PERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA Perbedaan Kecurangan Akademik Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Bidang Ilmu Pada Mahasiswa.

PERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS
KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh :
Imam Bagus Setiawan
F100110036

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

PERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS
KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA

PUBLIKASI ILMIAH

Yang Diajukan Oleh :

Imam Bagus Setiawan
F100110036

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. Sri Lestari, S.Psi, M.SI

i

PERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS
KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA
Abstrak
Kecurangan (cheating) merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering
muncul menyertai aktivitas proses pembelajaran dan dalam proses penilaian
bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan kecurangan akademik berdasarkan jenis kelamin dan
bidang ilmu pada mahasiswa. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik

angkatan tahun 2013-2015. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan two
stage cluster random, yang pertama dilakukan merandom fakultas yang telah
dibagi menjadi fakultas eksak dan fakultas non-eksak, kemudian setelah
didapatkan fakultas eksak dan non-eksak merandom lagi program studi yang ada
didalam kedua fakultas tersebut, dan dari hasil random didapatkan fakultas eksak
yaitu Fakultas Teknik program studi teknik arsitektur dan fakultas non eksak yaitu
Fakultas Ekonomi program studi ekonomi bisnis, dengan cara merandom fakultas
dan merandom jurusan peneliti mendapat partisipan dengan jumlah sebanyak 156
orang, dengan subjek dari fakultas teknik berjumlah 75 dan subjek dari fakultas
ekonomi berjumlah 81 dengan total subjek laki-laki berjumlah 79 dan subjek
perempuan berjumlah 77. Alat ukur yang digunakan merupakan hasil modifikasi
dari skala kecurangan akademik yang disusun oleh Kurniawan (2011) berdasarkan
aspek-aspek kecurangan akademik yang dikemukakan oleh Anderman (2006).
Skala kecurangan akademik terdiri atas 40 aitem, 24 aitem favorable dan 16 aitem
unfavorable. Teknik analisis data yang digunakan ialah komparasi independent
sample t-test.
Analisis data diperoleh hasil dari jenis kelamin, bahwa laki-laki lebih
memiliki kecenderungan melakukan kecurangan akademik dibandingkan dengan
perempuan. Dari bidang ilmu, mahasiswa bidang ilmu eksakta lebih memiliki
kecenderungan melakukan kecurangan akademik dari pada mahasiswa bidang

ilmu non eksakta.
Kata Kunci : kecurangan akademik, jenis kelamin, bidang ilmu.

Abstract
Cheating (cheating) is one of the educational phenomena that often emerge
accompany the activity of the learning process and in the assessment process even
to the writing of research. The purpose of this research was to determine
differences in academic cheating by gender and field of science in students. The
study population is students Surakarta Muhammadiyah University Faculty of
Economics and Faculty of Engineering class of 2013-2015. The sampling
technique is done with two-stage random cluster, which was first held random
faculty which has been divided into the faculty of exact and faculty non-exact,

1

then having obtained the faculty of exact and non-exact random longer courses
that exist in both the faculty and the results random obtained faculty inexact: the
Faculty of Engineering courses in architectural engineering faculty and non
inexact: the Faculty of Economics courses business economics, by way random
faculty and random majors researchers got the participants with a total of 156

people, with the subject of the engineering faculty numbered 75 and the subject of
faculty economy amounted to 81 with total male subjects amounted to 79 and
female subjects amounted to 77. Measuring instruments used is a modification of
the scale of academic cheating compiled by Kurniawan (2011) based on aspects of
academic cheating proposed by Anderman (2006). The scale consists of 40
academic cheating item, item 24 favorable and 16 unfavorable item. Data analysis
technique used is comparative independent sample t-test.
Based on the result of the gender, that men are more predisposed academic
cheating than women. From the fields of science, the field of exact sciences
student has a tendency to commit fraud on a student's academic from non-exact
science.
Keywords: academic cheating, gender, field of the studies.
1. PENDAHULUAN
Kecurangan akademik bukanlah masalah baru dalam dunia pendidikan.
Teixeira dan Rocha (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik adalah
fenomena global yang secara frekuensi semakin meningkat. Banyaknya tindakan
kecurangan akademik yang dilakukan di berbagai ranah akademik yang ada di
Indonesia menunjukkan sedikit atau bahkan belum adanya pendidikan di
Indonesia yang mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas,
khususnya dari sisi pembentukan karakter individu mahasiswa. Pendidikan tinggi

juga tidak terhindar dari adanya tindakan kecurangan akademik. Beberapa bentuk
kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa antara lain adalah mencontek
saat ujian, menyalin jawaban teman, copy paste dari internet tanpa menyebutkan
sumbernya, tidak hadir kuliah tetapi meminta tolong kepada temannya untuk
tanda tangan absen, membuat contekan saat ujian, meminta bantuan teman saat
ujian, bekerjasama dengan teman saat ujian.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan Survei Litbang Media Group
pada 19 April 2007 terhadap 480 responden dewasa di enam kota besar di
Indonesia, yaitu Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan
dalam penelitian (Nursalam, Bani, & Munirah, 2013). Menunjukkan mayoritas

2

anak didik, baik di bangku sekolah dan perguruan tinggi melakukan kecurangan
akademik dalam bentuk menyontek. Hampir 70 persen responden yang ditanya
apakah pernah menyontek ketika masih sekolah atau kuliah, menjawab pernah.
Bahkan hasil penelusuran yang dilakukan (Nursalam, Bani, & Munirah, 2013)
ditemukan adanya tugas akhir (skripsi) mahasiswa yang mengindikasikan adanya
praktik copy paste atau plagiarism dari satu skripsi dengan skripsi yang lainnya.
Kecurangan akademik muncul sebagai interaksi berbagai faktor, baik yang

bersifat internal (ada di dalam diri pelaku) maupun yang bersifat eksternal (berasal
dari lingkungan). Faktor internal mencakup kemalasan, kurangnya kesadaran
pekerjaan sesama siswa, kualitas rendah, pengalaman kegagalan sebelumnya dan
harapan sukses yang pasti. Faktor eksternal meliputi urutan tempat duduk, ujian
yang penting, tingkat kesulitan tes, tes yang tidak adil, penjadwalan dan
pengawasan (Purnamasari, 2013). Ketidakjujuran akademik menurut Hendricks
(2004) terjadi di dalam pembelajaran disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal
dari diri individu (internal) maupun dari luar diri individu (eksternal). Faktor
internal individu mencakup usia, jenis kelamin, prestasi akademik. Faktor
eksternal meliputi perilaku teman sebaya, lingkungan ujian, dan belajar terlalu
banyak. Hendricks,2004. Dari kedua pernyataan kecurangan akademik dan
ketidakjujuran akademik keduanya saling memiliki keterkaitan dari faktor yang
dimiliki oleh keduanya, sehingga kecurangan akademik dan ketidakjujuran
akademik memiliki arti yang sama dan juga makna yang sama karena dapat dilihat
dari faktor-faktor perilaku keduanya yang serupa.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk
melakukan replikasi penelitian Wibowo, Herlina, dan Kristyassari (2011) dengan
rumusan masalah yang muncul yaitu “ adakah perbedaan kecurangan
akademik ditinjau dari jenis kelamin dan bidang ilmu pada mahasiswa?”.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan

kecurangan akademik berdasarkan jenis kelamin dan bidang ilmu pada
mahasiswa.
Manfaat penelitian ini agar memberikan kontribusi gender terhadap
perilaku kecurangan akademik, sebagai masukan, sehingga perguruan tinggi dapat

3

mengambil tindakan untuk meminimalisir perilaku kecurangan akademik tersebut
dan dapat digunakan sebagai dasar ataupun referensi bagi peneliti selanjutnya
yang akan melakukan penelitian di bidang yang sama di masa datang
Kecurangan berasal dari kata “curang” yang memiliki arti berlaku tidak
jujur. Kecurangan adalah perbuatan yang curang, (Depdiknas, 2008), Kushartanti
(2009) mendefinisikan cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara
yang tidak sah untuk tujuan yang sah atau terhormat yaitu mendapatkan
keberhasilan akademik untuk menghindari kegagalan akademik.
Kecurangan akademik adalah perilaku yang dilakukan oleh pelajar secara
sengaja, seperti pelanggaran terhadap aturan dalam mengerjakan tugas dan ujian,
memberikan keuntungan kepada pelajar lain dalam mengerjakan tugas atau ujian
dengan cara yang tidak jujur, dan pengurangan keakuratan yang diharapkan pada
performansi pelajar (Cizek, 2006).

Perilaku kecurangan akademik terjadi dengan berbagai cara dalam beragam
situasi yang terjadi pada kegiatan akademik. Anderman (2006) menyatakan bahwa
kecurangan akademik terjadi paling banyak pada tugas kelas, ujian akhir dan pada
ulangan harian. Menurut Anderman (2006) setidaknya perilaku kecurangan
akademik terjadi dalam berbagai bentuk antara lain : penggunaan materi yang
dilarang digunakan, melakukan kolaborasi yang dilarang dilakukan saat
pelaksanaan ujian, plagiasi yaitu ketika seseorang secara sengaja mengakui ide,
kata maupunkalimat orang lain sebagai hasil karyanya, pemalsuan merupakan
secara sengaja melakukan perubahan, sebagian maupun secara keseluruhan
laporan karya tulis maupun laporan praktik, misrepresentation yaitu dengan
menyajikan informasi yang keliru pada pengajar dengan harapan mendapat
keuntungan pada penyelesaian tugas maupun pelaksanaan ujian, tidak
berkontribusi secara layak pada penyelesaian tugas yang dikerjakan secara
berkelompok dan sabotase penyelesaian tugas akademik rekan lainnya.
Karakteristik individu meupakan variabel yang mempengaruhi kecurangan
akademik (Fiqueroa, 2010). Gerdeman (2000) mengemukakan faktor karakteristik
individu meliputi kecerdasan, IPK, gender, usia, aktivitas ekstrakurikuler, status

4


pernikahan dan manajemen waktu. Pada penelitian ini variabel karakteristik yang
diuji meliputi gender dan program studi.
Muthmainah (2006) mendefinisikan jenis kelamin adalah suatu konsep
analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dari sudut non-biologis, yaitu dari aspek sosial, budaya,
maupun psikologis. McCabe dan Trevino (Fa’iezah, 2010) melaporkan bahwa
tingkat kecurangan akademik pada perempuan telah meningkat selama 30 tahun
terakhir di tingkat relatif sama dengan tingkat pada laki-laki. Meskipun tingkat
kecurangannya relatif sama, sikap mereka atas kecurangan berbeda. Perempuan
melakukan plagiarisme karena mencoba untuk membantu teman-teman dalam
membuat tugas-tugas seperti memperbolehkan teman-teman untuk menyalin
tugas-tugas mereka, tapi pada laki-laki cenderung melakukan hal itu untuk diri
mereka sendiri.
Siswa pada jurusan IPA lebih banyak mempergunakan pola pikir logis dan
rasional karena materi pelajaran berupa soal-soal hitungan sehingga harus lebih
teliti dalam mengerjakan soal serta mengasah untuk berfikir secara akurat dengan
jawaban yang pasti. Jurusan IPS mempunyai aktifitas dengan mempergunakan
pola pikir analitis karena mahasiswa tersebut dituntut untuk menghafalkan materi
pelajaran yang berhubungan dengan bahasa maupun sejarah budaya dan ekonomi.
Sumaatmadja (2008). Wfy (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan bentuk plagiat antara mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
dengan mahasiswa FISIP, di mana mahasiswa eksak yaitu Fakultas Sains dan
Teknologi (FST) lebih tinggi melakukan plagiat dari pada mahasiswa non eksak
yaitu FISIP, sedangkan Carpenter (2006) menemukan bahwa lebih dari 96%
mahasiswa teknik terbukti bahwa mereka terlibat paling sedikit satu perilaku yang
didefinisikan sebagai kecurangan akademik atau perilaku tak etis selama proses
perkuliahan.
Hipotesis dari penelitian ini adalah, ada perbedaan perilaku kecurangan
akademik ditinjau dari jenis kelamin, dimana laki-laki lebih memiliki
kecenderungan

melakukan

kecurangan

akademik

dibandingkan

dengan


perempuan. Kemudian hipotesis berikutnya ada perbedaan perilaku kecurangan

5

akademik ditinjau dari bidang ilmu, dimana bidang ilmu eksakta lebih memiliki
kecenderungan melakukan kecurangan akademik dibandingkan dengan bidang
ilmu non eksak.
2. METODE PENELITIAN
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
Variabel terikat kecurangan akademik dan sebagai Variabel Bebasnya adalah
jenis kelamin dan bidang ilmu. Definisi operasional dari Kecurangan akademik
adalah tindakan individu melakukan cara yang tidak sah dengan cara sengaja
untuk kepentingan diri sendiri dengan tujuan agar hal yang dikerjakan tidak
mengalami kesalahan. Kecurangan akademik diukur dengan menggunakan
kuesioner yang disusun oleh Kurniawan (2011) berdasarkan aspek-aspek
kecurangan akademik yang dikemukakan oleh Anderman (2006) yaitu
penggunaan materi yang dilarang digunakan, melakukan kolaborasi yang dilarang
dilakukan saat pelaksanaan ujian, plagiasi, pemalsuan, misspresentation, absen
berkontribusi dalam tugas kelompok dan sabotase.
Jenis kelamin adalah pembagian jenis seksual yang ditentukan secara
biologis dan anatomis yang dinyatakan dalam jenis kelamin laki-laki dan jenis
kelamin perempuan. Muthmainah (2006).
Bidang ilmu adalah pembagian ilmu ke dalam dua bidang yaitu IPA dan
IPS atau ilmu eksak dan ilmu non eksak. Sumaatmadja (2008).
Sebagai

populasi

penelitian

ini

adalah

mahasiswa

Universitas

Muhammadiyah Surakarta dengan jumlah 13 Fakultas, Dari 13 Fakultas tersebut
terdapat 4 Fakultas yang mengacu pada Ilmu Eksakta dan Fakultas yang mengacu
pada Ilmu noneksakta. Dengan jumlah keseluruhan mahasiswa yang masih aktif
adalah 27.918 dengan jumlah mahasiswa laki-laki 12.556 dan mahasiswa
perempuan 15.362.
Dari jumlah 13 Fakultas yang ada di Universitas Muhammadiah Surakarta
kemudian dilakuka two stage cluster random sampling menjadi dua Fakultas
Eksakta dan Fakultas Non Eksakta, dengan cara mengundi dari dua kelompok
tersebut didapatkan Fakultas Eksakta Yaitu Fakultas Teknik (Arsitektur) dan
Fakultas Non-Eksakta yaitu Fakultas Ekonomi (Ekonomi Bisnis).

6

Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling yaitu
teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit-unit yang kecil, atau
cluster (Nazir, 2005). Cluster random

dilakukan dua kali yang disebut juga

dengan two stage cluster random karena merandom fakultas dan merandom
jurusan.
Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan alat ukur skala
kecurangan akademik. Skala kecurangan akademik ini merupakan hasil
modifikasi dari skala kecurangan akademik yang disusun oleh Kurniawan (2011)
berdasarkan aspek-aspek kecurangan akademik yang dikemukakan oleh
Anderman (2006). Skala kecurangan akademik terdiri atas 40 aitem, 24 aitem
favorable dan 16 aitem unfavorable. Aspek-aspek tersebut antara lain:

penggunaan materi yang dilarang digunakan, melakukan kolaborasi yang dilarang
dilakukan saat pelaksanaan ujian, plagiasi yaitu ketika seseorang secara sengaja
mengakui ide, kata maupunkalimat orang lain sebagai hasil karyanya, pemalsuan
merupakan secara sengaja melakukan perubahan, sebagian maupun secara
keseluruhan laporan karya tulis maupun laporan praktik, misrepresentation yaitu
dengan menyajikan informasi yang keliru pada pengajar dengan harapan
mendapat keuntungan pada penyelesaian tugas maupun pelaksanaan ujian, tidak
berkontribusi secara layak pada penyelesaian tugas yang dikerjakan secara
berkelompok dan sabotase penyelesaian tugas akademik rekan lainnya. Skala
vignette

ini

menyajikan

pertanyaan

non-direktif

dalam

survei

yang

memungkinkan responden menentukan makna suatu situasi bagi dirinya (Finch,
1987). Melalui situasi proyektif yang bersifat hipotesis dan meminta pertisipan
untuk mempisiskan dirinya dalam jejak pelaku utama, maka data sensitif dapat
diperoleh secara tak langsung, tanpa melalui konfrontasi. Vignette yang disusun
berupa deskripsi singkat perilaku tokoh “dia” dalam berbagai situasi yang
mencerminkan perilaku yang sejalan maupun tidak sejalan dengan nilai-nilai yang
diukur. Kata “dia” sengaja dipilih karena bersifat netral untuk untuk semua jenis
kelamin, dalam arti dapat mewakili tokoh berjenis kelamin perempuan atau lakilaki. Dengan demikian instrumen dapat digunakan untuk partisipan laki-laki dan
perempuan. Melalui vignette tersebut responden diharapkan melakukan proyeksi

7

mengenai dirinya terhadap situasi yang ada dalam vignette, dengan cara tersebut
pernyataan yang disajikan tidak menimbulkan ancaman bagi responden sehingga
meminimalkan kecenderungan untuk memberikan jawaban yang baik menurut
ungkapan sosial (social desirability) Finch, (1987).
Skala kecurangan akademik ini menggunakan skala dari 6 alternatif
jawaban terhadap bentuk pernyatan yaitu: Sangat Serupa (SS), Serupa (S), Sedikit
Serupa (SDS), Hampir Serupa (HS), Tidak Serupa (TS), Sangat Tidak Serupa
(STS). Aitem tersebut terdiri atas dua macam aitem favorable dan aitem
unfavorable. Pemberian skor untuk aitem favorable bergerak dari skor 6 sampai

skor 1, dan sebaliknya untuk aitem unfavorable arah pemberian skornya bergerak
dari skor 1 sampai skor 6.
Alat ukur dalam penelitian ini dikatakan valid karena memiliki corrected
item-total correlation > 0,2 dengan jumlah aitem yang memiliki jumlah corrected
item-total correlation > 0,2 ada 32 aitem dari total aitem skala ada 40 aitem.
Sehingga dari hasil tersebut alat ukur yang telah dimodifikasi ini dapat dikatakan
valid dan layang untuk digunakan utnuk memperoleh data. Reliabilitas alat ukur
ini diperoleh Cronbach’s Alpha 0,916 yang menunjukan hasil tersebut sudah >
0,60 sehingga dapat dikatakan reliabel.
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program SPSS 15.0 for windows. Penelitian ini

menggunakan metode stastistik sebagai metode analisis data. Analisis
independent sample t-test digunakan karena digunakan untuk mengetahui
perbedaan rata-rata dua sampel yaitu mengetahui perbedaan kecurangan akademik
yang dilakukan mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan bidang ilmu. Data
diolah menggunakan analisis t-test (independent sample t-test) yang diolah
dengan program aplikasi komputer bernama SPSS (Statistical Package for Social
Sciences) 15.0 for windows. Subjek yang layak dijadikan sample adalah:

mahasiswa angkatan 2013, 2014, dan 2015, serta masih aktif kuliah berjumlah
156 orang. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan alat ukur skala
kecurangan akademik.

8

Adapun persiapan sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta surat
izin dari Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk dapat
melaksanakan penelitian di tempat yang telah ditentukan, yaitu Fakultas Ekonomi
dan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sebelum dilakukannya pengambilan data penelitian, peneliti melakukan
Try out untuk menguji reliabilitas dari skala yang digunakan di Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan melibatkan 100 subjek yang telah
memenuhi syarat mahasiswa aktif angkatan 2013-2015 Fakultas Farmasi UMS,
baik laki-laki maupun perempuan dengan masing-masing subjek laki-laki
berjumlah 50 mahasiswa dan subjek perempuan berjumlah 50 mahasiswa. Pada
uji coba alat ukur ini hanya menggunakan subjek dari Fakultas Farmasi karena
peniliti ingin mendapatkan validitas dari instrumen alat ukur yang telah
dimodifikasi yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga alat ukur dapat
digunakan untuk melakukan pengambilan data penelitian. Hasil perhitungan uji
coba alat ukur menunjukan bahwa skala Kecurangan Akademik memiliki
koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,874. Hasil try out dan uji
reliabilitas skala tersebut, dari 40 aitem terdapat 7 aitem yang memiliki
Cronbach’s Alpha apabila aitem tersebut dihapus maka memiliki koefisien >
0,874, sehingga aitem tersebut dianggap gugur (Uyanto,2009).
Populasi

dalam

penelitian

ini

adalah

mahasiswa

Universitas

Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik angkatan tahun
2013-2015 dengan masing-masing jumlah dari Fakultas Ekonomi

(Ekonomi

Bisnis)mahasiswa laki-laki tahun 2013 berjumlah 79, mahasiswa perempuan
tahun 2013 berjumlah 115, mahasiswa laki-laki tahun 2014 berjumlah 98,
mahasiswa perempuan tahun 2014 berjumlah 157, mahasiswa laki-laki tahun 2015
berjumlah 111, mahasiswa perempuan tahun 2015 berjumlah 152, dengan jumlah
total mahasiswa laki-laki dan perempuan Fakultas Ekonomi tahun angkatan 20132015 adalah 677 mahasiswa; dan masing-masing jumlah dari Fakultas Teknik
(Arsitektur) mahasiswa laki-laki tahun 2013 berjumlah 58, mahasiswa perempuan
tahun 2013 berjumlah 41, mahasiswa laki-laki tahun 2014 berjumlah 92,
mahasiswa perempuan tahun 2014 berjumlah 55, mahasiswa laki-laki tahun 2015

9

berjumlah 88, mahasiswa perempuan tahun 2015 berjumlah 47, dengan jumlah
total mahasiswa laki-laki dan perempuan Fakultas Teknik tahun angkatan 20132015 adalah 381 mahasiswa. Hal tersebut disebabkan karena mahasiswa ditahun
angkatan ini sudah memiliki beban tugas yang sama dengan mahasiswa tingkat
atas. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling yaitu
teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok, atau cluster (Nazir,
2005). Cluster random dilakukan dua kali yang disebut juga dengan two stage
cluster random karena merandom fakultas dan jurusan (kelas). Berdasarkan ciri-

ciri tersebut peneliti mendapatkan 156

subjek yang layak diteliti dengan 81

mahasiswa Fakultas Ekonomi dan 75 mahasiswa Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20
Agustus

2016

Fakultas

Ekonomi

dan

Fakultas

Teknik

Universitas

Muhammadiyah Surakarta dengan cara membagikan skala secara langsung
beserta bolpoin untuk mengisi skala serta meminta subjek untuk mengisi skala
sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan dipersilahkan mengisi angket sesuai
dengan keadaan dalam diri subjek yang sebenarnya dan dikumpulkan kembali
oleh subjek kepada peneliti saat itu juga.
Setelah semua skala terisi dan terkumpul, maka langkah selanjutnya ialah
memberikan nilai pada skala yang telah diisi oleh subjek. Skor aitem berkisar dari
1 sampai 6. Pemberian skor dilakukan berdasarkan jawaban subjek dan
memperhatikan sifat aitem favorable dan unfavorable. Skor tertinggi dari masing–
masing aitem adalah 6 dan terendah bernilai 1.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Uji normalitas digunakan sebagai indikator apakah sebaran data penelitian
yang telah dilakukan terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas ini
menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov SmirnovTest. Hasilnya, untuk uji
normalitas variabel kecurangan akademik diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z

10

= 0,769; sig. (2-tailed) = 0,595; (p >0,05). Hasil tersebut menunjukkan sebaran
data variabel kecurangan akademik terdistribusi normal.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa
laki-laki (96,61) sedangkan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa perempuan
(88,71). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki lebih memiliki
kecenderungan berperilaku kecurangan akademik yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perempuan.
Hasil uji statistik dengan independent sample t-test diperoleh nilai t
(2,157) dengan p value 0,003 (p < 0,05) sehingga ada perbedaan perilaku
kecurangan akademik ditinjau dari jenis kelamin, dimana mahasiswa laki-laki
lebih memiliki kecenderungan berperilaku kecurangan akademik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswa perempuan.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa
Fakultas Ekonomi (88,41) sedangkan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa
Fakultas Teknik (97,36). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas
Teknik lebih memiliki kecenderungan berperilaku kecurangan akademik yang
lebih tinggi dibandingkan mahasiswa Fakultas Ekonomi.
Hasil uji statistik dengan independent sample t-test diperoleh nilai t (2,456) dengan p value 0,015 (p < 0,05) sehingga ada perbedaan perilaku
kecurangan akademik ditinjau dari bidang ilmu, dimana bidang ilmu eksakta
lebih memiliki kecenderungan berperilaku kecurangan akademik dibandingkan
bidang ilmu non eksakta.
Kategorisasi kecurangan akademik berdasarkan jenis kelamin dibagi ke
dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi dan sangat
tinggi. Menurut Arikunto (2010) cara pengukuran kecurangan akademik dengan
menggunakan nilai tertinggi hingga nilai terendah dibagi batas kelas yang
ditetapkan oleh peneliti yaitu sebanyak 5 kelas (sangat rendah, rendah, sedang dan
tinggi dan sangat tinggi). Diketahui bahwa kecurangan akademik yang dilakukan
oleh mahasiswa perempuan terdapat 5 orang (6,5%) mempunyai kecurangan
akademik sangat rendah dengan rentan skor 36-63,8; 28 orang (36,4%) rendah
dengan rentan skro 63,9-91,6; 31 orang (40,3%) sedang dengan rentan skor 91,7-

11

119,4; 13 orang (16,9%) tinggi dengan rentan skor 119,5-147,2; dan tidak ada
yang mempunyai kecurangan akademik sangat tinggi. Sedangkan kecurangan
akademik yang dilakukan oleh mahasiswa laki-laki terdapat 11 orang (13,9%)
mempunyai kecurangan akademik sangat rendah dengan rentan skor 36-63,8; 38
orang (48,1%) rendah dengan rentan skro 63,9-91,6; 21 orang (26,6%) sedang
dengan rentan skor 91,7-119,4; 7 orang (8,9%) tinggi dengan rentan skor 119,5147,2; dan 2 orang (2,6%) sangat tinggi dengan rentan skor 147,3-175.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa laki-laki lebih
tinggi mempunyai kecenderungan akademik karena terdapat 2 mahasiswa yang
mempunyai kecenderungan akademik sangat tinggi.
Kategorisasi kecurangan akademik berdasarkan bidang ilmu dibagi ke
dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi dan sangat
tinggi. Menurut Arikunto (2010) cara pengukuran kecurangan akademik dengan
menggunakan nilai tertinggi hingga nilai terendah dibagi batas kelas yang
ditetapkan oleh peneliti yaitu sebanyak 5 kelas (sangat rendah, rendah, sedang dan
tinggi dan sangat tinggi). Diketahui bahwa kecurangan akademik yang dilakukan
oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi terdapat 11 orang (13,6%) mempunyai
kecurangan akademik sangat rendah, 36 orang (44,4%) rendah, 37 orang (33,3%)
sedang, 7 orang (8,6%) tinggi dan tidak ada yang mempunyai kecurangan
akademik sangat tinggi. Sedangkan kecurangan akademik yang dilakukan oleh
mahasiswa Fakultas Teknik terdapat 5 orang (6,7%) mempunyai kecurangan
akademik sangat rendah, 30 orang (40,0%) rendah, 25 orang (33,3%) sedang, 13
orang (17,3%) tinggi dan 2 orang (2,7%) sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dari Fakultas Teknik cenderung lebih tinggi
mempunyai kecenderungan akademik karena terdapat 2 mahasiswa yang
mempunyai kecenderungan akademik sangat tinggi.
3.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku kecurangan
akademik ditinjau dari jenis kelamin, dimana laki-laki lebih memiliki
kecenderungan

berperilaku

kecurangan

akademik

dibandingkan

dengan

perempuan dengan nilai t (2,157) dan p value 0,003 (p < 0,05). Hasil tersebut juga

12

menunjukkan bahwa rata-rata kecurangan akademik mahasiswa laki-laki (96,61)
sedangkan rata-rata kecurangan akademik mahasiswa perempuan (88,71). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki lebih memiliki kecenderungan
berperilaku kecurangan akademik dibandingkan dengan perempuan.
Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yaitu ada
perbedaan perilaku kecurangan akademik ditinjau dari jenis kelamin, dimana lakilaki lebih berperilaku kecurangan akademik dibandingkan dengan perempuan.
Hendricks (2004) menyatakan bahwa kecurangan akademik terjadi di dalam
pembelajaran disebabkan oleh factor yang berasal baik dari dalam diri mahasiswa
yaitu jenis kelamin. Mahasiswa lebih banyak melakukan kecurangan akademik
daripada mahasiswi. Penjelasan utama dari pernyataan ini dapat dijelaskan oleh
teori sosialisasi peran gender yakni wanita dalam bersosialisasi lebih mematuhi
peraturan dari pada pria.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku kecurangan
akademik ditinjau dari bidang ilmu, dimana bidang ilmu eksakta lebih memiliki
kecenderungan berperilaku kecurangan akademik dibandingkan bidang ilmu non
eksakta dengan nilai t (-2,456) dengan p value 0,015 (p < 0,05) dan rata-rata
kecurangan akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi (88,41) sedangkan rata-rata
kecurangan akademik mahasiswa Fakultas Teknik (97,36). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Teknik lebih memiliki kecenderungan
berperilaku kecurangan akademik dibandingkan mahasiswa Fakultas Ekonomi.
Hasil penelitian tersebut mendukung dengan penelitian Carpenter(2006)
menemukan bahwa lebih dari 96% mahasiswa teknik terbukti bahwa mereka
terlibat paling sedikit satu perilaku yang didefinisikan sebagai kecurangan
akademik atau perilaku tak etis selama proses perkuliahan, sedangkan Wibowo
dkk. (2011) dalam penelitiannya di Jepara, dengan responden 96 mahasiswa
program studi manajemen dan akuntansi menunjukkan bahwa sikap dan norma
berpengaruh terhadap perilaku mencontek.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan kecurangan akademik
dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin dan bidang ilmu. Namun penelitian ini
terbatas pada generalisasi populasi dimana penelitian ini dilakukan. Sehingga

13

penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dan karakteristik yang berbeda
maka perlu dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan atau menambah
variabel–variabel penelitian yang belum terdapat pada penelitian ini.
Penelitian ini juga memiliki kelemahan yaitu yang pertama, pada
pengungkapan aspek–aspek yang digunakan dalam penelitian ini tidak secara
mendalam, mengingat bahwa alat pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan skala, sehingga peneliti selanjutnya perlu melengkapinya dengan
teknik pengumpulan seperti wawancara maupun observasi. Kemudian yang
kedua , saat pengambilan data subjek tidak ditempatkan dalam satu ruangan

khusus yang sama, sehingga kondisi disekitar subjek yang berbeda-beda satu
dengan yang lain menjadikan keadaan psikologis subjek juga berbeda - beda,
seperti ada yang mengerjakan dengan santai dan ada pula yang mengerjakan
secara terburu - buru.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, dapat
diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan perilaku kecurangan akademik ditinjau
dari jenis kelamin, dimana laki-laki lebih memiliki kecenderungan melakukan
kecurangan akademik dibandingkan dengan perempuan. Kemudian juga ada
perbedaan perilaku kecurangan akademik ditinjau dari bidang ilmu, dimana
bidang ilmu eksakta lebih memiliki kecenderungan melakukan kecurangan
akademik dibandingkan bidang ilmu non eksakta.
Dari kesimpulan yang ada maka dapat disarankan bagi pihak Fakultas
Teknik maka dalam upaya untuk mengurangi perilaku kecurangan akademik
mahasiswa hendaknya melakukan pengawasan yang lebih ketat saat ujian sedang
berlangsung serta mencatat nama atau nomor ujian mahasiswa yang terlibat dalam
perilaku curang agar memberi efek jera, sedang kan bagi pihak Fakultas Ekonomi
maka perlu membuat kebijakan dengan pemberian tugas bagi mahasiswa untuk
melakukan presentasi didepan kelas sehingga meminimalisir terjadinya perilaku
kecurangan akademik dan melatih mahasiswa untuk lebih berani mengemukakan
pendapat.

14

DAFTAR PUSTAKA
Anderman EM, Murdock TB. (2006). Psychology of Academic Cheating. London:
Elsevier
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Depdiknas.(2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Gramedia Pustaka.
Indonesia.

Fiqueroa, T. (2010). The Relationship between Personality Types A and B and
Academic Dishonesty of Undergraduate and Graduate Students.
Dissertation, Walden University.
Gerdeman, R. D. (2000). Academic dishonesty and the community college. ERIC
Digest, 1-7.
Hendriks, B. (2004). Academic Dishonesty: A Study In The Magnitude Of
AndJustifications For Academic Dishonesty Among College Undergraduate
AndGraduate Students. New Jersey: Rowan University
Muthmainah, S. (2006). “Studi Tentang Perbedaan Evaluasi Etis, Intensi Etis, dan
Orientasi Etis Dilihat dari Gender dan Disiplin Ilmu: Potensi Rekruitment
Staf Profesional pada Kantor Akuntan Publik”. Simposium
NasionalAkuntansi IX. Padang.1-12.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Purnamasari, D. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecurangan
Akademik Pada Mahasiswa. Educational Psychology Journal. 2 (1), 13 –
21.
Sumaatmadja. 2008. Konsep Pembelajaran IPA dan Non IPA. Jakarta:Kanisius

Uyanto, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu.
Yogyakarta.

Wibowo, P. A., Herlina, D., & Kristyasari,B. (2011). Perilaku Kecurangan
Akademik Berdasarkan Faktor Demografi dan Tipe Kepribadian A dan B.
Prosiding Seminar Nasional Psikologi Universitas Sultan Agung, hal: 4252.

15