The Association of Food Consumption and Antenatal Care to the Maternal Nutritional Status and Infant Weight and Lenght in Bogor Municipality

PENGARUH KONSUMSI PANGAN DAN PEMERIKSAAN
KESEHATAN TERHADAP STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA
BERAT DAN PANJANG BAYI LAHIR DI KOTA BOGOR

PRITA DHYANI SWAMILAKSITA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Konsumsi
Pangan dan Pemeriksaan Kesehatan terhadap Status Gizi Ibu Hamil serta Berat
dan Panjang Bayi Lahir di Kota Bogor adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2011

Prita Dhyani Swamilaksita
I 151090021

ABSTRACT
PRITA DHYANI SWAMILAKSITA. The Association of Food Consumption and
Antenatal Care to the Maternal Nutritional Status and Infant Weight and Lenght in
Bogor Municipality. Under Direction of DODIK BRIAWAN and YAYUK FARIDA
BALIWATI.
The objectives of the study were to analyze the association between food
consumption and antenatal care practices to the maternal nutrtional status and
infant weight and length. The cross-sectional study was done in Bogor
Municipality, samples were 45 pregnant women in Bogor Municipality. The results
showed that a total of 53.3 to 88.9% of pregnant women have poor levels (< 70%
RDA) of nutrient consumption, especially of the energy, protein, iron, and vitamin
A. Besides that, about 77.8% pregnant women have a low diversity of food
consumption. Personal antenatal care was applied among 67% of women such
as specific exercise or taking a certain food. Meanwhile, about 95.6% of pregnant
women attended the Puskesmas or Posyandu for taking minimum of standard
health care. It was found that about 22,2% of pregnant mother having CAC
< 23,5 cm was suffer chronic energy malnutrion, prevalence of anemia (Hb < 110

g/L) was 22.2%, and iron deficiency was 37.8% (ferritin < 20 µg/L). The logistic
regression analysis showed that socioeconomic characteristics and maternal
characteristics have a positive associated on food consumption and health
examination, variables which associated with food consumtion is family income
(OR = 0,01; 95% CI: 0,00-0,72) and maternal education (OR = 5,49; 95% CI:
1,13-26,71). In other hands, food consumption and antenatal care have a positive
associated on maternal nutrition, but no variables significantly associated with the
maternal nutritional status (p > 0.05). The results of logistic regression also
showed that fodd consumption and antenatal care have a positive associated on
birth weight and length, but no variables significantly associated with the birth
weight and lenght (p > 0.05).
Keywords: nutrition intake, antenatal care, chronic energy malnutrition, anemia,
infant weight and length

RINGKASAN
PRITA DHYANI SWAMILAKSITA. Pengaruh Konsumsi Pangan dan
Pemeriksaan Kesehatan Terhadap Status Gizi Ibu Hamil Serta Berat dan
Panjang Bayi Lahir di Kota Bogor. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN dan YAYUK
FARIDA BALIWATI.
Kekurangan zat gizi selama masa kehamilan, khususnya KEK dan

anemia dapat menimbulkan dampak seperti meningkatnya prevalensi kematian
dan kesakitan ibu, sedangkan bagi bayi dapat meningkatkan risiko kesakitan dan
kematian bayi serta berat bayi lahir rendah (BBLR). Perawatan kesehatan ibu
hamil atau antenatal care berguna untuk mendeteksi dini kelainan dan penyakit
yang diderita selama kehamilan serta sebagai sarana untuk mengatasi masalah
kurang gizi selama kehamilan. Depkes (2010) melaporkan bahwa cakupan
pemeriksaan kesehatan ibu hamil telah mencapai angka 83,8% tetapi jika ditinjau
menurut kelengkapan frekuensi kunjungan pada trimester I hingga trimester III
diketahui bahwa hanya 64,1 % ibu yang memeriksaan kesehatan ≥ 4 kali.
Pemeriksaan kesehatan ibu hamil dalam antenatal care yang dicanangkan oleh
pemerintah meliputi 10 kegiatan yang salah satunya adalah pemberian Tablet
Tambah Darah (TTD), dimana cakupannya sudah mencapai angka 92,2%,
namun masih tingginya prevalensi anemia (40,1%) disebabkan rendahnya
kepatuhan populasi target dalam konsumsi akibat persepsi masyarakat
mengenai rasa dan efek samping TTD.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Pada penelitian
ini dilakukan wawancara dan pengukuran langsung (data primer) oleh peneliti
terhadap karakteristik sosial ekonomi keluarga, karakteristik ibu hamil, gaya
hidup, keluhan kesehatan, fasilitas kesehatan, pemeriksaan kesehatan, serta
berat dan panjang bayi lahir. Sementara itu, konsumsi pangan dan status gizi ibu

hamil dikumpulkan dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder tersebut
merupakan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh SEAFAST
Center-IPB yang berjudul “Status Gizi dan Konsumsi Pangan pada Wanita Usia
Subur, Ibu Hamil, dan Ibu Menyusui”. Peneltian dilaksanakan di Kota Bogor pada
bulan April 2011-Juli 2011. Sampel dalam penelitian ini adalah 45 ibu hamil di
Kota Bogor dengan kriteria inklusi yaitu: wanita hamil usia 20-40 tahun yang telah
melahirkan, tidak menderita penyakit dan komplikasi tertentu selama kehamilan,
serta bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Data yang diperoleh kemudian
diolah berdasarkan kategori-kategori pengukuran, kemudian dianalisis dengan
menggunakan perangkat lunak komputer Microsoft Excel dan SPSS 17.00 for
Windows. Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji karakteristik sosial
ekonomi keluarga, karakteristik ibu hamil, gaya hidup, keluhan kesehatan,
konsumsi pangan (densitas zat gizi, tingkat konsumsi pangan, dan keragaman
konsumsi pangan), pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh ibu hamil
(pemeriksaan kesehatan di unit pelayanan kesehatan, persepsi TTD, konsumsi
TTD, dan perawatan individu), status gizi ibu hamil (status KEK dan status besi),
serta berat dan panjang bayi lahir dengan menggunakan tabulasi frekuensi.
Analisis mutivariat digunakan untuk melihat pengaruh konsumsi pangan dan
pemeriksaan kesehatan terhadap status gizi ibu hamil serta berat dan panjang
bayi lahir dengan menggunakan metode regresi logistik, dimana sebelumnya

dilakukan analisis bivariat menggunakan Chi-Square (X²) unuk melihat korelasi
antar variabel dependen dan independen.

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga menunjukan persentase tertinggi
tingkat pendidikan ibu hamil (62,2%) dan suami (75,6%) belum mencapai target
pendidikan untuk semua dalam Millenium Development Goals. Hampir seluruh
ibu hamil tidak bekerja (91,1%) dan pekerjaan suami terbanyak adalah karyawan
(44,4%). Lebih dari separuh ibu hamil (68,9%) memiliki besar keluarga ≤ 4 orang
atau keluarga kecil dan persentase pendapatan per kapita keluarga tertinggi
(93,3%) berada di atas garis kemiskinan Kota Bogor yakni ≥ Rp 256.414.
Berdasarkan karakteristik ibu hamil dan gaya hidupnya, persentase tertinggi ibu
hamil tidak memiliki risiko kehamilan yang sulit karena berada pada kisaran usia
20-34 tahun (80,0%), paritas rendah (66,7%) dan jarak kehamilan ≥ 24 bulan
(60,0%), tidak menderita penyakit sebelum kehamilan (97,8%) dan tidak memiliki
komplikasi selama persalinan (97,0%). Menurut gaya hidupnya, terdapat 4,4%
ibu hamil yang merokok dan seluruh ibu hamil tidak mengkonsumsi alkohol.
Selain itu, seluruh ibu hamil memiliki keluhan kesehatan, dengan rata-rata ibu
hamil mengalami sembilan keluhan saat kehamilan.
Menurut konsumsi pangannya, diketahui bahwa rata-rata densitas zat gizi
per 1000 kkal yang diperoleh dari rata-rata pengeluaran ibu hamil yakni Rp 8.939

kap/hari adalah protein (31,0±7,0 g), zat besi (13,0±6,0 mg), vitamin A
(417,0±327,0 RE), dan vitamin C (67,0±87,0 mg). Hal tersebut berarti bahwa
untuk mendapatkan densitas zat gizi tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dari
konsumsi pangan ibu hamil, misalnya untuk zat besi yaitu 35 mg maka
pendapatan ibu hamil yang diperlukan adalah tiga kali lipat yaitu Rp 26. 817
kap/hari. Sebanyak 53,3-88,9% ibu hamil memiliki konsumsi zat gizi (energi,
protein, zat besi, dan vitamin A) buruk (< 70% AKG), dengan 77,8% ibu hamil
memiliki konsumsi pangan yang tidak beragam, baik segi jenis maupun
kesesuaian jumlahnya.
Berdasarkan fasilitas kesehatan, lokasi terbanyak yang dipilih untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan adalah puskesmas (53,0%) dan posyandu
(34,0%). Unit pelayanan kesehatan yang mampu melaksanakan standar
pelayanan 10T karena memiliki fasilitas pemeriksaan yang lengkap yaitu
Puskesmas Tanah Sareal.
Hampir seluruh ibu hamil (95,6%) memiliki kualitas pemeriksaan
kesehatan yang baik, yaitu melakukan kunjungan pemeriksaan kesehatan ≥ 4
kali dan setidaknya melakukan lima jenis pemeriksaan kesehatan. Sebagian
besar ibu hamil (80,0%) mengkonsumsi TTD dengan lama konsumsi ≥ 90 hari
selama tiga bulan dan seluruh ibu hamil yang mengkonsumsi TTD memiliki
frekuensi konsumsi 1 kali/hari. Lebih dari separuh ibu hamil (55,6%) memiliki

persepsi yang baik terhadap TTD dengan atribut fisik yang tidak disukai adalah
aroma. Lebih dari separuh ibu hamil (66,7%) memiliki perawatan individu yang
baik, yaitu rata-rata ibu hamil melakukan tiga perawatan selama kehamilan
Sebanyak 22,2% ibu hamil menderita KEK dan anemia, serta 37,8% ibu
hamil menderita defisiensi besi. Hampir seluruh ibu hamil melahirkan bayi
dengan berat normal, namun masih terdapat kelahiran bayi pendek yang berkisar
18-20% pada ibu-ibu yang sehat (tidak menderita KEK dan tidak anemia).
Hasil uji regresi logistik menunjukan bahwa karakteristik sosial ekonomi
keluarga dan karakteristik ibu hamil berpengaruh positif terhadap kosumsi
pangan dan pemeriksaan kesehatan. Variabel yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap konsumsi pangan, yaitu pendapatan (p = 0,036; OR = 0,01; 95% CI:
0,00-0,72) dan pendidikan (p = 0,035; OR = 5,49; 95% CI: 1,13-26,71).
Sementara itu, variabel yang berhubungan secara signifikan terhadap

pemeriksaan kesehatan yaitu jumlah anggota keluarga (p= 0,031) dan riwayat
persalinan (p = 0,000). Menggunakan uji yang sama, diketahui pula bahwa
konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan berpengaruh positif terhadap
status gizi ibu hamil. Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan feritin
ibu hamil adalah persepsi TTD (p = 0,033). Konsumsi pangan dan pemeriksaan
kesehatan berpengaruh positif terhadap berat dan panjang bayi lahir. Variabel

yang berhubungan signifikan terhadap panjang bayi lahir yaitu tingkat konsumsi
energi (p = 0,033) dan merokok (p = 0,023).
Kata kunci: konsumsi pangan, perawatan kehamilan, kurang energi kronis,
anemia, berat dan panjang bayi lahir

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PENGARUH KONSUMSI PANGAN DAN PEMERIKSAAN
KESEHATAN TERHADAP STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA
BERAT DAN PANJANG BAYI LAHIR DI KOTA BOGOR


PRITA DHYANI SWAMILAKSITA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Gizi Masayarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Judul Tesis

: Pengaruh Konsumsi Pangan dan Pemeriksaan Kesehatan
terhadap Status Gizi Ibu Hamil serta Berat dan Panjang Bayi
Lahir di Kota Bogor

Nama


: Prita Dhyani Swamilaksita

NIM

: I 151090021

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Dodik Briawan, MCN
Ketua

Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Gizi Masyarakat


Dekan Sekolah Pascasarjana

drh. M. Rizal. M. Damanik, MRepSc, PhD

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 29 November 2011

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
hidayah dan karuniaNYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Topik yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April-Juni 2011 ini adalah
tentang Pengaruh Konsumsi Pangan dan Pemeriksaan Kesehatan terhadap
Status Gizi Ibu Hamil serta Berat dan Panjang Bayi Lahir di Kota Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir.
Dodik Briawan, MCN dan Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan saran dan motivasi. Di samping itu, penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada SEAFAST Center-IPB yang telah
memberikan izin ikut serta dalam penelitiannya yang berjudul “Status Gizi dan
Konsumsi Pangan pada Wanita Usia Subur, Ibu Hamil, dan Ibu Menyusui”, serta
kepada ayah, ibu, adik, dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih
sayangnya. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun untuk kesempurnaan
penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk semua.

Bogor, Desember 2011
Prita Dhyani Swamilaksita

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 17
September 1986. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara
pasangan suami isteri Bapak Drs. Widodo Edy Santoso dan Ibu Dra. Dwi
Windiati.
Pendidikan Sekolah Dasar dijalani selama enam tahun di SD Negeri
Pengadilan 4 Bogor dan lulus pada tahun 1998. Selanjutnya, penulis melanjutkan
pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Bogor hingga tahun 2001 dan
sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Bogor hingga tahun 2004. Pada tahun
yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI pada Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, Fakultas Pertanian hingga memperoleh gelar sarjana tahun 2008.
Pada tahun 2009, penulis melanjutkan kembali pendidikan strata 2 (S2) pada
Sekolah Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia.

xi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

xv

PENDAHULUAN ..........................................................................................
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Hipotesis..............................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................

1
1
4
4
4

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil serta Berat dan
Panjang Bayi Lahir .....................................................................
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga ................................
Karakteristik Ibu Hamil .........................................................
Gaya Hidup..........................................................................
Keluhan Kesehatan .............................................................
Konsumsi Pangan Ibu Hamil ................................................
Fasilitas Kesehatan .............................................................
Pemeriksaan Kesehatan ......................................................
Penyakit atau Infeksi............................................................
Pengetahuan Gizi Ibu Hamil ................................................
Psikologis Ibu Hamil ............................................................
Faktor janin ..........................................................................
Status Gizi Ibu Hamil ...........................................................................
Berat dan Panjang Bayi Lahir ..............................................................

5
5
5
8
12
15
16
21
23
27
28
29
30
31
34

KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................

37

METODE PENELITIAN ................................................................................
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ................................................
Cara Penarikan Sampel .......................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data .....................................................
Pengolahan dan Analisis Data .............................................................
Definisi Operasional.............................................................................

41
41
41
42
43
50

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Gambaran Umum Kota Bogor .............................................................
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga ................................................
Karakteristik Ibu Hamil .........................................................................
Gaya hidup ..........................................................................................
Halaman
Keluhan Kesehatan Ibu Hamil .............................................................
Konsumsi Pangan Ibu Hamil................................................................
Fasilitas Kesehatan .............................................................................
Pemeriksaan Kesehatan Ibu Hamil ......................................................
Status Gizi Ibu Hamil ...........................................................................

55
55
58
59
65
66
67
73
76
82

xii

Berat dan Panjang Bayi Lahir ..............................................................
Pengaruh Karakteriktik Sosial-Ekonomi dan Karakteristik Ibu Hamil
Terhadap Konsumsi Pangan dan Pemeriksaan Kesehatan ..........
Pengaruh Konsumsi Pangan dan Pemeriksaan Kesehatan
Terhadap Status Gizi Ibu Hamil ....................................................
Pengaruh Konsumsi Pangan dan Pemeriksaan Kesehatan
Terhadap Berat dan Panjang Bayi Lahir .......................................

84

SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................
Simpulan .............................................................................................
Saran ...................................................................................................

95
95
95

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

97

LAMPIRAN ...................................................................................................

107

87
89
92

xiii

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kebutuhan vitamin dan mineral selama kehamilan .................................
18
2. Kegiatan pemeriksaan kesehatan ibu hamil 10 T ....................................
21
3. Jenis variabel dan cara pengumpulan data .............................................
43
4. Penentuan skor keragaman jenis dan kesesuaian jumlah .......................
46
5. Distribusi karakteristik sosial ekonomi keluarga ......................................
59
6. Distribusi karakteristik ibu hamil ..............................................................
60
7. Distribusi ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan ................................
61
8. Distribusi ibu hamil berdasarkan riwayat persalinan ................................
63
9. Distribusi ibu hamil berdasarkan gaya hidup ...........................................
65
10. Distribusi ibu hamil berdasarkan keluhan selama kehamilan ..................
66
11. Distribusi ibu hamil berdasarkan keragaman konsumsi pangan ..............
68
12. Hubungan keragaman jenis dan kesesuaian jumlah pangan ..................
69
13. Rata-rata asupan zat gizi ibu hamil .........................................................
70
14. Distribusi ibu hamil menurut tingkat konsumsi energi dan protein ...........
71
15. Distribusi ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat besi, vitamin A, dan
vitamin C .................................................................................................
72
16. Jenis pemeriksaan kesehatan pada berbagai unit pelayanan kesehatan 74
17. Distibusi ibu hamil menurut frekuensi dan kelengkapan pemeriksaan
kesehatan ...............................................................................................
76
18. Distribusi ibu hamil menurut jenis pemeriksaan kesehatan .....................
78
19. Distribusi ibu hamil menurut konsumsi TTD ............................................
79
20. Distribusi persepsi ibu hamil menurut atribut fisik TTD ............................
80
21. Distribusi persepsi ibu hamil menurut atribut konsumsi TTD ...................
81
22. Distribusi ibu hamil menurut jenis perawatan individu .............................
82
23. Hubungan status KEK dengan anemia ...................................................
82
24. Hubungan status KEK dengan defisiensi besi .........................................
83
25. Hubungan anemia dengan defisiensi besi...............................................
83
26. Hubungan berat badan dan panjang bayi lahir ........................................
85
27. Hubungan status gizi ibu hamil dengan berat bayi lahir ..........................
86
28. Hubungan status gizi ibu hamil dengan panjang bayi lahir ......................
87

xiv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ..................................................................
39
2. Berbagai penyebab keguguran pada ibu hamil .........................................
62
3. Distribusi ibu hamil menurut lokasi pemeriksaan kesehatan .....................
73

xv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil uji regresi logistik karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan
konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan ........................................ 109
2. Hasil uji regresi logistik konsumsi pangan dan pemeriksaan dengan
status gizi ibu hamil .................................................................................. 114
3. Hasil uji regresi logistik konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan
dengan berat dan panjang bayi lahir ....................................................... 116

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehamilan merupakan periode yang menentukan kualitas sumberdaya
manusia di masa depan karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh
kondisi saat janin berada dalam kandungan. Status gizi ibu hamil berperan
langsung dalam kondisi kehamilan dan bayi yang akan dilahirkan sehingga
kekurangan gizi pada awal dan selama kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin. Keadaan gizi ibu saat kehamilan
dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi sebelum kehamilan, keadaan
kesehatan, jarak kelahiran, paritas, serta usia kehamilan. Keadaan gizi saat
melahirkan ditentukan berdasarkan keadaan sosial dan ekonomi sewaktu hamil,
pekerjaan fisik, asupan pangan, serta pernah tidaknya terjangkit penyakit infeksi
(Arisman 2002).
Ibu hamil memerlukan tambahan gizi untuk pertumbuhan janin,
plasenta, dan organ lainnya. Oleh karena itu, ibu hamil harus menambah asupan
kebutuhan gizi. Berdasarkan Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional (2004),
tambahan energi yang diperlukan selama kehamilan adalah 180 kkal pada
trimester I dan 300 kkal pada trimester ke II dan III. Kekurangan energi selama
kehamilan dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK). Prevalensi KEK
tingkat nasional untuk wanita berusia 15-45 tahun masih mencapai angka 13,6%
dengan persentasi perkotaan dan pedesaan masing-masing adalah 13,0% dan
14,1% (Depkes 2007). Menurut Sadli dan Bachtiar (2010), KEK adalah salah
satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia selain perdarahan,
eklamsia, aborsi, partus lama, dan infeksi.
Zat gizi lain yang memiliki peran penting selama kehamilan adalah zat
besi (Fe). Defisiensi Fe terjadi saat jumlah Fe yang diabsorpsi tidak memenuhi
kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkan oleh rendahnya asupan, penurunan
bioavailabilitas dalam tubuh, peningkatan kebutuhan karena perubahan fisiologi
seperti kehamilan, dan proses pertumbuhan. Anemia akibat defisiensi Fe
merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil yang dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu serta janin. Berdasarkan Depkes (2007), prevalensi
anemia pada ibu hamil adalah 40,1%. Persentase anemia pada wanita hamil dari
keluarga miskin terus meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan

2

(8% anemia di trimester I, 12% anemia di trimester II, dan 29% anemia di
trimester III). Anemia pada wanita pascapersalinan juga umum terjadi, sekitar 1022% anemia diderita pada wanita dari keluarga yang memiliki ekonomi rendah
(Fatma 2008).
Kekurangan zat gizi selama kehamilan, khususnya berkaitan dengan
masalah KEK dan anemia dapat menimbulkan dampak seperti meningkatnya
prevalensi kematian dan kesakitan ibu, sedangkan bagi bayi dapat meningkatkan
risiko kesakitan dan kematian bayi serta berat bayi lahir rendah (BBLR). Arisman
(2002) menyatakan bahwa keadaan kurang zat gizi sebelum hamil atau selama
minggu pertama kehamilan cenderung menyebabkan kelahiran bayi dengan
kerusakan otak dan sumsum tulang belakang karena sistem syaraf pusat sangat
peka pada 2-5 minggu pertama, sedangkan kekurangan gizi yang diderita di
sepanjang minggu terakhir kehamilan akan menyebabkan kelahiran bayi dengan
berat badan lahir rendah (< 2500 g).
Berdasarkan ACC/SCN (2000), setidaknya 17 milyar bayi yang
dilahirkan memiliki berat lahir rendah, sebanyak 80% bayi dengan berat lahir
rendah dilahirkan di wilayah Asia. Berdasarkan Depkes (2010a), kejadian BBLR
di Indonesia masih mencapai angka 11,1%. Penyebab BBLR yang dilaporkan
yaitu rendahnya asupan gizi, malaria (di wilayah endemik), anemia, dan infeksi.
Saimin dan Manoe (2006) dalam penelitiannya yang melibatkan 1058 ibu hamil di
Makassar, mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
berat badan lahir dengan status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran lingkar lengan
atas, dimana ibu dengan LILA < 23.5 cm melahirkan bayi dengan berat badan
lahir lebih rendah dibanding ibu dengan LILA ≥ 23.5 cm (p = 0,000; r = 0,308).
Hal serupa diungkapkan dalam review analysis yang menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara status gizi ibu, baik selama dan sebelum
kehamilan dengan kelambatan pertumbuhan janin (Norton 2009). Sementara itu,
penelitian Sutcipto dan Hadi (2001) yang dilakukan di Jawa Tengah melaporkan
hasil bahwa terdapat hubungan signifikan antara anemia selama kehamilan
dengan kejadian BBLR. Ibu hamil yang menderita anemia selama kehamilan
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(p < 0,05; OR = 6,75). Sedangkan, Sistiarani (2008) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR
diantaranya anemia (p = 0,03; OR = 2.91; 95% CI:1.09-8.20) dan kualitas
pelayanan antenatal ( p = 0,001; OR = 5.85; 95% CI:1.90-17.88).

3

Perawatan kesehatan ibu hamil atau antenatal care berguna untuk
mendeteksi dini kelainan dan penyakit yang diderita selama kehamilan serta
sebagai sarana untuk mengatasi masalah kurang gizi selama kehamilan.
Menurut Simarmata (2004), meskipun konsumsi zat gizi telah memenuhi
kebutuhan tetapi tidak akan banyak bermanfaat bagi tubuh jika terjadi gangguan
penyerapan, misalnya diare, cacingan, ataupun penyakit infeksi lainnya.
Perawatan kehamilan meliputi kegiatan seperti (1) pemeriksaan kesehatan ke
unit pelayanan kesehatan, (2) perawatan diri/individu yang terdiri dari perawatan
payudara dan melakukan senam hamil, serta konsumsi suplemen, jamu, dan
susu khusus ibu hamil, serta (3) mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sehat
(Sokisno 1998).
Menurut Depkes (2010a), cakupan pemeriksaan kesehatan ibu hamil
(ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kesehatan ke unit pelayanan
kesehatan) telah mencapai angka 83,8% tetapi jika ditinjau menurut kelengkapan
frekuensi kunjungan pada trimester I hingga trimester III diketahui bahwa hanya
61,4% ibu yang memeriksaan kesehatan ≥ 4 kali. Pemeriksaan kesehatan ibu
hamil dalam antenatal care yang dicanangkan oleh pemerintah meliputi 10
kegiatan yang salah satunya adalah pemberian suplemen besi-folat, dimana
suplemen tersebut merupakan intervensi yang paling banyak dilakukan berbagai
negara untuk menurunkan anemia (Achadi 2008). Di Indonesia, suplemen besifolat lebih dikenal sebagai Tablet Tambah Darah (TTD). Berdasarkan Depkes
(2007), cakupan pemberian TTD sudah mencapai angka 92,2%, namun ternyata
prevalensi anemia masih cukup tinggi. Penyebab utama ketidakberhasilan
kegiatan tersebut adalah rendahnya kepatuhan populasi target dalam konsumsi
TTD. Kurangnya kepatuhan konsumsi TTD disebabkan oleh berbagai persepsi
masyarakat mengenai rasa dan efek samping dari konsumsi TTD.
Berdasarkan uraian tersebut dan minimnya penelitian yang mengulas
kaitan gizi pada ibu hamil terhadap panjang bayi lahir maka peneliti merasa
tertarik untuk melakukan kajian secara lebih mendalam mengenai bagaimana
pengaruh perawatan kehamilan, khususnya konsumsi pangan dan pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan ibu hamil terhadap status gizinya serta berat badan
dan panjang bayi yang dilahirkannya.

4

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan terhadap status gizi ibu hamil
serta berat dan panjang bayi lahir.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis

pengaruh

karakteristik

sosial

ekonomi

keluarga

dan

karakteristik ibu hamil terhadap konsumsi pangan dan pemeriksaan
kesehatan
2. Menganalisis pengaruh konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan
terhadap status gizi ibu hamil
3. Menganalisis pengaruh konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan
terhadap berat dan panjang bayi lahir.
Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik

sosial

ekonomi

keluarga

dan

karakteristik

ibu

hamil

berpengaruh positif terhadap konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan
2. Konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan berpengaruh positif terhadap
status gizi ibu hamil
3. Konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan berpengaruh positif terhadap
berat dan panjang bayi lahir.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan
pengetahuan dan teknologi serta memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai pengaruh konsumsi pangan dan pemeriksaan kesehatan terhadap
status gizi ibu hamil serta berat dan panjang bayi lahir. Selain itu, penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Bogor
untuk menyusun program pelayanan kesehatan ibu hamil yang lebih baik
termasuk pelaksanaan kegiatan pemberian TTD agar lebih efektif dan efisien
untuk mengatasi anemia. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi
bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil serta Berat dan
Panjang Bayi Lahir
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga
Karakteristik sosial ekonomi keluarga yang mempengaruhi status gizi
ibu hamil serta berat dan panjang bayi lahir, yaitu pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan besar keluarga. Uraian mengenai masing-masing faktor adalah
sebagai berikut:
Pendidikan dan Pekerjaan
Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan manusia sehingga kualitas pendidikan sangat berpengaruh
terhadap sumberdaya manusia. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945,
pendidikan adalah hak setiap warga negara yang bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa sehingga program pendidikan mempunyai andil yang besar
terhadap kemajuan sosial ekonomi suatu bangsa. Tingkat pendidikan yang
ditempuh merupakan salah satu indikator kualitas sumberdaya manusia.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pula sumberdaya
manusianya (BPS 1997).
Faktor penting yang dapat menentukan keadaan gizi anak yaitu
pendidikan orang tua. menyatakan Terdapat dua sisi kemungkinan hubungan
tingkat pendidikan orangtua dengan keadaan gizi anak, yakni: (1) pendidikan
kepala rumah tangga secara langsung atau tidak langsung menentukan keadaan
ekonomi rumah tangga dan (2) pendidikan istri disamping modal utama dalam
perekonomian rumah tangga juga berperan dalam menyusun pola makan rumah
tangga. Tingkat pendidikan ibu hamil pun berperan dalam kepedulian ibu
terhadap

janin

yang

dikandungnya

(Tarwodjo

dan

Soekirman

1988).

Demographic and Health Survey di Kamboja tahun 2005 mengungkapkan hasil
penelitian bahwa pendidikan ibu yang berkaitan dengan status sosial ekonomi
berhubungan terhadap status gizi dan kesehatan anak. Dalam analisis multivariat
yang dilakukan pada penelitian tersebut, diketahui bahwa terdapat hubungan
signfikan antara pendidikan ibu dengan kurangnya risiko melahirkan bayi dengan
ukuran kecil (p < 0,01), OR = 0.68 untuk pendidikan sekolah dasar dan OR =
0,47 untuk pendidikan sekolah menengah (Miller dan Rodgers 2009).

6

Pendidikan sangat berkaitan dengan pekerjaan ibu karena semakin tinggi
pendidikan maka akan semakin baik pekerjaan yang diperoleh. Pekerjaan yang
baik akan menjamin pemenuhan terhadap akses pangan dan kesehatan serta
proses keputusan pada konsumsi. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan akan
mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Menurut penelitian Ambarwati,
Sulchan, dan Wardani (2005), status pekerjaan ibu akan memberikan pengaruh
terhadap status gizi anak (p = 0,016).
Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan
kualitas makanan yang dikonsumsi sehingga terdapat hubungan erat antara
pendapatan dan status gizi. Rendahnya pendapatan menyebabkan rendahnya
daya beli terhadap makanan dan berkurangnya konsumsi pangan keluarga
sehingga akan mempengaruhi kesehatan dan status gizi keluarga (Riyadi et al
1990). Sementara itu, Miller dan Rodgers (2009) menyatakan bahwa pada level
rumah tangga, tingkat pendapatan dan kekayaan akan berhubungan dengan
akses terhadap pembelian makanan (daya beli) dan pelayanan kesehatan anak.
Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pula aksesnya terhadap makanan
yang bergizi, air bersih, pakaian, pengadaan ventilasi dalam rumah, bahan bakar
untuk memasak, penyimpanan pangan, higienitas, dan pelayanan kesehatan.
Menurut Martianto dan Ariani (2004), tingkat pendapatan seseorang akan
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis bahan pangan yang dikonsumsinya.
Sesuai dengan hukum bennet yang menyatakan bahwa semakin tinggi
pendapatan maka kualitas bahan pagan yang dikonsumsi pun semakin baik,
yang tercermin dari perubahan pembelian bahan pangan yang harganya murah
menjadi bahan pangan yang harganya lebih mahal dengan dengan kualitas yang
lebih baik. Sebaliknya, rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh seseorang akan
mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tercermin dari
pengurangan frekuensi makan dari tiga kali menjadi dua kali dalam sehari. Selain
itu, masyarakat berpendapatan rendah juga akan mengkonsumsi pangan dalam
jumlah dan jenis yang beragam untuk memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang
seperti mengkonsumsi tahu dan tempe sebagai pengganti daging.
Dickute et al (2004) melakukan penelitian prospective case control yang
dilakukan terhadap 581 bayi lahir dengan BBLR di Lithuania. Pada penelitian
tersebut dilaporkan bahwa ibu yang memiliki pendapatan rendah memiliki

7

peningkatan risiko 2,5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan ibu
yang memiliki pendapatan tinggi (OR = 2,50; 95% CI: 2.07-3.07). Selain itu,
diungkapkan bahwa ibu yang tinggal di wilayah pedesaan memiliki risiko 1,7 kali
melahirkan dengan BBLR dibandingkan ibu yang tinggal di wilayah perkotaan
(OR = 1,70; 95% CI: 1.35-2,04). Hal serupa juga diungkapkan oleh sebuah
penelitian terhadap 106 orang ibu hamil di Kabupaten Batang yang melaporkan
hasil

bahwa

tingkat

pendapatan

keluarga

berhubungan

dengan

BBLR

(p = 0,000). Selain itu, diungkapkan pula bahwa tingkat pendapatan merupakan
faktor risiko terjadinya BBLR dengan OR untuk tingkat pendapatan < Rp 200.000
per bulan adalah 14,88 dan OR untuk tingkat pendapatan Rp 200.000-400.000
per bulan adalah 1,62 (Trisnani 2000).
Besar Keluarga
Banyaknya anggota keluarga sangat mempengaruhi konsumsi pangan
dalam keluarga. Suhardjo (1989) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga.
Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan
meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan
semakin tidak merata. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar
mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga
tersebut. Keadaan yang demikian tidaklah cukup untuk mencegah timbulnya
gangguan gizi pada keluarga besar.
Besar keluarga juga berpengaruh pada pengeluaran rumah tangga.
Menurut Sanjur (1982), banyaknya anggota dalam suatu keluarga akan
mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Dalam hubungan antara besar
keluarga dan konsumsi pangan, diketahui bahwa keluarga miskin dengan jumlah
anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya
dibandingkan dengan keluarga dengan jumlah anak yang lebih sedikit. Selain itu,
diungkapkan pula bahwa keadaan keluarga dengan konsumsi pangan yang
kurang maka ibu hamil dan menyusui serta bayi dan anak balitanya akan lebih
sering menderita gizi kurang.

8

Karakteristik Ibu Hamil
Karakteristik ibu hamil yang mempengaruhi status gizi ibu hamil serta
berat dan panjang bayi lahir yaitu usia ibu hamil, paritas, jarak kelahiran, riwayat
kesehatan, riwayat persalinan, pertambahan beran badan ibu hamil. Uraian
mengenai masing-masing faktor adalah sebagai berikut:
Usia Ibu Hamil
Usia berhubungan dengan tahap reproduksi, ibu yang dianggap optimal
untuk kehamilan adalah antara 20 sampai dengan 34 tahun. Sedangkan usia
yang dibawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan
persalinan (Kusumawati 2006). Usia ibu < 20 tahun belum cukup matang untuk
menghadapi kehidupan sehingga belum siap secara fisik dan mental dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan. Pada umur tersebut, rahim dan panggul
ibu belum berkembang dengan baik sehingga perlu diwaspadai kemungkinan
mengalami persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan atau gangguan lain
karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai
orangtua. Sebaliknya, jika usia ibu > 35 tahun cenderung mengalami perdarahan,
hipertensi, obesitas, diabetes, myoma uteri, persalinan yang lama, dan penyakitpenyakit lainnya (Depkes 2001). Supriyati, Doeljachman, dan Susilowati (2000)
mendapatkan temuan bahwa umur ibu hamil yang merupakan faktor risiko
distorsia (penyulit persalinan) yang memerlukan tindakan. Ibu hamil yang berusia
< 20 tahun atau ≥ 35 tahun memiliki risiko 4 kali lebih tinggi mengalami distorsia
dibandingkan dengan ibu yang berusia 20-35 tahun.
Penelitian yang dilakukan terhadap 236 kasus kehamilan remaja (usia <
20 tahun) di Indonesia, melaporkan hasil bahwa kehamilan pada usia remaja
memiliki resiko 5,1 kali melahirkan bayi dengan berat bayi labir rendah (RR =
5,10; 95% CI: 3,60-7,40) (Dasuki dan Setiawan 1995). Selain itu, Sistiarani
(2007) mengungkapkan hasil penelitiannya di Banyumas terhadap 23 kasus
kehamilan dengan usia ibu hamil < 20 tahun dan > 35 tahun dan 46 kontrol, yaitu
usia ibu hamil berpengarh terhadap kejadian berat bayi lahir rendah ()R = 4,28;
95% CI: 1,48-12,40).

9

Paritas dan Jarak kehamilan
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu, baik
kelahiran hidup maupun kelahiran mati. Seorang ibu yang sering melahirkan
mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak
memperhatikan kebutuhan gizi karena selama kehamilan zat-zat gizi akan
terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya (Wibowo dan basuki 2006).
Penelitian yang dilakukan terhadap 41 ibu hamil di Tegal mengungkapkan bahwa
ibu yang memiliki paritas > 4 memiliki hubungan bermakna dengan BBLR
dengan p=0,017 (Septarini 2003). Sedangkan, Farsi et al (2011) mengemukakan
hasil penelitiannya bahwa ibu yang memiliki paritas 8-9 memiliki risiko yang tinggi
terhadap anemia selama kehamilan (RR = 9,98; 95% CI: 6,95-12,05).
Jarak kelahiran adalah rentang waktu sejak kelahiran sebelumnya hingga
kehamilan yang sedang dialami. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat
menyebabkan anemia. Hal ini disebabkan belum pulihnya kondisi ibu dan
pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum optimal tetapi tubuh sudah harus
memenuhi kebutuhan gizi janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang memiliki
jarak kelahiran < 2 tahun memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita
anemia (Wibowo dan Basuki 2006)
Menurut Suharno et al (1992), jarak kelahiran yang dekat dan sering
melahirkan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cadangan zat besi
pada ibu hamil, selain konsumsi dan absorpsi zat besi yang rendah. Apabila
konsumsi gizi ibu hamil kurang dari yang dibutuhkan maka cadangan zat gizi di
dalam tubuh ibu akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Jika
kehamilan berikutnya berdekatan dengan kehamilan sebelumnya maka ibu tidak
memiliki cukup waktu untuk mengembalikan cadangannya dan akan berpotensi
menyebabkan terjadinya kurang gizi. Pane dan Aritonang (2011) melaporkan
hasil penelitiannya yang dilakukan pada 98 ibu hamil di Medan bahwa kejadian
BBLR dan Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) lebih banyak pada ibu
yang memiliki jarak kehamilan < 2 tahun, dengan persentase 65,4%.
Riwayat Kesehatan
Masalah kehamilan bukan hanya merupakan masa-masa yang rawan
akan gangguan kesehatan tetapi juga sangat menentukan kualitas sumberdaya
manusia di masa depan. Hal ini dikarenakan tumbuh kembang anak sangat
ditentukan oleh kondisinya saat masa janin dalam kandungan. Apabila keadaan

10

kesehatan ibu hamil baik maka janin yang dikandungnya akan baik pula serta
keselamatan ibu saat melahirkan akan terjamin. Kondisi tersebut dapat
direalisasikan dengan memenuhi kecukupan gizi bagi ibu hamil. Apabila
kecukupan akan energi dan protein telah terpenuhi maka kecukupan zat-zat gizi
lain umumnya akan terpenuhi atau setidaknya tidak terlalu sulit untuk
memenuhinya (Khumaidi 1994).
Rachmawati (2004) menyatakan bahwa banyak faktor yang akan
menentukan kesehatan kehamilan seseorang. Salah satu dari faktor-faktor
tersebut adalah riwayat kehamilan. Kehamilan yang pernah dilalui oleh seorang
ibu hamil akan sangat menentukan kualitas kehamilan berikutnya. Selain itu,
kebutuhan gizi antara orang sehat dan orang sakit terutama yang baru sembuh
dari sakit berat tidak bisa disamakan. Sel-sel tubuh orang sakit sebagian telah
mengalami kerusakan dan perlu digantikan. Oleh karena itu, orang tersebut
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan gizi
yang biasanya guna membangun kembali sel-sel tubuh yang telah rusak,
kemudian kelebihan zat gizi tersebut diperlukan untuk memulihkan tenaga.
Selama periode kehamilan, banyak penyakit yang dapat diderita dan
terkait dengan kesehatan kehamilan seorang ibu hamil. Penyakit-penyakit umum
yang muncul selama periode kehamilan adalah anemia, hipertensi, diabetes,
ambeien atau hemorrhoid (Thompson 2004). Penelitian yang dilakukan di Kendal
terhadap 40 ibu hamil melaporkan bahwa kejadian BBLR dipengaruhi oleh
riwayat kehamilan. Ibu hamil yang mempunyai riwayat kehamilan buruk (pernah
abortus, prematur, melahirkan bayi mati, dan BBLR) memiliki probabilitas untuk
kejadian BBLR sebesar 75,39%
Riwayat Persalinan
Hingga saat ini, angka kematian maternal di Indoensia masih sangat
tinggi. World Summit for Children Goal (WSC Goal) memperkirakan 213 kejadian
kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup. Terdapat perbedaan yang cukup
nyata antara angka kematian maternal di kawasan Jawa-Bali dan kawasan
lainnya, misalnya angka kematian maternal di kawasan Sumatera dan Indonesia
Timur sama yakni 2% sedangkan di kawasan Jawa-Bali hanya 0,7%. Hal ini
mencerminkan adanya pola kematian berdasarkan segi geografis, akses dan
kualitas pelayanan kesehatan serta sumberdaya manusia (Senewe dan
Sulistiyowati 2004).

11

Lebih lanjut Senewe dan Sulistiyowati (2004) menyatakan bahwa
komplikasi obstetrik sangat berpengaruh pada kematian maternal. Masalah
kematian maternal merupakan masalah yang kompleks karena meliputi banyak
hal yakni derajat kesehatan termasuk status kesehatan reproduksi dan status gizi
ibu sebelum dan selama kehamilan. Kejadian komplikasi obstetrik terjadi pada
20% seluruh ibu hamil, namun komplikasi obstetrik yang tertangani kurang dari
10% seluruh ibu hamil.
Komplikasi yang sering terjadi di Indonesia yakni perdarahan, partus
lama, demam/infeksi, dan preeklamsia/eklamsia. Ibu hamil dikatakan mengalami
komplikasi persalinan jika mengalami salah satu atau gabungan dari dua atau
lebih komplikasi. Terdapat hubungan yang bermakna anatara komplikasi
kehamilan (gabungan dari beberapa keluhan selama kehamilan) dengan
komplikasi persalinan. Ibu yang mengalami komplikasi kehamilan memiliki risiko
untuk mengalami komplikasi persalinan sebesar 2,9 kali dibandingkan ibu yang
tidak mengalami komplikasi kehamilan (Senewe dan Sulistiyowati 2004).
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
Kenaikan berat badan wanita hamil selama kehamilan adalah 10-12,5 kg,
termasuk penimbunan lemak ± 3,5 kg agar tidak terjadi kelahiran bayi dengan
berat rendah. Pada trimester ketiga sekitar 90% dari kenaikan ini digunakan
untuk pertumbuhan janin, plasenta, dan cairan amnion. Terdapat kenaikan berat
badan antara ibu hamil yang cukup gizi dan tidak cukup gizi. Pola umum
kenaikan berat badan ibu hamil yaitu, (1) Trimester I sebesar 1 kg (kenaikan
minimal, hampir seluruhnya adalah bagian dari ibu); (2) Trimester II sebesar 3 kg
(kenaikan sekitar 0,3 kg/minggu, sekitar 60% adalah bagian dari ibu); dan (3)
Trimester 3 sebesar 6 kg (kenaikan sekitar 0,3-0,5 kg/minggu, sekitar 60%
adalah bagian dari janin). Sementara itu, timbunan lemak di tubuh sekitar 3-3,5
kg, sehingga umumnya kenaikan berat badan ibu selama kehamilan di negara
maju berkisar 10-12,5 kg dan 5-7 kg di negara berkembang (Soetjiningsih 1998
diacu dalam Zulaekah 2004).
Selama trimwulan pertama, aspek kualitatif diet lebih penting daripada
kuantitatifnya. Gangguan gizi selama triwulan pertama, terutama kekurangan
mikronutrien tertentu untuk pembelahan sel seperti seng dan asam folat dapat
menimbulkan

efek

teratogenik.

Pada

trimwulan

akhir,

pembesaran

sel

merupakan hal yang lebih penting, sehingga aspek kuantitatif diet lebih penting.

12

Apabila terjadi gangguan gizi (baik kurang gizi maupun anemia) selama periode
ini, maka akan mengakibatkan berat bayi lahir rendah. Upaya yang dilakukan
untuk mecapai kenaikan berat badan selama kehamilan, yaitu meningkatkan
asupan energi 300 kkal/hari atau sekitar satu porsi makan lebih banyak dari
sebelum hamil. Selain itu, World Health Organization menganjurkan masukan
protein untuk ibu hamil sekitar 1,01 gr/kg.BB/hari dan energi 46 kkal/kg.BB/hari
untuk rata-rata ibu hamil dengan berat awal 55 kg (Zulaekah 2004).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 55 ibu hamil di Semarang,
diungkapkan bahwa pertamban berat badan ibu selama trimester II (p = 0,00;
r = 0,69) dan trimester III (p = 0,00; r = 0,66) berhubungan dengan kelahiran bayi
dengan berat rendah (Fitranti 2007). Hal tersebut senada dengan hasil penelitian
yang melibatkan 270 ibu hamil di Iran, yakni bahwa ibu hamil yang memiliki
pertambahan berat badan yang tidak normal cenderung melahirkan bayi dengan
berat badan rendah (p < 0,05; OR = 2,37; 95% CI: 1,70-3,20) (Yekta et al 2006).
Gaya Hidup
Merokok
Rokok telah dikenal sejak abad ke-15 dan mulai menyebar akibat
persepsi yang salah yakni bahwa mengisap daun tembakau merupakan salah
satu model pengobatan dengan tumbuhan dan dedaunan sehingga para tabib
dan dokter pada masa itu memerintahkan pasiennya untuk merokok sebagai
salah satu bentuk pengobatan bagi penyakit yang diderita. Oleh karena itu,
hingga saat ini merokok merupakan kebiasaan turun-temurun (Husaini 2007).
Tembakau merupakan kandungan rokok yang terdiri dari campuran
ratusan zat kimiawi. Sebagian zat tersebut dapat ditemukan pada tanaman lain
tetapi sebagian lainnya sudah menjadi ciri khas tembakau seperti nikotin dan
eugenol yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu, tembakau telah berasimilasi
dengan zat lain yakni pestisida sehingga asap yang dihasilkan dari perpaduan
zat tersebut sangat berbahaya. Merokok berarti membakar tembakau dan daun
tar, kemudian menghisap asap yang dihasilkannya. Apabila dianalisa asap dari
pembakaran tersebut maka diketahui bahwa sekitar 60% kandungannya adalah
gas dan uap yang terdiri dari 20 jenis gas diantaranya karbon monoksida, hidro
sianida, nitric acid, nitrogen diokasida fluorocarbon, acetone, dan ammonia. Para
peneliti mengungkapkan bahwa paling sedikit 9 dari keseluruhan gas yang ada
dalam asap rokok merupakan gas yang berbahaya bagi paru-paru. Sebatang

13

rokok dengan ukuran normal umumnya mengandung 10-40 mg tar (racun) dan
1-2 mg nikotin. Sebuah penelitian mengemukakan bahwa asap rokok yang
dihirup oleh perokok aktif selama 2-5 detik mampu menyerap 80-90% zat kimiawi
yang kemudian menyusup dan merusak sistem pernafasan (Husaini 2007).
Jenis rokok yang beredar di pasaran umumnya terbagi menjadi 2 yaitu
rokok filter dan rokok kretek (non filter). Perbedaan antara kedua jenis rokok
tersebut didasarkan atas kandungan nikotinnya. Pada rokok kretek, kandungan
nikotin yang terkandung lebih besar dibandingan rokok filter. Hal tersebut dapat
terjadi karena pada rokok kretek tidak dilengkapi dengan filter yang berfungsi
untuk mengurangi asap yang keluar dari rokok seperti yang terdapat pada jenis
filter (Susanna, Hartono, dan Fauzan 2003).
Menurut Rose-Neil (2007)