DAFTAR
TABEL
Tabel 2.1. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
21 Tabel 2.2. Tahap-Tahap Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika 23
Tabel 3.1. Tingkat Penguasaan Siswa 46
Tabel 3.2. Kriteria Rata-Rata Penilaian Observasi 48
Tabel 4.1. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Diagnostik 51
Tabel 4.2. Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Tes Diagnostik 51
Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru Siklus I
58 Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk
Siswa Siklus I 62
Tabel 4.5. Nilai Minimum, Nilai Maksimum, dan Rata-Rata Siswa Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar I
64 Tabel 4.6. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I
64 Tabel 4.7. Tingkat Ketuntasan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I
64 Tabel 4.8. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk
Guru Siklus II 73
Tabel 4.9. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa Siklus II
77 Tabel 4.10. Nilai Minimum, Nilai Maksimum, dan Rata-Rata Siswa
Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar II 79
Tabel 4.11. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 79
Tabel 4.12. Tingkat Ketuntasan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 80
Tabel 4.13. Deskripsi Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dari Siklus I ke Siklus II
83
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 43
Gambar 4.1. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 65
Gambar 4.2. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 80
Gambar 4.3. Diagram Peningkatan Prestasi Belajar Siswa 83
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I RPP I Siklus I 90
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II RPP II Siklus I 98
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I RPP I Siklus II 106
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II RPP II Siklus II 114
Lampiran 5 Lembar Kegiatan Siswa I LKS I Siklus I 121
Lampiran 6 Lembar Kegiatan Siswa II LKS II Siklus I 123
Lampiran 7 Lembar Kegiatan Siswa III LKS III Siklus II 125
Lampiran 8 Lembar Kegiatan Siswa IV LKS IV Siklus II 127
Lampiran 9 Kisi-Kisi Tes Diagnostik 129
Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I dan Tes Hasil Belajar II 130
Lampiran 11 Lembar Validasi Tes Diagnostik 132
Lampiran 12 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I 141
Lampiran 13 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 150
Lampiran 14 Tes Diagnostik 159
Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 160
Lampiran 16 Tes Hasil Belajar I 165
Lampiran 17 Tes Hasil Belajar II 167
Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 169
Lampiran 19 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 177
Lampiran 20 Pedoman Penskoran Tes 184
Lampiran 21 Kisi-Kisi Lembar Kegiatan Observasi Untuk Guru 185
Lampiran 22 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru Pertemuan I Siklus I
187 Lampiran 23 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru
Pertemuan II Siklus I 193
Lampiran 24 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa Pertemuan I Siklus I
199 Lampiran 25 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa
Pertemuan II Siklus I 203
Lampiran 26 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru Pertemuan I Siklus II
207
Lampiran 27 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Guru Pertemuan II Siklus II
213 Lampiran 28 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa
Pertemuan I Siklus II 219
Lampiran 29 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Untuk Siswa Pertemuan I Siklus II
223 Lampiran 30 Daftar Nama Siswa Kelas X-3 SMA Swasta Indonesia
Membangun YAPIM Medan 227
Lampiran 31 Daftar Nama Kelompok Belajar Siswa Kelas X-3 Siklus I 228
Lampiran 32 Daftar Nama Kelompok Belajar Siswa Kelas X-3 Siklus II 229
Lampiran 33 Data Hasil Tes Diagnostik 230
Lampiran 34 Data Hasil Tes Hasil Belajar I 232
Lampiran 35 Data Hasil Tes Hasil belajar II 234
Lampiran 36 Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran 236
Lampiran 37 Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran 238
Lampiran 38 Daftar Nama Validator 240
Lampiran 39 Jadwal Kegiatan Penelitian 241
Lampiran 40 Dokumentasi Penelitian 243
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreatifitas terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membawa perubahan pada semua aspek kehidupan. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar dan sarana berpikir ilmiah yang sangat
diperlukan siswa
untuk mengembangkan
kemampuan berpikir
logis, sistematis,
mengkomunikasikan gagasan, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta dapat menumbuhkan penalaran siswa yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang paling diutamakan di sekolah karena pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diikutsertakan dalam Ujian
Nasional. Namun pada kenyataannya, kualitas pendidikan saat ini masih rendah dan
memprihatinkan. Salah satunya dapat kita lihat dalam pembelajaran matematika. Masalah dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar dan prestasi belajar siswa.
Sejalan dengan itu, Syaban
http:educare.e-fkipunla.net
menyatakan bahwa : “Masalah klasik dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi
siswa dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika. Hal ini terlihat dari hasil pembelajaran di SMA dan yang ditunjukkan dengan hasil UN dari tahun ke tahun
hasilnya belum tercapai jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Skor rata-rata yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 411. Skor ini masih jauh di bawah rata-rata
internasional yaitu 467. Selain itu, bila dibandingkan dengan dua negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia, posisi peringkat siswa kita jauh tertinggal, Singapura berada
pada peringkat pertama dan Malaysia berada pada peringkat kesepuluh.
” Tinggi rendahnya kemampuan dan hasil belajar matematika siswa dalam suatu proses
pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya karena banyaknya siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika sulit dipelajari. Seperti yang diungkapkan
Abdurrahman 2009:252 yaitu : “Dari bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika
merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-
lebih yang berkesulitan belajar”. Kesulitan tersebut terletak pada sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita matematika
serta kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membuat kalimat matematika. Abdurrahman 2009:257 mengemukakan bahwa:
“Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampak terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat
kalimat matematika tanpa terlebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah
yang harus ditempuh”. Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah. Siswa
cenderung menghapalkan konsep-konsep matematika sehingga prestasi belajar siswa dalam matematika rendah.
Selain kesulitan belajar yang yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya prestasi belajar matematika siswa juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan kurang
relevan dengan pembelajaran matematika. Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena sebagian besar metode
dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan oleh guru tampaknya lebih banyak menghambat daripada memotivasi otak. Misalnya, dalam pelaksanaan pembelajaran matematika,
metode pembelajaran yang ditetapkan masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru. Akibatnya seorang siswa hanya disiapkan sebagai seorang anak yang mau mendengarkan, mau
menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi kemajuan siswa selanjutnya yaitu siswa menjadi tidak mampu
mengaktivasi kemampuan otaknya sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah penalaran, dan tergantung pada orang lain.
Seperti yang dikemukakan Suherman
http:educare.e-fkipunla.net
: “Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada umumnya guru
masih menggunakan metode konvensional yaitu guru masih mendominasi kelas, siswa pasif, datang, duduk, nonton, berlatih, dan lupa. Demikian juga dalam latihan dari tahun
ke tahun soal yang diberikan adalah soal-soal yang itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan
mambaca bahan yang akan dipelajari siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong.
” Dalam Slameto 2003:65 juga mengemukakan bahwa :