DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
17 Tabel 3.1 Pedoman Skala Penilaian Observasi Aktivitas Belajar Siswa
38 Tabel 3.2 Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran
40 Tabel 3.3 Tingkat Penguasaan Siswa
41 Tabel 4.1 Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal
44 Tabel 4.2 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Tes Awal
45 Tabel 4.3 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Awal
45 Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan
51 Pembelajaran pada Siklus I
Tabel 4.5 Tingkat Penguasaan Siswa Pada Siklus I 53
Tabel 4.6 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I 54
Tabel 4.7 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 55
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 57
Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan 62
Pembelajaran pada Siklus II Tabel 4.10 Tingkat Penguasaan Siswa Pada Siklus II
65 Tabel 4.11 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II
65 Tabel 4.12 Rekapitulaasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
66 Tabel 4.13 Peningkatan Aktivitas Siswa
70
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kubus
24 Gambar 2.2 Jaring-jaring Kubus
25 Gambar 2.3 Balok
26 Gambar 2.4 Jaring-jaring Balok
27 Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
36 Gambar 4.1 Deskripsi Peningkatan Nilai Rata
– rata Kelas pada Siklus I 68
dan Siklus II Gambar 4.2 Deskripsi Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa
69
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. RPP I SIKLUS I
75 Lampiran 2. RPP II SIKLUS I
81 Lampiran 3. RPP III SIKLUS II
87 Lampiran 4. RPP IV SIKLUS II
92 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I
97 Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II
99 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III
101 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV
104 Lampiran 9. Kisi-Kisi Tes Awal
107 Lampiran 10. Tes Awal
108 Lampiran 11. Pedoman Penskoran Tes Awal
109 Lampiran 12. Lembar Validitas Tes Awal
111 Lampiran 13. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I
112 Lampiran 14. Tes Hasil Belajar I
113 Lampiran 15. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I
115 Lampiran 16. Lembar Validitas Tes Hasil Belajar I
118 Lampiran 17. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar II
119 Lampiran 18. Tes Hasil Belajar II
120 Lampiran 19. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II
121 Lampiran 20. Lembar Validitas Tes Hasil Belajar II
123 Lampiran 21. Deskripsi Tingkat Ketuntasan Dan
124 Tingkat Penguasaan Tes Awal Siswa
Lampiran 22. Deskripsi Tingkat Ketuntasan Dan 126
Tingkat Penguasaan Tes Hasil Belajar I Siswa Lampiran 23. Deskripsi Tingkat Ketuntasan Dan
128 Tingkat Penguasaan Tes Hasil Belajar II Siswa
Lampiran 24. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan I 130
Lampiran 25. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan II 132
Lampiran 26. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan III 134
Lampiran 27. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan IV 136 Lampiran 28. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa I
138 Lampiran 29. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa II
140 Lampiran 30. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa III
142 Lampiran 31. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa IV
144 Lampiran 32. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
146 Lampiran 32. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
148 Lampiran 34. Pedoman Aktivitas Siswa
150
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam daftar mata pelajaran yang diujikan secara nasional, mulai dari tingkat Sekolah
Dasar SD sampai Sekolah Menengah Atas SMA. Kita mengetahui pentingnya peran matematika dalam kehidupan manusia. Karena pentingnya, matematika
diajarkan mulai dari jenjang SD sampai ke Perguruan Tinggi. Begitu banyak alasan yang menjadikan matematika sebagai salah satu bidang studi yang harus
ada. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cockrof dalam Abdurrahman, 2009:253:
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena 1 Selalu digunakan dalam segi kehidupan; 2 Semua bidang studi memerlukan ketrampilan
matematika yang sesuai; 3 Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; 4 Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam
berbagai cara; 5 Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan 6 Memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang”. Namun kenyataannya matematika sering dianggap sebagai bidang studi
yang sulit untuk dimengerti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan matematika di
Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari
hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan National Center for Education in Statistics, 2003 terhadap 41 negara dalam pembelajaran
matematika, dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay. http:ugm.ac.idindex.php?page=rilisartikel=4467
Selain data diatas, hal ini diperkuat lagi dengan pernyataan salah seorang guru matematika di SMP Swasta Kesatria Medan bernama Bu Selamat yang
mengatakan bahwa: ”Banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika. Mereka
menganggap bahwa matematika itu sangat susah. Di dalam kelas itu paling
banyak hanya 5 orang yang senang belajar matematika. Bila dilihat hasil belajar siswa masih sangat rendah. Selebihnya harus diadakan remedial
untuk menambah nilai siswa yang tidak tuntas tersebut.” Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP Swasta Kesatria
Medan dengan memberikan tes di kelas IX yang berjumlah 34 siswa, diperoleh hasil yang kurang memuaskan. Tes yang diberikan berhubungan dengan materi
kubus dan balok. Alasan dipilih materi ini karena siswa masih sulit dalam menentukan unsur-unsur kubus dan balok. Dan juga kesulitan mengerjakan soal
mengenai penerapan kubus dan balok di kehidupan sehari-hari. Dari lembar jawaban tes tersebut dapat dilihat bahwa siswa masih belum terlalu paham bagian-
bagian dari kubus dan balok. Hasil data menunjukkan dari 34 siswa ada 12 siswa atau 35,29 yang memperoleh nilai di atas ketuntasan belajar minimal dan 22
siswa atau 64,71 yang tidak tuntas. Ini menunjukkan pengetahuan siswa di SMP Swasta Kesatria Medan mengenai kubus dan balok masih rendah.
Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar di sekolah, seperti kurangnya minat siswa dalam belajar, khususnya
belajar matematika. Sebagian besar siswa kurang berminat dalam belajar matematika disebabkan guru yang masih menggunakan metode ceramah sehingga
siswa menjadi cepat bosan dan malas dalam mengikuti materi pelajaran. Akibatnya penguasaan mereka terhadap materi yang diberikan tidak tuntas.
Dengan demikian hasil belajarnya menjadi rendah. Pernyataan ini sejalan dengan Trianto 2011:5 :
”Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabakan
dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher
– centered sehingga siswa menjadi pasif.” Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti mencoba menerapkan suatu
model pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif.
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto 2011:58 mengemukakan “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang