kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Menurut Dendawijaya 2003 CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.
Berdasarkan Peraturan dari Bank Indonesia No. 1015PBI2008 menjelaskan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8
delapan persen dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Dalam perhitungan CAR ini pada intinya adalah bahwa untuk setiap invertasi
dalam bentuk kredit yang mengandung risiko maka bank harus menyediakan sejumlah modal yang disesuaikan dengan persentase tertentu
sesuai jumlah penanamannya tersebut. Rasio ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa jika dalam aktivitasnya bank mengalami kerugian, maka
bank memiliki ketersediaan modal untuk menutup kerugian yang terjadi.
Tabel 2.1 Tingkat Capital Adequacy Ratio CAR
Tingkat Peringkat
8 ke atas Sehat
6,4 - 8 Kurang Sehat
Di bawah 6,4 Tidak Sehat
Sumber: Bank Indonesia
2.1.7.2 Non Performing Loan NPL
Salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas aset pada bank adalah Non Performing Loan NPL. Non Performing Loan
NPL merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam mengelola kredit bermasalah yang disalurkan oleh bank. NPL dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kredit yang bermasalah
dibandingkan dengan total kredit Khasanah, 2010. Semakin tinggi rasio ini, menujukkan semakin buruk kualitas kredit yang diberikan oleh bank,
karena semakin banyak kredit yang bermasalah. Semakin tinggi jumlah kredit bermasalah juga akan membuat bank enggan memberikan kredit
dalam jumlah besar karena harus membentuk dana penghapusan atas kredit bermasalah yang besar.
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Non Performing Loan NPL
Rasio Predikat
NPL ≤ 5 Sehat
NPL 5 Tidak sehat
Sumber: Bank Indonesia
Berdasarkan tabel di atas, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5, apabila bank melebihi batas yang diberikan
maka bank tersebut dikatakan tidak sehat.
2.1.7.3 Operating Expense to Operating Income OEOI Rasio BOPO
Aspek manajemen bank dapat dinilai dengan menggunakan rasio
Operating Expense to Operating Income OEOI atau disebut juga rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO. Rasio ini
menunjukkan perbandingan antara operation expense dengan operation income. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,
yaitu menghimpun dan menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan operasional bank didomonasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga
Dendawijaya, 2009. Menurut Suardana 2007 semakin besar rasio ini menunjukan bahwa manajemen bank cenderung menghasilkan laba operasi
yang lebih kecil sebagai akibat kegiatan operasionalnya kurang efisien atau biaya operasional yang relatif lebih besar.
2.1.7.4 Return on Asset ROA