Strategi Dakwah Pengurus Viking Dalam Aktivitas Keagamaan

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

OLEH:

RENDY ADITYAWARMAN 1110051000193

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M/1435 H


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli sendiri saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skirpsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bawa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Jakarta, 1 Desember 2014 Penulis,


(5)

i

ABSTRAK

Strategi dakwah pada umumnya digunakan untuk organisasi Islam namun tidak menutup kemungkinan digunakan dalam sebuah kelompok suporter yang ada di Indonesia seperti apa yang dilakukan kelompok suporter Persib Bandung yaitu Viking yang dikenal masyarakat sebagai salah satu kelompok suporter yang di cap negatif karena fanatik berlebihan dalam mendukung tim Persib Bandung.

Merujuk latar belakang diatas perlu kiranya kita membahas lebih dalam mengenai strategi dakwah yang dilakukan para pengurus Viking untuk merubah stigma negatif di masyarakat. Adapun pertanyaan utamanya adalah bagaimana strategi dakwah pengurus Viking dalam aktivitas keagamaan? Lalu bagaimanakah perumusan strategi dakwah pengurus Viking?

Dari berbagai aktivitas keagamaan yang dilakukan pengurus Viking, ternyata pengurus Viking melaksanakan pengajian rutin dan tentunya harus memiliki strategi dalam menjalankan aktivitas keagamaannya. Karena strategi ini berpengaruh terhadap keberhasilan pengurus Viking dalam menjalankan aktivitas keagamannya.

Teori yang digunakan adalah teori Fred R David tentang Management Strategi Konsep yangmenjelaskan bahwa dalam sebuah proses strategi ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan termasuk dijelaskannya harus melewati tahapan perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

Perumusan strategi dalam hal ini adalah suatu proses merancang dan menyeleksi strategi yang pada akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Melalui perumusan strategi dakwah juga ditentukan sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan dakwah. Adapun langkah-langkah dalam perumusan strategi dakwah pengurus Viking adalah melalui pengenalan sasaran dakwah, pengkajian tujuan, efektifitas dan efisiensi dakwah.

Strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.


(6)

ii Bismillahirrohmaanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat-Nya berupa hidayah, inayah, serta rahmat kepada semua mahkuk-Nya. Salah satu nikmat-Nya yaitu diberikan ide, kekuatan, dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini sesuai yang penulis harapkan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, pembawa risalah agung, penebar rahmat bagi seluruh alam.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya banyak sekali bantuan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak. Baik itu dukungan materil, maupun non materil. Sebab itu, sudah pasti sepantasnya Penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada beliau semua atas bantuannya. Terutama kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, beserta para pembantu Rektor. Walaupun saya kurang mengenal dengan akrab satu sama lain, namun hal itu tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih saya kepada mereka.

2. Bapak Dr. Arif Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Rachmat Baihaky, MA dan Ibu Fita Faturahma, M.Si selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Study Rizal, LK, MA yang telah memberikan banyak ilmu, meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing Penulis dari awal sampai selesainya skripsi ini.


(7)

iii

selama proses belajar mengajar di kampus.

6. Seluruh staff yang ada di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu memberikan dorongan spirit kepada penulis dari setiap nasihat dan masukannya.

7. Kepada semua jajaran pengurus perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

8. Segenap pengurus dari Viking Persib Club yaitu Kang Tobi, Kang Hengki, Kang Dovi dan khususnya kang Heru Joko selaku ketua Viking Persib Club yang sudah bersedia untuk Penulis wawancarai dan telah memberi banyak masukan dan informasi. Saya ucapkan banyak terima kasih atas bantuan kalian semua. Karena tanpa bantuan kalian skripsi ini tidak mungkin bisa terselesaikan.

9. Untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta, Achmar Rahman dan Kalsum yang kasih dan sayangnya tidak pernah berkurang kepada Penulis dan ingin melihat anaknya menjadi sarjana, terima kasih atas dukungan kepercayaannya, pengorbanannya, serta doanya selama ini. Semoga engkau tetap berada dalam ridho Allah SWT dan diperpanjang umurnya untuk selalu taat beribadahnya kepada-Nya.

10.Untuk kedua adik kandungku tersayang, Ghifari Riyadhana dan Adrian Rahadi yang telah membantu memotivasi dan mendoakan selama ini. Semoga engkau tetap berada dalam ridho Allah SWT dan diperpanjang umurnya untuk selalu taat beribadahnya kepada-Nya.


(8)

iv

dan mendoakan penulis selama ini. Dukungan doa, perhatian dan kasih sayang yang diberikan sehingga penulis dapat meraih gelar strata satu ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan diperpanjang umurnya untuk selalu taat beribadahnya kepada-Nya.

12.Untuk Robby Fajar Subhandika yang telah membantu dan menemani Peniliti saat melakukan penelitian. Terima kasih banyak.

13.Teman seperjuanganku KPI F angkatan 2010, Aris Suyitno, Sulastri Damayanti, Sadam Husein, Sendy Darlis, Mochammad Kahfi, Muhammad Yusra Nur Yazmi, Muhammad Fahmi Al-Mansuri, Ahmad Ziaul F, Sonny Iskandar, Maria Syafitri dan semua teman-teman KPI F 2010 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih semua!!.

Akhirnya, saat ini Penulis hanya bisa membalas dengan doa dan doa, semoga semua pihak yang telah memberi perhatian dan membantu atas kelancaran studi penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, serta hajadnya dikabulkan, dan mohon maaf apabila ada kata-kata atau penulisan dalam skripsi ini yang salah. Penulis mengakui banyak sekali kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritikan dan masukan yang konstruktif sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk menyempurnakan. Wassalam.

Jakarta, 1 Desember 2014


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Tinjauan Pustaka ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Strategi 1. Pengertian Strategi ... 14

2. Tahapan-Tahapan Strategi ... 15

3. Faktor-Faktor Strategi ... 16

4. Tujuan dan Manfaat Strategi ... 17

B. Dakwah 1. Pengertian Dakwah... 19

2. Unsur-Unsur Dakwah ... 21

C. Strategi Dakwah 1. Pengertian Strategi Dakwah ... 29

2. Asas-Asas Strategi Dakwah ... 31


(10)

vi

1. Pengertian Aktivitas Keagamaan ... 35

2. Bentuk-Bentuk Aktivitas Keagamaan ... 38

BAB III PROFIL VIKING PERSIB CLUB ... 41

A. Sejarah Berdirinya Viking Persib Club ... 41

B. Visi, Misi dan Tujuan Viking Persib Club ... 42

C. Struktur Organisasi dan Kegiatan Viking Persib Club 42

D. Biodata Viking Persib Club ... 45

E. Peta Lokasi Penelitian ... 49

F. Aktivitas Suporter Viking ... 50

G. Aktivitas Viking Di Jejaring Sosial... 51

BAB IV ANALISIS DAN HASIL TEMUAN ... 52

A. Strategi Dakwah Pengurus Viking ... 52

B. Perumusan Strategi Dakwah Pengurus Viking ... 53

C. Implementasi Strategi Dakwah Pengurus Viking ... 58

D. Evaluasi Strategi Dakwah ... 61

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengurus Viking . 63 BAB V PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan... 66

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan kepemimpinan dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara teknik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.1

Untuk mantapnya strategi dakwah, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell, yaitu:

a. Who?(Siapa da'i atau penyampai pesan dakwahnya?) b. Says What? (Pesan apa yang disampaikan?)

c. In Which Channel? (Media apa yang digunakan?) d. To Whom? (Siapa Mad'unya atau pendengarnya?) e. With what Effect? (Efek apa yang diharapkan?)2

Strategi dakwah memang tidak secara langsung berhubungan dengan komponen-komponen komunikasi yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell namun berbicara tentang dakwah adalah berbicara tentang komunikasi. Karena komunikasi adalah kegiatan informatif,

1

Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet 1, h.95. 2

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001) ), cet ke-2, hlm 47-48


(12)

yakni agar orang lain mengerti, mengetahui dan kegiatan persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu faham atau keyakinan, melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-lain.3Dalam aktivitasnya dakwah haruslah memiliki strategi yang sesuai dengan keadaan lingkungan sosiologis, psikologis, pendidikan dan ekonomi.

Menurut Mohammad Ali Aziz, dengan strategi dakwah, baik individu maupun kelompok yang menyampaikan dakwah dapat berfikir secara

konseptual dan bertindak secara sistematik, sehingga timbul pada diri mad’u

efek efektifitas, efek kognitif dan efek konatif atau behavioral.4 Kemudian ada pendapat dari Asmuni Syukir yaitu, strategi dakwah harus mempertimbangkan asas efektifitas dan efisiensi yaitu dalam berdakwah harus ada usaha untuk mengembangkan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasil yang semaksimal mungkin.5

Terlebih, kini dalam aktivitasnya dakwah tidak hanya dalam sebuah ruang lingkup organisasi Islam namun dalam aktivitasnya dakwah sudah merambah ke dalam kelompok suporter sepakbola yang ada di Indonesia.

Pengertian suporter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang-orang yang memberikan dukungan, sokongan dalam berbagai bentuk disuatu situasi.6 Kelompok suporter di Indonesia dikenal fanatik dalam mendukung tim kebanggaannya. Misalnya saja klub sepak bola Arema Malang dengan nama suporternya Aremania, Persija Jakarta dengan nama suporternya The Jakmania, Persib Bandung dengan nama suporternya Viking, dan masih banyak lagi nama supporter ataupun pendukung tim sepakbola lainnya di Indonesia.

3

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2003), h.9. 4

Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2004), h. 139 5

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 33. 6


(13)

Viking merupakan kelompok suporter fanatik yang mendukung tim Persib Bandung dan awal lahirnya Viking bermula saat sekelompok penonton fanatik Persib yang biasa menghuni tribun selatan mencetuskan ide untuk menjawab totalitas sang idola Persib Bandung di lapangan dengan sebuah totalitas dalam memberi dukungan, maka setelah melalui beberapa kali pertemuan yang cukup alot dan memakan waktu, akhirnya terbentuk sebuah kesepakatan bersama.7

Menurut kang Heru Joko ketua Viking Persib Club, jumlah anggota yang memiliki kartu anggota resmi sampai saat ini lebih dari 70 ribu lebih yang tersebar di seluruh distrik Indonesia dan distrik luar negeri.8

Viking sendiri tak dapat dipungkiri memiliki catatan hitam sepanjang perjalanannya. Image yang melekat dari supporter sepakbola termasuk Viking adalah negatif dengan segala tindak anarkis yang sangat merugikan banyak orang.

Seperti yang diberitakan tribunnews, salah satu hal negatif yang dilakukan oleh pendukung Viking adalah mengamuk dan melempari berbagai benda ke tengah lapangan karena merasa wasit yang memimpin pertandingan berlaku tidak adil kepada pihak Persib.9

Dalam hal ini peneliti melihat bahwa pada fanatisme Viking yang sering berlebihan dalam mendukung tim kesayangan menjadikan Viking mendapatkan citra negatif dari masyarakat sebagai tukang rusuh, yang menjadikan sebuah problem sosial yang hadir ditengah-tengah masyarakat.

Hal ini menunjukan krisis moral yang terjadi dikalangan anggota Viking pada saat ini. Krisis moral terjadi karena sebagian besar orang tidak mau lagi mengindahkan tuntunan agama, yang secara normatif mengajarkan

7

http://bola.viva.co.id/news/read/322273-sejarah-lahirnya-viking-persib-fans-club 8

Hasil wawancara dengan Kang Heru Joko pada tanggal 7 Agustus 2014 9

http://m.tribunnews.com/superball/2011/01/24/polisi-akan-tinjau-ulang-izin-pertandingan-persib


(14)

kepada pemeluknya untuk berbuat baik, meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat dan munkarat.10

Tentunya hal ini menjadi suatu permasalahan yang harus diselesaikan. Dalam mengantisipasi hal ini perlu wadah kegiatan dakwah di lingkungan anggota Viking. Jika dilihat dari sisi positifnya ataupun aspek aktivitas keagamaan, ternyata Viking mengadakan beberapa agenda acara yang bersifat aktivitas keagamaan seperti acara santunan anak yatim, acara sahur on the road, buka puasa bersama dengan anak yatim piatu, isra mi’raj,dan pengajian rutin yang dilakukan sebulan sekali.11 Seperti kegiatan pengajian rutin dilakukan sebagai bentuk dukungan untuk langkah Persib baik dalam stadion

maupun melalui do’a dan diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai keagamaan.12

Sebagai salah satu dari aktivitas keagamaan, sebuah pengajian tentunya harus memiliki strategi dalam menjalankan aktivitas keagamaannya. Karena strategi ini berpengaruh terhadap keberhasilan pengurus Viking dalam aktivitas keagamannya.

Maka dari penjabaran latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Strategi Dakwah Pengurus Viking Dalam Aktivitas Keagamaan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang masalah yang telah peneliti jabarkan di atas dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat

10

Amir Said az-Zaibari, Manajemen Qolbu: Resep Sufi mengehentikan Kemaksiatan

(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), h, 5-6. 11

Hasil wawancara dengan Kang Heru Joko pada tanggal 7 Agustus 2014 12


(15)

membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini.

1. Pembatasan Masalah

Dalam peneltian ini peneliti membatasi masalah yang mencangkup pada unsur-unsur strategi dakwah, masalah yang timbul (masalah yang dihadapi anggota Viking), metode yang digunakan, materi yang disampaikan, media yang digunakan dalam dakwahnya, dan efek dakwah. Jadi peneliti membatasinya pada: Strategi dakwah, masalah yang dihadapi, metode, materi, media yang digunakan, dan efek dakwah. Periode pengurus Viking 2010-2014.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini secara umum adalah bagaimana strategi dakwah yang dilakukan pengurus Viking dalam aktivitas keagamaan?

Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: a. Bagaimana Perumusan strategi dakwah pengurus Viking? b. Bagaimana Implementasi strategi dakwah pengurus Viking? c. Bagaimana Evaluasi strategi dakwah pengurus Viking?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang ada sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan tulisan sebagai berikut:

a. Peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi dakwah pengurus Viking dalam aktivitas keagamaan.


(16)

b. Peneliti ingin mengetahui bagaimana perumusan strategi dakwah pengurus Viking.

c. Peneliti ingin mengetahui bagaimana implementasi strategi dakwah pengurus Viking.

d. Peneliti ingin mengetahui bagaimana evaluasi strategi dakwah pengurus Viking.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan berguna untuk memperdalam tentang teori strategi dakwah. Serta menjadi referensi bagi pengembangan Ilmu komunikasi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi masukan dan menambah wawasan kepada khususnya pengurus Viking untuk menerapkan strategi dakwah yang tepat dalam menyampaikan dakwahnya kepada anggota Viking.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian dan Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi


(17)

lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokan antara realitas empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping itu juga tentang peranan organisasi pergerakan sosial atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, analisisnya bersifat kualitatif.13

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Sekretariat Viking jalan Gurame no 2A Bandung dan di Fans Shop Original jalan Banda Bandung dengan pertimbangan bahwa kedua tempat ini merupakan keberadaan para pengurus Viking berkumpul dan diharapkan dapat memberikan data yang lebih lengkap dan akurat.

13

Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:


(18)

Penelitian ini telah dimulai pada awal bulan Juli-Oktober 2014, dari mulai pengurusan perizinan sampai tahap pengumpul data yang dilakukan sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian.14 Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan.15 Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang sejarah lahirnya Viking, strategi dakwah pengurus Viking, yaitu dengan cara wawancara dengan ketua pengurus Viking yaitu Heru Joko dan yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen Viking. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran, hasil-hasil studi, tesis, hasil-hasil survey, studi historis, dan sebagainya.

14

S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara 2004) 15

J. Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya 2009), h.


(19)

Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung.16

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapat data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

a. Observasi Langsung

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan indra tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan indra untuk mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagaimana strategi dakwah pengurus Viking dalam aktivitas keagamaan.

Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang strategi dakwah pengurus Viking, sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang. Observasi langsung juga dapat memperoleh data subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.

16

J. Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya 2009), h.


(20)

b. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitan dengan tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara.17

Tujuan penulis menggunakan metode ini adalah, untuk memperoleh secara jelas dan konkret tentang strategi dakwah pengurus Viking. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan Ketua Viking, Ketua distrik Viking Frontline, dan Sumber terkait lainnya karena untuk menguatkan hasil observasi dan dokumen yang penulis kumpulkan.

c. Dokumen

Dokumen adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, penyimpanan informasi di bidang pengetahuan, pengumpulan bukti dan keterangan seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lainnya.18

Dari uraian di atas maka metode dokumen adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan objek penelitian.

Tujuan digunakannya metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang strategi dakwah pengurus Viking.

17

J. Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya 2009), h.

186. 18


(21)

E. Tinjauan Pustaka

Setelah peneliti melihat dan mencari judul skripsi yang ada dalam perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, peneliti menemukan ada beberapa skripsi yang membahas tentang strategi dakwah.

Namun yang diteliti mahasiswa sebelumnya berbeda dengan isi atau konten permasalahan yang diteliti peneliti. Oleh karena itu, untuk menghindari dari hal-hal plagiat atau menjiplak karya seseorang, maka peneliti mempertegas perbedaan antara masing-masing judul masalah yang akan diteliti.

1. Skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra Dalam Menciptakan Keluarga Sakinah” Skripsi ini disusun oleh mahasiswa yang bernama Bobby Rahman Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010. Dalam skripsi ini si peneliti terfokus pada strategi dakwah yang digolongkan kepada dua aspek yang dinilai menjadi hal yang sangat penting untuk menciptakan keluarga yang sakinah yaitu Aspek Fikriyah dan Aspek Ruhiyah yang baik digunakan dalam sebuah keluarga atau rumah tangga dalam menciptakan keluarga sakinah mawaddah warahmah yang dilakukan majelis Az-Zikra melalui Titian Keluarga Sakinah. Kemudian si penulis menyertakan faktor penghambat dan pendukung dakwah dalam keluarga dan konsep keluarga sakinah. Berbeda dengan skripsi yang peneliti buat, yaitu terfokus pada unsur-unsur di antaranya: masalah yang timbul


(22)

(masalah yang dihadapi anggota Viking), metode yang digunakan, materi yang disampaikan, dan media yang digunakan dalam dakwahnya. Namun ada kesamaan dalam hal definisi tentang dakwah dan sama-sama menyertakan faktor pendukung dan penghambat. 2. Skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah Front Pembela Islam (FPI)

Dalam Menanggulangi Dampak Negatif Globalisasi”. Skripsi ini disusun oleh mahasiswa yang bernama Dodiana Kusuma Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010. Dalam skripsi ini si peneliti terfokus pada menganalisis strategi dakwah FPI dengan konsep, serta ruang lingkup dakwah seperti apa yang dilakukan FPI dalam menanggulangi dampak globalisasi. Berbeda dengan skripsi yang peneliti buat, yaitu terfokus pada unsur-unsur diantaranya: strategi dakwah, masalah yang timbul (masalah yang dihadapi anggota Viking), metode yang digunakan, materi yang disampaikan, dan media yang digunakan dalam dakwahnya. Namun ada persamaan dari beberapa teori dan definisi tentang dakwah dan strategi dakwah.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini bersifat teratur dan sistematis, maka dari itu dapat memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, peneliti membagi skirpsi ini kedalam lima bab, yang pada tiap-tiap bab terbagi dari sub-sub bab. Isi masing-masing bab secara singkat adalah sebagai berikut :


(23)

BAB 1 PENDAHULUAN merupakan bab berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan. BAB 2 LANDASAN TEORI membahas tentang pengertian strategi, konsep strategi Fred R David, pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah, strategi dakwah, dan aktifitas keagamaan.

BAB 3 PROFIL SUPORTER VIKING PERSIB CLUB membahas tentang profil suporter Viking Persib Club, Visi dan Misi, Sejarah singkat Viking, Struktur dan Keanggotaan Viking Persib Club, danKegiatan-Kegiatan Viking Persib Club.

BAB 4 TEMUAN DAN ANALISIS DATA membahas tentang Strategi Dakwah Pengurus Viking, Implementasi strategi dakwah pengurus Viking, Evaluasi strategi pengurus Viking, Faktor pendukung dan penghambat dalam strategi dakwah yang dilakukan oleh pengurus Viking yang isi penelitian secara rinci di mana data-data yang telah dikumpulkan dipaparkan oleh peneliti dan menganalisis data yang sudah diperoleh.

BAB 5 PENUTUP merupakan bab terakhir dari skripsi yang dibuat oleh peneliti yang membahas tentang hasi keseluruhan penelitian yang menguraikan tentang kesimpulan dari semua uraian yang ada pada bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini, peneliti juga akan memberikan kesimpulan dan saran sebagai hasil dari penelitian yang telah dilakukan tentang Strategi Dakwah Pengurus Viking Dalam Akivitas Keagamaan.


(24)

14

LANDASAN TEORI

A. Strategi

Sebelum jauh membahas strategi dakwah, penulis akan menguraikan ruang lingkup strategi dakwah dan dakwah secara umum, yakni sebagai berikut:

1. Pengertian Strategi

Istilah strategi sering didengar di dalam dunia bisnis, manajemen ekonomi bahkan tidak jarang dalam dunia politik. Karena keluwesannya, istilah ini belakangan digunakan juga oleh bermacam-macam bidang, termasuk juga dalam bidang dakwah.

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos” (status yakni militer atau memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat rencana perang.1

Kata strategi pula banyak diadopsi dan diartikan lebih luas sesuai bidang ilmu atau kegiatan yang menempatkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang jendral di masa perang saja, akan tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab seorang pemimpin.2

Namun secara terminologi strategi dipaparkan oleh beberapa ahli, agar lebih jelasnya penulis coba mengambil beberapa definisi strategi dari beberapa pakar. Di antaranya Onong Uchjana Effendi menjelaskan

1

Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management; Back to Basic Approach,

(Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2004) Cet, ke-2, h. 5. 2

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep


(25)

Strategi pada dasarnya adalah perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.3 Selanjutnya Imam Mulyana menjelaskan bahwa strategi adalah ilmu seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan secara efektif yang terbaik.4 Dan terakhir menurut Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahan atau organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.5

Setelah melihat pemaparan beberapa ahli di atas yang menjabarkan definisi tentang strategi, pada dasarnya peneliti mengambil kesimpulan strategi hampir sama yakni sebuah cara atau taktik untuk meraih atau mencapai tujuan yang hendak dicapai.

2. Tahapan-Tahapan Strategi

Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh, yaitu:

a. Perumusan Strategi

Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, penetapan kekuatan dan kelemahan secara internal, menghasilkan

3

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktik (Bandung: PT. Remaja

Rodakarya, 1992), cet 1, h, 32. 4

Imam Mulyana, Mengupas konsep Strategi, Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja

Rodakarya, 1992), h, 32. 5


(26)

strategi alternatif, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada tahap ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. b. Implementasi Strategi

Disebut juga sebagai tindakan dalam strategi, karena implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam implementasi strategi adalah pengembangan budaya dalam mendukung strategi adalah pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk. Agar tercapai kesuksesan dalam implementasi strategi, maka dibutuhkan adanya disiplin, motivasi dan kerja keras.

c. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah proses dimana manager membandingkan antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapai tujuan. Tahap akhir dalam strategi adalah mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan.6

3. Faktor-Faktor Strategi

Sebuah strategi menurut S. P. Siagian haruslah efektif dan jelas, karena ia mengarahkan organisasi pada tujuannya, untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan faktor-faktor strategi diantaranya:

6


(27)

a. Lingkungan

Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi yang sama dan selalu berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya cara berfikir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan pandangan kehidupan.

b. Lingkungan Organisasi

Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan kebijakan organisasi yang ada.

c. Kepemimpinan

S. P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eskternal atau internal berbeda.7

4. Tujuan dan Manfaat Strategi

Tujuan dan manfaat dari sebuah strategi menurut Khotler Philip adalah: a. Mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sehingga dapat

digunakan untuk mengarahkan organisasi tersebut kearah yang baik. Mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam organisasi sangatlah penting. Karena informasi tersebut akan digunakan untuk membuat sebuah formula sasaran, strateginya hingga program penunjang tujuan yang akan dijalankan.

7


(28)

b. Mengetahui langkah strategis yang akan digunakan oleh organisasi tersebut dalam merealisasikan tujuan yang diinginkan. Langkah strategis yang telah disusun akan digunakan untuk mempermudah dan mempercepat proses terwujudnya tujuan-tujuan yang diinginkan organisasi. Oleh karena itu, tujuan dengan formulasi strategi harus berhubungan agar sinergitas yang dijalin juga membantu proses percepatan tersebut.

c. Memprediksi keadaan yang akan terjadi pada organisasi di waktu yang akan datang, setelah persaingan dengan organisasi lain dimulai. Prediksi dalam sebuah organisasi sangat penting dilakukan untuk diadikan bahan persiapan terhadap setiap hal-hal yang terjadi pada masa yang akan datang. Selain itu, prediksi juga akan dijadikan sebuah sandaran dalam mengambil keputusan dalam organisasi.

d. Mengetahui hambatan-hambatan yang kemungkinan akan dilalui oleh organisasi dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. Hambatan merupakan sebuah kerikil tajam yang dapat menghambat laju perkembangan dari sebuah organisasi. Apabila ia tidak dibersihkan ia akan menjadi tembok besar dalam merealisasikan tujuan-tujuan yang diinginkan oleh para pendiri dari organisasi tersebut. Jadi untuk memperlancar proses realisasi tujuan, maka hambatan harus dengan dihilangkan dari organisasi beraktifitas.8

Itulah beberapa tujuan yang bisa didapat ketika sebuah organisasi memiliki sebuah strategi dalam mengaplikasikan tujuan mereka. Apalagi

8


(29)

strategi tidak dimiliki oleh sebuah organisasi, maka eksistensi organisasi tersebut akan terancam oleh yang lain. Karena persaingan akan terus berjalan.

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Dakwah secara perspektif etimologi atau asal kata (bahasa) berasal dari bahasa Arab al-Munawir yang berarti doa, panggilan, undangan, permintaan, ajakan atau seruan.9 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah Penyiaran atau propaganda, penyiaran agama dan pengembangannya dikalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.10

Sedangkan ditinjau dari segi terminologi, definisi tentang dakwah yang dikemukakan oleh para cendekiawan Muslim antara lain adalah dari Ali Mahfud dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin mengatakan dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebijakan dan mengikuti petunjuk agama,yaitu menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan kemungkaran agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.11 Selanjutnya oleh Muhammad Khidir Husain dalam bukunya

al-Dakwah Ila al-Islah mengatakan dakwah adalah upaya memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan

amar ma’ruf nahi munkar dengan tujuan medapatkan kesuksesan dan

9

A. W. Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Lengkap, (Jakarta: Pustaka

Progresif, 1997), Cet Ke-14, edisi 2, h. 407. 10

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :

Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-14, edisi 2, h. 407 11

Ali Mahfud, Hidayah Al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa’ziwa al-Khitabah, (Beirut: Darul


(30)

bahagia dunia dan akhirat.12 Kemudian dalam buku yang berjudul ad Dakwah al Islamiyah, M. Munir dan Wahyu Ilahi mengatakan bahwa, ilmu dakwah adalah ilmu yang dipakai untuk mengetahui berbagai seni menyampaikan isi kandungan ajaran islam, baik itu akidah, syari’at, maupun akhlak.13 Dan Quraish Shihab mendefinisikan sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau mengubah situasi yang tidak baik menjadi situasi yang lebih baik dan sempurna baik dan sempurna baik terhadap diri pribadi maupun masyarakat.14 Asmuni Syukir juga mendefinisikan beberapa pengertian Dakwah, yaitu:

a. Dakwah adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam.

b. Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan sengaja.

c. Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksananya dapat dilakukan dengan berbagai cara atau metode.

Yang mana usaha-usaha tersebut dilakukan tidak lain adalah dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni hidup bahagia di dunia dan akhirat.15

Betapapun definisi-definisi diatas terlihat dengan redaksi yang berbeda, namun peneliti dapat menyimpulkan bahwa esensi dakwah

12

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006).

hlm. 19 13

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006).

hlm. 20 14

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 194.

15

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm 21


(31)

merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik.

2. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah menurut M. Munir dan Wahyu Ilahi adalah:

a. Subjek Dakwah (Da’i)

Subjek dakwah adalah pelaku dakwah (Da’i atau mubaligh).16 Subjek dakwah ialah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang berusaha mengubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individu maupun berbentuk kelompok (organisasi), sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi.

Kata da’i ini secara umum sering disebut dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam) namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit karena masyarakat umum cenderung mengartikan sebagai orang yang menyapaikan ajaran Islam melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yang bekhutbah) dan sebagainya.

Sehubung dengan hal tersebut terdapat pengertian para pakar dalam bidang dakwah, yaitu dari Hasjmy menjelaskan tentang juru dakwah adalah para penasihat para pemimpin dan pemberi peringatan, yang memberi nasihat dengan baik, yang mengarang dan berkhutbah, yang memusatkan kegiatan jika raganya dalam wa’ad danwa’id (berita

16

Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV Toha Putra, tt),


(32)

pahala dan berita siksa) dan dalam membicarakan tentang kampung akhirat untuk melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang duniawi.17 Dan M. Natsir menjelaskan bahwa pembawa dakwah merupakan orang yang memperingatkan atau memanggil supaya memilih, yaitu memilih jalan yang membawa pada keuntungan.18

Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah esensial, sebab tanpa da’i ajaran Islam hanyalah ideologi yang tidak berwujud dalam kehidupan masyarakat.

Sungguhpun demikian, sudah barang tentu tidak mudah berdakwah dengan baik dan sempurna karena pengetahuan dan kesanggupan setiap orang berbeda-beda pula. Namun bagaimanapun, mereka wajib berdakwah menurut ukuran kesanggupan dan pengetahuan yang dimilikinya.

Sejalan dengan keterangan tersebut yang berperan sebagai muballigh dalam berdakwah dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Secara umum; adalah setiap muslim atau muslimat yang mukallaf dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari missionnya sebagai penganut Islah.

2. Secara khusus; adalah mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhassis) dalam bidang agama Islam yang dikenal dengan ulama.19

17

A. Hasjmy, Dutur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta, Bulan Bintang 1994) hlm 16.

18

M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta, Gema Insani 1999)hlm. 119. 19

H. Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama 1997), cet ke-2, hlm 41-42


(33)

Anwar Masy’ari dalam bukunya Butir-Butir Problematika Dawah Islamiyah menyatakan syarat-syarat seorang da’i harus memiliki keadaan khusus yang merupakan syarat baginya agar dapat mencapai sasaran dan tujuan dakwah dengan sebaik-baiknya. Syarat-syarat seorang Da’i menurut Anwar Masy’ari dalam bukunya Butir-Butir Problematika Dawah Islamiyah itu ialah:

Pertama, mempunyai pengetahuan agama secara mendalam, berkemampuan untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan keterangan yang memuaskan.

Syarat kedua yaitu tampak pada diri da’i keinginan/kegemaran untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah dan penyuluhan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah dan demi memperjuangkan di jalan yang diridhainya.

Syarat ketiga, harus mempelajari bahasa penduduk dari suatu negeri kepada siapa dakwah itu akan dilancarkan. Sebabnya dakwah baru akan berhasil bilamana da’i memahami dan menguasai prinsip -prinsip ajaran Islam dan punya kemampuan untuk menyampaikan dengan bahasa lain yang diperlukan sesuai dengan kemampuannya tadi.

Harus mempelajari jiwa penduduk dan alam lingkungan mereka, agar kita dapat menggunakan susunan dan gaya bahasa yang dipahami oleh mereka, dan dengan cara-cara yang berkenan di hati para pendengar. Sudahlah jelas bahwa setiap sikon ada kata-kata dan ucapan sesuai untuk diucapkan; sebagaimana untuk setiap kata-kata dan ucapan ada pula sikonnya yang pantas untuk tempat menggunakannya.

Syarat keempat, harus memiliki perilaku, tindak tanduk dan perbuatan sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan suri-teladan bagi orang-orang lain.20

Hamka berpandangan tentang standar seorang da’i dalam delapan kriteria sebagai berikut:

a. Hendaklah seorang da’i melihat dirinya sendiri apakah niatnya sudah bulat dalam berdakwah. Kalau kepentingan dakwahnya adalah untuk kepentingan diri sendiri, popularitas, untuk

20Anwar Masy’ari,

Butir-Butir Problematika Dawah Islamiyah, (Surabaya: Bina Ilmu 1993)


(34)

kemegahan dan pujian orang, ketahuilah bahwa pekerjannya itu akan berhenti ditengah jalan. Karena sudah pasti bahwa di samping orang yang menyukai akan banyak pula yang tidak menyenangi.

b. Seorang da’i mengerti benar soal yang akan diucapkannya. c. Seorang da’i harus mempunyai kepribadian yang kuat dan

teguh,tidak mudah terpengaruh oleh pandangan orang banyak ketika memuji,dan tidak tergoncang, ketika orang-orang melotot karena tidak senang. Jangan ada cacat pada perangai, meskipun ada cacat jasmani.

d. Pribadinya menarik, lembut tetapi bukan lemah, tawadhu tetapi bukan rendah diri, pemaaf tetapi disegani.

e. Seorang da’i harus mengerti pokok pegangan kita ialah Al -Qur’an dan As Sunnah, di samping itu pun harus mengerti ilmu jiwa (Ilmu Nafs), dan mengerti adat-istiadat orang yang hendak didakwahi.

f. Jangan membawa sikap pertentangan, jauhkan dari sesuatu yang membawa perdebatan, sebab hal itu akan membuka masalah khalafiyah.

g. Haruslah diinsyafi bahwa contoh teladan dalam sikap hidup, jauh lebih berkesan kepada jiwa umat dari pada ucapan yang keluar dari mulut.


(35)

h. Hendaklah seorang da’i itu menjaga jangan sampai ada sifat kekurangan yang akan mengurangi gengsinya dihadapan pengikutnya.21

b. Objek Dakwah (Mad’u)

Objek dakwah adalah setiap orang atau sekelompok orang yang dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap manusia tanpa membedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna kulit, dan lain sebagainya adalah sebagai objek dakwah.22 Objek dakwah adalah manusia yang menjadi audiens yang akan diajak ke dalam Islam secara khaffah..23

Mereka adalah orang-orang yang telah memiliki atau setidak-tidaknya telah tersentuh oleh kebudayaan aslo atau kebudayaan selain Islam. Karena itu, objek dakwah senantiasa berubah karena perubahan aspek sosial kultural, sehingga objek dakwah ini akan senantiasa mendapat perhatian dan tanggapan khusus bagi pelaksanaan dakwah. Berdasarkan keterangan tersebut dapat juga dikatakan bahwa unsur dakwah yang kedua adalah mad’, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Sesuai dengan firman Allah QS. Saba’ 28:

21

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikasi, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1 h. 2Ke-1

22

A. Karim Zaidan, Asas al-Dakwah, diterjemahkan. M. Asywadie Syukur dengan judul Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1979), hlm. 68

23

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: pustaka pelajar off, 2000), hlm. 32


(36)















































Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui.

c. Materi Dakwah (Maddah)

Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh Da’i kepada mad’u, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist. Yang mana ajaran agama Islam adalah diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok yaitu: Masalah

akidah (keimanan), masalah syari’ah, masalah akhlak dan masalah

mu’amalah.24

d. Metode Dakwah (Thariqah)

Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan pada objek dakwah, baik itu individu, kelompok ataupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini dan diamalkan.25 Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat an-Nahl ayat 125:

24

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006).

Hlmhlm 24-31 25

Salahudin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam, (Semarang:


(37)









Artinya : “Serualah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk ”.

e. Media Dakwah (Wasilah)

Media dakwah dalam arti sempit adalah alat dakwah. Alat dakwah berarti media dakwah yang memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. 26 media dakwah yang dimaksud adalah sarana untuk merealisasikan materi dakwah terhadap mad’u. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam yaitu: Lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, akhlak.27 Media merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh seorang da’i saat berdakwah. Karena pemilihan media memiliki peranan penting dalam menentukan bagaimana aktifitas dakwah yang dilakukan seseorang da’i. Media dakwah dapat memudahkan para juru dakwah untuk menyampaikan pesan pada khalayak atau komunikannya dengan cepat dan pesan yang disampaikan dapat tersebar dengan luas.28

26

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),hlm. 164

27

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006).

hlm. 32 28

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikasi, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1 h. 12


(38)

f. Efek Dakwah (atsar)29

Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan efek atau reaksi. Artinya jika dakwah telah dilakukan oleh seorang dai dengan materi dakwah, Wasilah dan Thariqah tertentu maka akan timbul respon dan efek pada si Mad’u.

Efek dakwah sering disebut dengan Feedback atau umpan balik dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah berdakwah, maka selesailah dakwah,. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Hubungan Antar Unsur-Unsur Dakwah supaya proses dakwah berjalan dengan sempurna maka seorang dai harus menggunakan metode, materi serta Media yang tepat.

Seorang Dai harus mempunyai Materi yang sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u, yang mana dalam Penyampaian materi, si Dai hendaklah menggunakan metode-metode pokok bagi seorang Dai.

Setelah proses penentuan materi serta metode-metodenya terlaksana maka seorang Dai bisa melaksanakan dakwahnya melalui media, baik itu media lisan tulisan dan sebagainya. Apabila seorang dai telah melakukan tahapan-tahapan di atas maka yang terakhir adalah Proses Evaluasi terhadap dakwah yang di sampaikannya, bagaimana respon ataupun Feedback dari madu.

29

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006).


(39)

Evaluasi dan koreksi terhadap efek dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau setengah-setengah. Seluruh kompenen sistem (unsur-unsur) dakwah harus di evaluasi secara keseluruhan. Para dai harus mempunyai jiwa terbuka untuk melakukan pembaharuan dan perubahan. Jika proses evaluasi telah menghasilkan beberapa keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan korektif (corrective action). Dan jika proses ini telah dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah mekanisme perjuangan dalam bidang dakwah, dan inilah yang di sebutkan dalam agama dengan sebutan ikhtiar insani .

Jadi, dalam proses penyampaian ajaran agama islam maka si Dai harus sangat memperhatikan unsur-unsur dakwah guna mewujudkan efektifitas dalam penyampaian supaya si madu bisa menerima dan mengaplikasikan ajaran-ajaran agama yang telah di sampaikan oleh si Dai tersebut dalam kehidupannya.

C. Strategi Dakwah

Setelah membahas pengertian strategi dan dakwah. Maka langkah selanjutnya yang perlu dibahas adalah strategi dakwah, yaitu penggabungan dari strategi dan dakwah.

1. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan manajemen. Karena orietasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah pada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh individu maupun organisasi. Pengertian manajemen strategi adalah suatu proses kegiatan


(40)

manajerial yang berdasar dan menyeluruh dala mendayagunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan visi dan misi yag telah ditentukan.

Sedangkan pengertian dakwah sebagaimana djelaskan terdahulu secara singkat adalah upaya yang dilakukan individu maupun kelompok (kolektif, lembaga, organisasi). Dalam meealisasikan ajaran Islam di tengah-tengah manusia melalui metode-metode tertentu dengan tujuan agar terciptanya kepribadian dan masyarakat yang menerapkan ajaran Islam secara utuh (kaffah)dalam mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, dakwah sebagai proses kegiatan yang universal dan tidak hanya sekedar bentuk ritual keagamaan, tetapi meliputi segala aktifitas hidup manusia, bahkan dakwah juga dituntut untuk menjadi problem solving bagi persolan-persoalan yang bekembang dimasyarakat, juga mengadopsi istiah manajemen dan stratgi untuk menjelaskan rangkaian kegiatan akwa yang dapat membantu pencapaian tujuan dakwah itu sendiri.

Pengertian Strategi dakwah menurut Asmuni adalah metode siasat, taktik atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah.30 Menurut Abu Zahra mengatakan bahwa strategi dakwah islam adalah perencanaan, penyerahan kegiatan dan operasi dakwah Islam yang dibuat

30

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.


(41)

secara rasional untuk mencapai tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.31

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa strategi dakwah adalah cara, siasat, taktik untuk melakukan suatu rencana yang telah disesuaikan dengan sasaran secara cermat guna mencapai tujuan dakwah.

2. Asas-asas Strategi Dakwah

Menurut Asmuni Syukir strategi yang digunakan dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa asas strategi dakwah, antara lain: 1. Asas Filosofis, yaitu asas yang membicarakan tentang hal-hal yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktifitas dakwah;

2. Asas Psikologis, yaitu asas yang membahas tentang masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu juga sasaran dakwahnya yang memiliki karakter kejiwaan yang unik, yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Apalagi masalah agama, yang merupakan masalah ideologi atau kepercayaan (ruhaniah)yaitu input dari masalah-masalah psikologis sebagai asas (dasar) dakwahnya.

Secara psikologis segala macam ajakan atau seruan kebaikan, sebelum disampaikan kepada orang lain, sebaiknya dipraktikan sendiri terlebih dahulu, apa yang akan diserukan atau disampaiakn

31

Acep Aripudin & Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar


(42)

kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT QS. Al-Baqarah, ayat: 8-9 yang berbunyi:





































































Artinya:

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya”.

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar”.

3. Asas Sosiologis, yaitu asas yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah, misalnya politik masyarakat setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofi sasaran dakwah, sosio-kultur dan lain sebagainya, yang sepenuhnya diarahkan pada persaudaraan yang kokoh, sehingga tidak ada sekat diantara elemen dakwah, baik kepada objek (mad’u) maupun kepada sesama subjek (pelaku dakwah). Dalam mencoba memahami keberagamaan masyarakat, antara konsepsi psikologi, sosiologi dan religiusitas hendaknya tidak dipisahkan secara ketat, sebab jika terjadi akan menghasilkan kesimpulan yang fatal32;

32

Muhammad Husain Fatahullah, Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta:


(43)

4. Asas Kemampuan dan Keahlian (achievement and profesional), yaitu azas yang lebih menekankan pada kemampuan dan profesionalisme subjek dakwah dalam menjalankan misinya. Latar belakang subjek dakwah akan dijadikan ukuran kepercayaan

mad’u;

5. Asas Efektifitas dan Efisiensi, yaitu asas yang menekankan usaha melaksanakan kegiatan dengan semaksimal mungkin sesuai dengan planning yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam aktifitas dakwah harus menyeimbangkan antara biaya dan waktu dengan tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya, bahkan kalau biaya, waktu dan tenaga yang sedikit dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain ekonomis biaya, tenaga dan waktu tetapi dapat mencapai hasil yang maksimal atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya.

Melihat asas-asas strategi dakwah yang begitu luas dan saling terkait antara satu dengan yang lainnya, maka sebagai pelaku dakwah harus dapat menyikapi hal tersebut dengan memperkaya keilmuan dan pengetahuan yang berkenaan dengan asas-asas tersebut.

Seluruh asas yang dijelaskan di atas termuat dalam metode dakwah yang harus dipahami oleh pelaku dakwah. Dimana Istilah metode atau methodos (Yunani) diartikan sebagai rangkaian,


(44)

sistematisasi dan rujukan tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang matang, pasti dan logis.33

3. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah

Prinsip-prinsip strategi dakwah menurut Dr. Marwah Daud Ibrahim yang dikutip oleh Abdul Jalil, menyebutkan lima prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam strategi dakwah, yaitu:34

1. Prinsip sinerji; setiap da’i haruslah mempertimbangkan bahwa apa yang ia lakukan hanya dapat lebih bermakna bila terintegrasi dengan yang lain.

2. Prinsip akumulasi; setiap yang ingin kita sampaikan perlu dilihat sebagai suatu proses akumulatif kebenaran-kebenaran relatif. 3. Prinsip konvergensi; walaupun kita berangkat dari tempat yang

berbeda dalam memakai jalan beragam pada dasarnya kita menuju titik sentripental sempurna, yaitu tauhid.

4. Prinsip totalitas; bahwa dakwah perlu dipersepsikan sebagai multi dimensi dan semua dimensi yang harus disentuh.

5. Prinsip inklusif; kita harus melihat siapa saja sebagai bagian dari kita. Dengan kata lain da’i dipersepsikan sebagai mediator yang efektif menyatukan potensi-potensi umat yang selama ini berserakan.

33

H. Asep Muhiddin, Metode Pengembangan Dakwah (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia,

2002), h. 78. Dikutip dari Nurcholish Madjid, Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 100.

34

Abdul Jalil, “Mekanisme Dakwah dari Proses Penyadaran Menuju Implementasi


(45)

D. Aktivitas Keagamaan

1. Pengertian Aktivitas Keagamaan

Aktivitas keagamaan terdiri dari dua kata atau istilah yaitu aktivitas dan “keagamaan”, istilah aktivitas berasal dari bahasa Inggris activity yang berarti aktivitas, kegiatan, kesibukan.35

Sedangkan kata keagamaan berasal dari kata dasar agama yangmendapat awalan ke- dan akhiran-an. Agama itu sendiri mempunyai arti kepercayaan kepada Tuhan, ajaran kebaikan yang bertalian dengan kepercayaan.36

Pengertian agama sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tidak kacau. Agama diambil dari dua akar suku kata, yaitu yang berarti tidak, dan agama yang berarti kacau.37 Jadi kalau ditelusuri dari makna-makna artinya, maka didapati arti dari agama yang sesungguhnya yaitu aturan atau tatanan untuk mencegah kekacauan dalam kehidupan manusia.38

Jadi kata aktifitas keagamaan mempunyai arti segala aktifitas dalam kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai agama, yang diyakini agar tidak terjadi kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian agama bila ditinjau secara deskriptif sebagaimana yang telah diungkapkan oleh George Galloway, adalah sebagai keyakinan manusia terhadap kekuatan yang melampaui dirinya, kemana ia mencari

35

John Echols dan Hasan Sadeli, Kamus Inggris Indonesia, Gramedia, Cet, X, Jakarta,

1981, hlm. 10 36

Dewi S. Baharta, Kamus Bahasa Indonesia, Bintang Terang, Surabaya, 1995, hlm. 4 37

Dr. H. Dadang Kahmad. M. Si., Sosiologi Agama, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung,2002, hlm. 13 38

Prof. Dr. Harun Nasution, Islam; Ditinjau dari Berbagai Aspek, Penerbit UI,


(46)

pemuas kebutuhan emosional dan mendapat ketergantungan hidup yang diekspresikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian.39

Dari pengertian di atas yang diungkapkan oleh George Galloway dapat dijelaskan bahwa agama merupakan keyakinan yang diakui oleh seluruh manusia dengan mempercayai akan adanya sesuatu kekuatan yang lebih besar dari manusia, yakni kekuatan yang Maha Besar yang menjadikan manusia bergantung kepada-Nya dan menjadikan manusia menyembah.

Pada dasarnya agama itu lahir dan timbul dalam jiwa manusia, karena adanya perasaan takut dan karena merupakan kebutuhan rohani yang tidak bisa diabaikan keberadaannya, karena hal tersebut dapat menimbulkan adanya perasaan yang menjadi pendorong utama timbulnya rasa keberagamaan.

Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakan untukmencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat umumnya.40 Dalam Kamus Sosiologi, pengertian agama ada tiga macam, yaitu kepercayaan pada hal-hal yang spiritual, perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri, serta ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.41 Sementara itu, Thomas F.O’Dea mengatakan bahwa agama adalah pendayagunaan

39

Ahmad Norman P.(ed)., Metodologi Studi Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

2000,hlm. 9 40

D. Hendropuspito, O.C. Sosiologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hlm. 34 41

Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993,hlm.


(47)

sarana-sarana supraempiris untuk maksud-maksud non-empiris atau supra-empiris.42

Agama sebagai refleksi atas cara beragama tidak hanya terbatas pada kepercayaan, akan tetapi merefleksikan dalam perwujudan perwujudan tindakan kolektivitas umat (aktivitas keagamaan). Aktifitas keagamaan suatu umat beragama bukan hanya pada tataran relasi dengan Tuhan, namun juga meliputi relasi dengan sesama makhluk.

Aktifitas keagamaan merupakan bagian dari dimensi ritual suatu agama, dan pada dasarnya aktivitas keagamaan itu timbul dari cara manusia mengejewantahkan keberagamaannya.

Pengajian merupakan salah satu kegiatan dari aktifitas keagamaan. pengajian yaitu meneliti atau mempelajari tentang ilmu-ilmu agama Islam yang maksudnya adalah membimbing sesering mungkin terhadap umat manusia yang sudah memeluk agama Islam pada khususnya, agar keberagaman semakin meningkat dan menanamkan norma-norma agama melalu media tertentu.43 Pengajian yang kita ketahui sebagai sistem tradisional, telah menyumbangkan hasil yang tidak bisa dianggap sepele di Indonesia, seperti aktifitas yang dilakukan oleh sejumlah Walisongo. Karena pada dasarnya sistem yang diterapkan dalam pengajian tidak saklek pada satu model saja. Akan tetapi guna tercapainya sebuah dakwah, maka disesuaikan dengan kondisi sosial yang ada pada waktu itu.

42Thomas F. O’Dea,

Sosiologi Agama : Suatu Pengantar Awal, CV. Rajawali, Jakarta, 1996, hlm. 13

43

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1994, hl.


(48)

Tujuan mengkaji suatu ilmu adalah mendapatkan suatu ilmu yang benar. Esensi dari ilmu itu akan ada bila dirinya ada iman dan amal saleh, sehingga terwujudnya suatu kehidupan yang bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat dalam ridha Allah SWT.

Berpijak pada hal di atas, maka pengajian juga disebut dakwah, bukan sekedar tabligh tetapi merupakan salah satu bentuk usaha untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

2. Bentuk-bentuk Aktivitas Keagamaan

Bentuk-bentuk aktivitas keagamaan yang dimaksud dalam pembahasan disini adalah pada tataran implementasi atau praktek yang dilakukan dan nilai-nilai yang terkandung dari setiap praktek dari bentuk-bentuk aktivitas keagamaan itu adalah diterapkandalam tingkah laku sehari-hari. Untuk kalangan umat seagama maupun antar umat beragama.

Secara etimologi, praktek keagamaan berasal dari bahasa Indonesia, praktek dan agama. Yang dimaksud dengan praktek adalahpelaksanaan secara nyata apa yang disebut dengan teori.44 Sedangkan yang dimaksud dengan agama adalah sistem kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.

Sedangkan pengertian praktek keagamaan secara terminologi adalah pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Menurut Dr. Nico

44

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar


(49)

Syukur Dister, Ofm, praktek kegamaan adalahpelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam sistem kepercayaankepada Tuhan karena motif tertentu.45

Sedangkan menurut Dr. Quraish Shihab, yang dimaksud dengan praktek keagamaan adalah pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan karena kebutuhan.46 Demikian pula pengertian praktek keagamaan menurut Drs. Amsal Bachtiar, MA, adalah pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan juga karena kebutuhan.47

Bentuk-bentuk aktivitas keagamaan tidak akan lepas dari adanya partisipasi atau peran serta. Partisipasi adalah ikut sertanya satu kesatuan untuk mengambil bagian dalam aktivitas yang dilaksanakannya oleh susunan kesatuan yang lebih besar.48

Partisipasi mempunyai hubungan dengan kebutuhan pokok yaitu partisipasi dalam pembangunan lembaga lembaga keagamaan dan bukan keagamaan, misalnya tempat-tempat ibadah, sekolah-sekolah agama, dan sekolah-sekolah umum, dan lain-lain. Selain itu, partisipasi juga mempunyai hubungan dengan kebutuhan pokok misalnya pembangunan sarana dan prasarana baik yang berhubungan dengan fisik dan non fisik, memperbaiki jalan, dan lain-lain.

Dalam bidang kegiatan non fisik, adalah secara individu sebagai bagian dari umat beragama adalah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

45

Dr. Nico Syukur Dister, Ofm., Pengalaman dan Motivasi Beragama : Pengantar

Psiokologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1988, hlm. 71 46

Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1994, hlm. 21

47

Drs. Amsal Bahtiar, MA., Filsafat Agama, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997, hlm. 250 48


(50)

keagamaan yang dilakukan dalam tempat ibadah, yang terdiri dari kebaktian atau misa mingguan, memperingati hari-hari besar keagamaan, ceramah-ceramah yang berisikan persoalan yang berhubungan dengan agama dan ibadah, dan lain-lain.

Pada hakikat nya antara partisipasi dan aktivitas tidak dapat dipisahkan antara keduanya, karena dalam pengertian partisipasi terkandung pula di dalamnya aktivitas atau kegiatan, dan dalam aktivitas tercakup pula di dalamnya partisipasi jika seseorang terlibat dalam kegiatan-kegiatan dan seseorang melakukan kegiatan (aktivitas) berarti ia berpartisipasi aktif dalam kegiatan itu.

Sekalipun ada banyak bentuk-bentuk aktivitas keagamaan, namun semua itu terangkum dalam dua kategori tersebut di atas. Bentuk-bentuk aktivitas keagamaan bisa saja berbeda pada masing-masing agama, akan tetapi tujuannya sama, disamping sebagai bentuk konsentrasi atas keimanan terhadap agama atau kepercayaan yang diyakininya sekaligus perwujudan dari eksistensi agama yang mereka anut.

Bentuk-bentuk aktivitas keagamaan sangat bergantung pada latar belakang dan kepribadian nya. Hal ini membuat adanya perbedaan tekanan penghayatan dari satu orang ke orang lain, dan membuat agama menjadi bagian yang amat mendalam dari kepribadian atau privaci seseorang. Oleh karena itu, agama senantiasa bersangkutan dengan kepekaan emosional. Namun makna yang lebih global dan makro adalah implementasi atas nilai-nilai ajaran dari masing-masing agama sebagai makhluk Tuhan yang individual dan sosial.


(51)

41

A. Latar Belakang Berdirinya Viking Persib Club1

1. Sejarah Kelahiran Viking Persib Club

Bermula saat sekelompok bobotoh fanatik Persib yang biasa menghuni tribun selatan mencetuskan ide untuk menjawab totalitas sang idola Persib Bandung di lapangan dengan sebuah totalitas dalam memberi dukungan, maka setelah melalui beberapa kali pertemuan yang cukup alot dan memakan waktu, akhirnya terbentuk sebuah kesepakatan bersama.

Tanggal 17 Juli 1993, disebuah rumah dibahu jalan Kancra no. 34, diikrarkan sebuah kelompok suporter dengan nama Viking Persib Club. Adapun pelopor dari pendiriannya antara lain; Ayi Beutik, Heru Joko, Dodi Rokhdian, Hendra Bule, dan Aris Primat dengan dihadiri oleh beberapa Pioner Viking Persib Club lainnya, yang hingga kini masih tetap aktif dalam kepengurusan Viking Persib Club.

Nama Viking diambil dari nama sebuah suku bangsa yang mendiami kawasan skandinavia di Eropa Utara. Suku bangsa tersebut dikenal dengan sifat yang keras, berani, gigih, solid, patriotis, berjiwa penakluk, pantang menyerah, serta senang menjelajah. Karakter dan semangat itulah yang mendasari pengadopsian nama Viking kedalam nama kelompok yang telah dibentuk.

1

Wawancara dengan Heru Joko (Ketua Viking Persib Club), jalan Gurame no 2A , Bandung, 7 Agustus 2014


(52)

Organisasi ini mewadahi para suporter Persib supaya terus memberikan dukungan total bagi kesebelasan Persib dan menerapkan manajemen tersendiri termasuk mendata para anggota, serta menerapkan fungsi kontrol dalam setiap menghadapi persoalan anggotanya.

Seiring dengan waktu dari mulai sedikit anggota, kini Viking sudah mulai memiliki lebih dari 70 ribu anggota resmi yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten di Jawa Barat bahkan di hampir setiap propinsi di Indonesia ada distrik Viking termasuk di Jakarta yang notabene merupakan wilayah tempat bernaung seteru Viking yakni the Jakmania, suporter Persija Jakarta.2

2. Visi dan Misi Viking Persib Club

Menjadi sebuah organisasi atau kelompok sosial yang menjaga sportifitas dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi, baik di dalam stadion atau diluar stadion serta menjadi leading organisasi atau kelompok sosial yang mengedepankan tali persaudaraan dan menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika. Menjaga keamanan dan kenyamanan pada setiap pertandingan yang diadakan, serta ikut berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan sosial demi terciptanya ikatan sosial dengan kelompok lain yang berlandaskan Bhineka Tunggal Ika.

3. Struktur Organisasi

Sebagai sebuah organisasi, Viking Persib Club memiliki susunan organisasi resmi dimana kepengurusan tersebut akan berlangsung selama para pengurus menginginkannya dalam arti ketika seseorang masih

2

Irvan Beka, Yadi, Sejarah Lahirnya Viking Persib Fans Club, artikel diakses pada 15

Desember 2013 pukul 15.19 WIB dari


(53)

menginginkan dan atau diinginkan untuk menjabat posisi tertentu maka jabatan itu akan tetap menjadi miliknya. Struktur organisasi Viking Persib Club periode 1993-sekarang adalah sebagai berikut :

a. Ketua : Heru Joko b. Sekretaris Umum : Yoedi Baduy c. Panglima : Ayi Beutik

d. Administrasi : Yana Ewok & Ucok e. Konfigurator : Yana Bool

f. Merchandise : Dadan Gareng

g. Ticketing : Rudi Boseng & Odoy

h. Koord. Lapangan : Hendra Bule & Ketua Distrik i. Peralatan : Deni Jeck, Harip & Ferry


(54)

KETUA Heru Joko

PANGLIMA

SEKRETARIS UMUM

Ayi Beutik Yoedi Baduy

KONFIGURATOR ADMINISTRASI

Yana Bool Yana Ewok & Ucok

TICKETING MERCHANDISE

Rudi Boseng & Dadan Gareng

Odoy

KOORD.LAPANGAN PERALATAN

Hendra Bule &

Deni Jeck, Harip & Ferry

Ketua Distrik


(55)

4. Biodata Viking Persib Club

Biodata organisasi Viking Persib Club dapat dirangkum sebagai berikut : Nama organisasi : Viking Persib Club

Berdiri : 17 Juli 1993

Sekretariat : Jl. Gurame No 2A, Bandung

Yel-yel : Persib Nu Aing

Semboyan : Bagimu Persib Jiwa Raga Kami

Jumlah distrik : 45 distrik di kota Bandung, 17 distrik di luar kota Bandung dan 3 distrik di luar negeri

Gambar 2: Logo Viking Persib Club3

Anggota Viking Persib Club semakin hari semakin bertambah banyak dengan berbagai ragam pemikiran, sikap, latar belakang ekonomi, sosial dan pendidikan, membutukan pengaturan dan pengkoordinasian yang tepat. Keadaan ini menjadi alasan untuk dibentuknya distrik-distrik yang mengatur organisasi secara mandiri dengan tetap menginduk kepada

3

Sumber foto www.google.co.id/logo-Viking diakses pada tanggal 15 Juli 2014 pukul 15.31 wib


(56)

organisasi pusat. Distrik didirikan berdasarkan wilayah komunitas anggota Viking Persib Club. Untuk lingkungan sekolah atau kampus hanya merupakan komunitas saja. Distrik-distrik ini diharapkan dapat menjembatani komunikasi secara berkesinambungan dengan para anggota yang tersebar di beberapa wilayah. Distrik resmi yang sudah tercatat, sebagai berikut :

1. Wilayah Bandung terdiri dari : Pelita Cibangkong, Gg. Nata Pasirluyu, Banjaran, Majalaya, Ciwidey, Cimahi, Bandung Timur, Bandung Utara, Soreang, Batujajar, Antapani, Panghegar, Riung Bandung, Baleendah, Bojongsoang, Sersan Bajuri, Bandung Tengah, Bom Kill, Bandung Barat, Kebaktian, Cempaka, Nata Endah, Independen, Jatinangor, Bonanza Rancaekek, PHC Rancaekek, Cileunyi, Ciwastra, Geger Kalong, Sarijadi, Sukajadi, Gedebage, Emong, Setiabudhi, Cihampelas, Lembang, Padalarang, Cililin, Rajamandala, Cijerah, Cikalong, Cibolerang, Dago, Pangalengan dan Margahayu Kencana.

2. Wilayah Luar Bandung terdiri dari : Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, Depok, Cianjur, Garut, Tasik, Sumedang, Cirebon, Kuningan, Indramayu, Bontang, Sukabumi, Medan, Subang, dan Purwakarta.

3. Di Luar Negeri terdiri dari : Kyoto dan Nigata (Jepang), Bussan (Korea Selatan) dan Napoli (Italia).


(1)

NIM : 1110051000193

Perihal : Wawancara dengan Heru Joko Tempat : Fanshop Original jl.Banda Bandung Waktu : Kamis, 07Agustus 2014 pukul14.00 WIB

1. Peneliti : Latar Belakang Berdirinya Viking Persib Club?

Narasumber : Dulu bermula saat sekelompok bobotoh yang fanatik sama Persib yang biasa menghuni tribun selatan belum ada wadah besar untuk menampung bobotoh yang fanatik, maka ide untuk menjawab totalitas sang idola Persib Bandung di lapangan dengan sebuah totalitas dalam memberi dukungan, maka setelah melalui beberapa kali pertemuan yang cukup alot dan memakan waktu, akhirnya terbentuk sebuah kesepakatan bersama. Tanggal 17 Juli 1993, dirumah dibahu jalan Kancra no. 34, diikrarkan sebuah kelompok suporter dengan nama Viking Persib Club. Adapun pelopor dari pendiriannya antara lain; alm. Ayi Beutik, saya sendiri, Dodi Rokhdian, Hendra Bule, dan Aris Primat dengan dihadiri oleh beberapa Pioner Viking Persib Club lainnya, yang hingga kini masih tetap aktif dalam kepengurusan Viking Persib Club. Nama Viking sendiri kita ambil dari nama sebuah suku bangsa yang mendiami kawasan skandinavia di Eropa Utara. Suku bangsa tersebut dikenal dengan sifat yang keras, berani, gigih, solid, patriotis, berjiwa penakluk, pantang menyerah, serta senang menjelajah. Karakter dan semangat itulah yang mendasari pengadopsian nama Viking kedalam nama kelompok yang telah dibentuk. Organisasi ini mewadahi para suporter Persib supaya terus memberikan dukungan total bagi kesebelasan Persib dan menerapkan manajemen tersendiri termasuk mendata para anggota, serta menerapkan fungsi kontrol dalam setiap menghadapi persoalan anggotanya.


(2)

2. Peneliti: Apa Visi dan Misi Viking Persib Club?

Narasumber: Menjadi sebuah organisasi atau kelompok sosial yang menjaga sportifitas dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi, baik di dalam stadion atau diluar stadion serta menjadi leading organisasi atau kelompok sosial yang mengedepankan tali persaudaraan dan menjunjung tinggi

Bhineka Tunggal Ika. Menjaga keamanan dan kenyamanan pada setiap

pertandingan yang diadakan, serta ikut berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan sosial demi terciptanya ikatan sosial dengan kelompok lain yang berlandaskan Bhineka Tunggal Ika.

3. Peneliti: Bagaimana susunan struktur organisasi Viking?

Narasumber: Sebagai sebuah organisasi, Viking Persib Club memiliki susunan organisasi resmi dimana kepengurusan tersebut akan berlangsung selama para pengurus menginginkannya dalam arti ketika seseorang masih menginginkan dan atau diinginkan untuk menjabat posisi tertentu maka jabatan itu akan tetap menjadi miliknya. Struktur organisasi Viking Persib Clubperioede 1993-sekarang adalah sebagai berikut : Ketua itu saya Heru Joko kemudian bagian Sekretaris Umum itu Yoedi Baduy,ada Panglima alm. Ayi Beutik, bagian administrasi Yana Ewok & Ucok, Konfigurator Yana Bool, Merchandise Dadan Gareng, bagian yang ngurus Ticketing Rudi Boseng & Odoy, Koord. Lapangan Hendra Bule & Ketua Distrik dan terakhir peralatan Deni Jeck, Harip & Ferry.

4. Apa saja aktivitas Viking selain mendukung Persib?

Narasumber: Sejak Viking didirikan, kegiatan rutinnya adalah sudah pasti nonton bareng pertandingan Persib baik itu di Stadion maupun melalui siaran televisi. Sedangkan fungsi Viking terhadap anggotanya adalah, sebagai agen penjualan tiket pertandingan persib. Seiring dengan pertambahan anggota Viking dari waktu kewaktu, maka mereka merasa perlu melakukan aktivitas lain yang bermanfaat selain hanya menjadi suporter fanatik.Adanya keinginan para anggota Viking untuk berkegiatan, tentu saja perlu disalurkan demi keberlangsungan aktivitas komunitas tersebut. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh para


(3)

anggota Viking selain hanya menjadi suporter fanatik adalah, menjadi agen ticketing pertandingan persib, mendirikan fanshop merchandise Persib, bakti sosial jika terjadi bencana alam didaerah, kompetisi futsal antar distrik manapun, aktifitas keagamaan seperti santunan anak yatim, sahur on the road, buka puasa dengan anak yatim, pengajian rutin, dan masih banyak lagi. Selain itu juga Viking mendirikan Viking Records, mendirikan sekolah sepak bola England FC, mendirikan Viking Automotive Riders (VAR), dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.

5. Peneliti: Berapa jumlah anggota resmi Viking hingga saat ini?

Narasumber: jumlah anggota yang memiliki kartu anggota resmi sampai saat ini lebih dari 70 ribu lebih yang tersebar di seluruh distrik Indonesia dan distrik luar negeri.

6. Peneliti: apa saja aktivitas yang menyangkut keagamaan yang pernah dilakukan Viking melibatkan anggota?

Narasumber : Jika dilihat dari sisi positifnya ataupun aspek aktivitas keagamaan, kami selaku pengurus Viking mengadakan beberapa agenda acara yang bersifat aktivitas keagamaan seperti acara santunan anak yatim, acara sahur on the road, buka puasa bersama dengan anak yatim piatu, isra mi’raj,dan pengajian rutin yang dilakukan sebulan sekali.

Peneliti

(Rendy Adityawarman)

Narasumber


(4)

NIM : 1110051000193

Perihal : Wawancara dengan Dovi

Tempat : Fanshop Original jl.Banda Bandung Waktu : Kamis, 07Agustus 2014 pukul16.00 WIB

Peneliti: Kira-kira adakah manfaat yang diadakannya pengajian rutin oleh pengurus Viking?

Narasumber: Kegiatan pengajian ini jelas ada manfaat positif untuk para anggota Viking khususnya untuk anak-anak Viking Frontline karena dengan diadakannya pengajian akan berdampak pada kehidupan sehari-hari seperti memahami nilai-nilai islam dan makna-makna hidup dijalan yang benar.

Peneliti Narasumber


(5)

(6)