Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah SMKN 2 Cikarang Barat

LEMBAR PENGESAIIAN
Skripsi berjudul Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah SMKN

cikarang Barat disusun oleh siti Aisah Nomor Induk
1110018200018, diajukan kepada Fakultas

2

Mahasiswa

Iknu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah
pada tanggal 18 September 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis

berhak memperoleh gelar Sarjana

51

(S.Pd) dalam bidang Manajemen


Pendidikan.
Jakarta, 27 September 2014

Panitia Ujian Munaqasah

ABSTRACT
This study is aimed to describe the effort of the principal of SMKN 2 west
Cikarang in conducting the implementation of principal’s entrepreneurship
competence and the level of success effort based on five indicators in the
dimension of entrepreneurship competence namely; work innovation, hard work,
motivation, give up resistance, and sense of entrepreneurship.
The method used in this study is descriptive analysis with a qualitative
approach to describe the situation or events which naturally and empirically
happened in the environment of the object of study. The techniques in collecting
the data which were used in this study are interview, questionnaires, and
documenter study. The researcher conducted the interview with the principal, the
vice of principal in the field of curriculum, organizer’s business center, and
students to know the level of success effort of the principal’s implementation of
entrepreneurship competence. The researcher used the result of questionnaire
calculation.

The finding of the study shows that the implementation of entrepreneurship
competence of the principal in SMKN 2 west Cikarang is well enough but it
requires optimizing the chemistry and physic laboratory for the competence fields
which learn those subjects, students’ interest in entrepreneurship extracurricular,
and the students’ involvement of entrepreneurship unit.

Key words : competence, entrepreneurship, and principal

KATA PENGANTAR
B is m

i I I ah

irr cthmanirr ahi i nt

Assalamu' alaikum wr.w b

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-N,va,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Kompetensi Kewirausahaan


Kepala Sekolah SMKN

2

Cikarang Barat". Dengan segala kerendahan dan

ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada:

l.

Dra. Nurlena Rifa'i, MA.. Ph.D" Dekan Fakultas IImu Tarbiyah

dan

Keguruan besefta staf.

2. Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.
3. Akbar Zainudin, M.M sebagai dosen pembimbing yang telah sabar
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.


4. Dr. Fathi Ismail, MM, dosen

pembimbing akademik yang telah

memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5.

Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UiN Syarif Hidayatullah
Jakafia yang telah mendidik dan membimbing penulis selama studi.

6.

Drs. Manito Puji Haryanto, M.Si, Kepala Sekolah di SMKN 2 Cikarang
Barat yang telah memberikan izin kepada penulis dalam menyelesaikan
Skripsi ini.

7.


UIN Sirarif Hidayatullah Jakarta dan
perpustakaan Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
Pimpinan dan Staf perpustakaan

memberikan pelayanan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada

penulis untuk meminjam buku-buku yang diperlukan dalam rangka
menyelesaikan Skripsi ini.

8.

Bapak dan Ibu tercinta yang telah merawat dan mendidik dengan penuh

kasih sayang, memberikan motivasi kepada penulis dalam menjalani
hidup dan segala pengorbanan yang tidak dapat dinilai harganya.

9.

Kepada seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan tulisan ini.


I0, Dhika Neswara yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada
penulis.
1

l.

Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu menemani dan selalu menghibur

dalam kepenatan. Rita Lucitasari. Rizki Fatziah Adriana, dan Silvia
Khairunnisa.
12. Kepada teman-teman seperjuangan Program Studi Manajemen Pendidikan

kelas A angkatan 201 0.

l3.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
membantu atas terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan

Skripsi ini, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran bagi para pembaca

dengan senang hati dan hati lapang.

Wassalamu' alaikum

w

r.u,b

Jakarta, 8 September 2014

Penulis

D. Teknik Analisis Data.........
BAB

IV

................... 29

HASIL PENELITIAN


A.

Gambaran Umum

Sekolah.....

............... 32

Barat
Barat.........

1. Sejarah Berdiri SMKN 2 Cikarang

2. Visi dan Misi SMKN

2 Cikarang

3. Struktur Organisasi


6. Ekstrakulikuler

B.

Sekolah

.... 34
........ 35

4. Rekapitulasi Keadaan SDM
5. Keadaan Sarana dan Prasarana

.......... 32

............. 37

.............

............. 39
...................


4l

Deskripsi Analisis Data dan Interpretasi Data.......................... 42

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Berlakunya Otonomi Daerah mewajibkan kepala sekolah untuk bisa
mandiri dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah harus
bisa mengatur seluruh sumber daya yang ada di sekolah agar kegiatan
pembelajaran di sekolah berlangsung secara efektif dan efisien. Kepala
Sekolah juga perlu bekerja sama dengan guru, tenaga kependidikan, orang tua
siswa, dan stakeholders lainnya dalam mengelola sekolah, sehingga
tercapailah tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Hal tersebut berkaitan dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah).
MBS adalah model pengelolaan sekolah yang memberikan kewenangan
yang lebih besar pada tingkat sekolah untuk mengelola sekolahnya sendiri
secara langsung. Dimilikinya kewenangan sekolah itu karena terjadi

pergeseran kekuasaaan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah
kepada sekolah langsung dalam pengelolaan. Dengan adanya kewenangan
yang besar tersebut maka sekolah memiliki otonomi, tanggung jawab, dan
partisipasi dalam menentukan program-program sekolah.1
Sekolah harus bisa menarik minat masyarakat agar para orang tua mau
menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Salah satu cara menarik minat
masyarakat terhadap sebuah sekolah adalah dengan terus menerus melakukan
inovasi sehingga lulusan sekolah tersebut memiliki nilai tambah yang berbeda
dengan lulusan sekolah lainnya.
Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Suyoko:
Ketika sekolah mengembalikan peserta didiknya kepada masyarakat
dengan penerimaan yang tinggi karena setelah belajar di sekolah tersebut
siswa menjadi berkualitas dan mempunyai added value yang berbeda dari
produk sekolah lain maka hal tersebut akan menjadi wujud promosi bagi
sekolah yang pada akhirnya akan mendapatkan outcome yang sangat
berharga. Di sinilah peranan kepala sekolah dituntut oleh perkembangan
pola kehidupan masyarakat. Ketidakmampuan dan ketidakmauan
berinovasi yang menghadirkan gebrakan-gebrakan yang mengantar
1

Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), Cet. ke-3, h. 11

1

2

perubahan dari budaya dan nilai-nilai stagnan akan berdampak kepada
ketertinggalan. 2
Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengelola sekolah. Amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13
tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa
seorang Kepala Sekolah/Madrasah harus memiliki lima dimensi kompetensi
minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi,
dan sosial.3
Sosialisasi

dan

bimbingan

teknik

kewirausahaan

yang

telah

dilaksanakan selama ini ternyata masih belum memadai untuk menjangkau
seluruh kepala sekolah/madrasah dalam waktu yang relatif singkat. Intensitas
dan kedalaman penguasaaan materi kurang dapat dicapai dengan kedua
strategi ini karena terbatasnya waktu.4 Dengan demikian, belum semua kepala
sekolah dapat mengembangkan kewirausahaan di sekolahnya.
Kewirausahaan perlu diterapkan di sekolah agar para siswa terbiasa
menerapkan kewirausahaan yang nantinya berguna bagi kehidupannya di
masa yang akan datang. Sebagai contoh, ketika siswa lulus dari sebuah
lembaga sekolah, maka langkah yang ia lakukan adalah mencari pekerjaan,
bagi siswa yang keluarganya berkecukupan tentunya akan melanjutkan
sekolah ke Perguruan Tinggi. Siswa yang mencari pekerjaan akan menemui
kendala berupa persaingan dalam memasuki dunia kerja. Banyak orang yang
mencari pekerjaan tetapi lowongan kerja yang ada tidak sepadan dengan
jumlah pelamar yang ada sehingga siswa yang tidak bisa bersaing tidak akan
mendapatkan pekerjaan.
Selain itu, manfaat dari penerapan kewirausahaan di sekolah adalah
terciptanya kesejahteraan warga sekolah. Jika seorang kepala sekolah bisa
mengembangkan kewirausahaan di sekolah maka sekolah tersebut akan
2

Suyoko,
Peranan
Kepala
Sekolah
sebagai
Agen
Perubahan
dalam
Menumbuhkembangkan Kewirausahaan Sekolah, h. 49
3
Direktorat Tenaga Kependidikan, Kewirausahaan: Materi Pelatihan Penguatan
Kemampuan Kepala Sekolah, 2010, h. 6
4
Ibid, h. 6

3

mendapat keuntungan berupa uang yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan
seluruh warga sekolah.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Samino:
Salah satu contoh sekolah yang mengembangkan kewirausahaan adalah
SD Muhammadiyah Program Khusus Kotabarat (SD Muhammadiyah PK
Kota Barat). Sekolah tersebut telah memiliki toko besar, toko sekolah, dan
lain-lain. Menurut kepala sekolah (Muhammad Ali) dalam tiap tahunnya
dari hasil kewirausahaan tersebut dapat membantu keuangan sekolah
minimal seratus juta rupiah. Dengan demikian kewirausahaan memiliki
peran yang sangat penting dalam memajukan dan mengembangkan
sekolah. Kemajuan kewirausahaan tersebut tidak lepas dari kemampuan
kepala sekolah melakukan terobosan untuk mencari dan menentukan
alternatif dalam mengembangkan sekolah lebih lanjut.5
Kepala sekolah harus menjadi contoh dalam penerapan kewirausahaan
di sekolah agar jiwa kewirausahaan dapat terinternalisasi pada diri siswa,
guru, maupun tenaga kependidikan lainnya. Perlu adanya pembiasaaan model
kewirausahaan agar siswa, guru, dan tenaga kependidikan lainnya terbiasa
berperilaku kewirausahaan. Namun, belum semua kepala sekolah memiliki
kompetensi

kewirausahaan.

Kepala

sekolah

masih

bergantung

pada

pemerintah dalam mengelola sekolah, terutama masalah pembiayaan sekolah.
Ketika sekolah ambruk, maka yang disalahkan adalah pemerintah.
Berdasarkan data Direktorat Pembinaan SMA, dari total 93.630 ruang
kelas SMA, tercatat sebanyak 4,14% atau 3.879 ruang dalam kondisi rusak
berat dan 10,67% atau 9.986 ruang dalam kondisi rusak ringan. Berikut ini
adalah gambar persentase kondisi ruang kelas SMA pada tahun 2012.6

5

Samino, Peran Kepala Sekolah terhadap Pengembangan Kewirausahaan dalam
Memajukan SD Muhammadiyah Program Khusus Kota Barat dalam Jurnal Manajemen
Pendidikan, Vol. 8, No. 2, Juli 201, h. 150
6
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Informasi Program Direktorat Pembinaan
SMA tahun 2013, h. 7

4

Tabel 1.1
Persentase Kondisi Ruang Kelas SMA
Kondisi
Baik
Rusak Ringan
Rusak Berat

Jumlah
79.765
9.986
3.879

Persentase
85,19%
10,67%
4,14%

Sudah menjadi keharusan bagi kepala sekolah untuk menanggung
masalah tersebut. Kepala sekolah harus bisa mencari solusi agar pendapatan
sekolah terus bertambah tanpa bergantung pada pemerintah. Sehingga ia bisa
melakukan pembangunan di sekolah dan juga perawatan terhadap fasilitas
sekolah.
Berbeda dengan fenomena tersebut, SMKN 2 Cikarang Barat adalah
salah satu sekolah yang memiliki fasilitas yang cukup memadai. Sekolah ini
merupakan sekolah unggulan yang ada di Kabupaten Bekasi sehingga sangat
diminati oleh masyarakat Cikarang dan sekitarnya. SMKN 2 Cikarang Barat
bekerja sama dengan 126 perusahaan yang ada di wilayah Cikarang dan
sekitarnya. Lulusan SMKN 2 Cikarang Barat dipersiapkan untuk bisa bekerja
di dunia industri sehingga mereka dibekali dengan penyuluhan sebelum
memasuki dunia kerja.
Di SMKN 2 Cikarang Barat terdapat beberapa unit usaha seperti bank
mini, perakitan laptop, dan bisnis center. Keberadaan unit usaha tersebut
membuat para siswa bisa mengaplikasikan pelajaran yang mereka terima di
kelas dengan kehidupan nyata. Mereka belajar membuat laporan keuangan
bank, belajar merakit laptop, belajar mendata barang-barang yang ada di toko,
belajar menata barang dagangan, dan lain sebagainya.
Dalam pengelolaan unit usaha, siswa hanya ikut serta dalam
menangani pekerjaan yang bersifat teknis dan belum sampai kepada
manajemen pengelolaannya. Siswa tidak diberikan kewenangan yang cukup
untuk dapat terlibat secara penuh terhadap pengelolaan unit usaha mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan sampai kepada tahap evaluasi. Padahal jika
siswa dilibatkan dalam pengelolaan unit usaha, siswa akan belajar ilmu

5

manajemen, siswa akan belajar bagaimana membuat suatu usaha mulai dari
tahap perencanaan hingga tahap evaluasi.
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian
yang berjudul

“Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah SMKN 2

Cikarang Barat”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut.
1. Kurangnya sosialisasi dan bimbingan teknik mengenai kewirausahaan
untuk kepala sekolah.
2. Rendahnya kompetensi kewirausahaan kepala sekolah.
3. Kurangnya optimisme kepala sekolah dalam menerapkan kewirausahaan
di sekolah.
4. Kurang maksimalnya pengelolaan unit usaha sebagai sumber belajar
siswa.

C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian
ini di batasi pada Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah di SMKN 2
Cikarang Barat.

D. Perumusan Masalah
Dilihat dari pembatasan masalah yang dilakukan, maka secara umum
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana implementasi
kompetensi kewirausahaan kepala sekolah di SMKN 2 Cikarang Barat?
Kemudian rumusan masalah secara khusus meliputi:
1. Upaya apa saja yang dilakukan Kepala SMKN 2 Cikarang Barat dalam
melakukan implementasi kompetensi kewirausahaan kepala sekolah?
2. Seberapa berhasilkah upaya tersebut dalam pencapaian kompetensi
kewirausahaan kepala sekolah?

6

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui upaya yang dilakukan
Kepala SMKN 2 Cikarang Barat dalam melakukan implementasi kompetensi
kewirausahaan kepala sekolah.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pengambilan
kebijakan dalam melakukan implementasi kompetensi kewirausahaan kepala
sekolah di SMKN 2 Cikarang Barat.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah
1. Pengertian Kompetensi
Istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris Competency yang
berarti kecakapan, kemampuan, dan wewenang. Seseorang dinyatakan
kompeten di bidang tertentu jika menguasai kecakapan bekerja suatu
keahlian, selaras dengan bidangnya.1 Pengertian ini memberikan arti
bahwa seseorang yang belum atau tidak menguasai kecakapan bekerja
suatu keahlian yang selaras dengan bidangnya dapat dikatakan sebagai
orang yang belum atau bahkan tidak kompeten.
Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil
kerja nyata yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. 2 Pengertian
ini memberikan arti bahwa kompetensi itu perlu pendidikan dan pelatihan
serta senantiasa dipraktikkan agar bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungannya.
Kompetensi dapat juga diartikan sebagai komponen utama dari
standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang
ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu.3 Pengertian ini
memberikan arti bahwa kompetensi merupakan sebuah tuntutan yang perlu
dipenuhi oleh suatu profesi tertentu. Dalam penerapan suatu kompetensi
harus ada prosedur dan pengawasan sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai.

1

Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar, (Bandung: CV
Alfabeta, 2009), Cet. ke-1, h. 28
2
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. ke-2, h. 29
3
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), Cet-6, h. 26

7

8

Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Rusman,
bahwasanya kompetensi adalah perilaku rasional untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Dengan
kata

lain,

kompetensi

dapat

dipahami

sebagai

kecakapan

atau

kemampuan.4
Mengacu pada berbagai definisi kompetensi di atas, maka
kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang diperoleh
melalui pendidikan dan pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Karena kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
maka kompetensi bukanlah satu titik akhir dari suatu upaya melainkan
suatu proses yang berkembang dan berkelanjutan. Artinya, kompetensi
membuat seseorang untuk belajar sepanjang hayat (lifelong learning
process).

2. Standar Kompetensi Kepala Sekolah Menegah Kejuruan (SMK)
Kualifikasi kepala sekolah/madrasah terdiri atas kualifikasi umum
dan kualifikasi khusus. Kualifikasi umum kepala sekolah/madrasah adalah
sebagai berikut.
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D4)
kependidikan atau non kependidikan pada Perguruan Tinggi yang
terakreditasi;
b. Pada waktu diangkat sebagai Kepala Sekolah berusia setinggitingginya 56 tahun;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali Taman KanakKanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh Yayasan
atau lembaga yang berwenang.5

4

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet ke-6, h. 70
Muhaimin, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. ke-4, h.
39-40
5

9

Sedangkan kualifikasi khusus untuk Kepala Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut.
a. Berstatus sebagai guru SMK/MAK;
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK; dan
c. Memiliki sertifikat Kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan Pemerintah.6
Dengan demikian, menjadi kepala sekolah bukanlah hal yang
mudah, harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Hal ini sesuai
dengan tugas kepala sekolah yang begitu banyak dan peran kepala sekolah
yang begitu penting yaitu sebagai tokoh sentral pendidikan. Kepala
sekolah SMK harus berstatus sebagai guru SMK dan memiliki sertifikat
pendidik sehingga ia mengerti dengan baik bagaimana menjadi seorang
guru, apa saja masalah yang dihadapi seorang guru, dan bagaimana solusi
untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Pengertian Kewirausahaan
Menurut Mulyasa, kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan
karakteristik yang melekat pada setiap individu yang memiliki kemauan
keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan
inovatif dalam setiap kegiatan yang produktif.7 Pengertian ini memberikan
arti bahwa setiap orang bisa memiliki karakter kewirausahaan asalkan ia
mau bekerja keras serta berpikir kreatif dan inovatif.
Kewirausahaan adalah sikap hidup yang selalu ingin berprestasi,
ingin maju dan mandiri dalam kehidupan sehari-hari di tempat/lingkungan
kerja dalam institusi/organisasi bisnis maupun nirlaba.8 Pengertian ini
memberi arti bahwa kewirausahaan mendorong seseorang untuk selalu
berprestasi dan mandiri dalam kehidupannya. Hal ini merupakan hal
positif sehingga setiap orang perlu memiliki sikap kewirausahaan.
6

Ibid, h. 41
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), Cet. ke-1, h. 189
8
Abdullah Armansyah, Kewirausahaan, (Jakarta: Inti Prima, 2007), Cet. ke-1, h. 1
7

10

Menurut Johar Permana dan Darma Kesuma:
Kewirausahaan dalam pendidikan merupakan kerja keras yang terus
menerus dilakukan pihak sekolah terutama kepala sekolah dalam
menjadikan sekolahnya lebih bermutu. Konsep kewirausahaan ini
meliputi usaha membaca dengan cermat peluang-peluang, melihat
setiap unsur institusi sekolah untuk menciptakan sesuatu yang baru
atau inovatif, menggali sumber daya secara realistik dan dapat
dimanfaatkan, mengendalikan risiko, mewujudkan kesejahteraan
(benefits) dan mendatangkan keuntungan finansial (profits). Benefits
dan profits ini terutama dilihat untuk kepentingan peserta didik, guruguru, kepala sekolah, staf, orang tua, pemerintah dan masyarakat
sekitar atau masyarakat yang lebih luas lagi.9
Berbicara kewirausahaan menurut Hisrich

& Peters adalah

berbicara mengenai “perilaku”, yang mencakup pengambilan inisiatif,
mengorganisasi dan mereorganisasi mekanisme sosial dan ekonomi
terhadap sumber dan situasi ke dalam praktek, dan penerimaan risiko atau
kegagalan.10
Dari uraian di atas, penulis setuju dengan pendapat Mulyasa yang
menyatakan bahwa kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan
karakteristik yang melekat pada setiap individu yang memiliki kemauan
keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan
inovatif dalam setiap kegiatan yang produktif. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap orang bisa memiliki karakteristik kewirausahaan dan perlu adanya
suatu lingkungan yang mendukung penerapan kewirausahaan agar karakter
tersebut bisa terinternalisasi di dalam setiap individu. Seseorang dapat
dikatakan sebagai wirausahawan jika ia mampu membaca dengan cermat
peluang-peluang, mengombinasikan sumber daya, tenaga kerja, material,
dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari
sebelumnya dan juga memperkenalkan perubahan, inovasi, dan perbaikan
untuk mewujudkan kesejahteraan dan mendatangkan keuntungan finansial

9

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2011), Cet. ke-4, h. 354
10
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), Cet. ke-8, h. 179

11

bagi seluruh pihak. Seorang wirausahawan harus pandai melihat ke depan
dengan mengambil pelajaran dari pengalaman di masa lampau, ditambah
dengan kemampuan menerima serta memanfaatkan realitas atau kenyataan
yang ada di sekelilingnya. Mereka harus mampu mengkoordinasi dan
mendayagunakan kekuatan modal, teknologi, dan tenaga ahli untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Karakteristik Seorang Wirausahawan
Menurut

Steinhoff,

karakteristik

kepribadian

seorang

wirausahawan adalah sebagai berikut.
a. Memiliki kepercayaan diri (self confidence) yang tinggi, kerja keras,
mandiri, dan memahami bahwa risiko yang diambil adalah bagian dari
keberhasilan.
b. Memiliki kreatifitas diri (self creativity) yang tinggi dan kemampuan
mencari jalan untuk merealisasikan berbagai kegiatannya melalui
kewirausahaan.
c. Memiliki pikiran positif (positive thinking), dalam menghadapi suatu
masalah atau kejadian, dan melihat aspek positifnya.
d. Memiliki orientasi pada hasil (output oriented), sehingga hambatan
tidak membuat mereka menyerah, tetapi justru tertantang untuk
mengatasi.
e. Memiliki keberanian untuk mengambil risiko, baik risiko terhadap
kecelakaan, kegagalan, maupun kerugian.
f. Memiliki jiwa pemimpin, yang selalu ingin mendayagunakan orang
dan membimbingnya, serta selalu tampil ke depan untuk mencari
pemecahan atas berbagai persoalan, dan tidak membebankan atau
menyalahkan orang lain.
g. Memiliki pikiran orisinal, yang selalu punya gagasan baru, baik untuk
mendapatkan peluang maupun mengatasi masalah secara kreatif dan
inovatif.
h. Memiliki orientasi ke depan, dengan tetap menggunakan pengalaman
masa lalu sebagai referensi, untuk mencari peluang dalam memajukan
pekerjaannnya.
i. Menyukai tantangan, dan menemukan diri dengan merealisasikan ideidenya.11
Hal tersebut memberikan makna bahwa seseorang dapat dikatakan
memiliki karakteristik kewirausahaan jika ia memiliki kepercayaan diri

11

E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, op. cit., h. 192-193

12

yang tinggi, kreatif, berpikir positif, selalu berorientasi pada hasil,
memiliki keberanian mengambil risiko, memiliki jiwa pemimpin, berpikir
orisinal, memiliki orientasi ke depan, dan menyukai tantangan.
Senada dengan pernyataan di atas, Meredith et. al. terjemahan
Asparsayogi mengungkapkan bahwa profil seorang wirausahawan adalah
sebagai berikut.12
Tabel 2.1
Profil Seorang Wirausaha
Ciri-Ciri
Percaya diri

Watak
ketidaktergantungan,

Berorientasi
tugas dan hasil
Pengambil risiko
Kepemimpinan

Keorisinilan
Berorientasi
masa depan

ke

Keyakinan,
individualitas,
optimisme.
Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba,
ketekunan dan ketabahan. Tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, enerjik dan inisiatif.
Berani dan mampu mengambil risiko, suka pada
tantangan.
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul
dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan
kritik.
Inovatif, kreatif, fleksibel, punya banyak sumber,
serba bisa, mengetahui banyak.
Pandangan ke depan (prospektif) dan perseptif.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik seorang wirausahawan
adalah selalu percaya diri, berpikir positif, tidak mudah menyerah, berani
dalam mengambil risiko, inovatif, kreatif, dan pekerja keras. Seorang
kepala sekolah yang memiliki kemampuan kewirausahaan harus mampu
menjadi manajer yang handal (tepat dan berguna, efektif dan efisien),
berwatak merdeka lahir batin, jujur, berbudi luhur, menghargai hak-hak
asasi manusia, dan bertanggung jawab. Dalam keadaan bagaimanapun
daruratnya, tetap mampu berdiri atas kemampuan sendiri untuk menolong
sekolah untuk keluar dari kesulitan yang dihadapainya termasuk mengatasi
persaingan mutu yang semakin ketat dan kesejahteraan guru yang tidak

12

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, op. cit., h. 356

13

memadai, sehingga kinerja sekolah tetap optimal dengan mendayagunakan
potensi sumber daya yang tersedia.

5. Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah terdapat lima dimensi
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah yaitu
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Setiap
dimensi kompetensi memiliki kompetensi dasar yang harus dimiliki
seorang kepala sekolah/madrasah. Adapun kompetensi dasar pada dimensi
kompetensi kewirausahaan kepala sekolah/madrasah adalah sebagai
berikut.
a. Menciptakan
inovasi
yang berguna
bagi
pengembangan
sekolah/madrasah.
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai
organisasi pembelajar yang efektif.
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.13
Berikut ini akan diuraikan mengenai lima indikator pada dimensi
kompetensi kewirausahaan.
1. Inovasi
Ada berbagai macam pengertian inovasi. Menurut Hikmat dalam
bukunya Manajemen Pendidikan, pengertian inovasi adalah sebagai
berikut.
Inovasi mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan
sesuatu yang baru. Inovasi dapat menjadi positif atau negatif.
Inovasi positif didefinisikan sebagai proses membuat perubahan
terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenalkan
sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
13

Redaksi Sinar Grafika, UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (UU RI No. 20 Tahun
2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Cet. ke-4, h. 225-227

14

Inovasi negatif menyebabkan pelanggan enggan memakai produk
tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasa dan
sebagai dampaknya, kepercayaan pelangggan menjadi hilang.14
Pengertian tersebut memberikan arti bahwa inovasi memiliki risiko
yang positif dan negatif sehingga para pengambil kebijakan harus
memikirkan secara matang mengenai inovasi yang akan dilakukan.
Jika tidak, inovasi yang dilakukan akan berisiko negatif. Dalam
melakukan inovasi seorang pemimpin harus menciptakan lingkungan
yang mendukung terlaksananya inovasi tersebut karena inovasi
memiliki dimensi individual dan dimensi organisasional. Hal ini
senada dengan apa yang dikatakan Uhar Saputra dalam buku
Administrasi Pendidikan:
Inovasi merupakan suatu hasil kreativitas individu, baik ide barunya
berasal dari diri sendiri maupun dari luar, yang kemudian diterapkan
dalam konteks lingkungan tertentu seperti lingkungan organisasi.
Inovasi mempunyai dimensi individual dan dimensi organisasional,
artinya di samping kompetensi individu, juga diperlukan
kondusivitas organisasi yang akan membawa pada tumbuh dan
berkembangnya suatu inovasi.15
Agar kepala sekolah bisa lebih inovatif dalam mengembangkan
sekolahnya, ia perlu lebih berfokus pada lima hal, yaitu sebagai
berikut.16
a. Melaksanakan manajemen berbasis sekolah secara konsisten.
b. Mengembangkan inovasi pembelajaran.
c. Mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif.
d. Mengembangkan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan.
e. Menggalang partisipasi masyarakat.

14

Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), h. 292
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010).
Cetakan Pertama, h. 288
16
Maya H., Kesalahan-Kesalahan Umum Kepala Sekolah dalam Mengelola Pendidikan,
(Yogyakarta: Buku Biru, 2012), Cet. Pertama, h. 89-96
15

15

Dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah kemampuan untuk
menerapkan kreativitas dalam menyelesaikan tugas. Seorang kepala
sekolah harus bisa melakukan inovasi di sekolah yang ia pimpin.
Untuk melakukan inovasi di sekolah, seorang kepala sekolah
membutuhkan dukungan dari seluruh warga sekolah agar ide kreatif
yang ia dimiliki dapat terlaksana. Dalam hal ini, kepala sekolah harus
bisa menjaga hubungan baik dengan seluruh warga sekolah dan harus
bisa mempengaruhi warga sekolah agar setuju dengan ide kreatif yang
ia miliki.

2. Kerja Keras
Kerja keras ialah kegiatan maksimal yang banyak menguras
tenaga, pikiran, dan waktu untuk menyelesaikan sesuatu. Kepala
sekolah

perlu

bekerja

keras

untuk

mencapai

keberhasilan

sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.17
Apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan
para guru, staf dan para siswa berperilaku dalam mencapai tujuan
sekolah, Kepala Sekolah harus:
a. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat
memaksa atau bertindak keras terhadap para guru, staf, dan para
siswa;
b. Melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja
dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staf,
dan siswa dengan cara:
- Meyakinkan (persuade), berusaha agar para guru, staf, dan
siswa percaya bahwa apa yang dilakukan adalah benar.
- Membujuk (induce), berusaha meyakinkan para guru, staf dan
siswa bahwa apa yang dikerjakan adalah benar.18
Dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus bekerja keras
dalam menyesaikan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah. Dalam
menyelesaikan tugasnya, kepala sekolah dapat memberikan wewenang
17

Direktorat Tenaga Kependidikan, op. cit., h. 34-35
Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), Edisi 1, h. 105-106
18

16

kepada wakil-wakilnya sesuai dengan tugas pokok dari wakil-wakil
tersebut.

3. Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti
“bergerak” yang dimaksudkan sebagai “bergerak untuk maju”.19
Pengertian ini memberikan arti bahwa motivasi mendorong seseorang
untuk bergerak atau melakukan sesuatu. Hal ini senada dengan apa
yang diungkapkan oleh Husaini Usman dalam buku Manajemen: Teori,
Praktik, dan Riset Pendidikan:

Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun
luar diri seseorang. Dalam memotivasi bawahannya, manajer atau
leader berhadapan dengan dua hal yang mempengaruhi orang
dalam bekerja, yaitu kemauan dan kemampuan. Kemauan dapat
diatasi dengan pemberian motivasi, sedangkan kemampuan dapat
diatasi dengan mengadakan diklat.20
Dengan demikian setiap orang bisa memberikan motivasi kepada
orang lain, namun motivasi yang dapat bertahan lama adalah motivasi
yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Sorang kepala sekolah
harus memiliki motivasi yang tinggi agar para bawahannya
mencontohnya, dengan motivasi yang tinggi seseorang akan bekerja
dengan lebih giat dan semangat. Kepala sekolah yang memiliki
motivasi diri yang kuat dapat dikatakan sebagai kepala sekolah yang
luar biasa. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Sudarwan Danim
dalam buku Kepemimpinan Pendidikan.
Kepala sekolah yang luar biasa memiliki motivasi diri yang kuat.
Istilah motivasi diri pemimpin paling tidak memuat enam unsur
esensial. Pertama, tujuan yang ingin dicapai dalam proses
kepemimpinannya. Kedua, spirit atau obsesi pribadinya untuk
mencapai tujuan institusional. Ketiga, kemauan tiada henti untuk
mewujudkan cita-cita dan harapannya atas capaian proses dan hasil
pembelajaran tingkat tinggi. Keempat, ketiadaaan putus asa atau
19

Engkoswara, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), h. 209
Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), Edisi Kedua, h. 245
20

17

berhenti sebelum tujuan yang ingin dicapainya benar-benar terwujud
atau benar-benar tidak akan menjadi kenyataan. Kelima, spirit untuk
mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif di sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. Keenam, aneka proses
kreatif, inovasi, dan alternatif yang dijalankan olehnya untuk mencapai
tujuan institusional yang terbaik. 21
Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah proses psikis yang
mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Ada dua macam jenis
motivasi, yaitu motivasi intern dan motivasi ekstern. Motivasi intern
adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu sedangkan
motivasi ekstern adalah motivasi yang berasal dari luar individu. Enam
unsur esensial dalam motivasi diri seorang pemimpin adalah tujuan
yang ingin dicapai dalam proses kepemimpinannya, spirit atau obsesi
pribadinya untuk mencapai tujuan institusional, kemauan tiada henti
untuk mewujudkan cita-cita dan harapannya atas capaian proses dan
hasil pembelajaran tingkat tinggi, ketiadaaan putus asa atau berhenti
sebelum tujuan yang ingin dicapainya benar-benar terwujud atau
benar-benar

tidak

akan

menjadi

kenyataan,

spirit

untuk

mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif di sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran, serta aneka proses
kreatif, inovasi, dan alternatif yang dijalankan olehnya untuk mencapai
tujuan institusional yang terbaik.

4. Pantang Menyerah
Pantang menyerah adalah kombinasi antara bekerja keras
dengan motivasi yang kuat untuk sukses. Kepala sekolah perlu
memiliki sifat pantang menyerah agar tidak mudah putus asa dalam
menyelesaikan permasalahan, menghadapi tantangan dan kendala yang
ada di sekolahnya.22

21
22

Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), h. 119
Direktorat Tenaga Kependidikan, op. cit., h. 42

18

Cara untuk menumbuhkan sifat pantang menyerah adalah
dengan menguatkan hati diri sendiri dan warga sekolah agar tidak
mudah putus asa dalam mencapai sesuatu yang diinginkan dan selalu
menjaga kesehatan jiwa dan raga agar tidak mudah letih atau sakit.23
Dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah perlu memiliki sifat
pantang menyerah

agar selalu

optimis

dalam menyelesaikan

permasalahan serta mampu menghadapi tantangan dan kendala yang
ada di sekolah. Salah satu tantangan kepala sekolah adalah
meyakinkan warga sekolah untuk mau melakukan perubahan. Tidak
semua orang bisa beradaptasi dengan perubahan sehingga kepala
sekolah harus bisa meyakinkan seluruh warga sekolah bahwa
perubahan merupakan hal abadi yang mau tidak mau suka tidak suka
harus dilalui.

5. Naluri Kewirausahaan
Naluri atau jiwa kewirausahaan adalah sifat-sifat yang dimiliki
oleh seorang wirausahawan. Setiap kepala sekolah harus memiiki
naluri kewirausahaan dan memberikan contoh dengan menerapkan
sifat-sifat atau karakteristik wirausaha.24
Kepemimpinan kepala sekolah yang berjiwa kewirausahaan
harus mampu menerapkan beberapa hal sebagai berikut.
a. Berpikir kreatif dan inovatif.
b. Mampu membaca arah perkembangan dunia pendidikan.
c. Menunjukkan nilai lebih dari komponen setiap persekolahan yang
dimiliki.
d. Menumbuhkan kerjasama tim, sikap kepemimpinan, kebersamaan,
dan hubungan yang solid dengan segenap warga sekolah.
e. Membangun pendekatan personal yang baik dengan lingkungan
sekitar dan tidak cepat berpuas diri dengan apa yang telah diraih.
f. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan teknologi yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas ilmu amaliah dan ilmu
ilmiahnya.

23
24

Ibid, h. 42
Ibid, h. 66

19

g. Menjawab tantangan masa depan dengan bercermin pada masa lalu
dan masa kini agar mampu mengamalkan konsep manajemen
sistem informasi dan teknologi modern.25
Dapat disimpulkan bahwasanya naluri kewirausahaan adalah
sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang wirausahawan. Kepala sekolah
perlu memiliki naluri kewirausahaan agar ia bisa membaca peluang
usaha dan berani untuk mengembangkan kewirausahaan di sekolah
yang ia pimpin. Kepala sekolah juga perlu membangun pendekatan
personal yang baik dengan lingkungan sekitar dan tidak cepat berpuas
diri dengan apa yang telah diraih. Harus ada usaha untuk
mempertahankan yang sudah baik dan memperbaiki yang belum baik.

B. Strategi Mengembangkan Kewirausahaan di Sekolah
Keberhasilan kepala sekolah dalam mengembangkan kewirausahaan
ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut.
1. Kemampuan dalam mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai.
2. Kesiapan terhadap risiko yang akan diterima, baik tenaga, uang, maupun
waktu.
3. Keyakinan akan kemampuan membuat rencana, mengorganisasi,
mengkoordinasi, melaksanakan, dan mengawasinya.
4. Komitmen terhadap kerja keras dan cerdas sepanjang waktu, serta merasa
penting atas keberhasilan kewirausahaannya.
5. Kreativitas dan keyakinan dalam mengembangkan hubungan baik dengan
pelanggan, tenaga kependidikan, orang tua, masyarakat, dunia usaha yang
berpengaruh terhadap kegiatan sekolah.
6. Kemampuan menerima tantangan dengan penuh tanggung jawab atas
keberhasilan dan kegagalannya.
7. Keterbukaan dalam manajemen keuangan sekolah.26
Dari uraian di atas, terlihat bahwa kepala sekolah tidak bisa
mengembangkan kewirausahaan di sekolah sendirian. Ia perlu bekerja sama
dengan seluruh warga sekolah. Dalam mengembangkan kewirausahaan di
sekolah harus ada perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.

25
26

Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan dan Kepala Sekolah, op. cit., h. 197-198
Ibid, h. 194

20

Perencanaan dibuat bersama-sama dengan seluruh warga sekolah, baik guru,
tenaga kependidikan, dan stakeholders lainnya. Sehingga pada tahap
pelaksanaan, semua warga sekolah siap dengan perubahan yang akan
dilakukan. Kepala sekolah harus mengawasi pelaksanaan kewirausahaan di
sekolah, apakah sudah berjalan sesuai rencana atau belum, bila belum maka
perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan agar apa yang telah direncanakan
dapat terlaksana.
Menurut Suyoko, kiat-kiat membangun kewirausahaan sekolah adalah
sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Membangun profil kepala sekolah sebagai wirausahawan.
Membangun sikap mental positif.
Membentuk sikap mental wirausahawan.
Mengembangkan potensi sekolah secara maksimal.
Mendekatkan siswa dengan dunia nyata yang akan mereka hadapi.
Menggali dan mengkomunikasikan ide dan harapan semua pihak terutama
pada pengguna jasa sekolah agar mutu lulusan sekolah sesuai dengan
permintaan.
7. Meningkatkan kecakapan membaca peluang pasar dan pengembangan
institusi.
8. Melakukan pengamatan-pengamatan terhadap keunggulan-keunggulan
sekolah lain kemudian mempelajari sebagai bahan rujukan dan wacana
dalam pengembangan sekolah yang lebih unggul.
9. Membentuk tim kreatif dan pembantu kepala sekolah yang bervisi sama
dan berorientasi pada mutu.
10. Memberanikan diri membawa sekolah keluar dari kebiasaan monoton dan
berperilaku yang mendukung pada pembaharuan.
11. Membangun kultur kewirausahaan sekolah.
12. Menambah buku-buku kewirausahaan.27
Dengan demikian, seorang kepala sekolah harus menjadi contoh dalam
penerapan

kewirausahaan

di

sekolah

dengan

cara

menggali

dan

mengkomunikasikan harapan pengguna jasa sekolah, melakukan pengamatan
terhadap keunggulan-keunggulan sekolah lain, membentuk tim kreatif,
menciptakan inovasi, dan mengembangkan potensi sekolah secara maksimal.
Kepala sekolah juga perlu menyediakan buku-buku kewirausahaan agar warga
sekolah bisa membacanya. Dengan membaca buku-buku kewirausahaan maka
27

Suyoko, op. cit., h. 55-59

21

mereka akan tahu manfaat dari kewirausahaan dan mencoba untuk
mempraktikkannya dalam kehidupan mereka. Sehingga apapun peran mereka
di sekolah mereka dapat menerapkan kewirausahaan sesuai dengan perannya
masing-masing. Selain menyediakan buku, kepala sekolah juga perlu
memfasilitasi warga sekolah untuk mempraktikan kewirausahaan dengan
mengadakan unit usaha. Unit usaha ini akan menjadi sumber pendapat baru
bagi sekolah yang nantinya bisa digunakan untuk kesejahteraan warga
sekolah.

C. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dengan
judul Kewirausahaan Sekolah Berbasis Kreativitas dan Inovasi yang
dilakukan oleh Surya Dharma (Direktur Tenaga Kependidikan Depdiknas,
Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia) dan Haedar Akib (Dosen Sarjana
dan Pascasarjana UNM, STIALAN dan Fasilitator pada Bintek Kepala
Sekolah Ditendik Depdiknas).
Isi penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pengembangan kewirausahaan sekolah merupakan trend baru yang
mendukung pengembangan satuan pendidikan di berbagai tingkatan. Hal ini
didasarkan pada realitas bahwa semangat dan jiwa kewirausahaan tidak hanya
dimiliki oleh pengusaha tetapi juga semua orang yang minimal mampu
berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk meningkatkan nilai tambah
(manfaat) dari hasil usahanya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mensosialisasikan Keputusan Mendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang
Kompetensi Kepala Sekolah khususnya dimensi kompetensi kewirausahaan.
Hasil yang diharapkan adalah adanya upaya aktualisasi jiwa dan semangat
kewirausahaan dalam sikap dan perilaku kepala sekolah bersama warga
sekolah. Dengan demikian, berkembang good practice kewirausahaan sekolah
dan tata sekolah yang baik (good school governance) bernuansa
kewirausahaan.28

28

Surya Dharma, Kewirausahaan Sekolah Berbasis Kreativitas dan Inovasi dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 15, Edisi Khusus I, 2009, h. 102

22

D. Kerangka Berpikir
Kepala sekolah adalah pejabat tertinggi di sekolah. Ia merupakan
pemimpin formal dalam lembaga pendidikan. Kepala sekolah bertanggung
jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.
Kepala sekolah sebagai wirausahawan adalah pemimpin di lembaga
pendidikan yang memiliki jiwa kreatif dan inovatif, selalu mencari peluang
baru, dan berusaha menerapkannya. Tidak takut menghadapi risiko yang ada
karena ia selalu berpikir positif, bahwasanya setiap risiko yang terjadi pasti
ada peluang di dalamnya. Ia akan selalu bekerja keras demi kemajuan
sekolahnya dan memiliki rasa percaya diri yang kuat, ia yakin bahwasanya
setiap usaha yang ia lakukan akan berhasil.
Kepala sekolah harus bisa memberikan contoh dengan menciptakan
suatu lingkungan yang menerapkan kewirausahaan di sekolah. Hal ini terkait
dengan lima indikator dimensi kompetensi kewirausahaan, yaitu inovasi, kerja
keras, motivasi, pantang menyerah, dan naluri kewirausahaan. Dengan
demikian akan tercipta kemandirian siswa, keuntungan secara finansial, dan
kesejahteraan warga sekolah.
Berikut ini adalah skema kerangka berpikir penulis.

INPUT
Kompetensi kewirausahaan
kepala sekolah yang terdiri
dari lima indikator, yaitu
inovasi, kerja keras,
motivasi, pantang menyerah,
dan naluri kewirausahaan.

PROSES
Pembiasaan model
kewirausahaan di
lingkungan sekolah

OUTPUT
Kemandirian siswa,
keuntungan secara
finansial, dan
kesejahteraan warga
sekolah

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMKN 2 Cikarang Barat-Bekasi yang beralamat di
Jln. Fatahilah No. 1A Desa Kalijaya Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi 17530, dan
berlangsung selama 4 bulan dari bulan Mei 2014 sampai dengan Agustus 2014.
Berikut ini adalah jadwal penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No.

Jenis Kegiatan

1.

Pendekatan ke sekolah

2.

Meminta izin ke sekolah

3.

Pengumpulan data

4.

Pengolahan dan analisis data

Mei

Jun

Jul

Ags

B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analisis dengan
pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan situasi-situasi atau kejadian-kejadian
yang secara alami dan nyata terjadi di lingkungan objek penelitian. Peneliti berharap
melalui pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini mampu mencapai
tujuannya, yakni menjelaskan penerapan kompetensi kewirausahaan kepala sekolah
di SMKN 2 Cikarang Barat.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan beberapa
metode dalam mengumpulkan data penelitian, diantaranya:

23

24

1. Metode Wawancara (interview)
Metode

wawancara

digunakan

untuk

mengetahui

penerapan

kompetensi kewirausahaan kepala sekolah di SMKN 2 Cikarang Barat. Oleh
karena itu, peneliti mewawancarai kepala sekolah, wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, pengelola bisnis center, dan siswa terkait penerapan
kompetensi kewirausahaan kepala sekolah di SMKN 2 Cikarang Barat. Dalam
metode wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk
memudahkan pelaksanaannya agar sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun
kisi-kisi pedoman wawancara, sebagai berikut :
Tabel. 3.2
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Interviewee
1. Kepala
Sekolah

Dimensi

Indikator

Penerapan
Inovasi dan
Kreativitas

1. Inovasi yang telah dilakukan kepala sekolah.
2. Cara membangun jiwa kreatif para guru.
3. Nilai tambah yang dimiliki lulusan yang berbeda
dengan lulusan sekolah lain.
4. Cara kepala sekolah untuk meningkatkan
kualitas SDM.
5. Cara kepala sekolah untuk meningkatkan
pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
6. Cara mengatur dana pengelolaan sekolah.

Kerja Keras
untuk
Mencapai
Keberhasilan
Sekolah

Motivasi untuk 7. Tujuan yang ingin dicapai selama menjadi
Sukses
kepala sekolah di SMKN 2 Cikarang Barat.
8. Cara merealisasikan tujuan yang ingin dicapai
selama menjadi kepala sekolah di SMKN 2
Cikarang Barat.
9. Tindakan yang dilakukan terhadap personil
sekolah yang berprestasi.
Pantang
10. Cara menghadapi persaingan dengan sekolah
Menyerah dan
lainnya.
Mencari Solusi 11. Antisipasi yang dilakukan agar para lulusan
Terbaik
tidak sepenuhnya bergantung pada dunia kerja.
12. Kerja sama yang dilakukan sekolah dengan

25

Naluri
Kewirausahaan

2. Wakil
Kepala
Sekolah
Bidang
Kurikulum

Penerapan
Inovasi dan
Kreativitas

Kerja Keras
untuk
Mencapai
Keberhasilan
Sekolah
Pantang
Menyerah dan
Mencari Solusi
Terbaik
Naluri
Kewirausahaan
3. Pengelola
Naluri
Bisnis
Kewirausahaan
Center

4. Siswa

Penerapan
Inovasi dan
Kreativitas
Kerja Keras
untuk
Mencapai
Keberhasilan
Sekolah

pihak eksternal.
13. Pelatihan kewirausahaan kepala sekolah.
14. Manfaat pelatihan kewirausahaan kepala
sekolah.
15. Penerapan kewirausahaan di sekolah.
1. Inovasi yang dilakukan kepala sekolah.
2. Kendala dalam pelaksanaan inovasi.
3. Nilai tambah yang dimiliki lulusan yang berbeda
dengan lulusan sekolah lain.
4. Cara yang digunakan untuk meningkatkan mutu
lulusan.
5. Program pembelajaran di SMKN 2 Cikarang
Barat.
6. Sumber belajar peserta didik.
7. Antisipasi yang dilakukan agar para lulusan
tidak sepenuhnya bergantung pada dunia kerja.
8. Kerja sama yang dilakukan sekolah dengan
pihak eksternal.
9. Bentuk penerapan kewirausahaan di sekolah.
10. Unit usaha yang ada di SMKN 2 Cikarang Barat.
1. Tujuan didirikannya bisnis center.
2. Sasaran yang ingin dicapai bisnis center.
3. Hambatan dalam pelaksanaan program bisnis
center.
4. Proses pengembangan dan pengelolaan bisnis
center sebagai sumber belajar peserta didik.
5. Peran bisnis center dalam menunjang
kesejahteraan warga sekolah.
1. Keunggulan sekolah.
2. Nilai tambah yang dimiliki lulusan yang berbeda
dengan lulusan sekolah lain.
3. Program pembelajaran di SMKN 2 Cikarang
Barat.
4. Sarana dan prasarana sekolah.
5. Sumber belajar peserta didik.

26

Naluri
6. Partisipasi dalam kegiatan unit usaha.
Kewirausahaan 7. Manfaat yang didapatkan dari kegiatan unit
usaha.
8. Peran ekstrakurikuler kewirausahaan dalam
menumbuhkan sikap kewirausahaan siswa.
9. Dukungan yang diberikan kepala sekolah
terhadap ekstrakurikuler kewirausahaan.
10. Keterkaitan
antara
ekstrakurikuler
kewirausahaan dengan unit usaha yang ada di
sekolah.
2. Angket
Angket yang dibuat peneliti terdiri dari pernyataan-pernyataan yang
memiliki empat alternatif jawaban yang disesuaikan dengan bentuk
pernyataan dan tetap memperhatikan kesetaraan alternatif jawaban. Angket
yang disebar berdasarkan indikator-indikator yang dikutip dari Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Angket
Dimensi
Kompetensi
Kewirausahaan

Indikator

Ukuran

1. Menciptakan
1. Menciptakan program inovasi
inovasi
yang
dan kreatifitas di bidang
berguna
bagi
kurikulum dan
pengajaran
perkembangan
seperti penyusunan kurikulum
sekolah.
sinkronisasi.
2. Melakukan
perubahanperubahan dalam organisasi ke
arah yang lebih baik seperti
pembentukan komite sekolah.

3. Menyelenggarakan
proyekproyek
pembangunan
di
sekolah dengan baik, seperti

Butir Jumlah
1, 2,
3, 4,
5

5 butir

27

menambah ruang kelas baru
atau sarana belajar lainnya.
4. Melakukan pemeliharaan dan
perbaikan sarana dan prasarana.
5. Menghargai
hasil-hasil
kreativitas
warga
sekolah
dengan memberikan rewards.
2. Bekerja
keras 1. Membuat target pencapaian
untuk
mencapai
hasil untuk setiap program
keberhasilan
sesuai dengan waktu ya