Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

(1)

HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 1-5 TAHUN di POSYANDU

GAMPONG RANTAU PANYANG BARAT KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT

TAHUN 2014

RAUDHATUL JINAN 135102083

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 Abstrak

Raudhatul Jinan

Latar belakang : Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi yang tepat. Disetiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2014. Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik Korelasi dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak 1-5 tahun. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 31 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Accidental Sampling. Pengumpulan data dengan kuesioner dan lembar Denver II. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Analisa data yang digunakan yaitu Univariat dan Bivariat denganmenggunakan Chi-Square.

Hasil : Hasil penelitian mayoritas responden memberikan stimulasi yang baik kepada anak dengan penilaian perkembangan motorik halus yang normal sebanyak 11 orang (35,5%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh terdapat hubungan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak umur 1-5 tahun dengan nilai p 0.000 < 0,05.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pemberian stimulasi berhubungan dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun. Oleh karena itu, disarankan kepada ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun agar dapat melakukan stimulasi untuk perkembangan motorik halus anaknya, sehingga dapat berkembangan secara optimal.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014”.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak memperoleh bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Febrina Oktavinola Kaban, S.ST, M.Keb selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat pada penulis semoga Allah memberikan balasan yang setimpal untuknya.

4. Ibu Hj. Juliani, S.ST, MARS, selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah.

5. Orang Tua dan saudara yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.


(5)

6. Seluruh teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL………... vi

DAFTAR SKEMA... vii

DAFTAR LAMPIRAN……… viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan Khusus ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stimulasi Perkembangan ... 8

1. Pengertian ... 8

2. Stimulasi dalam tumbuh kembang ... 8

3. Prinsip-prinsip tumbuh kembang... 9

4. Stimulasi perkembangan motorik halus ... 9

B. Perkembangan Motorik Halus ... 15

1. Pengertian ... 15

2. Tahapan perkembangan motorik halus anak menurut umur ... 15

3. Denver II ... 17

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konseptual ... 32

B. Hipotesis ... 32


(7)

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian ... 34

B. Populasi dan sampel ... 34

C. Tempat Penelitian ... 35

D. Waktu Penelitian... 35

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37

H. Pengumpulan Data ... 38

I. Pengolahan Data ... 39

J. Analisa Data ... 40

BAB V HASIL & PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 41

B. Hasil Penelitian ... 41

C. Pembahasan ... 47

BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Penelitian... 32 Tabel 3.1 Definisi Operasional... 33 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu

Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014... 42 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Anak

Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014... 43 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian Stimulasi

Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014... 43 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pertaanyaan Pemberian Stimulasi Berdasarkan

Jawaban Responden Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014………. 44 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan Motorik

Halus Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014... 45 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Pemberian

Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014... 46


(9)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 3.1 Kerangka Konseptual... 32


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden Lampiran 2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Lampiran 3 Petunjuk Pengisian Kuesioner & Kuesioner

Lampiran 4 Pelaksanaan Pemeriksaan Motorik Halus dengan Denver II Lampiran 5 Format Denver II

Lampiran 6 Hasil Content Validity Lampiran 7 Master Tabel

Lampiran 8 Hasil Output Data Penelitian Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Lampiran 10 Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 11 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 12 Lembar Jadwal Kegiatan


(11)

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 Abstrak

Raudhatul Jinan

Latar belakang : Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi yang tepat. Disetiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2014. Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik Korelasi dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak 1-5 tahun. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 31 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Accidental Sampling. Pengumpulan data dengan kuesioner dan lembar Denver II. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Analisa data yang digunakan yaitu Univariat dan Bivariat denganmenggunakan Chi-Square.

Hasil : Hasil penelitian mayoritas responden memberikan stimulasi yang baik kepada anak dengan penilaian perkembangan motorik halus yang normal sebanyak 11 orang (35,5%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh terdapat hubungan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak umur 1-5 tahun dengan nilai p 0.000 < 0,05.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pemberian stimulasi berhubungan dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun. Oleh karena itu, disarankan kepada ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun agar dapat melakukan stimulasi untuk perkembangan motorik halus anaknya, sehingga dapat berkembangan secara optimal.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki inteligensi mejemuk sesuai dengan potensi genetiknya (Depkes RI. 2012).

Di Indonesia Jumlah balita (0-4 tahun) laki-laki sebanyak 12.013.416 jiwa dan perempuan sebanyak 11.347.353 jiwa, sehingga bila ditotalkan jumlah balita di Indonesia pada tahun 2012 berjumlah 23.360.769 jiwa. (Profil Kesehatan, 2012).

Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 % dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes RI. 2012).

Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan


(13)

peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita (Maryunani. 2010).

Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan pada “masa kritis”. Melakukan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan skrinning atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orangtua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya (Dinkes Sumbar. 2007)

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Disetiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa sikecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil. (Hirmaningsih. 2010 ).

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa anak di bawah lima tahun. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat merupakan landasan perkembangan berikutnya. Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari (Soetjiningsih).


(14)

Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita (bawah lima tahun) lebih plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang adekuat, kurang stimulasi dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karena masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka balita disebut sebagai “masa keemasan” (golden period), “jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period) (Depkes RI. 2012).

Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Sedangkan perkembangan motorik halus merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi melakukan koordinasi yang cermat, misalnya kemampuan untuk mengambar, memegang sesuatu benda, dan lain-lain. (Maryunani. 2010).

Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan tugas perkembangan anak. Tugas perkembangan anak adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang, keberhasilan pencapaian tugas perkembangan di masa lalu membuat seseorang bahagia dan sukses melalui tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan kegagalan menyebabkan kesedihan pada individu, dicela masyarakat dan kesulitan melalui tugas selanjutnya


(15)

(Maryunani. 2010)

Perkembangan motorik halus secara konsisten berhubungan positif dengan kemampuan kognitif khususnya, dan menjadi alat prediksi dalam prestasi belajar yang rendah. Ada 3 hal yang paling penting dari keterampilan motorik halus: (1) Keterampilan motorik halus dapat membentuk kemampuan dasar anak, (2) keterampilan halus dan membaca memiliki korelasi yang jelas dalam memenuhi semua keperluan mata pelajaran, (3) keterampilan motorik halus memiliki dampak emosional pada perkembangan anak. Heidrun, Albert, Philipp (2008) dalam Sudiarto.

Untuk menilai perkembangan motorik halus di ukur dengan Denver II yang merupakan salah satu alat skrinning perkembangan, alat ini membantu tenaga kesehatan untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan perkembangan yang terjadi pada bayi atau anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun (Suwariyah. 2013).

Stimulasi atau rangsangan sangat dibutuhkan guna memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak sejak masih dalam kandungan. Ketika anak lahir rangsangan harus dilakukan terus-menerus, bervariasi, serta dengan suasana bermain dan kasih sayang sebab, rangsangan yang diberikan oleh orangtua dengan banyak cara dapat menstimulasi seluruh potensi yang dimiliki oleh anak. Anak diberikan stimulasi dengan tidak terburu- buru ataupun memaksakan kehendak pengasuh atau orang tua. Fida & Maya (2012) dalam Kosegeran (2013).

Dari hasil penelitian Yashinta tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi tumbuh kembang dengan perkembangan motorik halus anak usia 3-5 Tahun didapat hasil pengukuran tingkat perkembangan motorik halus


(16)

pada anak usia 3-5 tahun didapatkan bahwa sebagian besar memiliki tingkat perkembangan motorik halus yang baik (47%).

Berdasarkan hasil penelitian Helmy Bety Kosegeran tahun yaitu pengetahuan orang tua tentang stimulasi dini pada anak usia 4-5 tahun di desa Ranoketang Atas tahun 2013 secara umum memiliki perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya dan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua tentang stimulasi dini dengan perkembangan anak usia 4-5 tahun didesa Ranoketang Atas.

Banyak stimulasi yang dapat dilakukan untuk merangsang motorik halus anak. Salah satu penelitian Muslimat (2007) mengutamakan stimulasi dalam bentuk Senam otak (brain gym) meningkatkan motorik halus siswa usia (4-5 tahun) di Raudotul Athfal Baitul Mu’minin (Muslimat 17) Gunungrejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, terdapat perbedaan peningkatan tingkat motorik halus anak usia 4-5 tahun antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Di daerah penelitian sendiri yaitu di Gampong Rantau Panyang Barat anak usia 1-5 tahun berjumlah 53 orang. Sementara dari hasil survey awal yang dilakukan peneliti di daerah tersebut terdapat 3 orang anak yang mengalami gangguan perkembangan pada balita, salah satunya adalah perkembangan motorik halus. Atas dasar beragam teori dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dikemukakan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 1-5 tahun.


(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini “ Adakah Hubungan Pemberian Stimulasi dengan Perkembangan Motorik Halus Anak usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umun

Untuk mengidentifikasi Hubungan Pemberian Stimulasi dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014”. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pemberian stimulasi anak usia 1-5 tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014.

b. Untuk mengidentifikasi perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014.

c. Untuk mengidentifikasi Hubungan Pemberian Stimulasi dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014.


(18)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Bidan

Hasil penelitian ini diharapkan bidan dapat menerapkan pemantauan perkembangan motorik halus anak dalam memberikan asuhan kebidanan. 2. Bagi Mahasiswa Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan terutama dalam mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak dan Asuhan Bayi Neonatus.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan ilmu metodelogi penelitian yang diperoleh di bangku kuliah dan menambah pengetahuan bagi peneliti tentang pemberian stimulasi terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia 1-5 tahun.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau sumber untuk penelitian selanjutnya.


(19)

B AB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemberian Stimulasi 1. Pengertian

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap saat anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu atau pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpanagan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap (Depkes RI. 2012).

2. Stimulasi dalam tumbuh kembang anak

Agar tumbuh dan berkembang secara optimal, selain nutrisi yang baik dan kasih sayang yang cukup, bayi dan balita juga membutuhkan stimulasi yang tepat. Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Semakin dini dan semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya terhadap tumbuh kembang bayi dan balita. Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi dan balita. Seperti saat memandikan, mengganti popok, menyusui, menggendong, meninabobokan atau bermain, ibu atau siapa-pun yang


(20)

merawat bayi atau balita, sebaiknya melakukan stimulasi tumbuh kembang (Maryunani. 2010).

3. Prinsip-prinsip stimulasi tumbuh kembang

Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, yaitu : stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang, selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya, berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak, lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman, lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke 4 (empat) aspek kemampuan dasar anak, gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak, berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan dan yang terakhir anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya (Depkes RI. 2012).

4. Stimulasi perkembangan motorik halus

Menurut Depkes RI (2012) Adapun stimulasi yang tepat diberikan terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia 12-60 bulan, yaitu : a. Stimulasi pada umur 12-15 bulan

1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan adalah memasukkan benda ke dalam wadah, bermain dengan mainan yang mengapung di air, menggambar menyusun kubus dan mainan.

2) Permainan balok, yaitu dengan mengajari anak cara menyusun balok menumpuk ke atas tanpa menjatuhkannya.


(21)

3) Memasukkan dan mengeluarkan benda, yaitu dengan cara mengajari anak cara memasukkan benda-benda ke dalam wadah seperti kotak, pot bunga, botol dan lain-lain.

4) Memasukkan benda yang satu benda lainnya yaitu dengan cara menunjukkan kepada anak cara meletakkan mangkuk yang ukurannya lebih kecil ke mangkuk lebih besar.

b. Stimulasi pada anak umur 15-18 bulan

1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan yaitu : bermain dengan balok-balok, memasukkan benda yang satu ke dalam yang lainnya, menggambar dengan krayon, pensil atau dengan jarinya.

2) Meniup, yaitu dengan cara mengajari anak meniup busa sabun dengan menggunakan alatnya. Bicarakan mengenai bentuk dan bagaimana rasa meraba busa itu.

3) Membuat untaian, yaitu dengan cara mengajari anak membuat untaian benda-benda seperti manik-manik besar, kancing besar, makaroni, dan lain-lain dengan tali sepatu yang cukup kuat.

c. Stimulasi pada anak umur 18-24 bulan

1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan yaitu : dorong agar anak mau main balok-balok, memasukkan benda yang satu ke dalam benda lainnya, menggambar dengan crayon, spidol, pensil berwarna, menggambar pakai tangan.

2) Mengenal berbagai ukuran dan bentuk yaitu dengan cara membuat lubang-lubang dengan ukuran dan bentuk yang berbeda pada sebuah tutup kotak atau kardus.


(22)

3) Bermain puzzle yaitu dengan memberi anak permainan puzzle sederhana yang hanya terdiri dari 2-3 potong saja.

4) Menggambar wajah atau bentuk yaitu dengan cara menunjukkan kepada anak cara menggambar bentuk-bentuk seperti : garis, bulatan, dan lain-lainnya. Pakai spidol, crayon dan lain-lain. Ajarkan juga cara menggambar wajah.

5) Membuat berbagai bentuk dari adonan kue atau lilin mainan yaitu dengan mengajari anak bagaimana cara membuat berbagai bentuk. d. Stimulasi pada anak umur 24-36 bulan

1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan yaitu : mendorong agar mau bermain puzzle, balok-balok, memasukkan benda yang satu kedalam benda lainnya, dan menggambar.

2) Membuat gambar tempelan yaitu dengan membantu anak memotong gambar-gambar majalah tua dengan gunting untuk anak-anak dan kemudian menempelnya dengan menggunakan lem.

3) Memilih atau mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya, yaitu dengan memberikan kepada anak bermacam-macam benda, misalnya : uang logam, berbagai jenis kancing, benda berbagai warna, dan lain-lain. Minta anak memilih dan mengelompokkan benda-benda itu menurut jenisnya. Mulai dengan 2 jenis benda yang berlainan, kemudian sedikit demi sedikit tambahkan jenisnyaa.

4) Mencocokkan gambar atau benda yaitu dengan cara menunjukkan kepada anak cara mencocokkan gambar bola dengan sebuah bola yang sesungguhnya.


(23)

mengelompokkan benda dalam jumlah satu-satu, dua, tiga dan sebagainya.

6) Bermain atau menyusun balok-balok yaitu dengan cara Beli atau buat satu set balok mainan anak. Anak akan main dengan balok-balok itu selama bertahun-tahun. Bila anak anda bertambah besar, anda dapat menambah jumlahnya.

e. Stimulasi pada umur 36-48 bulan 1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan :

Bermain puzzle yang lebih sulit, menyusun balok-balok, menggambar-gambar yang lebih sulit, bermain, mencocokkan gambar dengan benda sesungguhnya dan mengelompokkan benda menurut jenisnya.

2) Memotong, yaitu dengan cara memberi anak gunting, tunjukkan cara menggunting.

3) Membuat buku cerita gambar tempel, yaitu dengan mengajak anak membuat buku ceritera gambar tempel. Gunting gambar dari majalah tua atau brosur, tunjukkan pada anak cara menyusun guntingan gambar tersebut sehingga menjadi suatu cerita yang menarik. Minta anak menempel guntingan gambar tersebut pada kertas dan di bawah gambar tersebut, tulis ceriteranya.

4) Menempel gambar, yaitu dengan cara membantu anak menemukan gambar atau foto menarik dari majalah potongan kertas dan sebagainya. Minta anak menempel gambar tersebut pada karton atau kertas tebal. Gantung gambar itu di kamar anak.


(24)

5) Menjahit, yaitu dengan cara menggunting sebuah gambar dari majalah, tempel pada selembar karton. Buat lubang-lubang di sekeliling gambar tersebut .

6) Menggambar atau menulis , yaitu dengan memberi anak selembar kertas dan pensil. Ajari anak menggambar garis lurus, bulatan, segi empat serta, menulis huruf dan juga ajari anak menulis namanya. 7) Menghitung, yaitu dengan metakkan sejumlah kacang di mangkok

atau kaleng. Ajari anak menghitung kacang dan letakkan kacang tersebut di tempat lainnya.

8) Menggambar dengan jari, yaitu dengan mengajari anak menggambar dengan cat memakai jari-jarinya.

9) Cat air, yaitu dengan memberi anak cat air, kuas dan selembar kertas. Ceritakan bagaimana warna-warna bercampur ketika anak mulai menggunakan cat itu.

10) Mencampur warna, yaitu dengan cara mencampur air ke warna merah, biru dan kuning dari cat air. Beri anak potongan sedotan, ajari anak untuk meneteskan warna-warna itu selembar kertas. Ceritakan bagaimana warna-warna bercampur membentuk warna lain.

11) Membuat gambar tempel, yaitu dengan cara menggunting kertas berwarna menjadi segitiga, segi empat, lingkaran.

f. Stimulasi pada anak umur 48-60 bulan

1) Stimulasi yang perlu dilanjutkkan yaitu : Ajari anak bermain puzzle, menggambar, menghitung dan menggelompokkan, memotong dan menempel gambar.


(25)

2) Konsep tentang “separuh atau satu”, yaitu : bila anak sudah bisa menyusun puzzle, ajak anak membuat lingkaran dan segi empat dari kertas atau karton, gunting dua bagian.

3) Menggambar, yaitu ketika anak sedang menggambar, minta anak membuat gambar, misal : menggambar baju, menggambar pohon, bunga, matahari, pagar pada rumah, dan sebagainya.

4) Mencocokkan dan menghitung, yaitu : bila anak sudah bisa berhitung dan kenal angka kartu yang ditulisi angka 1-10. Letakkan kartu itu di atas meja. Minta anak menghitung benda-benda kecil yang ada di rumah seperti : kacang, batu kerikil, biji sawo.

5) Menggunting, yaitu bila anak sudah bisa memakai gunting tumpul, ajari menggunting kertas yang sudah dilipat-lipat, membuat bentuk seperti rumbai-rumbai, orang, binatang dan sebagainya.

6) Membandingkan besar atau kecil, banyak atau sedikit, berat atau ringan, yaitu dengan mengajak anak bermain menyusun 3 buah piring berbeda atau 3 gelas diisi air dengan isi tidak sama dan menyusun piring atau gelas tersebut dari yang ukuran kecil sedikit ke besar atau banyak atau dari ringan ke berat.

7) Percobaan ilmiah, yaitu dengan menyediakan 3 gelas isi air. Pada gelas pertama tambahkan 1 sendok teh gula pasir dan bantu anak ketika mengaduk gula tersebut. Pada gelas kedua masukkan gabus dan pada gelas ketika masukkan kelereng. Bicarakan mengenai hasilnya anak melakukan “percobaan” ini.

8) Berkebun, yaitu dengan mengajak anak menanam biji kacang tanah atau kacang hijau di dalam gelas aqua bekas yang telah diisi tanah.


(26)

Bantu anak menyiram tanaman tersebut setiap hari. Ajak anak memperhatikan tumbuhannya dari hari ke hari. Bicarakan mengenai tanaman, binatang dan anak-anak tumbuh atau bertambah besar.

B. Perkembangan Motorik Halus 1. Pengertian

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes RI, 2012).

Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh anak. Wong (2009) dalam Budianto ( 2013).

Sedangkan motorik halus adalah keterampilan motorik yang melibatkan gerakan yang lebih diatur dengan halus dengan menggunakan aktifitas otot-otot kecil seperti menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apapun yang memerlukan keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik halus (Santrock. 2007).

2. Tahapan perkembangan motorik halus anak menurut umur

Menurut Wong (2004) setiap tahapan perkembangan motorik halus anak berbeda, yaitu :

a. Pada umur 12 bulan yaitu : anak bisa melepaskan kotak ke dalam cangkir, berusaha untuk membangun dua balok negara tetapi gagal, mencoba untuk memasukkan butir-butir ke dalam leher botol yang


(27)

sempit tapi gagal, dapat membalikkan halaman buku, banyak dalam sekali waktu.

b. Pada umur 15 bulan yaitu : secara spontan anak dapat menjatuhkan objek ke lantai, membangun menara dari dua kotak, memegang dua kotak dalam satu tangan, melepaskan butir-butir ke dalam leher botol yang sempit, mencoret-coret secara spontan dan menggunakan cangkir dengan baik tetapi memutarkan sendok.

c. Pada umur 18 bulan yaitu : membangun menara tiga sampai empat kotak, membalik halaman dalam buku, dua atau tiga lembar sekaligus, sekaligus dalam menggambar, membuat tekanan sesuai tiruan dan mengantur sendok tanpa memutar.

d. Pada umur 24 bulan yaitu : membangun menara dengan enam sampai tujuh kotak, menyusun dua atau lebih kotak menyerupai kereta, membalik halaman buku pada sekali waktu dalam menggambar, meniru tekanan vertikal dan melingkar, memencet bel pintu dan diikuti salam.

e. Pada umur 30 bulan yaitu : membangun menara 8 kotak, menambahkan lubang asap pada kereta dari kotak, koordinasi jari baik, memegang crayon dengan jari bukan menggenggamnya, mengerakkan jari secara mandiri, menggambar, meniru tekanan vertikal dan horizontal.

f. Pada umur 36 tahun yaitu : dalam menggambar meniru lingkaran, menyebutkan apa yang telah digambarkan, tidak dapat menggambar tongkat tetapi dapat membuat lingkaran dengan gambaran wajah.


(28)

g. Pada umur 48 tahun yaitu : menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar dengan baik mengikuti garis, dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat talinya, dalam menggambar menyalin bentuk kotak.

h. Pada umur 60 tahun yaitu : mengikat tali sepatu dengan menggunakan gunting, alat sederhana, atau pensil dengan sangat baik, dalam menggambar meniru gambar permata dan segitiga, menambahkan 7 sampai 9 bagian dari gambar garis, mencetak beberapa huruf, angka, atau kata seperti nama panggilan.

3. DDST II (Denver Development Skrinning Test) a. Pengertian

DDST II (Denver Development Skrinning Test) atau Denver II adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan bayi atau anak usia 0-6 tahun yang dilakukan secara berkala dengan dengan 125 tugas perkembangan. Denver II lebih menyeluruh tapi ringkas, sederhana dan dapat diandalkan, yang terbagi dalam 4 (empat) sektor, yakni : sektor personal sosial (kemandirian bergaul), sektor fine motor adaptive (gerakan-gerakan halus), sektor language (bahasa), dan sektor cross motor (gerakan-gerakan kasar).

Setiap tugas perkembangan digambarkan dalam bentuk kotak bentuk kotak persegi panjang horizontal yang berurutan menurut umur dalam format Denver II. Pada umunya setiap pelaksanaan tes, tugas perkembangan yang perlu diperiksa pada setiap kali skrinning hanya berkisar 25-30 item, sehingga hanya memakan waktu 15-20


(29)

menit. b. Tujuan

Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain ; 1) Untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan. 2) Untuk mengatasi secara dini bila ditemui kelainan.

3) Menilai tingkat perkembangan bayi atau anak sesuai dengan usianya.

4) Menilai tingkat perkembangan bayi atau anak yang tampak sehat. 5) Menilai tingkat perkembangan bayi atau anak yang tidak

menunjukkan gejala kemungkinan adanya kelainan perkembangan.

6) Memastikan bayi atau anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.

7) Memantau bayi atau anaka berisiko mengalami kelainan perkembangan, misalnya bayi atau anak dengan masalah perinatal (selama kehamilan).

8) Menjaring bayi atau anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelainan perkembangan.

c. Manfaat pemeriksaan Denver II

1) Mengetahui tahap perkembangan yang dicapai bayi atau anak. 2) Menemukan adanya keterlambatan perkembangan bayi atau anak

sedini mungkin.

3) Meningkatkan kesadaran orangtua atau pengasuh agar menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan bayi atau anak.


(30)

d. Penentuan garis usia

Pada garis horizontal teratas dan terbawah pada format Denver II, terdapat skala usia dalam bulan dan tahun yang dimulai dari bayi atau anak lahir hingga 6 tahun.

Keterangan garis tegak kecil pada garis skala usia adalah :

1) Pada usia 0-24 bulan, jarak antara 2 tanda (garis tegak kecil) adalah 1 bulan.

2) Setelah usia 24 bulan sampai dengan usia 6 tahun, jarak antara 2 tanda adalah 3 bulan (Suwariyah. 2013)

e. Interpretasi Skor Denver II

1) Lebih, yaitu anak mampu melakukan tugas perkembangan “lulus” item uji tugas perkembangan sebelah kanan garis usia.

2) Normal, yaitu anak “gagal” atau “menolak” melakukan untuk item di sebelah kanan garis usia (persentil 25%-75%).

3) Peringatan, yaitu anak “gagal” atau “menolak” pada uji item tugas perkembangan (persentil 75-90%)

4) Keterlambatan, anak “gagal” atau “menolak” pada uji item tugas perkembangan.

5) Tidak ada kesempatan, yaitu orang tua atau pengasuh melaporkan bahwa anak tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan. (Wong et al, 2009).

f. Sektor pergerakan motorik halus

Sektor pergerakan motorik haus terdiri dari 29 item, yang dimulai dari no urut 26-54 dari sektor perkembangan motorik, yaitu :


(31)

26. Mengikuti ke garis tengah

P : Anak diterlentangkan. Pegang bola benang merah pada jarak 6 inch (20 cm) dari muka si anak, goyangkan untuk menarik perhatiannya. Kemudian dengan perlahan-lahan gerakkan melengkung (pola setengah lingkaran) dari satu sisi ke sisi lain. Bila perlu hentikan sejenak untuk memancing perhatian, kemudian dilanjutkan lagi.

S : Lulus apabila anak mampu mengikuti dengan matanya sampai ke titik tengah garis setengah lingkaran (kepala dan mata anak tampak menoleh ke kiri dan ke kanan menyesuaikan dengan pergerakkan benang merah). Yakinkan bahwa anak telah betul-betul terarik perhatiannya sebelum di nilai gagal (failure).

27. Mengikuti lewat garis tengah P : Pemeriksaan seperti No. 26

S : Lulus bila anak mengikuti gerakan benang dengan mata atau kepalanya sampai melewati garis tengah, setengah lingkaran (jika lulus mengikuti melewati garis tengah, juga lulus mengikuti ke garis tengah.

28. Memegang icik-icik

P : Sentuhkan tangkai giring-giring (kericikan/kerincingan) pada ujung jari atau punggung tangan anak pada waktu anak diterlentangkan, dipangku atau digendong orangtuanya.


(32)

S : Lulus bila anak meraih dan memegang icik-icik selama beberapa detik.

29. Tangan bersentuhan

P : Tidurkan anak terlentang (tidak digendong dilengan ibu). Perhatikan apakah kedua tangannya diangkat bersama-sama ke garis tengah tubuhnya melewati dagu dan mulut.

S : Lulus bila anak mengangkat kedua tangannya bersama-sama menuju ke garis tengah tubuh.

30. Mengikuti 180 derajat

P : Merujuk pada item motorik halus No. 26 Lihat petunjuk pelaksanaan No. 5

S : Lulus bila anak dapat mengikuti benang dengan kepala dan matanya dengan menyusuri pola setengah lingkaran dari satu sisi tubuh ke sisi tubuh yang lain.

(Jika lulus mengikuti 180, anak juga lulus melewati garis tengah dan mengikuti ke garis tengah).

31. Mengamati manik-manik

P : Anak dipangku orangtua sedemikian rupa sehingga tangan anak terletak di meja. Kemudian jatuhkan manik-manik atau kismis atau penggantinya tepat di depan si anak pada jarak yang mudah dijangkau. Pemeriksa boleh menunjuk atau menyentuh manik-manik atau kismis tersebut untuk menarik perhatiannya.


(33)

(Sebaiknya manik-manik diletakkan pada tempat yang berwarna kontras, seperti selembar kertas putih).

S : Lulus bila anak melihat ke arah benda tersebut. Gagal bila anak melihat ke jari atau tangan pemeriksa.

32. Meraih

P : Anak dipangku orangtuanya sedemikian rupa sehingga sikunya sejajar dengan meja dan meletakkan tangannya di atas meja. Letakkan mainan pada jarak yang mudah dijangkau si anak, kemudian suruh mengambilnya.

(Jenis mainan icik-icik atau benang merah).

S : Lulus bila anak berusaha meraihnya dengan mengulurkan tangan ke arah objek. Tidak perlu harus menyentuh atau benar-benar berhasil mengambilnya.

33. Mencari benang

P : Anak dipangku orangtuanya, tariklah perhatian si anak ke arah benang merah (benang wol merah) yang dipegang oleh pemeriksa. Bila si anak sudah melihatnya jatuhkan bola benang tersebut tanpa merubah posisi tangan. (Seolah-olah benang menghilang). Ulangi jika respon anak tidak jelas. Lihat petunjuk pelaksanaan No. 7

S : Lulus bila perhatian anak tetap kepada benang merah tersebut dan berusaha mencari kemana benang merah tersebut jatuh (ke arah bawah atau ke lantai).


(34)

34. Menggaruk manik-manik

P : Anak didudukkan dipangkuan orangtua sehingga sikunya sejajar dengan meja dan kedua tangan berada di atas meja, jatuhkan satu manik-manik di depan anak yang mudah

dijangkau anak. Pemeriksa dapat menunjuk atau menyentuh manik-manik untuk menarik perhatian anak.

S : Lulus bila anak mengambil manik-manik dengan

menggunakan gerakan seluruh tangan. (Pastikan manik-manik tidak melekat tapi tampak jelas kalau anak mengambilnya0. 35. Memindahkan kubus

P : Anak memindahkan kubus dari satu tangan ke tangan yang lain. Berikan anak sebuah kubus lalu berikan satu lagi pada tangan yang sama, anak akan memindahkan kubus pertama ke tangan yang lain sehingga ia dapat mengambil kubus yang kedua.

Lihat petunjuk pelaksanaan No. 8

S : Lulus bila anak memindahkan kubus dari satu tangan ke tangan yang lain, tanpa menggunakan anggota tubuhnya (badan, mulut atau meja secara bersamaan).

36. Mengambil 2 kubus

P : Letakkan 2 kubus di atas meja di depan si anak. Suruhlah anak tersebut mengambil kubus itu dengan menarik perhatiannya atau dengan gerakkan. Pada pemeriksaan ini tidak boleh diambilkan. (Anak harus mengambil sendiri).


(35)

S : Lulus bila anak mengambilnya dan memegang dengan kedua belah tangan secara bersamaan masing-masing satu kubus). 37. Memegang dengan ibu jari dan jari telunjuk

P : Anak dipangku orangtuanya sedemikian rupa, sehingga ia dapat meletakkan tangannya di meja. Jatuhkan manik-manik atau kismis atau pengganti lainnya yang sejenis tepat di depan anak pada jarak yang mudah dijangkau. Perhatikan cara anak mengambil benda tersebut. Pemeriksa boleh memberi contoh.

Lihat petunjuk pelaksanaan No. 9

S : Lulus bila si anak mengambil benda dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Juga bisa dinilai lulus bila anak mengambil benda dengan menggunakan ibu jari dan beberapa jari (jika lulus memegang dengan ibu jari dan jari telunjuk maka anak juga lulus mengaruk manik-manik.

38. Membenturkan 2 kubus

Pemeriksaan dapat dinilai dari laporan orangtua atau pengasuh. P : Berikan satu kubus di tangan kiri dan satu kubus lain di tangan

kanan anak. Usahakan supaya si anak memukul-mukulkan kedua kubus tersebut satu sama lain. Pada pemeriksaan ini pemeriksa boleh memberi contoh, tetapi tidak boleh membantu dengan menggerakkan tangan atau menyentuh tangan si anak.

Jika tidak teramati, tanyakan kepada orangtua “Apakah anak dapat membenturkan benda yang lebih kecil bersama-sama


(36)

dalam satu waktu?”.

S : Lulus bila anak bisa mengerjakan dengan memegang kubus masing-masing tangannya. Bila pemeriksaan tidak berhasil, tanyakan kepada orang tua apakah anak dapat membenturkan benda yang lebih kecil bersama-sama dalam satu waktu. (Membenturkan benda yang lebih besar seperti tutup panci tidak

diberi skor lulus). 39. Menaruh kubus di cangkir

P : Letakkan 3 kubus dan sebuah cangkir di ats meja dan dihadapkan anak. Dorong anak untuk memasukkan kubus ke dalam cangkir dengan memberikan contoh dan aba-aba. Pemberian contoh perlu diulangi beberapa kali).

S : Lulus bila anak memasukkan kubus ke dalam cangkir (minimal 1 kubus masuk dalam cangkir dan membiarkan yang lain).

40. Mencoret-coret

P : Letakkan kertas dan pensil di ats meja di depan anak, pada jarak yang mudah dijangkau. Bila perlu pemeriksa boleh memberikan pensil ke tangan anak dan memotivasi anak untuk mencoret-core. (pemeriksa jangan memberikan contoh bagaimana cara mencoret, perhatikan keamanan anak selam pemeriksaan terutama mata dan mulut selama penggunaan pensil).

S : Lulus bila anak membuat coretan pada kertas. Coretan yang tidak disengaja dinyatakan gagal.


(37)

41. Ambil manik-manik

P : Contohkan pada anak 2-3 kali uuntuk mengeluarkan manik- manik dari botol, kemudian minta anak untuk

mengulanginya. (Jangan menggunakan kata-kata buang atau tumpahkan).

S : Lulus bila anak mengeluarkan manik-manik dari botol, atau mengambil kemudian mengeluarkan dari botol.

42. Menara dari 2 kubus

P : Anak didudukkan di dekat meja, dengan posisi lengan sejajar meja dan kedua tangan berada di atas meja. Letakkan kubus-kubus (balok-balok mainan) di atas meja. Pemeriksa menstimulasi anak untuk menyusunnya dengan memberi contoh setinggi mungkin. Bila perlu pemeriksaan diulangi sampai 3 kali.

S : Lulus bila anak menyusun 2 balok, dengan meletakkan 1 kubus di atas kubus yang lainnya dan tidak jatuh.

43. Menara dari 4 kubus

P : Cara pemeriksaan seperti No. 42

S : Lulus bila anak bisa menyusun 4 buah kubus, dengan meletakkan 1 kubus di atas kubus lainnya sehingga tersusun sampai 4 kubus dan tidak jatuh. (Jika lulus menara dari 4 kubus, anak juga lulus menara dari 2 kubus).

44. Menara dari 6 kubus


(38)

S : Lulus bila anak menyusun 1 kubus di atas kubus lainnya sampai 6 buah kubus dan tidak jatuh. (Jika lulus menara dari 6 kubus, anak juga lulus menara dari 4 kubus dan menara dari 2 kubus).

45. Meniru

P : Anak didudukkan atau dipangku orangtua, diatur sedemikian rupa sehingga posisinya sesuai dan nyaman untuk menulis. Berikan kertas dan pensil pada si anak dan mintalah kepadanya untuk mengambar garis sesuai dengan contoh yang diberikan oleh pemeriksa yaitu garis vertikal, tunjukkan bagaimana menggambar garis vertikal, tunjukkan bagaimana menggambar garis vertikal pada anak. Pemeriksa tidak boleh memegang tangan anak, percobaan dapat dilakukan 3 kali.

Lihat petunjuk pelaksanaan No. 10

S : Lulus bila anak menggambar 1 garis atau lebih yang vertikal pada kertas, paling sedikit sepanjang 1 inch (2,5 cm) dan persimpangannya atau sudut kemiringannya tidak lebih dari 30°. Garis tidak harus sempurna, lurus dan tegak.

46. Menara dari 8 kubus

P : Merujuk pada item motorik halus No. 42

S : Lulus bila anak meletakkan 1 kubus di atas kubus lainnya sehingga tersusun sampai 8 kubus dan tidak jatuh saat anak memindahkan tangannya. (Lulus menara dari 8 kubus, maka anak juga lulus menara dari 6 kubus, menara dari 4 kubus


(39)

dan menara dari 2 kubus). 47. Menggoyangkan ibu jari

P : Contohkan pada anak dengan menggunakan 1 atau 2 tangan untuk membuat genggaman dengan posisi ibu jari mengarah ke atas. Ayun-ayunkan ibu jari anda ke kana ke kiri (hanya ibu jari). Katakan kepada anak untuk menggerakkan ibu jari dengan cara yang sama. Jangan membantu anak dengan meletakkan posisi tangan anak. Pemeriksa dapat mengatakan kepada anak untuk membuat seperti genggaman.

Lihat petunjuk pelaksanaan No. 11

S : Lulus bila anak dapat menggerakkan ibu jari dengan 1 tangan atau 2 tangan tanpa membuat gerakkan pada jari lainnya. 48. Mencontoh O (lingkaran) (Copy O)

P : Berikan kepada anak sebuah pensil dan selembar kertas. Tunjukan kepada anak gambar lingkaran dipetunjuk pelaksanaan (belakang lembar Denver II).

Katakan pada anak “buat 1 gambar yang sama seperti gambar ini!”.

(Pemeriksa tidak menyebutkan bentuk gambar dan menggerakkan jari atau pensil untuk menunjukkan bagaimana cara membuat lingkaran). Tes dapat dilakukan 3 kali.

Lihat petunjuk pelaksanaan No. 12

S : Lulus bila anak menggambar beberapa bentuk yang mendekatiatau sangat mendekati lingkaran yang tertutup.


(40)

(Gagal jika garis berkelanjutan sehingga membentuk spiral). 49. Menggambar orang : 3 bagian

P : Berikan pada anak sebuah pensil dan selembar kertas, katakan pada anak untuk menggambar seseorang (laki-laki atau perempuan, ayah, ibu, dan lain-lain). Pastikan anak telah menyelesaikan gambarnya sebelum gambar di nilai.

Lihat petunjuk pelaksanaan No. 16

S : Lulus bila anak menggambar 3 atau lebih bagian tubuh. Bagian yang sepasang dinilai sebagai 1 bagian (misal : mata, telinga, tangan, dll). Untuk mendapatkan nilai, kedua pasangan itu haruslah digambarkan, kalau gambar itu tidak berprofil (dimana gambar hanya 1 mata, 1 telinga, dan lain-lain, maka tidak mendapatkan nilai). Kecuali gambarnya dalam bentuk permukaan (dalam kasus hanya ada 1 mata atau telinga, maka mendapat nilai).

50. Mencontoh + (Tanda Plus) (Copy +)

P : Berikan pada anak pensil dan kertas, tunjukkan pada anak gambar tanda + di belakang lembar tes. Tanpa menyebutkan bentuk gambar atau menggerakkan jari atau pensil untuk menunjukkan cara membuatnya, katakan pada anak “buat satu gambar yang sama seperti gaambar ini!” tes dapat dilakukan 3 kali.

S : Lulus bila anak menggambar 2 garis yang saling berpotongan, setidaknya mendekati titik tengah. Garis tidak perlu benar-benar lurus, yang penting berpotongan.


(41)

51. Memilih garis yang lebih panjang

P : Pastikan petunjuk pelaksanaan (bagian belakang format Denver II) dalam posisi vertikal. Perlihatkan 2 garis paralel yang berbeda panjangnya pada petunjuk pemeriksaan.

1. Tanyakan kepada anak “garis mana yyang lebih panjang?” (Jangan katakan yang lebih besar).

2. Setelah anak menunjuk sebuah garis, ulangi pemeriksaan dengan merubah letak (memutar lembar petunjuk pemeriksaan ke samping 90° dan tanyakan kembali.

3. Kemudian putar lagi ke bawah 180° dan ulangi pertanyaan. Paling sedikit diulangi 3 kali).

Lihat petunjuk pelaksanaan No. 13

S : Lulus bila ketiga-tiganya benar. Bila salah satu salah, ulangi pemeriksaan 3 kali lagi. Bila 5 diantara 6 pemeriksaan benar maka juga dinyatakan lulus. Selain hasil-hasil tersebut dinyatakan gagal.

52. Mencontoh di tunjukkan

P : Laksanakan item 54 (mencontoh) sebelum melaksanakan item ini, bila anak tidak dapat mencontoh, tunjukkan kepada anak cara menggambar, pertama-tama dengan cara menggambar 2 sisi yang berlawanan (parallel) kemudian 2 sisi perlawanan lain (bukan menggambar emapat persegi dengan arah gerakan kontinyu atau berkelanjutan). Tes dapat dilakukan 3 kali Lihat petunjuk pelaksanaan No. 15


(42)

yang lurus sehingga membentuk 4 sudut. Sudut dapat dibentuk dari garis yang berpotongan, tetapi sudut harus sesuai (bukan melingkar atau tajam), panjang sebaiknya. Jangan melebihi 2 kali lebar.

53. Menggambar orang : 6 bagian

P : Merujuk pada item motorik halus No. 49

S : Lulus bila anak menggambar 6 bagian tubuh atau lebih, dengan ketentuan sama dengan item motorik halus No. 49. 54. Mencontoh

P : Berikan pada anak pensil dan kertas, tunjukkan pada anak gambar empat persegi di belakang lembar tes. Tanpa menyebutkan bentuk gambar atau menggerakkan jari atau pensil untuk menunjukkan cara membuatnya, katakan pada anak “buat satu gambar yang sama seperti gambar ini!” tes dapat dilakukan 3 kali.

Lihat petunjuk pelaksanaan No. 15

S : Merujuk pada syarat lulus item motorik halus No. 52 (Suwariyah. 2013).


(43)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan “Hubungan Pemberian Stimulasi dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat”. Berdasarkan tinjauan yang akan dibahas, untuk memperjelas arah penelitian ini dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 1-5 tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2014.


(44)

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel Penelitian

N o

Variabel Penelitian

Definisi

Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur

Skala ukur 1. Pemberian

stimulasi

Pemberian stimulasi adalah suatu kegiatan untuk

merangsang kemampuan dasar anak anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan

berkembang secara optimal

Kuesioner Mengisi kuesioner

a. Baik (0-13)

b. Cukup (14-27)

c. Kurang(28-40)

Ordinal

2. Perkembangan motorik halus Perkembangan motorik yang hanya melibatkan otot-otot halus saja. Lembar Denver II

Observasi 2= Normal 1= Dicurigai 0= Tidak dapat diuji


(45)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis, dan logis. Istilah ilmiah di sini diartikan kebenaran pengetahuan yang didasarkan pada fakta empiris, yang diperoleh dari penyelidikan secara berhati-hati dan bersifat objektif (Notoatmodjo. 2012, hal. 24).

Jenis penelitian bersifat analitik korelasi yang dilakukan dengan cara pendekatan secara cross sectional merupakan rancangan penelitian yang dilakukan hanya pada satu periode tertentu dan pengambilan sampel dilakukan dalam sekali waktu saja, tidak ada pengulangan dalam pengambilan data, dimana responden hanya mendapat satu kali kesempatan untuk menjadi responden.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak berusia 1-5 tahun dan anak yang berusia 1-5 tahun di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah 53 orang.

2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dilakukan secara seadanya oleh peneliti sesuai dengan jumlah yang hadir pada saat dilakukan penelitian di


(46)

Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, dengan menggunakan metode Accidental Sampling yang berjumlah 31 orang.

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Alasan saya mengambil tempat penelitian tersebut adalah karena pada saat saya survey awal saya menemukan adanya masalah perkembangan anak umur 3 tahun, salah satunya adalah masalah perkembangan motorik halus.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Oktober 2013 sampai Juni 2014. Dalam kurun waktu tersebut telah dilakukan pengambilan dan pengolahan data yang meliputi : penelusuran kepustakaan, pengajuan judul, bimbingan dan seminar proposal sampai sidang KTI.

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik yaitu : peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur peneliti. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.


(47)

Confidentiality (kerahasiaan) catatan mengenai data responden juga dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden (anonimity) pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka. Sedangkan lembar Denver II sudah baku. Peneliti mengkonsultasikan kuesioner kepada pembimbing sehingga responden hanya memilih jawaban yang telah ada. Alat pengumpulan data ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :

1. Bagian pertama yaitu identitas yaitu No. responden, umur, pendidikan, pekerjaan, dan tanda tangan.

2. Bagian kedua yaitu tentang pemberian stimulasi sebanyak 20 pertanyaan. 3. Bagian ketiga yaitu penilaian perkembangan motorik halus dengan

menggunakan Denver II.

Dimana untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan sebagai berikut: a. Pertanyaan tentang pemberian stimulasi terdiri dari 20 pertanyaan dengan

tipe checklist untuk mengidentifikasi pemberian stimulasi terhadap perkembangan motorik halus anak. Dalam penelitian ini pemberian stimulasi diukur berdasarkan kategori baik, cukup dan kurang. Bila jawaban “diberikan” diberi score 2, jika jawaban “tidak diberikan” diberi score 1 dan jika jawaban “belum diberikan” diberi score 0. Berdasarkan rumus statistik :


(48)

� = R Banyak Kelas

P = Panjang kelas interval

R = Selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah R = Selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah

Banyak kelas = banyaknya kelompok/lebar interval yakni baik dan tidak baik. Maka diperoleh skor sebagai berikut:

1) Jika skor 0-13, maka Pemberian stimulasi kurang 2) Jika skor 14-27, maka Pemberian stimulasi cukup 3) Jika skor 28-40, maka Pemberian stimulasi baik b. Interpretasi Uji

Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes menurut Wong (2009) dikategorikan menjadi tiga yaitu :

a. Normal

Tidak ada keterlambatan dan maksimal hanya ada satu peringatan. b. Dicurigai

Satu atau lebih keterlambatan dan atau dua atau lebih peringatan. c. Tidak dapat diuji

Menolak satu atau lebih butir seluruhnya pada sebelah kiri garis usia atau lebih dari satu butir yang bersilangan dengan garis usia.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji validitas instrumen dengan cara conten validityyaitu dengan cara memberikan kuesioner kepada


(49)

orang yang lebih ahli dalam bidangnya (pakar). Tujuannya adalah untuk mendapatkan alat ukur yang sahih atau dapat dipercaya keabsahannya sehingga memenuhi kriteria untuk mengukur pemberian stimulasi. Dari hasil conten validity didapatkan nilai CVI dari 20 pertanyaan adalah 0,9. 2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas ini dihitung dengan rumus cronbach alpha menggunakan program SPSS 17,0 for windows. Hasil uji reliabilitas untuk item pertanyaan pemberian stimulasi memiliki nilai koefisien reliabilitas (0,976), maka dinyatakan reliabel.

H. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti setelah mendapat surat izin penelitian dari Program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin kepada Kepala Desa Gampong rantau Panyang Barat, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Desa Gampong rantau Panyang Barat. Setelah mendapat persetujuan maka peneliti menjumpai bidan yang bertugas di desa tersebut dan menjelaskan tentang prosedur penelitian, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuesioner kepada respoden. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian.

Setelah mendapat persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed concent, pengumpulan data dimulai. Peneliti memberikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada responden yang terdiri dari kuesioner. Selanjutnya peneliti mengamati anak umur 1-5 tahun (responden) perkembangan motorik halus dengan menggunakan


(50)

format Denver II. Kemudian peneliti mencheklist dan menganalisa data. Setelah selesai pengisian, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data, jika ada data yang kurang atau belum diisi maka dapat langsung dilengkapi.

I. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan pengolahan data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) , data yang didapat lalu diolah dengan langkah – langkah berikut:

1. Pengeditan data (editing)

Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan, apakah data tersebut sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan penilaian ulang, maka kuisioner tersebut dikeluarkan (droup out).

2. Pemberian kode (coding)

Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, nomor pertanyaan dan penilaian Denver II. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

3. Memasukan data (data entry)

Kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam kolom atau kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban pertanyaan dan penilaian lembar Denver II.


(51)

4. Tabulasi (Tabulating)

Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yaang diinginkan oleh peneliti.

5. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

J. Analisa Data

Analisa data dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing responden, lalu ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Statistik univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden variabel independent dan variabel dependent

2. Statistik bivariat

Statistik bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan adanya hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, hal : 271). Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi square (X2), dengan nilai kemaknaan (α= 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai X2 hitung > X2 tabel atau nilai probalitas (ρ) < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima, yaitu ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan apabila nilai X2 hitung < X2 tabel atau nilai probalitas (ρ) > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(52)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Gampong Rantau Panyang Barat merupakan sebuah Desa yang berada di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Ibukota Meulaboh Provinsi Aceh. Dengan luas wilayah sekitar 1.431 km², terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu : Dusun Adil, Dusun Makmur & Dusun Sejahtera. Yang mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Mesjid Tuha b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Ujung Tanjung c. Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Seberang

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Rantau Panyang Timur

Jumlah penduduk di Gampong Rantau Panyang Barat sebanyak 605 jiwa yang terdiri dari :

a. Jumlah Laki-laki : 294 jiwa b. Jumlah Perempuan : 311 jiwa

B. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai hubungan pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun di posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Jumlah responden yang didapatkan sebanyak 31 responden, yang kemudian dinilai dengan menggunakan instrumen kuisioner dan lembar Denver II.


(53)

1. Analisis Univariat

Merupakan analisis data yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian ke dalam tabel distribusi frekuensi.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 (n = 31)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%) Umur

20-30 Tahun 12 38,7

31-40 Tahun 19 61,3

Pendidikan SD SMP SMA PT 9 5 11 6 29,0 16,1 35,4 19,4 Pekerjaan PNS Non PNS 8 23 25,8 74,2

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil penelitian dari 31 responden ibu, mayoritas responden berumur 31-40 tahun sebanyak 19 orang (61,3%), tingkat pendidikan responden mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (35,4%), dan mayoritas responden memiliki pekerjaan Non PNS (IRT & Swasta) sebanyak 23 orang (74,2%).


(54)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Anak Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 (n = 31)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%) Umur

12 < 24 bulan 24 < 35 bulan 36 < 47 bulan 48 - 60 bulan

7 7 10 7 22,6 22,6 32,2 22,6 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 18 13 58,1 41,9

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil penelitian dari 31 responden anak, mayoritas responden berumur 36-48 bulan sebanyak 10 orang (32,2%), sedangkan mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan sebanyak 18 orang (58,1%).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian Stimulasi Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 (n = 31)

No Pemberian

Stimulasi Frekuensi (f) Persentase (%) 1 2 3 Baik Cukup Kurang 11 13 7 35,5 41,9 22,6

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil penelitian dari 31 responden ibu, mayoritas pemberian stimulasi dalam kategori cukup sebanyak 13 orang (41,9%).


(55)

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pertaanyaan Pemberian Stimulasi Berdasarkan Jawaban Responden Di Posyandu Gampong Rantau Panyang

Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 (n = 31)

No Pertanyaan

Pilihan Jawaban Belum diberikan Tidak diberikan Diberikan

f % f % f %

1 Pada umur 12 - ≤ 24 bulan, adakah ibu mengajari anak memasukkan sesuatu benda kedalam tempat dan mengeluarkannya ?

- - 7 22,6 24 77,4 2 Pada umur 12 - ≤ 24 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak bermain dengan kotak atau balok dan menyusunnya ?

- - 7 22,6 24 77,4 3 Pada umur 12 - ≤ 24 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak menggambar bentuk-bentuk seperti garis, bulatan dan lain-lain ?

- - 8 25,8 23 74,2 4 Pada umur 12 - ≤ 24 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak meniup busa sabun ketika mandi atau bermain dengan air ?

- - 11 35,5 20 64,5 5 Pada umur 12 - ≤ 24 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak menggambar dengan menggunakan cat cair atau pensil warna ?

- - 8 25,8 23 74,2 6 Pada umur 24 - ≤ 36 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak cara meletakkkan kotak di atas kotak yang lain tanpa menjatuhkannya ?

7 22,6 9 29,0 15 48,4 7 Pada umur 24 - ≤ 36 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak cara

mengelompokkan suatu benda dalam jumlah satu, dua, tiga dan sebagainya ?

8 25,8 8 25,8 15 48,4 8 Pada umur 24 - ≤ 36 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak memilih atau menggabungkan benda menurut jenisnya ?

7 22,6 9 29,0 15 48,4 9 Pada umur 24 - ≤ 36 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak menyusun balok atau kotak ?

7 22,6 11 35,5 13 41,9 10 Pada umur 24 - ≤ 36 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak

mencocokkan gambar dengan benda sesungguhnya ?


(56)

11 Pada umur 36 - ≤ 48 bulan, apakah ibu ada mengajari anak memotong dengan mengunakan gunting mainan ?

14 24,2 3 9,7 14 24,2 12 Pada umur 36 - ≤ 48 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak membuat

cerita dalam bentuk gambar ? 14 24,2 8 25,8 9 29,0 13 Pada umur 36 - ≤ 48 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak menggambar dengan memakai jari-jarinya ?

14 24,2 6 19,4 11 35,5 14 Pada umur 36 - ≤ 48 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak menulis atau menggambar ?

14 24,2 7 22,6 10 32,3 15 Pada umur 36 - ≤ 48 bulan, apakah

ibu ada mengajari anak menghitung benda ?

14 24,2 7 22,6 10 32,3 16 Pada umur 48-60 bulan, apakah ibu

ada mengajari anak menggambar pohon, bunga dan sebagainya ?

23 74,2 - - 8 25,8 17 Pada umur 48-60 bulan, apakah ibu

ada mengajari anak berhitung ? 23 74,2 3 9,7 5 16,1 18 Pada umur 48-60 bulan, apakah ibu

ada mengajari anak membuat lingkaran dan segi empat ?

23 74,2 4 12,9 4 12,9 19 Pada umur 48-60 bulan, apakah ibu

ada mengajari anak berkebun, seperti mengajak menanam bunga dan sebagainya ?

23 74,2 4 12,9 4 12,9 20 Pada umur 48-60 bulan, apakah ibu

ada mengajari anak membandingkan besar atau kecil ?

23 74,2 6 19,4 2 6,5

Berdasarkan tabel di atas diperoleh mayoritas responden menjawab pertanyaan belum diberikan adalah soal no. 16, 17, 18, 19, 20 sebanyak 23 orang (74,2%), tidak diberikan adalah soal no. 4, 9, 10 sebanyak 11 orang (35,5%), dan diberikan adalah soal no. 1 dan 2 sebanyak 24 orang (77,4%).


(57)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun Di Posyandu Gampong Rantau

Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2014 (n = 31)

No Pemberian Stimulasi Frekuensi (f) Persentase (%) 1

2 3

Normal Dicurigai Tidak dapat diuji

15 9 7 48,4 29,0 48,4

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil penelitian dari 31 responden anak, mayoritas perkembangan motorik halus anak dalam kategori normal sebanyak 15 orang (48,4 %).

2. Analisis Bivariat

Merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kedua variabel, yaitu dengan menyilang antara variabel dependent dan variabel independent.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun

Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten

Aceh Barat Tahun 2014 (n = 31)

No. Pemberian

Stimulasi

Perkembangan motorik halus Jumlah

P Value

T.dapat

diuji Dicurigai Normal F %

F % F % F %

1.

Kurang 7 22,6 0 0 0 0 7 22,6

0,000

2. Cukup 0 0 9 29,0 4 12,9 13 41,9

3. Baik 0 0 0 0 11 35,5 11 35,5


(58)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil mayoritas responden memberikan stimulasi baik kepada anak dengan penilaian perkembangan motorik halus yang normal sebanyak 11 orang (35,5%).

Berdasarkan hasil uji chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 (95%), maka didapatkan p < α (0,000 < 0,05) berarti Ho ditolak. Hal ini secara statistic menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun.

C. Pembahasan

1. Interpretasi dan diskusi hasil

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang “Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014”.

a. Pemberian stimulasi anak usia 1-5 tahun di posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

Pemberian stimulasi merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perkembangan seseorang, terbukti bahwa perkembangan yang didasari oleh stimulasi akan lebih cepat terlatih dari pada perkembangan yang tidak didasari oleh stimulasi (Soedjatmiko, 2008).

Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan


(59)

sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi.

Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain dan lain-lain. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak sehingga anak akan lebih responsive terhadap lingkungannya dan lebih berkembang (Ronald, S.H, 2011).

Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan (Suherman, 2000). Stimulasi dapat dilakukan oleh orangtua terutama ibu setiap ada kesempatan atau sehari-hari.

Dalam pencapaian perkembangan motorik anak, tentunya dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya distimulasi dari orangtua, terutama ibu. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Namun, banyak orangtua yang kurang memahami tentang pentingnya stimulasi dilakukan kepada anak-anak, terutama umur 1-5 tahun.


(60)

Pada pertanyaan mengenai “apakah ibu ada mengajari anak menggambar bentuk-bentuk seperti garis, bulatan dan lain-lain ?“,ibu menjawab telah diberikan sebanyak 23 orang (74,2%), pertanyaan tentang “apakah ibu ada mengajari anak memotong dengan mengunakan gunting mainan?’, ibu menjawab telah diberikan sebanyak 14 orang (24,2%), dan pertanyaan tentang “apakah ibu ada mengajari anak menulis atau menggambar ?” ibu menjawab 10 orang (32,3%).

Pertanyaan tersebut merupakan stimulasi yang penting diberikan kepada anak untuk perkembangan motorik halus dalam hal kecekatan. Keterampilan-keterampilan motorik halus melibatkan otot kecil yang memungkinkan fungsi-gungsi seperti menggenggam dan memanipulasi objek-objek kecil. Karena jari dan ibu jari menjadi dasar keterampilan-keterampilan manual yang lebih canggih seperti menulis, menggambar dan menggunakan gunting (Upton, 2012). b. Perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun di posyandu

gampong rantau panyang barat kecamatan meureubo kabupaten aceh barat tahun 2014

Untuk menilai perkembangan motorik halus di ukur dengan Denver II yang merupakan salah satu alat skrinning perkembangan, alat ini membantu tenaga kesehatan untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan perkembangan yang terjadi pada bayi atau anak (Suwariyah. 2013).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil penilaian perkembangan motorik halus dengan menggunakan lembar Denver II


(61)

sebagian besar perkembangan motorik halus anak dalam kategori normal yang artinya anak dapat melakukan tugas perkembangan sesuai dengan garis usia. Seperti pada usia 40 bulan anak dapat melakukan tugas perkembangan membangun menara, menggambar, mencoret-coret, menggoyangkan ibu jari dan mencontoh.

Motorik halus adalah gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Gerakan motorik halus, antara lain adalah anak mulai dapat menggenggam, menulis, menggambar dan sebagainya.

Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakkan seluruh atau sebagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kemantangan mental (Upton, 2012)


(62)

agar dapat berkembang dengan baik. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan (Suherman, 2000).

Perkembangan motorik halus secara konsisten berhubungan positif dengan kemampuan kognitif khususnya, dan menjadi alat prediksi dalam prestasi belajar yang rendah. Ada 3 hal yang paling

penting dari keterampilan motorik halus: (1) Keterampilan motorik halus dapat membentuk kemampuan dasar anak, (2) keterampilan halus dan membaca memiliki korelasi yang jelas dalam memenuhi semua keperluan mata pelajaran, (3) keterampilan motorik halus memiliki dampak emosional pada perkembangan anak. Heidrun, Albert, Philipp (2008) dalam Sudiarto.

Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah normal umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak belum bisa melakukan tugas perkembangan yang sesuai engan kelompok umurnya. Tedjasaputra (2003) dalam Budianto (2013).

Keterlambatan motorik halus anak akan menyebabkan rasa rendah diri, kecemburuan terhadap anak lain, kekecewaan terhadap orang dewasa, penolakan sosial, ketergantungan dan malu (Hurlock, 2003). Menurut Sulistyaningsih (2010) rasa rendah diri, kecemburuan terhadap anak lain, dan malu akan menyebabkan anak kesulitan memasuki bangku sekolah, sebab ketrampilan motorik sangat diperlukan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya dalam hal


(63)

bermain, keterampilan menulis dan membaca, sedangkan kekecewaan terhadap orang dewasa, ketergantungan dan rasa malu akan menyebabkan prestasi anak jauh di bawah kemampuannya.

c. Hubungan pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya hubungan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun. Dari hasil penelitian, mayoritas responden di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat memberikan stimulasi dengan kategori baik kepada anak dengan penilaian perkembangan motorik halus yang normal sebanyak 11 orang (35,5%).

Hal ini dibuktikan dengan uji statistik chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05) berarti H0 ditolak. Hal ini secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun.

Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan tugas perkembangan anak. Tugas perkembangan anak adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang, keberhasilan pencapaian tugas perkembangan di masa lalu membuat seseorang bahagia dan sukses melalui tahap perkembangan


(64)

berikutnya. Sedangkan kegagalan menyebabkan kesedihan pada individu, dicela masyarakat dan kesulitan melalui tugas selanjutnya (Maryunani. 2010)

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Disetiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa sikecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil. (Hirmaningsih. 2010 ).

Motorik halus dilakukan dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa mencakup beberapa fungsi yaitu melalui keterampilan motorik halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya.

Stimulasi yang di lakukan sejak bayi dalam kandungan hingga lahir dan dilakukan secara terus-menerus dengan penuh kasih sayang. akan menciptakan anak yang cerdas, dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal, mandiri, memiliki emosi yang stabil, serta mudah beradaptasi. Septiari (2012) dalam Helmy (2013).

Menurut Suherman,2005 pentingnya peran aktif orang tua dalam memberikan rangsangan (stimulasi) terhadap perkembangan seorang anak. Orang tua sebagai pengasuh memiliki peranan penting dalam


(65)

mengontrol, membimbing dan mendampingi anak- anaknya menuju kedewasaan. Dalam menuju kedewasaan, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi apa yang menjadi hak-hak anak. Untuk itu, pengetauan yang baik merupakan hal yang perlu dicapai karena dapat menjadi salah satu faktor pendukung stimulasi terhadap perkembangan anak.

Berdasarkan hasil penelitian Helmy Bety Kosegeran tahun yaitu pengetahuan orang tua tentang stimulasi dini pada anak usia 4-5 tahun di desa Ranoketang Atas tahun 2013 secara umum memiliki perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya dan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua tentang stimulasi dini dengan perkembangan anak usia 4-5 tahun didesa Ranoketang Atas.

Banyak stimulasi yang dapat dilakukan untuk merangsang motorik halus anak. Salah satu penelitian Muslimat (2007) mengutamakan stimulasi dalam bentuk Senam otak (brain gym) meningkatkan motorik halus siswa usia (4-5 tahun) di Raudotul Athfal Baitul Mu’minin (Muslimat 17) Gunungrejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, terdapat perbedaan peningkatan tingkat motorik halus anak usia 4-5 tahun antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Dari hasil penelitian Yashinta tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi tumbuh kembang dengan perkembangan motorik halus anak usia 3-5 Tahun didapat hasil pengukuran tingkat perkembangan motorik halus pada anak usia 3-5


(66)

tahun didapatkan bahwa sebagian besar memiliki tingkat perkembangan motorik halus yang baik (47%).

2. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pada pengambilan data mengenai pemberian stimulasi peneliti mengunakan kuesioner yang diisi oleh responden tanpa melihat diberikan, belum diberikan atau tidak diberikan stimulasi pada anak tersebut. Sehingga disini diperlukan kejujuran dari responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Selanjutnya pada pengambilan data mengenai perkembangan motorik halus anak, peneliti hanya melakukan satu kali penilaian saja, tanpa melakukan penilaian ulang, seperti anak dengan kategori dicurigai dan tidak dapat diuji.

3. Implikasi untuk asuhan kebidanan atau pendidikan bidan

a. Hasil penelitian ini memberi informasi bagi pelayanan kebidanan sebagai sumber informasi bagi petugas kesehatan terutama dalam hal pemberian stimulasi terhadap perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun.

b. Sebagai penelitian dan sumber informasi untuk penelitian berikutnya dan penelitian yang sama. Semua ilmu diharapkan mampu diimplikasikan dalam masyarakat.


(1)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P11 1,10 ,876 10

P12 1,10 ,876 10

P13 1,00 ,943 10

P14 1,00 ,943 10

P15 1,00 ,943 10

P16 1,10 ,994 10

P17 1,10 ,994 10

P18 1,10 ,994 10

P19 1,20 1,033 10

P20 1,00 ,943 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P11 9,60 62,044 ,876 ,973

P12 9,60 65,600 ,602 ,982

P13 9,70 60,456 ,925 ,972

P14 9,70 61,122 ,874 ,973

P15 9,70 61,122 ,874 ,973

P16 9,60 59,600 ,932 ,971

P17 9,60 59,822 ,916 ,972

P18 9,60 59,378 ,948 ,971

P19 9,50 58,278 ,986 ,969

P20 9,70 60,900 ,891 ,973

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

10,70 74,900 8,654 10


(2)

(3)

(4)

(5)

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS

ANAK USIA 1-5 TAHUN DI GAMPONG RANTAU PANYANG BARAT KECAMATAN

MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2014

NO. KEGIATAN Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pengajuan Judul `

2. Acc Judul

3. Konsultasi Proposal

4. Acc Proposal

5. Sidang Proposal

6. Perbaikan Proposal

7. Penelitian

8. Konsultasi KTI

9. Acc KTI

10. Sidang KTI

11. Perbaikan KTI

12. Kumpul KTI


(6)

RIWAYAT HIDUP

1.

Identitas Diri

Nama

: Raudhatul Jinan

Tempat / tanggal lahir

: Rantau Panyang / 17 November 1990

Agama

: Islam

Alamat

: Gampong Rantau Panyang Timur Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat

Riwayat Pendidikan

: 1. MIN Drien Rampak (1996-2002)

2. MTSN Model Meulaboh ( 2002-2005)

3. MAN Meulaboh ( 2005-2008)

4. DIII Kebidanan ( 2008-2011)

2.

Identitas Orang Tua

Ayah

: Musi Kamal

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Meulaboh

Ibu

: Alm. Zulbaidah

Pekerjaan

: PNS


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 0-5 TAHUN DI BUMI AJI KECAMATAN ANAK TUHA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

2 15 67

HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR (BBL) DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 2-5 TAHUN Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir (BBL) Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-5 Tahun Di Posyandu Gonilan Kartasura.

2 21 16

HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR (BBL) DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 2-5 TAHUN Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir (BBL) Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-5 Tahun Di Posyandu Gonilan Kartasura.

1 4 12

HUBUNGAN ANTARA STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KASAR PADA Hubungan Antara Stimulasi Ibu Dengan Perkembangan Motorik Halus Dan Kasar Pada Anak Usia Toddler Di PAUD Mekarsari Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KASAR PADA Hubungan Antara Stimulasi Ibu Dengan Perkembangan Motorik Halus Dan Kasar Pada Anak Usia Toddler Di PAUD Mekarsari Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan.

0 0 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI BOYOLALI.

1 2 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK HALUS DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PUSKESMAS NGORESAN.

1 1 5

Hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi dan perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun COVER

0 0 12

HUBUNGAN STIMULASI OLEH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3 - 5 TAHUN)

0 2 7

HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN DI PERUMAHAN ADB I DESA RANTAU PANYANG TIMUR KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI

0 0 56