dengan tanah attau dalam keadaan lembab
(Hunt dan Garratt 1986).

10

Gambar 5 Persentase mortalitas contoh uji terhadap serangan rayap tanah C.
curvignathus
Contoh uji yang telah diberi bahan pengawet memiliki nilai mortalitas yang
tinggi dan WL yang rendah. Hal ini membuktikan bahwa dengan penambahan
bahan pengawet akan meningkatkan ketahanan produk terhadap serangan rayap
tanah. Tingginya persentase mortalitas akan diiringi dengan rendahnya persentase
kehilangan berat contoh uji (Rahmawati et al. 2009). Berdasarkan dari hasil
analisis keragaman yang dilakukan, diperoleh bahwa pada selang kepercayaan
99% mortalitas yang didapat berbeda nyata pada setiap produk yang diuji.

Tingkat Konsumsi Rayap (Feeding rate)
Feeding rate (FR) atau tingkat konsumsi rayap terhadap contoh uji
merupakan jumlah konsumsi rayap sebanyak µg tiap ekor rayap perhari. Nilai ini
menunjukkan kemampuan makan rayap selama waktu pengujian yaitu 21 hari.
Berdasarkan hasil analisis keragaman pada selang kepercayaan 99% menunjukkan
bahwa nilai FR berpengaruh nyata terhadap delapan jenis produk kayu komposit.
Pada tahap awal pengujian rayap terlebih dahulu akan menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang disediakan. Rayap yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya akan mati, dan rayap yang mampu bertahan akan beradaptasi
dengan makanan. Jika contoh uji yang diumpankan sesuai maka rayap akan
meneruskan makan dan jika tidak maka rayap akan berpuasa. Sehingga pada saat
pengujian tingkat konsumsi rayap bergantung pada material yang diserang dan
kondisi lingkungan yang mendukung (Yanti 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai FR berkisar antara 33.52
μg/ekor/hari hingga 137.20 μg/ekor/hari. Nilai FR contoh uji MDF dengan anti
rayap adalah yang terendah, yaitu 33.52 μg/ekor/hari. Sedangkan corrugated
board memiliki nilai rata-rata FR yang paling tinggi, yaitu 137.20 μg/ekor/hari,
karena strukturnya yang lunak dan mudah menyerap air sehingga mudah
dikonsumsi oleh rayap. Seperti yang dinyatakan oleh Nugraha (2013) bahwa

11

rayap akan cenderung memakan makanan yang mengandung banyak selulosa,
mudah digigit, dan dihancurkan.
Sementara nilai FR yang rendah pada MDF dengan anti rayap menunjukkan
bahwa perlakuan penambahan zat aditif dapat menurunkan FR jika dibandingkan
dengan MDF tanpa penambahan anti rayap seperti MDF dengan atau tanpa
pelapis PVC dengan FR sebesar 131.59 μg/ekor/hari dan 133.69 μg/ekor/hari.
Pada papan partikel dan LVL nilai FR sebesar 112.13 μg/ekor/hari dan 78.96
μg/ekor/hari. Walaupun kedua contoh uji ini memiliki nilai WL yang tidak jauh
berbeda akan tetapi jumlah rayap yang masih hidup pada akhir pengujian
(mortalitas rendah) yang menjadi pembeda nilai FR.

Gambar 6 Nilai rata-rata feeding rate contoh uji terhadap serangan rayap tanah C.
curvignathus
Bentuk Serangan
Bentuk kerusakan akan memperlihatkan bagian mana dari suatu produk
yang paling disenangi oleh rayap. Kerusakan yang terjadi pada contoh uji
beragam. Pada kelas ketahanan IV (buruk) dan V (sangat buruk) kerusakan yang
terjadi pada hampir semua sisi contoh uji. Pada LVL bentuk kerusakan yang
terjadi searah pada garis rekat sedangkan pada papan partikel bentuk kerusakan
yang terjadi terdapat pada bagian tengah (core) yang memiliki kerapatan yang
lebih rendah. Pada contoh uji MDF dengan lapisan PVC, rayap tidak mampu
merusak lapisan PVC, akan tetapi kerusakan terjadi pada sisi yang tidak terlapisi.
Untuk kerusakan pada corrugated board terjadi hampir diseluruh sisi contoh uji.
Pada contoh uji MDF dengan anti rayap dan plastik tidak terdapat serangan
yang terlihat. Sementara pada contoh uji kayu lapis (plywood) kerusakan yang
jelas terjadi pada contoh uji kayu yang berwarna terang. Hal ini diduga adanya
pengaruh kandungan zat ekstraktif pada pigmen kayu yang dapat mempengaruhi
warna kayu tersebut (Pandit dan Kurniawan 2008). Zat ekstraktif tersebut dapat
bersifat racun (toxic) terhadap faktor biodeteriorasi.

12

(a)
(b)
Gambar 7 Medium density fiberboard (a) Sebelum pengujian (b) Setelah
pengujian.

(a)

(b)

Gambar 8 Medium density fiberboard dengan pelapis PVC (a) sebelum pengujian
(b) setelah pengujian

(a)
(b)
Gambar 9 Laminated veneer lumber (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a)
(b)
Gambar 10 Particle board (a) Sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a)
(b)
Gambar 11 Corrugated board (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

13

(a)
(b)
Gambar 12 Plywood (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a)
(b)
Gambar 13 MDF dengan anti rayap (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a)
(b)
Gambar 14 Treated rubberwood (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a)
(b)
Gambar 15 Plastik (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a)
(b)
Gambar 16 Kontrol (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ketahanan contoh uji terhadap rayap dapat dilihat dari persentase
kehilangan berat dan mortalitas rayap pada akhir pengujian. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa kehilangan berat contoh uji sangat berbeda
nyata pada masing-masing produk plywood dan medium density iberboard (MDF)
yang diberi anti rayap termasuk kelas ketahanan I. Kayu karet yang telah diberi
perlakuan asam borat termasuk kelas ketahanan II, LVL dan particleboard
termasuk kedalam kelas ketahanan IV, sedangkan corrugated board, MDF dengan
atau tanpa pelapis PVC termasuk kedalam kelas ketahanan yang paling buruk (V).
Produk kayu komposit yang memiliki perlakuan penambahan bahan pengawet
akan meningkatkan ketahanan terhadap organisme perusak khususnya rayap.
Saran
Perlu dilakukan pengujian faktor sifat fisis dan mekanis dari kedelapan jenis
contoh uji. Selain itu juga perlu dilakukannya pengujian terhadap faktor
biodeteriorasi lainnya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Dickman DI, Isebrands JG, Eckenwalder JE, Richardson J. 2001. Poplar Culture
in North America. Ottawa: NRC Research Pr.
Fowler AP, Hughes JM, Elias RM. 2006. Biocomposites: technology,
environmental credentials and market forces. J Sci Food Agric 86:1781–1789.
[FPL] Forest Products Laboratory. 2010. Wood Handbook: Wood as an
Engineering Material. Madison, Wiscouncin (US): United States Department
of Agriculture Forest Service.
Hunt GM, Garrat GA. 1986. Pengawetan Kayu. Jusuf M, penerjemah;
Prawirohatmodjo S, editor. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. Terjemahan
dari Wood Preservation. Ed ke-1.
[JIS] Japanese Industrial Standard. 2004. Test Methods for Determining the
Effectiveness of Wood Preservatives and Their Performance Requirement. JIS
K 1571-2004.
Kementrian Kehutanan. 2012. Statistika Kehutanan Indonesia 2011 [Internet].
[diunduh
2013
Maret
28].
Tersedia
pada:
http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/8586.
Lempang M, Asdar M. 2007. Ketahanan alami kayu jati (Tectona grandis L.f)
asal Sulawesi terhadap rayap tanah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 25(4): 203210.
Maloney TM. 1997. Modern Particleboard and Dry Process Fiberboard
Manufacturing. San Fransisco: Miller Freeman Inc.
Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap Biologi dan Pengendaliannya.
Joko H, Harismah K, editor. Surakarta (ID): Muhammadiyah University Pr.
Nordstrand T. 2003. Basic testing and strength design of corrugated board and
containers [tesis]. Lund (SE): Lund University.
Nugraha G. 2013. Ketahanan papan komposit dari limbah kayu dan karton
gelombang terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus
Holmgren) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pandit IKN, Kurniawan D. 2008. Anatomi Kayu: Struktur Kayu, Kayu sebagai
Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Rahmawati N, Mulyaningrum, Rumidatul A, Hartati S. 2009. Exploration of
extract of pinus (Pinus merkusii) and ki hiyang (Albizzia procerra Benth) barks
as natural preservatives. Di dalam: Dwianto W, Hermiati E, Falah F,
Darmawan T, editor. Contribution of Scientific Profession Society on the
Development of Wood Science and Technology in Indonesia.The First
International Symposium of Indonesian Wood Research Society; 2009 Nov 2-3;
Bogor. Bogor (ID): Indonesian Wood Research Society. hlm: 100.
Roth L, Wybenga GL. 2000. The Packaging Designer’s Book of Patterns. New
York (US): John Wiley and Sons Inc.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu
terhadap Organisme Perusak Kayu. SNI 01.7207-2006.

16

Simangunsong B. 2010. Future markets of Indonesia’s wood composite products.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3(2): 77-78.
Suhasman, Massijaya MY, Hadi YS, Arif A. 2007. Ketahanan papan komposit
dari limbah kayu sengon dan karton terhadap rayap kayu kering dan rayap
tanah. Jurnal Perennial 4(1): 28-35.
Tambunan B, Nandika D. 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Tsunoda K. 2008. Performance of wood-base composites in a protected above
ground test in southern Japan. The Intenational Research Grup on Wood
Protection. 40351.
Yamauchi S, Sakai Y, Watanabe Y, Kubo MK, Matsue H. 2007. Distribution
boron in wood treated with aqueous and methanolic boric acid solutions.
J.Wood Sci. 53: 324-331.
Yanti H. 2008 Sifat anti rayap zat ekstraktif kulit kayu Acacia auriculiformis A
Cunn ex Benth [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

17

LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis keragaman kehilangan berat skala laboratorium
ANOVA
Weight loss
Sum of Squares

df

Mean Square

f

Sig.

Between Groups
3482.86
9
386.98
76.69
.00
Within Groups
201.85
40
5.05
Total
3684.71
49
Kesimpulan:
Faktor produk berpengaruh nyata terhadap kehilangan berat (weight loss) Fhit > F
tabel
Uji Lanjut Duncan
Produk

N

Subset for alpha = 0.01
1

2

3

4

Plastik

5

.0000

MDF rayap

5

1.9960

Plywood

5

3.4700

Treated rubberwood

5

LVL poplarwood

5

12.2120

Kontrol

5

12.2200

Particle board

5

12.2760

MDF

5

19.8040

MDF sheetPVC

5

19.9140

Corrugated board

5

Sig.

5

3.4700
6.1320

26.9700
.025

.068

.967

.939

1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan, kehilangan berat pada setiap jenis produk
kayu komposit memiliki perbedaan yang nyata, kecuali pada contoh uji plywood.

18

Lampiran 2 Analisis keragaman mortalitas skala laboratorium
ANOVA
Mortalitas
Sum of Squares

Df

Mean Square

F

Sig.

Between Groups
35132.713
9
3903.635 21.428
Within Groups
7286.965
40
182.174
Total
42419.677
49
Kesimpulan:
Faktor produk berpengaruh nyata terhadap mortalitas Fhit > F tabel

.000

Uji Lanjut Duncan
Subset for alpha = 0.01
Produk

N

1

MDF sheetPVC

5

33.2000

LVL poplar wood

5

35.8680

MDF

5

47.2000

Particle board

5

60.4000

Corrugated board

5

64.7980

Plywood

5

96.8000

Kontrol

5

96.9360

Plastik

5

98.1340

Treated rubberwood

5

98.9320

MDF anti rayap

5

1.0000E2

Sig.

.129

2

3

47.2000

.057

.743

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan, mortalitas pada setiap jenis produk kayu
komposit memiliki perbedaan yang nyata, kecuali pada contoh uji medium density
fiberboard tanpa pelapis PVC.

19

Lampiran 3 Analisis keragaman feeding rate skala laboratorium
ANOVA
Feedingrate
Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Between Groups
43610.543
9
4845.616 24.932
Within Groups
7773.989
40
194.350
Total
51384.532
49
Faktor produk berpengaruh nyata terhadap feeding rate Fhit > F tabel

.000

Uji Lanjut Duncan
Subset for alpha = 0.01
Produk

N

1

Plastik

5

.0000

LVL poplarwood

5

.0780

Particle board

5

.1120

MDF

5

.1340

MDF sheetPVC

5

.1340

Corrugated board

5

.1360

MDF anti rayap

5

33.0200

Plywood

5

35.7900

Treated rubberwood

5

65.2040

Kontrol

5

82.5540

Sig.


.989

2

.755

3

.056

Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan, feeding rate pada setiap jenis
produk kayu komposit memiliki perbedaan yang nyata.

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan
pada tanggal 16 September 1991 dari ayah Saad Ishak dan
ibu Nata Maryati. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga
bersaudara. Tahun 2009 penulis yang lulus dari SMA
Negeri 5 Palembang diterima masuk Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
dan diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam
organisasi Bina Desa BEM KM IPB periode tahun 20092010 sebagai staf divisi Komunikasi dan Informasi (Kominfo), International
Forestry Student Association (IFSA) LC-IPB sebagai staf Village Concept Project
(VCP) selama satu periode dari tahun 2010 hingga 2011, dan juga sebagai anggota
aktif divisi eksternal Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) pada
tahun 2010-2012. Penulis juga aktif sebagai panitia diberbagai acara, diantaranya
sebagai anggota divisi acara Southeast Asia Forest Youth Meeting (SEAFYM)
tahun 2011, ketua divisi acara Himasiltan Goes to Village tahun 2010, dan sebagai
sekretaris pada Masa Perkenalan Departemen Hasil Hutan (KOMPAK DHH
2011).
Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem
Hutan (PPEH) yang bertempat di Pangandaran dan Gunung Sawal, Jawa Barat.
Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Jawa Barat. Bulan Februari hingga
April 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Madani Corp, Kudus,
Jawa Tengah. Selama masa kuliah penulis menerima beasiswa PPA dari tahun
2009 hingga 2010 dan beasiswa Yayasan Kasih AA Rahmat tahun 2012 hingga
2013. Penulis juga aktif dalam kegiatan olahraga di Forester Cup dan memperoleh
juara II pada cabang basket putri tahun 2011.

Dokumen yang terkait

Uji Efektivitas Termitisida Nabati Terhadap Mortalitas Rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren)(Isoptera : Rhinotermitidae) di Laboratorium

5 52 70

Uji Termitisida Hewani dan Termitisida Kimiawi Terhadap Mortalitas Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) Di Laboratorium

2 44 52

Pengendalian Rayap Coptotermes curvignatus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) dengan Menggunakan Daun Sirsak (Annona muricata L.) pada Berbagai Jenis Umpan Di Laboratorium

1 49 74

Preferensi Makan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae) terhadap Delapan Jenis Kayu Bangunan

0 9 129

Pengujian Ketahanan Alami Empat Jenis Kayu Rakyat Terhadap Serangan Rayap Tanah Coptotermes curvignatus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae)

0 7 63

Keawetan Kayu Plastik Polivinil terhadap Serangan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light) dan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)

0 8 92

Ketahanan Kayu yang Diawetkan dengan Pengasapan dari Serangan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dan Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus Light

1 28 115

Ketahanan Papan Serat Berkerapatan Sedang Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)

3 9 114

Pengaruh garis rekat glulam terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)

0 6 47

Preferensi Makan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera Rhinotermitidae) terhadap Delapan Jenis Kayu Bangunan

0 8 119