Kerja Cepat Actrapid Kerja Menengah Insulatard Kerja Campuran Mixtard 30 Kerja Panjang Lantus Aventis

12

b. Terapi obat

Antidiabetika digunakan sebagai pengobatan DM ada dua jenis, yaitu Anonim, 2000: 1 Insulin Insulin adalah suatu hormon polipeptida yang dihasilkan oleh sel- dari pulau Langerhans dan merupakan kelompok sel yang terdiri dari 1 masa pankreas Rimbawan dan Siagian, 2004. Dosis insulin dinyatakan dalam unit U. Sediaan homogen human insulin mengandung 25-30 UImg. Insulin diberikan secara subkutan dengan tujuan mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal sepanjang hari yaitu 80-160 mg setelah makan. Untuk pasien usia di atas 60 tahun batas ini lebih tinggi yaitu puasa kurang dari 150 mg dan kurang dari 200 mg setelah makan. Insulin dapat segera diberikan dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria Anonim, 2006 a . Tabel 1. Sediaan Insulin di Indonesia Nama Buatan Efek Puncak Jam Lama Kerja Jam

1. Kerja Cepat Actrapid

Novo Nordisk U-40 dan U-100 2-4 6-8 Humulin-R Eli Lily U-100

2. Kerja Menengah Insulatard

Novo Nordisk U-40 dan U-100 4-12 18-24 Monotard Human Novo Nordisk U-40 dan U-100 Humulin-N Eli Lily U-100

3. Kerja Campuran Mixtard 30

Novo Nordisk U-40 dan U-100 1-8 14-15 Humulin- 3070 Eli Lily U-100

4. Kerja Panjang Lantus Aventis

Tidak ada 24 Bentuk penfill untuk Novopen 3 adalah Actrapid Human 100, Insulatard Human 100, Mixtard 30 Human 100 Bentuk penfill untuk Humapen Ergo adalah Humulin-R 100, Humulin-N 100, Humulin-3070 Bentuk penfill untuk Optipen adalah Lantus Soegondo, 2004 13 Insulin dikelompokkan berdasarkan mula dan lama kerjanya yaitu: insulin kerja singkat short-acting, insulin kerja sedang intermediate-acting, insulin kerja sedang dengan mula kerja singkat, insulin kerja lama long-acting. Efek samping insulin yang paling sering terjadi adalah hipoglikemia Anonim, 2000. 2 Obat Hipoglikemik Oral OHO OHO terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM tipe 2, diantaranya Anonim, 2005: a Golongan sulfonilurea OHO golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan untuk penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Anonim, 2005. Sulfonilurea bekerja dengan cara: menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa Anonim, 2001. Contoh obat sulfonilurea generasi pertama adalah asetoheksamida, klorpropamida, tolazamida, dan tolbutamida, sedangkan generasi kedua antara lain gliburida glibenklamida, glipizida, glikasida, glimepirida, dan glikuidon Anonim, 2005. Obat golongan ini semuanya mempunyai cara kerja yang serupa, berbeda dalam hal masa kerja, degradasi, dan aktivitas metabolitnya. Pada pemakaian sulfonilurea, umumnya selalu dimulai dengan dosis rendah untuk menghindari kemungkinan hipoglikemia Waspadji, 2004. Untuk menghindari resiko hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang Anonim, 2006 a . Efek samping sulfonilurea 14 umumnya ringan dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan saraf pusat Anonim, 2005. Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena risiko hipoglikemia yang berkepanjangan, demikian juga glibenkamid. Untuk orang tua dianjurkan preparat dengan waktu kerja pendek. Glikuidon juga diberikan pada pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan Anonim, 2001. b Short-acting insulin secretagogues Short-Acting Insulin Secretagogues terdiri dari nateglinide dan repaglinide bekerja seperti sulfonilurea dengan menstimulasi sekresi insulin dari sel -pankreas. Efek samping akibat penggunaan short-acting insulin secretagogues adalah efek hipoglikemi dan peningkatan berat badan. Namun resiko hipoglikemi yang muncul lebih rendah daripada akibat penggunaan sulfonilurea gliburid dan glipizid Triplitt dkk, 2005. Penggunaan nateglinid dikontraindikasikan bagi pasien DM tipe 1, pasien yang mengalami ketoasidosis dan hipersensitif terhadap obat ini Evoy, 2002. Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati Anonim, 2006 a . c Golongan biguanid Biguanid meningkatkan kepekaan reseptor insulin, sehingga absorbsi glukosa di jaringan perifer meningkat dan menghambat glukoneogenesis dalam hati dan meningkatan penyerapan glukosa di jaringan perifer Tjay dan Rahardja, 2007. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Metformin tidak meningkatkan berat badan seperti insulin sehingga biasa digunakan, khususnya pada pasien dengan obesitas Schteingart, 2005. Metformin juga dapat menurunkan kadar trigliserida 15 hingga 16, LDL kolesterol hingga 8 dan total kolesterol hingga 5, dan juga dapat meningkatkan HDL kolesterol hingga 2 Soegondo, 2004. Pada pemakaian tunggal, metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20 Waspadji, 2004. Pada pasien dengan berat lebih, dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea Anonim, 2001. Kombinasi sulfonilurea dan metformin merupakan kombinasi yang rasional karena cara kerja berbeda yang saling aditif Waspadji, 2004. Efek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah, kadang-kadang diare dan dapat menyebabkan asidosis laktat Anonim, 2005. Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal kreatinin serum 1,5 dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia, misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis, syok, gagal jantung Anonim, 2006 a . d Thiazolidindione Thiazolidindione bekerja dengan mengikat pada peroxisome proliferator activator receptor- γ PPAR- , yang terutama ada pada sel lemak dan sel vaskular. Thiazolidindione secara tidak langsung meningkatkan sensitivitas insulin pada otot, liver, dan jaringan lemak Triplitt dkk, 2005. Thiazolidindione adalah obat golongan baru yang mempunyai efek meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemi. Kegiatan farmakologisnya luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati. Sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat. Kegiatan farmakologi lainnya antara lain 16 dapat menurunkan kadar trigliserida atau asam lemak bebas dan mengurangi glukoneogenesis dalam hati. Zat ini tidak mendorong pankreas untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti sulfonilurea Tjay dan Raharja, 2007. Dua anggota dari golongan tersebut tersedia secara komersial adalah rosiglitazon dan pioglitazon Katzung, 2002. Efek samping yang utama dari thiazolidindione adalah udem, terutama pada pasien hipertensi dan congestive cardiac failure Walker dan Edward, 2003. Thiazolidindione dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas I- IV karena dapat memperberat edemaretensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Pasien yang menggunakan obat ini perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala. Thiazolidindione tidak digunakan sebagai obat tunggal Anonim, 2006 a . e Golongan α-glukosidase-inhibitors Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α-glukosidase di dalam saluran cerna Anonim, 2001. Sehingga reaksi penguraian di-polisakarida menjadi monosakarida dihambat. Dengan demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan absorpsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga memuncaknya kadar glukosa darah dihindarkan Tjay dan Rahardja, 2007. Obat ini bekerja di lumen usus, tidak menyebabkan hipoglikemia dan tidak berpengaruh pada kadar insulin Waspadji, 2004. Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikan secara bertahap sampai 150-600 mghari. Efek sampingnya adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus dan kadang-kadang diare Anonim, 2005. 17 Tabel 2. Obat Hipoglikemik Oral di Indonesia Nama Generik Nama Dagang Dosis harian mg Dosis Awal untuk Elderly mgday Dosis Maximal mgday Lama Kerja jam Frekuensi pemberian 1. Sulfonilurea Khlorpropamid 100-250 mg Diabinese 100-500 100 500 24-36 1 Tolbutamid 500 mg Rastinon 500-2000 500-1000 3000 6-12 2-3 Glibenklamid 2,5 mg- 5 mg Daonil Euglucon Renabetic Prodiabet 2,5-5 - - 12-24 1-2 Glipizid 5 mg-10 mg Minidiab Glucotrol XL 5-20 2,5-5 40 10-16 1-2 Glikasid 80 mg Diamicron MR 30 mg Pedab Glikamel Glicab Glucodex 30-120 80-240 - - 10-20 1-3 Glikuidon 30 mg Glurenorrn 30-120 - - - 1-3 Glimepirid 1 mg, 2 mg, 3 mg, 4 mg Amaryl Amadiab Gluvas Metrix 6 0,5-1 8 24 1

2. Short-Acting Insulin Secretagogues Glinid Nateglinid

Dokumen yang terkait

KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Ketepatan Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD DR. Moewardi Surakarta Periode Januari – Juni 2013.

0 2 12

PENDAHULUAN Ketepatan Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD DR. Moewardi Surakarta Periode Januari – Juni 2013.

0 2 14

KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT “X” Ketepatan Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD DR. Moewardi Surakarta Periode Januari – Juni 2013.

0 1 15

ANHIPOGL ANALISIS KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 1 15

PENDAHULUAN ANALISIS KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 3 17

ANALISIS PENGGUNAAN OBAT HERBAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT JALAN ANALISIS PENGGUNAAN OBAT HERBAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 2 15

PENDAHULUAN ANALISIS PENGGUNAAN OBAT HERBAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 0 14

EVALUASI KEPATUHAN PASIEN PENGOBATAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 2 19

TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2006.

0 2 16

Evaluasi drug therapy problems obat hipoglikemik oral pada pasien geriatri penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman periode 2008 - USD Repository

0 0 123