Strategi The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung

(1)

v By:

Pradita Octavian NIM: 41806021 This thesis under guidance of: Desayu Eka Surya. S.Sos, M.Si

This study aims to determine the strategy of The Original Viking Fanshop through promotion Bus Original Viking Fans Mobile Store in Bandung Persib increase merchandise sales. To answer these strategies, the researchers picked up sub focus objectives, plans, activities, messages and media to measure the focus of research.

Research approach is qualitative, descriptive research method (descriptive reaserch). Data collection of research conducted with in-depth interviews and direct observation of spaciousness, the study of literature, Internet searching, and documentation. Informants in this study were six people who know about the campaign bus of The Original Viking Fans Mobile Store is performed by The Original Viking Fanshop. The technique used was purposive sampling (sampling technique aims) where samples were taken with the consideration in accordance with the purpose of research. Before conducting interviews, researchers first set of interview questions in accordance with what will be studied. Answers obtained from the interviews was analyzed and discussed in the discussion.

The result showed that The Original Viking Fanshop have a goal that had been planned through the promotion Bus The Original Viking Fans Mobile Store in Bandung Persib increase merchandise sales. In its activities, The Original Viking Fanshop generate a positive image of the community for them. Messages in the campaign through the Bus The Original Viking Fans Mobile Store has a formal style of the messages and have 2 forms of message that is persuasive and informative. The medium used was effective in the promotion conducted by The Original Viking Fanshop.

Conclusion This study shows that the strategy undertaken by The Original Viking Bus Fanshop through the promotion of The Original Viking Fans Mobile Store can not be separated from the goals, plans, activities, messages, and also the media used or used to achieve an end goal of improving sales of merchandise Persib Bandung.

Suggestions on this research for The Original Viking Fanshop is more innovating to goods produced. It means creating new things in producing the goods will be sold to consumers so as to further strengthen the increase in terms of revenue.


(2)

(3)

Pradita Octavian NIM: 41806021

Skripsi ini dibawah bimbingan, Desayu Eka Surya. S.Sos, M.si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi The Original Viking Fanshop melalui promosi Bus Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung. Untuk menjawab strategi tersebut maka peneliti mengangkat sub fokus tujuan, rencana, kegiatan, pesan, dan media untuk mengukur fokus penelitian.

Pendekatan penelitian adalah kualitatif, metode penelitian adalah deskriptif (descriptive reaserch). Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi langsung kelapangan, studi literature, internet searching, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah enam orang yang mengetahui tentang adanya promosi bus The Original Viking Fans Mobile Store yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling (teknik sampel bertujuan) dimana sampel diambil dengan melalui pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu menyusun pertanyaan wawancara sesuai dengan apa yang akan diteliti. Jawaban yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dianalisis dan dibahas pada pembahasan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa The Original Viking Fanshop memiliki tujuan yang sebelumnya telah direncakan melalui promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung. Dalam kegiatannya, The Original Viking Fanshop menghasilkan citra positif dari masyarakat untuk mereka. Pesan didalam promosi melalui Bus The Original Viking Fans Mobile Store memiliki gaya pesan yang formal dan memiliki 2 bentuk pesan yaitu persuasif dan informatif. Media yang digunakan pun efektif dalam promosi yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop.

Kesimpulan penelitian ini memperlihatkan bahwa strategi yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store tidak terlepas dari tujuan, rencana, kegiatan, pesan, dan juga media yang dipakai atau digunakan untuk mencapai suatu tujuan akhir yaitu meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung.

Saran pada penelitian ini untuk The Original Viking Fanshop adalah lebih berinovasi terhadap barang yang diproduksinya. Artinya menciptakan hal-hal baru dalam memproduksi barang-barang yang akan dijual kepada konsumen sehingga dapat lebih memperkuat peningkatan dalam segi pendapatan.


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Kelompok merupakan agregat sosial dimana anggotanya yang saling tergantung satu sama lain dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain. Kelompok juga tidak bisa terlepas dari unsur-unsur berupa keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dengan menyatukan sebuah visi dan misi dari setiap individu yang ada didalam sebuah kelompok maka akan tercapailah sebuah tujuan yang telah ditetapkan oleh kelompok tersebut. Suatu kelompok dapat terbentuk karena terdapatnya suatu dorongan dari individu-individu yang ada yang menyebabkan terjadinya interaksi yang memiliki arah tujuan yang sama.

Kehidupan berkelompok memang cukup sulit karena adanya perbedaan dalam kelompok tersebut. Tetapi dengan adanya tujuan yang sama, maka kehidupan berkelompokpun diyakini akan berjalan dengan baik karena adanya suatu tujuan yang telah ditetapkan dari awal. Dalam setiap kelompok, biasanya orang yang banyak cenderung muncul sebagai pemimpin. Pemimpin kelompok adalah orang yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku dan keyakinan kelompok. Seorang memimpin tugas mengarahkan diri ada tercapainya tujuan


(5)

kelompok. Begitu pun juga dengan kelompok supoter sepakbola yang saat ini semakin berkembang dengan cukup pesat baik didunia maupun di negeri sendiri. Karena mereka pun memiliki tujuan bersama yaitu selalu mendukung tim kesayangan mereka di pentas persepak bolaan tanah air Indonesia.

Dengan berdirinya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia di Yogyakarta yang diketuai oleh Soeratin Sosrosoegondo. Kini sepak bola di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dari segi management klub maupun dari skill individu pemain-pemain yang berlaga di Indonesia. Tapi dari itu semua ada aspek yang sangat penting dalam menjadikan setiap pertandingan sepak bola ramai di dalam stadion, yaitu suporter. Jika tidak ada suporter, maka pertandingan yang di selenggarakan pun menjadi kurang menarik. Selain itu juga, faktor suporterlah yang bisa menaikan mental dan juga kepercayaan diri pemain menjadi semakin termotivasi untuk memenangkan pertandingan.

Suporter merupakan elemen yang sangat penting dalam pertandingan sepak bola. Menurut Anung Handoko ( 2008 : 14 ) yang membagi penonton menjadi 2 golongan. Yang pertama adalah penonton murni, penonton yang ingin menikmati permainan cantik saja dan tidak pedulu tim mana pun. Kedua adalah penonton yang berpihak pada tim tertentu. Yang kedua inilah kemudian disebut dengan istilah khusus supporters.


(6)

Salah satu kelompok suporter terbesar di negeri ini yaitu VIKING dari PERSIB BANDUNG yang telah terbentuk pada tahun 1993 yang memiliki jumlah anggota lebih dari 1000 orang yang tersebar diseluruh Jawa Barat khususnya kota Bandung. Dalam kelompok ini menunjukan bagaimana individu-individu tersebut mampu menjalin interaksi yang menetapkan tujuan, visi, dan misi yang sama dalam sebuah wadah kelompok supporter VIKING.

Kelompok adalah suatu kolektif yang terdiri atas berbagai organisme dimana eksistensi semua anggota sangat penting untuk memuaskan berbagai kebutuhan individu. Artinya, kelompok merupakan suatu alat untuk mendapatkan berbagai kebutuhan individu. Individu menjadi milik kelompok karena mereka mendapatkan berbagai kepuasan sebaik mungkin melalui organisasi yang tidak dengan mudah mereka dapatkan melalui cara lainnya (Cartwright & Zander, 1971: 20).

Dari definisi diatas VIKING pun menunjukan sebuah kelompok dengan kolektifitas dari setiap individunya untuk memuaskan berbagai kebutuhan dari setiap anggota yang terdapat didalamnya. Kebutuhan disini adalah tuntutan yang muncul karena adanya keinginan untuk mencapai hasil maksimal dari apa yang telah dilakukan oleh para anggota VIKING yang ingin total dalam memberikan dukungan kepada tim kesayangan mereka.

Selain itu juga anggota Viking ingin menjadikan diri mereka memiliki identitas melalui sebuah attribute yang memilki ciri yang khas untuk


(7)

menjadi pembeda dengan kelompok supporter yang lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan dari para anggota Viking, maka disepakatilah untuk membentuk sebuah fanshop yang menjual berbagai macam merchandise Persib Bandung yaitu The Original Viking Fanshop.

The Original Viking Fanshop selain sebagai tempat pemuas kebutuhan dari setiap anggotanya untuk mendukung Persib Bandung, The Original Viking Fanshop juga merupakan wadah atau tempat untuk menampung para anggotanya yang kreatif dalam bidang desain baju, syal, dan merchandise lainnya. The Original Viking Fanshop merupakan fanshop pertama yang menyediakan perlengkapan bagi para pendukung Persib Bandung. Selain itu juga The Original Viking Fanshop adalah pencetus pertama bagi para kelompok suporter lain yang ada di Indonesia untuk membentuk fanshop. The Original Viking Fanshop berada di jalan Banda no. 9.

The Original Viking Fanshop berdiri sejak 5 tahun yang lalu yaitu pada tanggal 21 Januari 2005 di Bandung. The Original Viking Fanshop merupakan pengembangan dari VIKING dalam bidang barang dan jasa yang di Ketuai oleh Heru Joko. Heru Joko adalah Ketua Umum dari Viking dan untuk memanage fanshop itu sendiri, Heru Joko dan juga para pengurus Viking lainnya sepakat untuk memilih seorang GM ( General Manager ) untuk mengelola fanshop tersebut. Beliau adalah salah satu dari kepengurusan dari Viking yaitu Firman.


(8)

The Original Viking Fanshop berdiri karena adanya rasa ingin mendukung penuh tim yang mereka dukung yaitu Persib Bandung melalui attribute sehingga mereka dapat total dan bangga akan tim yang mereka dukung. Selain itu juga, karena peluang yang mereka dapatkan dalam hal bisnis bisa berdampak pada pencitraan terhadap Viking sebagai kelompok supporter yang kreatif dan juga Persib Bandung yang memiliki bobotoh yang selalu mendukung secara total. The Original Viking Fanshop dipelopori oleh Ketua Umum Viking yang melihat bahwa dibutuhkannya sebuah wadah untuk memberikan kemudahan mendapatkan attribute dan juga merchandise Persib Bandung dengan harga yang terjangkau tetapi memiliki kualitas yang bagus sehingga para konsumen mendapatkan kepuasan tersendiri dari apa yang mereka dapatkan di fanshop tersebut.

Dengan management yang baik, The Original Viking Fanshop mampu menghasilkan kualitas barang terbaik dengan harga yang terjangkau oleh berbagi kalangan sehingga dari waktu ke waktu fanshop tersebut dapat berkembang dengan cukup pesat sampai keluar Bandung. Tetapi karena The Original Viking Fanshop hanya diam ditempat, itu semua tidak cukup untuk memenuhi hasrat dari para anggota Viking yang berada diluar Bandung yang menginginkan kebutuhan yang sama. Ini semua terjadi karena perkembangan Persib sendiri yang menjadi salah satu icon Jawa Barat pada umumnya dan juga perkembangan Persib yang menjadi salah satu klub elite terbesar yang bermain di kasta tertinggi sepak bola nasional. Maka dengan perkembangan dari klub yang mereka dukung tersebut,


(9)

pendukung Persib pun kini banyak yang berasal dari luar kota Bandung. Seperti Subang, Sumedang, Cianjur, dan kota-kota lainnya yang berada di Jawa Barat. Karena jarak dan waktulah sehingga para pendukung Persib yang berada diluar Bandung merasa tidak puas akan adanya fanshop tersebut. Untuk mensiasati dari ketidakpuasan para konsumen yang berda diluar kota Bandung, The Original Viking Fanshop akhirnya merancang sebuah terobosan baru yang dapat memuaskan para konsumen tersebut, yaitu dengan memunculkan sebuah bus yang di desaign khusus untuk menjual merchandise dari Persib Bandung dan bus tersebut diberi nama The Original Viking Fans Mobile Store. Dengan adanya The Original Viking Mobile Fans Store dalam mengembangkan fanshop yang telah ada, menjadikan The Original Viking Fanshop dapat memenuhi semua keinginan dari para bobotoh Persib yang berada di luar Bandung.

The Original Viking Fans Mobile Store ini dibuat agar para pendukung Persib yang berada diluar Bandung, tidak susah untuk membeli merchandise Persib yang disediakan oleh The Original Viking Fanshop. Karena bus ini tidak hanya diam ditempat bahkan bus ini selalu keluar kota Bandung untuk memperjualkan barang yang telah mereka produksi. Walaupun bus ini melakukan cara penjualan secara mobile, mereka tetap saja memiliki lahan untuk menjual produk mereka sendiri. Dan bus ini semakin menjadi terkenal, selain karena produk yang mereka tawarkan saja tetapi karena bus ini mempunyai desaign yang dapat menarik perhatian konsumen untuk dapat masuk kedalam bus tersebut.


(10)

Barang-barang ataupun merchandise yang mereka jual, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan apa yang di jual di The Original Viking Fanshop. Seperti kaos, kemeja, pin, syal, dan merchandise Persib lainnya.

Walaupun The Original Viking Fanshop berhasil dengan bus The Original Viking Fans Mobile Store nya, bukan berarti mereka tidak memilki pesaing dalam hal bisnis ini. Sebenarnya selain The Original Viking Fanshop, ada juga Holligan yang sama-sama bergerak dalam bisnis menjual merchandise Persib Bandung. Dan seperti The Original Viking Fanshop, Holligan pun memiliki bus untuk melakukan kegiatan pemasaran mereka. Yang membedakannya adalah jika The Original Viking Fanshop merupakan kepemilikan dari kelompok supporter Viking sedangkan Holligan merupakan kepemilikan tunggal atau perorangan. Selain itu juga sekarang muncul banyaknya toko-toko olahraga yang menjual merchandise Persib Bandung karena melihat peluang yang besar dalam bisnis tersebut.

Dalam memperkenalkan produk-produk yang dibuat, The Original Viking Persib Fanshop membuat sebuah kegiatan promosi yang bertujuan mempermudah para bobotoh dan juga para anggota Viking yang berada diluar Bandung untuk bisa mendapatkan produk yang telah disediakan dengan membuat terobosan baru yaitu melalui bus The Original Viking Fans Mobile Store yang digunakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan yang kuat dari para konsumen. Konsep promosi yang


(11)

digunakan melalui bus ini adalah agar para anggota maupun masyarakat pendukung Persib di luar Bandung bisa membeli produk barang yang dijajakan. Dan dalam penjualan di setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Promosi menurut Swatsha(1984:237) adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Promosi pun dapat diartikan sebagai sebuah kombinasi dari berbagai tahapan untuk mencapai suatu tujuan dari pemasaran yaitu di mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pemasaran, dan evaluasi.

Promosi sendiri memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1. Mencari dan mendapatkan perhatian dari pembeli. Perhatian calon pembeli harus diperoleh, karena nmerupakan titik awal dari proses keputusan didalam membeli barang dan jasa.

2. Menciptakan dan menumbuhkan interest pada diri calon pembeli. Perhatian yang sudah diberikan oleh seseorang mungkin akan dilanjutkan pada tahap berikutnya atau mungkin berhenti. Yang dimaksud dengan tahap berikutnya ini adalah timbulnya rasa tertarik dan rasa tertarik ini yang akan menjadi fungsi utama dari promosi.

3. Pengembangan rasa ingin tahu (desire) calon pembeli untuk membeli barang yang ditawarkan. Hal ini merupakan kelanjutan


(12)

dari tahap sebelumnya. Setelah seseorang tertarik pada sesuatu, maka timbul rasa ingin memilikinya. Bagi calon pembeli merasa mampu (dalam hal harga, cara pemakaiannya, dan sebagainya) maka rasa ingin memilikinya ini semakin besar dan dan diikuti oleh suatu keputusan untuk membeli.

Promosi sebenarnya masuk kedalam bentuk komunikasi. Karena didalam sebuah promosi ada unsur-unsur komunikasi yang memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Didalam hal ini adalah untuk meningkatkan penjualan produk yang diperdagangkan.

Kotler menyebutkan bahwa marketing mix terdiri dari produk, harga, promosi, dan ditribusi ( product, price, promotion, dan place ), atau yang biasa dikenal dengan istilah „ Four of P’s „. Dan salah satu dari konsep tersebut menunjang The Original Viking Persib Fanshop dalam memperoleh konsumen yang lebih banyak dibandingkan dengan toko yang menjual merchandise Persib Bandung.

Dalam menghadapi persaingan dagang yang begitu ketat dengan beberapa toko ataupun fanshop yang menjual merchandise Persib Bandung, The Original Viking Fanshop memiliki strategi agar dapat terus bersaing secara sehat dalam bergerak dibidang ini. Strategi yang dilakukan adalah upaya untuk menarik pelanggan baru dan mengikat pelanggan yang lama. The Original Viking Fanshop memahami betul proses pengembangan pelanggan yang akhirnya dapat menetukan suspect yaitu


(13)

semua orang yang mungkin membeli produk atau jasa mereka. Dari suspect tersebut berujung kepada prospek, yaitu orang-orang yang memilki minat kuat dan kemampuan untuk membeli produk. Di sini pun diperlukan adanya konsep pemasaran dan komunikasi yang efektif dan efisien. Di dalam kajian pemasaran, kegiatan promosi yang efektif dan efisien dapat dimasukan sebagai bagian dari bauran komunikasi pemasaran ( marketing communication mix ). Bauran komunikasi pemasaran merupakan penggabungan dari lima model komunikasi dalam pemasaran, yaitu : advertising, sales promotion, public relations, personal selling, dan direct selling.

Berbagai kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam pemasaran kini disebut komunikasi pemasaran. Suatu definisi yang sangat luas yaitu menurut AR. Bulaeng dalam bukunya Komunikasi Pemasaran mengemukakan bahwa “ Komunikasi pemasaran merupakan proses dialog yang berkelanjutan ( the continuing dialoge ) antara pembeli dan penjual dalam suatu tempat pemasaran ( marketplace ). Komunikasi pemasaran merupakan pertukaran informasi dua arah antara pihak atau lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran.” ( AR.Bulaeng, 2002 : 33 )

Sementara itu Sutisna menerangkan dalam bukunya komunikasi pemasaran dan mendefinisikan Komunikasi Pemasaran adalah Komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dengan penjual dan merupakan kegiatan yang membantu dalam


(14)

pengambilan keputusan dibidang pemasaran serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik. (Sutisna, 2002 : 257 )

Dari kedua definisi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa komunikasi pemasaran merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual, dan merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan dibidang pemasaran serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik.

Dengan banyaknya pesaing yang menjual merchandise Persib Bandung dan ketatnya persaingan dengan beberapa produksi ternama di Bandung sebut saja Vilour, Chioda, Joma dan toko-toko lain yang menjual merchandise Persib, The Original Viking Fanshop mempunyai rencana dan tujuan dalam bidang bisnis yang mereka jalani. Untuk menjalankan rencana dan tujuan yang akan The Original Viking Fanshop capai, sudah pasti akan adanya strategi dalam mencapai tujuan yang telah disepakati bersama sebelumnya dalam menjalankan kegiatan promosi tersebut. Tentu saja strategi yang dilaksanakan harus secara matang direncakan untuk tercapainya suatu tujuan dari kegiatan promosi tersebut.

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang ada diatas maka peneliti mengambil perumusan masalah yang dapat diambil adalah : “Bagaimana Strategi The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The


(15)

Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tujuan yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?

2. Bagaimana rencana yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?

3. Bagaimana kegiatan yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?

4. Bagaimana pesan yang disampaikan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?


(16)

5. Bagaimana media yang digunakan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?

6. Bagaimana strategi yang digunakan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang Strategi oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tujuan yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung.

2. Untuk mengetahui rencana yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans


(17)

Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung.

3. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjulan merchandise Persib Bandung.

4. Untuk mengetahui pesan yang disampaikan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung.

5. Untuk mengetahui media yang digunakan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung.

6. Untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung.


(18)

1.4Kegunaan penelitian 1.4.1 Kegunaan teoritis

Penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu komunikasi secara umum konsentrasi ilmu Humas. Secara khusus, yaitu sebagai wacana yang lebih mendalam mengenai komunikasi pemasaran. 1.4.2 Kegunaan praktis

1. Kegunaan bagi peneliti

Penlitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu, memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, khususnya dalam bidang promosi dan strategi komunikasi pemasaran.

2. Kegunaan bagi Universitas

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa UNIKOM secara umum dan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Humas secara khusus sebagai literatur terutama bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

3. Kegunaan bagi The Original Viking Fanshop

Penelitian ini berguna sebagai masukan, informasi, dan evaluasi terutama bagi The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung.


(19)

1.5Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teoritis

Pada penelitian yang dilakukan, maka variabel yang akan diukur adalah variabel strategi.

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya ilmu, teori, dan filsafat komunikasi mengatakan bahwa strategi pada hakikatnya adalah perencanaan ( planning ) dan manajemen ( management ) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.

Demikian pula strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai suatu tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan ( apparoach ) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi yang ada.

Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan public relations harus menyatu dengan visi dan misi organisasinya, yakni alasan organisasi atau perusahaan untuk tetap hidup. Dari sinilah seorang praktisi public relations dapat menetapkan objektifnya dan bekerja berdasarkan objektif tersebut. ( Effendy, 2003 : 300-301 )


(20)

Dari pendapat Onong Uchjana Effendy diatas, terlihat bahwa dalam pelaksanaan sebuah strategi tidak terlepas dari indikator Tujuan, Rencana, dan Manajemen Komunikasi yang didalamnya terdapat indikator Kegiatan, Pesan, dan Media.

Berikut adalah definisi dari indikator-indikator diatas berdasarkan kamus Besar Bahasa Indonesia :

1. Tujuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti arah, haluan (jurusan).

2. Rencana berarti rancangan, rangka sesuatu yang hendak dikerjakan, laporan pemberitaan, acara, program, artikel.

3. Kegiatan berati sesuatu hal yang dikerjakan, biasanya lebih dulu direncanakan.

4. Pesan berarti amanat yang disampaikan lewat orang lain, perintah atau nasihat yang tidak langsung (melalui perantara), perkataan yang terakhir dari orang yang hendak meninggal, wasiat, pesanan.

5. Media berarti sarana, alat, sarana komunikasi bagi masyarakat bisa berupa koran, majalah, tv, radio siaran, telepon, internet, dsb yang terletak diantara dua pihak perantara, penghubung. Maka dalam pelaksanaan kegiatan promosi yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui Bus The Original Viking Fans Mobile Store, indikator-indikator tersebut menjadi sebuah tolak ukur dan


(21)

pengembangan dari sebuah organisasi dalam meningkatkan penjualan produk mereka.

Promosi menurut Swatsha(1984:237) adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Promosi pun dapat diartikan sebagai sebuah kombinasi dari berbagai tahapan untuk mencapai suatu tujuan dari pemasaran yaitu di mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pemasaran, dan evaluasi.

Promosi sendiri memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1. Mencari dan mendapatkan perhatian dari pembeli. Perhatian calon pembeli harus diperoleh, karena nmerupakan titik awal dari proses keputusan didalam membeli barang dan jasa.

2. Menciptakan dan menumbuhkan interest pada diri calon pembeli. Perhatian yang sudah diberikan oleh seseorang mungkin akan dilanjutkan pada tahap berikutnya atau mungkin berhenti. Yang dimaksud dengan tahap berikutnya ini adalah timbulnya rasa tertarik dan rasa tertarik ini yang akan menjadi fungsi utama dari promosi.

3. Pengembangan rasa ingin tahu (desire) calon pembeli untuk membeli barang yang ditawarkan. Hal ini merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya. Setelah seseorang tertarik pada sesuatu, maka timbul rasa ingin memilikinya. Bagi calon pembeli merasa


(22)

mampu (dalam hal harga, cara pemakaiannya, dan sebagainya) maka rasa ingin memilikinya ini semakin besar dan dan diikuti oleh suatu keputusan untuk membeli.

Promosi sebenarnya masuk kedalam bentuk komunikasi. Karena didalam sebuah promosi ada unsur-unsur komunikasi yang memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Didalam hal ini adalah untuk meningkatkan penjualan produk yang diperdagangkan.

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana strategi The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung. Disini The Original Viking Fanshop menggunakan seorang marketing dalam menyusun ataupun merancang kegiatan promosi agar bisa meningkatkan omzet pendapatan dari kegiatan tersebut.

Bertolak dari kerangka teoritis diatas, maka pada kerangka konseptual ini peneliti akan mencoba mengaplikasikan definisi strategi pada masalah penelitian.

1. Tujuan, The Original Viking Fanshop dalam membuat Promosi melalui bus The Original Viking Fans Mobile Store memiliki arah dan haluan agar dapat mencapai tujuan yang telah disepakati.


(23)

2. Rencana, The Original Viking Fanshop memiliki rancangan, kerangka yang hendak dikerjakan, acara, program melalui Promosi bus The Original Viking Fans Mobile Store.

3. Kegiatan, The Original Viking Fanshop memiliki kegiatan melalui Promosi bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam mencapai tujuan yang biasanya lebih dulu direncanakan. 4. Pesan, The Original Viking Fanshop melalui bus The Original

Viking Fans Mobile Store memiliki amanat yang disampaikan, perintah atau nasihat yang tidak langsung (melalui perantara). 5. Media, The Original Viking Fanshop dalam menyampaikan

Promosi melalui bus The Original Viking Mobile Store mengugunakan beberapa media yang artiannya mereka menggunakan sarana, alat, sarana komunikasi bagi masyarakat.

Dalam membuat strategi agar berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan oleh The Original Viking Fanshop, maka dibutuhkan sebuah proses dimana proses tesebut bisa mencapai sebuah tujuan dari strategi yang telah ditetapkan oleh The Original Viking Fanshop.

The Original Viking Fanshop melakukan kegiatan promosi melalui bus The Original Viking Mobile Store yang memiliki fungsi sebagai media untuk meningkatkan penjualan dari pada merchandise Persib Bandung. Selain itu juga fungsi dari bus tersebut adalah sebagai bentuk dari loyalitas Viking untuk mendukung Persib Bnadung.


(24)

1.6Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu “ Strategi The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung” maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a) Tujuan yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?

1. Siapakah yang menyusun tujuan dari kegiatan promosi melalui bus ini?

2. Kapan mulai menyusun tujuan dari kegiatan promosi ini? 3. Apakah tujuan dari kegiatan promosi ini?

4. Apakah ada tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek dari kegiatan Promosi yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop?

5. Apakah tujuan jangka panjangnya? 6. Apakah tujuan jangka pendeknya?

b) Rencana yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?

1. Siapa yang merencanakan kegiatan promosi ini? 2. Sejak kapankah kegiatan ini mulai direncanakan? 3. Apa sajakah rencana yang direncanakan?


(25)

4. Apa saja rencana jangka panjang dan jangka pendeknya?

c) Kegiatan yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?

1. Apa yang melatar belakangi kegiatan promosi yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop?

2. Apa saja kegiatan yang dilakukan? 3. Apa saja kegiatan yang telah dilakukan? 4. Apa saja kegiatan yang belum dilakukan?

d) Pesan yang disampaikan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?

1. Apa sajakah pesan yang disampaikan dalam kegiatan promosi ini? 2. Apa gaya pesan yang digunakan oleh The Original Viking Fanshop

melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung? Formal atau Non Formal?

3. Apakah bentuk pesan yang digunakan? (Informasi, persuasi, atau intruksi).

4. Apa alasan memilih pesan tersebut? 5. Contoh dari pesan tersebut?


(26)

e) Media yang digunakan oleh The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store dalam meningkatkan penjualan merchandise Persib Bandung?

1. Bentuk media apakah yang cocok untuk digunakan dalam kegiatan promosi ini?

2. Media apakah yang digunakan?

3. Apakah media tersebut sudah berjalan secara efisien dalam kegiatan promosi ini?

1.7Subjek Penelitian dan Informan Penelitian 1,7.1 Subjek penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh pengurus dari The Original Viking Fanshop.


(27)

Tabel 1.1 Subjek Penelitian

N = 8 Orang

Nama/NRP Jabatan

1.

Heru Joko

Ketua Umum Viking

2.

Firman

Pengelola The Original Viking Fanshop

3

Wisnu

Sekretaris The Original Viking Fanshop

4.

Dedi Rahmawan

Bendahara The Original Viking Fanshop

5.

Agus Supardi

Bagian Produksi The Original Viking Fanshop

6.

Rendi Saputra

Bagian Produksi The Original Viking Fanshop

7.

Jejen

Bagian Produksi The Original Viking Fanshop

8.

Cecep

Bagian Produksi The Original Viking Fanshop


(28)

1.7.2 Informan

Pengambilan informan dari penelitian ini ada 2 orang terdiri dari Ketua Viking dan Bagian Pengelola The Original Viking Fanshop. Berikut adalah data informan dalam penelitian.

Tabel 1.2 Informan Penelitian

No Nama/NRP Jabatan

1.

Heru Joko Ketua Umum Viking

2.

Firman

Kepala Bagian Pengelola The Original Viking Fanshop

3

Abel

Shoopkeeper Bus The Original Viking Mobile Store

Sumber : Peneliti, 2010

1.7.3 Key Informan

Didalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa narasumber kunci ( Key Informan ). Yaitu orang-otang yang paling banyak tahu mengenai objek yang sedang diteliti tersebut. Untuk lebih jelasnya Key Informan dapat dijelaskan pada Tabel 1.2 berikut ini :


(29)

Tabel 1.3 Key Informan

No Nama Jabatan

1.

Mang Gayus

Management Viking Jabodetabek

2.

Avink Presenter Bandung TV

3.

Sofa Abdulloh Mahasiswa

Sumber : Peneliti, 2010

1.8Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah dengan pendekatan kualitatif dan dengan metode deskriptif.

Pendekatan kualitatif menurut Creswell adalah penelitian yang latar tempat dan waktunya alamiah. Paradigma ini juga memungkinkan untuk dilakukan intepretasi secara kualitatif atas data-data penelitian yang telah diperoleh. (1998:14)

Pendekatan kualitatif bertujuan memperoleh pemahaman dan menggambarkan realitas yang kompleks ( Nasution, 1992:3 ).

Menurut Rakhmat metode deskriptif adalah metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi dibidang tertentu atau bidang tertentu secara fakta dan cermat. ( Rakhmat, 1997 : 22 )


(30)

1.9Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya adalah mengadakan tanya jawab terhadap orang-orang yang terkait dengan permasalahan, baik tertulis maupun lisan guna memperoleh masalah yang diteliti. Wawancara dapat beberapa kali dilakukan untuk mendapatkan data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data yang berada dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan kemudian terus menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung.

Wawancara menurut Koentjaradiningrat adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Koentjaradiningrat,1996)

Wawancara dapat beberapa kali dilakukan untuk mendapatkan data-data yang benar-benar actual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data-data yang berada dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan kemudian terus menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung. Wawancara dilakukan kepada seluruh anggota ataupun kepengurusan dari The


(31)

Original Viking Fanshop dan para konsumen dari The Original Viking Fanshop.

2. Observasi

Adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan mendengar berbagai kegiatan yang menyangkut kepada suatu kegiatan tertentu. Cara observasi dilakukan peneliti untuk menunjang data yang telah ada. Observasi penting dilakukan agar dalam penelitian tersebut data-data yang diperoleh dari wawancara dan sumber tertulis dapat di analisis nantinya dengan melihat kecenderungan yang terjadi melalui proses dilapangan. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengikuti dan melihat langsung kegiatan promosi yang dilakukan oleh The Original Viking Fanshop melalui bus The Original Viking Fans Mobile Store dibeberapa tempat.

3. Studi Pustaka

Peneliti juga menggunakan pencarian data melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini sebagai data sekunder. Diantarnya studi literatur untuk mendapatkan kerangka teoritis dan memperkaya latar belakang penelitian melalui jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian. Studi pustaka yaitu dengan cara memperoleh bahan-bahan dari berbagai sumber penerbit literature yang berhubungan dengan masalah peneliti.


(32)

4. Internet Searching

Perkembangan teknologi kini telah banyak membantu dalam kegiatan penelitian. Perkembangan teknologi dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian. Internet digunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Internet menjelma menjadi ensyklopedia raksasa yang memuat berbagai informasi termasuk informasi mengenai penelitian yang dilakukan.

Peneliti mengunakan internet sebagai media teknologi informasi yang mendunia untuk mendapatkan informasi terbaru dan informasi yang telah ada sebelumnya. Teknik pengumpulan data internet searching ini sangat efektif untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang.

1.10 Teknik Analisis Data

Setelah memperoleh data penelitian, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan strategi pengamatan (pengumpulan data) ganda pada objek yang sama untuk cross check tiap temuan dan mengeleminasi interpretasi-interpretasi yang tidak akurat. Hasil temuan suatu objek dan


(33)

interpretasi terhadap objek tersebut selanjutnya didiskusikan pada pihak lain, baik yang ada di lapangan (member check) maupun yang ada di luar lapangan (peer examination).

2. Menerapkan metode analisis induktif dengan menguji proposisi-proposisi yang muncul dalam kaitannya dengan kasus-kasus yang menghasilkan pernyataan-pernyataan yang dianggap mendasar. Maksudnya, dari data berbagai tempat dan waktu yang berbeda menunjukkan rangkaian atau kesamaan. Ini merupakan thick descriptions.

3. Mendeskripsikan informasi fenomena lapangan yang sesuai atau berhubungan sangat ekat dengan pandangan subjek penelitian. Pada penelitian ini pun selain menganalisis data dengan deskripsi peneliti, memasukan pula beberapa teori yang sesuai dengan kajian yang diteliti. 4. Setelah semua dideskripsikan sesuai dengan teknik analisi data deskripif,

maka peneliti pun menggunakan Triangulasi Data. Triangulasi Data adalah teknik pemeriksaan keabsahan (Validitas) data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.


(34)

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di The Original Viking Fanshop yang beralamat di Jalan Banda No.9 Bandung dan di depan Gedung Sate tempat berdiamnya Bus The Original Viking Fans Mobile Store.

1.11.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 6 bulan yaitu pada bulan Oktober 2010 s/d Febuari 2011. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian.

No Kegiatan

September Oktober November Desember Januari Februari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

judul

2 Penulisan

Bab 1

Bimbingan

3 Seminar UP

4 Penulisan

Bab II

Bimbingan

Tabel 1.4


(35)

5 Penulisan

Bab III

Bimbingan

6 Pengumpulan

Data

Wawancara

Bimbingan

7 Pengolahan

Data

Penulisan

Bab IV

Bimbingan

8 Penulisan

Bab V

Bimbingan

9 Penyusunan

Bab

10 Sidang


(36)

1.12 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas V (Lima) Bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab awal dari keseluruhan yang berisikan antara lain : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Kerangka Pemikiran, Daftar Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel, Teknik Analisis Data, Lokasi Dan Waktu Penelitian, Serta Sistematika Penulisan.

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang mendukung proses penelitian atau berkaitan dengan objek yang diteliti, yaitu : Tinjauan Tentang Komunikasi, Definisi Komunikasi, Proses Komunikasi, Tinjauan Komunikasi Organisasi, Tinjauan tentang Public Relations, Pengertian Public Relations, Tujuan Public Relations, Fungsi Public Relations, proses Public Relations, Tinjauan tentang Peranan, Tinjauan tentang Sosialisasi, Tinjauan tentang Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store, dan Tinjauan tentang Viking.


(37)

3 BAB III OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini membahas tinjauan umum tentang The Original Viking Fanshop, meliputi Sejarah The Original Viking Fanshop, Visi dan Misi The Original Viking Fanshop, Logo The Original Viking Fanshop, Struktur Organisasi The Original Viking Fanshop, dan Sarana dan Prasarana The Original Viking Fanshop. 4 BAB IV ANALISIS DATA

Meliputi: Deskripsi Data Informan, Deskriptif Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

5 BAB V PENUTUP


(38)

35 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Hakikat dan Definisi Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communocare yang berarti membuat sama (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama, jadi secara garis besarnya, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian. Pada hakikatnya komunikasi adalah “pernyataan antar manusia”, dimana ada proses interaksi antara dua orang atau lebih untuk tujuan tertentu.

Pada proses interaksi, komunikasi telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena “Setiap masyarakat manusia - baik primitif maupun modern- berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi”.(Rakhmat, 1986:1). Pernyataan tersebut, didukung pula dengan pernyataan lain, yaitu: “90% kehidupan manusia dilakukan dengan berkomunikasi” (Soesanto,1977:2). Dari dua pernyataan tersebut, tergambarkan bagaimana komunikasi menjadi salah satu kebutuhan manusia yang hakiki, dan


(39)

menjadi ajang sekaligus sarana penyampaian gagasan dan isi kepala kepada orang lain.

Jika berbicara mengenai definisi komunikasi, tidak ada definisi yang salah dan benar, definisi diuraikan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media tertentu atau justru terlalu luas misalnya, komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman, dan makhluk hidup lainnya.

Adapun definisi komunikasi menurut Roger dan D. Lawrence (1981), adalah “Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004 :19).

Sedangkan Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi adalah “Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya” (Effendy, 1993 :28).

Berbeda dengan kedua definisi diatas, M.O. Palapah dan Atang, dimana “Komunikasi sebagai Ilmu tentang pernyataan manusia yang menggunakan lambang-lambang yang berarti” (Palapah, dan Atang, 1983 :9).

Beragamnya definisi mengenai komunikasi menuntun kita untuk lebih mengenal komunikasi secara konseptualisasi, dimana komunikasi terdiri dari


(40)

tiga konseptualisasi seperti yang diungkapkan oleh Wenburg dan Wilmot (Mulyana, 2000 : 61-68) :

1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah

Suatu pemahaman mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang lainnya baik secara langsung atau melalui media. Jadi komunikasi dianggap sebagai proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.

2. Komunikasi sebagai interaksi

Pandangan ini menyeratakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala. Komunikasi sebagai interaksi dipandang lebih dinamis daripada komunikasi satu arah. Namun pandangan ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima karena itu masih berorientasi pada sumber jadi masih bersifat mekanis dan statis.

3. Komunikasi sebagai transaksi

Dalam konteks ini komunikasi adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi bersifat dinamis, lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan atau respon verbal dan nonverbal bisa


(41)

diketahui dengan langsung, konsep ini tidak membatasi komunikasi sebagai komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Komunikasi dilihat sebagai proses dinamis yang berkesinambungan mengubah perilaku-perilaku pihak yang berkomunikasi.

2.1.2 Komponen-komponen Komunikasi

Menurut Effendy (2000:6), Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :

1. Komunikator (communicator) 2. Pesan (message)

3. Media (media)

4. Komunikan (communicant) 5. Efek (effect)

Berdasarkan komponen-komponen tersebut Lasswell menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

A. Komunikator dan Komunikan

Kita menggunakan istilah sumber-penerima, karena sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (pembicara) sekaligus penerima (pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, memberikan isyarat tubuh, atau tersenyum. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui dan sebagainya (Devito, 1997 : 27). Tetapi ketika kita mengirim pesan kita juga menerima pesan. Anda menerima pesan


(42)

kita sendiri (kita mendengar diri sendiri, merasakan gerak tubuh sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh kita sendiri) dan kita menerima pesan dari orang lain secara visual, melalui pendengaran atau bahkan melalui rabaan dan penciuman. Ketika kita berbicara dengan orang lain, kita memandangnya untuk mendapatkan tanggapan untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan dan sebagainya. Ketika kita menyerap isyarat-isyarat nonverbal ini, kita menjalankan fungsi penerima

B. Pesan

Pesan dalam proses komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri dari isi (the content) dan lambang (symbol). Lambang dalam media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan (Effendy, 2000 : 11).

Bahasa adalah lambang yang paling banyak dipergunakan, namun tidak semua orang pandai berkata-kata secara tepat yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaannya. Kial (gesture) memang dapat menerjemahkan pikiran seseorang sehingga terekspresi secara fisik namun gerakan tubuh hanya dapat menyampaikan pesan yang terbatas. Isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirine dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu, kedua lambang itu sama-sama terbatas dalam mentransmisikan pikiran seseorang pada orang lain.


(43)

C. Media

Media sering disebut sebagai saluran komunikasi, jarang sekali komunikasi berlangsung melalui satu saluran, kita mungkin menggunakan dua atau tiga saluran secara simultan (Devito, 1997 :28). Sebagai contoh dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengar (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori), dan sering kita saling menyentuh itupun komunikasi (saluran taktil).

Media juga dapat dilihat dari sudut media tradisional dan modern yang dewasa ini banyak dipergunakan (Effendy, 2000 : 37). Tradisional misalnya kontongan, bedug, pagelaran seni, dan lain-lain sedangkan yang lebih modern misalnya surat, papan pengumuman, telepon, telegram, pamflet, poster, spanduk, surat kabar, majalah, film, televisi, internet yang pada umumnya diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetak, visual, audio dan audio-visual.

D. Efek

Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlihat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Pertama Anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis atau mengevaluasi sesuatu, ini adalah efek intelektual atau kognitif. Kedua Anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi dan perasaan Anda, ini adalah efek afektif. Ketiga Anda mengkin memperoleh cara-cara atau gerakan


(44)

baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan non verbal yang patut, ini adalah efek psikomotorik (Devito, 1997 : 29).

2.1.3 Tujuan komunikasi

Dalam melakukan komunikasi, tentu mempunyai tujuan. Menurut Onong Uchjana Effendy tujuan dari komunikasi adalah :

1. Perubahan sikap (to change the attitude)

2. Mengubah opini opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Mengubah masyarakat (to change the society) (2003: 55)

Untuk lebih memahami tujuan komunikasi, Ruslan menyatakan tujuan komunikasi sebagi berikut :

1. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain. Maksudnya apakah kita menginginkan orang lain untuk mengerti dan memahami apa yang kita maksud.

2. Apakah kita ingin agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. dalam hal ini tentu cara penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan saja.

3. Apakah kita ingin agar orang lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak. (2003: 11)


(45)

2.1.4 Proses komunikasi

Pada proses komunikasi dapat dikategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif, yaitu :

1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis

Proses komunikasi ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses, yaitu pengemasan isi pesan dan lambang. Isi pesan pada umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa (Effendy, 2003:31). Kemudian pesan tersebut ditransmisikan kepada komunikan. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi. Sebaliknya bilamana komunikan tidak mengerti, maka komunikasi pun tidak terjadi.

2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistik

Pada proses komunikasi ini dapat diklasifikasikan secara dua tahap, yakni sebagai berikut :

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media atau saluran. Adapun lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Pada proses


(46)

komunikasi secara primer adalah bahasa yang paling banyak digunakan, sebab bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide, gagasan, informasi atau opini.

b. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai sasaran yaitu komunikan, karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari proses komunikasi primer, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator, harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang digunakan. Proses komunikasi secara sekunder ini dalam menjangkau sasarannya dengan menggunakan media massa yang mempunyai sirkulasi yang luas dan memiliki daya keserempakan. Seperti surat kabar, televisi siaran, radio, film, leaftlet, brosur, dan lain-lain.

c. Proses komunikasi secara linear

Istilah linear mengandung makna lurus. Dalam konteks komunikasi, proses secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal (Effendy, 2003: 38). Komunikasi linear ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap


(47)

muka (face-to-face communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated communication).

Proses komunikasi linear umumnya berlangsung pada komunikasi bermedia, kecuali komunikasi melalui telepon. Komunikasi melalui telepon hampir tidak pernah berlangsung linear, melainkan dialogis, Tanya jawab dalam bentuk percakapan.

d. Proses komunikasi secara sirkular

Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses sirkular itu adalah terjadinya feed back atau umpan balik yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu ada kalanya feed back tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah respon atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang diterima dari komunikator.

Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting karena dengan terjadinya umpan balik komunikator mengetahui apakah komunikasi itu berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan balik itu positif atau negatif. Bila positif komunikator patut gembira, sebaliknya jika negatif menjadi permasalahan, sehingga komunikator harus mengulangi lagi dengan perbaikan gaya komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik positif.


(48)

2.1.5 Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dari :

1. Aspek bersifat fisik; seperti iklim, suhu, cuaca, bentuk ruangan, warna dinding, tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat untuk menyampaikan pesan.

2. Aspek psikologis; seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi.

3. Aspek sosial; seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya.

4. Aspek waktu; yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).

Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Pemasaran

Pemasaran memerlukan lebih dari sebuah pengembangan produk yang baik, penetapan harga yang menarik dan ketersedian bagi konsumen


(49)

sasaran. Perusahaan juga harus berkomunikasi dengan konsumen, dan subyek yang dikomunikasikan harus membuka peluang.

Perusahaan modern mengelola sistem komunikasi pemasaran yang kompleks. Perusahaan berkomunikasi dengan perantaranya, konsumen, dan masyarakat dari berbagai tingkat sosial. Konsumen berkomunikasi melalui pembicaraan dari mulut ke mulut antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Sementara itu setiap kelompok memberikan umpan balik kepada setiap kelompok lain yang menjadi lawan komunikasi.

Komunikasi pemasaran adalah semua elemen dalam pemasaran yang member arti dan mengkomunikasikan nilai kepada konsumen dan stakeholder sebuah perusahaan. ( Warren J 1995)

Komunikasi pemasaran ialah istilah yang digunakan untuk menerangkan arus informasi tentang produk dari pemasar sampai kepada konsumen. Pemasar menggunakan iklan, pemasaran langsung, publisitas, promosi penjualan, dan penjualan langsung, untuk memberikan informasi yang mereka harapkan dapat mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen. Sebaliknya, konsumen menggunakannya dalam proses pembelian untuk menghimpun informasi tentang cirri dan manfaat produk. Hal ini mendorong minat untuk membuat periklanan sejelas mungkin, jika periklanan rancu dan membingungkan, persepsi konsumen akan salah.


(50)

Pada intinya proses ini adalah komunikasi, yakni penyampaian pesan dari suatu sumber melalui medium kepada penerima. Komunikasi pemasaran dapat membantu mempertemukan pembeli dan penjual bersama-sama dalam suatu hubungan pertukaran, menciptakan arus informasi antara pembeli dan penjual yang membuat kegiatan pertukaran lebih efisien dan memungkinkan semua pihak untuk mencapai persetujuan pertukaran yang memuaskan.

Strong(1925) menyatakan suatu model yang efektif yang menjelaskan beberapa hal yang sangat sering dialami ketika seseorang menjual produknya, yang biasa disebut AIDA terdiri dari:

A-Attention(Awareness) yang berarti memberikan perhatian khusus kepada segmen atau target pasar kita.

Interest yang berarti meningkatkan ketertarikan segmen atau target pasar kita terhadap produk yang kita tawarkan dengan benefit

D-Desire yang berarti meyakinkan target atau segmen pasar kita bahwa mereke membutuhkan apa yang kita jual.

A-Action yang berarti mengarahkan target atau segmen pasar kita untuk melakukan tindakan nyata dengan membeli produk kita

Attention(Awareness)

Interest

Desire


(51)

Belakangan ini ditambahkan dengan huruf S menjadi AIDA(s) yang berarti memuaskan target atau segmen pasar kita sehingga nantinya akan menjadi pelanggan tetap.

Sebelum strategi promosi diterapkan, suatu usaha harus melakukan fungsi dari kegiatan pemasaran, yaitu penerapan bauran pemasaran (Marketing Mix) terlebih dahulu.

Bauran pemasaran sendiri terdiri dari empat variabel, yaitu 1.Product(Produk)

2.Price(Harga)

3.Place(Tempat,Distribusi) 4.Promotion (Promosi)

Salah satu bagian dari proses komunikasi pemasaran adalah promosi. Promosi dapat membantu pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran untuk memperbaiki hubungan pertukaran dengan lainnya.

2.3 Tinjauan Tentang Strategi 2.3.1 Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari kata Yunani Strategeia (stratos = militer; dan ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Konsep ini relevan dengan situasi jaman dulu yang sering diwarnai perang, di mana jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Strategi juga bisa dapat diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan


(52)

penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi militer didasarkan pada pemahaman akan kekuatan dan penempatan posisi lawan, karakteristik fisik medan perang, kekuatan dan karakter sumber daya yang tersedia, sikap orang-orang yang menempati teritorial tertentu, serta antisipasi terhadap setiap perubahan yang mungkin terjadi.

Konsep strategi militer seringkali diadaptasi dan diterapkan dalam dunia bisnis, misalnya konsep Sun Tzu, Hannibal, dan Carl von Clausewitz. Dalam konteks bisnis, strategi menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan yang dipilih dan merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumber daya dan usaha suatu organisasi.

Setiap organisasi membutuhkan strategi manakala menghadapi situasi berikut (Jain, dalam Tjiptono, 1997:3) :

1. Sumber daya yang dimiliki terbatas

2. Ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi 3. Komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi

4. Keputusan-keputusan harus dikoordinasikan antar bagian sepanjang waktu

5. Ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif

Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert, Jr. (dalam Tjiptono 1997:3), konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu :


(53)

1. Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do), dan

2. Dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does).

Berdasarkan perspektif yang pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplimentasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah bahwa para manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi organisasi. Dalam lingkungan yang turbulen dan selalu mengalami perubahan, pandangan ini lebih banyak diterapkan.

Sedangkan pada perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pada definisi ini, setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun strategi tersebut tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Pandangan ini diterapkan bagi para manajer yang bersifat reaktif, yaitu hanya menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara pasif manakala dibutuhkan.

Pernyataan stategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil akan berrsifat subjektif atau berdasarkan intuisi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain. Dalam


(54)

suatu perusahaan terdapat tiga level strategi, yaitu : level korporasi, level unit bisnis atau lini bisnis, dan level fungsional (Hayes dan Wheel wright, 1984 dalam Tjiptono, 1997:4).

2.3.2 Strategi Komunikasi

Berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. (Effendy, 2000: 300).

Demikian pula strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi. (Effendy, 2000: 301).

Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell “Who Says What Which Channel To Whom

With What Effect”.

- Who? (Siapakah komunikatornya?)


(55)

- In Which Channel? ( Media apa yang digunakannya?) - To Whom? (Siapa komunikannya?)

- With what effect? (Efek apa yang diharapkan?). (Effendy, 2000: 301).

Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda, yaitu :

a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.

b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan diopersionallannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.(Effendy, 2000: 300).

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh hasil komunikasi yang optimal diperlukan suatu strategi komunikasi. Strategi komunikasi juga diperlukan karena kemudahan dioperasikannya media massa yang begitu ampuh jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

2.4 Tinjauan Promosi

Promosi berasal dari kata promote dalam bahasa inggris yang diartikan sebagai mengembangkan atau meningkatkan. Pengertian tersebut


(56)

jika dihubungkan dengan bidang penjualan berarti sebagai alat untuk meningkatkan omzet penjualan.

Promosi menurut Swatsha(1984:237) adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Promosi pun dapat diartikan sebagai sebuah kombinasi dari berbagai tahapan untuk mencapai suatu tujuan dari pemasaran yaitu di mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pemasaran, dan evaluasi.

Promosi sendiri memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1. Mencari dan mendapatkan perhatian dari pembeli. Perhatian calon pembeli harus diperoleh, karena nmerupakan titik awal dari proses keputusan didalam membeli barang dan jasa.

2. Menciptakan dan menumbuhkan interest pada diri calon pembeli. Perhatian yang sudah diberikan oleh seseorang mungkin akan dilanjutkan pada tahap berikutnya atau mungkin berhenti. Yang dimaksud dengan tahap berikutnya ini adalah timbulnya rasa tertarik dan rasa tertarik ini yang akan menjadi fungsi utama dari promosi.

3. Pengembangan rasa ingin tahu (desire) calon pembeli untuk membeli barang yang ditawarkan. Hal ini merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya. Setelah seseorang tertarik pada sesuatu, maka timbul rasa ingin memilikinya. Bagi calon pembeli merasa


(57)

mampu (dalam hal harga, cara pemakaiannya, dan sebagainya) maka rasa ingin memilikinya ini semakin besar dan dan diikuti oleh suatu keputusan untuk membeli.

Promosi sebenarnya masuk kedalam bentuk komunikasi. Karena didalam sebuah promosi ada unsur-unsur komunikasi yang memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Didalam hal ini adalah untuk meningkatkan penjualan produk yang diperdagangkan.

Pada umumnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan harus mendasarkan kepada tujuan sebagai berikut:

1.Modifikasi tingkah laku

Pasar merupakan tempat pertemuan orang-orang yang hendak melakukan sesuatu pertukaran di mana orang-orangnya terdiri atas berbagai macam tingkah laku yang satu sama lain saling berbeda. Demikian juga pendapat mereka mengenai suatu barang dan jasa, selera, keinginan, motivasi, dan kesetiaannya terhadap barang dan jasa tersebut saling berbeda. Dengan demikian, tujuan dari promosi ini adalah berusaha untuk mengubah tingkah laku dan pendapat individu tersebut, dari tidak menerima suatu produk menjadi setia terhadap produk. Penjual selalu berusaha menciptakan kesan baik tentang dirinya atau mendorong pembelian barang-barang dan jasa perusahaan.


(58)

2. Memberitahu

Kegiatan promosi yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada pasar yang dituju tentang pemasaran perusahaan, mengenai produk tersebut berkaitan dengan harga, kualitas, syarat pembeli, kegunaan, syarat pembeli, kegunaan, keistimewaan, dan lain sebagainya. Promosi yang bersifat informasi ini umumnya lebih disukai dan dilakukan pada tahap-tahap awal dalam siklus kehidupan produk. Hal ini merupakan masalah penting untuk meningkatkan permintaan primer sebab pada tahap ini sebagian orang tidak akan tertarik untuk memilih dan membeli barang dan jasa sebelum mereka mengetahui produk tersebut serta kegunaan dan lain sebagainya. Promosi yang bersifat informasi ini dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli.

3. Membujuk

Promosi yang bersifat membujuk atau persuasif ini pada umumnya kurang disenangi oleh sebagian masyarakat. Tetapi kenyataannya, sekarang ini yang banyak muncul justru adalah promosi tersebut. Promosi seperti itu terutama untuk mendorong pembeli. Perusahaan tidak ingin memperoleh tanggapan secepatnya, tetapi lebih mengutamakan untuk menciptakan kesan positif. Hal ini dimaksudkan agar promosi dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap perilaku pembeli. Promosi yang bersifat


(59)

membujuk ini akan menjadi dominan jika produksi yang bersangkutan mulai memasuki tahap pertumbuhan dalam siklus kehidupan produk tersebut.

4. Meningkatkan

Promosi yang bersifat meningkatkan ini dilakukan terutama untuk mempertahankan merek produk di hati masyarakat dan dilakukan selama tahap kedewasaan dalam siklus kehidupan produk. Ini berarti perusahaan berusaha memperhatikan untuk mempertahankan pembeli yang ada sebab pembeli tidak hanya sekali saja melakukan transaksi, melainkan harus berlangsung secara terus menerus.

2.5 Tinjauan tentang Viking

Bermula saat sekelompok bobotoh fanatik PERSIB yang biasa“menghuni” tribun selatan mencetuskan ide untuk menjawab totalitas “sang idola” PERSIB Bandung di lapangan dengan sebuah totalitas dalam memberi dukungan, maka setelah melalui beberapa kali pertemuan yang cukup alot dan memakan waktu, akhirnya terbentuklah sebuah kesepakatan bersama. Tepatnya pada Tanggal 17 Juli 1993, disebuah rumah dibahu jalan Kancra no. 34, diikrarkanlah sebuah kelompok Bobotoh dengan nama VIKING PERSIB CLUB. Adapun pelopor dari pendiriannya antara lain ; Ayi Beutik, Heru Joko, Dodi “Pesa” Rokhdian, Hendra Bule, dan Aris Primat dengan dihadiri oleh beberapa Pioner Viking Persib Club lainnya, yang hingga kini masih tetap aktif dalam kepengurusan Viking Persib


(60)

Club. Nama VIKING diambil dari nama sebuah suku bangsa yang mendiami kawasan skandinavia di Eropa Utara. Suku bangsa tersebut dikenal dengan sifat yang keras, berani, gigih, solid, patriotis, berjiwa penakluk, pantang menyerah, serta senang menjelajah. Karakter dan semangat itulah yang mendasari “Pengadopsian” nama VIKING kedalam nama kelompok yang telah dibentuk. Secara demonstratif, Viking Persib Club pertama kali mulai menunjukan eksistensinya pada Liga Indonesia I — tahun 1993, yang digemborkan sebagai

kompetisi semi professional pertama di Tanah Air kita. Slogan “PERSIB SANG

PENAKLUK” begitu dominan terlihat pada salah satu atribut yang dipakai anggotanya. Viking dimasa ini masihlah sangat tradisional dan belum menunjukkan geliat sebagai sebuah organisasi yang utuh secara profesional, bahkan pada awalnya mereka tidak mempunyai homebase dan menjadikan halaman sekretariat PERSIB di Jalan gurame sebagai tempat berkumpul. Seiring waktu kehadiran mereka yang merajai tribun selatan pun mulai dikenal dan diakrabi bobotoh, banyak pula yang berminat untuk menjadi bagian dari Viking, pendaftaran anggota pun mulai dibuka lebar.

Viking Persib Club adalah sebuah kelompok bukanlah organisasi atau fans club dengan segala aturan-aturan formal yang mengikatnya. Setiap anggota atau Vikers adalah bagian dari sebuah “Keluarga”, …. Dan layaknya sebuah Keluarga, keberagaman sifat dan tingkah laku yang berada didalamnya adalah merupakan sesuatu hal yang lumrah, dan Viking akan selalu berusaha untuk mengakomodir keberagaman tersebut.


(61)

Kelompok Suporter dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, karena didalamnya terdapat sekumpulan individu yang berinteraksi secara bersama-sama serta memiliki kesadaran keanggotaan yang didasarkan oleh kehendak dan prilaku yang disepakati. Seperti kebanyakan kelompok-kelompok Bobotoh lainnya yang turut terlahir sama seperti halnya Viking Persib Club, yaitu secara Grass Root (dari arus bawah), maka Viking Persib Club memiliki cara atau ciri khas dalam menyikapi setiap permasalahan anggotanya. Hubungan pertemanan dan kekeluargaan yang tulus, erat tanpa pamrih serta rasa persaudaraan yang tinggi menjadi modal yang kuat bagi VIKING untuk terus eksis selama beberapa dekade.

Keanggotaan Viking Persib Club yang semakin besar, jelas menuntut sebuah tanggung jawab serta pengaturan yang sedemikian rupa secara professional, agar dapat lebih terukur dari segi pendataan, keuangan, rutinitas maupun manajerial, yang tentu saja membawa dampak tanggung jawab yang sangat besar bagi kepengurusan Viking Persib Club. Namun tentu saja semua formalitas tersebut tidak akan menghilangkan warna, ciri khas serta karakter Viking Persib Club. “Viking tetaplah Viking! Dia harus bercirikan kedekatan yang tulus antar anggotanya dan berkarakter sebagai sebuah keluarga ataupun geng”

Viking Persib Club murni lahir secara independen berdasarkan inisiatif dari para Bobotoh dari golongan grass root. Dalam pandangan Viking, supporter tidak hanya berperan sebagai “tukang sorak” saat menyaksikan dan mendukung kesebelasan kesayangannya, tetapi peran supporter harus lebih dari itu! Dia harus menjadi pembangkit semangat saat tim kesayangannya jatuh bangun menunaikan


(62)

tugasnya dilapangan. Supporter juga harus menjadi kekuatan tambahan bagi para pemain dilapangan. Intinya, supporter harus menjadi pemain ke-12, dan VIKING ingin menjadi pemain ke-12 bagi PERSIB.

Pada saat ini, ketika sepakbola sudah menjadi industri, Peranan Bobotoh buat PERSIB pun menjadi berkembang tidak hanya sebagai objek pelengkap saja. Bobotoh seharusnya menjadi bagian dari prestasi dan keberhasilan yang dicapai oleh PERSIB. Berangkat dari sana, Viking Persib Club pun mulai mengembangkan sayapnya dalam berbagai bentuk aktualisasi diri, mulai dari peningkatan pengkoordiniran massa dengan dibentuknya “distrik” di berbagai wilayah pada kantung-kantung Bobotoh, Penjualan Merchandise, pembuatan album kompilasi Persib, hingga tour organizer yang menyelenggarakan pemberangkatan rombongan Bobotoh ketika mendukung PERSIB apabila bermain tandang.


(1)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Sang Maha Agung dan Maha Tinggi, Allah SWT. Karena atas Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Strategi The Original Viking Fanshop melalui Promosi Bus The Original Viking Fans Mobile Store Dalam Meningkatkan Penjualan Persib Bandung”.

Adapun pembuatan skripsi tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Terutama Untuk orang tuaku, Bapak dan Ibu yang sudah membantu dengan doa dan dorongan atas terselesaikannya laporan ini baik moril maupun materil. Serta untuk adikku tercinta yang selalu memberikan dorongan dan doanya kepada penulis.

Penyusunan Skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :


(2)

1. Yth, Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A Selaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah memberikan pengesahan pada skripsi ini.

2. Yth, Bapak Prof. JM Papasi selaku mantan Dekan Fisip Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan surat pengantar penelitian pada skripsi ini.

3. Yth, Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah memberikan ilmu nya didalam perkuliahan kepada peneleti dan memberikan pengesahan pada skripsi ini.

4. Yth, Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi serta merangkap Dosen Wali bagi Peneliti yang telah banyak memberikan ilmu serta memberikan saran dan masukan kepada peneliti didalam perkuliahan.

5. Yth, Ibu Desayu Eka Surya., S.Sos., M.Si Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti. Dan yang telah banyak sekali memberikan masukan yang berarti didalam maupun diluar perkuliahan pada peneliti.

6. Yth, Bapak/Ibu Dosen Prodi Ilmu Komunikasi pada khususnya, Ibu Rismawaty., S.Sos., M.Si Ibu Iin Rahmi Handayani, S.Sos., M.I.Kom, Bapak Adiyana Slamet., S.Ip., M.Si, Bapak Ari Prasetio., M.Si, Bapak Inggar Prayoga., S.I.Kom, Bapak Sangra Juliano., S.I.Kom, Ibu Tine Agustin


(3)

Wulandari., S.I.Kom, selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia.

7. Mba Astri, dan Mba Tika Selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universtas Komputer Indonesia Bandung.

8. Terima Kasih kepada Kang M.Firman Selaku Pengelola The Original Viking Fanshop dan sebagai Informan.

9. Terima Kasih kepada Kang Wisnu Selaku Marketing The Original Viking Fanshop dan sebagai Informan

10. Terima Kasih kepada Kang Abel Selaku Korlap Bus The Original Viking Fans Mobile Store dan sebagai Informan.

11. Terima Kasih kepada Kang Sofa Abdulloh, Mang Gayus, dan Kang Avink Selaku Key Informan.

12.

Untuk My Little Angel, apapun yang terjadi kini dan nanti, semuanya hanya ada kamu yang akan selalu menerangi dan menyemangati hari-hariku. Kasih Sayang ku hanya untukmu.

13. Adik ku yang sedang menjalani perkuliahnya. Semoga kau pun bisa sukses dalam

setiap langkah yang kau tempuh. Amin

14. Untuk saudara-saudara ku, Teh Uci, Hendri Bahenk, Wa Lili, Wa Dedi, Wa Lela,

Abang Oka, Selly, dan semua keluarga ku yang tidak dapat peneliti sebutkan

satu-persatu, terima kasih atas dukungan moril dan doa kalian selama ini.

15. Sahabat-sahabatku dikampus Unikom, Tri, Omen, Yaser, Muses, Cahyo Odank,


(4)

Rizki Bule, Afan May Band, Gopink Mutha yang selalu memberikan doa dan dorongan, Semoga di suatu saat bisa kumpul-kumpul bareng lagi.Amien

16.Teman-teman IK Humas 1, IK Humas 2 dan IK Jurnal lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, semoga persahabatan dan persaudaraan kita tetap terjalin.

17.Teman-teman, Anto Close Band, Bobi, Aries, Jamal, Ram Mutha, Crew-crew Mutha Band, Om Iwenk, Mas Iwan, CDC Musik Studio, Pak Toni, Rara, Deden Iman, Indriyani May, Alumni Spirit Band, Ica, Vida, Demi, Mega, Novi, Terima kasih atas dukungan dan doanya.

Akhir kata, peneliti mengharapkan semoga amal kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, di terima oleh Allah SWT. Untuk kesempurnaan laporan ini, peneliti mengharapkan koreksi dan saran, sehingga dimasa yang akan datang dapat menjadi bahan yang lebih menarik dan lebih bermanfaat, Amiiin…

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Febuari 2011


(5)

(6)