TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Inventarisasi dan Pengelolaan Aset Komputer Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur.

(1)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI INVENTARISASI DAN PENGELOLAAN ASET KOMPUTER PADA PT PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JAWA TIMUR

Nama : Rizky Ridho Kharismanto NIM : 07.41010.0262

Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Batasan Masalah ... 6

1.4. Tujuan Masalah ... 7

1.5. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II ... 10

2.1. Manajemen Aset ... 10

2.2. Sistem Informasi Manajemen Aset ... 14

2.3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 ... 16

2.4. Penyusutan ... 17

2.5. Kelompok Harta Berwujud dan Tarif Penyusutannya... 24

2.6. Penetapan Metode Penyusutan Berdasarkan Buletin Teknis Akuntansi Penyusutan ... 33

2.7. System Development Life Cycle (SDLC) ... 35

BAB III... 40


(3)

x

3.1.1. Identifikasi Masalah ... 40

3.2. Perancangan Sistem ... 44

3.2.1. Blok Diagram ... 45

3.2.2. Context Diagram ... 61

3.2.3. Data Flow Diagram (DFD) Level 0 ... 63

3.2.4. Data Flow Diagram (DFD) Level 1 ... 68

3.2.5. Pemodelan Database ... 73

3.2.6. Desain Input / Output ... 81

3.2.7. Desain Interface ... 96

3.2.8. Desain Uji Coba ... 113

BAB IV ... 127

4.1. Implementasi Sistem ... 127

4.1.1. Kebutuhan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak ... 128

4.1.2. Uji Kesesuaian Rancangan Desain Interface dan Desain Input - Output dengan Melakukan Test Case Berupa Uji Kasus ... 129

A. Uji Kasus Satu ... 130

B. Uji Kasus Dua ... 131

C. Uji Kasus Tiga ... 136

D. Uji Kasus Empat ... 140

E. Uji Kasus Lima ... 142

F. Uji Kasus Enam ... 144

G. Uji Kasus Tujuh ... 147

4.2. Evaluasi Sistem ... 150


(4)

xi

4.2.2. Hasil Uji Coba Bagian Inventarisasi ... 152

4.2.3. Hasil Uji Coba User ... 159

4.2.4. Hasil Uji Coba Bagian Teknologi Informasi ... 165

4.2.5. Hasil Uji Coba Deputi Teknologi Informasi ... 183

4.2.6. Hasil Uji Coba Perhitungan Nilai Penyusutan dan Nilai Buku... 184

4.2.7. Hasil Uji Coba Web Testing ... 188

BAB V ... 199

5.1. Kesimpulan ... 199

5.2. Saran ... 200


(5)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penyusutan dengan Metode Garis Lurus ... 22

Tabel 2.2 Kelompok Harta Berwujud, Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan ... 24

Tabel 2.3 Jenis Harta Berwujud Kelompok I ... 25

Tabel 2.4 Jenis Harta Berwujud Kelompok II ... 27

Tabel 2.5 Jenis – Jenis Harta Berwujud Kelompok III ... 29

Tabel 2.6 Jenis – Jenis Harta Berwujud Kelompok III (lanjutan)... 30

Tabel 2.7 Jenis – Jenis Harta Berwujud Kelompok IV ... 31

Tabel 2.8 Jenis – Jenis Harta Berwujud Kelompok IV (lanjutan) ... 32

Tabel 3.1 Besar Nilai Penyusutan dan Nilai Buku Tahun 2010 ... 51

Tabel 3.2 Besar Nilai Penyusutan dan Nilai Buku Tahun 2011 ... 51

Tabel 3.3 Besar Nilai Penyusutan dan Nilai Buku Tahun 2011 (lanjutan) ... 52

Tabel 3.4 Besar Nilai Penyusutan dan Nilai Buku Tahun 2012 ... 52

Tabel 3.5 Besar Nilai Penyusutan dan Nilai Buku Tahun 2012 (lanjutan) ... 53

Tabel 3.6 Besar Nilai Penyusutan dan Nilai Buku Tahun 2013 ... 53

Tabel 3.7 Besar Nilai Penyusutan dan Nilai Buku Tahun 2014 ... 54

Tabel 3.8 Referensi Pemantauan Kondisi Fisik Aset Komputer... 54

Tabel 3.9 Divisi ... 75

Tabel 3.10 Karyawan ... 76

Tabel 3.11 Aset Komputer ... 76

Tabel 3.12 Pemeliharaan ... 77

Tabel 3.13 Pemeliharaan_Rinc ... 77

Tabel 3.14 Penyusutan ... 78

Tabel 3.15 Penyusutan_Rinc ... 78


(6)

xiii

Tabel 3.17 Penghapusan... 79

Tabel 3.18 Penghapusan_Rinc ... 80

Tabel 3.19 Komponen ... 80

Tabel 3.20 Komponen_Rinc ... 81

Tabel 3.21 Desain Uji Coba Login ... 113

Tabel 3.22 Desain Uji Coba Grid Komponen ... 114

Tabel 3.23 Desain Uji Coba Input Komponen ... 114

Tabel 3.24 Desain Uji Coba Input Komponen (lanjutan) ... 115

Tabel 3.25 Desain Uji Coba Grid Komputer ... 115

Tabel 3.26 Desain Uji Coba Input Komputer ... 115

Tabel 3.27 Desain Uji Coba Input Komputer (lanjutan) ... 116

Tabel 3.28 Desain Uji Coba Grid Penjadwalan Rutin Per User ... 116

Tabel 3.29 Desain Uji Coba Pengisian Keluhan ... 117

Tabel 3.30 Desain Uji Coba Pemesanan Perawatan Insidentil ... 117

Tabel 3.31 Desain Uji Coba Input Jadwal Perawatan Rutin ... 118

Tabel 3.32 Desain Uji Coba Input Jadwal Perawatan Insidentil ... 118

Tabel 3.33 Desain Uji Coba Input Jadwal Perawatan Insidentil (lanjutan) ... 119

Tabel 3.34 Desain Uji Coba Grid Penjadwalan Rutin Per User ... 119

Tabel 3.35 Desain Uji Coba Form Maintenance ... 120

Tabel 3.36 Desain Uji Coba Form Penggantian Komponen ... 120

Tabel 3.37 Desain Uji Coba Form Input Periode Penysuutan ... 121

Tabel 3.38 Desain Uji Coba Form Input Kondisi Aset Beroperasi ... 121

Tabel 3.39 Desain Uji Coba Form Input Aset Komputer Dengan Umur Ekonomis Kurang Dari Satu Tahun ... 122

Tabel 3.40 Desain Uji Coba Grid Penghapusan Aset Komputer ... 122


(7)

xiv

Tabel 3.42 Desain Uji Coba Grid Habis Pakai ... 123

Tabel 3.43 Desain Uji Coba Grid Diremajakan ... 123

Tabel 3.44 Desain Uji Coba Grid Rencana Pengadaan Aset Komputer ... 124

Tabel 3.45 Desain Uji Coba Perhitungan Nilai Penysuutan dan Nilai Buku ... 124

Tabel 3.46 Desain Uji Coba Web Testing ... 125

Tabel 3.47 Desain Uji Coba Web Testing (lanjutan) ... 126

Tabel 4.1 Uji Coba Login... 151

Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Grid Komponen... 154

Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Input Komponen ... 156

Tabel 4.4 Hasil Uji Coba Grid Komputer ... 157

Tabel 4.5 Hasil Uji Coba Input Komputer ... 158

Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Input Komputer (lanjutan) ... 159

Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Grid Penjadwalan Rutin Per User ... 160

Tabel 4.8 Hasil Uji Coba Grid Penjadwalan Rutin Per User ... 161

Tabel 4.9 Hasil Uji Coba Form Pengisian Keluhan ... 162

Tabel 4.10 Hasil Uji Coba Form Pengisian Keluhan (lanjutan) ... 163

Tabel 4.11 Hasil Uji Coba Pemesanan Perawatan Insidentil ... 164

Tabel 4.12 Hasil Uji Coba Pemesanan Perawatan Insidentil (lanjutan) ... 165

Tabel 4.13 Hasil Uji Coba Input Jadwal Perawatan Rutin... 167

Tabel 4.14 Hasil Uji Coba Jadwal Perawatan Insidentil ... 169

Tabel 4.15 Hasil Uji Coba Grid Jadwal Perawatan Rutin Per User ... 170

Tabel 4.16 Hasil Uji Coba Grid Jadwal Perawatan Rutin Per User (lanjutan) ... 171

Tabel 4.17 Hasil Uji Coba Form Maintenance ... 172

Tabel 4.18 Hasil Uji Coba Form Maintenance (lanjutan) ... 173

Tabel 4.19 Hasil Uji Coba Form Penggantian Komponen ... 174


(8)

xv

Tabel 4.21 Hasil Uji Coba Form Input Kondisi Aset Beroperasi ... 178

Tabel 4.22 Hasil Uji Coba Form Input Aset Komputer Dengan Umur Ekonomis Kurang Dari Satu Tahun ... 179

Tabel 4.23 Hasil Uji Coba Grid Penghapusan Aset Komputer ... 181

Tabel 4.24 Hasil Uji Coba Grid Habis Pakai ... 182

Tabel 4.25 Hasil Uji Coba Grid Diremajakan ... 183

Tabel 4.26 Hasil Uji Coba Grid Rencana Pengadaan Aset Komputer ... 184

Tabel 4.27 Hasil Uji Coba Perhitungan Nilai Penysuutan dan Nilai Buku Periode Pertama ... 185

Tabel 4.28 Hasil Uji Coba Perhitungan Nilai Penysuutan dan Nilai Buku Periode Kedua ... 186

Tabel 4.29 Hasil Uji Coba Perhitungan Nilai Penysuutan dan Nilai Buku Periode Empat Puluh Delapan ... 187

Tabel 4.30 Hasil Uji Coba Compabilty Testing ... 192

Tabel 4.31 Hasil Uji Coba Security Testing ... 194

Tabel 4.32 Tabel Test-Case Pengujian Fungsi Utama Aplikasi ... 195

Tabel 4.33 Hasil Uji Coba Functionality Testing ... 196


(9)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Lifecylce Asset Management ... 13

Gambar 2.2 System Development Life Cycle (Turban, McLean, Wetherbe, 2001) ... 36

Gambar 3.1 Document Flow Proses Bisnis Inventarisasi Aset Komputer Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur ... 41

Gambar 3.2 Document Flow Proses Bisnis Penjadwalan Perawatan dan Pencatatan Perawatan Aset Komputer Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur ... 43

Gambar 3.3 Diagram Blok Sistem Informasi Inventarisasi dan Pengelolaan Aset Komputer... 45

Gambar 3.4 Context Diagram Sistem Informasi Inventarisasi dan Pengelolaan Aset Komputer ... 63

Gambar 3.5 Data Flow Diagram (DFD) Level 0 Sistem Informasi Inventarisai dan Pengelolaan Aset Komputer ... 67

Gambar 3.6 Data Flow Diagram (DFD) Level 1 Inventarisasi dan Pemberian Umur Ekonomis Aset Komputer ... 69

Gambar 3.7 Data Flow Diagram (DFD) Level 1 Mencatat dan Menjadwalkan Perawatan Aset Komputer... 70

Gambar 3.8 Data Flow Diagram (DFD) Level 1 Mengganti Komponen pada Aset Komputer... 71

Gambar 3.9 Data Flow Diagram (DFD) Level 1 Menghapus dan Meremajakan Aset Komputer ... 72

Gambar 3.10 Conceptual Data Model (CDM) Sistem Informasi Inventarisasi dan Pengelolaan Aset Komputer pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur ... 73

Gambar 3.11 Physical Data Model (PDM) Sistem Informasi Inventarisasi dan Pengelolaan Aset Komputer pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur ... 74

Gambar 3.12 Daftar Aset Komputer ... 82

Gambar 3.13 Desain Label Barang ... 83


(10)

xvii

Gambar 3.15 Desain Jadwal Perawatan Rutin Aset Komputer... 85

Gambar 3.16 Desain Jadwal Perawatan Insidentil Aset Komputer ... 86

Gambar 3.17 Log History Maintenance ... 87

Gambar 3.18 Laporan Penggantian Komponen ... 88

Gambar 3.19 Surat Penggantian Komponen Komputer ... 89

Gambar 3.20 Desain Laporan Penggantian Komponen ... 90

Gambar 3.21 Laporan Hasil Perawatan Rutin Pending ... 91

Gambar 3.22 Laporan Hasil Perawatan Rutin Terselesaikan... 91

Gambar 3.23 Laporan Jumlah Aset Komputer Berdasarkan Kondisi ... 92

Gambar 3.24 Laporan Nilai Penyusutan dan Nilai Buku ... 93

Gambar 3.25 Laporan Jumlah Aset Komputer Diremajakan ... 94

Gambar 3.26 Laporan Jumlah Aset Komputer Habis Pakai ... 94

Gambar 3.27 Laporan Jumlah Aset Komputer Rusak ... 95

Gambar 3.28 Daftar Rencana Jumlah Pengadaan Aset Komputer ... 96

Gambar 3.29 Desain Interface Login ... 96

Gambar 3.30 Desain Interface Grid Daftar Komponen Terinventarisasi ... 97

Gambar 3.31 Desain Interface Form Input Komponen ... 98

Gambar 3.32 Desain Interface Grid Komputer Terinventarisasi ... 98

Gambar 3.33 Desain Interface Input Komputer ... 99

Gambar 3.34 Desain Interface Report Aset Komputer Terinventarisasi ... 100

Gambar 3.35 Desain Interface Cetak Label Aset Komputer... 100

Gambar 3.36 Desain Interface Grid Jadwal Perawatan Rutin... 101

Gambar 3.37 Desain Interface Pengisian Keluhan ... 102

Gambar 3.38 Desain Interface Pemesanan Perawatan Insidentil ... 103

Gambar 3.39 Desain Interface Lihat Detail Komputer ... 103


(11)

xviii

Gambar 3.41 Desain Interface Input Periode Penjadwalan Rutin... 105

Gambar 3.42 Desain Interface Input Periode Penjadwalan Insidentil ... 105

Gambar 3.43 Desain Interface Jadwal Perawatan Rutin ... 106

Gambar 3.44 Desain Interface Jadwal Perawatan Rutin ... 106

Gambar 3.45 Desain Interface Pencatatan Perawatan... 107

Gambar 3.46 Desain Interface Penggantian Komponen ... 107

Gambar 3.47 Desain Interface Input Periode Penyusutan ... 108

Gambar 3.48 Desain Interface Grid Nilai Penyusutan ... 108

Gambar 3.49 Desain Interface Input Aset Beroperasi ... 109

Gambar 3.50 Desain Interface Aset Komputer Dengan Umur Ekonomis Kurang Dari Setahun ... 110

Gambar 3.51 Desain Interface Grid Penghapusan Aset Komputer... 111

Gambar 3.52 Desain Interface Grid Aset Komputer Diremajakan ... 111

Gambar 3.53 Desain Interface Grid Aset Komputer Habis Pakai ... 111

Gambar 3.54 Desain Interface Grid Aset Komputer Rusak ... 112

Gambar 3.55 Desain Interface Grid Rencana Pengadaan Aset Komputer Baru . 112 Gambar 4.1 Halaman Input Komponen untuk menyimpan data komponen pada grid ... 131

Gambar 4.2 Halaman Grid Komponen unutk menampilkan data komponen terinventarisasi ... 131

Gambar 4.3 Halaman Input Aset Komputer ... 133

Gambar4.4 Halaman Input Aset Komputer untuk mengisi detail komponen ... 134

Gambar4.5 Halaman Input Aset Komputer untuk mengisi detail pengguna ... 135

Gambar 4.6 Halaman Input Aset Komputer untuk mengisi detail umur ekonomis dan nilai perolehan ... 135

Gambar 4.7 Grid detail aset komputer ... 136

Gambar 4.8 Sistem mencetak jadwal perawatan rutin periode 01 – 30 April 2014 ... 137


(12)

xix

Gambar 4.9 Sistem mencetak jadwal perawatan insidentil periode 01 – 30 April

2014 ... 137

Gambar 4.10 Halaman Penggantian Komponen ... 138

Gambar 4.11 Halaman Input Maintenance ... 139

Gambar 4.12 Log History Maintenance ... 139

Gambar 4.13 Laporan Penggantian Komponen ... 140

Gambar 4.14 Halaman Input Periode Penyusutan ... 141

Gambar 4.15 Grid Nilai Penyusutan Periode 2012 ... 141

Gambar 4.16 Report Nilai Penyusutan Periode 2012 ... 142

Gambar 4.17 Halaman Input Report Aset Beroperasi ... 142

Gambar 4.18 Laporan Kondisi Aset Beroperasi ... 143

Gambar 4.19 Form Input Report Aset Komputer Dengan Umur Ekonomis Kurang Dari Satu Tahun ... 143

Gambar 4.20 Laporan Aset Komputer Dengan Umur Ekonomis Kurang Dari Satu Tahun... 144

Gambar 4.21 Halaman Daftar Penghapusan Aset Komputer... 145

Gambar 4.22 Halaman Daftar Aset Komputer Diremajakan ... 146

Gambar 4.23 Laporan Aset Komputer Diremajakan ... 146

Gambar 4.24 Halaman Daftar Aset Komputer Habis Pakai ... 147

Gambar 4.25 Laporan Aset Komputer Habis Pakai ... 147

Gambar 4.26 Halaman Daftar Aset Komputer Rusak ... 148

Gambar 4.27 Laporan Aset Komputer Rusak ... 148

Gambar 4.28 Halaman Daftar Rencana Pengadaan Aset Komputer Baru ... 149

Gambar 4.29 Laporan Rencana Pengadaan Aset Komputer Baru ... 149

Gambar 4.30 Hasil Test Case 1 ... 150

Gambar 4.31 Hasil Uji Coba Login Test Case 2 ... 151


(13)

xx

Gambar 4.33 Hasil Uji Coba Grid Komponen Test Case 4 ... 153

Gambar 4.34 Hasil Uji Coba Grid Komponen Test Case 5 ... 153

Gambar 4.35 Hasil Uji Coba Input Komponen Test Case 7 ... 155

Gambar 4.36 Hasil Uji Coba Input Komponen Test Case 8 ... 155

Gambar 4.37 Hasil Uji Coba Input Komputer Test Case 11... 157

Gambar 4.38 Hasil Uji Coba Input Komputer Test Case 12... 158

Gambar 4.39 Hasil Uji Coba Grid Penjadwalan Rutin Per User Test Case 13 ... 159

Gambar 4.40 Hasil Uji Coba Grid Penjadwalan Rutin Per User Test Case 14 ... 160

Gambar 4.41 Hasil Uji Coba Form Pengisian Keluhan Test Case 15 ... 161

Gambar 4.42 Hasil Uji Coba Form Pengisian Keluhan Test Case 16 ... 162

Gambar 4.43 Hasil Uji Coba Pemesanan Perawatan Insidentil Test Case 17 .... 163

Gambar 4.44 Hasil Uji Coba Pemesanan Perawatan Insidentil Test Case 18 .... 164

Gambar 4.45 Hasil Uji Coba Input Jadwal Perawatan Rutin Test Case 19 ... 165

Gambar 4.46 Hasil Uji Coba Input Jadwal Perawatan Rutin Test Case 20 ... 166

Gambar 4.47 Hasil Uji Coba Input Jadwal Perawatan Rutin Test Case 21 ... 166

Gambar 4.48 Hasil Uji Coba Jadwal Perawatan Insidentil Test Case 22 ... 168

Gambar 4.49 Hasil Uji Coba Jadwal Perawatan Insidentil Test Case 23 ... 168

Gambar 4.50 Hasil Uji Coba Jadwal Perawatan Insidentil Test Case 24 ... 168

Gambar 4.51 Hasil Uji Coba Grid Jadwal Perawatan Rutin Per User Test Case 25 ... 170

Gambar 4.52 Hasil Uji Coba Grid Jadwal Perawatan Rutin Per User Test Case 26 ... 170

Gambar 4.53 Hasil Uji Coba Form Maintenance Test Case 27 ... 172

Gambar 4.54 Hasil Uji Coba Form Penggantian Komponen Test Case 30 ... 174

Gambar 4.55 Hasil Uji Coba Form Input Periode Penyusutan Test Case 31 ... 175

Gambar 4.56 Hasil Uji Coba Form Input Periode Penyusutan Test Case 32 ... 175


(14)

xxi

Gambar 4.58 Hasil Uji Coba Form Input Kondisi Aset Beroperasi Test Case 34 ... 177 Gambar 4.59 Hasil Uji Coba Form Input Kondisi Aset Beroperasi Test Case 35 ... 177 Gambar 4.60 Hasil Uji Coba Form Input Aset Komputer Dengan Umur Ekonomis Kurang Dari Satu Tahun Test Case 36 ... 178 Gambar 4.61 Hasil Uji Coba Form Input Aset Komputer Dengan Umur Ekonomis Kurang Dari Satu Tahun Test Case 37 ... 179 Gambar 4.62 Hasil Uji Coba Grid Penghapusan Aset Komputer Test Case 38 . 180 Gambar 4.63 Hasil Uji Coba Grid Penghapusan Aset Komputer Test Case 39 . 180 Gambar 4.64 Hasil Uji Coba Grid Penghapusan Aset Komputer Test Case 40 . 181 Gambar 4.65 Hasil Uji Coba Grid Habis Pakai Test Case 41 ... 182 Gambar 4.66 Hasil Uji Coba Grid Diremajakan Test Case 42 ... 183 Gambar 4.67 Hasil Uji Coba Grid Rencana Pengadaan Aset Komputer Test Case 43 ... 184 Gambar 4.68 Hasil Uji Coba Perhitungan Nilai Penyusutan dan Nilai Buku 1 .. 185 Gambar 4.69 Hasil Uji Coba Perhitungan Nilai Penyusutan dan Nilai Buku 2 .. 185 Gambar 4.70 Hasil Uji Coba Compability Testing Membuka Halaman Profile menggunakan Firefox... 189 Gambar 4.71 Hasil Uji Coba Compability Testing Membuka Halaman Profile menggunakan Chrome ... 189 Gambar 4.72 Hasil Uji Coba Compability Testing Membuka Halaman Input Periode Penyusutan menggunakan Firefox ... 190 Gambar 4.73 Hasil Uji Coba Compability Testing Membuka Halaman Input Periode Penyusutan menggunakan Chrome ... 190 Gambar 4.74 Hasil Uji Coba Compability Testing Membuka Halaman Grid Aset Komputer Diremajakan menggunakan Firefox ... 191 Gambar 4.75 Hasil Uji Coba Compability Testing Membuka Halaman Grid Aset Komputer Diremajakan menggunakan Chrome... 191 Gambar 4.76 Hasil Uji Coba Security Testing Untuk Login Pengguna ... 192 Gambar 4.77 Hasil Uji Coba Security Testing Untuk Login Administrator... 193


(15)

xxii

Gambar 4.78 Hasil Uji Coba Broken Authentication dan Session Management

Awal Sesi ... 193 Gambar 4.79 Hasil Uji Coba Broken Authentication dan Session Management

Akhir Sesi ... 194 Gambar 4.80 Tabel Supplier pada Database ... 196 Gambar 4.81 Grid Master Supplier pada Aplikasi ... 197 Gambar 4.82 Dropdown Supplier yang berisi data supplier sesuai dengan isian database ... 197


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Berdasarkan keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 pada tanggal 31 Juli 2002 perihal penerapan Good Corporate Governance atau disebut Tata Kelola Perusahaan Yang Baik dalam lingkungan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara), maka PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur, yang merupakan salah satu unit PT PLN (Persero) sebagai perusahaan BUMN, berkewajiban untuk melaksanakan hal tersebut di dalam pengusahaan dan pengelolaan perusahaan untuk memenuhi prinsip – prinsip seperti: transparansi

(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban

(responsibility), kemandirian (independency), dan kewajaran (fairness). Dalam pengimplementasiannya, PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur membuat Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) yang merangkum keseluruhan alur kerja dan proses bisnis perusahaan untuk mencapai tujuan Good Corporate Governance yang telah dicanangkan. Salah satu yang tertuang dalam Pedoman Tata Kelola Perusahaan adalah proses bisnis manajemen aset.


(17)

2

Manajemen Aset secara umum didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dikaitkan dengan mengidentifikasi aset apa yang diperlukan, bagaimana cara mendapatkannya, cara mendukung dan memeliharanya, serta cara membuang atau memperbaruinya sehingga aset tersebut secara efektif dan efisien dapat mewujudkan sasaran / objektif. Sedangkan manajemen aset secara khusus didefinisikan sebagai serangkain disiplin, metode, prosedur, dan tool untuk mengoptimalkan dampak bisnis keseluruhan atas biaya, kinerja dan paparan resiko (terkait dengan ketersediaan, efisiensi, umur pakai, dan regulasi / `keselamatan / kepatuhan pada aturan lingkungan hidup) dari aset fisik perusahaan (Muhtadin, 2011).

Berdasarkan hasil observasi pada Proses Bisnis Manajemen Aset yang tertuang dalam Pedoman Tata Kelola Perusahaan, lebih spesifik berupa aset komputer yang menjadi fokus penelitian, hingga saat ini belum ada sebuah perangkat lunak untuk melakukan pencatatan inventarisasi aset komputer setelah pengadaan aset komputer.

Proses bisnis inventarisasi aset komputer yang ada saat ini adalah aset – aset komputer yang baru datang setelah proses pengadaan diberi label barang saja. Aset komputer yang telah diberi label barang tersebut kemudian disebar kepada pengguna – pengguna yang meminta rekues komputer baru kepada Deputi Teknologi Informasi.

Dengan tidak adanya pencatatan mendetail mengenai aset komputer, sering kali terjadi pemindah tanganan aset komputer antara satu pengguna dengan


(18)

pengguna lainnya. Padahal, setiap divisi dan unit usaha tertentu memiliki spesifikasi komputer dan komponen yang berbeda. Akibatnya, kinerja perusahaan pada satu unit divisi dan unit usaha tertentu menjadi terganggu.

Lebih lanjut, ketiadaan pencatatan inventarisasi atau perekaman data aset komputer pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur membuat perusahaan tidak dapat mengetahui informasi mendetail aset komputer seperti nama pengguna dan letak pengguna aset komputer, detail komponen – komponen yang melekat pada aset komputer, tanggal perolehan aset komputer, tanggal habis pakai aset komputer, nilai perolehan aset komputer serta nilai residu aset komputer. Dampaknya, PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur tidak memilik data valid untuk memberikan laporan pertanggung jawaban penggunaan aset kepada PT PLN (Persero) Pusat yang wajib dilaporkan setiap semesternya kepada pemerintah. Akibatnya, perusahaan harus menerima konsekuensi pemotongan anggaran belanja oleh pemerintah sebesar 10%.

Sedangkan pada proses bisnis pengelolaan aset komputer, terdapat dua proses bisnis yang saat ini ada di dalam perusahaan: penjadwalan perawatan dan pencatatan perawatan ke dalam log history maintenance.

Proses penjadwalan saat ini masih dilakukan by request oleh pengguna kepada Bagian Teknologi Informasi. Keluhan oleh pengguna kemudian dicatat sementara oleh Bagian Teknologi Informasi ke dalam sticky notes untuk kemudian ditempelkan ke dalam log history maintenance. Bagian Teknologi Informasi kemudian mencari arsip dokumen log history maintenance di dalam


(19)

4

ruang arsip lalu diteruskan kepada bagian Teknisi untuk dilakukan perawatan. Masalah yang muncul pada proses bisnis penjadwalan perawatan dan pencatatan perawatan adalah Bagian Teknologi Informasi kesulitan menemukan dokumen log history maintenance satu aset komputer di dalam ruang arsip sehingga Bagian Teknologi Informasi membuat kembali log history maintenance aset komputer tersebut. Akibatnya, terjadi banyak dobel atau lebih dokumen log history maintenance pada satu aset komputer. Dengan ada banyak dokumen log history maintenance, Bagian Teknologi Informasi tidak memilik data valid mengenai konidis aset terkini dan kesulitan melakukan pelaporan hasil perawatan kepada Deputi Teknologi Informasi setiap bulannya.

Lebih lanjut mengenai fakta masalah yang muncul di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur tentang pengelolaan aset komputer adalah masih belum ada proses penjadwalan perawatan secara berkala terhadap aset komputer sehingga sering terjadi kerusakan dan umur penggunaan aset komputer tersebut menjadi lebih pendek dari umur ekonomisnya. Dampaknya adalah perusahaan harus melakukan pengadaan komputer kembali untuk mengganti aset komputer yang rusak tersebut yang tentunya mebutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Selain itu, proses pencatatan perawatan aset komputer ke dalam log history

maintenance yang masih manual dan tidak terdokumentasi dengan baik

mengakibatkan terjadinya dobel atau lebih dokumen log history maintenance pada satu komputer. Akibatnya, perusahaan tidak memiliki data yang valid mengenai kondisi aset komputer terkini. Ditambah lagi, aset – aset komputer yang telah


(20)

rusak dan habis masa pakainya tidak terdokumentasi dengan baik karena ketiadaan proses peremajaan dan penghapusan aset komputer sehingga perusahaan tidak mengetahui data valid mengenai pengadaan aset komputer yang harus diadakan di masa yang akan dating yang berakibat perusahaan mengadakan aset komputer dengan jumlah yang lebih daripada semestinya.

Berdasarkan masalah yang berkaitan dengan inventarisasi dan pengelolaan aset komputer tersebut, maka dibangun sebuah perangkat lunak yang mampu melakukan pencatatan inventarisasi aset komputer secara mendetail meliputi nomor inventaris, list spesifikasi, letak, pengguna, kondisi serta masa atau umur ekonomis aset komputer dan pengelolaan aset komputer yang meliputi penjadwalan perawatan aset komputer secara berkala dan insidentil di luar jadwal perawatan berkala, pencatatan perawatan aset komputer dalam satu dokumen log history maintanance, laporan penggantian komponen, penghitungan nilai buku dan penyusutannya, peremajaan aset komputer dengan menambah umur ekonomis aset selama satu tahun serta penghapusan aset komputer apabila aset telah melewati masa / umur ekonomisnya atau aset rusak yang tidak dapat diperbaiki lagi. Aplikasi juga dibangun untuk bisa memberikan laporan perihal daftar aset komputer terinvantarisasi, jadwal perawatan rutin, jadwal perawatan insidentil, laporan penggantian komponen aset komputer, log history maintenance, laporan nilai penyusutan dan akumulasi penyusutannya, laporan aset komputer dengan umur ekonomis kurang dari satu tahun, laporan kondisi aset komputer, laporan penghapusan aset komputer, daftar aset komputer diremajakan, daftar aset


(21)

6

komputer habis masa pakai, daftar aset komputer rusak dan laporan rencana pengadaan aset komputer baru.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana membangun sistem informasi inventarisasi dan pengelolaan aset komputer yang memberikan laporan perihal daftar aset komputer terinvantarisasi, jadwal perawatan rutin, jadwal perawatan insidentil, laporan penggantian komponen aset komputer, log history maintenance, laporan nilai penyusutan dan akumulasi penyusutannya, laporan aset komputer dengan umur ekonomis kurang dari satu tahun, laporan kondisi aset komputer, laporan penghapusan aset komputer, daftar aset komputer diremajakan, daftar aset komputer habis masa pakai, daftar aset komputer rusak dan laporan rencana pengadaan aset komputer baru?

1.3.Batasan Masalah

Sistem yang akan dibahas memiliki beberapa batasan masalah, yaitu: 1. Perhitungan penyusutan aset komputer menggunakan metode Garis Lurus

(Straight Line Method)

2. Tidak membahas tentang pengadaan, mutasi dan peminjaman aset komputer, perhitungan utilisasi aset komputer dan aset komputer dalam bentuk perangkat lunak (software)


(22)

3. Pada penggantian komponen, tidak membahas tentang kecocokan komponen pengganti, stok dan retur barang pada gudang dan klaim penggantian pada supplier.

1.4.Tujuan Masalah

Membangun sistem informasi inventarisasi dan pengelolaan aset komputer yang memberikan laporan perihal daftar aset komputer terinvantarisasi, jadwal perawatan rutin, jadwal perawatan insidentil, laporan penggantian komponen aset komputer, log history maintenance, laporan nilai penyusutan dan akumulasi penyusutannya, laporan aset komputer dengan umur ekonomis kurang dari satu tahun, laporan kondisi aset komputer, laporan penghapusan aset komputer, daftar aset komputer diremajakan, daftar aset komputer habis masa pakai, daftar aset komputer rusak dan laporan rencana pengadaan aset komputer baru.

1.5.Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir (TA) ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang diambilnya topik Tugas Akhir, rumusan masalah dari topik Tugas Akhir, batasan masalah


(23)

8

atau ruang lingkup pekerjaan Tugas Akhir dan tujuan dari Tugas Akhir ini.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini berisi tentang kajian teoritis mengenai konsep dasar dan teori –teori yang digunakan dalam penelitian seperti manajemen aset, system informasi manajemen asset, Undang – Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2000, penyusutan, kelompok harta berwujud dan tarif penyusutannya, penetapan metode penyusutan berdasarkan Buletin Teknis Penyusutan dan System Development Life Cycle

BAB III : Analisis dan Perancangan Sistem

Bab ini berisi penjelasan tentang tahap – tahap yang dikerjakan dalam penyelesaian Tugas Akhir yang terdiri dari analisis sistem, identifikasi masalah, pembuatan blok diagram, document flow, system flow, data flow diagram, desain ERD baik conceptual data model maupun physical data model, struktur basis data, desain antarmuka dan desain uji coba.

BAB IV : Implementasi dan Evaluasi

Bab ini berisi penjelasan tentang bagaimana

mengimplementasikan sebuah aplikasi dari desain perancangan yang telah dibuat dan mengevalusi aplikasi sesuai dengan desain uji coba yang telah direncanakan.


(24)

BAB V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Saran yang dimaksud adalah saran terhadap kekurangan dari aplikasi yang ada kepada pihak lain yang ingin meneruskan topik Tugas Akhir ini. Tujuannya adalah agar pihak lain tersebut dapat menyempurnakan aplikasi


(25)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Manajemen Aset

Secara umum, manajemen aset didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dikaitkan dengan mengidentifikasi aset apa yang diperlukan, bagaimana cara mendapatkannya, cara mendukung dan memeliharanya, serta cara membuang atau memperbaruinya sehingga aset tersebut secara efektif dan efisien dapat mewujudkan sasaran / objektif. Sedangkan manajemen aset secara khusus didefinisikan sebagai serangkain disiplin, metode, prosedur, dan tool untuk mengoptimalkan dampak bisnis keseluruhan atas biaya, kinerja dan paparan resiko (terkait dengan ketersediaan, efisiensi, umur pakai, dan regulasi / keselamatan / kepatuhan pada aturan lingkungan hidup) dari aset fisik perusahaan. Dalam manajemen aset sendiri, dikenal dengan adanya suatu siklus hidup pengelolaan aset yang biasa disebut dengan Lifecycle Asset Management, terdiri dari (Sudrajat, 2007) :

a. Asset planning (perencanaan aset) meliputi konfirmasi tentang pelayanan yang dibutuhkan oleh pelanggan dan memastikan bahwa aset yang diajukan merupakan solusi paling efektif untuk memenuhi kebutuhan pelangan.


(26)

b. Asset creating / acquisition (pengadaan aset) merupakan pengadaan atau peningkatan dari aset dimana pembiayaan dapat menjadi alasan yang diharapkan untuk menyediakan keuntungan di luar tahun pembiayaan.

c. Financial Management (manajemen keungan) merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan kepemilikan aset, termasuk pengadaan / akuisisi, operasi, maintenance, rehabilitasi, pembaruan, depresiasi dan pembungan dan pengambilan keputusan yang mendukung keefektifakn biaya yang dikeluarkan.

d. Asset operation and maintenance (perawatan dan pengoperasian aset) mempunyai fungsi yang berhubungan dengan kerja dan pengendalian aset dari hari ke hari dan biaya yang beruhubungan dengannya, yang merupakan komponen penting dalam aset yang dinamis atau berumur pendek.

e. Asset condition and performance (kondisi dan kinerja aset) dimana kinerja aset berhubungan dengan pada kemampuan dari aset untuk memenuhi target dari level layanan dan kondisi aset mencerminkan kondisi fisik dari aset. f. Asset rehabilitation / replacement (rehabilitasi / penggantian aset) adalah

upgrade atau penggantian yang cukup signifikan dari sebuah aset atau komponen aset untuk mengembalikan aset kepada kondisi dan kinerja yang dibutuhkan.

g. Aset disposal / rasionalisation (pembuangan / rasionalisasi aset) adalah pilihan ketika sebuah aset tidak diperlukan lagi, menjadi tidak ekonomis untuk dirawat atau direhabilitasi.


(27)

12

h. Asset management review (reviu manajemen aset) melibatkan regulasi internal dan audit independen untuk meyakinkan siklus peningkatan aset manajemen yang kontinyu dan untuk mencapai atau memelihara praktik terbaik bagi perusahaan.

Fokus dari manajemen aset adalah pengelolaan aset secara efisien. Beberapa elemen dasar dari manajemen aset adalah :

a. Mengumpulan informasi detail atas aset

b. Menganalisa data untuk menetukan prioritas dan mengambil keputusan yang lebih baik atas aset.

c. Mengintegrasikan data dan pengambilan keputusan dalam perusahaan.

d. Menghubungkan strategi untuk menunjukkan kebutuhan infrastruktur dalam rangka tujuan pelayanan, anggaran depresiasi, dan rencana pengembangan modal.

Secara tidak langsung, fungsi-fungsi dari Manajemen Aset (Siregar, 2004) itu sendiri adalah :

a. Menolong organisasi untuk memantau dan menghitung kekayaan; perkakas, perangkat keras dan lunak, peralatan kantor, peralatan mesin, mesin.

b. Memudahkan perusahaan untuk menyimpan; daftar kekayaan, dokumen

pembelian secara berturut-turut, biaya-biaya, jumlah, lokasi, digunakan oleh siapa, catatan pelayanan, pencatatan dan perhitungan asuransi, akumulasi depresiasi dan nilai yang berlaku sekarang.


(28)

c. Mempermudah administrasi dari aset dan hubungannya dengan tugas pencatatan.

Gambar 2.1 Lifecylce Asset Management

Sumber: Suhairi, 2010

Perencanaan aset (asset planning) meliputi konfirmasi tentang pelayanan yang dibutuhkan oleh pelanggan dan memastikan bahwa aset yang diajukan merupakan solusi yang paling efektif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Pengadaan aset (asset creation) merupakan peningkatan dari aset dimana pembiayaan dapat menjadi alasan yang diharapkan untuk menyediakan keuntungan di luar tahun pembiayaan

Pengoperasioan aset (asset utilization) mempunya fungsi yang berhubungan denga kerja, pengendalian aset dan biaya yang berhubungan dengannya yang merupakan komponen paling penting dalam aset yang dinamis atau berumur pendek.


(29)

14

Penghapusan aset (asset disposal) adalah pilihan ketika sebuah aset tidak diperlukan lagi, menjadi tidak ekonomis untuk dirawat atau direhabilitasi.

2.2.Sistem Informasi Manajemen Aset

Sistem Informasi Manajemen Aset (Taramitra, 2011) adalah sebuah aplikasi pendukung pengelolaan aset yang ditujukan untuk perusahaan besar atau BUMN dengan aset dalam jumlah besar dan dengan penanganan yang kompleks melalui dukungan sistem informasi yang efektif. Sistem Informasi Manajemen Aset dapat menjawab permasalahan – permasalahan aset yang sering dihadapi BUMN, Departemen, atau perusahaan berskala enterprise seperti berikut:

a. Aset berjumlah banyak dan tersebar secara geografis b. Aset memiliki penangangan (treatment) yang spesifik.

c. Aset memiliki “nilai” tertentu dikaitkan dengan posisi geografis. d. Inventarisasi aset masih belum sistematis dan terintegrasi. e. Aset memiliki masalah – masalah legal yang berbeda.

f. Pemanfaatan aset masih belum optimal, sehingga “kinerja” aset rendah.

g. Manajemen data masih manual.

h. Perencanaan pemanfaatan aset di masa yang akan datang belum optimal.

Sistem Informasi Manajemen Aset (Thomas, 2010) adalah sebuah sistem dan aplikasi yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menganalisa informasi aset pada suatu organisasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan aset pada siklus dari aset itu sendiri.


(30)

Di seluruh siklus pengelolaan aset, akan ditampilkan informasi aset yang disajikan dan dimanipulasi dalam format yang berbeda, oleh karena itu sistem pelaporan yang kuat sangatlah penting sebagai bagian dari sistem ini. Tipikal dari sistem ini adalah:

a. Melakukan pendataan untuk detail aset bagi organisasi.

b. Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk merekam lokasi dan rincian spasial dari aset.

c. Sistem manajemen dapat membuat kegiatan rencana kerja terhadap aset dan catatan yang terkait dengan aset.

d. Sistem Logistik (Sistem perencanaan dan pengawasan barang) yang

dibutuhkan untuk mengelola penyimpanan dan penggunaan suku cadang. e. Sistem manajemen kepemilikan aset digunakan untuk merencanakan aset

untuk aktivitas kerja.

f. Permintaan dari sistem atas aset meramalkan seberapa sering permintaan aset akan berubah dari waktu ke waktu.

g. Alat pendukung keputusan seperti sistem pemodelan invetasi digunakan dalam perencanaan kegiatan strategis aset.

h. Sistem SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) memberikan catatan seberapa baik aset telah melakukan dan memenuhi persyaratan untuk melayani organisasi.


(31)

16

2.3.Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000

Pasal 11 Ayat (1) dan (2), pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut melalui penyustan. Pengeluaran – pengeluaran untuk memperoleh tanah hak milik, termasuk tanah berstatus hak guna bangungan, hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali tidak boleh disustkan, kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang karena pengunaannya untuk memperoleh penghasilan, misalnya tanah digunakan untuk perusahaan genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batu bata.

Yang dimaksud dengan pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali adalah biaya perolehan tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, atau hak pakai dari pihak ketiga dan pengurusan hak – hak tersebut dari instansi yang berwenang untuk pertama kalinya. Sedangkan biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai diamortisasikan selama jangka waktu hak – hak tersebut. Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan ketentuan ini adalah : a. dalam bagian – bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan


(32)

b. dalam bagian – bagian menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method). Pengguanaan metode penyusutan atas harta harus dilakukan secara taat azas.

Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus. Harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Dalam hal Wajib Pajak memilih menggunakan metode saldo menurun, nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus. Sesuai dengan pembukuan Wajib Pajak, alat – alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan.

2.4.Penyusutan

Menurut PSAK No.17, yang dimaksudkan penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan dilakukan terhadap aktiva tetap berwujud dengan syarat aktiva tetap berwujud tersebut :

1. Diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi;

2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas; dan

3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.

Masa manfaatnya diukur dengan periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan


(33)

18

diperoleh dari aktiva oleh perusahaan. Sedangkan jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aktiva, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan, dikurang nilai sisanya.

Menurut Waluyo (2010), penyusutan merupakan masalah penting selama masa manfaat aktiva tetap. Masa manfaat diukur dengan periode suatu aset yang diharapkan digunakan perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan dari aktiva oleh perusahaan. Penyusutan adalah biaya perolehan suatu aktiva yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurang nilai sisa. Terdapat istilah penghapusan nilai buku suatu aset yang dilakukan apabila nilai buku yang tercantum dalam laporan keuangan tidak lagi menggambarkan manfaat dari aktiva yang bersangkutan.

Soemarso (1992) mengungkapkan, semua jenis aktiva tetap kecuali tanah akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan, kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi. Hal seperti ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud disebut penyusutan (depreciation).

Biaya penyusutan merupakan perkiraan sementara yang pada akhir tahun akan ditutup ke perkiraan sisa lalu bersama perkiraan sementara lainnya. Perkiraan akuntansi penyusutan merupakan perkiraan tetap. Ini merupakan


(34)

perkiraan kontra terhadap aktiva tetap yang bersangkutan. Digunakannya perkiraan kontra dalam mencatat penyusutan ialah agar harga perolehan aktiva masih dapat disajikan seperti adanya perkiraan akumulasi penyusutan digunakan untuk mencatat secara akumulatif jumlah penyusutan yang telah dilakukan. Selisih antara harga perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan bagian dari harga perolehan yang belum disusutkan. Selisih ini disebut nilai buku (book value) aktiva tetap.

Tafsiran manfaat mencerminkan besarnya kapasitas/manfaat aktiva tetap selama dapat dipakai. Tafsiran ini dapat dinyatakan dalam lamanya jangka waktu pemakaian atau kapasita produksi yang dapat dihasilkan. Taksiran nilai pasar pada aktiva tetap pada akhir manfaat ini disebut dengan nilai sisa atau nilai resiud. Pada dasarnya, penyusutan aktiva tetap untuk satu tahun, dapat dihitung dengan rumus:

Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan ... (1)

Pengaturan penyusutan menurut ketenutan perundang-undangan

perpajakan diatur dalam pasal 11 undang – undang no. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang – undang nomor 10 tahun 1994. Ketentuan tersebut menegaskan bawah penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud kecuali tanah yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian – bagian yang sama besar selama masa


(35)

20

manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut. Dalam pengaturan penyusutan tersebut mengandung maksud persyaratan akitva yang disusutkan dan metode penyusutannya.

Persyaratan aktiva yang dapat disusutkan menurut ketentuan perpajakan meliputi:

1. Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud.

2. Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,

3. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan yaitu dengan menggunakan metode garis lurus (straight line), saldo menurun (declining balance), jumlah angka-angka tahun (sum of the year digit) dan unit produksi (unit of production). Berikut ini adalah berapa contoh metode penyusutan.

A. Metode Penyusutan Garis Lurus

Metode garis lurus lebih melihat aspek waktu daripada aspek kegunaan. Dalam metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak dipengaruh dengan hasil/output yang diproduksi. Perhitungan tarif penyusutan untuk metode garis lurus adalah sebagai berikut:


(36)

Nilai buku tidak boleh lebih kecil dari nilai sisa. Metode penyusutan ini mempunyai kelebihan dan kelamahan. Kelebihan dari metode ini adalah :

1. Mudah digunakan dalam praktek,

2. Lebih mudah dalam menentukan tarif penyusutan

Kelemahan dari metode penyusutan ini adalah :

1. Beban pemeliharaan dan perbaikan dianggap sama setiap periode

2. Manfaat ekonomis aktiva setiap tahun sama

3. Beban penyusutan yang diakui tidak mencerminkan upaya yang digunakan

dalam menghasilkan pendapatan.

4. Laba yang dihasilkan setiap tahun tidak menggambarkan tingkat pengembalian yang sesungguhnya dari umur keguanaan aktiva (dalam

matching principle, beban penyusutan harus proporsional pada penghasilan yang dihasilkan).

Contoh Soal:

Sebuah mesin giling menunjukkan bahwa kos perolehannya adalah Rp5.000.000 dan umur manfaatnya ditaksir selama 5 tahun dengan asumsi nilai residu nol. Hitunglah besar nilai penyusutan per tahun

Jawaban :

1. Besar nilai penyusutan per tahun adalah Rp1.000.000, didapat dari (Rp5.000.000 – 0) : 5


(37)

22

2. Tabel Penyusutan dengan Metode Garis Lurus

Tabel 2.1 Penyusutan dengan Metode Garis Lurus

Tahun Penyusutan Akumulasi

Penyusutan

Nilai Buku Akhir Tahun

0 - - Rp5.000.000

1 Rp1.000.000 Rp1.000.000 Rp4.000.000

2 Rp1.000.000 Rp2.000.000 Rp3.000.000

3 Rp1.000.000 Rp3.000.000 Rp2.000.000

4 Rp1.000.000 Rp4.000.000 Rp1.000.000

5 Rp1.000.000 Rp5.000.000 0

Rp5.000.000

B. Metode Saldo Menurun

Dalam metode ini, biaya penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun. Pembebanan yang makin menurun didasarkan pada anggapan bahwa semakin tua, kapasitas aktiva tetap dalam memberikan jasanya juga semakin menurun. Dalam metode saldo menurun, biaya penyusutan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan ... (3)

Dasar Penyusutan = Nilai Buku Awal Periode ... (4)

Tarif penyusutan dalam metode saldo menurun dapat dengan mudah dihitung sebagai 100% dibagi dengan taksiran masa manfaat. Misalnya, apabila taksiran masa manfaat adalah 5 tahun, maka tarif penyusutannya adalah :


(38)

2 x 100% / 5 = 2 x 20% = 40%

Biaya penyusutan dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x (Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan) ... (5)

Dimana akumulasi penyusutan awal memiliki nilai nol. Aktiva tetap yang bersangkutan tidak boleh disusutkan sampai di bawah nilai sisa. Apabila nilai buku telah mendekati nol, maka aktiva tetap yang bersangkutan telah mendekati masa manfaatanya.

C. Metode Jumlah Angka Tahun

Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan yang menurun dengan dasar penurunan pencahan dari nilai yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebab (5+4+3+2+1 = 15) dan jumlah tahun akhir dari estimasi umur kegunaan sebagai penghitung.

D. Metode Jumlah Unit Produksi

Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan hasil produksi sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban penyusutan diperlakukan sebagai beban variabel sesuai dengan unit produksi yang dihasilkan tiap periode akuntansi, bukan beban tetap seperti dalam metode penyusutan garis lurus (Straight Line


(39)

24

Method). Kelemahan dari metode ini adalah sama seperti kelemahan yang terdapat pada metode jam jasa.

2.5.Kelompok Harta Berwujud dan Tarif Penyusutannya

Penentuan kelompok dan tarif penyusutan harta berwujud didasrkan pada pasal 11 Undang – Undang no.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang no.10 tahun 1994 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kelompok Harta Berwujud, Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Kelompok Harta

Berwujud Masa Manfaat

Tarif

Garis Lurus Saldo Menurun

Bukan Bangunan

1. Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

2. Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%

3. Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%

4. Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

Bangunan

1. Permanen 20 tahun 5% -


(40)

A. Jenis – Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk dalam Kelompok 1

Berikut jenis – jenis harta berwujud yang termasuk dalam kelompok pertama pertama seperti pada tabel 2.3 yang terbagi dalam lima jenis usaha: Semua Jenis Usaha, Pertanian, perkebun, kehutanan, perikanan, industri makanan dan minuman, perhubungan, pergudangan dan komunikasi, dan industri semi-konduktor

Tabel 2.3 Jenis Harta Berwujud Kelompok I

No Jenis Usaha Jenis Harta

1 Semua Jenis Usaha a Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi, almari dan

sejenisnya yang bukan bagian dari

bangunan.

b Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya.

c Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/casette, video recorder, televisi dan sejenisnya

d Sepeda motor, sepeda dan becak.

e Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang bersangkutan.

f Alat dapur untuk memasak, makanan dan minuman.


(41)

26

Tabel 2.3 Jenis Harta Berwujud Kelompok 1 (lanjutan)

No Jenis Usaha Jenis Harta

2 Pertanian,

Perkebunan, Kehutanan, Perikanan

Semua alat yang digerakkan bukan dengan mesin

3 Industri Makanan

dan Minuman

Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering , pallet dan sejenisnya

4 Perhubungan,

Pergudangan dan

Komunikasi

Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkatan umum

5 Industri

Semi-Konduktor

Flash memory tester, writer machine, biploar test system, elimination (PE8-1), pose checker

B. Jenis – Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk dalam Kelompok 2

Berikut jenis – jenis harta berwujud yang termasuk dalam kelompok pertama pertama seperti pada tabel 2.4 yang terbagi dalam 9 (sembilan) jenis usaha: Semua jenis usaha, pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, industri makanan dan minuman, industri mesin, perkayuan, konstruksi, perhubungan, pergudangan dan komunikasi, telekomunikasi dan industri semi-konduktor


(42)

Tabel 2.4 Jenis Harta Berwujud Kelompok II

No Jenis Usaha Jenis Harta

1 Semua Jenis Usaha a Mabel dan peralatan dari logam temasuk

meja, bangku, kursi, almari dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya

b Mobil, bus, truk speed boat dan sejenisnya. c Container dan sejenisnya.

2 Pertanian,

Perkebunan, Kehutanan, Perikanan

a Mesin pertanian / perkebunan seperti traktor dan mesin bajak, penggaruk, penanaman, penebar benih dan sejenisnya. b Mesin yang mengolah atau menghasilkan

atau memproduksi bahan atau barang pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan.

3 Industri Makanan

dan Minuman

a Mesin yang mengolah produk asal

binatang, unggas dan perikanan misalnya: pabrik susu dan pengalengan ikan

b Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, magarine, penggilingan kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras, gandum, tapioka.

c Mesin yang menghasilkan / memproduksi minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis

d Mesin yang menghasilkan / memproduksi

bahan – bahan minuman dan minuman

segala jenis

e Mesin yang menghasilkan / memproduksi

bahan – bahan makanan dan makanan


(43)

28

Tabel 2.4 Jenis Harta Berwujud Kelompok II (lanjutan)

No Jenis Usaha Jenis Harta

4 Industri mesin Mesin yang menghasilkan / memproduksi

mesin ringan (misalnya mesin jahit, pompa air)

5 Perkayuan Mesin dan peralatan penebangan kayu

6 Konstruksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat,

dump truck, crane buldozer dan sejenisnya

7 Perhubungan,

pergudangan dan

komunikasi

a Truck kerja untuk pengangkutan dan bongkat muat, truck peron, truck ngangkan dan sejenisnya

b Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sebagainya) termasuk kapal pendingin, kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT c Kapal yang dibuat khusus untuk menghela

atau mendorong kapal – kapal suar, kapal pemadam kebaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT

d Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunya berat sampai dengan 250 DWT e Kapal balon

8 Telekomunikasi a Perangkat pesawat telpon

b Pesawat telegraf termasuk pesawat

pengiriman dan penerimaan radio telegraf dan radio telepon


(44)

Tabel 2.4 Jenis Harta Berwujud Kelompok II (lanjutan)

No Jenis Usaha Jenis Harta

9 Industri

Semi-Konduktor

Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven, ball shear tester, bipolar test handler (automatic), cleaning machine, coating machine, curing oven, cutting press, dambar cut machine, dicer, die bonder, die shear test, dynamic burn-in system oven, dynamic test handler, eliminator (PGE-01), full automatic handler, full automatic mark, hand maker, individual mark, inserter remover machine, laser marker (FUM A-01), logic test system, marker (mark), memory test system, molding, mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester manual, pass oven, pose checker, re-form machine, SMD stocker, taping machine, tiebar cut press, trimming/forming machine, wire bonder, wire pull tester

C. Jenis – Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk dalam Kelompok 3

Berikut jenis – jenis harta berwujud yang termasuk dalam kelompok pertama pertama seperti pada tabel 2.5 yang terbagi dalam 8 (delapan) jenis usaha: pertambangan minyak dan gas, pertambangan selain minyak dan gas, permintalan, pertenunan dan pencelupan, perkayuan, industri kimia, industri mesin, perhubungan dan komunikasi, telekomunikasi

Tabel 2.5 Jenis – Jenis Harta Berwujud Kelompok III

No Jenis Usaha Jenis Harta

1 Pertambangan

minyak dan gas

Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk mesin - mesin yang mengolah produk pelikan


(45)

30

Tabel 2.6 Jenis – Jenis Harta Berwujud Kelompok III (lanjutan)

No Jenis Usaha Jenis Harta

2 Pertambangan selain

minyak dan gas

Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk mesin - mesin yang mengolah produk pelikan.

3 Permintalan,

pertenunan dan

pencelupan

a Mesin yang mengolah / menghasilkan produk-produk tekstil (misalnya kain katun, sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu hewan lainnya, lena rami, permadani, kain-kain bulu, tule).

b Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing, printing, finishing, texturing, packaging dan sejenisnya.

4 Perkayuan a Mesin yang mengolah / menghasilkan

produk - produk kayu, barang-barang dari jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya. b Mesin dan peralatan penggergajian kayu.

5 Industri Kimia a Mesin peralatan yang mengolah /

menghasilkan produk industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia (misalnya bahan kimia

anorganis, persenyawaan organis dan

anorganis dan logam mulia, elemen radio aktif, isotop, bahan kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna, cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-resinonida wangi-wangian, obat kecantikan dan obat rias, sabun, detergent dan bahan organis pembersih lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api, alloy piroforis, barang fotografi dan sinematografi.

6 Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin

menengah dan berat (misalnya mesin mobil, mesin kapal).


(46)

Tabel 2.5 Jenis – Jenis Harta Berwujud Kelompok III (lanjutan)

No Jenis Usaha Jenis Harta

7 Perhubungan dan

Komunikasi

a Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkapan ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT

b Kapal dibuat khusus untuk mengela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.

c Dok terapung.

d Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat di atas 250 DWT.

e Pesawat terbang dan helikopter-helikopter segala jenis.

8 Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali

jarak jauh

D. Jenis – Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk dalam Kelompok 4

Berikut jenis – jenis harta berwujud yang termasuk dalam kelompok pertama pertama seperti pada tabel 2.6 yang terbagi dalam 2 (dua) jenis usaha: konstruksi dan perhubungan dan komunikasi.

Tabel 2.7 Jenis – Jenis Harta Berwujud Kelompok IV

No Jenis Usaha Jenis Harta


(47)

32

Tabel 2.8 Jenis – Jenis Harta Berwujud Kelompok IV (lanjutan)

No Jenis Usaha Jenis Harta

2 Perhubungan dan

Komunikasi

a Lokomotif uap dan tender atas rel

b Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan batere atau dengan tenaga listrik dari sumber luar.

c Lokomotif atas rel lainnya

d Kereta, gerbong penumpang dan barang, termasuk kontainer khusus dibuat dan diperlengkapi untuk ditarik dengan satu alat atau beberapa alat pengangkutan.

e Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.

d Kereta, gerbong penumpang dan barang, termasuk kontainer khusus dibuat dan diperlengkapi untuk ditarik dengan satu alat atau beberapa alat pengangkutan.

f Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung dan sebagainya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT. g Dok-dok terapung.


(48)

2.6.Penetapan Metode Penyusutan Berdasarkan Buletin Teknis Akuntansi Penyusutan

Metode pneyusutan bebas untuk dipilih. Secara umum metode garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi selalu diasosiasikan dengan tingkat kerumitan perhitungan penyusutannya. Dalam hal ini, metode garis luru adalah metode yang paling populer karena dirasakan paling sederhana. Yang paling dirasa rumit, adalah metode saldo menurun berganda.

Akan tetapi, di luar dari pertimbangan kerumitan, sebenarnya metode penyusutan dapat dikaitkan dengan karakteristik aset dan cara serta intensitas pemanfaatannya. Jika unit manfaat bersifat spesifik dan terkuantifikasi, maka perhitungan penyusutan yang lebih logis dan proporsional dapat dilakukan dengan memamaki metode unit produksi. Jika intensitas pemanfaatan bersifat menurun dalam artian pemanfaatan di masa awal pengabdian aset tetap lebih intensif daripada di akhir, maka perhitungan penyusutan yang lebih logis dan proporsional dapat dilakukan dengan memakai metode saldo menurun berganda. Akan tetapi jika unit masa manfaat kurang spesifik dan tidak terkuantifikasi atau kalaupun spesifik dan terkuantifikasi tetapi perhitungan hendak dilakukan semudah mungkin, maka perhitungan penyusutan yang lebih logis dan proporsional dapat dilakukan dengan memakai metode garis lurus.

Dengan pengertian di atas, langkah – langkah penetapan metode penyusutan adalah sebagai berikut:


(49)

34

1. Identifikasi karakteristik fisik aset tetap, kespesifikan dan keterukuran total unti manfaat potensialnya, dan cara serta intensitas pemanfatannya;

2. Jika aset tetap memiliki total unit manfaat potensial (perkiraan output) maupun jumlah pmanfaatan per periode yang spesifik dan terukur, maka diguanakan metode penyusutan metode unit produksi;

3. Dalam hal akan menggunakan penyusutan metode unit produksi, tetapkan perkiraan total output (kapasitas manfaat potensial normal). Hal ini dapat ditentukan dengan menggunakan data dari pabrikan atau dengan taksiran pihak yang berkompeten;

4. Jika aset tetap dinilai tidak memiliki perkiraan total output atau manfaat potensial maupun jumlah pemanfaatan per periode yang spesifik dan terukut, tetapi diyakin bahwa cara dan intensitas pemanfaatannya lebih besar di awal masa manfaat aset, maka digunakan penyusutan metode saldo menurun berganda;

5. Jika aset tetap tidak mejiliki total unit manfaat potensial maupun jumlah pemanfaatan per periode yang spesifik dan terukur, dan cara serta intensitas pemanfaatannya sepanjang masa manfaat aset juga tidak jelas, serta ditambah dengan keinginan mendapatkan metode penyusutan yang praktis, digunakan metode penyusutan garis lurus;

6. Dalam hal menggunakan metode penyusutan garis lurus atau saldo menurun


(50)

7. Walaupun diketahui perkiraan total output atau manfaat aset tetap seperti dimaksud poin 3 atau penurunan intensitas pemanfaatan dapat ditentukan seperti dimaksud poin 4, demi alasan kepraktisan, perhitungan – perhitugan dengan metode garis lurus dapat diterapkan;

8. Kebijakan yang berhubungan dengan penyusutan dicantumkan dalam

Kebijakan Akuntansi;

9. Dalam kebijakan akuntansi tersebut minimal berisikan hal – hal sebagai berikut:

a. Identifikasi aset yang dapat disusutkan

b. Metode penyusutan yang digunakan

c. Masa manfaat atau tarif penyusutan

2.7.System Development Life Cycle (SDLC)

System Development Life Cycle (SDLC) adalah kerangka terstruktur yang terdiri dari beberapa proses yang berurutan yang digunakan untuk membangun suatu sistem informasi. Dalam SDLC dignakan pendekatan waterfall dimana setiap tingkatan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum mengerjakan pekerjaan pada tingkat selanjutnya (Turban, McLean, Wetherbe, 2001)


(51)

36

Gambar 2.2 System Development Life Cycle (Turban, McLean, Wetherbe, 2001) Sumber: Marimin, dkk. 2006

Tahapan di dalam SDLC ini antara lain: 1. Investigasi Sistem (System Investigation)

Tahap awal dalam investigasi sistem yaitu feasibility study, yang berarti segala kemungkinan yang dapat terjadi dalam membangun sebuah sistem.

Feasibility study terdiri dari techincal feasibilty, economic feasibility, dan

behavioral feasibility. Dengan feasibility study maka suatu perusahaan dapat terhindar dari kesalahan yang dapat meningkatkan pembiayaan. Feasibility study

menentukan kemungkinan adanya keuntungan dari proyek pengembangan sistem dan menilai proyek secara teknik, biaya dan sifat.


(52)

2. Analisis Sistem (System Analysis)

Analisis sistem adalah analisis terhadap permasalahan bisnis yang akan diselesaikan dengan sistem informasi oleh organisasi perusahaan. Pada tahap ini menjelaskan tentang identifikasi permasalahan bisnis, identifikasi penyebabnya menspesifikasikan solusi dan mengidentifikasi informasi – informasi yang dibutuhkan. Tujuan utama adalah untuk menggabungkan informasi mengenai sistem yang ada dan menentukan kebutuhan dari sistem yang baru. Dalam tahp analisis dihasilkan beberapa informasi:

a. Kekuatan dan kelemahan dari sistem yang ada

b. Fungsi – fungsi yang dibutuhkan dari sistem yang baru untuk menyelesaikan permasalahan.

c. Kebutuhan informasi tentang pengguna untuk sistem yang baru.

3. Desain Sistem (Design System)

Desain sistem diartikan dengan bagaimana sistem tersebut dapat bekerja. Dalam tahap desain sistem secara teknikal dihasilkan antara lain:

a. Sistem output, input dan user interface

b. Hardware, software, database, telekomunikasi, personel dan prosedur

Desain sistem mempunyai 2 (dua) aspek yaitu: desain sistem logika dimana tahapan sistem bekerja dengan spesifikasi yang abstrak serta desain sistem fisik


(53)

38

dimana tahapan sistem menampilkan fungsi – fungsi dengan spesifikasi fisik yang sebenarnya.

4. Pemrograman (Programming)

Pada tahap pemrograman mencakup penerjemahan dari spesifikasi desain ke dalam bahasa komputer.

5. Pengujian (Testing)

Pada tahap ini dipergunakan untuk memeriksa apakah pemrograman komputer telah menghasilkan hasil yang diinginkan dan diharapkan pada kondisi tertentu. Testing didesain untuk mendeteksi error di dalam bahasa komputer.

Error terdiri dari 2 tipe: sintaks dan logic. 6. Penerapan (Implementation)

Impelementasi adalah proses perubahan dari penggunaan sistem yang lama ke sistem yang baru perusahaan menggunakan empat tahap dalam menghadapi perubahan tersebut:

a. Parallel conversion : perusahaan akan menerapkan sistem yang lama dan sistem yang baru secara simultan dan dalam periode waktu tertentu

b. Direct conversion : sistem yang baru akan langsung diterapkan dan sistem yang lama tidak lagi dipergunakan

c. Pilot conversion : sistem yang baru akan dipergunakan pada salah satu bagian dalam perusahaan dan jika sistem yang baru tersebut berhasil maka akan dipergunakan pada seluruh bagian dalam organisasi


(54)

d. Phased conversion: proses akan dipergunakan secara berthapa, per komponen atau modul. Satu persatu modeul akan dicoba dan dinilai, jika satu modul berhasil maka modul lain akan dipergunakan sampai seluruh sistem berhasil dengan baik.

7. Pengoperasian dan pemeliharaan (Operation and Maintenance)

Sistem membutuhkan beberapa tipe dalam maintenance atau pemeliharaan yaitu :

a. Debugging the program : proses yang berlangsung selama sistem berjalan.

b. Updating the system : proses yang secara terus-menerus memperbaiki sistem untuk melakukan perubahan dalam situasi bisnis


(55)

40

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1.Analisis Sistem

3.1.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi pada Proses Bisnis Manajemen Aset yang tertuang dalam Pedoman Tata Kelola Perusahaan, lebih spesifik berupa aset komputer yang menjadi fokus penelitian, hingga saat ini belum ada sebuah perangkat lunak untuk melakukan pencatatan inventarisasi aset komputer setelah pengadaan aset komputer.

Proses bisnis inventarisasi aset komputer yang ada saat ini adalah aset – aset komputer yang baru datang setelah proses pengadaan diberi label barang saja oleh Bagian Inventarisasi. Aset komputer yang telah diberi label barang tersebut kemudian disebar kepada pengguna – pengguna yang meminta rekues komputer baru kepada Deputi Teknologi Informasi.


(56)

Gambar 3.1 Document Flow Proses Bisnis Inventarisasi Aset Komputer Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

Dengan tidak adanya pencatatan mendetail mengenai aset komputer, sering kali terjadi pemindah tanganan aset komputer antara satu pengguna dengan pengguna lainnya. Padahal, setiap divisi dan unit usaha tertentu memiliki spesifikasi komputer dan komponen yang berbeda. Akibatnya, kinerja perusahaan pada satu unit divisi dan unit usaha tertentu menjadi terganggu.

Lebih lanjut, ketiadaan pencatatan inventarisasi atau perekaman data aset komputer pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur membuat perusahaan tidak dapat mengetahui informasi mendetail aset komputer seperti nama pengguna dan letak pengguna aset komputer, detail komponen – komponen yang melekat


(57)

42

pada aset komputer, tanggal perolehan aset komputer, tanggal habis pakai aset komputer, nilai perolehan aset komputer serta nilai residu aset komputer. Dampaknya, PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur tidak memilik data valid untuk memberikan laporan pertanggung jawaban penggunaan aset kepada PT PLN (Persero) Pusat yang wajib dilaporkan setiap semesternya kepada pemerintah. Akibatnya, perusahaan harus menerima konsekuensi pemotongan anggaran belanja oleh pemerintah sebesar 10%.

Sedangkan pada proses bisnis pengelolaan aset komputer, terdapat dua proses bisnis yang saat ini ada di dalam perusahaan: penjadwalan perawatan dan pencatatan perawatan ke dalam log history maintenance.

Proses penjadwalan saat ini masih dilakukan by request oleh pengguna kepada Bagian Teknologi Informasi. Keluhan oleh pengguna kemudian dicatat sementara oleh Bagian Teknologi Informasi ke dalam sticky notes untuk kemudian ditempelkan ke dalam log history maintenance. Bagian Teknologi Informasi kemudian mencari arsip dokumen log history maintenance di dalam ruang arsip lalu diteruskan kepada bagian Teknisi untuk dilakukan perawatan. Masalah yang muncul pada proses bisnis penjadwalan perawatan dan pencatatan perawatan adalah Bagian Teknologi Informasi kesulitan menemukan dokumen log history maintenance satu aset komputer di dalam ruang arsip sehingga Bagian Teknologi Informasi membuat kembali log history maintenance aset komputer tersebut. Akibatnya, terjadi banyak dobel atau lebih dokumen log history maintenance pada satu aset komputer. Dengan ada banyak dokumen log history


(58)

maintenance, Bagian Teknologi Informasi tidak memilik data valid mengenai konidis aset terkini dan kesulitan melakukan pelaporan hasil perawatan kepada Deputi Teknologi Informasi setiap bulannya.

Gambar 3.2 Document Flow Proses Bisnis Penjadwalan Perawatan dan Pencatatan Perawatan Aset Komputer Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa


(59)

44

Lebih lanjut mengenai fakta masalah yang muncul di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur tentang pengelolaan aset komputer adalah masih belum ada proses penjadwalan perawatan secara berkala terhadap aset komputer sehingga sering terjadi kerusakan dan umur penggunaan aset komputer tersebut menjadi lebih pendek dari umur ekonomisnya. Dampaknya adalah perusahaan harus melakukan pengadaan komputer kembali untuk mengganti aset komputer yang rusak tersebut yang tentunya mebutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Selain itu, proses pencatatan perawatan aset komputer ke dalam log history

maintenance yang masih manual dan tidak terdokumentasi dengan baik

mengakibatkan terjadinya dobel atau lebih dokumen log history maintenance pada satu komputer. Akibatnya, perusahaan tidak memiliki data yang valid mengenai kondisi aset komputer terkini. Ditambah lagi, aset – aset komputer yang telah rusak dan habis masa pakainya tidak terdokumentasi dengan baik karena ketiadaan proses peremajaan dan penghapusan aset komputer sehingga perusahaan tidak mengetahui data valid mengenai pengadaan aset komputer yang harus diadakan di masa yang akan dating yang berakibat perusahaan mengadakan aset komputer dengan jumlah yang lebih daripada semestinya.

3.2.Perancangan Sistem

Perancangan sistem terdiri dari blok diagram, context diagram, DFD Level 0, DFD Level 1, Pemodelan Database, Desain Input – Output, Desain Interface dan Desain Uji Coba.


(60)

3.2.1. Blok Diagram

Daftar Aset Komputer

Penjadwalan Perawatan Aset Komputer Proses Input Output Jadwal Perawatan Insidentil Log History Maintenance Laporan Hasil Perawatan Laporan Nilai Penyusutan dan Nilai

Buku

Laporan Penggantian Komponen

Pembuangan dan Peremajaan Aset Komputer

Laporan Jumlah Aset Komputer Habis

Pakai

Laporan Jumlah Aset Komputer Rusak Perencanaan Penganggaran Pengadaan Aset Komputer Rencana Anggaran Pengadaan Aset Komputer Baru Pengadaan dan Inventarisasi Aset Komputer

Daftar Aset Komputer Terinventarisasi

Daftar Aset Komputer Terinventarisasi

Perhitungan penyusutan dan Pemantauan Kondisi Fisik Aset Komputer

Laporan Kondisi Aset Komputer

Catatan Perawatan

Pencatatan Perawatan dan Penggantian Komponen

Aset Komputer

Daftar Aset Komputer Terinventarisasi

Jadwal Perawatan Rutin Laporan Jumlah Aset

Komputer dengan Umur Ekonomis <= 1

Tahun

Laporan Jumlah Aset Komputer Diremajakan Master Divisi Master Karyawan Master Supplier Daftar Komponen Terinventarisasi Master Teknisi Daftar Komponen Terinventarisasi

Gambar 3.3 Diagram Blok Sistem Informasi Inventarisasi dan Pengelolaan Aset Komputer


(61)

46

Model pengembangan yang akan digunakan berupa diagram blok seperrti gambar 3.3 di atas menggambarkan input, proses dan output sebagai berikut

A. Input

1. Daftar Aset Komputer pada proses inventarisasi aset komputer merupakan data inputan terdiri dari spesifikasi komputer, nilai pembelian komputer, tanggal pembelian komputer, pengguna dari komputer serta divisi dari pengguna komputer. Pada daftar aset komputer juga terlampir detil spesifikasi aset komputer yang terdiri dari tipe komputer, manufacturer, spesfikasi

processor, motherboard, RAM, VGA dan hard disk serta serial numbernya. 2. Master Divisi terdiri dari kode divisi, nama divisi yang terdapat pada PT PLN

(Persero) Distribusi Jawa Timur.

3. Master Karyawan terdiri dari kode karyawan, nama karyawan, hak akses karyawan, username dan password

4. Master Supplier teridiri dari kode supplier dan nama supplier pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur.

5. Daftar Aset Komputer Terinventarisasi terdiri dari kode aset komputer, serial number, manfucaturer, tipe komputer, spesifikasi komponen - komponen aset komputer, nilai perolehan, tanggal perolehan, tanggal habis pakai, nilai residu, umur ekonomis, nama pengguna serta divisi dan unit usaha dari pengguna

a. Pada Proses Perhitungan Nilai Penyusutan dan Pemantauan Kondisi Fisik Aset Komputer, sistem membutuhkan data – data dari aset komputer


(62)

berupa nilai perolehan, nilai residu, tanggal perolehan, tanggal habis pakai dan nilai buku serta total akumulasi penyusutan yang diambil dari data penyusutan untuk menghitung nilai penyusutan. Sistem juga membutuhkan data kondisi aset setelah perawatan terakhir yang diambil dari data pemeliharaan untuk membuat laporan kondisi aset komputer.

b. Pada Proses Penghapusan dan Peremajaan Aset Komputer, sistem membutuhkan data – data dari aset komputer berupa tanggal perolehan dan tanggal habis pakai untuk mengetahui sisa umur ekonomisnua, nilai buku dari aset komputer untuk mengetahui apakah nilai buku sudah mencapai dari asumsi nilai residu yang ditetapkan, kondisi aset komputer setelah perawatan terakhir untuk mengetahui kondisi aset komputer terkini apakah rusak atau tidak.

c. Pada Proses Perencanaan Penganggaran Pengadaan Aset Komputer, sistem membutuhkan data jumlah aset komputer dalam kondisi rusak beserta detail spesifik aset komputernya, jumlah aset komputer dengan status habis pakai beserta detail spesifik aset komputernya, jumlah aset komputer dengan status aktif atau diremajakan yang umur ekonomisnya kurang dari sama dengan satu tahun.

6. Catatan Perawatan merupakan form untuk teknisi yang digunakan ketika melakukan perawatan aset komputer. Catatan Perawatan terdiri dari nomer / kode aset komputer, divisi, unit usaha, pengguna, spesifikasi komponen


(63)

48

komputer, tabel history perawatan (nomor, jenis perawatan, tanggal perawatan, tanggal realisasi perawatan, keluhan, catatan, nama teknisi)

7. Daftar Komponen Terinventarisasi terdiri dari kode komponen, model komponen, serial number, tipe komponen (apakah untuk PC atau Server), jenis komponen dan supplier

8. Master Teknisi terdiri dari Kode Teknisi, Nama Teknisi dan Nama Supplier pemasok dari teknisi.

B. Proses

1. Proses Pengadaan dan Inventarisasi Aset Komputer

Proses pengadaan aset komputer adalah proses mengadakan aset komputer baru untuk menggantikan aset komputer lama yang telah rusak atau telah habis masa ekonomisnya. Proses pengadaan aset komputer pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur sendiri dilakukan dengan mekanisme e-procurement yang penjabarannya telah dijelaskan pada analisis masalah pada bagian identifikasi masalah di atas. Pada karya ilmiah ini, pengadaan aset komputer hanya membahas mengenai output dari e-procurement yaitu daftar aset komputer.

Proses inventarisasi aset komputer adalah proses menginventarisasi aset komputer hasil dari proses pengadaan aset komputer sebelumnya, merekam spesifikasi komputer ke dalam database, memberikan umur ekonomis dan nilai perolehan kepada aset – aset komputer tersebut. Informasi – informasi yang diinputkan pada proses inventarisasi antara lain:


(64)

 Spesifikasi dan serial number dari komponen Random Access Memory

(RAM), Hard disk, Processor, Motherboard. Virtual Graphic Adapter

(VGA), manufacturer dari aset komputer, tipe aset komputer apakah berupa server atau personal computer.

 Tanggal perolehan aset komputer yang didapatkan dari tanggal komputer datadatang setelah pengadaan dan Tanggal habis pakai aset komputer yang didapatkan dari tanggal perolehan aset komputer dan asumsi umur ekonomis yang ditetapkan oleh perusahaan terhadap aset komputer.

 Nilai perolehan yang didapatkan dari harga pembelian dari aset komputer dan Nilai residu yang didapatkan dari asumsi perusahaan terhadap nilai dari suatu barang apabila telah habis masa ekonomisnya.

 Nama pengguna dan divisi dari pengguna aset komputer

2. Proses Perhitungan Penyusutan dan Pemantauan Kondisi Fisik Aset

Komputer

Proses perhitungan penyusutan aset komputer meliputi nilai perolehan yang diambil dari nilai beli barang oleh perusahaan, perhitungan akumulasi penyusutan yang dihitung setiap bulannya, total akumulasi penyusutan yang diambil dari akumulasi penyusutan dikalikan dengan periode bulan berjalan setelah aset komputer diinventarisasikan, dan nilai buku yang didapatkan dari selisih nilai buku dan total akumulasi penyusutan.

Berdasarkan pasal 11 Undang – Undang no.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang


(1)

Gambar 4.81 Grid Master Supplier pada Aplikasi

Gambar 4.82 Dropdown Supplier yang berisi data supplier sesuai dengan isian database


(2)

198

Tabel 4.34 Hasil Uji Coba Database Testing No Aktivitas

Testing Tujuan

Deskripsi Hasil

4 Database Testing

Memastikan apakah data – data yang muncul pada aplikasi sesuai dengan data yang tersimpan di dalam database Pengujian dilakukan dengan mencoba beberapa field dropdown tergenerate dari database dan datagrid dengan isi data pada database

Sesuai

(Gambar 4.80 sampai dengan 4.82)


(3)

199 BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan implementasi, uji coba dan evaluasi terhadap Rancang Bangun Sistem Informasi Inventarisasi dan Pengelolaan Aset Komputer PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa aplikasi dapat melakukan proses pencatatan inventarisasi dan pengelolaan aset komputer serta mampu memberikan laporan perihal daftar aset komputer terinvantarisasi, jadwal perawatan rutin, jadwal perawatan insidentil, laporan penggantian komponen aset komputer, log history maintenance, laporan nilai penyusutan dan akumulasi penyusutannya, laporan aset komputer dengan umur ekonomis kurang dari satu tahun, laporan kondisi aset komputer, laporan penghapusan aset komputer, daftar aset komputer diremajakan, daftar aset komputer habis masa pakai, daftar aset komputer rusak dan laporan rencana pengadaan aset komputer baru.


(4)

200

5.2. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan kepada peneliti apabila ingin mengembangkan perangkat lunak yang telah dibuat ini agar menjadi lebih baik adalah sebagai berikut:

1. Perangkat lunak mendatang sebaiknya menggunakan enkripsi data atau teknologi lain untuk keamanan data.

2. Perangkat lunak ini dapat dikembangkan dengan integrasi e-procurement yang telah ada di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur sehingga input data otomatis langsung dilakukan pada saat proses pengadaan.

3. Perangkat lunak ini dapat memberikan informasi lokasi aset secara lebih detail menggunakan pemetaan Sistem Informasi Geografis untuk merangkum area usaha dari perusahaan.

4. Perangkat lunak ini dapat dikembangkan dengan aset – aset lainnya selain aset komputer sehingga seluruh aset pada perusahaan dapat terinventarisasi.


(5)

201

DAFTAR PUSTAKA

Arfianto, Riza. 2009. Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan Aset Bangunan Milik Pemerintah Kota Surabaya. Surabaya: Program Studi Sistem Informasi Stikom Surabaya

Di Lucca, Guiseppe A. dan Fasolino, Rita. Web Application Testing. Dari website diakses pada 4 November 2011 :

http://www.gm.fh-koeln.de/~winter/qm4web/Web-Engineering_Mendes_C07WebTest.pdf.

Keputusan Direktur PT PLN (Persero) Nomor 305.K/DIR/2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang / Jasa.

Marimin., dkk. 2006. Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Grasindo.

Muhtadin. 2011. Manajemen Aset. Diakses 04 November 2011, diakses pada 04

November 2011, dari website Scribd:

http://www.scribd.com/doc/47848838/ALUR-MANajemen-Aset

S.R, Soemarso. 1992. Akuntansi Suatu Pengantar Buku 2 Edisi Keempat. Jakarta: Rineka Cipta.

Siregar, Doli., D. 2004. Manajemen Aset. Gramedia, Jakarta.

Sudrajat, Iwan. 2007. Lifecycle Asset Management. Diakses 04 November 2011,


(6)

http://assetmanagement.wordpress.com/2007/06/14/lifecycle-asset-management/

Suhairi. 2010. Perancangan Sistem Informasi Manajemen Aset (Studi Kasus pada PT Ciptakridatama). Jakarta: Universitas Gunadarma.

Sugiri, Slamet. 2009. Akuntansi Pengantar 2 Edisi Kelima. Jogjakarta: UPP STIM YKPN.

Taramitra. 2011. Sistem Informasi Manajemen Aset. Diakses 04 November 2011,

dari website Taramitra:

http://taramitra.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47:si stem-informasi-manajemen-aset&catid=35:produk-taramitra&Itemid=56 Thomas, Sue. 2011. Asset Information Systems. Diakses 04 November 2011, dari

website The Institute of Asset Management:

http://www.theiam.org/knowledge/centre/asset-knowledge-enablers/information-systems

Waluyo. 2010. Akuntansi Pajak Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

Wira, Franstia. 2011. Rancang Bangun Perangkat Lunak Manajemen Aset Elektronik Perusahaan (Studi Kasus Stikom Surabaya). Surabaya: Program Studi Sistem Informasi Stikom Surabaya.