9 dalam suatu citra, maka semakin tinggi kemungkinan dalam mengenali
obyek berdasarkan respon spektralnya. Maka, semakin banyak jumlah salurannya, semakin tinggi pula resolusi spektralnya.
3. Resolusi Temporal Resolusi temporal adalah kemampuan suatu sistem untuk merekam
ulangan daerah yang sama. Satuan resolusi temporal adalah jam atau hari. 4. Resolusi Radiometrik
Kemampuan sensor dalam mencatat respon spektral obyek dinyatakan sebagai resolusi radiometrik. Respon spektral yang dinyatakan
dalam satuan m Watt cm
-2
sr
-1
m
-1
datang mencapai sensor dengan intentitas yang bervariasi. Sensor yang peka dapat membedakan selisih
respons yang paling lemah sekalipun. Kemampuan sensor ini secara langsung dikaitkan dengan kemampuan koding digital coding, yaitu
mengubah intensitas atau pancaran spektral menjadi angka digital. Kemampuan itu dinyatakan dalam bit.
1.5.2 Proses Interpretasi Citra Quickbird
Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek
tersebut Estes dan Simonet, 1975 dalam Sutanto, 1986. Kegiatan interpretasi citra dimulai dari deteksi, identifikasi, dan terakhir adalah
analisis. Teknik dalam melakukan interpretasi citra merupakan bagian dari metode penginderaaan jauh. Intrpretasi citra dapat juga di artikan proses
pengkajian citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti penting objek tersebut Sutanto, 1986.
Dalam melakukan interpretasi citra perlu diperhatikan mengenai resolusi spasial citra satelit sebagai sumber data untuk melakukan pemetaan
penggunaan lahan samping jalan. Resolusi spasial ini mempengaruhi tingkat kedetailan objek yang diinterpretasi, semakin tinggi resolusi spasial
citra maka semakin jelas kenampakan objek yang ingin diinetrpretasi.
10 Kelemahan citra satelit dengan resolusi spasial tinggi adalah cakupan area
scene yang kecil sehingga berpengaruh terhadap perolehan informasi. Pemetaan penggunaan lahan samping jalan ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang tentang jenis penggunaan lahan yang berada di kedua ruas samping jalan, sebagai acuan untuk menentukan nilai
impedansi. Proses interpretasi tersebut dilakukan berdasarkan unsur-unsur interpretasi citra. Kaitannya dengan interpretasi citra, akan dibahas
mengenai unsur petunjuk interpretasi. Untuk mengenali obyek pada citra didasarkan pada karakteristik obyek yang terlihat pada citra atau biasa
disebut sebagai unsur petunjuk interpretasi citra. Unsur petunjuk interpretasi citra terdiri dari sembilan butir, yaitu : rona atau warna, bentuk,
ukuran, tekstur, pola, tinggi, bayangan, situs, dan asosiasi Sutanto, 1986. Susunan unsur interpretasi tersebut disusun secara berjenjang berdasakan
hierarki dan disajikan pada gambar 1.1.
Gambar 1.1 Susunan Hirarki Unsur Interpretasi Citra Estes et al., 1983 dalam Sutanto, 1986
a. Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra
atau foto udara. Pada citra atua foto udara pankromatik, rona merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan saluran spektrum tampak
yang sering disebut sinar putih.
11 b.
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang menggambarkan struktur umum, konfigurasi atau kerangka suatu obyek Lo, 1976 dalam Sutanto,
1986. Bentuk merupakan atribut yang jelas, sehingga banyak obyek dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja Sutanto, 1986.
c. Ukuran ialah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi,
lereng, dan volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi
harus selalu diingat skalanya Sutanto, 1986. d.
Tekstur dalam citra timbul oleh pengulangan rona dalam kelompok obyek yang terlampau kecil untuk dibedakan secara individual Estes
et.al., 1983 dalam Sutanto, 1986 atau frekuensi perubahan rona di dalam citra yang timbul ketika sejumlah kenampakan kecil terpandang
secara bersama-sama Lo, 1976 dalam Sutanto, 1986. e.
Pola adalah satu kelompok karakteristik bentang lahan yang dihasilkan dari susunan keruangan obyek Lo, 1976 dalam Sutanto, 1986, dan
mempakan ciri menandai banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa kenampakan alamiah Estes et al., 1983 dalam Sutanto, 1986.
Dalam citra penginderaan jauh, pola merupakan susunan keruangan dari berbagai kenampakan yang terulang.
f. Bayangan mencerminkan kondisi adanya obyek yang menghalangi sinar
matahari yang seharusnya mengenai suatu obyek tertentu pada citra. Bayangan dapat mengganggu atau membantu proses analisis, karena
dapat menampakkan bayangan hitam tetapi menyembunyikan beberapa detail Estes et al., 1983 dalam Sutanto, 1986.
g. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung melainkan dalam
kaitannya dengan lingkungan sekitarnya Sutanto, 1986. Oleh karena itu, situs dapat diartikan sebagai letak obyek terhadap kenampakan-
kenampakan lingkungan sekitarnya atau hubungan letak obyek terhadap obyek-obyek lain yang ada di dekatnya Estes et al., 1983 dalam
Sutanto, 1986.
12 h.
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena ada keterkaitan ini, maka terlihatnya
suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya objek
yang lain Sutanto, 1986.
1.5.3 Citra Saltelit Quickbird