Premis dan Asumsi Penelitian

21 fisik lingkungan, dan 5 manusia itu sendiri Robbins dan Langton; 2001. 4. Budaya organisasi adalah “a pattern of shared basic assumptions that the group learned as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those problems” Schein, 1992. 5. Perubahan budaya organisasi pada dasarnya menyangkut fearlessness culture, persistence culture, one-shot culture, process culture Sweeney McFarlin, 2002. 6. Konsep kinerja pelayanan berkenaan dengan tingkat efektivitas dalam mencapai produktivitas kelembagaan, “…that employee productivity, regardless of wether it is defined in terms efficiency or effectiveness, is a function of both the employee’s ability and motivation to perform.” McAfee dan Poffenberger, 1982. 7. Kriteria penting yang digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi adalah kualitas performance kinerja. Performance quality berkenaan dengan kegiatan-kegiatan, tugas, program, atau misi yang dilakukan organisasi. Karenanya, kriteria yang dapat dijadikan ukuran peningkatan kualitas pelayanan kelembagaan berkenaan dengan: 1 kemampuan adaptasi atau fleksibilitas, 2 produktivitas, 3 kepuasan 22 kerja, 4 kemampuan menghasilkan benefits, dan 5 pencarian sumber daya Steers, 1980. 8. Pengembangan organisasi adalah suatu jawaban terhadap perubahan, suatu strategi pendidikan yang kompleks yang diharapkan untuk merubah kepercayaan, sikap, nilai dan susunan organisasi, sehingga organisasi dapat lebih baik dalam menyesuaikan dengan teknologi, pasar, dan tantangan baru serta perputaran yang cepat dari perubahan itu sendiri Warren G Bennis, 1981 9. Perubahan perlu dikenal, dipahami, dikelola dan bahkan diciptakan untuk meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan yang diharapkan baik oleh industri, kelompok, maupun organisasi. Sumber manusia perlu dipersiapkan untuk menerima dan menjalankan perubahan Wibowo, 2006. 10. Struktur organisasi hendaknya mulai dirubah untuk disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa mengurangi aktivitas yang sedang berjalan Sutarto, 1998. Berdasarkan asumsi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Pusgrafin dalam kedudukannya sebagai sub satuan organisasi penunjang teknis di lingkungan Sekretariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional, merupakan sub satuan organisasi yang memiliki independensi dalam bidang kegrafikaan dan penerbitan. Kajian Revitalisasi Kepemimpinan 23 Lembaga Pusat Grafika Indonesia akan menemukan fakta bahwa lembaga yang membina, mengembangkan, dan melatih tenaga kegrafikaan masih dapat dikembangkan menjadi lembaga yang maju dan kompetitif. Seiring dengan pengembangan teknologi, reinventing kelembagaan Pusgrafin diperlukan, dengan penyesuaian tugas dan fungsi, peran, kinerja, budaya organisasi, tingkat kemampuan profesional, kedudukan, dan tentunya kepemimpinan. Faktor kepemimpinan memegang peranan yang penting untuk membawa perubahan kelembagaan, ke arah yang lebih baik. Kepemimpinan entrepreneur diharapkan menjadi pilihan tepat untuk membawa model lembaga kegrafikaan yang maju dan kompetitif. 24 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif- deskriptif-analitis. Jenis penelitian deskriptif adalah jenis penelitian untuk mengkaji status sekelompok manusia, suatu objek, suatu setting kondisi, suatu sistem pemikiran tertentu atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang diselidiki, dengan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif Wahono, 2000. Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subjek dari kerangka berpikirnya sendiri Taylor dan Bogdan, 1984; Creswell, 1994; Neuman, 1997. Dengan demikian, yang terpenting dalam pendekatan ini adalah pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuan partisipan Patton, 1990. Oleh karena itu, semua perspektif menjadi bernilai bagi peneliti. Peneliti tidak melihat benar atau salah, melainkan kebenaran bersifat jamak yang bersumber dari semua informan. Artinya semua data yang ditemukan di 202 203 lapangan dipandang penting. Pada konteks lain, pendekatan ini sering disebut juga sebagai pendekatan yang humanistik, karena peneliti tidak kehilangan sisi kemanusiaan dari suatu kehidupan sosial. Peneliti tidak dibatasi lagi oleh angka-angka, perhitungan statistik, variabel-variabel yang mengurangi nilai keunikan individual tiap-tiap manusia yang menjadi objek penelitian Taylor dan Bogdan, 1984. Metode yang digunakan dalam pendekatan kualitatif ini tidak kaku dan tidak terstandarisasi. Penelitian kualitatif sifatnya fleksibel, dalam arti kesesuaiannya tergantung dari tujuan setiap penelitian. Walaupun demikian, selalu ada pedoman untuk diikuti, tapi bukan aturan yang mati Cassel dan Symon, 1994; Strauss, 1987; Taylor dan Bogdan, 1984. Jalannya penelitian dapat berubah sesuai kebutuhan, situasi lapangan serta berbagai fenomena yang muncul selama berlangsungnya aktivitas penelitian ini. Tedapat berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah penulis mengenai kapan pendekatan kualitatif digunakan. Sebagian besar penulis seperti: Creswell 1994; Patton 1990; Strauss 1987; Taylor dan Bogdan 1984 mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif digunakan bila peneliti ingin memahami sudut