Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat Inflasi Tinggi

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN REDENOMINASI
TERHADAP PERMINTAAN KONSUMEN DALAM KONDISI
EKONOMI DENGAN TINGKAT INFLASI TINGGI

RHEZA PRASETYA ARIMURTI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Kebijakan Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi
Ekonomi dengan Tingkat Inflasi Tinggi adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013

Rheza Prasetya Arimurti
NIM H14090053

ABSTRAK
RHEZA PRASETYA ARIMURTI. Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi
terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat Inflasi
Tinggi. Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA.
Redenominasi adalah penyederhanaan mata uang menjadi pecahan yang
lebih sedikit dengan cara mengurangi digit angka (angka nol) tanpa mengurangi
nilai mata uang tersebut. Oleh karena itu, diharapkan daya beli masyarakat tidak
berubah. Penelitan ini dilakukan untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan akibat
adanya kebijakan redenominasi dalam kondisi inflasi tinggi. Data yang digunakan
adalah data primer yang diperoleh dari percobaan ekonomi. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t dan analisis deskriptif. Kebijakan
redenominasi cenderung menurunkan nilai transaksi untuk barang elastis pada saat
pertumbuhan rendah. Hal tersebut disebabkan oleh harga yang cenderung

mengalami penurunan. Sedangkan pada saat pertumbuhan tinggi, kebijakan
redenominasi cenderung meningkatkan nilai transaksi. Hal tersebut disebabkan
oleh harga yang cenderung mengalami peningkatan.
Kata kunci: Percobaan Ekonomi, Redenominasi, Uji-t

ABSTRACT
RHEZA PRASETYA ARIMURTI. Analysis of Redenomination Effect on
Consumer Demand in Economic Conditions with High Inflation. Supervised by
BAMBANG JUANDA.
Redenomination is a simplification of currency into smaller fragments by
reducing digit number (zero) without reducing the value of the currency.
Therefore, the expected purchasing power has not changed. This research was
conducted to see the effect that the result of the redenomination policy. The data
used are primary data obtained from experimental economics. Analysis tools used
in this study is the t-test and descriptive analysis. Redenomination policy tends to
lower the value of transactions for goods elastic at low growth. This was caused
by the price tends to decrease. While at the time of high growth, redenomination
policy tends to increase the value of the transaction. This was caused by the price
tends to increase.
Key words : Experimental Economics, Redenomination, T-test


ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN REDENOMINASI
TERHADAP PERMINTAAN KONSUMEN DALAM KONDISI
EKONOMI DENGAN TINGKAT INFLASI TINGGI

RHEZA PRASETYA ARIMURTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perekonomian
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judu] Skripsi: Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Pennintaan

Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat lnflasi Tinggi
: Rheza Prasetya Arimurti
Nama
: H14090053
NIM

Disetujui oleh

Prof. Dr.Ir. Bambang Juanda, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

2 0 AUG 2013

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Permintaan
Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat Inflasi Tinggi
Nama

: Rheza Prasetya Arimurti
NIM
: H14090053

Disetujui oleh

Prof. Dr.Ir. Bambang Juanda, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah

redenominasi, dengan judul Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap
Permintaan Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat Inflasi Tinggi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda,
MS selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan
motivasi selama proses penelitian. Selain itu ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada kedua orang tua yang selalu mendoakan penulis, temanteman terbaik penulis yang selalu memberikan dukungan, teman satu bimbingan,
teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 46, serta pihak-pihak lain yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Rheza Prasetya Arimurti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR


xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian


4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

5

Konsep Elastisitas Permintaan

5

Perubahan Nilai Mata Uang


7

Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi

7

Percobaan Ekonomi

9

Percobaan Ekonomi dalam Kajian Kebijakan Ekonomi

10

Hipotesis

10

Kerangka Penelitian


11

METODE PENELITIAN

12

Jenis dan Sumber Data

12

Metode Pengambilan Sampel

12

Rancangan Simulasi Percobaan

12

Prosedur Simulasi Percobaan


14

Metode Analisis Data

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

17

Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Perilaku Ekonomi
dalam Beberapa Kondisi pada saat Inflasi Tinggi

17

Alternatif Kebijakan untuk Mengatasi Dampak Akibat Redenominasi Mata
Uang Rupiah

28

SIMPULAN DAN SARAN

28

Simpulan

28

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

63

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Sepuluh mata uang dengan nilai pecahan tertinggi di ASEAN
Tingkat pertumbuhan dan tingkat inflasi di Indonesia pada tahun
2008-2012
Penjabaran kondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi
Hipotesis untuk uji beda nilai tengah
Hasil nilai dari uji kergaman dan uji t-test untuk respon tertentu
dalam beberapa kondisi.
Hasil t-test perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan
rendah dan pertumbuhan tinggi
Hasil t-test perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat
pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi
Hasil t-test perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat
pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi
Hasil t-test perbandingan perubahan harga relatif untuk barang elastis
dan barang inelastis
Hasil t-test perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi
untuk barang elastis dan barang inelastis
Hasil t-test perbandingan persentase perubahan nilai tranksaksi untuk
barang elastis dan barang inelastis
Hasil t-test perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan
rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda
Hasil t-test perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat
pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda
Hasil t-test perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat
pertumbuhan rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda

2
3
13
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
2 Perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan
pertumbuhan tinggi
3 Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan
rendah dan pertumbuhan tinggi
4 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan
rendah dan pertumbuhan tinggi
5 Perbandingan perubahan harga relatif untuk barang elastis dan barang
inelastis
6 Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi pada barang
elastis dan barang inelastis
7 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi pada barang elastis
dan barang inelastis
8 Perbandingan perubahan harga relatif saat pertumbuhan rendah dan
tinggi pada komoditas yang berbeda

11
18
19
20
21
22
23
24

9 Perbandingan persentase perubahan jumlah transaksi saat pertumbuhan
rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda
10 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan
rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda
11 Perbandingan persentase perubahan nilai transaksi saat pertumbuhan
rendah dan tinggi pada komoditas yang berbeda per kondisi

25
26
27

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Data hasil percobaan
Hasil uji keragaman dan uji beda nilai tengah untuk setiap kombinasi
Grafik plot data untuk setiap kombinasi perlakuan
Instruksi percobaan
Daftar unit value dan unit cost masing-masing pelaku percobaan
Lembar keputusan penjual dan pembeli
Grafik perkembangan perubahan harga dalam setiap ulangan

31
32
42
47
55
57
61

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan perekonomian nasional dalam menghadapi
tantangan ke depan yang berupa integrasi perekonomian global, saat ini Bank
Indonesia sedang melakukan suatu kajian mengenai penyederhanaan dan
penyetaraan nilai Rupiah. Wacana mengenai redenominasi tersebut telah
dikeluarkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI), Darwin Nasution, pada tanggal 3
agustus 20101. Redenominasi adalah penyederhanaan mata uang menjadi pecahan
yang lebih sedikit dengan cara mengurangi digit angka (angka nol) tanpa
mengurangi nilai dari mata uang tersebut. Dalam redenominasi yang direncanakan
akan menghilangkan tiga angka nol pada nilai uang, barang, maupun upah.
Dengan demikian, redenominasi akan menyederhanakan penulisan nilai barang
dan jasa yang diikuti pula penyederhanaan penulisan alat pembayaran (uang).
Misalkan Rp20 000 akan berubah menjadi Rp20, hal ini berlaku pada mata uang
maupun harga barang. Karena perubahan hanya pada nilai nominal uang,
sedangkan pada nilai riil tetap maka diharapkan tidak mempengaruhi daya beli
masyarakat.
Kebijakan redenominasi atau eliminasi tiga angka nol pada Rupiah
rencananya akan tercantum di dalam Rancangan Undang-undang (RUU)
Perubahan Harga Rupiah, dimana RUU ini merupakan salah satu dari 70 RUU
yang telah masuk ke dalam daftar Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun
2013 2 . Namun sampai saat ini RUU tersebut baru dalam tahap disiapkan oleh
Kementerian Keuangan, dan belum diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) untuk dibahas. Kebijakan ini baru disosialisasikan secara resmi oleh
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia pada 23 Januari 2013 yang lalu.
Dasar pemikiran yang melandasi dalam melakukan kebijakan redenominasi
adalah perlunya penyederhanaan terhadap nilai Rupiah. Karena pertumbuhan
ekonomi di Indonesia saat ini yang relatif tinggi akan meningkatkan perputaran
uang dengan nilai yang semakin meningkat. Peningkatan ini berdampak pada
pencatatan digit yang semakin banyak di setiap transaksi yang terjadi sehingga
menyulitkan sejumlah pihak dalam pencatatan keuangannya, karena software
yang tersedia saat ini hanya mampu mencatat 11 digit angka. Selain itu, nilai
setiap mata anggaran di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga
ditulis dalam triliun Rupiah atau tidak menyertakan 12 digit angka terakhir3.
Alasan lainnya dalam melakukan kebijakan redenominasi karena terdapat
kemungkinan terjadinya inflasi yang tinggi dalam waktu yang singkat sehingga
akan menyebabkan nilai mata uang yang semakin rendah. Semakin rendahnya
nilai mata uang, maka akan menyebabkan semakin banyaknya jumlah uang yang
diperlukan untuk membeli barang atau jasa (Amir, 2011). Apabila terjadi inflasi
yang tinggi dan terus bertambah setiap tahunnya, maka tidak menutup
kemungkinan akan munculnya pecahan mata uang baru yang lebih besar. Saat ini
Indonesia memiliki pecahan tertinggi sebesar Rp100 000, kedua tertinggi setelah
1

Siaran Pers Bank Indonesia No. 12/38/PSHM/Humas
Lihat, http://www.dpr.go.id/id/baleg/prolegnas/313/Daftar-Prolegnas-RUU-Prioritas-Tahun-2013
3
Nota Keuangan dan Rancangan APBN Tahun Anggaran 2013
2

2
mata uang Vietnam yang mencetak 500 000 Dong. Maka diperkirakan dampak
dari kenaikan inflasi yang terus bertambah akan muncul pecahan baru sebesar
Rp200 000 atau Rp500 000 bahkan mungkin mencapai Rp1 000 000. Nilai
nominal yang terlalu besar seolah-olah mencerminkan di masa lalu negara pernah
mengalami inflasi yang tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental
perekonomian yang kurang baik (Kesumajaya, 2011). Dapat dilihat pada Tabel 1,
diantara mata uang lainya Rupiah menempati peringkat kedua dalam Negara yang
memiliki mata uang pecahan tertinggi sebesar Rp100 000.
Tabel 1 Sepuluh mata uang dengan nilai pecahan tertinggi di ASEAN
No
Mata Uang (Negara)
Nilai pecahan tertinggi
1
Dong (Vietnam)
500.000
2
Rupiah (Indonesia)
100.000
3
Riel (Kamboja)
100.000
4
Kip (Laos)
50.000
5
Brunei Dollar (Brunei)
10.000
6
Singapore Dollar (Singapura)
10.000
7
Kyat (Myanmar)
5.000
8
Peso (Philiphina)
1.000
9
Baht (Thailand)
1.000
10 Ringgit Malaysia (Malaysia)
100
Sumber: http://infobanknews.com diakses pada 20 Juli 2013

Sejak tahun 1923, setidaknya terdapat 50 negara yang telah menerapkan
kebijakan redenominasi, ada yang dianggap gagal dan ada juga yang dianggap
berhasil. Negara-negara yang dapat dikatakan berhasil dalam menerapkan
redenominasi adalah Turki, Polandia, Rumania, dan Ukraina. Sementara, negaranegara yang tidak berhasil dalam melakukan kebijakan redenominasi adalah
Brazil, Israel, Rusia, Korea Utara, dan Zimbabwe. Ada beberapa negara yang
melakukan redenominasi dalam beberapa tahap, seperti Brazil dan Serbia
Montenegro sebanyak empat kali serta Israel dan Argentina sebanyak enam kali.
Salah satu indikator keberhasilan penerapan redenominasi adalah tingkat inflasi
setelah kebijakan tersebut diterapkan. Sebagai contoh, Negara turki setelah
melakukan kebijakan redenominasi dengan menghilangkan enam angka nol
keadaan perekonomian tetap terjaga, tingkat inflasinya turun dan lebih stabil.
Rencana untuk menerapkan kebijakan redenominasi di Indonesia saat ini
dinilai sudah tepat. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ioana
(2005) yang menyebutkan bahwa redenominasi mata uang hanya akan sukses
dilakukan hanya jika memenuhi dua kondisi berikut: 1) tingkat inflasi yang
rendah dengan kecenderungan yang menurun; dan 2) berhasilnya program
reformasi dan restrukturisasi ekonomi, seperti pertumbuhan PDB riil yang tinggi.
Saat ini, variabel-variabel makroekonomi seperti inflasi dan pertumbuhan
ekonomi cenderung sudah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Kondisi
ini dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa pada tahun 2010 tingkat pertumbuhan
ekonomi sebesar 6.2% sudah mengalami peningkatan yang pada sebelunya pada
tahun 2009 sebesar 4.6%. Sama halnya dengan tingkat inflasi yang sudah
mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 4,8% setelah sebelumnya sebesar

3
Tabel 2 Tingkat pertumbuhan dan tingkat inflasi di Indonesia pada
tahun 2008-2012
Tahun

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Inflasi (%)

2008

6,0

9,8

2009

4,6

4,8

2010

6,2

5,1

2011

6,5

5,4

2012

6,2

4,3

Sumber: World Development Indicators 2012

9,8 % pada tahun 2008. Dari kedua variabel tersebut dapat disimpulkan dalam
beberapa tahun terakhir ini cenderung sudah mulai stabil dari tahun ke tahun.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan nantinya bahwa saat pelaksanaan
kebijakan redenominasi terjadi pada saat kondisi inflasi tinggi. Karena seperti
yang kita ketahui saat ini, terjadi kenaikan pada harga bahan bakar minyak
maupun pada tarif dasar listrik. Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution,
menyebutkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik
(TDL) bisa membuat angka inflasi naik hingga 7,1% 4 . Naiknya angka inflasi
berasal dari dampak langsung kenaikan harga BBM dan dampak lanjutannya ke
harga barang lain. Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan semakin
rendahnya nilai mata uang, sehingga akan dibutuhkan denominasi (nilai) mata
uang yang besar dalam setiap transaksi perekonomian.

Perumusan Masalah
Kebijakan redenominasi tidak hanya berlandasakan pada satu bidang saja,
tetapi pada bidang lainya seperti bidang sosial, politik, dan masyarakat tentunya.
Efek tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan satu dengan yang
lainya. Kebijakan redenominasi juga terkait dengan faktor-faktor politik seperti
rentang waktu pemerintahan, idiologi partai pemerintahan, fraksinalisasi dalam
pemerintahan dan parlemen serta derajat keberagaman sosial (Mosley, 2005). Dari
pengalaman Negara yang telah melakukan redenominasi, kebijakan redenominasi
dapat memicu terjadinya money illution yang menyebabkan meningkatnya tingkat
inflasi dikarenakan adanya bias persepsi dimana masyarakat bertindak over
consumptive karena menganggap uang terlihat lebih tinggi nilainya dan barang
yang semakin terlihat lebih murah (Wibowo, 2013). Hal ini akan menyebabkan
meningkatnya permintaan terhadap harga barang, sehingga kondisi tersebut
dimanfaatkan oleh para penjual untuk meningkatkan harga barang yang pada
ujungnya akan berdampak pada inflasi.
4

Lihat, http://megapolitan.kompas.com/read/2012/03/08/19551533

4
Apabila redenominasi tidak disosialisasikan dengan baik dampaknya akan
berlanjut pada berkurangnya kepercaaan masyarakat terhadap mata uang Rupiah.
Keadaan ini tentu akan membuat nilai rupiah terdepresiasi. Rupiah yang
terdepresiasi bermakna bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
menjadi lebih rendah dan mengindikasikan daya saing dalam negeri menurun
dibandingkan asing. Selain itu, redenominasi juga dapat menyebabkan inflasi
dikarenakan adanya pembulatan keatas atau kebawah apabila tidak terdapat
pecahan kecil untuk mata uang baru.
Oleh karena itu, dari penjelasan diatas kajian mengenai dampak yang akan
ditimbulkannya perlu dikaji secara ilmiah melalui metode percobaan. Metode
percobaan adalah cara yang sangat baik untuk membangkitkan data yang
kualitasnya lebih baik dari metode survei dan mampu mengendalikan faktorfaktor yang mengganggu hubungan sebab akibat (Juanda, 2010). Dalam metode
percobaan, interaksi antara para pelaku ekonomi dalam membuat keputusan dapat
memberikan gambaran mengenai dampak kebijakan redenominasi pada kondisi
inflasi tinggi, karena menurut Juanda (2010) data hasil percobaan akan lebih
mudah diinterpretasi dalam menyimpulkan hubungan sebab akibat dibandingkan
data hasil survei. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga
relatif, persentase perubahan jumlah transaksi, dan persentase perubahan nilai
transaksi pada kondisi ekonomi dengan tingkat inflasi tinggi ?
2. Alternatif kebijakan apakah yang perlu ditempuh pemerintah dan bank sentral
untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat redenominasi mata
uang Rupiah?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dijelaskan, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga relatif,
persentase perubahan jumlah transaksi, dan persentase perubahan nilai
transaksi pada kondisi ekonomi dengan tingkat inflasi tinggi.
2. Mengkaji kebijakan apakah yang perlu ditempuh pemerintah dan bank sentral
untuk mengantisipasi berbagai dampak yang ditimbulkan akibat redenominasi
mata uang Rupiah.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini yaitu:
1. Sebagai bahan pertimbangan Bank Indonesia dan pemerintah khususnya Badan
Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan dalam penyusunan RUU Perubahan
Harga Rupiah sehingga dapat bermanfaat bagi perekonomian nasional saat ini
dan masa yang akan datang.
2. Sebagai informasi dan sumber pengetahuan untuk peneliti-peneliti lain agar
dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut terkait dengan redenominasi.

5
3. Sebagai bagian dari proses pembelajaran dan sarana untuk mendalami
pengetahuan khususnya pada metode percobaan ekonomi bagi penulis.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis dampak dari kebijakan redenominasi terhadap
permintaan konsumen yang dilihat dari respon perubahan harga relatif, persentase
perubahan jumlah transaksi, dan persentase perubahan nilai transaksi dengan
menggunakan metode percobaan ekonomi. Data yang digunakan akan diperoleh
dari data primer hasil metode percobaan atau eksperimen. Responden yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat homogen yang berasal dari kalangan
mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Perubahan perilaku konsumen ditandai dengan penetapan harga atau
contract price oleh produsen, jumlah transaksi yang terjadi antara produsen dan
konsumen, serta nilai transaksi yang dihasilkan oleh percobaan tersebut. Tingkat
inflasi dan pertumbuhan ekonomi dilihat dari perubahan jumlah transaksi dan
penetapan harga yang terjadi pada simulasi percobaan. Kebijakan redenominasi
pada penelitian ini, dilakukan pada saat kondisi inflasi tinggi dan kebijakan
redeominasi yang dimaksud adalah dengan menghilangkan tiga anga nol.
Adapun keterbatasan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis karena
menyangkut fasilitas, tempat, waktu dan biaya. Oleh karena itu dari segi
pemilihan responden, penulis hanya memilih responden mahasiswa S1 jurusan
ekonomi dengan asumsi responden mengetahui ilmu ekonomi sehingga dapat
memberikan gambaran yang tepat dalam mengambil keputusan-keputusan pada
simulasi percobaan sebagai pelaku ekonomi yang sebenarnya. Faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi responden dalam mengambil keputusan tidak
dijadikan pertimbangan oleh peniliti karena adanya keterbatasan dalam penelitian
tersebut. Selanjutnya untuk faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
redenominasi, peneliti hanya meneliti beberapa variabel yang mempengaruhi yaitu
pertumbuhan dan elastisitas. Faktor-faktor lain yang dianggap dapat
mempengaruhi dapat dijadikan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya. Selain
itu, karena adanya keterbatasan dalam penelitian, dalam penelitian ini peneliti
mengasumsikan bahwa komoditas beras dan mobil dapat mengintepretasikan
komoditas barang elastis dan inelastis secara keseluruhan.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan adalah ukuran besarnya respons jumlah permintaan
suatu barang terhadap perubahan variabel yang mempengaruhi, dihitung sebagai
perubahan persentase jumlah permintaan dibagi dengan perubahan persentase
variabel yang mempengaruhi atau dengan kata lain perbandingan (rasio) antara
persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan
harga. Dengan demikian elastisitas permintaan mengukur derajat kepekaan

6
perubahan jumlah yang diminta terhadap perubahan harga. Adapun faktor-faktor
yang menentukan elastisitas harga dari permintaan barang adalah :
a) Tersedianya barang substitusi yang terdekat. Barang-barang dengan substitusi
terdekat cenderung memiliki permintaan yang lebih elastis karena
mempermudah para konsumen untuk mengganti barang tersebut dengan yang
lain. Misalnya, mentega dan margarin merupakan barang yang mudah diganti
dengan yang lain. Kenaikan harga mentega sedikit saja, jika harga margarin
tetap, akan mengakibatkan jumlah mentega yang terjual turun dratis.
Sebaliknya, karena telur merupakan makanan tanpa substitusi dekat, maka
permintaan akan telur tidak seelastis permintaan akan mentega.
b) Fungsi kebutuhan dan kemewahan. Kebutuhan cenderung memiliki
permintaan yang inelastis, sebaliknya kemewahan memiliki permintaan yang
elastis. Ketika biaya berobat ke dokter meningkat, orang tidak akan secara
dramatis mengubah frekuensi mereka ke dokter, meskipun mungkin tidak
sesering sebelumnya. Sebaliknya ketika kapal pesiar meningkat, maka jumlah
permintaan kapal pesiar akan turun banyak. Alasannya karena kebanyakan
orang melihat berobat ke dokter sebagai suatu kebutuhan, sedangkan kapal
pesiar sebagai suatu kemewahan. Suatu barang merupakan suatu kebutuhan
atau suatu kemewahan tidak tergantung pada sifat hakiki barang itu, tetapi
pada pilihan pembeli.
c) Definisi Pasar. Elastisitas permintaan dalam segala jenis pasar bergantung
pada bagaimana kita menggambarkan batas-batas pasar. Pasar yang
terdefinisi sempit cenderung memiliki permintaan yang lebih elastis
dibandingkan yang terdefinisi luas, karena lebih mudah menemukan
substitusi untuk barang-barang yang terdefinisi secara sempit. Misalnya,
makanan, sebuah kategori yang luas, memiliki permintaan yang inelastis
karena tidak ada barang substitusi untuk makanan. Es krim, sebuah kategori
yang lebih sempit, memiliki permintaan yang lebih elastis karena mudah
untuk menggantinya dengan pencuci mulut lain. Es krim vanilla, sebuah
kategori yang sangat sempit, memiliki permintaan yang sangat elastis karena
rasa lain es krim merupakan barang substitusi yang hampir sempurna untuk
vanilla.
d) Rentang Waktu. Barang-barang cenderung memiliki permintaan yang lebih
elastis selama kurun waktu yang lebih panjang. Ketika harga bensin naik,
jumlah permintaan bensin hanya sedikit mengalami penurunan pada beberapa
bulan pertama. Namun setelah itu, orang-orang akan membeli mobil yang
lebih irit bahan bakar, menggunakan transportasi umum, dan pindah ke
tempat kerja yang lebih dekat dengan tempat tinggal mereka. Dalam beberapa
tahun, jumlah permintaan bensin akan menurun dratis.
Terdapat pula jenis – jenis elastisitas permintaan yaitu :
a) Permintaan tidak elastis sempurna (Inelastis Unitary) : Ep=0. Perubahan
harga tidak mempengaruhi jumlah yang diminta. Dengan demikian, kurvanya
berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa berapapun
harga yang ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap tidak berubah.
b) Permintaan tidak elastis (Inelastis) : Ep1. Persentase perubahan kuantitas
permintaan lebih besar dari persentase perubahan harga. Ini sering terjadi
pada produk yang mudah dicari substitusinya.
d) Elastis Unitary : (Ep=1). Kenaikan harga dapat menyebabkan penurunan
permintaan terhadap barang dengan proporsi jumlah yang sama.
e) Permintaan elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Dimana pada suatu
harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar.

Perubahan Nilai Mata Uang
Perbedaan redenominasi dan sanering mata uang adalah sebagai berikut :
a) Dilihat dari pengertiannya, redenominasi rupiah adalah penyederhanaan
pecahan mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan mengurangi digit
(angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Misalnya, Rp20 000
menjadi Rp20. Redenominasi juga dilakukan pada barang-barang yang dijual
di pasaran sehingga daya beli masyarakat tidak berubah. Sedangkan senering
rupiah adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai
uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga barang-barang sehingga
daya beli masyarakat menurun.
b) Dilihat dari dampaknya bagi masyarakat, maka redenominasi tidak ada
kerugian karena daya beli tetap sama. Sedangkan, sanering akan
menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis.
c) Dilihat dari tujuannya, redenominasi rupiah adalah menyederhanakan
pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman melakukan transaksi. Selain itu,
untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dalam menghadapi
integrasi global. Sedangkan tujuan sanering adalah untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar akibat kenaikan harga-harga. Sanering dilakukan karena
terjadi inflasi yang sangat tinggi.
d) Nilai uang terhadap barang ketika adanya redenominasi adalah tidak berubah
karena cara penyebutan dan penulisan pecahan uangnya saja yang berbeda.
Tetapi, pada sanering nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil
karena yang dipotong adalah nilainya. Misalnya, bila terjadi redenominasi 3
digit, maka uang Rp10 bisa Anda belikan satu bungkus rokok. Tapi, jika
terjadi sanering satu bungkus rokok dengan harga Rp10 tidak bisa lagi Anda
dapatkan.
e) Masa transisi sosialisasi redenominasi dilakukan secara matang dan terukur
serta sampai masyarakat siap agar tidak menimbulkan gejolak di kalangan
masyarakat. Sedangkan sanering dilakukan secara tiba-tiba.

Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi
Dampak yang paling sering muncul terjadi dalam penerapan redenominasi
adalah munculnya bias psikologis yang disebut money illusion (Wibowo 2013).
Ilusi ini dapat muncul karena perubahan nominal harga barang akibat
redenominasi. Sebagian besar masyarakat akan mempersepsikan bahwa harga
barang menjadi lebih murah karena dihilangkannya nilai nol dari mata uang

8
terdahulu. Hobijn, et al (2006) juga menunjukkan bahwa telah terjadi money
illusion yang di negara Eropa yang telah melakukan perubahan mata uang menjadi
Euro. Euro yang nominalnya lebih sedikit dibandingkan mata uang sebelumnya
dirasakan lebih murah oleh masyarakat. Hobijn, et al (2006) berpendapat
peningkatan harga setelah redenominasi dapat dijelaskan dangan model umum
dari biaya harga menu, dengan memasukkan keputusan perusahaan ketika mereka
mengadopsi mata uang yang baru.
Selanjutnya konsumen akan mengevaluasi kembali manajemen strategi uang
mereka untuk beradaptasi dengan mata uang baru terutama ketika diperkenalkan
mata uang yang baru khususnya ketika mata uang yang baru dan mata uang yang
lama dipergunakan secara bersama-sama, menunggu waktu untuk menghilangkan
mata uang yang lama. Marques dan Dehaene (2004) mengemukakan bahwa
terdapat dua proses utama yang dapat terjadi ketika sebuah negara mengadaptasi
mata uang yang baru : rescaling (mengubah semua harga pada mata uang lama ke
nilai pada mata uang yang baru pada waktu yang sama) atau relearning
(mengingat harga yang baru dari barang konsumen secara satu persatu). Proses
pertama diprediksikan akan mengalami penyesuaian yang mudah pada mata uang
yang baru, sementara proses kedua akan mengalami penyesuaian yang lebih lama
dan rumit.
Sementara itu Money/Euro Illution memperlihatkan persepsi harga dalam
denominasi baru yang lebih kecil dan mata uang yang lebih rendah daripada
ketika dinyatakan dalam bentuk mata uang yang lama jika memiliki nilai nominal
yang lebih tinggi (Gamble, Garling, Charlton & Ranyard 2002). Hal ini
menunjukkan bahwa individu menyesuaikan diri dengan mata uang baru dengan
nilai nominal yang lebih kecil, setidaknya, mereka mengalami kesulitan dalam
memahami nilai sebenarnya dari barang dan jasa. Efek money Illusion pun dapat
terjadi pada barang-barang yang harganya murah atau kenaikan harganya hanya
beberapa koin sen saja. Apabila ketersediaan koin sen tidak dicukupi oleh
pemerintah, konsumen akan cenderung membiarkan kenaikan harga tersebut tanpa
menuntut adanya uang kembalian dari penjual, hal tersebut disebut trivialization.
Kasus trivalization dapat dilihat pada Ghana dimana tingkat inflasinya
meningkat sebesar lima persen satu tahun setelah redenominasi. Salah satu faktor
penyebab kegagalan redenominasi di Ghana adalah 70% uang beredar yang di
Ghana berada di luar sistem perbankan.Transaksi tunai di Ghana lebih dominan
dibandingkan dengan transaksi melalui perbankan. Kondisi ini diperparah oleh
pemerintah yang belum juga dapat mengganti mata uang yang baru dengan mata
uang yang lama setelah dua tahun redenominasi. Mehdi dan Reza (2012) juga
mengungkapkan bahwa pengurangan nilai nominal mata uang akan mempunyai
pengaruh secara psikologi dan sosial. Ketika mata uang memiliki nilai nominal
yang rendah, maka masyarakat akan merasa mata uang tersebut bernilai kuat.
Lianto (2012) melakukan dalam penelitian untuk mengetahui dampak dari
implementasi redenominasi di Indonesia berdasarkan perspektif masyarakat
Indonesia. Dari data yang diperoleh dengan metode survei sebanyak 100 orang
yang paham akan redenominasi dan dianalisis menggunakan Structural Equation
Modelling, terlihat bahwa dampak terbesar dari redenominasi adalah dapat
meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata negara lain. Temuan lainnya adalah
masyarakat Indonesia menganggap redenominasi akan dapat menguntungkan
mereka. Jika redenominasi sukses diimplementasikan, mata uang Rupiah akan

9
menjadi semakin kuat dan menambah kepercayaan diri masyarakat terhadap mata
uangnya.

Percobaan Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu sosial yang terus berkembang. Sejak Adam Smith
meletakkan landasan teori ekonomi modern, ada beberapa konsep atau pendekatan
pemikiran dan analisis yang telah dikembangkan oleh pakar ekonomi untuk
menganalisis fenomena ekonomi. Salah satu diantaranya, dalam tiga dekade
terakhir yang menurut penulis akan membawa revolusi dalam ilmu ekonomi
adalah berkembangnya inovasi teknik-teknik dalam ekonomi eksperimental
(eksperimental economics).
Dalam perkembangan metode percobaan ekonomi, muncul suatu teori
yang disebut induced-value theory yang dikembangkan oleh Ekonom V.L. Smith
pada tahun 1976 (Juanda, 2009). Ide dasar dari teori ini adalah bahwa penggunaan
media imbalan yang tepat memungkinkan experimenter atau peneliti untuk
memunculkan karakteristik pelaku ekonomi tertentu dan karakteristik bawaannya
menjadi tidak berpengaruh lagi (irrelevant). Apabila karakteristik dasar pelaku
ekonomi (experimental unit) sama atau homogen maka peneliti dapat melakukan
percobaan karena prinsip dasar ”pengendalian lingkungan” sudah dilakukan.
Tiga syarat cukup untuk memunculkan karakteristik diatas adalah sebagai
berikut :
1) Monotonicity adalah pelaku percobaan harus selalu menyukai imbalan yang
lebih besar.
2) Salience adalah imbalan yang diterima pelaku tergantung dari tindakan mereka
dalam percobaan sesuai aturan yang mereka fahami.
3) Dominance : adanya dominansi kepentingan pelaku di dalam percobaan,yaitu
mereka lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan hal-hal lain.
Friedman dan Sunder (1994) mengemukakan dalam penelitianya bahwa
percobaan ekonomi dilakukan di dalam lingkungan yang terkontrol. Lingkungan
ekonomi terdiri dari pelaku ekonomi bersama aturan yang berlaku atau institusi
sebagai tempat berinteraksi antar pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi mungkin
sebagai pembeli dan penjual, dan institusi mungkin merupakan tipe pasar tertentu.
Dalam percobaan ekonomi diberikan instruksi percobaan yang terdiri dari
deskripsi tentang ketentuan percobaan, pilihan-pilihan, dan tindakan-tindakan
yang harus dilakukan subjek penelitian (pelaku percobaan), serta aturan penentuan
pemberian imbalan kepada subjek, yang tergantung pada tindakan mereka
(Friedman dan Sunder, 1994). Lembar instruksi percobaan diberikan kepada
subjek penelitian pada saat percobaan akan dilaksanakan sehingga subjek
penelitian jelas memahami prosedur percobaan dan aturan yang berlaku. Dalam
instruksi percobaan ini juga dapat dilengkapi dengan contoh ilustrasi yang
sederhana yang akan lebih memperjelas permasalahan bagi subjek percobaan.
Dalam penelitian dibidang ekonomi dengan metode percobaan, kelompok
masyarakat yang sering kali menjadi subjek penelitian berasal dari kelompok
mahasiswa (Friedman dan Sunder, 1994). Alasan penggunaan mahasiswa sebagai
sumber penelitian yaitu :

10
1) Kelompok ini dinilai paling siap untuk masuk ke dalam kelompok
eksperimen.
2) Latar belakang kelompok ini berasal dari kampus, dimana dari kampus inilah
sebagian besar peneliti muncul.
3) Biaya imbangan (opportunity cost) yang rendah.
4) Merupakan salah satu cara untuk mengurangi pengaruh eksternal yang dapat
menjadi variabel pengganggu dalam penelitian.
Ilmu ekonomi sendiri baru benar-benar mulai dianggap sebagai
experimental science dalam waktu yang relatif lama. Setelah itu perkembangan
experimental economics tumbuh semakin pesat. Bahkan dalam cakupan lebih luas
(makro) beberapa ekonom pernah mencobanya. Berbagai kebijakan ekonomi
makro atau moneter dapat pula dicobakan dulu dalam percobaan.

Percobaan Ekonomi dalam Kajian Kebijakan Ekonomi
Selain untuk pengujian teori-teori ekonomi, percobaan ekonomi juga dapat
digunakan untuk pengkajian suatu kebijakan ekonomi. Salah satu ilustrasinya
adalah studi yang dilakukan oleh Juanda, et al (2011) dalam mengkaji dan
membandingkan dampak sistemik yang ditimbulkan dari kebijakan penyelamatan
Bank Century dan kebijakan menutup Bank Century oleh pemerintah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penutupan Bank Century menyebabkan dampak
sistemik yang relatif sangat rendah. Pengaruh sistemik yang cukup besar akan
ditimbulkan jika penutupan bank bermasalah pada saat krisis tersebut dilakukan
pada bank bermasalah yang berukuran besar. Dalam kondisi normal (tidak
adannya gejolak krisis), penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank
Century tidak akan menimbulkan dampak sistemik. Tekanan dan potensi
kegagalan bank sangat rendah karena stabilitas ekonomi dalam kondisi normal
masih terjaga sehingga kepercayaan nasabah terhadap perbankan tidak mengalami
penurunan.

Hipotesis
Berdasarkan teori-teori, studi-studi terdahulu, serta skema kerangka, dapat
diajukan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Pada respon perubahan harga, saat pertumbuhan rendah memiliki perubahan
harga relatif lebih besar dibandingkan saat pertumbuhan tinggi. Kemudian
untuk elastisitas, komoditas barang elastis memiliki perubahan harga lebih
kecil dibandingkan pada barang inelastis.
2. Pada respon perubahan jumlah transaksi, saat pertumbuhan rendah memiliki
perubahan jumlah transaksi lebih kecil dibandingkan saat pertumbuhan tinggi.
Kemudian untuk elastisitas, komoditas barang elastis memiliki perubahan
jumlah transaksi lebih besar dibandingkan pada komoditas barang inelastis.
3. Pada respon perubahan nilai transaksi, saat pertumbuhan rendah memiliki
perubahan nilai transaksi lebih kecil dibandingkan saat pertumbuhan tinggi.
Kemudian untuk elastisitas, komoditas barang elastis memiliki perubahan
nilai transaksi lebih besar dibandingkan pada barang inelastis.

11
Kerangka Penelitian
Berdasarkan uraian sebelumnya, secara sederhana penelitian ini bertujuan
untuk melihat dampak kebijakan redenominasi Rupiah terhadap permintaan
konsumen pada kondisi perekonomian inflasi tinggi yang pada akhirnya dapat
berpengaruh terhadap kinerja perekonomian di Indonesia. Hal ini karena perilaku
permintaan konsumen pada dasarnya merupakan salah satu penentu pergerakan
perekonomian di suatu negara. Perubahan permintaan konsumen diamati dengan
menggunakan metode percobaan ekonomi (experimental economics). Responrespon yang dihasilkan dari percobaan ekonomi inilah yang menggambarkan
perubahan permintaan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
redenominasi pada penlitian ini adalah pertumbuhan dan elastisitas.
Redenominasi Mata
Uang Rupiah

Penghilangan tiga angka nol di Rupiah
(Nilai Riil Rupiah Tetap)
Pertumbuhan Rendah
(Jumlah pelaku
ekonomi sebanyak 10
orang)

Pertumbuhan Tinggi
(Jumlah pelaku
ekonomi sebanyak 14
orang)
Perubahan Perilaku
Ekonomi
(Produsen dan Konsumen)

Komoditas Elastis

Komoditas Inelastis

Dampak terhadap Kinerja Perekonomian
1. Perubahan Harga Relatif (Inflasi)
2. Persentase Perubahan Jumlah
Transaksi
3. Persentase Perubahan Nilai Transaksi
(Pertumbuhan Ekonomi)

Rancangan Percobaan
Analisis Keragaman
Analisis Deskriptif

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Money Illution

Uji Beda
Nilai
Tengah

12

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
primer. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui simulasi
percobaan ekonomi (experimental economics). Data primer yang dikumpulkan
merupakan gambaran respons dari para subjek penelitian (pelaku simulasi)
sebagai pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan
yang dilakukan dapat diintepretasikan sebagai perubahan perilaku konsumen dan
produsen dalam menghadapi kebijakan redenominasi. Sehingga dapat terlihat
dampak yang ditimbulkan akibat adanya kebijakan redenominasi.

Metode Pengambilan Sampel
Penelitian dengan percobaan ekonomi ini menggunakan responden
sebanyak 48 orang mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB sebagai
subjek perlakuan. Teknik penarikan contoh dalam penelitian ini menggunakan
multi stage dimana tahap pertama menggunakan metode convenience sampling
untuk memilih responden dalam empat kombinasi perlakuan yaitu, sebanyak 10
orang untuk pertumbuhan ekonomi rendah pada komoditas barang elastis, dan 10
orang berikutnya untuk barang inelastis. Selanjutnya sebanyak 14 orang untuk
pertumbuhan ekonomi tinggi pada komoditas barang elastis, dan 14 orang
berikutnya untuk barang inelastis. Teknik convenience sampling (disebut juga
haphazard atau accidental sampling) adalah prosedur memilih contoh yang paling
mudah tersedia, sembarang atau kebetulan ditemui (Juanda, 2009). Kemudian
tahap kedua adalah teknik penarikan contoh acak yang digunakan dalam memilih
penjual dan pembeli dimana untuk pertumbuhan rendah pembeli sebanyak 5 orang
dan penjual sebanyak 5 orang. Sedangkan untuk pertumbuhan rendah, 7 orang
sebagai pembeli dan 7 orang sebagai penjual.

Rancangan Simulasi Percobaan
Pecobaan ini merupakan simulasi kegiatan perekonomian untuk melihat
pengaruh atau respon dari redenominasi mata uang terhadap perubahan perilaku
produsen dan konsumen. Adapun respons perubahan perilaku produsen dapat
dilihat perubahan harga relatif sebagai proksi dari tingkat inflasi sedangkan
respons perubahan perilaku konsumen dapat tercermin dari jumlah transaksi yang
terjadi.
Percobaan ekonomi dalam penelitian ini melibatkan 48 pelaku percobaan
(experimental subject) yang dibagi ke dalam empat kombinasi perlakuan yaitu,
sebanyak 10 orang untuk pertumbuhan ekonomi rendah pada komoditas barang
elastis, dan 10 orang berikutnya untuk barang inelastis. Pada pertumbuhan rendah
terbagi sebanyak 5 orang sebagai penjual dan 5 orang sebagai pembeli.
Selanjutnya sebanyak 14 orang untuk pertumbuhan ekonomi tinggi pada
komoditas barang elastis, dan 14 orang berikutnya untuk barang inelastis. Pada

13
pertumbuhan tinggi terbagi sebanyak 7 orang sebagai penjual dan 7 orang sebagai
pembeli. Perbedaan antara pertumbuhan rendah dan pertumbuhan tinggi adalah
ditandai dengan pertambahan jumlah pembeli dan penjual sebanyak 2 orang. Hal
tersebut menggambarkan penyederhanaan karena dalam dunia nyata bahwa pada
saat pertumbuhan tinggi jumlah pelaku ekonomi baik produsen maupun
konsumen lebih banyak dibandingkan saat pertumbuhan rendah.
Pada penelitian ini, diasumsikan terjadi pada saat inflasi tinggi. Kondisi
tersebut digambarkan dengan unit cost yang telah mengalami peningkatan sebesar
15%. Perbedaannya dengan inflasi rendah adalah unit cost yang mengalami
peningkatan sebesar 3%. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian Adi (2013).
Sehingga, perbedaan antara inflasi rendah dan inflasi tinggi terletak pada besarnya
unit cost yang tersedia untuk penjual. Penetapan harga yang dilakukan adalah
melihat harga barang rata-rata yang terjual di pasar. Setelah itu, mencari harga
barang termurah dan harga barang termahal yang dijual di pasar dalam satu
komoditas dan jenis barang yang sama. Setiap penjual akan mendapatkan unit cost
Tabel 3 Penjabaran kondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi
Menandakan bahwa
Tanpa ada perubahan
percobaan tanpa
nilai nominal rupiah
dilakukan redenominasi
Kebijakan
Redenominasi
Penghapusan tiga
Menandakan bahwa
angka nol pada nilai
percobaan dilakukan
nominal rupiah kebijakan redenominasi
Pada simulasi
percobaan ditentukan
bahwa jenis barang
Elastis
yang digunakan adalah
barang elastis yaitu
berupa mobil
Elastisitas
Pada simulasi
percobaan ditentukan
bahwa jenis barang
Inelastis
yang digunakan adalah
barang inelastis yaitu
berupa beras
Pertumbuhan ekonomi
ditandai dengan jumlah
pelaku ekonomi
Rendah
berjumlah 10 orang
yang terdiri dari 5
penjual dan 5 pembeli
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
ditandai dengan jumlah
pelaku ekonomi
Tinggi
berjumlah 14 orang
yang terdiri dari 7
penjual dan 7 pembeli

14
yang berbeda-beda harganya, akan tetapi tetap pada satu komoditas yang sama
untuk semua penjual. Setiap penjual menggambarkan dua produsen, sehingga
menawarkan sebanyak dua buah barang. Setiap pembeli juga menggambarkan dua
produsen, sehingga memiliki dua unit value yang berbeda. Unit value pertama dan
kedua tidak dapat diakumulasi karena diasumsikan sebagai pembeli yang berbeda.
Berdasarkan respons yang akan diamati, instruksi percobaan dalam
penelitian ini merujuk kepada penelitian Juanda (2000) yaitu berbentuk transaksi
jual beli dengan sistem pasar Posted Offer. Sistem pasar Posted Offer adalah
sistem pasar yang tidak ada tawar-menawar harga dalam transaksi jual beli.
Kondisi tersebut pada dunia sebenarnya terjadi pada pasar persaingan sempurna.
Simulasi percobaan pada penelitian ini menggambarkan seorang pembeli yang
yang mempunyai pilihan dan kriteria tersendiri dalam memilih supermarket untuk
membeli barang yang dibutuhkan. Simulasi percobaan ekonomi ini berdasarkan
kepada induced value theory, dimana dengan penggunaan insentif/imbalan yang
tepat dan nyata akan memungkinkan pelaku percobaan dapat memunculkan
(induced) karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan percobaan.
Oleh karena itu data yang diperoleh dari hasil percobaan berasal dari
kondisi yang sudah terkontrol/terkendali atau sudah tidak terpengaruh oleh faktorfaktor lain, sehingga data tersebut akan menjadi lebih baik dalam mengkaji
dampak suatu kebijakan terhadap perilaku pelaku ekonomi dibandingkan data dari
survei (Juanda, 2012). Dalam mengkaji dampak redenominasi mata uang, setiap
kombinasi perlakuan dalam percobaan ini terdiri dari dua tahap yaitu kondisi
normal (tahap 1) serta kondisi setelah ada kebijakan redenominasi dan perubahanperubahan dalam perekonomian (tahap 2), yang secara rinci akan dijelaskan pada
prosedur dan instruksi percobaan. Penjabaran kondisi perlakuan dalam simulasi
percobaan terdapat pada Tabel 3.

Prosedur Simulasi Percobaan
Prosedur simulasi percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Responden sebagai subjek pelaku percobaan terlebih dahulu diacak dengan
pengundian untuk menjadi penjual dan pembeli. Pada kondisi pertumbuhan
rendah total responden sebanyak 10 orang, kemudian akan terpilih menjadi 5
orang pembeli dan 5 orang penjual. Pada pertumbuhan tinggi total responden
sebanyak 14 orang, kemudian akan terpilih menjadi 7 orang pembeli dan 7
orang penjual.
2. Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi
percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti akan
menjelaskan instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan dalam
melakukan percobaan.
3. Peserta akan diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masingmasing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan
selama percobaan pada lembar keputusannya setiap ulangan.
4. Pembeli dan penjual mendapatkan unit value dan unit cost yang berbeda.
Setiap pembeli dan penjual menggambarkan dua pelaku percobaan sehingga
dapat melakukan dua kali transaksi dalam setiap percobaan. Setiap barang

15

5.

6.

7.

8.

9.

yang dijual mempunyai unit cost yang berbeda, akan tetapi tetap dalam satu
jenis dan komoditas barang yang sama.
Setelah pembeli dan penjual mendapatkan unit cost dan unit value masingmasing kemudian dipisahkan sesuai dengan kelompoknya. Untuk penjual,
berada didalam ruangan. Sedangkan pembeli berada diluar ruangan.
Transaksi yang dilakukan adalah ketika pembeli masuk kedalam ruangan dan
memilih barang sesuai dengan pilihan dan kriteria tertentu.
Sebelum melakukan transaksi, penjual harus menentukan harga jualnya diatas
unit cost untuk kondisi sebelum redenominasi, setelah itu penjual langsung
menentukan harga jual untuk kondisi setelah redenominasi dimana harga
jualnya boleh tetap, lebih, atau kurang dari harga sebelum redenominasi.
Harga yang telah ditetapkan penjuan tidak dapat diganti ketika pembeli
pertama sudah memasuki ruangan. Sistem pasar yang digunakan dalam
adalah posted offer dimana tidak ada tawar-menawar yang dilakukan pembeli
dalam transaksi.
Pembeli diundi terlebih dahulu untuk menentukan urutan dalam melakukan
transaksi. Kemudian mereka masuk satu per satu ke ruangan penjual untuk
membeli barang. Hal tersebut berlanjut hingga urutan terakhir. Transaksi
yang pertama dilakukan adalah sebelum kebijakan redenominasi. Setelah
selesai semua pembeli melakukan transaksi sebelum adanya redenominasi,
urutan pertama masuk kembali untuk melakukan transaksi dengan kondisi
harga setelah adanya kebijaka redenominasi. Pembeli harus membeli barang
dengan harga di bawah unit value.
Setelah pembeli terakhir masuk dan melakukan transaksi untuk barang
dengan harga setelah adanya kebijakan redenominasi, maka ulangan
selanjutnya akan diundi kembali untuk menentukan pembeli yang melakukan
tansaksi pertama. Ulangan dalam penelitian ini akan dilakukan sebanyak tiga
kali ulangan.
Pada akhir percobaan (ulangan), peserta mengumpulkan lembar keputusan
kepada peneliti untuk melihat hasil dari keuntungan yang diperoleh. Setiap
pelaku percobaan akan mendapatkan keuntungan yang berbeda-beda.
Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai
dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan.

Metode Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ini dilakukan dengan cara melihat grafik histogram
dengan melihat rata-rata semua respons pada faktor-faktor tertentu. Melalui
analisis ini dapat dilihat perbedaan pengaruh tiap faktor terhadap suatu respons.
Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang terkait
dalam penelitian.
Dalam penelitian ini menjelaskan penyebab perbedaan pengaruh
redenominasi terhadap perubahan harga, perubahan jumlah transaksi, dan
perubahan nilai transaksi dikondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan
pertumbuhan ekonomi tinggi.

16
Uji Keragaman (Uji F)
Uji ini digunakan untuk melihat apakah suatu contoh (sample) memiliki
ragam yang sama atau tidak. Hipotesisi yang digunakan adalah :
:
:

Uji Nilai Tengah Beda Dua Populasi (Uji T)
Data yang tetap melanggar asumsi walaupun telah ditransformasi saat
pengujian F dapat dilakukan dengan uji t. Uji-t untuk menduga nilai tengah beda
dua populasi ini dihitung secara manual. Uji-t (t-test) merupakan prosedur
pengujian parametik untuk melihat perb