Sistem Instalasi/Pengawatan
C. Turbin
Secara umum turbin angin dapat di bagi menjadi 2, yaitu turbin angin yang berputar dengan sumbu horizontal, dan yang berputar dengan sumbu vertikal. Gambar 3.5 menunjukan jenis-jenis kincir angin berdasarkan bentuknya. Sedangkan gambar 3.6 menunjukkan karakteristik setiap kincir angin sebagai fungsi dari kemampuannya untuk mengubah energi kinetik angin menjadi energi putar turbin untuk setiap kondisi kecepatan angin. Dari gambar 3.6 dapat disimpulkan bahwa kincir angin jenis multi-blade dan Savonius cocok digunakan untuk aplikasi PLTB kecepatan rendah dan cocok dipakai untuk daerah Indonesia. Sedangkan kincir angin tipe Propeller, paling umum digunakan karena dapat bekerja dengan lingkup kecepatan angin yang luas.
Gambar 3.5. Jenis - Jenis Kincir Angin
Gambar 3.6. Karakterisrik Kincir Angin
Hal-hal yang perlu diinspeksi pada Turbin : Name Plate Turbin tersedia ?
Ada Tidak Ada
Data turbin sesuai dengan dokumen instalasi ? Ya
Tidak
Apakah pada bagian Blade ada pasir atau partikel-partikel kecil ? Ada
Tidak
Apakah pada bagian Blade ada pasir atau partikel-partikel kecil ? Ada
Tidak
Apakah keretakan pada bagian blade ? Ada
Tidak
Apakah ada korosi pada bagian furing ? Ada
Tidak
Apakah ada bagian cat yang terkelupas ? Ada
Tidak
Apakah kondisi getaran pada turbin normal ? ya
Tidak
Apakah Turbin tersertifikasi
Tidak Kualitas Output : IEC 62257
Ya
SNI 04-3851.2-1995
D. Gearbox
Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran tinggi. Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1 : 60. Gear box merupakan komponen untuk pengaturan kecepatan putar turbin. Gears menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan rendah dan meningkatkan kecepatan sekitar 30-60 rotasi per menit (rpm),sekitar 1000-1800 rpm, kecepatan rotasi yang diperlukan oleh sebagian besar generator untuk menghasilkan listrik. gearbox adalah bagian mahal (dan berat) dari turbin angin. Gear box PLTB biasanya menggunakan gear box jenis planetary. Gear box planetary adalah gear box yang mempunyai roda gigi besar dikelilingi roda-roda gigi kecil.
Hal-hal yang perlu dinspeksi pada gear box : Apakah gear box berfungsi dengan baik?
ya
tidak
Apakah pelumas yang digunakan cukup? ya
tidak
Apakah ada keretakan pada roda gigi? ada
tidak
Apakah ada bagian roda gigi yang aus? ada
tidak
E. Transmisi Mekanik
Transmisi mekanik pada PLTB adalah yang menghubungkan antara turbin dan generator. Transmisi mekanis pada PLTB ada yang menggunakan sabuk (belt), pulley dan kopling, tergantung PLTB menggunakan sistem apa. Intinya bagian ini berperan besar dalam menghasilkan energi listrik pada generator.
Hal-hal yang perlu diinspeksi : Apakah kekencangan sabuk (belt) cukup?
ya
tidak
Apakah sumbu antar poros turbin dan generator lurus? ya
tidak
Apakah baut-baut penghubung kopling terpasang kuat ? ya
tidak
Apakah flane kopling diperkuat dengan pasak ? ya
tidak
F. Brake System
Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi listrik maksimal pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan.
Kehadiran angin diluar diguaan akan menyebabkan putaran yang cukup cepat pada poros generator, sehingga jika tidak diatasi maka putaran ini dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih diantaranya overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus karena tidak dapat menahan arus yang cukup besar.
Hal-hal yang perlu diinepeksi adalah : Apakah Brake system berfungsi dengan baik?
Ya
tidak
Apakah pelumas yang digunakan cukup? Ya
tidak
Apakah bantalan cakram dalam kondisi baik? Ya
tidak
G. Generator
Generator adalah devais utama dalam pembuatan sistem turbin angin. Generator berfungsi untuk mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya dengan menggunakan teori medan elektromagnetik.
High-speed shaft (Poros Putaran Tinggi) Berfungsi untuk menggerakkan generator
Controller (Alat Pengontrol) Alat pengontrol ini men-start turbin pada kecepatan angin kira-kira 12-
25 km/jam dan mematikannya pada kecepatan 90 km/jam. Turbin tidak beroperasi di atas 90 km/jam, karena angin terlalu kencang dan dapat merusaknya.
G.1 Jenis Generator
1. Generator arus searah (dc)
2. Generator sinkron
3. Generator induksi
4. Alternator magnit permanent
G.2 Ciri Berbagai Generator
1. Generator arus searah dan alternator arus bolak – balik dapat beroperasi pada setiap rpm, sedangkan generator sinkron arus bolak – balik perlu diatur pada rpm yang tepat dan disinkronkan dengan jaringan (grid). Tegangan generator bolak – balik adalah satu atau tiga fasa
2. Generator induksi digunakan pada turbin angin karena motor – motor induksi dioperasikan secara massal, biaya operasi dan Maintenance lebih rendah, mudah dikontrol. Generator ini dibawa melalui kecepatan sinkronnya dan kemudian dihubungkan ke jaringan, eksitasi dan sinkronisasi tidak diperlukan karena jaringan listrik (utilitas) memberikannya.
3. Keuntungan generator searah (dc) atau alternator magnet permanen adalah beroperasi pada Cp yang konstan, yang secara aerodinamik lebih efisien dan tidak memerlukan penambah kecepatan untuk turbin – turbin angin kecil (beberapa Watt sampai kilo Watt). Untuk turbin angin kecil, generator sinkron tidak sesuai untuk sistem interkoneksi karena kesulitan pengontrolan rpm rotor.
4. Generator induksi paling umum dipakai untuk turbin – turbin angin
5 kW sampai ratusan kW di interkoneksi ke jaringan karena pengontrolan untuk sinkronisasi dengan jaringan adalah sederhana. Jika pada jaringan terdapat kerusakan (kegagalan), generator induksi secara otomatis terputus dan tidak mengakibatkan masalah keselamatan. Generator – generator induksi memperkecil faktor daya dan kapasitor koreksi dipasang pada masing – masing turbin angin atau ladang angin. Rotor generator induksi pada dasarnya beroperasi pada rpm konstan yang ditetapkan oleh frekuensi jaringan. Rotor – rotor mencapai suatu efisiensi puncak pada satu kecepatan angin
Tabel 3.4. Pemakaian Generator
No Generator Pemakaian
1. Searah - Menghasilkan tegangan searah
12 VAC atau 24 VAC - Dapat beroperasi pada setiap
2. Permanen maknit (dc)
rpm - Beroperasi pada Cp konstan
3. Sinkron ac (secara aerodinamik lebih efisien)
- Memerlukan pangaturan ke rpm yang tepat dan sinkronisasi
dengan jaringan - Untuk turbin angin kecil tidak
4. Induksi sesuai diinterkoneksi dengan jaringan karena kerumitan
pengontrolan rpm - Dipakai pada turbin angin
karena : Produksi missal
Murah Biaya OM rendah
Mudah dikontrol
Hal-hal yang diinspeksi pada generator : Name Plate Generator tersedia ?
Ada Tidak Ada Apakah poros Generator terpasang dengan baik ?
Ya Tidak Apakah getaran pada generator normal ?
Ya Tidak
Apakah baut-baut terpasang dengan kuat? Ya
Tidak
Apakah generator mempunyai proteksi terhadap sambaran petir? Ya
Tidak
Apakah putaran generator beroperasi dalam kondisi normal?
Ya Tidak Kualitas Output : IEC 62257
SNI 04-3851.2-1995 SNI 04-6612.3.1-2002
SNI 04-6612.2-2001
H. Sistem Kontrol
Secara umum sistem kontrol kelistrikan dari PLTB dapat dibagi menjadi 2 yaitu (i) kecepatan konstan (ii) kecepatan berubah. Keuntungan dari sistem kecepatan konstan (fixed-speed) adalah murah, sistemnya sederhana dan kokoh (robast). Sistem ini beroperasi pada kecepatan putar turbin yang konstan dan menghasilkan daya maksimum pada satu nilai kecepatan angin. Sistem ini biasanya menggunakan generator tak- serempak (unsynchronous generator), dan cocok diterapkan pada daerah yang memiliki potensi kecepatan angin yang besar. Kelemahan dari sistem ini adalah generator memerlukan daya reaktif untuk bisa menghasilkan listrik sehingga harus dipasang kapasitor bank atau dihubungkan dengan grid. Sistem ini rentan terhadap pulsating power menuju grid dan rentan terhadap perubahan mekanis secara tiba-tiba. Gambar 3.7 menunjukan diagram skematik dari sistem ini.
Gambar 3.7. Sistem PLTB Kecepatan Konstan (Fixed-Speed)
Selain kecepatan konstan, ada juga sistem turbin angin yang menggunakan sistem kecepatan berubah (variable speed), artinya sistem didesain agar dapat mengekstrak daya maksimum pada berbagai macam kecepatan.
menghilangkan pulsating torque yang umumnya timbul pada sistem fixed speed. Secara umum sistem variable speed mengaplikasikan elektronika daya untuk mengkondisikan daya, seperti penyearah (rectifier), Konverter DC-
Sistem variable
speed dapat
DC, ataupun Inverter. Gambar 3.8 sampai dengan 3.11 adalah jenis-jenis sistem PLTB kecepatan berubah. Pada sistem variable speed 3.8 menggunakan generator induksi rotor belitan. Karakteristik kerja generator induksi diatur dengan mengubah- ubah nilai resistansi rotor, sehingga torsi maksimum selalu didapatkan pada kecepatan putar turbin berapa pun. Sistem ini lebih aman terhadap perubahan beban mekanis secara tiba-tiba, terjadi reduksi pulsating power menuju grid dan memungkinkan memperoleh daya maksimum pada beberapa kecepatan angin yang berbeda. Sayangnya jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan masih terbatas.
Gambar 3.8. Sistem PLTB Kecepatan Berubah (Variable-Speed)
(Rotor Belitan)
Pada sistem variable speed 3.9 menggunakan rangkaian elektronika daya untuk mengatur nilai resistansi rotor. Sistem ini memungkinkan memperbaiki jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan sistem pertama.
Gambar 3.9. Sistem PLTB Kecepatan Berubah (Variable-Speed Back to Back Conventer)
Sistem variable speed 3.10 dan 3.11 adalah sistem PLTB yang dibedakan berdasarkan jenis generator yang digunakan.
Gambar 3.10. Sistem PLTB Kecepatan Berubah (Variable- Speed) (Rotor Sangkar)
Gambar 3.11. Sistem PLTB Kecepatan Berubah (Variable-Speed) (Rotor Permanen Magnet)
Hal-hal yang diinspeksi pada sistem kontrol : Apakah baut pada sistem kontrol terpasang dengan kuat?
ya
Tidak
Apakah sistem pengkabelan sudah benar dan dalam kondisi baik? ya
Tidak
Apakah sistem kontrol terhubung ke kabel pentanahan ? Ya
Tidak
Apakah terminasi pada setiap komponen terhubung dengan baik ? Ya
Tidak
Apakah ada proteksi terhadap petir ? Ya
Tidak
Apakah suara putaran motor normal ? Ya
Tidak
Apakah getaran pada sistem kontrol normal ? Ya
Tidak
Apakah suhu pada saat beroperasi dalam batas normal ? Ya
Tidak
Kualitas Output : IEC 62257
SNI 04-3851.2-1995 SNI 04-6612.3.1-2002
SNI 04-6612.2-2001
I. Baterai
Pada sistem stand alone, dibutuhkan baterei untuk menyimpan energi listrik berlebih yang dihasilkan turbin angin. Contoh sederhana yang dapat dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki mobil. Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga selama 0.5 jam pada daya 780 watt.
Hal hal yang diinspeksi Name Plate Baterai Bank tersedia
Ada
Tidak Ada
Data Name Plate Baterai sesuai dengan data perencanaan atau pembangunan ? Ya
Tidak
Tidak SNI 04 – 6392 – 2000 /
Apakah Baterai tersertifikasi
Ya
Lainnya
EC 61427-1:1999 ________________________ ________________________
Baterai pada lokasi yang baik (aman dari Ya Tidak jangkauan orang (ada pelindung atau dalam
ruanga khusus), tidak terkena sinar matahari, tidak terkena hujan, ada ventilasi yang baik). Baterai dalam kondisi baik (tidak ada yang Ya
Tidak pecah, terminal yang kotor/berkarat, suhu
baterai tidak wajar (terlalu panas). Pengawatan Baterai dalam kondisi baik Ya
Tidak (pengawatan baik dan rapi).
Tempat dudukan baterai dalam kondisi baik.
Tidak Untuk rak atau lemari baterai dari Ya
Ya
Tidak logam,terdapat pembumian yang baik
Ada suara, bau atau panas yang tidak normal Ya
Tidak
J. Menara
Menara PLTB dapat dibedakan menjadi 3 jenis seperti gambar 3.12 dibawah ini. Setiap jenis menara memiliki karakteristik masing-masing dalam hal biaya, perawatan, efisiensinya, ataupun dari segi kesusahan dalam pembuatannya.
Gambar 3.12. Menara PLTB, Guyed, Lattice Mono-Structure
Hal-hal yang perlu diinspeksi : Apakah pondasi menara berada pada posisi tanah yang stabil ?
Ya
Tidak
Apakah menara berdiri tegak lurus, tidak ada kemiringan? Ya
Tidak
Apakah menara terhubung dengan kabel pembumian? Ya
Tidak
Apakah mur dan baut pada menara lengkap dan terpasang dengan kuat? Ya
Tidak
Apakah pada tiang menara ada retakan atau karat? Ada
Tidak
Apakah pada tiang menara ada retakan atau karat? Ada
Tidak
Apakah besar tiang menara sebanding dengan besarnya blade? ada
Tidak
K. Rangkuman
Inspeksi Fisik adalah bagian dari pembinaan dan pengawasan bidang ketenagalistrikan yang dilakukan oleh PNS Inspektur Ketenagalistrikan. Selain inspeksi fisik bentuk bentuk lain inspeksi adalah pemeriksaan instalasi listrik, pengawasan pengujian instalasi listrik, pengawasan pengujian individual instalasi pembangkit, dan lain-lain Pada Inspeksi Fisik PLTB, bagian-bagian yang diinspeksi adalah turbin, gear box, transmisi mekanik, brake system, generator, sistem kontrol, baterai dan menara. Sebagai bagian dari pemenuhan persyaratan keteknikan maka bagian bagian PLTB juga telah memiliki persyaratan khusus, baik standar nasional maupun standar internasional.
L. Evaluasi
1. Alat untuk mengukur kecepatan angin :
a. Anemometer
b. Curretn Meter
c. Multi Tester
d. Speedometer
2. Pada PLTB terdapat Naccele (rumah/rangka) komponen manakah yang tidak diinspeksi pada bagian naccele tersebut, kecuali
a. as rotor
b. Menara
c. rem
d. bantalan
3. Elemen-elemen yang diinspeksi pada transmisi daya mekanik PLTB adalah sebagai berikut, kecuali :
a. Sabuk (belt)
b. Pulley b. Pulley
d. Yaw Motor
4. Bagian PLTB yang berfungsi mengubah putaran rendah menjadi putaran tinggi adalah :
a. Gear box
b. Transmisi mekanik
c. blade
d. rotor
5. Hal-hal yang diinspeksi pada bagian menara adalah sebagai berikut, kecuali :
a. Pondasi
b. Tiang
c. Kemiringan tiang
d. Turbin
BAB IV MATERI POKOK III PENYUSUNAN LAPORAN
Indikator Keberhasilan : Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran III ini, peserta diklat/pembaca diharapkan mampu memahami dan menyusun Laporan Inspeksi Fisik Instalasi PLTS dan PLTB.
A. Laporan Inspeksi Fisik Instalasi PLTS dan PLTB
Laporan kegiatan inspeksi fisik instalasi PLTS dan PLTB merupakan laporan yang dibuat oleh seseorang atau kelompok orang yang telah melaksanakan sebuah kegiatan inspeksi. Laporan tersebut bisa dibuat sebagai bukti bahwa benar telah dilaksanakan sebuah kegiatan inspeksi dan menjadi bahan pertanggungjawaban kepada atasan atau orang/institusi yang membiayai kegiatan tersebut. Laporan kegiatan inspeksi fisik instalasi juga bisa menjadi bahan evaluasi apakah pelaksanaan kegiatan tersebut telah benar atau perlu dilakukan perbaikan terhadap instalasi yang telah diperiksa. Sebuah laporan kegiatan inspeski dapat digunakan antara lain sebagai :
1. Acuan untuk peningkatan dan rencana kegiatan selanjutnya.
2. Acuan dalam pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh atasan atau manajemen.
3. Alat bukti bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan.
4. Bahan monitor dan evaluasi tahapan kegiatan yang sedang berjalan.
Penyampaian laporan kegiatan inspeksi dapat dilakukan melalui :
1. Laporan lisan yakni melaporkan secara langsung kepada atasan atau pemberi dana yang dilakukan secara langsung melalui diskusi langsung dengan tatap muka, melalui telepon, sms dan sebagainya yang sifatnya interaktif.
2. Laporan tulisan sederhana yaitu bentuk laporan dengan menggunakan tulisan sederhana atau surat yang tidak terlalu formil dan bisanya tidak bisa langsung interaktif.
3. Laporan formil dan lengkap adalah bentuk laporan dengan tata bahasa ilmiah dan menggunakan format baku disertai dengan data dukung kegiatan dan biasanya sudah dijilid rapi.
Sebuah laporan kegiatan bila dibuat secara sistematis setidaknya mencakup hal-hal berikut :
1. Apa yang dilakukan
2. Mengapa itu dilakukan
3. Siapa yang melakukan
4. Dimana tempat melakukan
5. Kapan waktu melakukan
6. Bagaimana cara melakukan
B. Format Laporan Inspeksi Fisik Instalasi PLTS
Laporan tertulis Inspeksi Fisik Instalasi PLTS secara formal dapat dibuat dengan format sebagai berikut : JUDUL RINGKASAN EKSEKUTIF KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum Uraian antara lain mengenai dasar pelaksanaan inspeksi fisik instalasi PLTS, pemilik instalasi PLTS, lokasi instalasi, kapasitas terpasang, tujuan melakukan inspeksi.
1.2 Riwayat Instalasi Uraian antara lain mengenai tahun pembangunan dan pemasangan, konsultan perencana, kontraktor pelaksana pembangunan dan pemasangan, konsultan pengawas, perusahaan pengeoperasian instalasi PLTS.
1.3 Pelaksanaan Inspeksi Fisik Instalasi PLTS Uraian antara lain mengenai waktu pelaksanaan, lembaga inspeksi teknis, peralatan inspeksi, pekerjaan inspeksi (jumlah dan rincian instalasi yang akan diinspeksi)
1.4 Referensi Uraian antara lain mengenai peraturan perundangan yang terkait, standar terkait yang dieprgunakan, prosedur-prosedur inspeksi.
BAB II PELAKSANAAN INSPEKSI FISIK INSTALASI
2.1 Hasil Review Dokumen Uraian antara lain mengenai spesifikasi teknik, spesifikasi material dan dokumen AMDAL dan UKL/UPL.
2.2 Hasil Review Desain Uraian antara lain mengenai sistem pembumian, sistem pengaman elektirkal dan mekanikal, sistem pengukuran, koordinasi proteksi dengan grid sistem PLTS, clearance dan creepage distance.
2.3 Evaluasi Hasil Inspeksi Uraian antara lain mengenai hasil inspeksi sistem pembumian, kondisi fisik instalasi PLTS meliputi elektrikal, fungsi peralatan proteksi, kontrol bidang elektrikal.
2.4 Hasil Inspeksi Hasil pemeriksaan secara visual : Uraian antara lain mengenai data nameplate peralatan utama, perlengkapan/peralatan
kebakaran, perlengkapan/peralatan terhadap bahaya benda bertegangan, perlengkapan/perlatan sistem keselamatan ketenagalistrikan (K2), instalasi, kebocoran minyak, pelumas, pembumian peralatan.
pengamanan
BAB III KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran dan Rekomendasi
LAMPIRAN
1. Data-data hasil inspeksi
2. Beriat acara pelaksanaan inspeksi.
C. Format Laporan Inspeksi Fisik Instalasi PLTB
Laporan tertulis Inspeksi Fisik Instalasi PLTB secara formal dapat dibuat dengan format sebagai berikut : JUDUL RINGKASAN EKSEKUTIF KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum Uraian antara lain mengenai dasar pelaksanaan inspeksi fisik instalasi PLTB, pemilik instalasi PLTB, lokasi instalasi, kapasitas terpasang, tujuan melakukan inspeksi.
1.2 Riwayat Instalasi Uraian antara lain mengenai tahun pembangunan dan pemasangan, konsultan perencana, kontraktor pelaksana pembangunan dan pemasangan, konsultan pengawas, perusahaan pengeoperasian instalasi PLTB.
1.3 Pelaksanaan Inspeksi Fisik Instalasi PLTB Uraian antara lain mengenai waktu pelaksanaan, lembaga inspeksi teknis, peralatan inspeksi, pekerjaan inspeksi (jumlah dan rincian instalasi yang akan diinspeksi)
1.4 Referensi Uraian antara lain mengenai peraturan perundangan yang terkait, standar terkait yang dieprgunakan, prosedur-prosedur inspeksi.
BAB II PELAKSANAAN INSPEKSI FISIK INSTALASI
2.1 Hasil Review Dokumen Uraian antara lain mengenai spesifikasi teknik, spesifikasi material dan dokumen AMDAL dan UKL/UPL.
2.2 Hasil Review Desain Uraian antara lain mengenai sistem pembumian, sistem pengaman elektirkal dan mekanikal, sistem pengukuran, koordinasi proteksi dengan grid sistem PLTB, clearance dan creepage distance.
2.3 Evaluasi Hasil Inspeksi Uraian antara lain mengenai hasil inspeksi sistem pembumian, kondisi fisik instalasi PLTB meliputi elektrikal dan mekanikal, fungsi peralatan proteksi, kontrol bidang elektrikal dan mekanikal.
2.4 Hasil Inspeksi Hasil pemeriksaan secara visual : Uraian antara lain mengenai data nameplate peralatan utama, perlengkapan/peralatan
kebakaran, perlengkapan/peralatan terhadap bahaya benda bertegangan, perlengkapan/peralatan
pengamanan
terhadap
benda berputar, benda berputar,
BAB III KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran dan Rekomendasi
LAMPIRAN
1. Data-data hasil inspeksi
2. Berita acara pelaksanaan inspeksi
DAFTAR PUSTAKA
Erich Hau, Dipl – Ing., Wind Turbines, Fundamentals, Technologies,
Application, Economics, and edition., 2006, Germany.
Marsudi Djiteng, 2006, “Operasi Sistem Tenaga Listrik”, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Jati, Raden Waluyo, 2010, Modul Inspeksi Fisik PLTS, Pusdiklat KEBT Winarto, Sonden & Ahmad Khulaemi, 2010, Modul Komponen PLTB,
Pusdiklat KEBT.
ESDM, Permen ESDM no. 045 Tahun 2005 tentang“Instalasi Ketenagalistrikan”, DESDM, 2005.
SNI 04-3851.2-1995, Sistem konversi energi angin. Bagian 2 : Pedoman pendekatan pengukuran kecepatan dan arah angin, perhitungan dasar untuk daya dan energi angin dan turbin angin.
SNI 04-6612.1-2001, Sistem konversi energi angin (SKEA) - Bagian 1: Persyaratan keselamatan untuk rancangan struktur SKEA.
SNI 04-6612.2-2001, Sistem konversi energi angin (SKEA) - Bagian 2: Persyaratan keselamatan untuk sistem kontrol dan proteksi, sistem listrik, instalasi, perakitan dan pendirian (erection) turbin angin, komisioning, operasi dan pemeliharaan.
SNI 04-6612.3.1-2002, Sistem konversi energi angin - Bagian 3: Sistem pengaman, gawai protektif dan pemantau - Seksi 1: Kontrol dan sistem pengaman.
SPLN D3.022-1 : 2012, Kriteria desai modul fotovolatik sel kristal dan Tin film.
SPLSN D3.022-2 : 2012, inverter untuk pembangkitan tenaga listrik surya (PLTS) persyaratan dan metode uji.
SPLn D3.022-3:2012, Baterai sekunder untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) persyaratan umum dan metode uji.
SPLN D5.005 : 2012, Panduan umum sistem pembangkit listrik tenaga surya.
SPLN D6.001 : 2012, Persyaratan minimum uji komisioning dan inspeksi pembangkit listrik tenaga surya – PLTS.
___, SANDIA, “ Maintenance and Operation of Stand Alone Photovoltaic System”, SANDIA, USA, 1991.
___, IEC, Draft IEC 60364-7- 712, “Requirements for special installations or locations - Solar photovoltaic (PV) power supply systems”, IEC, 2002.
___, IEC, Draft IEC 62446, “Grid connected photovoltaic systems – Minimum system documentation, commissioning tests and inspection requirements, IEC, 2005.
___, IEC, Draft IEC 62257. “Recommendations for small renewable energy and hybrid systems for rural electrification - Part 1: General introduction series and rural electrification,2013.
www.energiportal.com
http://en.wikipedia.org/wiki/Wind_turbine
http://www.otherpower.com/otherpower_wind.html
http://www.windenergy.org
http://www.windpower.org
www.Indone5ia.wordpress.com/2011/09/05/Mendesain-sistemturbinangin
KUNCI JAWABAN EVALUASI
Kunci jawaban ini digunakan oleh peserta untuk mengevaluasi diri sendiri berdasarkan hasil atau jawaban yang telah dibuat, yakni dengan mencocokkannya dengan kunci jawaban, dengan keterangan :
a. Rumus Tingkat Penguasaan : Jumlah jawaban yang benar x 100 Jumlah jawaban
b. Arti tingkat penguasaan : 90 - 100 % = Baik Sekali
80 - 89 % = Baik
70 – 79% = Cukup < 70 % = Kurang
c. Bila tingkat penguasaan masih dibawah 80 %, maka peserta harus mengulangi lagi terutama pada bagian yang belum dikuasai.
Kunci jawaban ini digunakan oleh peserta untuk mengevaluasi diri sendiri berdasarkan hasil atau jawaban yang telah dibuat, yakni dengan mencocokkannya dengan kunci jawaban, dengan keterangan :
a. Rumus Tingkat Penguasaan : Jumlah jawaban yang benar x 100 Jumlah jawaban a. Rumus Tingkat Penguasaan : Jumlah jawaban yang benar x 100 Jumlah jawaban
80 - 89 % = Baik
70 – 79% = Cukup < 70 % = Kurang
c. Bila tingkat penguasaan masih dibawah 80 %, maka peserta harus mengulangi lagi terutama pada bagian yang belum dikuasai.