Evaluasi drug therapy problems obat hipoglikemik oral pada pasien geriatri penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman periode 2008 - USD Repository
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS OBAT HIPOGLIKEMIK
ORAL PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS
DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SLEMAN
PERIODE 2008
SKRIPSIDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :
Citra Puspita Sari NIM : 068114155
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS OBAT HIPOGLIKEMIK
ORAL PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS
DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SLEMAN
PERIODE 2008
SKRIPSIDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :
Citra Puspita Sari NIM : 068114155
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Skripsi
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SLEMAN PERIODE 2008
Yang diajukan oleh: Citra Puspita Sari
NIM : 068114155 Telah disetujui oleh :
Pembimbing (Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt.) Tanggal: 5 Januari 2010
SELALU
ADA
JALAN SAAT SEAKAN TIADA JALAN SEBAB YESUS DIDEPANKUMEMBUAT DAN MEMBUKA
J ALAN BAGI K U
KUPERSEMBAHAKAN KARYA INI UNTUK
JESUS CHRIST..untuksegalanya..MAKASIH YESUS
PAPA MAMA DAN ADEK-ADEKKU
Kebahagianku adalah melihat orang-orang disekitarku bahagia dan bangga
terhadap apa yang aku capai dan berikan untuk mereka
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAAN PUBLIKASI KARYA
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Citra Puspita Sari Nomor Mahasiswa : 068114155
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS OBAT HIPOGLIKEMIK
ORAL PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI
INSTALASI RAWAT INAP RSUD SLEMAN PERIODE 2008
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 20 Januari 2010 Yang menyatakan Citra Puspita Sari
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karya indah-Nya melalui penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Evaluasi
Drug Therapy Problems Obat Hipoglikemik Oral pada Pasien Geriatri Penderita
Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008”.Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm). Penulisan skripsi ini tidak akan pernah lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.
2. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang bersedia mengarahkan, membina, memotivasi, dan meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. dr.Fenty, M.Kes., Sp.PK sebagai dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dalam menguji penulis dan memberikan saran bagi penulis.
4. Drs. P.Sunu Hadiyanta, M.Sc., SJ yang telah membimbing dan memberikan sumber bagi penulis dalam menyelesaikan evaluasi dengan statistik dan saran yang memotivasi penulis. 5. dr. Sarjoko, M.Kes., selaku Direktur RSUD Sleman yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Unit penyakit dalam, instalasi rawat inap, bagian gudang obat atas kerja sama, kelancaran dan keramahan yang diberikan pada saat pengambilan data-data untuk penelitian.
7. Suratmi, Yumarwanto, A.Md, Wiwin Ida N,A.Md, Sukarmi, A.Md, Fanani Nursanti, Asnah Ruswati dan Eny Setyaningsih di bagian rekam medik yang memberikan bantuan dalam mencari rekam medik yang dibutuhkan
8. Apoteker RSUD Sleman, Wahyuni, Apt, yang memberikan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis.
9. Papa dan mama, Agus Prabowo dan Endang Kusmawati yang selalu memberi dukungan doa, materi dan nasihat hingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Adek-adekku, Panji dan Shinta yang selalu menemani dan memberi semangat dan keceriaan.
11. Andrian Erwinto, untuk waktu, motivasi, kasih sayang dan semangat selama penyusunan karya ini.
12. Cita, Citra, Fea, untuk kebersamaannya dan keceriaan serta rasa suka dan duka selama ini dan menjadi bagian dalam menempuh perkuliahan.
13. Iren untuk bantuannya dalam mengurus ujian tertutup dan terbuka.
14. Karyawan sekretariat Farmasi yang selalu menyediakan waktunya membantu kelancaran dalam pengurusan ijin.
15. Anak-anak praktikum kelompok F dan kelompok C(FKK), terima kasih untuk setiap praktikum yang selalu menyenangkan dan tidak membosankan.
16. Teman-teman gereja yang selalu mengingatkan untuk ibadah pemuda dan datang persekutuan sel.
17. Semua sahabat angkatan 2003-2008 yang penulis kenal.
18. Semua bagian dari perjalanan hidup yang menjadi inspirasi bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, sumbangan pemikiran, saran dan kritik yang membangun akan sangat diharapkan. Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Desember 2009 Penulis
Citra Puspita Sari
INTISARI
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang membutuhkan perawatan medis secara berkelanjutan dan edukasi bagi pasien untuk mengurangi resiko komplikasi jangka panjang. DM banyak diderita oleh masyarakat begitupula pada geriatri. Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral sering ditemukan dalam terapi DM, jika penggunaannya kurang tepat dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Ketepatan penatalaksanaan dan pengelolaan obat dapat di evaluasi dengan
Drug Therapy Problems (DTPs) ditinjau dari ada obat tanpa indikasi, terapi butuh
tambahan obat, pemakaian obat yang tidak efektif, dosis terlalu rendah, adverse drug reactions , dosis terlalu tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi DTPs obat hipoglikemik oral pada pasien geriatri penderita DM di instalasi rawat inap RSUD Sleman periode 2008. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif bersifat retrospektif. Kriteria inklusi subyek penelitian meliputi diagnosis DM, berusia 60 tahun keatas dan dalam penatalaksanaan DM menggunakan obat hipoglikemik oral tunggal maupun kombinasi.
Terdapat 22 kasus yang dianalisis, dimana jenis kelamin yang banyak ditemukan adalah wanita (68,2%). Didapatkan dua kategori DTPs yang teridentifikasi yaitu dosis terlalu rendah berjumlah 4,5% dan terdapat 27,3% adverse drug reactions .
Kata Kunci: DTPs, Diabetes Melitus, Obat Hipoglikemik Oral
ABSTRACT
Diabetes Melitus (DM) is a chronic illness that requires continuing medical care and patient self management education to reduce the risk long term complications. Geriatric is the most population who suffer from DM. The use of Oral Hypoglycemic Drug is the most common drugs used for DM therapy, but if the use of the Oral Hypoglycemic Drug considered less proper then it can cause undesired effects on the patients.
The accuracy of treatment and drugs management can be evaluated from the presence of Drug Therapy Problems (DTPs) which can be seen from unnecessary drug therapy, need for additional drug therapy, ineffective drug, dosage too low, adverse drug reactions, dosage too high, and compliance.
This study is a non experimental way research with descriptive evaluative research which have retrospective characteristics . The inclusion criteria for the subjects including positively DM diagnosed, above 60 years of age and undergo treatment DM using single or combination of Oral Hypoglycemic Drug
As much as 22 cases analyzed, where we found the biggest population is on female with 68,2%. We also identified two categories of DTPs which are 4,5% for dosage too low and adverse drug reactions for 27,3%.
Key word: DTPs, Diabetes Melitus, Oral Hypoglycemic Drug
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vi PRAKATA vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ix
INTISARI x
ABSTRACT
xi DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xix
DAFTAR LAMPIRAN xx
BAB I. PENDAHULUAN
1 A. Latar Belakang
1
1. Perumusan Masalah
3
2. Keaslian Penelitian
4
3. Manfaat Penelitian
5 B. Tujuan Penelitian 5 1. Tujuan umum
5 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA
7 A. Drug Therapy Problems
2. Dosis Obat Hipoglikemik Oral
H. Keterangan Empiris
1. Terapi Farmakologi pada Diabetes pasien Geriatri 35
35
G. Diabetes pada Geriatri
F. Interaksi Obat Hipoglikemik Oral dan Insulin 34
3. Cara Pemberiaan Obat Hipoglikemik Oral dengan Insulin 34
33
2. Jenis Insulin Menurut Cara Kerja
32
1. Mekanisme insulin
32
31 E. Insulin
21
7 B. Geriatri 9
1. Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral
19 D. Obat Hipoglikemik Oral 21
7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
6. Komplikasi Diabetes Melitus 17
5. Diagnosis Diabetes Melitus 17
4. Epidemiologi 16
12
3. Patogenesis
10
2. Klasifikasi
10
1. Definisi
C. Diabetes Melitus 10
36 A. Jenis dan Rancangan Penelitian
37 B. Definisi Operasional
38 C. Subyek Penelititan
40 D. Bahan Penelitian
40 E. Tata Cara Penelitian 40 1. Analisis Situasi 40 2. Pengambilan Data 40 3. Pengolahan Data
42 F. Tata Cara Analisis Hasil
42 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
45 A. Karakteristik Subyek Penelitian
45 1. Berdasarkan Jenis Kelamin 45 2. Berdasarkan Lama Rawat Inap
46 3. Berdasarkan Status Keluar 46 4. Berdasarkan Komplikasi dan Penyakit Penyerta
48 5. Berdasarkan Golongan Obat yang Digunakan
50 B. Evaluasi Jenis Drug Therapy Problems
61 1. Dosis terlalu rendah(dosage too low)
61 2. Adverse drug reactions
63 C. Ringkasan Drug Therapy Problems
65 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
66 A. Kesimpulan
66 B. Saran
66 DAFTAR PUSTAKA
68 LAMPIRAN
73 BIOGRAFI PENULIS 104
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kategori Drug Therapy Problems............................................... ..7 Tabel II. Macam Obat Hipoglikemik Oral Beserta Dosis.......................... 31 Tabel III. Jenis Insulin Menurut Cara Kerja ............................................... 33 Tabel IV. Interaksi Obat Hipoglikemik Oral............................................... 34 Tabel V. Karakteristik Subyek Penelitian Pasien Geriatri Penderita
Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008 Berdasarkan Lama Rawat Inap...........................................46 Tabel VI. Karakteristik Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus di
Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman periode 2008 Berdasarkan Komplikasi...................................................................................48
Tabel VII. Karaketristik Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus Instalasi Rawat Inap di RSUD Sleman periode 2008 Berdasarkan Penyakit Penyerta........................................................................................49
Tabel VIII. Obat Hormonal yang Digunakan pada Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008..............................................................................................50
Tabel IX. Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan pada Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008................................................51
Tabel X. Obat yang Digunakan untuk Penyakit pada Sistem
Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008..............................................................................................53
Tabel XI. Obat yang Digunakan untuk Pengobatan Infeksi yang Digunakan pada Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008................................................56
Tabel XII. Obat yang Bekerja pada Sistem Saraf Pusat yang Digunakan pada Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008........................................................57
Tabel XIII. Obat yang Bekerja sebagai Analgesik yang Digunakan pada Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008........................................................58
Tabel XIV. Obat yang Mempengaruhi Darah dan Gizi yang Digunakan pada Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008........................................................58
Tabel XV. Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Pernafasan yang Digunakan pada Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008..............................................................................................60
Tabel XVI. Obat Otot Skelet dan Sendi yang Digunakan pada Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008.................................................................................60
Tabel XVII. Evaluasi DTPs Obat hipoglikemik Oral pada Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008.................................................................................61
Tabel XVIII. Evaluasi DTPs kategori Adverse Drug Reactions Obat Hipoglikemik Oral pada Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008..............................................................................................64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Organ Pankreas
12 Gambar 2. Mekanisme Hormon Insulin dan Glukagon
13 Gambar 3. Patogenesis Diabetes Melitus tipe 1 .......................................... 14 Gambar 4. Patogenesis Diabetes Melitus tipe 2 ........................................... 14 Gambar 5. Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral beserta Tempat Aksi 21 Gambar 6. Mekanisme Aksi Golongan Sulfonilurea
22 Gambar 7. Mekanisme Aksi Golongan Biguanida
25 Gambar 8. Mekanisme Aksi Golongan Tiazolidindion
27 Gambar 9. Mekanisme Aksi Golongan Alfa Glukosidase
28 Gambar 10. Cara Pemberian Kombinasi Obat Hipoglikemik Oral dengan Insulin
34 Gambar 11. Karakteristik Subyek Penelitian Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin
45 Gambar 12. Karakteristik Subyek Penelitian Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008 Berdasarkan Status Keluar
47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Data SOAP Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008..............................................................................................73
Lampiran 2. Golongan Obat Beserta Nama Dagang yang Digunakan Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008....................................................................95
Lampiran 3. Nilai Normal Pemeriksaan Laboratorium..................................100 Lampiran 4. Surat Izin Penelitian BAPPEDA.................................................99 Lampiran 5. Surat Izin Penelitian RSUD Sleman..........................................101 Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian RSUD Sleman..................103
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Drug Therapy Problems (DTPs) merupakan suatu permasalahan atau
kejadian yang tidak diharapkan yang dapat dialami oleh pasien selama proses terapi obat. Farmasis bertanggung jawab dalam membantu pasien untuk mencegah masalah yang dihadapi pasien dalam kejadian DTPs. DTPs tidak dapat dipecahkan atau dicegah apabila penyebab dari masalah tersebut tidak diketahui.
Tujuan evaluasi DTPs adalah membantu pasien mencapai tujuan terapi dan mewujudkan outcome yang terbaik dari penggunaan terapi obat. Kategori DTPs antara lain adalah terapi obat tanpa indikasi, perlu tambahan terapi obat, obat yang tidak efektif, dosis terlalu rendah, adverse drug reactions, dosis terlalu tinggi, dan kepatuhan pasien (Strand, Cipole dan Morley, 2004).
Menurut IDF (International Diabetes Federation), Indonesia menempati urutan keempat untuk prevalensinya terhadap penyakit DM (Anonim, 2009b) dan dari data World Health Organization (WHO) diprediksi kenaikan pasien diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Anonim, 2006a). Pada populasi di Amerika Serikat, lebih dari 15% geriatri menderita DM dan setengah diantaranya menderita DM tipe 2.
Sensus yang dilakukan di Amerika Serikat memprediksi akan terjadi peningkatan penderita diabetes geriatri sebesar 56% pada tahun 2020. Pada negara berkembang, geriatri yang menderita DM berkembang. Secara global, jumlah
Pasien geriatri, yang berusia 60 tahun keatas (Anonim, 2008a), membutuhkan terapi obat hipoglikemik oral (OHO) selain dengan terapi non farmakologi untuk menjaga agar kadar glukosa mendekati normal serta mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes. Penggunaan terapi OHO pada geriatri perlu dipantau agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan (efek samping yang tidak diinginkan) karena pada pasien geriatri berisiko terjadi efek samping dan interaksi obat yang merugikan disebabkan pada pasien ini lebih banyak mengkonsumsi obat-obatan akibat kondisi patologi pada geriatri cenderung membuat geriatri mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan dengan pasien yang lebih muda (Anonim, 2004).
Pada sebuah penelitian oleh Cardiovascular Heart Study (CHS) di Amerika dari tahun 1996-1997 didapati hanya 12 % populasi lanjut usia dengan DM yang mencapai kadar gula darah di bawah nilai acuan yang ditetapkan
American Diabetes Association (Elson dan Norris, 2004). Oleh karena itu,
pengobatan pada geriatri memerlukan perhatian khusus karena berbagai masalah yang disebabkan oleh faktor fisiologis, penurunan daya tahan tubuh pada geriatri, faktor farmakokinetik dan faktor farmakodinamik yang terkait dengan bertambahnya usia dapat terjadi. Jika faktor- faktor tersebut tidak diperhatikan dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan karena terjadi perubahan efek terapi obat (Rachmawati, 2009).
Sehingga dibutuhkan evaluasi DTPs pada penggunaan OHO untuk mengetahui DTPs yang terjadi akibat penggunaan OHO agar kualitas pelayanan pada pasien geriatri dapat lebih optimal sehingga mencapai target yang diharapkan.
RSUD Sleman yang berlokasi di jalan Bhayangkara nomor 48 Sleman, Yogyakarta merupakan Rumah Sakit Umum Daerah milik pemerintah Kabupaten Sleman yang berupa lembaga pelayanan masyarakat di bidang kesehatan yang memberikan pelayanan perawatan pada pasien Diabetes Melitus salah satunya pada pasien geriatri.
RSUD Sleman dipilih sebagai tempat penelitian karena lokasinya yang strategis dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai evaluasi Drug Therapy
Problems obat hipoglikemik oral pada pasien geriatri penderita DM.
1. Perumusan Masalah
a. Seperti apakah profil pasien geriatri Diabetes Melitus di instalasi rawat inap RSUD Sleman periode 2008 meliputi jenis kelamin, penyakit penyerta, lama perawatan dan outcome pasien? b. Seperti apakah profil pengobatan pasien geriatri Diabetes Melitus di instalasi rawat inap RSUD Sleman periode 2008? c. Apa saja jenis Drug Therapy Problems (DTPs) dan berapa persentase Drug
Therapy Problems (DTPs) Obat Hipoglikemik Oral yang terjadi pada pasien
geriatri Diabetes Melitus di instalasi rawat inap RSUD Sleman periode 2008?
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang didapatkan penulis, penelitian mengenai “Evaluasi Drug Therapy Problems Obat Hipoglikemik Oral pada Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap di RSUD Sleman Periode 2008” belum pernah dilakukan.
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan Diabetes Melitus pernah dilakukan antara lain: a. Gambaran Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Pasien Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Bulan Juli- Desember 2003 (Utomo, 2005).
b. Pola Penggunaan Obat Antidiabetika Oral Penderita Diabetes Melitus Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit dr.Sardjito Yogyakarta Tahun 2003 (Veronika, 2005).
c. Evaluasi Pengobatan Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangen di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli-Desember 2005 (Susanti, 2007).
d. Evaluasi Drug Related Problems pada Peresepan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2005-Desember 2007 (Larasati, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dalam hal tujuan, subyek, waktu penelitian dan tempat penelitian. Peneliti melakukan penelitian mengenai penelitian adalah pasien geriatri penderita Diabetes Melitus pada periode 2008 yang berada di RSUD Sleman.
3. Manfaat Penelitian a.
Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengambilan keputusan oleh farmasis dalam mempraktekkan pharmaceutical care salah satunya dalam mengevaluasi kejadian Drug Therapy Problems di RSUD Sleman.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Untuk mengevaluasi Drug Therapy Problems obat hipoglikemik oral pada pasien Diabetes Melitus pada instalasi rawat inap RSUD Sleman periode 2008.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penelitian: a. mengetahui profil pasien geriatri Diabetes Melitus di instalasi rawat inap RSUD Sleman periode 2008 meliputi jenis kelamin, penyakit penyerta, lama perawatan dan outcome pasien, b. mengetahui profil pengobatan pasien geriatri Diabetes Melitus di instalasi rawat inap RSUD Sleman periode 2008, c. mengetahui jenis Drug Therapy Problems (DTPs) dan berapa persentase
Drug Therapy Problems (DTPs) Obat Hipoglikemik Oral yang terjadi
pada pasien geriatri Diabetes Melitus di instalasi rawat inap RSUD Sleman periode 2008.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Drug Therapy Problems Drug Therapy Problems (DTPs) merupakan peristiwa yang tidak
diharapkan yang dialami pasien yang memerlukan atau diduga memerlukan terapi obat dan berkaitan dengan tercapainya tujuan terapi yang diinginkan. DTPs dapat muncul di setiap tahap proses pengobatan. Ketika terjadi DTPs, prioritaskan masalah dan mulai pecahkan pada masalah yang terpenting dan kritis bagi kesehatan pasien sehingga harus ditegaskan bahwa peran praktisi pharmaceutical
care yang utama adalah mencegah terjadinya DTPs (Strand, Cipole dan Morley, 2004).
Diketahui ada tujuh kategori Drug Therapy Problems yang menjelaskan sejumlah masalah yang dapat disebabkan oleh obat dan/atau yang dapat diselesaikan dengan terapi obat dan menjadi tanggung jawab dari pharmaceutical
care (Strand, Cipole dan Morley, 2004). Penyebab umum terjadinya DTPs dapat dilihat pada tabel I.
Tabel I. Kategori Drug Therapy Problems (Strand, Cipole dan Morley, 2004) Drug Therapy Problems Penyebab-penyebab Drug Therapy Problems
- Ada obat tanpa indikasi
Obat tidak diperlukan berkaitan dengan kondisi medis (unnecessary drug therapy) saat ini.
- Diberikan obat kombinasi padahal hanya satu obat yang diperlukan.
- Kondisinya akan lebih baik jika diberikan terapi non farmakologi.
- Obat digunakan untuk mengurangi efek merugikan dari penggunaan obat lain.
- Penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol, atau
Drug Therapy Problems Penyebab-penyebab Drug Therapy Problems
Butuh obat tambahan (need for additional drug
- Terapi pencegahan diperlukan untuk mengurangi risiko berkembangnya penyakit baru.
- Kondisi medisnya memerlukan terapi kombinasi untuk mendapatkan efek sinergisme atau aditif.
therapy ) • Kondisi medis yang memerlukan obat untuk terapi.
Pemakaian obat yang tidak efektif (Ineffective drug)
- Obat yang digunakan bukan obat yang paling efektif untuk masalah medis yang dialami.
- Kondisinya sudah tidak dapat diterapi dengan obat yang dipakai.
- Produk obat tidak efektif berdasarkan kondisi medisnya.
- Dosis dan sediaan tidak sesuai.
- Dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan.
- Interval pemakaian terlalu jarang.
- Interaksi obat menurunkan jumlah zat aktif yang tersedia.
- Durasi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang diinginkan.
- Produk obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis.
- Produk obat yang aman diperlukan karena terkait dengan faktor risiko.
- Interaksi obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis.
- Pengaturan dosis yang diberikan atau diganti dengan sangat cepat.
- Produk obat yang menyebabkan reaksi alergi.
- Produk obat yang kontraindikasi terhadap faktor risiko.
- Dosis terlalu tinggi
- Frekuensi pemakaian obat terlalu singkat
- Durasi obat terlalu lama
- Interaksi obat terjadi karena hasil reaksi toksik produk obat
- Dosis obat diberikan terlalu cepat
Dosis terlalu rendah (dosage too low)
Adverse drug reactions
Dosis terlalu tinggi (dosage too high)
Kepatuhan pasien (compliance)
- Pasien tidak mengetahui instruksi pemakaian atau penggunaannya.
- Pasien memilih untuk tidak menggunakan obat.
- Pasien lupa untuk memakai obat. >Harga obat yang terlalu mahal bagi pasien.
- Pasien tidak dapat menelan atau memakai sendiri obat secara tepat.
- Obat tidak tersedia bagi pasien
B. Geriatri
Pasien geriatri merupakan pasien dengan usia 60 tahun keatas, yang memiliki beberapa karakteristik yaitu menderita beberapa penyakit akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani, dan sering disertai masalah psikososial. Menurut Undang-undang no. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia Bab 1
pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Pengobatan pada pasien geriatri dikenal dengan adanya polifarmasi, dimana obat yang diberikan bagi pasien geriatri ini sangat banyak padahal pada pasien ini fungsi tubuhnya sudah tidak terlalu baik. Dalam petunjuk khusus ISO (Informasi Spesialite Obat) edisi ke 44 terdapat beberapa petunjuk bagaimana memilihkan obat bagi pasien yang usia lanjut mengingat banyaknya obat dan rumitnya rejimen pemberiaan obat dimana kemampuan kognitif dan fisiknya sudah mengalami penurunan menjadi tidak patuh dengan pengobatan yang ada.
Pertimbangan pemberian terapi bagi pasien geriatri antara lain dengan: 1. membatasi jenis obat, 2. mengenali obat-obat yang akan diberikan baik dari sisi farmakodinamika maupun farmakokinetiknya,
3. dosis awal umumnya dimulai dengan 50% dari dosis dewasa muda, kemudian dosis ditingkatkan sesuai respon, 4. melakukan evaluasi secara berkala mengenai obat-obat yang digunakan dalam jangka waktu yang lama, apakah perlu penyesuaian rejimen atau menghentikan penggunaan obat tersebut,
5. tidak mengobati setiap gejala yang muncul, 6. menyederhanakan rejimen yaitu dengan memberikan obat sesuai dengan indikasinya saja dan diusahakan dengan frekuensi penggunaan sekali atau dua kali sehari,
7. memberi penandaan yang jelas pada label wadah obat dan hindari singkatan yang tidak dimengerti, 8. memberikan informasi yang jelas dan dapat dipahami oleh pasien (Anonim, 2009c).
C. Diabetes Melitus
1. Definisi
Menurut American Diabetes Association 2009, Diabetes adalah penyakit kronik yang membutuhkan perawatan medis secara berkelanjutan dan edukasi bagi pasien untuk mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.
2.Klasifikasi
Berdasarkan etiologi, DM dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Diabetes Melitus Tipe 1 ini sering disebut dengan IDDM (Insulin Dependent
Diabetes Melitus ) merupakan penyakit autoimun yang dikarakteristik dengan
rusaknya sel β-pankreas. Oleh karena itu, terjadi kekurangan insulin (Wens,
Sunaert, Nobels, 2005). Pada Diabetes tipe ini, lebih dari 90% terjadi kerusakan autoimun pada sel beta pankreas dan 10% terjadi karena idiopatik (Triplitt, Reasner, 2005).
b. Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita DM Tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes, umumnya berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-anak populasinya meningkat (Anonim, 2005b).
c. Diabetes Melitus Gestasional merupakan keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara.
d. Pra-Diabetes merupakan kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan ke dalam diabetes tipe 2 (Anonim 2005a). Terdapat dua kondisi pasien pra-diabetes, yaitu IFG (Impaired Fasting
Glucose ) dan IGT (Impaired Glucose Tolerance) atau disebut TGT (Toleransi Glukosa Terganggu).
TGT merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang pada uji toleransi glukosa berada di atas normal tetapi tidak cukup tinggi gula darah puasa 100-125mg/dL, sedangkan IGT jika kadar glukosa darah seseorang 2 jam setelah mengkonsumsi 75 gram glukosa per oral berada diantara 140-199 mg/dl.
3. Patogenesis Jika membicarakan patogenesis dari DM, tidak lepas dari organ pankreas.
Pankreas merupakan salah satu organ dalam sistem pencernaan. Pankreas menempel pada duodenum (usus 12 jari), bagian atas dari usus halus. Pankreas memiliki dua fungsi yaitu menghasilkan enzim pencernaan untuk memecah makanan dan mengontrol hormon insulin dan glukagon untuk mengontrol gula dalam tubuh (Anonim, 2003).
Gambar 1. Organ Pankreas (Anonim, 2009e)
Gambar 2. Mekanisme Hormon Insulin dan Glukagon (DA, 2007)
Fungsi utama hormon insulin dalam menurunkan kadar gula darah secara alami dengan cara meningkatkan jumlah gula yang disimpan di dalam hati, merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula dan mencegah hati mengeluarkan terlalu banyak gula (DA, 2007).
Ketika glukosa masuk kedalam darah, kadar glukosa darah yang meningkat akan merangsang sel beta pankreas untuk melepaskan insulin. Insulin menekan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan ambilan glukosa di otot dan jaringan lemak sehingga kadar glukosa didalam darah menurun.
Glukagon juga berperan mengatur glukosa darah, bila glukosa didalam darah turun maka sel alfa pankreas akan melepaskan glukagon. Glukagon merangsang produksi glukosa hati dan melepaskan kedalam sirkulasi sehingga
Pada Diabetes Melitus, kadar insulin yang rendah maupun tidak adanya insulin membuat sel tidak mampu menyerap glukosa.
a. Diabetes Melitus Tipe 1, pada Diabetes tipe ini (Diabetes Melitus Tergantung Insulin), tubuh hanya memproduksi sedikit sekali insulin atau tidak sama sekali. Diabetes Tipe I disebabkan oleh adanya penyakit autoimun. Sistem imun menyerang dan merusak sel-sel beta pada pankreas yang memproduksi insulin.
Gambar 3. Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 1 (Anonim, 2009a)
b. Diabetes Melitus Tipe 2 terjadi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal.
Patogenesis timbulnya Diabetes Melitus Tipe 2 disebabkan karena: 1) predisposisi genetik, genetik mempunyai pengaruh dalam terjadinya DM tipe
2. Faktor genetik yang berpengaruh adalah masalah obesitas. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap mencit dan tikus, didapatkan hubungan antara gen-gen yang bertanggung jawab terhadap obesitas dengan gen-gen yang merupakan faktor predisposisi untuk DM tipe 2.
2) resistensi insulin, terjadinya DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Salah satu penyebab resistensi insulin adalah obesitas. Simpanan adiposa yang tinggi pada orang gemuk mengaktifkan paling tidak salah satu enzim, yaitu lipoprotein lipase yang meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah. Konsentrasi tinggi asam lemak bebas menstimulasi pelepasan sitokin seperti TNF-
α (tumor necrosis factor- alpha ) yang memicu resistensi insulin (Siswono, 2002).
3) gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan, sel- sel β kelenjar pankreas mensekresi insulin dalam dua fase. Fase pertama sekresi insulin terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah, sedangkan sekresi fase kedua terjadi sekitar 20 menit sesudahnya.
Awal perkembangan DM Tipe 2, sel-sel β menunjukkan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan penyakit yang terjadi secara progresif, yang seringkali akan mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen (Anonim, 2005a).
4. Epidemiologi
Pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 150 juta orang di dunia mengidap Diabetes Melitus (DM). Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2005, dan sebagian besar peningkatan itu akan terjadi di negara- negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Dengan jumlah penduduk sekitar 200 juta jiwa, berarti lebih kurang 3-5 juta penduduk Indonesia menderita DM. Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta jiwa. Pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita. Namun berdasarkan survei WHO, jumlah pasien DM di Indonesia sekitar 17 juta orang (8,6 persen dari jumlah penduduk) atau menduduki urutan keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat.
International Diabetic Federation (IDF) mengestimasikan bahwa jumlah
penduduk Indonesia yang berusia 20 tahun keatas yang menderita DM sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001 dan akan meningkat menjadi 8,2 juta pada 2020, sedangkan survei Depkes 2001 terdapat 7,5 persen penduduk Jawa dan Bali menderita DM. Data Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah penderita DM menjalani rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien penyakit dalam (Anonim, 2005a).
5. Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu: a. Pertama, jika terdapat keluhan polifagia, polidipsi dan poliuria serta kadar glukosa puasa ≥126 mg/dl.
b. jika keluhan klasik (polifagia, poliuria, polidipsi) ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
c. Ketiga dengan TTGO. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥200mg/dl.
TTGO dilakukan dengan standar WHO yaitu dengan menggunakan glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air (ADA, 2009).
6. Komplikasi Diabetes Melitus
Terdapat dua jenis komplikasi dalam DM, yaitu komplikasi akut dan menahun. Yang termasuk dalam komplikasi akut antara lain ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik, dan hipoglikemia
Komplikasi menahun terdiri atas makroangiopati, mikroangiopati dan neuropati. Yang termasuk makroangiopati adalah pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak. Pada mikroangiopati terdiri dari nefropati dan retinopati diabetik (Anonim, 2006a).
Salah satu komplikasi pada DM adalah kardiovaskuler. Kardiovaskuler dapat menyebabkan keparahan dan kematian pada pasien penderita DM. Faktor penelitian menyatakan bahwa dengan mengontrol faktor risiko penyakit kardiovaskuler dapat mencegah ataupun memperlambat terjadinya penyakit kardiovaskuler pada penderita DM (ADA, 2009). Selain pengobatan terhadap tingginya kadar glukosa darah, pengendalian berat badan, tekanan darah, profil lipid dalam darah serta pemberian antiplatelet dapat menurunkan risiko timbulnya kelainan kardiovaskular pada penyandang diabetes (Anonim, 2006a).
a. Hipertensi pada diabetes Tekanan darah harus selalu diukur saat pasien datang untuk memeriksakan diri. Indikasi pengobatan TD sistolik >130 mmHg dan/atau TD diastolik >80 mmHg. Penatalaksanaan dapat dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi. Secara non farmakologi antara lain dengan menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan merokok dan alkohol. Penatalaksanaan secara farmakologi yang dapat digunakan antara lain penghambat ACE, penyekat reseptor angiotensin II, penyekat reseptor beta selektif, diuretik dosis rendah, penghambat reseptor alfa dan antagonis kalsium
b. Dislipidemia pada diabetes Diperlukan pemeriksaan profil lipid pada saat diagnosis diabetes ditegakkan. Pada pasien dewasa pemeriksaan profil lipid sedikitnya dilakukan setahun sekali dan bila dianggap perlu dapat dilakukan lebih sering. Pasien yang pemeriksaan profil lipid menunjukkan hasil yang baik (LDL<100mg/dL; HDL>50 mg/dL (laki-laki >40 mg/dL, wanita >50 mg/dL); trigliserida <150 mg/dL) (Anonim, 2006a), pemeriksaan profil lipid dapat dilakukan 2 tahun sekali (ADA, c. Gangguan koagulasi pada diabetes Terapi aspirin 75-160 mg/hari digunakan sebagai strategi pencegahan primer pada penyandang diabetes tipe 2 yang merupakan faktor risiko kardiovaskular, termasuk pasien dengan usia >40 tahun yang memiliki riwayat keluarga penyakit kardiovaskular dan kebiasaan merokok, menderita hipertensi, dislipidemia, atau albuminuria (ADA, 2009). Untuk pasien yang alergi dengan aspirin dapat menggunakan clopidogrel untuk terapi.
7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
a. Outcome , tujuan dan sasaran terapi Outcome: menghambat/ mencegah keparahan yang ditimbulkan oleh
Diabetes Melitus. Tujuan dari penatalaksanaan terapi antara lain mengurangi progresivitas komplikasi makrovaskuler dan vaskuler, mengurangi mortalitas, meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan kadar glukosa darah pada kondisi normal (Priyanto, 2009).
Sasaran terapi DM adalah keseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen, komplikasi, kadar gula darah, organ-organ darah, dan pola hidup (Triplitt, Reasner, 2005).
b. Terapi 1) Non Farmakologi
a) Edukasi, dilakukan dengan tujuan untuk promosi hidup sehat. Edukasi perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan b) Pengaturan diet, diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Selain itu, diperhatikan pula jumlah kalori yang disesuaikan dengan status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik dimana kegiatan ini bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Dalam “Pharmaceutical Care untuk penyakit Diabetes Melitus”, dibuktikan bahwa penurunan berat badan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel
β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup. Masukan kolesterol diperlukan namun tidak boleh melebihi dari 300 mg per hari.
c) Aktivitas olahraga, olahraga yang diharapkan untuk penderita Diabetes adalah olahraga yang ringan namun dilakukan dengan teratur. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance Training ). Olahraga yang diharapkan adalah jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya.
2) Farmakologi Dalam menejemen terapi DM, digunakan OHO (Obat Hipoglikemik Oral) dan insulin.
D. Obat Hipoglikemik Oral
1. Penggolongan obat hipoglikemik oral
Gambar 5. Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral Beserta Tempat Aksi (Anonim, 2007)
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu: a. obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin), b. sensitiser insulin yaitu obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin sehingga dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif, meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion, c. penghambat glukoneogenesis, yaitu metformin golongan biguanida (Anonim, d. penghambat absorbsi glukosa, antara lain inhibitor α -glukosidase yang bekerja menghambat absorpsi glukosa (Anonim, 2005b).
a. Golongan sulfonilurea. Obat dengan golongan sulfonilurea digunakan dalam meningkatkan sekresi insulin (Triplitt, Reasner, 2005), selain itu dapat meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin dan menurunkan sekresi glukagon (Priyanto, 2009). Dalam tubuh, sulfonilurea akan terikat pada reseptor spesifik sulfonilurea pada sel beta pankreas. Ikatan tersebut menyebabkan berkurangnya asupan kalsium sehingga terjadi depolarisasi
2+ 2+
membran. Kemudian kanal Ca terbuka dan memungkinkan ion-ion Ca
2+
masuk sehingga terjadi peningkatan kadar Ca di dalam sel. Peningkatan tersebut menyebabkan translokasi sekresi insulin ke permukaan sel. Insulin yang telah terbentuk akan diangkut dari pankreas melalui pembuluh vena untuk beredar ke seluruh tubuh (Triplitt, Reasner, 2005).
Gambar 6. Mekanisme Aksi Golongan Sulfonilurea (Allan, 2008)