PENDAHULUAN Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir (BBL) Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-5 Tahun Di Posyandu Gonilan Kartasura.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak yang tidak sehat akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak
sehat. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah kondisi
sempurnanya fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Masalah beberapa anak mungkin tidak terdiagnosis, oleh karena itu
kita harus mempertimbangkan kondisi yang memprediksi kesehatan anak
seperti berat badan lahir rendah dan perilaku yang mempengaruhi kesehatan
(Currie & Reichman, 2015).
Berat badan lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru
lahir. Rerata berat bayi normal adalah 3200 gram (7 lbs). Secara umum, bayi
berat lahir rendah dan bayi dengan berat berlebih lebih besar risikonya untuk
mengalami masalah (Damanik, 2009).
WHO memperkirakan bahwa diseluruh Dunia, 16% dari semua bayi
lahir mempunyai berat < 2500 gram (BBLR). Dari jumlah ini, frekuensi BBLR
90% berasal dari negara-negara berkembang (Khasanah, 2003; Qobadiyah,
dkk,

2012), dan 3,6-10,8% dari negara-negara maju (Cunningham, 2006;


Qobadiyah, dkk, 2012). BBLR lebih sering terjadi di negara-negara berkembang
dan sosial ekonomi rendah (Pantiawati, 2010; Tazkiah, 2013).
Presentase berat badan bayi baru lahir menurut Provinsi, Riskesdas 2013
di Indonesia terdapat 85% dengan berat badan lahir normal dan 15% dengan
berat badan lahir yang tidak normal (10,2% BBLR dan 4,8% BBLL).
Sedangkan di Jawa Tengah terdapat 9,7% BBLR, dengan ranking ke-16 di
Indonesia (Kemenkes RI, 2014).
Berat badan lahir bayi merupakan prediktor penting kelangsungan hidup
perinatal dan neonatal. Berat lahir bayi digunakan sebagai salah satu indikator
untuk memprediksi pertumbuhan dan kesehatan bayi (ACC/SCN, 2000;
1

2

Fikawati, dkk, 2012). Berat lahir merupakan salah satu faktor kunci
pembangunan di semua aspek perkembangan (Zarien, dkk., 2014) sangat
berguna dan penting dalam menentukan dan mengemukakan faktor harapan
hidup dan kesehatan anak di masa mendatang (Ehsanpour, dkk., 2005; Zarien,
dkk., 2014). Berat badan lahir yang rendah dapat dikaitkan dengan
perkembangan, pendidikan, dan perilaku yang merugikan di masa kecil, masa

remaja, dan di kemudian hari (Mc Avovy, dkk., 2006; Amarnath, dkk., 2014).
Fase terpenting dalam perkembangan anak adalah ketika masa bayi dan
balita di bawah lima tahun. Anak pada usia 2-5 tahun merupakan periode
keemasan (golden age) dalam proses perkembangan, yang artinya pada usia
tersebut aspek kognitif, fisik, motorik, dan psikososial seorang anak
berkembangan secara pesat (Zaviera, 2008). Masalah perkembangan anak
seperti keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku autism, hiperaktif di
Amerika Serikat berkisar 12-16%, Thailand 24%, Argentina 22%, dan di
Indonesia antara 13-18% (Hidayat, 2010). Pada tahun 2013 berdasarkan data
IDA diperkirakan 5-10% anak mengalami keterlambatan perkembangan (IDAI,
2013). Perkembangan motorik anak berbagai Negara berbeda. Dibandingkan
motorik anak-anak di negara-negara Eropa Barat, maka perkembangan motorik
milestone pada anak Indonesia tergolong rendah (Ginting, 2012).
Akibat bila perkembangannya terhambat, karena kurangnya deteksi dini
tumbuh kembang, maka anak akan kurang mampu menyesuaikan dan
melakukan tugas sehari-hari. Bahkan, pada akhirnya juga menghambat
perkembangan akademik anak (Dharma & Nakita, 2010; Krisdiyanto, dkk,
2013).
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas

(Kemenkes RI, 2014). Untuk menilai perkembangan anak banyak instrumen
yang dapat digunakan. Salah satu instrumen skrining yang dapat dipakai secara
internasional untuk menilai perkembangan

anak adalah DDST II (Denver

3

Development Screening Test). DDST II merupakan alat untuk menemukan
secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak (Chamidah, 2009).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan riwayat Berat Badan Lahir dengan perkembangan motorik
halus anak usia 2-5 tahun di Posyandu Gonilan Kartasura. Hasil penelitian ini
diharapkan

dapat

memberikan

manfaat


kepada

masyarakat

Indonesia

khususnya kepada ibu sehingga dapat dijadikan metode yang berkualitas untuk
pemantauan perkembangan anak.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubunga riwayat berat badan lahir dengan perkembangan
motorik halus anak usia 2-5 tahun di Posyandu Gonilan Kartasura?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adakah hubungan riwayat berat badan lahir dengan
perkembangan motorik halus anak usia 2-5 tahun di Posyandu Gonilan
Kartasura.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai tambahan pengetahuan dan pemahaman penulis dibidang
penelitian.
b. Menambah referensi penelitian dan menunjang pengembangan wawasan
keilmuan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi posyandu
Memeberikan masukan dan sebagai pertimbangan untuk skrining
masalah perkembangan anak.

4

b. Bagi Masyarakat
1)

Dapat menilai tingkat perkembangan anak sesuai usianya.

2)

Dapat


menilai

menunjukkan

tingkat
gejala,

perkembangan

anak

kemungkinan

adanya

yang

tidak


kelainan

perkembangan.
3)

Dapat memastikan anak yang diduga mengalami kelainan
perkembangan.

4)

Dapat memantau anak yang berisiko mengalami kelainan
perkembangan.

Dokumen yang terkait

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

5 74 101

HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR (BBL) DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 2-5 TAHUN Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir (BBL) Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-5 Tahun Di Posyandu Gonilan Kartasura.

2 21 16

HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR (BBL) DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 2-5 TAHUN Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir (BBL) Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-5 Tahun Di Posyandu Gonilan Kartasura.

1 4 12

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir (BBL) Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-5 Tahun Di Posyandu Gonilan Kartasura.

0 4 8

PENDAHULUAN Hubungan Antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi Seimbang dan Asupan Zat Gizi Makro pada Anak Usia 2-5 Tahun di Posyandu Gonilan Kartasura.

0 2 5

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH POSYANDU GONILAN Hubungan Asupan Mikronutrien dan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Wilayah Posyandu Gonilan.

0 4 17

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BALITA Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Motorik Halus Balita Di Posyandu Gonilan, Kartosuro.

0 5 14

PENDAHULUAN Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Motorik Halus Balita Di Posyandu Gonilan, Kartosuro.

0 3 4

HUBUNGAN ANTARA USIA PENYAPIHAN DENGAN PERKEMBANGANMOTORIK HALUS BALITA USIA 2-5 TAHUN DI POSYANDU ANYELIR Hubungan Antara Usia Penyapihan Dengan Perkembangan Motorik Halus Balita Usia 2-5 Tahun di Posyandu Anyelir Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Su

0 0 14

HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN) DENGAN RIWAYAT BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) TERHADAP TINGKAT PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS DI WILAYAH PUSKESMAS KARANGLEWAS DAN SOKARAJA I

0 0 18