BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian.
Kerbau adalah binatang memamah  biak yang  menjadi  ternak  bagi  banyak bangsa di dunia, terutama Asia. Hewan ini adalah domestikasi dari kerbau liar orang
India  menyebutnya arni  yang  masih  dapat  ditemukan  di  daerah-daerah Pakistan, India, Bangladesh, Nepal, Bhutan, Vietnam, Cina, Filipina, Taiwan,Indones
ia  dan Thailand.  Kerbau  di  dunia  populasinya  sekitar  158  juta  ekor  dan  Asia  adalah tempat  asal  kerbau,  97  dari  populasi  kerbau  di  dunia  terdapat  di  Asia,  sehingga
dapat dikatakan bahwa kerbau adalah ternak Asia FAO, 2000. Di Indonesia, populasi kerbau tahun 2008 berjumlah 2,2 juta ekor, dimana lebih
dari  setengahnya  51  berada  di  Pulau  Sumatera.  Tiga  propinsi  dengan  jumlah populasi  kerbau  terbanyak  adalah  Nanggroe  Aceh  Darussalam  410,5  ribu  ekor,
Sumatera Barat 197,3 ribu ekor dan Sumatera Utara 189,2 ribu ekor. Selama lima tahun  terakhir  2004-2008  populasi  kerbau  naik  turun  dan  cenderung  mengalami
penurunan sekitar 8,8 Direktorat Jenderal Peternakan, 2008. Populasi  kerbau  di  Kabupaten  Jembrana  tercatat  pada  tahun  2012  berjumlah
456 ekor kerbau jantan yang terdiri atas 184 ekor di Kecamatan Melaya, 123 ekor di Kecamatan  Negara,  68  ekor  di  Kecamatan  Jembrana,  74  ekor  di  Kecamatan
Mendoyo,  dan  7  ekor  di  Kecamatan  Pekutatan  Dinas  Peternakan  Kabupaten Jembrana, 2012.
Kerbau  rawa  atau  kerbau  lumpur  Bubalus  bubalis  merupakan  hewan  ternak yang cukup potensial dikembangkan di daerah pertanian. Tujuan utama pemeliharaan
kerbau  sebagai  hewan  ternak  adalah  sebagai  hewan  kerja  di  samping  sebagai penghasil  daging.  Pemakaian  kerbau  sebagai  hewan  kerja  dalam  pengolahan  lahan
pertanian perannya cukup besar bagi usaha pertanian  yang diusahakan. Pemanfaatan jasa  hewan  ternak  kerbau  sebagai  sumber  tenaga  kerja  tidak  hanya  terbatas  untuk
pengolahan  lahan  pertanian,  tetapi  mempunyai  peluang  untuk  dimanfaatkan  sebagai sarana rekreasi Sumadi et al., 1992.
Suatu  keunikan  terdapat  di  Kabupaten  Jembrana  adalah  bahwa  kerbau  juga dimanfaatkan  sebagai  sarana  hiburan  yang  mempunyai  daya  tarik  bagi  wisatawan.
Kerbau  secara  berpasangan  menarik  cikar  kemudian  di  adu  lari  cepat  dengan pasangan-pasangan kerbau yang lain. Peristiwa adu lari cepat pasangan kerbau jantan
tersebut dinamakan  makepung. Pelaksanaan adu  makepung  biasanya dilakukan pada musim  kemarau  atau  setelah  panen  padi  di  sawah,  dengan  dibentuk  organisasi
makepung  yang  terdiri  dari  dua  kelompok  yang  diberi  nama “Blok  Barat”  dari
Kecamatan Melaya sampai Kecamatan Negara dengan lambang bendera warna hijau dan  “Blok  Timur”  dari  Kecamatan  Jembrana  sampai  Kecamatan  Pekutatan  dengan
lambang  bendera  warna  merah  dengan  batasan  wilayah  pada  “Tukad  Ijo  gading”. Pelaksanaan makepung ini dimulai kisaran bulan Juli sampai Oktober, baik itu berupa
latihan,  pertandingan  persahabatan,  perebutan  piala  Bupati  Bupati  cup,  maupun perebutan  piala  Gubernur  Gubernur  cup.  Masyarakat  di  kabupaten  Jembrana  lebih
dominan  memiliki  kerbau  jantan  daripada  kerbau  betina,  itu  menunjukkan  bahwa masyarakat  di  kabupaten  Jembrana  menggunakan  kerbau  makepung  yang  di  dapat
bukan  dari  indukan  sendiri,  kerbau  yang  digunakan  merupakan  kerbau  yang didatangkan dari  luar Bali untuk dilatih dan dipersiapkan sebagai kerbau acuan atau
kerbau makepung IGNB Rai Mulyawan, Wawancara Pribadi, 2014. Menurut  IGNB  Rai  Mulyawan  Wawancara  Pribadi,  2014  panjang  kaki
kerbau  lumpur  pada  populasi  kerbau  makepung  di  Kabupaten  Jembrana  sangat mempengaruhi kerbau untuk memiliki kemampuan berlari yang sangat cepat. Dengan
memiliki  kaki  depan  dan  kaki  belakang  yang  panjang  dan  juga  panjang  kaki  sesuai dengan  besar tubuh kerbau,  maka kerbau tersebut  memiliki  langkah kaki  yang  lebih
jauh dibanding kerbau lain, dengan begitu kerbau tersebut akan memiliki kemampuan berlari sangat cepat. Pemilihan berdasarkan hal tersebut diyakini akan mempengaruhi
performa kerbau lumpur saat makepung. Sehingga sangat besar peluang panjang kaki tehadap  pemilihan  kerbau  lumpur  yang  dibeli  kemudian  dipelihara  di  Kabupaten
Jembrana Bali. Berdasarkan  hal  tersebut  diatas,  peneliti  sangat  tertarik  untuk  meneliti  variasi
panjang  kaki  kerbau  lumpur  yang  digunakan  makepung  di  Kabupaten  Jembrana  di wilayah Blok Barat dan Blok Timur. Saat ini belum tersedianya kajian tentang variasi
morfometri panjang kaki kerbau yang digunakan  makepung di Kabupaten Jembrana. Berdasarkan  informasi  tersebut,  maka  dilakukan  penelitian  variasi  panjang  kaki
kerbau  lumpur  yang  digunakan  untuk  makepung  di  Kabupaten  Jembrana  Bali.
Penelitian yang dilakukan adalah panjang kaki depan mulai dari Os. Humerus sampai Os.  Metacarpal  dan  panjang  kaki  belakang  mulai  dari  Os.  Tibia  sampai  Os.
Metatarsal.  Menurut  I  Komang  Suardita  Wawancara  pribadi,  2014  kesan  panjang kaki  ditampakkan  dari  tinggi  badan  mulai  dari  permukaan  tanah  sampai  permukaan
batas  badan  kerbau,  karena  bagian  kaki  yang  lain  melekat  dibadan  kerbau.  Maka dilakukan  penelitian  kaki  depan  dimulai  dari  panjang  kaki  depan  atas  scapula-
humeri  sampai  carpi-antebracii,  kaki  depan  bawah  carpi-antebracii  sampai metacarpi-phalangeal,  dan  panjang  kaki  belakang  atas  femur-tibia  sampai  tarso-
tibia, kaki belakang bawah tarso-tibia sampai metatarsi-phalangeal.
1.2 Rumusan Masalah