Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah

ANALISIS PENGARUH REDENOMINASI TERHADAP
PERMINTAAN KONSUMEN PADA KONDISI
PEREKONOMIAN INFLASI RENDAH

MUHAMMAD KUNTO ADI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen pada Kondisi Perekonomian
Inflasi Rendahadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Muhammad Kunto Adi
NIM H14090097

ABSTRAK
Muhammad Kunto Adi. Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan
Konsumen pada Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah. Dibimbing oleh Bambang
Juanda.
Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang dengan mengurangi
digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut.Tujuan dari penelitian
ini adalah melihat pengaruh redenominasi terhadap perubahan harga, jumlah
transaksi,serta nilai transaksi pada kondisi perekonomian inflasi rendah dan juga
mengkaji alternatif kebijakan untuk mengatasi pengaruh redenominasi.Data yang
digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil percobaan ekonomi.Alat
analisis yang digunakan adalah menggunakan uji T serta analisis deskriptif.
Redenominasi meningkatkan jumlah transaksi pada barang elastis karena adanya
kecenderungan penurunan harga,sedangkan barang inelastis akan mengalami
penurunan jumlah transaksi karena adanya kecenderungan kenaikan

harga.Redenominasi meningkatkan harga pada saat pertumbuhan rendah serta
menurunkan harga pada saat pertumbuhan tinggi untuk barang
elastis.Redenominasi meningkatkan nilai transaksi untuk barang elastis serta
menurunkan nilai transaksi untuk barang inelastis.
Kata kunci:Redenominasi, Rancangan Percobaan, Uji T.

ABSTRACT
MUHAMMAD KUNTO ADI. Analysisof Redenomination Effect on Consumer
Demand in Economic Conditions of Low Inflation. Supervised by Bambang
uanda.
Redenomination is a simplification of the currency by reducing the digit
(number zero) without reducing the value of the currency . The purpose of this
study is to see the influence of redenomination to price changes, quantity, and
value of transactions in economic condition of low inflation and also to find
counter the effects of alternative policies redenomination. Data used are primary
data obtained from the results of an economic experiment. Analysis tool used is
using T test and descriptive analysis.. Redenominationincrease the number
oftransactionsingoodselasticbecause ofthe declining trend ofprices, while
theinelasticgoodswill decreasethe number of transactionsbecause ofthe increasing
trend ofprices.Redenominasi increase the price at the time of low growth and

lower the price at the time of high growth for elastic
goods.Redenominationalsoincrease the value oftransactionsforelastic goodsand
decrease the value oftransactionsforinelastic goods.
Keywords:Redenominasi, Design Experimental, T-test.

ANALISIS PENGARUH REDENOMINASI TERHADAP
PERMINTAAN KONSUMEN PADA KONDISI
PEREKONOMIAN INFLASI RENDAH

MUHAMMAD KUNTO ADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN
ILMU EKONOMI
Judul Skripsi :Analisis

Total Factor Productivity
Sektor Industri Beberapa
FAKULTAS
EKONOMI DAN MANAJEMEN
Wilayah di Indonesia
Nama
: Sonya
Puspa Triani
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
NIM :
H14090032
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen
dalam Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah
Nama
: Muhammad Kunto Adi
NIM

: H14090097

Disetuui Oleh

Prof.Dr. lr.Bambang Juanda, M, Si
Pembimbing

Diketahui oJeh

Tanggal Lulus:

0 1 AU G 2013

Judul Skripsi :Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen
dalam Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah
Nama
: Muhammad Kunto Adi
NIM
: H14090097


Disetuui Oleh

Prof.Dr. Ir.Bambang Juanda, M, Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah
pelaksanaan kebijakan redenominasi, dengan judul Analisis Pengaruh
Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Perekonomian
Inflasi Rendah.
Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua dan

keluarga penulis, yakni Bapak Whisnu Eko Putro, S.T dan Ibu Muninggar
Tresnosari, S.Akun. Selain itu, penulis juga ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M. Si selaku pembimbing skripsi yang
telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
3. Bapak Adit, Bu Luh, Pak Asep,selaku mahasiswa PWD atas saran dan
bimbingannya.
4. Teman-teman satu bimbingan, Rheza Prasetya,Ria Rizkiani, dan Mellida
Rahmat Gustini, Andika Pambudi, dan Danti Astrini telah banyak
memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi, dan dukungannya kepada
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Sahabat penulis Gina Annisa, Jajang Arif, DimasPrasetya, Adrian Wator,
Bronson Marpaung, Ardi Subekti, Bram A, Widy Purnama, Fuad,
SetyaRheza, Farhana yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada
penulis.
6. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 45, 46, 47, dan 48 terima kasih atas doa dan
dukungannya.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan karya

ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Muhammad Kunto Adi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN


Error! Bookmark not defined. 

Latar Belakang



Perumusan Masalah



Tujuan Penelitian



Manfaat Penelitian



Ruang Lingkup Penelitian


4

Tinjauan Pustaka



Konsep Elastisitas Harga



Perubahan Nilai Rupiah



Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi



Percobaan Ekonomi


7

Percobaan Ekonomi Dalam Kajian Kebijakan Ekonomi



Penelitian Terdahulu



Kerangka Pemikiran

10

Hipotesis

11

METODE

11 

Jenis dan Sumber Data

11 

Rancangan Simulasi Percobaan

11 

Prosedur Percobaan

13

Metode Analisis

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

15 

Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga

15 

Implikasi Kebijakan Redenominasi terehadap Perubahan Jumlah Transaksi

19

Implikasi Kebijakan Redenominasi terehadap Perubahan Nilai Transaksi

22

Alternatif Kebijakan untuk Mengatasi Dampak Redenominasi

25

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

26 
26 

Saran

26 

DAFTAR PUSTAKA

27 

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

54

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia
Penjabaran kondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi
Hipotesis untuk uji nilai tengah beda dua populasi
Hasil uji-tperubahan harga pada kondisi pertumbuhan ekonomi
rendah dan tinggi
Hasil uji-tperubahan harga pada barang elastis dan inelastis
Hasil uji-tperubahan harga untuk barang elastis dalam kondisi
pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi
Hasil uji-tperubahan harga untuk barang inelastis dalam kondisi
pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi
Hasil uji-tperubahan jumlah transaksi pada kondisi pertumbuhan
ekonomi rendah dan tinggi
Hasil uji-tperubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan
inelastis
Hasil uji-tperubahan jumlah transaksi untuk barang inelastis dan
elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi
Hasil uji-tperubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan
ekonomi rendah dan tinggi
Hasil uji-tperubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis
Hasil uji-tperubahan nilai transaksi untuk barang elastis dalam
kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi
Hasil uji-tperubahan nilai transaksi untuk barang inelastis dalam
kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi


12
14 
15
16
17
17
18
19
21
22 
23
24
24

DAFTAR GAMBAR
1 Skema kerangka pemikiran penelitian
2 Perbandingan perubahan harga pada kondisi pertumbuhan ekonomi
rendah dan tinggi
3 Perbandingan perubahan harga pada barang elastis dan inelastis
4 Plot data perubahan harga untuk barang elastis pada kondisi
pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi
5 Perbandingan perubahan harga pada barang elastis dan inelastis pada
kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi
6 Perbandingan perubahan jumlah transaksi pada kondisi pertumbuhan
ekonomi rendah dan tinggi
7 Plot data perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis
8 Perbandingan perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan
inelastis
9 Perbandingan perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan
inelastis pada kondisip pertumbuhanekonomi rendah dan tinggi
10 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan
ekonomi rendah dan tinggi
11 Plot data perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis
12 Perbandinganperubahan nilai transaksi pada barang elastis dan Inelastis

10
15
16
17
18
19
20
20
21
22
23
24

13 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada barang elastis daninelastis
pada kondisi pertumbuhan ekonomirendah dan tinggi

25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Data hasil percobaan
Hasil uji kesamaanragam
Hasil uji beda dua nilai tengah
Daftar unit cost danunit value
Instruksi percobaan
Lembar keputusan
Plot data
Perkembangan harga tiap ulangan

29 
29
33 
36
38 
46
48 
51 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang dengan mengurangi
digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Redenominasi ini
dinilai tidak akan memberikan dampak terhadap masyarakat karena daya belinya
tetap sama.Tujuan dari redenominasi ini antara lain menyederhanakan pecahan
uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakukan transaksi serta
mempersiapkan kesetaraan ekonomi secara regional dengan negara lain.
Sejak tahun 1923, setidaknya sudah 50 negara yang telah melakukan
redenominasi, diantaranya ada yang dianggap sukses dan gagal. Negara-negara
yang dianggap berhasil menerapkan redenominasi adalah Turki, Rumania,
Polandia, dan Ukraina. Sementara, negara-negara yang gagal meredenominasi
mata uang diantaranya adalah Brazil, Israel, Rusia, Korea Utara, dan Zimbabwe.
Ada beberapa negara yang melakukan redenominasi dalam beberapa tahap, seperti
Brazil dan Serbia Montenegro sebanyak empat kali serta Israel dan Argentina
sebanyak enam kali. Salah satu indikator keberhasilan penerapan redenominasi
adalah tingkat inflasi setelah kebijakan tersebut diterapkan. Sebagai contoh,
tingkat inflasi di Turki dan Rumania menjadi lebih rendah (satu digit/creeping
inflation) dan stabil dibandingkan sebelumnya. Redenominasi akan dianggap
gagal jika mengalami hiperinflasi setelah kebijakan diterapkan.
Wacana mengenai penyederhanaan dan penyetaraan nilai Rupiah atau
disebut redenominasi di Indonesia sendiri dilontarkan oleh Gubernur Bank
Indonesia (BI), Darmin Nasution, pada tanggal 3 Agustus 2010. Redenominasi
yang direncanakan tersebut akan menghilangkan tiga angka nol pada nilai uang,
barang, maupun upah.. Karena yang berubah hanya nilai nominal uang sedangkan
nilai riil tetap, maka diharapkan tidak akan ada penurunan daya beli masyarakat
(nilai uang terhadap barang) melalui penyederhanaan nilai mata uang.
Tabel 1. Inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia
Pertumbuhan
Tahun
Ekonomi(%)
Inflasi (%)
2002
5,34
11,87
2003
3,90
6,58
2004
4,25
6,24
2005
5,45
10,45
2006
6,10
13,10
2007
6,56
6,40
2008
6,71
9,77
2009
4,64
4,81
2010
6,93
5,13
2011
6,45
5,35
Sumber : Worldbank 2002-2011

2
Alasan melakukan redenominasi adalah untuk penyederhanaan dalam
pencatatan nilai transaksi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin cepat
akan meningkatkan perputaran uang dengan nilai yang makin meningkat.
Peningkatan ini berdampak pada pencatatan digit yang makin banyak di setiap
transaksi yang terjadi sehingga menyulitkan sejumlah pihak dalam pencatatan
keuangannya, karena software yang tersedia saat ini hanya mampu mencatat 11
digit angka .
Nilai nominal yang terlalu besar seolah-olah mencerminkan bahwa di masa
lalu negara pernah mengalami inflasi yang tinggi atau pernah mengalami kondisi
fundamental perekonomian yang kurang baik (Kesumajaya, 2011). Jika suatu
negara mengalami hal yang demikian, maka masyarakat akan kurang percaya
untuk memegang mata uang domestik serta rendahnya kredibilitas kebijakan
pemerintah baik fiskal maupun moneter. Selain sebagai alat pembayaran, mata
uang diyakini juga merupakan salah satu simbol kedaulatan atau sovereignity
sebuah bangsa dan negara. Oleh karena itu, mata uang perlu dihormati secara
nasional maupun internasional. Saat ini Rupiah memiliki pecahan tertinggi
sebesar Rp 100.000, kedua tertinggi setelah mata uang Vietnam yang mencetak
500.000 Dong. Lalu, jika terus mengalami inflasi yang tinggi tiap tahunnya maka
diperkirakan akan butuh pecahan Rp 200.000 bahkan Rp 1.000.000. Jika hal itu
terjadi maka nilai uang terhadap barang akan semakin rendah (Amir, 2011).
Rencana untuk melaksanakan redenominasi di Indonesia sekarang ini dinilai
sudah tepat. Ini dikarenakan kondisi-kondisi makroekonomi di Indonesia yang
sudah stabil setelah krisis global tahun 2008-2009 dimana variabel makroekonomi
seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan . Kondisi ini
dapat dilihat pada Tabel 1.1 dimana inflasi pada tahun 2009 turun menjadi 4,81%
setelah pada tahun 2008 sebesar 9,78%. Hal yang sama terjadi terhadap
pertumbuhan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 naik
menjadi sebesar 6,93% setelah sebelumnya sebesar 4,65%.
Penetapan redenominasi tentu akan mempengaruhi berbagai dimensi, baik
sisi ekonomi, politik maupun kemasyarakatan. Efek tersebut tidak bisa dipisahkan
satu sama lain karena bersifat saling mempengaruhi. Redenominasi dapat memicu
inflasi apabila terjadi efek psikologi dalam masyarakat dimana mereka terserang
kepanikan sehingga akan ada spekulasi menyimpan barang dan menaikkan harga.
Hal ini terjadi apabila tidak dilakukan sosialisi secara menyeluruh. Kepanikan
masyarakat tersebut akan mendorong masyarakat untuk tidak memegang Rupiah
dan lebih memilih untuk membelanjakan uang mereka menjadi aset. Dengan
demikian akan berlaku hukum supply-demand yang mendorong terjadinya
kenaikan harga aset-aset tersebut. Selain itu kepanikan tersebut bisa mendorong
masyarakat untuk lebih memilih memegang mata uang asing yang lebih
terpercaya. Keadaan ini tentu akan membuat nilai rupiah terdepresiasi. Rupiah
yang terdepresiasi bermakna bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
menjadi lebih rendah dan mengindikasikan daya saing dalam negeri menurun
dibandingkan asing. Redenominasi juga dapat menyebabkan inflasi dikarenakan
adanya pembulatan ke atas atau ke bawah apabila tidak terdapat pecahan kecil
untuk mata uang baru.
Pada uraian sebelumnya telah disebutkan bahwa redenominasi ini dapat
menyebabkan inflasi. Hal ini disebabkan oleh adanya pembulatan ke atas untuk
harga-harga barang tertentu. Pembulatan ke atas ini umumnya terjadi untuk

3
barang-barang inelastis seperti makanan pokok karena para penjual cenderung
untuk menaikkan harganya demi meraih keuntungan yang lebih besar. Penjual
dapat melakukan ini karena walaupun mereka meningkatkan harganya, konsumen
tetap akan membelinya karena barang-barang tersebut merupakan kebutuhan
pokok mereka. Inflasi akibat adanya pembulatan keatas ini dapat mengganggu
stabilitas nasional. Hal ini disebabkan makanan pokok seperti beras merupakan
komoditi yang menyangkut nasib sebagian besar masyarakat.
Walaupun saat ini Bank Indonesia bersama pemerintah sudah dalam tahap
penyusunan RUU Redenominasi, masih banyak kalangan yang menganggap RUU
Perubahan Harga Rupiah tidak perlu menjadi prioritas. Pro dan kontra terhadap
wacana kebijakan redenominasi mencerminkan suatu spekulasi publik terhadap
ketidakpastian dampak yang akan terjadi jika dilakukan redenominasi pada mata
uang Rupiah, terutama terkait dengan potensi terjadinya inflasi akibat pembulatan
ke atas. Perdebatan ini sulit untuk dipecahkan dengan metode survey atau kajian
data sekunder, karena data belum ada di lapang. Oleh karena itu, kajian mengenai
dampak yang akan ditimbulkannya perlu dikaji secara ilmiah melalui metode
percobaan. Metode percobaan adalah cara yang sangat baik untuk membangkitkan
data yang kualitasnya lebih baik dari metode survey dan mampu mengendalikan
faktor-faktor yang mengganggu hubungan sebab akibat (Juanda, 2010). Dalam
metode percobaan, interaksi antara para pelaku ekonomi dalam membuat
keputusan dapat memberikan gambaran mengenai dampak kebijakan
redenominasi, karena menurut Juanda (2010) data hasil percobaan akan lebih
mudah diinterpretasi dalam menyimpulkan hubungan sebab akibat dibandingkan
data hasil survey atau data historis (sekunder).

Perumusan Masalah
Ketika suatu negara berencana menerapkan redenominasi, ada tiga faktor
penting yang menjadi pertimbangan yaitu: nilai tukar, tingkat inflasi, dan bentuk
pemerintahan. Dari ketiga faktor tersebut, tingkat inflasi yang tinggi merupakan
faktor utama (most dominant driving factor) yang mendorong suatu negara
memutuskan untuk melakukan redenominasi mata uang (Suhendra dan
Handayani, 2012). Jika negara mengalami hiperinflasi, pemerintah akan sulit
dalam mendapatkan kepercayaan dari pasar domestik dan internasional. Tingkat
inflasi yang tinggi akan menyebabkan semakin rendahnya nilai mata uang,
sehingga akan dibutuhkan denominasi (nilai) mata uang yang besar dalam setiap
transaksi perekonomian. Dengan kata lain, inflasi yang tinggi menjadi indikasi
ketidakmampuan pemerintah dalam menyeimbangkan anggaran dan bank sentral
dalam melakukan kebijakan moneter.
Kondisi ekonomi Indonesia sekarang ini sedang dalam kondisi yang sangat
bagus. Setelah krisis yang melanda dunia pada tahun 2008-2009, perekonomian
Indonesia terus membaik dimana inflasi Indonesia padatahun 2009 turun menjadi
5% setelah pada tahun 2008 sebesar kisaran 9%. Hal inilah yang menjadikan
wacana untuk melakukan redenominasi sekarang ini dinilai tepat. Tetapi
walaupun dari segi perekonomian sudah baik,kebijakan redenominasi ini masih
saja menjadi pro-kontra dimana ada yang mendukung kebijakan redenominasi ini
dan ada juga yang menentangnya.

4
Berdasarkan pemaparan tersebut,maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga ratarata, perubahan jumlah transaksi, perubahan nilai transaksi pada kondisi
ekonomi inflasi rendah?
2. Alternatif kebijakan apakah yang perlu ditempuh pemerintah dan bank sentral
untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat redenominasi mata
uang Rupiah?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga ratarata, perubahan jumlah transaksi, perubahan nilai transaksi pada kondisi
ekonomi inflasi rendah.
2. Mengkaji kebijakan apakah yang perlu ditempuh pemerintah dan bank sentral
untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat redenominasi mata
uang Rupiah.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Bagi penulis, penggunaan metode percobaan ekonomi ini dapat memberikan
pembelajaran terkait dampak dari redenominasi terhadap perekonomian.
Mengingat data lapang terkait redenominasi ini belum tersedia, dampak
redenominasi ini sulit dipecahkan dengan metode survey atau kajian terhadap
data sekunder
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan
terkait dampak kebijakan redenominasi serta dapat menjadikan penelitian ini
sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terkai redenominasi.
3. Bagi pemerintah , diharapkan pemerintah dapat membuat keputusan yang tepat
terkait pelaksanaan redenominasi

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi oleh sejumlah asumsi tertentu.
Penjelasan mengenai asumsi-asumsi tersebut akan dijelaskan dalam metode
penelitian. Adapun runag lingkup dalam penelitian ini, antara lain :
1. Data yang digunakan akan diperoleh dari data primer hasil metode percobaan
(eksperimen) dan peserta percobaan berasal dari kalangan mahasiswa
2. Percobaan ini mengkaji faktor pertumbuhan ekonomi serta elastisitas.
Penelitian ini dibatasi oleh dua faktor saja karena adanya keterbatasan dana
maupun waktu
3. Perubahan permintaan konsumen dilihat dari perubahan harga rata-rata,
perubahan jumlah transaksi, serta perubahan nilai transaksi.

5
4. Redenominasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebijakan
penghapusan tiga angka nol

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Elastisitas Harga
Kepekaan perubahan jumlah barang yang diminta yang terjadi apabila
faktor yang mempengaruhinya berubah dapat diketahui dengan menggunakan
suatu ukuran yang disebut elastisitas. Elastisitas harga adalah pengukuran tentang
derajat kepekaan relatif dari jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari
adanya perubahan tingkat harga.
Secara umum, nilai elastisitas harga dari permintaan dapat dibagi menjadi:
a) Inelastis (Ep < 1) : perubahan permintaan lebih kecil daripada perubahan harga.
b) Elastis (Ep > 1) : perubahan permintaan lebih besar daripada perubahan harga.
c) Elastis uniter (Ep = 1) : kenaikan harga menyebabkan penurunan permintaan
barang tersebut dengan proporsi jumlah yang sama.
d) Inelastis uniter (Ep=0) : penetapan harga berapapun, orang akan membeli
dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
e) Elastis tak terhingga: perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan
permintaan tak terbilang besarnya.
Faktor –faktor yang mempengaruhi elastisitas anatara lain :
a)
Tingkat substitusi dimana semakin sulit mencari substitusi suatu barang
maka barang tersebut semakin inelastis. Contohnya beras bagi masyarakat
Indonesia sulit dicari substitusinya sehingga beras adalah barang inelastis,
b)
Jumlah pemakai dimana semakin banyak orang yang mengkonsumsi suatu
barang maka barang tersebut akan makin inelastis.
c)
Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen dimana bila
proporsi tersebut besar maka permintaannya akan cenderung elastis
d)
Jangka waktu dimana jangka waktu atas permintaan suatu barang memiliki
pengaruh terhadap elastisitas

Perubahan Nilai Rupiah
a)

Redenominasi
Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil
tanpa mengubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter
yang sama perlahan-lahan memilikidaya beli yang semakin melemah. Dengan
kata lain, harga produk dan jasa harus dituliskan dengan jumlah yang lebih besar.
Ketika angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat memengaruhi transaksi
harian karena risiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah lembaran
uang yang harus dibawa, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif
menangani perhitungan angka dalam jumlah besar. Pihak yang berwenang dapat
memperkecil masalah ini dengan redenominasi: satuan yang baru menggantikan
satuan yang lama dengan sejumlah angka tertentu dari satuan yang lama
dikonversi menjadi 1 satuan yang baru. Jika alasan redenominasi adalah inflasi,
maka rasio konversi dapat lebih besar dari 1, biasanya merupakan bilangan

6
positifkelipatan 10, seperti 10, 100, 1.000, dan seterusnya. Prosedur ini dapat
disebut sebagai "penghilangan nol"
Sebelum berlangsung secara keseluruhan, redenominasi rupiah akan
dilakukan dalam 3 tahapan kegiatan, yaitu tahap persiapan, tahap transisi/
paralelisasi dan tahap phasing out. Ketiga tahapan ini akan memerlukan waktu
sekitar 6 tahun. Tahap pertama adalah tahap persiapan di mana kegiatan utama
adalah penyusunan RUU Redenominasi hingga disahkan menjadi UU dan rencana
pencetakan uang dan distribusinya, penyesuaian infrastruktur dan teknologi
informasi sistem pembayaran, akuntansi serta komunikasi kepada seluruh lapisan
masyarakat. Tahap selanjutnya yaitu transisi dilakukan dengan penukaran secara
bertahap Rupiah “lama” dan Rupiah “baru”. “Ada dua mata uang yaitu Rupiah
“lama” dan Rupiah “baru” yang diberlakukan. Terakhir, tahap phasing out di
mana seluruh transaksi menggunakan Rupiah “baru”. “Saat dilakukan
pengembalian mata uang Rupiah dengan kata “baru” menjadi Rupiah
b)

Sanering
Sanering adalah pemotongan nilai uang terhadap harga barang sehingga
daya beli masyarakat menurun. Dalam perjalanan sejarah, Pemerintah Indonesia
tercatat pernah melakukan kebijakan sanering pada tanggal 19 Maret 1950
(dikenal dengan istilah “Gunting Syafrudin”), 25 Agustus 1959 dan 13 Desember
1965. Kondisi perekonomian nasional pada saat itu sangat buruk, tercermin dari
Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) yang sangat rendah, inflasi sangat tinggi dan
investasi merosot tajam. Salah satu mekanisme kebijakan sanering yang berlaku
mulai tanggal 25 Agustus 1959 adalah:
1. Penurunan nilai uang kertas Rp 500 dan Rp 1.000 menjadi Rp 50 dan Rp 100.
2. Pembekuan sebagian simpanan pada Bank (giro dan deposito) sebesar 90%
dari jumlah simpanan di atas Rp 25.000, dengan ketentuan bahwa simpanan yang
dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah (Perpu
No.3 Tahun 1959 tanggal 24 Agustus 1959).
Kebijakan sanering tersebut memberikan beberapa dampak di bidang
moneter, seperti menurunkan jumlah uang beredar, meningkatkan keuntungan
pemerintah yang kemudian digunakan untuk mengurangi kerugian kas negara, dan
mengurangi likuiditas bank-bank. Namun, likuiditas bank yang berkurang
membuat pemberian kredit bank terhadap perusahan produksi, distribusi dan
ekspor-impor menjadi berkurang, sehingga berimplikasi pada kenaikan harga
barang dan biaya hidup. Dengan demikian kebijakan sanering pada tahun 1959
tersebut dianggap gagal karena justru memperburuk keadaan ekonomi, yakni
terjadinya hyper-inflasi.

Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi
Dampak yang paling sering muncul terjadi dalam penerapan redenominasi
adalah munculnya bias psikologis yang disebut money illusion (Wibowo, 2013).
Ilusi ini dapat muncul karena perubahan nominal harga barang akibat
redenominasi. Sebagian besar masyarakat akan mempersepsikan bahwa harga
barang menjadi lebih murah karena dihilangkannya nilai nol dari mata uang
terdahulu.

7
Redenominasi juga akan membuat konsumen
menyusun kembali
manajemen strategi uang mereka untuk beradaptasi dengan mata uang baru
terutama ketika diperkenalkan mata uang yang baru khususnya ketika mata uang
yang baru dan mata uang yang lama dipergunakan secara bersama-sama, atau
lebih tepatnya pada masa transisi.
Sementara itu Money/Euro Illution memperlihatkan persepsi harga dalam
denominasi baru yang lebih kecil dan mata uang yang lebih rendah daripada
ketika dinyatakan dalam bentuk mata uang yang lama jika memiliki nilai nominal
yang lebih tinggi. (Gamble, Garling, Charlton & Ranyard, 2002). Hal ini
menunjukkan bahwa individu menyesuaikan diri dengan mata uang baru dengan
nilai nominal yang lebih kecil, setidaknya, mereka mengalami kesulitan dalam
memahami nilai sebenarnya dari barang dan jasa. Efek money Illusion pun dapat
terjadi pada barang-barang yang harganya murah atau kenaikan harganya hanya
beberapa koin sen saja. Apabila ketersediaan koin sen tidak dicukupi oleh
pemerintah, konsumen akan cenderung membiarkan kenaikan harga tersebut tanpa
menuntut adanya uang kembalian dari penjual, hal tersebut disebut trivialization.
Kasus trivalization dapat dilihat pada Ghana dimana tingkat inflasinya
meningkat sebesar lima persen satu tahun setelah redenominasi. Salah satu faktor
penyebab kegagalan redenominasi di Ghana adalah 70 persen uang beredar yang
di Ghana berada di luar sistem perbankan.Transaksi tunai di Ghana lebih dominan
dibandingkan dengan transaksi melalui perbankan. Kondisi ini diperparah oleh
pemerintah yang belum juga dapat mengganti mata uang yang baru dengan mata
uang yang lama setelah dua tahun redenominasi. Mehdi dan Reza (2012) juga
mengungkapkan bahwa pengurangan nilai nominal mata uang akan mempunyai
pengaruh secara psikologi dan sosial. Ketika mata uang memiliki nilai nominal
yang rendah, maka masyarakat akan merasa mata uang tersebut bernilai kuat.

Percobaan Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu sosial yang terus berkembang. Sejak Adam Smith
meletakkan landasan teori ekonomi modern, ada beberapa konsep atau pendekatan
pemikiran dan analisis yang telah dikembangkan oleh pakar ekonomi untuk
menganalisis fenomena ekonomi. Salah satu diantaranya, dalam tiga dekade
terakhir yang menurut penulis akan membawa revolusi dalam ilmu ekonomi
adalah berkembangnya inovasi teknik-teknik dalam ekonomi eksperimental
(eksperimental economics)
Dalam perkembangan metode percobaan ekonomi, muncul suatu teori
yang disebut induced-value theory yang dikembangkan oleh Ekonom V.L. Smith
pada tahun 1976 (Juanda, 2009). Ide dasar dari teori ini adalah bahwa penggunaan
media imbalan yang tepat memungkinkan experimenter atau peneliti untuk
memunculkan karakteristik pelaku ekonomi tertentu dan karakteristik bawaannya
menjadi tidak berpengaruh lagi (irrelevant). Apabila karakteristik dasar pelaku
ekonomi (experimental unit) sama atau homogen maka peneliti dapat melakukan
percobaan karena prinsip dasar ”pengendalian lingkungan” sudah dilakukan.
Tiga syarat cukup untuk memunculkan karakteristik diatas adalah sebagai
berikut :

8
1. Monotonicity adalah pelaku percobaan harus selalu menyukai imbalan yang
lebih besar.
2. Salience adalah imbalan yang diterima pelaku tergantung dari tindakan mereka
dalam percobaan sesuai aturan yang mereka fahami.
3. Dominance : adanya dominansi kepentingan pelaku di dalam percobaan,yaitu
mereka lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan hal-hal lain.
Friedman dan Sunder (1994) mengemukakan bahwa percobaan ekonomi
dilakukan di dalam lingkungan yang terkontrol.Lingkungan ekonomi terdiri dari
pelaku ekonomi bersama aturan yang berlaku atau institusi sebagai tempat
berinteraksi antar pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi mungkin sebagai pembeli dan
penjual, dan institusi mungkin merupakan tipe pasar tertentu.
Dalam percobaan ekonomi diberikan instruksi percobaan yang terdiri dari
deskripsi tentang ketentuan percobaan, pilihan-pilihan, dan tindakan-tindakan
yang harus dilakukan subjek penelitian (pelaku percobaan), serta aturan penentuan
pemberian imbalan kepada subjek, yang tergantung pada tindakan mereka
(Friedman dan Sunder,1994). Lembar instruksi percobaan diberikan kepada
subjek penelitian pada saat percobaan akan dilaksanakan sehingga subjek
penelitian jelas memahami prosedur percobaan dan aturan yang berlaku. Dalam
instruksi percobaan ini juga dapat dilengkapi dengan contoh ilustrasi yang
sederhana yang akan lebih memperjelas permasalahan bagi subjek percobaan.
Dalam penelitian dibidang ekonomi dengan metode percobaan, kelompok
masyarakat yang sering kali menjadi subjek penelitian berasal dari kelompok
mahasiswa (Friedman dan Sunder, 1994). Alasan penggunaan mahasiswa sebagai
sumber penelitian yaitu :
1. Kelompok ini dinilai paling siap untuk masuk ke dalam kelompok eksperimen.
2. Latar belakang kelompok ini berasal dari kampus, dimana dari kampus inilah
sebagian besar peneliti muncul
3. Biaya imbangan (opportunity cost) yang rendah
4. Merupakan salah satu cara untuk mengurangi pengaruh eksternal yang dapat
menjadi variabel pengganggu dalam penelitian.
Ilmu ekonomi sendiri baru benar-benar mulai dianggap sebagai
experimental science dalam waktu yang relatif lama. Hal ini terjadi terutama
setelah penghargaan hadiah Nobel tahun 1994 bidang ekonomi diberikan kepada
ekonom yang karyanya berkaitan dengan experimental economics, yaitu John
Nash dan Reinhard Selten. Mereka dinilai dapat memberikan inspirasi bahwa
metode eksperimen juga dapat dilakukan di bidang ekonomi. Setelah itu
perkembangan experimental economics tumbuh semakin pesat. Bahkan dalam
cakupan lebih luas (makro) beberapa ekonom pernah mencobanya. Berbagai
kebijakan ekonomi makro atau moneter dapat pula dicobakan dulu dalam
percobaan.

Percobaan Ekonomi dalam Kajian Kebijakan Ekonomi
Selain untuk pengujian teori-teori ekonomi, percobaan ekonomi juga dapat
digunakan untuk pengkajian suatu kebijakan ekonomi. Salah satu ilustrasinya
adalah studi yang dilakukan oleh Juanda et al (2011) dalam mengkaji dan
membandingkan dampak sistemik yang ditimbulkan dari kebijakan penyelamatan

9
Bank Century dan kebijakan menutup Bank Century oleh pemerintah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penutupan Bank Century menyebabkan dampak
sistemik yang relatif sangat rendah. Pengaruh sistemik yang cukup besar akan
ditimbulkan jika penutupan bank bermasalah pada saat krisis tersebut dilakukan
pada bank bermasalah yang berukuran besar. Dalam kondisi normal (tidak
adannya gejolak krisis), penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank
Century tidak akan menimbulkan dampak sistemik. Tekanan dan potensi
kegagalan bank sangat rendah karena stabilitas ekonomi dalam kondisi normal
masih terjaga sehingga kepercayaan nasabah terhadap perbankan tidak mengalami
penurunan.
Penelitian lainnya dalam mengkaji suatu kebijakan dengan metode
percobaan adalah kajian tingkat kepatuhan pajak dalam sistem pemungutan pajak
selfassessment yang diberlakukan di Indonesia (Juanda, 2010). Penelitian ini
mengkaji bagaimana pengaruh peluang pemeriksaan, denda dan tingkat
pendidikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT), dengan mengendalikan faktor-faktor lainnya diusahakan
sama (ceteris paribus). Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan Wajib
Pajak sulit dilakukan jika menggunakan rancangan survei karena adanya pengaruh
lingkungan atau objek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan Makin tinggi
peluang pemeriksaan pajak dan makin besar denda akan berpengaruh positif
terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
Selain itu, Juanda (2010) juga menyatakan tingkat kepatuhan membayar pajak
untuk “pelaku eksperimen” mahasiswa Strata 1 lebih tinggi dibandingkan tingkat
kepatuhan mahasiswa Pascasarjana yang memiliki pengetahuan relatif tinggi.
Selanjutnya, makin tinggi penghasilan Wajib Pajak, maka tingkat kepatuhannya
makin rendah.

Penelitian Terdahulu
Dzokoto et al (2010) dengan metode kualitatif menemukan kehadiran
money illusion di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Ghana setelah
dilaksanakannya kebijakan redenominasi mata uang. Penelitian ini menunjukkan
bahwa redenominasi memberikan impilkasi terhadap perubahan dalam
memberikan nilai kepada diri sendiri (misalnya dalam hal gaji), kecenderungan
untuk meremehkan kenaikan harga,
perubahan dalam kebiasaan dalam
pengeluaran, kecenderungan untuk lebih murah hati dalam memberikan
sumbangan. Ini semua diakrenakan kecenderungan untuk melihat dari nilai
nominalnya bukan dari nilai riilnya.
Mosley (2005) dimana penelitian ini menyelidiki kondisi yang menyertai
suatu negara ketika melaksanakan redenominasi. Penelitian ini dilaterbelakangi
ketika peneliti melihat mengapa ada negara yang memilih redenomenasi dan ada
yang tidak ketika negara tersebut mengalami depresiasi uang. Penelitian ini
menunjukkan bahwa keputusan untuk melakukan redenominasi merupakan
komibaasi dari faktor politik serta ekonomi, yang meliputi tingkat inflasi,
perhatian pemerintah terkait dengan tingkat kepercayaan, serta efek dari mata
uang itu sendiri terhadap identitas nasional.

10
Lianto dan Suryaputra (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui
dampak dari implementasi redenominasi di Indonesia berdasarkan perspektif
masyarakat Indonesia. Dari data yang diperoleh dengan metode survey sebanyak
100 orang yang paham akan redenominasi dan dianalisis menggunakan Structural
Equation Modelling, terlihat bahwa dampak terbesar dari redenominasi adalah
dapat meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata negara lain. Temuan lainnya
adalah masyarakat Indonesia menganggap redenominasi akan dapat
menguntungkan mereka. Jika redenominasi sukses diimplementasikan, mata uang
Rupiah akan menjadi semakin kuat dan menambah kepercayaan diri masyarakat
terhadap mata uangnya

Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian sebelumnya, secara sederhana penelitian ini bertujuan
untuk melihat dampak kebijakan redenominasi Rupiah terhadap permintaan
konsumen pada kondisi perekonomian inflasi rendah yang pada akhirnya dapat
berpengaruh terhadap kinerja perekonomian di Indonesia. Hal ini karena perilaku
permintaan konsummen pada dasarnya merupakan salah satu penentu pergerakan
perekonomian di suatu negara.
Perubahan permintaan konsumen diamati dengan menggunakan metode
percobaan ekonomi (experimental economics). Respon-respon yang dihasilkan
dari percobaan ekonomi inilah yang menggambarkan perubahan permintaan
konsumen.
Redenomina
Perubahan Permintaan

Per
ubahan
Harga
Rata-rata

Per
ubahan
Jumlah
Transaksi

Ranc
angan
Percobaan
Ana
lisis
Covarianc

Per
ubahan
Nilai
Transaksi

Analisis
Deskripitif

Uji Beda
Nilai Tengah
Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian

11
Hipotesis
Berdasarkan teori-teori, studi-studi terdahulu, serta skema kerangka
pemikiran di atas, dapat diajukan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Untuk harga rata-rata, pada pertumbuhan rendah mengalami kenaikan
sebaliknya pada pertumbuhan tinggi. Pada barang elastis mengalami
penurunan, sebaliknya pada barang inelastis
2. Untuk jumlah transaksi, pada pertumbuhan rendah mengalami penurunan
sebaliknya pada pertumbuhan tinggi. Pada barang elastis mengalami kenaikan,
sebaliknya pada barang inelastis
3. Untuk nilai transaksi, pada pertumbuhan rendah mengalami penurunan
sebaliknya pada pertumbuhan tinggi. Pada barang elastis mengalami kenaikan,
sebaliknya pada barang inelastis

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
primer. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui simulasi
percobaan (eksperimen) ekonomi.Dimana data primer yang dikumpulkan
merupakan gambaran respons dari para subjek penelitian (pelaku simulasi)
sebagai pelaku ekonomi dalam percobaan yang dapat dilihat dari keputusankeputusan yang dibuat oleh para pelaku percobaan.

Rancangan Simulasi Percobaan
Percobaan ini dilakukan pada kondisi perekonomian inflasi rendah dimana
dalam hal ini dicerminkan dari nilai unit cost yang lebih rendah dari pada kondisi
perekonomian saat inflasi tinggi. Percobaan untuk kondisi perekonomian pada
saat inflasi tinggi sendiri dilakukan oleh Arimurthi (2013).
Pecobaan ini merupakan simulasi kegiatan perekonomian untuk melihat
pengaruh atau respons dari redenominasi mata uang terhadap perubahan perilaku
produsen dan konsumen. Adapun respons perubahan perilaku produsen dan
konsumen dapat dilihat dari perubahan harga rata-rata, perubahan jumlah
transaksi, perubahan nilai transaksi Percobaan ekonomi dalam penelitian ini
melibatkan 48 pelaku percobaan (experimental subject) yang dibagi ke dalam 4
kombinasi perlakuan. Faktor-faktor yang akan dilihat pengaruhnya terhadap
respons yang diamati, adalah:
1.
Tingkat pertumbuhan, terdiri dari dua taraf yaitu: 1) pertumbuhanrendah;
dan 2) pertumbuhantinggi
2.
Elastisitas, terdiri dari dua taraf yaitu :1) elastis; dan 2) inelastis.
Dalam percobaan ini, faktor pertumbuhan rendah digambarkan dengan
jumlah pelaku ekonomi yang lebih sedikit dibandingkan dengan pada saat
pertumbuhan ekonomi tinggi. Barang elastis digambarkan dengan sebagai barang

12
yang permintaannya akan meningkat secara signifikan apabila ada perubahan
harga sedikit saja, sebaliknya barang inelastis permintaan barang tidak akan
berubah secara signifikan walaupun ada perubahan harga yang besar.
Rincian dari jumlah pelaku percobaan adalah sebagai berikut :
1. Pada barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah sebanyak 10
orang
2. Pada barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi sebanyak 14
orang
3. Pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah sebanyak 10
orang
4. Pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi sebanyak 14
orang
Kombinasi-kombinasi perlakuan yang dilakukan adalah :
1. Barang elastis pada saat pertumbuhan ekonomi rendah
2. Barang elastis pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi
3. Barang inelastis pada saat pertumbuhan ekonomi rendah
4. Barang inelastis pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi
Tabel 2 Penjabarankondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi
Elastisitas
Elastis
Pada simulasi jenis barang yang
digunakan adalah barang elasts
dimana dalam hal ini adalah
mobil ( %∆ Kuantitas ) > %
∆Harga)
Inelastis
Pada simulasi jenis barang yang
digunakan adalah barang elasts
dimana dalam hal ini adalah
beras ( %∆ Kuantitas ) < %
∆Harga)
Pertumbuhan
Rendah
umlah
pelaku
ekonomi
Ekonomi
berjumlah 10 orang yang terdiri
dari 5 penjual dan 5 pembeli
Tinggi

Jumlah
pelaku
ekonomi
berjumlah 14 orang yang terdiri
dari 7 penjual dan 7 pembeli

Berdasarkan respons yang akan diamati, instruksi percobaan dalam
penelitian ini merujuk kepada penelitian Juanda (2000)1 yaitu berbentuk transaksi
jual beli barang dengan sistem pasar Posted Offer. Transaksi dengan sistem Post
Offer ini tidak terdapat sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli,
contohnya seperti yang ada di pasar-pasar swalayan. Simulasi percobaan ekonomi
ini berdasarkan kepada induced value theory, dimana dengan penggunaan
insentif/imbalan yang tepat dan nyata akan memungkinkan pelaku percobaan
dapat memunculkan (induced) karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan

13
percobaan. Oleh karena itu data yang diperoleh dari hasil percobaan berasal dari
kondisi yang sudah terkontrol/terkendali atau sudah tidak terpengaruh oleh faktorfaktor lain, sehingga data tersebut akan menjadi lebih baik dalam mengkaji
dampak suatu kebijakan terhadap perilaku pelaku ekonomi dibandingkan data dari
survey (Juanda, 2012).

Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan secara umum adalah sebagai berikut :
1) Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk menjadi 5 orang pembeli dan 5
orang penjual (kondisi pertumbuhan ekonomi rendah ) atau 7 orang pembeli
dan 7 orang penjual (kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi )
2) Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi
percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan
instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang
jelas terhadap instruksi yang diberikan
3) Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masing-masing.
Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama
percobaan pada lembar keputusannya setiap ulangan.
4) Pembeli dan penjual mendapatkan unit value dan unit cost masing-masing
dimana masing-masing pembelidan penjual mendapat 2 unit value dan 2 unit
cost untuk setiap transaksi.
5) Pada ulangan pertama pembeli akan dipisahkan dengan penjual dimana
pembeli akan meninggalkan ruangan. Penjual harus menentukan harga jualnya
diatas unit costnya untuk kondisi sebelum redenominasi, setelah itu penjual
langsung menentukan harga jual untuk kondisi setelah redenominasi dimana
harga jualnya boleh tetap, lebih, atau kurang dari harga sebelum redenominasi.
6) Pembeli diundi urutan pembeliannya untuk kemudian mereka masuk satu per
satu ke ruangan penjual untuk membeli barang. Pembeli harus membeli barang
dengan harga di bawah unit value.
7) Masing-masing pembeli dan penjual harus mencatat hasil transaksinya diatas
lembar keputusan.
8) Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap
ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal
bulan.
9) Pada akhir percobaan (ulangan), peserta mengumpulkan lembar keputusan
kepada peneliti
10) Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai
dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan.
Metode Analisis
a)

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif ini dilakukan dengan cara melihat grafik histogram
dengan melihat rata-rata setiap respons pada faktor-faktor tertentu. Melalui
analisis ini dapat dilihat perbedaan pengaruh tiap faktor terhadap suatu respons.

14
Perbedaan pengaruh itu akan dianalisis oleh peneliti mengenai apa
penyebab dari perbedaan tersebut. Contohnya peneliti menjelaskan penyebab
perbedaan pengaruh redenominasi terhadap perubahan harga rata-rata dikondisi
pertumbuhan ekonomi rendah dan pertumbuhan ekonomi tinggi.
b)

Uji Kesamaan Ragam

Uji ini digunakan untuk melihat apakah suatu contoh (sample) memiliki
ragam yang sama atau tidak.Hipotesisi yang digunakan adalah :
H0 : S12(x2-x1)=S22(x2-x1)
H1 : S12(x2-x1)≠S22(x2-x1)
c)

Uji Nilai Tengah Beda Dua Populasi

Data yang tetap melanggarasumsi walaupun telah ditransformasi saat
pengujian F dapat dilakukan d engan ujit. Uji t untuk menduga nilai tengah beda
dua populasi ini dihitung secara manual.Menurut Saefuddin, et al. (2009),
membandingkan dua populasi adalahmembandingkan atribut tertentu antara kedua
populasi tersebut.
Bila terbukti ragam sama maka statistik ujinya adalah :
T=

X

X

– µ

µ

.........................................................3.1

Sedangkan bila ragamnya tidak sama maka statistik ujinya adalah :
T=

X

X

– µ

µ

........................................................ 3.2

15
Tabel 3 Hipotesis untuk uji nilai tengah beda dua populasi
Respons
Faktor
Perubahan Harga
Pertumbuhan
Elastisitas
Pertumbuhan pada barang
elastis
Pertumbuhan pada barang
inelastis
Perubahan Jumlah
Pertumbuhan
Elastisitas
Pertumbuhan pada barang
elastis
Pertumbuhan pada barang
inelastis
Perubahan Nilai
Pertumbuhan
Elastisitas
Pertumbuhan pada barang
elastis
Pertumbuhan pada barang
inelastis

H0
µr = µt
µe =µin
µr = µt

H1
µr > µt
µe µt

µr = µt

µr > µt

µr = µt µr µin
µr = µt µr