Kajian Pengaruh Kebijakan Redenominasi dan Faktor Lainnya Terhadap Perubahan Harga dan Transaksi Dalam Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Tinggi

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN REDENOMINASI DAN
FAKTOR LAINNYA TERHADAP PERUBAHAN HARGA DAN
TRANSAKSI DALAM KONDISI PERTUMBUHAN EKONOMI
TINGGI

MELLIDA RAHMAT GUSTINI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Pengaruh
Kebijakan Redenominasi dan Faktor Lainnya Terhadap Perubahan Harga dan
Transaksi Dalam Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Tinggi adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013

Mellida Rahmat Gustini
NIM H14090111

ABSTRAK
MELLIDA RAHMAT GUSTINI. Kajian Pengaruh Kebijakan Redenominasi dan
Faktor Lainnya Terhadap Perubahan Harga dan Transaksi dalam Kondisi
Pertumbuhan Ekonomi Tinggi. Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA
Redenominasi adalah kebijakan penyerderhanaan nilai mata uang dengan
mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai dari mata uang tersebut.
Penelitian terkait redenominasi dilakukan dengan menggunakan percobaan
ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh respons perubahan
harga relatif, perubahan nilai transaksi relatif, dan perubahan jumlah transaksi
relatif terhadap adanya kebijakan redenominasi pada kondisi pertumbuhan
ekonomi tinggi. Pengaruh redenominasi dapat dilihat dengan menggunakan uji

kesamaan ragam, uji beda nilai tengah dan grafik histrogram dari masing-masing
kombinasi faktor. Redenominasi menurunkan harga pada saat inflasi rendah dan
meningkatkan harga pada saat inflasi tinggi. Redenominasi meningkatkan nilai
transaksi pada komoditas elatis dikarenakan pada komoditas elastis harga
menurun sehingga menyebabkan nilai transaksi meningkat. Redenominasi
menurunkan nilai transaksi pada komoditas inelastis dikarenakan komoditas
inelastis cenderung meningkatkan harga sehingga nilai transaksi menurun.

Kata kunci: analisis deskriptif, percobaan ekonomi, redenominasi, uji beda nilai
tengah, uji kesamaan ragam

ABSTRACT
MELLIDA RAHMAT GUSTINI. Effect of Policy Studies Redenomination and
Other Factors Againts Price Changes and Transactions in the High Economic
Growth Conditions. Supervised by BAMBANG JUANDA.
Redenomination is a simplification of the policy of the currecy by reducing
digit (zero number) without reducing the value of the currency. Redenomination
related research carried out by using an economic experiment. The purpose of this
study is to see the influence of response relative price changes, changes in the
relative value of the transaction, and the change in the number of transactions

relative to the redenomination policy in conditions of high economic growth. The
effectof redenomination can be seen by using a variety of similarity test, the mean
difference test and histogram charts of each combination of factors.
Redenomination lower the price at the time of low inflation and increase the price
at the time of high inflation. Redenomination increase the value of transactions in
commodities elatis due to declining commodity price elastic, causing the value of
transactions increased. Redenomination down the value of transactions in
commodities is inelastic due to inelastic commodities tend to increase the price so
that the value of transactions declined.
Keywords: descriptive analysis, experimental economics, redenomition, test
similarity variety, testing mean differences

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN REDENOMINASI DAN
FAKTOR LAINNYA TERHADAP PERUBAHAN HARGA DAN
TRANSAKSI DALAM KONDISI PERTUMBUHAN EKONOMI
TINGGI

MELLIDA RAHMAT GUSTINI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kajian Pengaruh Kebijakan Redenominasi dan Faktor Lainnya
Terhadap Perubahan Harga dan Transaksi Dalam Kondisi
Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
Mellida Rahmat Gustini
Nama

NIM

H14090111


Disetujui oleh

Prof. Dr.Ir. Bambang Juanda, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

1 9 AUG 2013

Judul Skripsi : Kajian Pengaruh Kebijakan Redenominasi dan Faktor Lainnya
Terhadap Perubahan Harga dan Transaksi Dalam Kondisi
Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
Nama
: Mellida Rahmat Gustini
NIM
: H14090111


Disetujui oleh

Prof. Dr.Ir. Bambang Juanda, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
redenominasi, dengan judul Kajian Pengaruh Kebijakan Redenominasi dan Faktor
Lainnya Terhadap Perubahan Harga dan Transaksi Dalam Kondisi Pertumbuhan
Ekonomi Tinggi.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih keluarga penulis,

yakni Bapak Hikmat, S.E dan Ibu Rahmi Idawati serta adik dari penulis, Juanda
Rahmat atas segala doa dan kasih sayang yang selalu diberikan. Selain itu, penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan, saran, kritik, serta motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Bapak Prof. Dr. Noer Azzam Achsani selaku dosen penguji utama dan Bapak
Deni Lubis, M.A selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan
saran yang telah diberikan untuk perbaikan karya ilmiah ini.
3. Para dosen, staff, dan seluruh akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB
yang telah memberikan Ilmu dan bantuan kepada penulis.
4. Teman-teman satu bimbingan, Rheza Prasatya Arimurti, Ria Rizkiani,
Muhammad Kunto Adi, Danti Astrini, dan Andika Pambudi yang telah
memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi, serta dukungannya kepada
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Sahabat-sahabat Penulis Asri Ligar Anisa, Melisa Agustina, Risma Fadillah
Arum, Sari Dwi Rahmani, Sri Salmiyah, Gina Adzani, Marisky Nur Adnin,
Nur Hasanah, Putu Evia Febriandari, Rina Rosliana, Farah Meiska Wijaya,
Meiyora Averiana, Puspita Mega Lestari Effendi, Salsa Dilla, Sri Wulan
Fatmawati, Risa Fandi Febrina, Risya Maulida Septiana, Dwinda Larasati

Widyaputi, dan Assrianti yang telah memberikan bantuan, dukungan dan
motivasi kepada penulis
6. Keluarga besar Hipotesa 2011, Hipotesa 2012, CER 2011 dan CER 2012
7. Seluruh keluarga besar Ilmu Ekonomi 45, 46, 47, dan 48 terima kasih atas
doa dan dukungannya.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan karya
ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Mellida Rahmat Gustini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

5


Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

6

Konsep Inflasi

6

Konsep Elastisitas

7


Perubahan Nilai Rupiah

7

Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi

8

Pengalaman Negara-Negara yang Telah Melakukan Redenominasi

8

Percobaan Ekonomi

10

Percobaan Ekonomi dalam Kajian Kebijakan Ekonomi

11

Penelitian Terdahulu

11

Kerangka Pemikiran

11

Hipotesis

12

METODE

13

Jenis dan Sumber Data

13

Metode Pengambilan Sampel

13

Rancangan Simulasi Percobaan

14

Prosedur Simulasi Percobaan

15

Metode Analisis Data

16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Kebijakan Redenominasi Terhadap Perubahan Harga,
Perubahan Jumlah Transaksi , dan Perubahan Nilai Transaksi pada
Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
Alternatif Kebijakan untuk Mengatasi Dampak Redenominasi Mata Uang

18

18

Rupiah
SIMPULAN DAN SARAN

31
32

Simpulan

32

Saran

32

DAFTAR PUSTAKA

33

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

69

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

6

7

8

Sepuluh mata uang dengan nilain tukar tertinggi di dunia
Penjabaran kondisi perlakuan dalam simulas percobaan ekonomi
Hipotesis untuk uji beda nilai tengah
Nilai uji T untuk perubahan harga relatif, perubahan jumlah transaksi
relatif, dan perubahan nilai transaksi relatif
Nilai uji T untuk perubahan harga relatif, perubahan jumlah transaksi
relatif, dan perubahan nilai transaksi relatif pada kondisi inflasi secara
umum
Nilai uji T untuk perubahan harga relatif, perubahan jumlah transaksi
relatif, dan perubahan nilai transaksi relatif pada elastisitas secara
umum
Nilai uji T untuk perubahan harga relatif, perubahan jumlah transaksi
relatif, dan perubahan nilai transaksi relatif pada kondisi inflasi dalam
komoditas elastis secara umum
Nilai uji T untuk perubahan harga relatif, perubahan jumlah transaksi
relatif, dan perubahan nilai transaksi relatif pada kondisi inflasi dalam
komoditas inelastis secara umum

1
15
17
18

19

23

27

29

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Tingkat inflasi di Indonesia tahun 1999-2012 (persen)
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1999-2012 (persen)
Skema kerangka pemikiran penelitian
Grafik histogram pengaruh inflasi terhadap perubahan harga relatif
Grafik histogram pengaruh inflasi terhadap perubahan jumlah transaksi
relatif
Grafik histogram pengaruh inflasi terhadap perubahan nilai transaksi
relatif
Plot data pengaruh inflasi terhadap perubahan harga relatif
Grafik histogram pengaruh elastisitas terhadap perubahan harga relatif
Grafik histogram pengaruh elastisitas terhadap perubahan jumlah
transaksi relatif
Grafik histogram pengaruh elastisitas terhadap perubahan nilai transaksi
relatif
Plot data pengaruh elastisitas terhadap perubahan nilai transaksi relatif
Grafik histogram pengaruh inflasi pada komoditas elastis terhadap
perubahan harga relatif
Grafik histogram pengaruh inflasi pada komoditas elastis terhadap
perubahan jumlah transaksi relatif
Grafik histogram pengaruh inflasi pada komoditas elastis terhadap
perubahan nilai transaksi relatif
Grafik histogram pengaruh inflasi pada komoditas inelastis terhadap
perubahan harga relatif

3
4
12
20
21
21
22
23
24
25
26
27
28
28
30

16 Grafik histogram pengaruh inflasi pada komoditas inelastis terhadap
perubahan jumlah transaksi relatif
17 Grafik histogram pengaruh inflasi pada komoditas inelastis terhadap
perubahan nilai transaksi relatif

30
31

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data hasil percobaan
2 Hasil uji keragaman dan uji beda nilai tengah untuk setiap kombinasi
faktor
3 Grafik plot data untuk setiap kombinasi perlakuan
4 Instuksi percobaan
5 Daftar unit cost dan unit value masing-masing pelaku percobaan
6 Lembar keputusan penjual dan pembeli
7 Grafik perkembangan perubahan harga dalam setiap ulangan

35
36
49
53
61
63
67

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak tahun 2010 muncul sebuah wacana tentang penyederhanaan nilai mata
uang rupiah atau yang lebih sering terdengar dengan nama redenominasi. Wacana
mengenai redenominasi ini mulai dilontarkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI),
Darmin Nasution, pada tanggal 3 Agustus 2010. Wacana tersebut memunculkan
pernyataan bahwa redenominasi yang sedang direncanakan tersebut akan
menghilangkan tiga angka nol pada nilai uang, barang, maupun upah. Apabila
terjadi penyederhanaan nilai mata uang pada nilai barang dan jasa, maka secara
otomatis juga akan terjadi penyederhanaan penulisan nilai (harga) pada barang dan
jasa yang diperjualbelikan. Misalnya sebagai contoh uang senilai Rp. 1000 akan
berubah menjadi Rp. 1 (penyederhanaan nilai mata uang dengan mengurangi tiga
angka nol pada nilai mata uang). Dalam redenominasi ini yang berubah hanya nilai
nominalnya saja, sedangkan nilai riil tetap. Oleh karena itu diharapkan dengan
adanya kebijakan redenominasi ini, tidak ada penurunan daya beli masyarakat (nilai
uang terhadap barang).
Redenominasi sendiri adalah penyerdehanaan nilai mata uang dengan
mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut.
Redenominasi ini dinilai tidak akan memberikan dampak terhadap masyarakat
karena daya belinya tetap sama. Tujuan dari redenominasi ini antara lain
menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakukan
transaksi serta mempersiapkan kesetaraan ekonomi secara regional dengan negara
lain.
Mata uang rupiah termasuk dalan 10 garbage money atau mata uang yang
memiliki nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (US $). Terlihat pada tabel 1
dibawah ini, bahwa Indonesia sebagai negara ketiga tertinggi yang memiliki nilai
tukar tertinggi terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (US $). Saat ini rupiah
memiliki pecahan tertinggi sebesar Rp 100.000. Pecahan ini merupakan pecahan
kedua tertinggi setelah mata uang Vietnam yaitu dong dengan pecahan tertinggi
sebesar 500.000 Dong.
Tabel 1 Sepuluh Mata Uang dengan Nilai Tukar Tertinggi di Dunia
No
Mata Uang (Negara)
Nilai Tukar terhadap 1 US $
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Dong (Vietnam)
Rial (Iran)
Rupiah (Indonesia)
Rubel (Belarusia)
Bolivar (Venezuela)
Kwacha (Zambia)
Guaran (Paraguay)
Shilling (Uganda)
Franc (Madagascar)
Sum (Uzbekistan)

Sumber: http://id.rateq.com diakses 18 Februari 2013

20.887
12.253
9.684
8.628
6.297
5.244
4.077
2.652
2.213
2.006

887

2
Gambar tersebut menunjukkan bahwa nilai rupiah masih tinggi maka, diperlukan
penyederhanaan nilai mata uang.
Kebijakan redenominasi juga telah dilakukan oleh beberapa negara-negara
didunia. Terhitung sejak tahun 1923, setidaknya sudah ada 55 negara yang telah
menerapkan redenominasi. Tetapi diantara negara-negara yang telah melakukan
redenominasi tersebut tidak semua negara tergolong berhasil, ada beberapa negara
yang tidak berhasil dalam menerapkan redenominasi. Negara-negara yang dianggap
berhasil menerapkan redenominasi ini diantaranya Turki, Rumania, Polandia, dan
Ukraina. Sementara, negara-negara yang gagal dalam menerapkan redenominasi
dinegaranya diantaranya Brazil, Israel, Rusia, Korea Utara, dan Zimbabwe. Ada
beberapa negara yang melakukan redenominasi dalam beberapa tahap, seperti
Brazil dan Serbia Montenegro yang melakukan redenominasi sebanyak empat kali
serta Israel dan Argentina yang sudah melakukan redenominasi sebanyak enam kali.
Bank Indonesia menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk
melakukan redenominasi rupiah karena perekonomian Indonesia dalam kondisi
sehat dan stabil. Walaupun saat ini Bank Indonesia bersama pemerintah sudah
dalam tahap penyusunan RUU, tetapi masih banyak kalangan yang menganggap
RUU Perubahan Harga Rupiah tidak perlu menjadi prioritas. Kebijakan
redenominasi atau eliminasi tiga angka nol pada rupiah rencananya akan tercantum
di dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Perubahan Harga Rupiah, dimana
RUU ini merupakan salah satu dari 70 RUU yang telah masuk ke dalam daftar
Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2013. Meskipun begitu, pro dan
kontra terhadap wacana kebijakan redenominasi mencerminkan suatu spekulasi
publik terhadap ketidakpastian dampak yang akan terjadi jika dilakukan
redenominasi pada mata uang rupiah.
Perdebatan ini sulit untuk dipecahkan dengan metode survei atau kajian data
sekunder, karena data belum ada di lapang. Oleh karena itu, kajian mengenai
dampak yang akan ditimbulkannya perlu dikaji secara ilmiah melalui metode
percobaan. Metode percobaan adalah cara yang sangat baik untuk membangkitkan
data yang kualitasnya lebih baik dari metode survei dan mampu mengendalikan
faktor-faktor yang mengganggu hubungan sebab akibat (Juanda, 2010). Metode
percobaan ini akan terjadi interaksi antara para pelaku ekonomi dalam membuat
keputusan dapat memberikan gambaran mengenai dampak kebijakan redenominasi,
karena menurut Juanda (2010) data hasil percobaan akan lebih mudah diinterpretasi
dalam menyimpulkan hubungan sebab akibat dibandingkan data hasil survei atau
data historis (sekunder). Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan studi
mengenai pengaruh kebijakan redenominasi dan faktor lainya terhadap kinerja
perekonomian dengan menggunakan metode percobaan ekonomi agar dapat
mengetahui dampak yang akan ditimbukan dengan adanya kebijakan redenominasi.

Perumusan Masalah
Pelaksanaan redenominasi di suatu negara menimbulkan kekhawatiran bagi
negara tersebut. Ada beberapa faktor-faktor yang menjadi pertimbangan suatu
negara untuk menerapkan redenominasi bagi perekonomian di negara tersebut.
Beberapa faktor-faktor diantaranya adalah tingkat inflasi, nilai tukar, dan bentuk
pemerintahan negara tersebut. Redenominasi dapat berhasil bila perekonomian

3
dalam keadaan inflasi dan ekspektasi inflasi yang stabil dan rendah. Menurut Lianto
dan Suryaputra (2011) beberapa kondisi awal (initial condition) yang akan
membuat kebijakan redenominasi sukses diterapkan adalah: 1) tingkat inflasi yang
rendah sebelum, saat, dan sesudah redenominasi diterapkan; 2) pertumbuhan
ekonomi yang stabil; 3) adanya jaminan kestabilan harga-harga barang dan jasa;
serta 4) sosialisasi dan edukasi yang baik kepada masyarakat. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Ioana (2005) yang menyebutkan bahwa
redenominasi mata uang hanya akan sukses dilakukan hanya jika memenuhi dua
kondisi berikut: 1) tingkat inflasi yang rendah dengan kecenderungan yang
menurun; dan 2) berhasilnya program reformasi dan restrukturisasi ekonomi,
seperti pertumbuhan PDB riil yang tinggi. Jika kondisi terebut tidak terpenuhi maka
redenominasi menjadi tidak berguna.
Berbicara tentang tingkat inflasi, Indonesia yang saat ini berencana untuk
melakukan redenominasi mengalami ketidakstabilan tingkat inflasi. Hal ini terlihat
pada tahun 1960-an saat Indonesia mengalami hiperinflasi yang sangat tinggi yang
puncaknya yaitu pada tahun 1966 sebesar 1136 persen. Selanjutnya pada tahun
1971 nilai rupiah terdepresiasi hingga mencapai Rp 415 per dolar AS. Setelah 68
tahun merdeka, rupiah sekarang telah berada di sekitar level Rp 9.700 per dolar AS.
Tingkat inflasi yang tinggi akan berdampak pada pelemahan nilai mata uang karena
nilai yang semakin melemah itulah menjadi salah satu alasan pemerintah ingin
meningkatkan martabat rupiah. Saat ini dianggap sebagai waktu yang tepat karena
tingkat inflasi di Indonesia relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir bahkan
dapat dikatakan bertipe creeping inflation atau berada di sekitar satu digit tiap
tahunnya. Inflasi yang stabil mencerminkan kestabilan harga pada beberapa barang
yang membentuk tingkat harga konsumen. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 1
di bawah ini.
25,00
20,49

20,00
1.1
Tujuan dan Manfaat Penelitian
15,00
10,00
5,00

13,11

11,50 11,88

10,45
6,59 6,24

9,78
6,41

3,72
Development

4,81 5,13 5,36
4,28

Sumber: World
Indicators 2012
0,00
Gambar 1 Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 1999 – 2012 (persen)

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: World Development Indicators 2012

Gambar 1 Tingkat inflasi di Indonesia tahun 1999 – 2012 (persen)
Selain indikator tingkat inflasi, stabilitas perekonomian dalam suatu negara
merupakan tujuan utama pembuat kebijakan dalam mengarahkan berbagai
instrumen fiskal dan moneter. Stabilitas perekonomian adalah prasyarat bagi
tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kepastian dalam
memberikan jaminan investasi di suatu negara. Dengan demikian stabilitas

4
pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan kegiatan perekonomian dalam bentuk
perdagangan barang/jasa dan transaksi keuangan. Pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini dapat dikatakan stabil yaitu berada di
sekitar 5 – 6 persen per tahunnya serta memiliki kecenderungan yang meningkat,
hal ini diperlihatkan pada gambar 2 berikut.
7,00
6,35

6,00

5,69

5,00

4,92

4,00

4,50

4,78

5,03

5,50

6,10

6,01

6,46

6,23

4,58

3,64

3,00
2,00
1,00

0,79

Sumber:
World Development Indicators 2012
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: World Development Indicators 2012

Gambar 2 Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1999 – 2012 (persen)
Penerapan redenominasi memiliki dampak positif dan dampak negatif
tersendiri. Salah satu dampak positif dari redenominasi adalah meningkatnya
kredibilitas Rupiah yang dijadikan tujuan oleh pemerintah. Sedangkan, dampak
negatifnya adalah 1) kemungkinan masyarakat menjadi salah persepsi dengan
mengira redenominasi adalah sanering. Sanering adalah kebijakan penghilangan
angka nol pada mata uang, namun pemotongan tersebut tidak dilakukan pada hargaharga barang, sehingga daya beli masyarakat menurun. Pemahaman mengenai
redenominasi yang salah pada masyarakat dapat menimbulkan kepanikan yang
dapat membuat situasi ekonomi mengalami gejolak; 2) munculnya bias psikologis
yang disebut money illuison. Sebagian besar masyarakat akan mempersepsikan
bahwa harga barang menjadi lebih murah karena dihilangkannya nilai nol dari mata
uang terdahulu. Sebagai contoh, misalkan terjadi kenaikan harga barang sebesar Rp
7.000, hal tersebut dirasakan sangat berat oleh konsumen. Namun ketika setelah
terjadi redenominasi kenaikan Rp 7 dirasakan lebih ringan oleh masyarakat.
Padahal kenaikan tersebut mempunyai nilai yang sama. Konsumen kurang
memperhatikan proses re-scaling dari nominal Rupiah yang lama ke nominal
Rupiah yang baru. Money Illusion akan semakin memberikan efek ketika konsumen
akan melihat kembali nilai riil dari barang yang telah mereka beli akibat
berubahnya harga nominal secara serentak. Apabila kenaikan harga tidak terjadi
secara seragam setelah terjadinya redenominasi, konsumen akan mencoba
melakukan perhitungan kembali dalam nilai riil pada barang yang akan mereka beli
dalam nomial rupiah yang baru, proses ini disebut re-learning.
Berdasarkan latar belakang dan berbagai kondisi terkait dengan kebijakan
redenominasi yang telah diuraikan pada gambar 1 dan gambar 2 diatas maka dapat
disimpulkan bahwa tingkah inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sudah
relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir ini. Selain itu tingkat inflasi dan
pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil ini juga dapat dikatakan creeping inflation
atau berada di sekitar satu digit tiap tahunnya. Hal ini menuai anggapan bahwa saat
ini adalah waktu yang tepat untuk dilakukannya redenominasi.

5

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji perubahan harga relatif, perubahan jumlah transaksi relatif, dan
perubahan nilai transaksi relatif yang terjadi ketika diterapkan kebijakan
redenominasi pada kondisi pertumbuhan tinggi melalui metode simulasi
percobaan ekonomi.
2. Mengkaji kebijakan apakah yang perlu ditempuh pemerintah dan bank sentral
untuk mengantisipasi berbagai dampak yang ditimbulkan akibat redenominasi
mata uang rupiah.

Manfaat Penelitian

1.

2.

3.

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
Bagi penulis, penggunaan metode percobaan ekonomi ini dapat memberikan
pembelajaran terkait dampak dari redenominasi terhadap perekonomian.
Mengingat data hasil lapang/data primer terkait penelitian tentang
redenominasi ini belum tersedia, oleh karena itu dampak redenominasi ini sulit
dipecahkan dengan metode survey atau kajian terhadap data sekunder.
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terkait
dampak kebijakan redenominasi serta dapat menjadikan penelitian ini sebagai
referensi untuk penelitian selanjutnya terkait redenominasi.
Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah
membuat keputusan yang tepat terkait pelaksanaan redenominasi yang selama
ini sudah menjadi wacana.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perilaku
konsumen dilihat dari respons perubahan harga relatif, perubahan jumlah transaksi
relatif, dan perubahan nilai transaksi relatif. Ruang lingkup dalam penelitian ini
dibatasi oleh sejumlah asumsi tertentu. Penjelasan mengenai asumsi-asumsi
tersebut akan dijelaskan dalam metode penelitian. Penelitian ini menggunakan data
primer hasil metode percobaan (eksperimen). Responden atau pelaku percobaan
adalah mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini mengkaji pola perubahan perilaku konsumen yang dilihat dilihat
dari kuantitas serta contract price yang dihasilkan dari percobaan. Tingkat inflasi
dan pertumbuhan ekonomi dilihat dari perkembangan kuantitas dan harga yang
dihasilkan dari respons simulasi percobaan. Kebijakan redenominasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kebijakan penghapusan tiga angka nol. Sistem pasar

6
yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah posted offer dimana dalam hal ini
tidak terjadi tawar menawar yang dilakukan oleh penjual dan pembeli. Pembeli
hanya membeli komoditas yang harganya sudah ditetapkan oleh penjual tanpa bisa
menawarnya. Penelitian kali ini adalah melihat dampak adanya kebijakan
redenominasi pada saat kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi. Penelitian ini juga
akan menggunakan penelitian Rizkiani (2013) tentang pengaruh kebijakan
redenominasi pada pertumbuhan ekonomi rendah sebagai bahan acuan untuk
melihat pengaruh redenominasi pada saat pertumbuhan ekonomi rendah.
Dampak dari adanya kebijakan redenominasi dirasakan akan banyak
mempengaruhi dari sisi makro maupun mikro. Faktor-faktor yang bisa dikaji pun
cukup banyak seperti dilihat dari sisi bentuk pemerintah suatu negara, sosialisasi
yang mendalam, dan juga masa transisi dalam pemberlakuan kebijakan
redenominasi. Akan tetapi, dalam penelitian ini hanya mengkaji faktor inflasi,
pertumbuhan, dan elastisitas yang mewakili sektor makro dan sektor mikro dari
perekonomian suatu negara. Hal ini dilakukan karena berdampak pada dana dan
juga responden yang terbatas sehingga hanya mengambil ketiga faktor tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Inflasi
Terdapat beberapa teori dan model yang dapat menjelaskan mengenai
konsep inflasi, khususnya inflasi yang terjadi di Indonesia, diantaranya yaitu teori
kuantitas, model Keynesian, model Mark-Up, dan teori struktural (Atmadja, 1999).
Model Keynesian memiliki dasar pemikiran bahwa inflasi terjadi karena
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga
menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan
agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat),
akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang
(penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi
tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh
karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih
banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.
Model Mark-Up dasar pemikirannya adalah model inflasi yang ditentukan
oleh dua komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Besarnya profit
margin biasanya telah ditentukan sebagai suatu prosentase tertentu dari jumlah cost
of production. Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponenkomponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit margin
akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar.
Teori struktural mengacu pada banyak studi mengenai inflasi di negaranegara berkembang yang menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan
fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push
inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang
pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang

7
bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal
pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal
yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of
trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga
di pasar domestik. Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau
kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut
dengan structural bottlenecks.
Teori Philips dirumuskan oleh pada tahun 1958. Phillips menemukan
hubungan negatif antara pengangguran dengan perubahan tingkat upah dan
meyakini bahwa dalam jangka panjang terdapat trade off antara pengangguran dan
inflasi. Artinya, dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan
mengorbankan inflasi pada tingkat tertentu. Kondisi yang berbeda dari temuan
Phillips adalah pengalaman dari krisis moneter yang dihadapi Indonesia pada
pertengahan tahun 1997 yang telah mengakibatkan ketidakstabilan perekonomian
Indonesia.
Konsep Elastisitas
Elastisitas adalah besar perubahan relatif jumlah unit barang yang dibeli
karena adanya perubahan suatu faktor yang mempengaruhinya. Elastisitas harga
yaitu ukuran perubahan jumlah kuantitas yang diminta terhadap perubahan harga.
Semakin besar elastisitas harga maka semakin besar persentase perubahan jumlah
yang diminta sebagai akibat dari perubahan harga. Konsep Elastisitas terbagi
menjadi elastisitas permintaan dan penawaran.
Elastisitas terdiri dari dua komoditas yaitu komoditas elastis dan komoditas
inelastis. Komoditas elastis adalah elastisitas dengan persentase perubahan
kuantitas permintaan lebih besar dari persentase perubahan harga. Hal ini sering
terjadi pada produk yang mudah dicari substitusinya. Misalnya saja pakaian,
makanan ringan, dan lain sebagainya. Ketika harganya naik, konsumen akan
dengan mudah menemukan barang penggantinya atau beralih ke barang lain
(barang subtitusinya banyak).
Komoditas inelastis adalah elastisitas dengan persentase perubahan
kuantitas permintaan lebih kecil dari persentase perubahan harga. Contoh
permintaan tidak elastis ini dapat dilihat diantaranya pada produk kebutuhan.
Misalnya beras, meskipun harganya naik, orang akan tetap membutuhkan konsumsi
beras sebagai makanan pokok. Oleh karena itu, meskipun mungkin dapat dihemat
penggunaannya, namun cenderung tidak akan sebesar kenaikan harga yang terjadi.
Sebaliknya pula, jika harga beras turun konsumen tidak akan menambah
konsumsinya sebesar penurunan harga. Hal ini karena konsumsi beras memiliki
keterbatasan (misalnya rasa kenyang).
Perubahan Nilai Rupiah
Redenominasi merupakan penyederhanaan dari nilai atau nominal yang
tertera pada mata uang tertentu tanpa memotong nilai tukar uang itu sendiri, disertai
dengan penyesuaian harga komoditas di pasaran dan nilai tukar dengan valuta asing

8
(valas). Pengertian dari redenominasi adalah penyederhanaan dari satuan harga
maupun nilai mata uang yang ada (Bappenas). Jumlah nol yang terlalu banyak
ongkos transaksi mahal dan tidak efisien. Redenominasi tidak akan memperkuat
nilai rupiah terhadap dolar karena redenominasi bukan merupakan kebijakan fiskal,
moneter maupun perbankan (Bappenas).
Redenominasi berbeda dengan sanering. Redenominasi mata uang tidak
akan menyebabkan kenaikan harga karena harganya juga ikut terpotong. Sedangkan,
mata uang yang mengalami sanering akan berkurang nilainya namun harga-harga
barang tidak dijamin untuk ikut turun. Sanering merupakan upaya memotong
rupiah karena melejitnya angka inflasi yang tak kunjung turun atau inflasi tidak
terkendali. Dengan demikian, sanering akan mengurangi daya beli uang sedangkan
redenominasi tidak mengurangi daya beli. Sanering dilakukan saat kinerja ekonomi
memburuk, sedangkan redenominasi dijalankan saat kinerja ekonomi prima
(Bappenas).
Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi
Dampak yang paling sering muncul dalam penerapan redenominasi adalah
munculnya bias psikologis yang disebut money illusion (Wibowo 2013). Ilusi ini
dapat muncul karena perubahan nominal harga barang akibat redenominasi.
Sebagian besar masyarakat akan mempersepsikan bahwa harga barang menjadi
lebih murah karena dihilangkannya nilai nol dari mata uang terdahulu. Hobijn, et al
(2006) juga menunjukkan bahwa telah terjadi money illusion di negara Eropa yang
telah melakukan perubahan mata uang menjadi Euro. Euro yang nominalnya lebih
sedikit dibandingkan mata uang sebelumnya dirasakan lebih murah oleh
masyarakat. Hobijn, et al (2006) berpendapat peningkatan harga setelah
redenominasi dapat dijelaskan dangan model umum dari biaya harga menu, dengan
memasukkan keputusan perusahaan ketika mereka mengadopsi mata uang yang
baru.
Sementara itu Money/Euro Illusion memperlihatkan persepsi harga dalam
denominasi baru yang lebih kecil dan mata uang yang lebih rendah daripada ketika
dinyatakan dalam bentuk mata uang yang lama jika memiliki nilai nominal yang
lebih tinggi (Gamble, Garling, Charlton & Ranyard, 2002). Hal ini menunjukkan
bahwa individu menyesuaikan diri dengan mata uang baru dengan nilai nominal
yang lebih kecil, setidaknya, mereka mengalami kesulitan dalam memahami nilai
sebenarnya dari barang dan jasa. Efek money Illusion pun dapat terjadi pada
barang-barang yang harganya murah atau kenaikan harganya hanya beberapa koin
sen saja. Apabila ketersediaan koin sen tidak dicukupi oleh pemerintah, konsumen
akan cenderung membiarkan kenaikan harga tersebut tanpa menuntut adanya uang
kembalian dari penjual, hal tersebut disebut trivialization.
Pengalaman Negara-Negara yang Telah Melakukan Redenominasi
Kebijakan redenominasi telah memiliki sejarah panjang diantara negaranegara di dunia. Pada abad ke-19 di Eropa, ketika negara kekurangan pasokan emas
atau perak, pemerintah sering menyesuaikan nilai mata uang mereka. Itu
merupakan bagian dari konsep redenominasi. Redenominasi dalam bentuk

9
pengurangan atau penyederhaan angka nol mulai banyak dilakukan berbagai negara
sejak 1923. Ketika Jerman memangkas 12 digit angka nol pada mata uangnya
sehingga 1.000.000.000.000 Mark menjadi 1 Rentenmark. Itu merupakan rekor
redenominasi terbesar sepanjang sejarah. Sejak itu, tercatat ada 55 negara yang
melakukan redenominasi.
Turki memutuskan memberlakukan kebijakan redenominasi pada tahun
1998. Setelah persiapan tujuh tahun, mulai 1 Januari 2005, pada awal tahun
anggaran, Turki melakukan redenominasi terhadap mata uangnya yaitu, lira.
Redenominasi dilakukan di awal tahun anggaran dengan tujuan agar semua catatan
pembukuan keuangan negara dan perusahaan langsung menggunakan mata uang
baru dengan angka nominal yang lebih kecil. Turki melakukan redenominasi lewat
beberapa tahap. Tahap pertama, mata uang TL dan YTL tetap beredar secara
simultan selama setahun. Setelah setahun, mata uang TL akan ditarik. Waktu
setahun ini bertujuan agar warga memiliki waktu leluasa menggantikan TL ke YTL.
Pada tahap kedua, seperti di banyak negara, setelah beberapa tahun, mata uang
YTL dikembalikan menjadi TL.
Rumania mengalami ketidakstabilan ekonomi setelah rezim komunis jatuh
pada tahun 1989. Tahun 2000 Rumania mampu menstabilkan ekonomi makronya
dengan ciri-ciri pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tingkat pengangguran yang
rendah. Tetapi tingginya pertumbuhan ekonomi dan pengangguran yang rendah,
tidak disertai dengan rendahnya tingkat inflasi. Tingkat inflasi terus melambung
tinggi mengakibatkan turunnya nilai uang Lei. Terinspirasi kesuksesan
Redenominasi Turki, Gubernur Bank Nasional Rumania, Mugur Isarescu
merancang program yang sama. Redenominasi Rumania menetapkan penghapusan
4 digit nol yaitu kurs konversi 1 RON = 10.000 ROL. Redenominasi Rumania
ternyata menunjukkan hasil yang memuaskan. Setelah redenominasi, nilai tukar
mata uang Rumania menguat terhadap dolar AS dan terhadap Euro. Hasil ini
mendukung usaha Rumania untuk bisa menggunakan Euro pada tahun 2007.
Rumania memiliki tingkat pengangguran sebesar 4 persen cukup rendah
dibandingkan dengan negara Eropa lainnya, seperti Polandia, Perancis, Jerman dan
Spanyol dengan rasio utang luar negeri terhadap PDB Rumania yang cukup rendah
(20, 3 persen). Hal ini menunjukkan bahwa Turki dan Rumania adalah beberapa
negara yang tergolong berhasil dalam melakukan redenominasi.
Redenominasi juga pernah dilakukan di Brazil. Tercatat Brazil telah
melakukan tujuh kali redenominasi, yakni pada tahun 1967 dengan memangkas 3
angka 0, lalu pada 1970, 1986, 1990 dan 1993, masing-masing memangkas 3 angka
0, dan terakhir pada 1994 mengonversi mata uang 2.750 cruzeiros reais menjadi 1
real. Walaupun pada tahun 1994 Brazil tercatat sebagai negara yang sukses
melaksanakan redenomisasi, namun negeri Samba ini sempat juga merasakan
kegagalan melakukan redenominasi yakni pada tahun 1986-1989. Brazil melakukan
penyederhanaan mata uangnya dari cruzeiro menjadi cruzado. Namun, kurs mata
uangnya justru terdepresiasi secara tajam terhadap USD hingga mencapai ribuan
cruzado untuk setiap USD.
Kegagalan ini dikarenakan pemerintah Brazil tidak mampu mengelola
inflasi yang pada waktu itu masih mencapai 500% per tahun. Rendahnya tingkat
kepercayaan terhadap pemerintah juga menjadi pangkal masalah kegagalan
redenominasi pada tahun 1986 mengingat negeri itu masih dilanda konflik politik
dan instabilitas pemerintahan yang mengikis kepastian berusaha. Brazil akhirnya

10
berhasil dalam menerapkan redenominasi pada tahun 1994. Kombinasi sukses
memangkas inflasi dan masuknya modal asing yang meningkatkan cadangan devisa
merupakan faktor terpenting keberhasilan redenominasi di Brazil.
Zimbabwe juga pernah melakukan redenominasi. Pertengahan 2008, bank
sentral Zimbabwe juga sukses memangkas nominal uang hingga seper sepuluh
miliar atau 10 miliar Zimbabwe dipotong menjadi 1 dolar Zimbabwe. Pemotongan
ini menyusul inflasi parah hingga 2,2 juta persen. Pedagang terpaksa menaikkan
harga jualan demi mempertahankan bisnisnya. Hiperinflasi yang terjadi di negeri
Afrika ini tidak lain disebabkan langkah Gubernur Bank Sentral Zimbabwe Gideon
Gono yang memotong 3 digit nominal dolar Zibabwe pada pertengahan 2006. Hal
ini dilakukan agar penduduk tidak kerepotan membawa bergepok-gepok uang
untuk berbelanja. Namun karena hal itu, harga barang malah naik drastis dan terjadi
hiperinflasi. Redenominasi yang dilakukan di Brazil dan Zimbabwe bisa dianggap
gagal.
Percobaan Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu sosial yang terus berkembang. Sejak Adam Smith
meletakkan landasan teori ekonomi modern, ada beberapa konsep atau pendekatan
pemikiran dan analisis yang telah dikembangkan oleh pakar ekonomi untuk
menganalisis fenomena ekonomi. Salah satu diantaranya,adalah metode percobaan
ekonomi. Perkembangan metode percobaan ekonomi, muncul suatu teori yang
disebut induced-value theory yang dikembangkan oleh Ekonom V.L. Smith pada
tahun 1976 (Juanda, 2009). Ide dasar dari teori ini adalah bahwa penggunaan media
imbalan yang tepat memungkinkan experimenter atau peneliti untuk memunculkan
karakteristik pelaku ekonomi tertentu dan karakteristik bawaannya menjadi tidak
berpengaruh lagi (irrelevant). Apabila karakteristik dasar pelaku ekonomi
(experimental unit) sama atau homogen maka peneliti dapat melakukan percobaan
karena prinsip dasar ”pengendalian lingkungan” sudah dilakukan.
Tiga syarat cukup untuk memunculkan karakteristik diatas adalah sebagai
berikut :
1. Monotonicity adalah pelaku percobaan harus selalu menyukai imbalan yang
lebih besar.
2. Salience adalah imbalan yang diterima pelaku tergantung dari tindakan mereka
dalam percobaan sesuai aturan yang mereka fahami.
3. Dominance : adanya dominansi kepentingan pelaku di dalam percobaan, yaitu
mereka lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan hal-hal lain.
Dalam percobaan ekonomi diberikan instruksi percobaan yang terdiri dari
deskripsi tentang ketentuan percobaan, pilihan-pilihan, dan tindakan-tindakan yang
harus dilakukan subjek penelitian (pelaku percobaan), serta aturan penentuan
pemberian imbalan kepada subjek, yang tergantung pada tindakan mereka
(Friedman dan Sunder,1994). Lembar instruksi percobaan diberikan kepada subjek
penelitian pada saat percobaan akan dilaksanakan sehingga subjek penelitian jelas
memahami prosedur percobaan dan aturan yang berlaku. Dalam instruksi percobaan
ini juga dapat dilengkapi dengan contoh ilustrasi yang sederhana yang akan lebih
memperjelas permasalahan bagi subjek percobaan.

11
Percobaan Ekonomi dalam Kajian Kebijakan Ekonomi
Selain untuk pengujian teori-teori ekonomi, percobaan ekonomi juga dapat
digunakan untuk pengkajian suatu kebijakan ekonomi. Salah satu ilustrasinya
adalah studi yang dilakukan oleh Juanda et al (2011) dalam mengkaji dan
membandingkan dampak sistemik yang ditimbulkan dari kebijakan penyelamatan
Bank Century dan kebijakan menutup Bank Century oleh pemerintah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penutupan Bank Century menyebabkan dampak
sistemik yang relatif sangat rendah. Pengaruh sistemik yang cukup besar akan
ditimbulkan jika penutupan bank bermasalah pada saat krisis tersebut dilakukan
pada bank bermasalah yang berukuran besar. Dalam kondisi normal (tidak adannya
gejolak krisis), penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century
tidak akan menimbulkan dampak sistemik. Tekanan dan potensi kegagalan bank
sangat rendah karena stabilitas ekonomi dalam kondisi normal masih terjaga
sehingga kepercayaan nasabah terhadap perbankan tidak mengalami penurunan.
Penelitian Terdahulu
Layna Mosley (2005) melakukan penelitian untuk menyelidiki kondisi yang
menyertai suatu negara ketika melaksanakan redenominasi. Penelitian ini
dilaterbelakangi ketika peneliti melihat mengapa ada negara yang memilih
redenomenasi dan ada yang tidak pada saat keadaan perekonomian negara tersebut
mengalami depresiasi uang. Penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan untuk
melakukan redenominasi merupakan kombinasi dari faktor politik serta ekonomi,
yang meliputi tingkat inflasi, perhatian pemerintah terkait dengan tingkat
kepercayaan, serta efek dari mata uang itu sendiri terhadap identitas nasional.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian sebelumnya, secara sederhana penelitian ini bertujuan
untuk melihat pengaruh kebijakan redenominasi rupiah terhadap perubahan
perilaku masyarakat atau pelaku-pelaku ekonomi yang pada akhirnya dapat
berpengaruh terhadap kinerja perekonomian di Indonesia. Hal ini berdasarkan
karena perilaku pelaku ekonomi pada dasarnya merupakan unsur utama penentu
pergerakan perekonomian di suatu negara. Perubahan pelaku ekonomi diamati
dengan menggunakan metode percobaan ekonomi (experimental economics).
Respons-respons yang dihasilkan dari percobaan ekonomi inilah yang
menggambarkan perubahan perilaku pelaku ekonomi. Perubahan ini sangat
dipengaruhi oleh dampak Money Illusion yang membuat perspektif terhadap nilai
uang bagi pelaku ekonomi berbeda-beda.

12
Redenominasi Mata Uang

Penghilangan Tiga Angka Nol di Rupiah (Nilai Riil Rupiah Tetap)

Komoditas Elastis

Komoditas Inelastis
Perubahan Perilaku
Ekonomi (Produsen dan
Konsumen)

Inflasi Tinggi (Unit
Cost Produsen Tinggi)

Inflasi Rendah (Unit
Cost Produsen Rendah)
1. Perubahan Harga (Inflasi)
2. Perubahan Jumlah Transaksi
3. Perubahan Nilai Transaksi
(Pertumbuhan)

Money Illusion

Rancangan Percobaan Pada Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Tinggi

Uji Kesamaan Ragam

Uji Beda Nilai
Tengah

Analisis Deskriptif

Gambar 3 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Kebijakan redenominasi pada saat perubahan harga relatif menurunkan harga
pada saat kondisi inflasi rendah dan menaikkan harga pada kondisi inflasi tinggi.
Kebijakan redenominasi pada komoditas elastis dan komoditas inelastis akan
menurunkan harga pada kondisi inflasi rendah dan menaikkan harga pada
kondisi inflasi tinggi.

13
2. Kebijakan redenominasi pada saat perubahan jumlah transaksi relatif akan
meningkatkan jumlah transaksi pada kondisi inflasi rendah dan akan
menurunkan jumlah transaksi pada kondisi inflasi tinggi. Kebijakan
redenominasi pada komoditas elastis dan komoditas inelastis akan meningkatkan
jumlah transaksi pada kondisi inflasi rendah dan menurunkan jumlah transaksi
pada kondisi inflasi tinggi.
3. Kebijakan redenominasi pada saat perubahan nilai transaksi relatif akan
meningkatkan nilai transaksi pada kondisi inflasi rendah dan komoditas elastis
dan menurunkan nilai transaksi pada kondisi inflasi tinggi dan komoditas
inelastis. Kebijakan redenominasi pada komoditas elastis dan komoditas inelastis
akan menurunkan nilai transaksi pada kondisi inflasi rendah dan meningkatkan
nilai transaksi pada kondisi inflasi tinggi.

METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
primer. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui simulasi
percobaan (eksperimen) ekonomi. Dimana data primer yang dikumpulkan
merupakan gambaran respons dari para subjek penelitian (pelaku simulasi) sebagai
pelaku ekonomi dalam percobaan yang dapat dilihat dari keputusan-keputusan yang
dibuat oleh para pelaku percobaan.

Metode Pengambilan Sempel
Penelitian dengan metode percobaan ekonomi ini menggunakan responden
sebanyak 56 orang mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor sebagai subjek perlakuan. Teknik penarikan contoh dalam
penelitian ini menggunakan multi stage dimana pada tahap pertama menggunakan
metode convenience sampling untuk memilih responden dalam empat kombinasi
perlakuan. Teknik convenience sampling (disebut juga haphazrd atau accidental
sampling) adalah prosedur memilih contoh yang paling mudah tersedia, sembarang,
atau kebetulan ditemui (Juanda 2009). Tahap pertama menggunakan teknik
convenience sampling adalah dengan membagi responden menjadi 14 orang ke
dalam empat kombinasi perlakuan. Simulasi percobaan ekonomi ini dilakukan
dalam kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi. Kombinasi perlakuan pertama adalah
kombinasi perlakuan dari faktor inflasi rendah dengan komoditas elastis dengan
pelaku percobaan sebanyak 14 orang. Kombinasi perlakuan kedua adalah
kombinasi perlakuan dari faktor inflasi tinggi dengan komoditas elastis dengan
pelaku percobaan sebanyak 14 orang. Kombinasi perlakuan ketiga adalah
kombinasi perlakuan dari faktor inflasi rendah dan komoditas inelastis dengan
pelaku percobaan sebanyak 14 orang. Kombinasi perlakuan keempat adalah

14
kombinasi perlakuan dari faktor inflasi tinggi dan komoditas inelastis dengan
pelaku percobaan sebanyak 14 orang.
Tahap kedua yang digunakan dalam simulasi ini adalah teknik penarikan
contoh acak yang digunakan dalam memilih penjual dan pembeli dimana dalam
kondisi pertumbuhan tinggi ini dibutuhkan 14 orang pelaku percobaan yang dibagi
menjadi 7 orang penjual dan 7 orang pembeli.

Rancangan Simulasi Percobaan
Percobaan ini merupakan simulasi kegiatan perekonomian untuk melihat
pengaruh redenominasi terhadap perubahan harga barang relatif, perubahan jumlah
transaksi relatif, serta perubahan nilai transaksi relatif. Respons perubahan harga
relatif menggambarkan tingkat inflasi sedangkan respons perubahan nilai transaksi
relatif menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah diberlakukannya
kebijakan redenominasi.
Percobaan ekonomi dalam penelitian ini melibatkan 56 pelaku percobaan
(experimental subject) yang dibagi ke dalam 4 kombinasi perlakuan, dimana
masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari 14 orang. Pelaku percobaan yang
berjumlah 14 orang dibagi lagi menjadi 2 dimana 7 orang bertindak sebagai penjual
dan 7 orang bertindak sebagai pembeli. Percobaan ekonomi dalam penelitian
dilaksanakan dalam kondisi perekonomian dengan pertumbuhan ekonomi tinggi.
Faktor-faktor yang akan dilihat pengaruhnya terhadap respons yang diamati,
adalah:
1. Penerapan kebijakan redenominasi, terdiri dari dua taraf yaitu: 1) tanpa ada
perubahan adanya redenominasi; dan 2) dengan adanya redenominasi.
2. Elastisitas harga komoditas, terdiri dari dua taraf yaitu: 1) komoditas elastis;
dan 2) komoditas inelastis.
3. Tingkat Inflasi, terdiri dari dua taraf yaitu: 1) inflasi tinggi; dan 2) inflasi
rendah
Berdasarkan respons yang akan diamati, instruksi percobaan dalam penelitian
ini merujuk kepada penelitian Juanda (2000) yaitu berbentuk transaksi jual beli
dengan sistem pasar Posted Offer Simulasi percobaan ekonomi ini berdasarkan
kepada induced value theory, dimana dengan penggunaan insentif/imbalan yang
tepat dan nyata akan memungkinkan pelaku percobaan dapat memunculkan
(induced) karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan percobaan. Oleh karena itu
data yang diperoleh dari hasil percobaan berasal dari kondisi yang sudah
terkontrol/terkendali, sehingga data tersebut akan menjadi lebih baik dalam
mengkaji dampak suatu kebijakan terhadap perilaku pelaku ekonomi dibandingkan
data dari survey (Juanda, 2012). Dalam mengkaji dampak redenominasi mata uang,
setiap kombinasi perlakuan dalam percobaan ini terdiri dari dua tahap yaitu kondisi
normal (tahap 1) serta kondisi setelah ada kebijakan redenominasi dan perubahanperubahan dalam perekonomian (tahap 2), yang secara rinci akan dijelaskan pada
prosedur dan instruksi percobaan.

15
Tabel 2 Penjabaran kondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi
Kebijakan
Redenominasi

Elastisitas

Tanpa ada perubahan nilai
nominal rupiah
Penghapusan tiga angka atau
empat angka nol pada nilai
nominal rupiah
Elastis

Inelastis

Tingkat Inflasi

Rendah

Tinggi

Menandakan bahwa percobaan
tanpa dilakukan redenominasi
Menandakan bahwa percobaan
dilakukan dengan ada kebijakan
redenominasi
Pada simulasi percobaan
ditentukan bahwa jenis barang
yang digunakan adalah barang
elastis dimana dalam hal ini
adalah mobil
Pada simulasi percobaan
ditentukan bahwa jenis barang
yang digunakan adalah barang
inelastis dimana dalam hal ini
adalah beras
Inflasi yang rendah ini
digambarkan dengan unit cost
yang lebih rendah dibandingkan
kelompok perlakuan inflasi tinggi
Inflasi yang tinggi ini
digambarkan dengan unit cost
yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok perlakuan inflasi
rendah

Prosedur Simulasi Percobaan
Prosedur simulasi percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pelaku percobaan sebagai subjek dari percobaan terlebih dahulu diacak melalui
pengundian untuk ditentukan apakah dia menjadi penjual atau pembeli. Pada
percobaan ini kondisi yang dihadapi adalah kondisi ekonomi dengan
pertumbuhan ekonomi tinggi dimana pada setiap kombinasi perlakuan terdapat
14 orang pelaku percobaan. Pelaku percobaan yang berjumlah