Aspek Reproduksi Dan Dinamika Larva Ikan Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya Ikan Di Paparan Banjiran Lubuk Lampam Provinsi Sumatera Selatan

ASPEK REPRODUKSI DAN DINAMIKA LARVA IKAN SEBAGAI
DASAR PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN DI PAPARAN
BANJIRAN LUBUK LAMPAM PROVINSI SUMATERA SELATAN

EKO PRIANTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Aspek Reproduksi Dan
Dinamika Larva Ikan Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya Ikan Di Paparan
Banjiran Lubuk Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera
Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015

Eko Prianto
NIM C261110051

RINGKASAN
EKO PRIANTO. Aspek Reproduksi Dan Dinamika Larva Ikan Sebagai Dasar
Pengelolaan Sumberdaya Ikan Di Paparan Banjiran Lubuk Lampam Provinsi
Sumatera Selatan. Dibimbing oleh MOHAMMAD MUKHLIS KAMAL, ISMUDI
MUCHSIN dan ENDI SETIADI KARTAMIHARDJA.
Perairan paparan banjiran berperan besar dalam menghasilkan sumberdaya
ikan dalam skala besar. Ikan-ikan sungai memijah di perairan paparan banjiran
tergantung kepada banjir musiman di perairan tersebut. Perairan paparan banjiran
juga berperan penting sebagai daerah pemijahan dan asuhan bagi berbagai jenis
ikan, daerah perlindungan ikan dan daerah perlindungan ikan mangsa. Tujuan
penelitian ini adalah a) menjelaskan kondisi umum habitat perairan Lubuk
Lampam, b) menjelaskan aspek reproduksi ikan dan strategi pemijahan ikan di

paparan banjiran, c) menjelaskan distribusi temporal, spasial dan dinamika larva
ikan di daerah paparan banjiran, dan d) merumuskan konsep dan strategi
pengelolaan sumberdaya ikan di kawasan paparan banjiran Lubuk Lampam.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Desain penelitian
ditetapkan dengan cara zonasi (segmentasi) dengan mempertimbangkan
karakteristik perairan Lubuk Lampam berdasarkan tipologi habitat. Penentuan
stasiun penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa: (1) lokasi sampling
merupakan lokasi pemijahan dan pembesaran ikan-ikan rawa banjiran dan (2)
efisiensi operasional pelaksanaan. Jenis ikan yang diteliti dalam penelitian ini
adalah ikan betok (Anabas testudineus), sepat siam (Trichopodus pectoralis), baung
(Hemibagrus nemurus), larva dan juvenil ikan. Pengambilan sampel ikan dilakukan
setiap bulan sekali mulai bulan Nopember 2012 sampai Nopember 2013 pada saat
air mulai naik, tinggi maksimal hingga air surut. Ikan sampel dikumpulkan dari
hasil tangkapan nelayan/enumerator dan hasil tangkapan percobaan dengan
menggunakan alat tangkap jaring insang (gill net), pancing, bubu dan bengkirai
(traps). Sampel larva dan juvenil ikan dikumpulkan dengan menggunakan scoop
net (serok) dengan mata jaring 500 µm berdasarkan fluktuasi tinggi muka air.
Analisis data ikan meliputi sebaran frekuensi ukuran panjang, nisbah kelamin,
tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, ukuran pertama kali matang
gonad, potensi reproduksi, pola dan strategi reproduksi. Analisis data larva dan

juvenil meliputi variasi ukuran larva, komposisi jenis, indek keanekaragaman
hayati, indek keseragaman, indek dominansi, sebaran spasial dan temporal,
kelimpahan larvae dan juvenil, dominansi dan pertumbuhan.
Hasil analisa ketiga jenis ikan utama diantaranya ikan betok, sepat siam dan
baung mempunyai pola pertumbuhan alometrik negatif, dimana pertambahan
panjang lebih cepat daripada pertambahan berat tubuhnya. Nisbah kelamin ikan
betok, sepat siam dan baung mengalami fluktuasi, sedangkan secara keseluruhan
perbandingan jumlah ikan jantan lebih sedikit dari ikan betina. Ukuran ikan betok
dan sepat siam betina lebih cepat matang gonad dari ikan jantan sedangkan ikan
baung sebaliknya. Kisaran fekunditas ketiga jenis ikan cukup besar, dimana
fekunditas ikan betok berkisar antara 224-182 736 butir, ikan sepat siam 1 369–43
333 butir dan baung 10 073-104 758 butir. Tipe pemijahan ikan betok, sepat siam
dan baung di Lubuk Lampam secara serempak (totally spawner). Strategi
pemijahan setiap kelompok ikan (herbivora, karnivora dan omnivora) berbeda-beda

iii

setiap musim. Pada fase post larva dan juvenil tidak ditemukan habitat spesifik pada
masing-masing jenis ikan.
Fase perkembangan larva ikan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu yolksac

larvae, pre larvae dan post larvae. Dari ketiga jenis fase perkembangan larva, fase
post larva merupakan fase yang paling banyak ditemukan di Lubuk Lampam.
Sebanyak 30 jenis ikan memanfaatkan Lubuk Lampam sebagai daerah pemijahan
dan asuhan dengan famili yang paling dominan adalah Cyprinidae. Berdasarkan
waktu pengamatan indek keanekaragaman larva dan juvenil ikan berkisar rendah
sampai sedang, indek keseragaman sebagian besar < 0.5 menunjukkan larva dan
juvenil ikan penyebarannya kurang merata dan terdapat dominansi larva ikan
tertentu pada bulan Januari dan Februari. Ikan tempalo (Trichopsis vittata) dan
seluang (Rasbora argyrotaenia) memiliki sebaran spasial dan temporal yang sangat
luas yang menunjukkan kedua jenis ikan ini bersifat kosmopolitan, memijah
sepanjang tahun dan mampu beradaptasi pada kondisi habitat yang berbeda. Tipe
ekosistem yang paling disukai oleh larva dan juvenil ikan adalah perairan terbuka
yang sebagian permukaannya ditutupi oleh vegetasi air dan aliran arus yang lambat
seperti Kapak Hulu dan Suak Buayo.
Kelimpahan larva dan juvenil ikan mengalami fluktuasi menurut waktu
pengamatan dan puncak kelimpahan larva terjadi pada bulan Nopember 2012, April
2013, Agustus 2013 dan Oktober 2013 sedangkan puncak kelimpahan juvenil hanya
terjadi dua kali yaitu Maret dan Juni 2013. Berdasarkan periode banjir, kelimpahan
larva yang tertinggi terjadi ketika banjir mulai naik sedangkan kelimpahan juvenil
terjadi ketika banjir maksimum. Pemanfaatan habitat paparan banjiran Lubuk

lampam oleh larva dan juvenil untuk pertumbuhan dan perkembangannya
dipengaruhi oleh periode banjiran yang terjadi setiap tahun. Lebung dan sungai
merupakan habitat yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan larva dan
juvenil. Dominansi jenis larva dan juvenil juga mengalami perubahan setiap terjadi
perubahan periode banjir.
Perairan Lubuk Lampam telah mengalami degradasi akibat aktifitas manusia
seperti alih fungsi lahan untuk perkebunan, intensitas penangkapan yang tinggi dan
penggunaan alat tangkap yang tidak selektif. Untuk menjaga kelestarian
sumberdaya ikan pengelolaan perairan Lubuk Lampam harus memperhatikan
berbagai aspek salah satunya ekologi (biologi reproduksi, dinamika larva dan
juvenil). Beberapa langkah pengelolaan yang perlu dilakukan adalah: 1) rehabilitasi
habitat Lubuk Lampam (2) penetapan waktu, lokasi penangkapan dan penentuan
ukuran ikan betok, sepat siam dan baung yang boleh ditangkap (4) pelarangan alat
tangkap kilung dan tuguk, (5) penambahan kawasan konservasi perairan menjadi >
5 ha.
Kata Kunci: Aspek reproduksi, dinamika larva, Lubuk Lampam, paparan banjiran

SUMMARY
EKO PRIANTO. Reproductive Aspect and Dynamics of Fish Larvae as
Fundamental Fisheries Management in Lubuk Lampam Floodplain, South

Sumatera Province. Supervised by MOHAMMAD MUKHLIS KAMAL, ISMUDI
MUCHSIN and ENDI SETIADI KARTAMIHARDJA.
Floodplain area plays an important role in producing fish resources in a large
scale. Most of riverine fish rely on floodplain habitat as their feeding, spawning,
and refuge areas. Seasonal flood dynamic in floodplain areas, relate to climate
variation, antrophogenic and global climate change, will influence the biological
rythym of the fish such as reproduction and larvae recruitment. Due to this fact
study in order to know the reproductive aspect and dynamics of fish larvae as
fundamental fisheries management was conducted in Lubuk Lampam Floodplain,
South Sumatera Province. The objectives of this study were: a) to determine the
general condition of aquatic habitats in Lubuk Lampam, b) to analyse the
reproductive biology of fishes in a floodplain, c) to investigate the temporal and
spatial distribution and the dynamics of fish larvae in the floodplain area, and d) to
arrange the concepts and strategies for the management of fish resources in the
floodplain area of Ogan Komering Ilir.
The first three objectives were obtained with descriptive stratified field
survey based on fish spawning and nursery areas in the floodplain and the efficiency
of operational implementation. Fish species examined in this study were: climbing
perch (Anabas testudineus), snakeskin gouramy (Trichopodus pectoralis), green
catfish (Hemibagrus nemurus) at different size; larvae, juvenile and large size.

Habitat and fish sampling were carried out monthly from November 2012 to
November 2013 at different flood condition; when the water level began to rise,
maximum flood, and water receded. Fish samples were collected from the
fishermen or enumerators catch using various fishing gears such as gill nets, hook
and lines, and traps. Both of fish larvae and juvenile were collected using a scoop
net with a mesh size of 500 µm and operated at 30 cm from the water surface and
at different flood condition. The parameters measured were length frequency, sex
ratio, gonado maturity stage, gonado maturation index, length of first maturity,
potential reproduction, patterns, and strategies of reproduction. Fish larvae and
juveniles were observed in terms: size variation, species composition, biodiversity
index, equitability index, dominance index, spatial and temporal distribution,
abundance of larvae and juveniles, relative composition and growth of larvae.
Results showed that the growth pattern of climbing perch, snakeskin
gouramy, and green catfish were negative allometric, indicating that the increment
of total total length was faster than the body weight. Sex ratio of these fishes
fluctuated, generally, number of males is smaller than females. Maturity of
climbing perch and snakeskin gouramy female were faster than males indicating
Lubuk Lampam floodplain environment was under pressure. Fecundity of climbing
perch, snakeskin gouramy and green catfish were in the range of 224-182 736 egg,
1 369-43 333 egg and 10 073-10 4758 egg. Spawning pattern of climbing perch,

snakeskin gouramy and green catfish was categorized as total spawner.
Reproductive adaptation strategies among herbivores, carnivores and omnivores

v

was differ in each season. There was no specific habitat for post- larvae and juvenile
of Lubuk Lampam floodplain fish.
Fish larval development phase is divided into three stages, namely the yolk
sac larvae, pre larvae and post larvae. Of the three larval development phase, postlarval phase is the most prevalent in Lubuk Lampam. The number of fish species
utilizing Lubuk Lampam floodplain as spawning and nursery ground was 30 species
with dominant species deriving from Cyprinidae. Biodiversity index of larval and
juvenile ranged from low to moderate with most of the equitability index was less
than 0.5. This phenomenon indicated that larval and juvenile less spread out with
a dominance of certain fish larvae in January and February. Spatial and temporal
distribution croacking gouramy and rasbora were very broad, indicating these fish
are cosmopolitan, spawn throughout the year and is able to adapt to different habitat
conditions. Ecosystem preferred most by fish larvae and juvenile are the open water
covered by macrophytes and slow water currents like in Kapak Hulu and Suak
Buayo fish reserve area..
The abundance of fish larvae and juvenile were fluctuated along the

observation time. For the larvae, the peak abundance was occurred in accordance
with the water began to rise such as in November 2012, April 2013, August 2013
and October 2013. While for the juvenile it was in accordance with maximum flood
occured in March and June 2013. Flood period in each year influenced the growth
and development habitat of fish larvae and juveniles in Lubuk Lampam floodplain.
Floodplain pits or pools (locally known as Lebung) and river channels are the best
habitat for growth and development of fish larvae and juveniles. The dominant
species of larvae and juveniles change along with the flood period.
Lubuk Lampam floodplain and its fisheries reasources have been degraded
either as a result of human activities (anthropogenic change) such as conversion of
land area for agriculture (rubber and palm oil plantations), high fishing intensity
and the use of un-friendly fishing gear or as a result of global climate change. To
conserve the habitat and fish resources in Lubuk Lampam floodplain areas in the
long run, some ecological, socio-economic and institutional as well as legislation
consideration must be put into account in fisheries management. From ecological
perspective, it should consider the production of consume-size fish and the
recruitment of the larvae and juvenile fluctualted accordingly with flood dynamic.
Some of management steps that need to be done were: (1) the rehabilitation of
Lubuk Lampam habitats specially in fisheries reserve area (the floodplain pools)
(2) timing, locations of arrest and determination of the size of the climbing perch,

snakeskin gouramy and green catfish may be arrested, (3) prohibits the use of kilung
and tuguk, and (5) increasing the number of fish reserves more 5 ha .
Key word: reproduction aspect, dynamics of larvae, floodplain, Lubuk Lampam

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ASPEK REPRODUKSI DAN DINAMIKA LARVA IKAN SEBAGAI
DASAR PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN DI PAPARAN
BANJIRAN LUBUK LAMPAM PROVINSI SUMATERA SELATAN

EKO PRIANTO


Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji pada Ujian Tertutup: Prof. Dr. Husnah, M.Phil
Prof. Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA

Penguji pada Ujian Terbuka: Prof. Dr. Husnah, M.Phil
Prof. Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA

Judul Disertasi : Aspek Reproduksi Dan Dinamika Larva Ikan Sebagai Dasar
Pengelolaan Sumberdaya Ikan Di Paparan Banjiran Lubuk
Lampam Provinsi Sumatera Selatan
Nama
: Eko Prianto
NIM
: C261110051

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc
Ketua

Prof Dr Ismudi Muchsin
Anggota

Prof Dr Ir Endi S Kartamihardja, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya
Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 15 Juni 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
November 2012 adalah reproduksi dan daur hidup ikan, dengan judul Aspek
Reproduksi Dan Dinamika Larva Ikan Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya
Ikan Di Paparan Banjiran Lubuk Lampam Provinsi Sumatera Selatan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal, MSc selaku
ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. Ismudi Muchsin, dan Prof. Ris. Dr. Endi
Setiadi Kartamihardja, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan arahan, petunjuk, dan motivasi sejak penyusunan proposal penelitian
sampai pada penyempurnaan disertasi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada penguji luar komisi pembimbing saat ujian tertutup
dan terbuka Prof. Ris. Dr. Ir. Hunah, M.Phil dan Prof. Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA
atas masukan dan perbaikan disertasi.
Ungkapan terima kasih disampaikan kepada kedua orang tuaku ayahanda
Kusni, ibunda Nogati, istriku tercinta Dr. Irdha Mirdhayati dan kedua anakku
Muhammad Ihsan Alhabibi dan Muhammad Ikhwan Alfarabi, kedua mertuaku
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Kepala Pusat Penelitian Pengelolaan
Perikanan dan Konservasi SDI Balitbang KP dan Drs. Budi Iskandar Prisantoso,
MSc Kepala Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum, ibu Dra. Ni’am
Muflikhah, Dr. Romie Jhonnerie, Dr. Dade Jubaedah, Dr. Arif Wibowo, sdr. Mersi,
Bapak Suroyo dan SDP angkatan 2011 serta kelompok penelitian Perairan Umum
Daratan P4KSI, yang telah membantu selama pengumpulan data.
Banyak pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian ini dan membantu
penyelesaian disertasi baik di lapangan (Lubuk Lampam), di Bogor, maupun di
Palembang. Segala bantuan yang telah diberikan, baik moril maupun materil,
dengan segala kerendahan hati penulis berkenan mengucapkan terima kasih.
Kiranya segala bantuan tersebut tercatat sebagai ibadah, dan mendapat balasan
kebaikan dari Allah SWT. Dalam melaksanakan penelitian maupun penulisan
disertasi ini, apabila terdapat tingkah laku, tutur kata, sikap, maupun perbuatan
penulis yang tidak berkenan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari sempurna, meskipun
penulis sudah berusaha sedimikian rupa untuk menyempurnakannya. Dengan
berlapang dada kepada semua pihak yang mengetahui kekurangan atau kesalahan
dalam disertasi ini, penulis sangat mengharapkan, menghormati, dan menghargai
segala saran, kritikan, dan masukan-masukan untuk penyempurnaannya. Semoga
disertasi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan teknologi dimasa
mendatang.
Bogor, Juni 2015

Eko Prianto

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kebaruan (Novelty)
Ruang Lingkup Penelitian
2 KONDISI UMUM HABITAT SUMBERDAYA IKAN DI PAPARAN
BANJIRAN LUBUK LAMPAM
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Analisis Data
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
3 BIOLOGI REPRODUKSI BEBERAPA JENIS IKAN UTAMA DAN
STRATEGI PEMIJAHAN IKAN DI PAPARAN BANJIRAN LUBUK
LAMPAM KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
4 STRUKTUR
KOMUNITAS,
DISTRIBUSI
SPASIAL
DAN
TEMPORAL LARVA DAN JUVENIL IKAN DI PAPARAN
BANJIRAN LUBUK LAMPAM
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Analisis Data
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
5 KELIMPAHAN DAN PERTUMBUHAN LARVA DAN JUVENIL
IKAN DI PAPARAN BANJIRAN LUBUK LAMPAM
Pendahuluan
Bahan dan Metode

xii
xiv
xiv
xvi
1
1
2
3
3
4
4
5
7
7
8
11
13
26
32

33
33
34
37
48
53

55
55
56
57
58
66
70
71
71
72

xiii

Analisis Data
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
6 PEMBAHASAN UMUM
Aktifitas Penangkapan dan Produksi Ikan
Status Pengelolaan Perikanan di Lebak Lebung
Permasalahan Pengelolaan Perikanan
Strategi Pengelolaan Perikanan
7 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

73
74
79
82
83
86
87
88
89
91
91
91
92

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Deskripsi Lokasi Pengambilan Sampel
Parameter fisika, kimia dan biologi perairan serta peralatan dan metode
pengukurannya
Tipologi habitat paparan banjiran Lubuk Lampam
Perubahan luasan sub habitat Lubuk Lampam pada tahun 1989, 2001
dan 2013
Kondisi fisika-kimia air masing-masing stasiun penelitian di Lubuk
Lampam
Jumlah sampel dan ukuran panjang ikan betok, sepat siam dan baung
yang digunakan dalam penelitian
Persamaan hubungan panjang berat ikan betok, sepat siam dan baung
Rasio kelamin ikan betok, sepat siam dan baung
Hasil uji Chi-square ikan betok, sepat siam dan baung di Lubuk
Lampam
Rata-rata nilai indek kematangan gonad ikan (betok, sepat siam dan
baung) berdasarkan tingkat kematangan gonad jantan dan betina
Fekunditas ikan betok, sepat siam dan baung yang sudah matang
gonad
Hubungan fekunditas dengan panjang dan berat ikan betok, sepat siam
dan baung
Komposisi jenis larva dan juvenil ikan di Lubuk Lampam berdasarkan
lokasi dan periode banjir

9
9
13
14
18
37
38
39
40
43
44
45
59

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Alur pemikiran penelitian
Lokasi Penelitian dengan delapan stasiun pengambilan contoh
Perubahan luasan habitat Lubuk Lampam berdasarkan citra satelit dari
tahun 1989, 2001 dan 2013
Kondisi curah hujan dan tinggi muka air di Lubuk Lampam
Periode penggenangan air di Lubuk Lampam
Penggenangan air per minggu pada bulan Mei-Juli
Kelimpahan rata-rata fitoplankton (sel/l) diperairan Lubuk Lampam
Kelimpahan fitoplankton masing-masing lokasi penelitian berdasarkan
periode banjir
Kelimpahan rata-rata zooplankton (ind/l) diperairan Lubuk Lampam
Kelimpahan zooplankton masing-masing lokasi penelitian berdasarkan
periode banjir
Kelimpahan rata-rata perifiton (sel/cm2) di perairan Lubuk Lampam
Kelimpahan perifiton masing-masing lokasi penelitian berdasarkan
periode banjir

6
10
14
15
16
16
18
20
21
22
23
24

xv

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Kelimpahan rata-rata makrozoobenthos (ind/m2) di perairan Lubuk
Lampam
Kelimpahan makrozoobenthos masing-masing lokasi penelitian
berdasarkan periode banjir
Peta Lubuk Lampam dan stasiun penelitian
Hubungan panjang berat ikan-ikan utama di Lubuk Lampam, (a)
jantan, (b) betina
Nisbah kelamin ikan-ikan utama di Lubuk Lampam
Persentase tingkat kematangan gonad ikan jantan (a) dan betina (b)
berdasarkan tinggi muka air
Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) III dan IV ikan jantan (a)
dan betina (b) dalam kaitannya dengan fluktuasi tinggi muka air
Ukuran panjang pertamakali matang gonad (Lm) pada ikan betok,
sepat siam, baung jantan dan betina
Proporsi jenis ikan di Lubuk Lampam berdasarkan kebiasaan
makannya
Proporsi post larva ikan di Lubuk Lampam berdasarkan tinggi muka
air
Hubungan antara keberadaan larva dengan ikan betok, sepat siam dan
baung yang matang gonad diperairan Lubuk Lampam
Proporsi (%) pre larva, post larva dan juvenil di masing-masing lokasi
penelitian
Indek keanekaragaman larva dan juvenil di paparan banjiran Lubuk
Lampam
Indek keanekaragaman larva dan juvenil ikan berdasarkan lokasi
penelitian
Indek keseragaman larva dan juvenil ikan di Lubuk Lampam
Indek dominansi larva dan juvenil di Lubuk Lampam
Peta sebaran spasial larva ikan masing-masing stasiun di Lubuk
Lampam
Sebaran spasial juvenil ikan masing-masing stasiun di Lubuk
Lampam
Jumlah jenis larva dan juvenil berdasarkan tinggi muka air bulan
November 2012-November 2013
Kelimpahan larva dan juvenil ikan di paparan banjiran Lubuk
Lampam
Perubahan musiman kelimpahan larva dan juvenil ikan di Lubuk
Lampam
Perubahan musiman kelimpahan relatif larva ikan yang dominan
Lubuk Lampam
Perubahan musiman kelimpahan relatif juvenil ikan yang dominan di
Lubuk Lampam

25
26
35
39
40
41
42
44
46
47
47
48
60
61
61
62
63
65
66
75
77
78
78

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Komposisi jenis dan sebaran fitoplankton di Lubuk Lampam
Komposisi jenis, kelimpahan dan sebaran zooplankton di Lubuk
Lampam
Komposisi jenis dan sebaran makrozoobenthos masing-masing stasiun
di Lubuk Lampam
Sebaran diameter telur ikan a) betok, b) sepat siam dan c) baung
Tahapan perkembangan larva berdasarkan ukuran larva dan juvenil
Sebaran temporal larva ikan di paparan banjiran Lubuk Lampam
Sebaran temporal juvenil ikan di paparan banjiran Lubuk Lampam
Simulasi tahapan perkembangan beberapa jenis larva ikan di Lubuk
Lampam
Kelimpahan (ind/100 m3) dan jumlah jenis larva dan juvenil ikan di
Lubuk Lampam Berdasarkan Periode Banjir
Prediksi waktu pemijahan ikan-ikan paparan banjiran Lubuk Lampam
berdasarkan tingkat kematangan gonad
Jenis alat tangkap dan waktu pengoperasiannya di Lubuk Lampam
Foto lokasi penelitian di Lubuk Lampam
Foto-foto larva ikan di paparan banjiran Lubuk Lampam

103
105
106
107
108
110
111
112
113
115
117
118
119

DAFTAR ISTILAH

AUTOCHTONOUS
ALLOCHTONOUS
APHA

: Nutrient yang bersumber dari dalam perairan
: Nutrient yang bersumber dari luar perairan
: American Public Health Association, Asosiasi
kesehatana masyarakat di Amerika dengan fokus
pada kesehatan dan kebijakan terkait kesehatan
masyarakat berbasis ilmu pengetahuan
DO
: Dissolved Oxygen, jumlah oksigen terlarut yang
tersedia dalam badan air
EKOSISTEM
: Tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan,
stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup
FBF
: Flood Begins to Fall, bagian dari periode banjir
dimana air mulai turun
FEKUNDITAS
: Jumlah telur di dalam ovary
FITOPLANKTON
: Sekelompok biota tumbuhan autotroph yang
mampu melakukan fotosintesis dan
pergerakannya dipengaruhi oleh arus
GONAD
: Organ reproduksi hewan tempat sel telur dan
sperma dihasilkan
GRAMINAE
: Jenis tumbuhan kumpai yang hidup di perairan
rawa
HABITAT
: Daerah lingkungan alam tempat organisme hidup
HERBIVORA
: Hewan yang makanannya hanya tumbuhtumbuhan
IKAN
: Hewan bertulang belakang yang hidup di air,
umumnya bernafas dengan insang
IOD
: Indian Ocean Dipole, fenomena lautan-atmosfer
di daerah ekuator Samudera Hindia yang
mempengaruhi iklim di Indonesia
IKG
: Indek kematangan gonad, merupakan
perbandingan berat gonad dengan berat tubuh
suatu jenis ikan
JUVENILE
: Bagian dari daur hidup larva ikan, dimana secara
morfologi bentuk sudah menyerupai induknya.
MAKROZOOBENTOS : Organisme Akuatik yang menetap di dasar
perairan dan pergerakannya lambat
MF
: Maximum Flood, Bagian dari periode banjir
dimana tinggi air maksimal
OKI
: Ogan Komering Ilir, salah satu kabupaten di
Provinsi Sumatera Selatan
OMNIVORA
: Sifat makhluk hidup yang makanannya berasal
dari hewan atau tumbuhan atau kedua-duanya
PAPARAN BANJIR
: Perairan dataran rendah yang merupakan bagian
dari DAS secara periodik masih berhubungan

xviii

PERIFITON

PRE LARVAE

POST LARVAE

SIG

TKG

WR
ZOOPLANKTON

dengan sungai induknya
: Kumpulan jasad renik hewan atau tubuhan yang
menetap pada efiphyton di perairan tawar
perairan
: Bagian daur larva, dimana larva masih
mempunyai kuning telur, tubuhnya transparan
dan memiliki butir pigmen
: Masa larva ikan dimana mulai hilangnya kantung
kuning telur sampai terbentuknya organ-organ
baru
: Sistem Informasi Geografis, sistem manajemen
data berbasis komputer untuk pengolahan
informasi secara keruangan
: Tingkat kematangan gonad, tahapan
perkembangan gonad menurut perkembangan
telur di dalam ovari atau testes
: Water rise, bagian dari periode banjir dimana air
mulai naik
: Hewan renik yang hidup melayang di dalam
perairan dan pergerakannya terbatas

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perairan paparan banjiran berperan penting dalam menghasilkan sumberdaya
ikan pada skala besar. Perairan paparan banjiran berperan sebagai: i) daerah
pemijahan dan pengasuhan bagi berbagai jenis ikan (Welcomme 1979, Bayley
1995, Sparks 1995, Galat et al. 2004, Crain et al. 2004), ii) daerah pembesaran
karena menyediakan invertebrata yang berlimpah sebagai makanan (Holland dan
Huston 1985), iii) daerah perlindungan ikan dari perubahan suhu yang ekstrim dan
arus air yang kuat (Holland 1986) serta iv) daerah perlindungan ikan mangsa (Paller
1987).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan di paparan banjiran antara
lain tinggi muka air, durasi banjir, keteraturan penggenangan air atau banjir,
karakteristik paparan banjiran, rute migrasi dan banyaknya tempat perlindungan
saat musim kering (Baran et al. 2001). Aktifitas pemijahan ikan di paparan banjiran
sangat tergantung kepada peningkatan muka air pada saat musim hujan. Waktu,
durasi dan besarnya pergantian arus antara anak sungai dengan daerah paparan
banjiran akan mempengaruhi aktifitas reproduksi ikan-ikan sungai yang merupakan
bagian penting dalam menentukan keberhasilan pemijahan ikan (Galat et al. 1997,
Ward et al. 1999). Demikian pula, saluran penghubung juga sangat menentukan
suksesnya migrasi juvenil ikan kembali ke sungai.
Ogan Komering Ilir (OKI) merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Selatan yang 60% wilayahnya adalah perairan (Bahri 2007). Salah satu
daerah penangkapan ikan yang produktif adalah ekosistem paparan banjiran.
Ekosistem paparan banjiran di Kabupaten OKI terdiri dari lebak kumpai, hutan
rawang, lebung, sungai utama (batanghari dan lubuk). Lokasi penangkapan ikan
yang potensial banyak ditemukan di wilayah ini diantaranya perairan Lubuk
Lampam, Lebak Danau, Lebak Air Itam, dan Lebak Sarang Elang. Pada saat musim
kemarau aktivitas penangkapan ikan di perairan tipe paparan banjiran mencapai
puncak karena kebanyakan ikan-ikan terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu
yang masih ada airnya.
Produksi perikanan dari kegiatan penangkapan ikan, khususnya di perairan
umum daratan Kabupaten OKI telah mengalami penurunan, hal tersebut
diindikasikan dengan semakin berkurangnya stok ikan di perairan tersebut akibat
usaha penangkapan yang terus dilakukan dari tahun ke tahun dan tidak terkendali.
Produksi ikan diwilayah tersebut pada tahun 1989 sebesar 38 661 ton tetapi pada
tahun 1993 hanya sebesar 4 482 ton (Ajie 1996). Penurunan produksi perikanan
tangkap akibat eksploitasi yang berlebihan dapat berpengaruh terhadap pendapatan
nelayan dan pendapatan asli daerah melalui lelang lebak lebung. Kegiatan
eksploitasi sumberdaya ikan dilakukan dengan sistem lelang lebak lebung ini telah
dilakukan secara turun temurun. Tekanan terhadap sumberdaya akibat penangkapan
menjadi semakin tinggi dengan meningkatnya upaya penangkapan. Kegiatan
penangkapan yang intensif dalam jangka panjang mengakibatkan turunnya stok
sumberdaya ikan. Bahkan, dalam kondisi yang ekstrim akan menyebabkan
kelangkaan atau hilangnya jenis atau spesies tertentu dari perairan paparan banjiran.

2

Perairan Lubuk Lampam merupakan salah satu kawasan lelang lebak lebung
yang saat ini masih dikelola oleh masyarakat. Lubuk Lampam memiliki luas ± 1
200 ha (Samuel 2008) yang terdiri berbagai tipe sub ekosistem paparan banjiran
antara lain hutan rawang, lebak kumpai, lebung dan sungai utama. Seperti daerah
lainnya di OKI, saat ini perairan Lubuk Lampam juga mengalami tekanan yang
besar akibat akitiftas manusia seperti penangkapan yang berlebih dan alih fungsi
lahan untuk perkebunan dan pertanian. Perkebunan kelapa sawit yang dibangun
sejak tahun 2005, berbatasan dengan Lubuk Lampam telah menurunkan luas
kawasan tersebut. Kualitas habitat Lubuk Lampam juga mengalami penurunan
akibat aktifitas manusia disekitarnya.
Semua aktifitas diatas secara langsung atau tidak langsung memberikan
dampak terhadap sumberdaya ikan terutama aspek reproduksi dan dinamika larva
ikan di paparan banjiran. Keberadaan larva di dalam perairan sangat penting,
sebagai suksesor atau menggantikan peran ikan-ikan dewasa di masa mendatang.
Jika pertumbuhan dan perkembangan larva ikan terganggu atau lambat maka dapat
menyebabkan produksi ikan menurun. Penelitian telur dan larva ikan sangat efektif
untuk mengetahui perubahan relatif biomasa pemijahan (spawning biomass) (Smith
1972 dalam Sediadi dan Sidabutar 1994). Walaupun se-ekor ikan dalam memijah
dapat menghasilkan ribuan bahkan jutaan telur, namun pada perkembangannya
tidak semua telur menetas dan ketika mencapai dewasa hanya tinggal beberapa
puluh ekor yang mampu bertahan.
Informasi aspek reproduksi dan dinamika larva ini sangat diperlukan dalam
pengelolaan perikanan karena akan memberikan gambaran kemampuan suatu
spesies dalam melangsungkan kehidupan dan perkembangannya dari waktu ke
waktu (Elvyra 2010). Informasi tersebut dapat memberikan gambaran bagaimana
kondisi perikanan di suatu kawasan termasuk Lubuk Lampam. Disamping
memberikan informasi seberapa besar kontribusi kawasan ini terhadap produksi
perikanan setiap tahunnya, melalui informasi potensi reproduksi dan dinamika larva
dapat diketahui pula fungsi ekologi kawasan ini apakah sebagai spawning ground,
nursery ground atau feeding ground. Informasi ini sangat penting dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan di paparan banjiran khususnya di Kabupaten
Ogan Komering Ilir.
Penelitian mengenai aspek reproduksi dan dinamika larva di perairan umum
khususnya paparan banjiran di Indonesia masih sangat jarang dilakukan sehingga
informasi mengenai dinamika larva masih sedikit. Kondisi aspek reproduksi dan
dinamika larva ikan di paparan banjiran dapat digunakan untuk menentukan model
pengelolaan yang tepat untuk kawasan paparan banjiran. Disamping itu dapat
memberikan informasi mengenai kapan waktu pemijahan ikan, kondisi habitat yang
digunakan untuk pemijahan dan jenis ikan yang memanfaatkan kawasan ini untuk
pemijahan. Berdasarkan informasi ini dapat ditentukan cara atau tindakan yang
tepat untuk mengembalikan fungsi ekologi dan ekonominya.

Kerangka Pemikiran
Saat ini kondisi perairan paparan banjiran Lubuk Lampam sudah mengalami
tekanan ekologis yang besar. Produksi atau hasil tangkapan nelayan sudah jauh
berkurang, bahkan beberapa jenis ikan bernilai ekonomis seperti ikan belida

3

(Chitala lopis), betutu (Oxyeleotris marmorata), patin sungai (Pangasius djambal)
sudah sulit ditemukan. Penyebab berkurangnya atau turunnya populasi ikan di
perairan ini, antara lain karena aktivitas penangkapan yang semakin meningkat,
perubahan hutan menjadi pemukiman dan perkebunan serta adanya pembuatan
kanal untuk keperluan perkebunan. Perubahan hutan dan pembuatan kanal akan
berdampak pada berubahnya kualitas perairan. Hal tersebut mengakibatkan
terganggunya proses alami bioekologi ikan seperti migrasi ikan untuk
berreproduksi dan mencari makan dari perairan sungai ke paparan banjiran dan
sebaliknya. Untuk menjawab semua permasalahan diatas diperlukan strategi
pengelolaan yang tepat guna menghindari kerusakan sumberdaya perikanan di
paparan banjiran Lubuk Lampam.
Strategi yang perlu diterapkan adalah pengaturan musim penangkapan,
pengaturan lokasi penangkapan, penetapan wilayah konservasi dan perbaikan
habitat. Upaya ini sangat memerlukan dukungan informasi fundamental mengenai
aspek reproduksi, dinamika larva dan habitatnya (Gambar 1).

Hipotesis
a. Kondisi habitat yang baik dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan
ikan, larva, juvenil serta biota air lainnya.
b. Pemijahan ikan-ikan di paparan banjiran mengikuti siklus perubahan muka air
secara musiman, ikan akan memijah pada saat air mulai naik.
c. Apabila tinggi muka air mengalami perubahan maka dinamika larva ikan akan
mengalami perubahan.
d. Apabila aspek reproduksi dan dinamika larva ikan serta karakter habitatnya
diketahui maka upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan di paparan
banjiran dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Menjelaskan kondisi umum habitat sumberdaya ikan di perairan Lubuk
Lampam.
b. Menjelaskan aspek biologi reproduksi ikan dan strategi pemijahan ikan di
paparan banjiran.
c. Menjelaskan distribusi temporal, spasial dan dinamika larva ikan di daerah
paparan banjiran.
d. Merumuskan konsep dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan di kawasan
paparan banjiran Lubuk Lampam.

4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam mengelola
sumberdaya perikanan yang berkelanjutan pada ekosistem paparan banjiran di
Lubuk Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.

Kebaruan (Novelty)
Penelitian aspek reproduksi ikan-ikan utama khususnya sepat siam
(Trichopodus pectoralis), betok (Anabas testudineus Bloch, 1792) dan baung
(Hemibagrus nemurus Cuvier & Valenciennes) di perairan umum daratan telah
banyak dilakukan sedangkan dinamika larva dan juvenil ikan masih sangat terbatas.
Penelitian dinamika larva dan juvenil ikan lebih banyak diterapkan pada perairan
payau dan laut sedangkan di perairan umum daratan terutama paparan banjiran
masih sangat terbatas khususnya di Indonesia. Penelitian aspek reproduksi terkait
ikan sepat siam, betok dan baung yang pernah dilakukan diantaranya:
1. Beberapa aspek biologi reproduksi ikan sepat siam (Trichopodus pectoralis) di
Danau Sidenreng, Sulawesi Selatan dan di rawa banjiran Desa Patra Tani,
Sumatera Selatan.
2. Biologi reproduksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch, 1792) di rawa
banjiran DAS Mahakam, Kalimantan Timur, Sungai Tapung Kiri, Provinsi
Riau, rawa banjiran Indralaya dan di rawa banjiran Desa Patra Tani, Sumatera
Selatan.
3. Studi aspek reproduksi ikan baung (Hemibagrus nemurus Cuvier
Valenciennes) di Sungai Bingai Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara dan di
Sungai Batang Lembang serta Batang Sumani, Sumatera Barat.
Penelitian tersebut diatas hanya sebatas mengkaji aspek biologi ikannya saja
namun belum menghubungkan dengan tinggi muka air. Pada disertasi ini aspek
reproduksi ketiga jenis ikan banyak dihubungkan dengan tinggi muka air dan
periode banjir selama satu tahun. Penelitian dinamika larva yang pernah dilakukan
di beberapa negara diantaranya:
1. Pola distribusi larva ikan di Sungai Van Duzen California, Hulu Sungai
Mississippi, Sungai Misouri, Amerika Serikat.
2. Komposisi jenis, kelimpahan larva ikan di musim kemarau di Sungai Tonle Sap,
Kamboja dan Sungai Missouri, USA, Sungai Murray, Australia, larva ikan
curvina (Plagioscion squamosissimus) sungai Parana, Brazil.
3. Perkembangan morphologi, daur hidup ikan baung (Mystus nemurus) pada
Indian catfish (Heteropneustes fossilis), gabus (Channa striata), Thai River
Sprat (Clupeichthys aesarnensis) di Danau Pasak Jolasid, Thailand dan Sungai
Tonle Sap, Kamboja.
4. Kelulushidupan dan pertumbuhan larva ikan razorback sucker (Xyrauchen
texanus) dan bonytail (Gila elegans) di Sungai Kolorado.
5. Perpindahan larva di hilir Sungai Murray, Australia dan Sungai Mucri, Brazil.
6. Distribusi spasial dan temporal larva ikan di Sungai Sacramento, USA dan
Sungai Danube, Slovakia
7. Keragaman dan struktur ukuran larva di paparan banjiran cooper creek Australia

5

Walaupun penelitian tentang dinamika larva telah banyak dilakukan di
beberapa negara namun hanya terbatas pada sungai dan danau saja dan bersifat
parsial. Penelitian tentang dinamika larva dan juvenil secara keseluruhan yang
dikaitkan dengan tinggi muka air dan periode banjiran di paparan banjiran belum
pernah dilakukan sebelumnya. Dalam disertasi ini lebih diulas aspek biologi ikanikan utama dan dinamika larva dan juvenil secara mendalam yang dihubungkan
dengan tinggi muka air serta periode banjir. Selanjutnya dalam disertasi ini juga
dikemukakan musim pemijahan ikan dengan menyandingkan data kelimpahan
larva dan juvenil dengan data tingkat kematangan gonad ikan-ikan utama.
Penelitian ini juga mengemukakan preferensi habitat larva dan juvenil ikan
berdasarkan tipologi habitat paparan banjiran yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.

Ruang Lingkup Penelitian
Secara sistematik, ruang lingkup penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari penelitian tentang kondisi umum
habitat sumberdaya ikan, aspek reproduksi dan dinamika larva hingga strategi
pengelolaan sumberdaya perikanan dilakukan secara rinci melalui beberapa topik
penelitian sebagai berikut :
Penelitian 1 : kondisi umum habitat sumberdaya ikan di paparan banjiran Lubuk
Lampam. Penelitian ini untuk mencapai tujuan a
Penelitian 2 : biologi reproduksi beberapa jenis ikan utama dan strategi pemijahan
ikan di paparan banjiran Lubuk Lampam Kabupaten Ogan Komering
Ilir. Penelitian ini untuk mencapai tujuan b.
Penelitian 3 : struktur komunitas, distribusi spasial dan temporal larva dan juvenil
ikan di paparan banjiran Lubuk Lampam. Penelitian ini untuk
mencapai tujuan c.
Penelitian 4 : kelimpahan dan pertumbuhan larva dan juvenil ikan di paparan
banjiran Lubuk Lampam. Penelitian ini untuk mencapai tujuan c.
Pembahasan umum untuk merumuskan konsep dan strategi pengelolaan
sumberdaya ikan merupakan implikasi dari hasil penelitian 1, 2, 3
dan 4.

6

Gambar 1 Alur pemikiran penelitian

2 KONDISI UMUM HABITAT SUMBERDAYA IKAN DI
PAPARAN BANJIRAN LUBUK LAMPAM
Pendahuluan
Paparan banjiran merupakan salah satu ekosistem unik dengan karakteristik
yang khas. Kekhasan ekosistem paparan banjiran tersebut karena adanya pengaruh
banjir musiman yang terjadi setiap tahunnya. Banjir musiman yang terjadi
mempengaruhi kondisi fisika, kimia dan biologi perairan menyebabkan biota yang
hidup pada saat musim penghujan akan berbeda dengan musim kemarau. Pada saat
musim penghujan terjadi banjir yang menyebabkan air sungai akan melimpah ke
rawa sekitarnya. Adanya aliran air dari sungai menuju rawa menyebabkan
terjadinya aliran nutrien dan secara fisik luas permukaan perairan akan semakin
luas.
Sumber nutrien di ekosistem ini berasal dari dalam sistem akuatik (sumber
makanan autochtonous), atau dari luar sistem akuatik (sumber makanan
allochtononous). Sumber autochtonous berupa fitoplankton, zooplankton, bentos,
perifiton dan ikan, sedangkan sumber allochtonous berupa serangga, daun-daunan,
akar, dan biji-bijian dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar perairan yang
memberikan kontribusi terhadap perairan (Welcomme 1979). Bahan masukan dari
luar perairan masuk ke dalam perairan terbawa oleh aliran air pada musim hujan
atau oleh angin (Hartoto et al. 1993). Demikian sebaliknya, ketika musim kemarau
perairan rawa akan mengalami kekeringan dan permukaan perairan semakin sempit
dan hanya sungai dan lebung dialiri air. Banjir musiman yang terjadi saat musim
penghujan memberikan respon yang positif terhadap biota perairan terutama ikan.
Ikan-ikan akan memijah pada saat terjadinya banjir musiman. Seperti halnya
perairan paparan banjiran di Indonesia, Lubuk Lampam juga mengalami fenomena
tersebut.
Keberadaan fitoplankton, perifiton, zooplankton dan makrozoobenthos di
perairan berfungsi sebagai pakan alami bagi biota perairan khususnya larva dan
juvenil. Ketersediaan makanan yang cukup akan menjamin kelulushidupan dan
pertumbuhan larva dan juvenil diperairan. Preferensi larva dan juvenil terhadap
makanan dipengaruhi oleh tipe ekosistem, kondisi hidrografi dan kesuburan
perairan. Larva dan juvenil yang sama hidup pada suatu daerah geografis dan
kondisi lingkungan berbeda akan memiliki jenis makanan yang berbeda (Effendi,
2002).
Pada saat musim penghujan Lubuk Lampam mencapai luas 1 200 ha dan
ketika musim kemarau hanya memiliki luas 120 ha (Arifin 1978). Pada saat musim
kemarau tersebut hanya ekosistem lebung dan sungai yang dialiri air sedangkan
lebak kumpai dan hutan rawang mengalami kekeringan. Pada musim penghujan,
tumbuhan yang digenangi air akan mengalami pembusukan dan ketika muka air
mengalami penurunan, banyak material organik mengalami pengendapan di sungai,
rawa dan lebung sehingga proses pembusukan akan berdampak kepada kualitas
perairan. Pada saat musim kemarau kualitas air rendah yang ditunjukkan pH yang
rendah, karbondioksida tinggi dan oksigen terlarut rendah. Ikan-ikan yang hidup di
perairan paparan banjiran harus mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang

8
ekstrim. Hanya jenis-jenis ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan yang
mampu hidup diperairan tersebut (dapat mengambil oksigen secara langsung dari
udara bebas) (Welcome 1979).
Tinggi muka air di Lubuk Lampam (tahun 1989-2001) mengalami
peningkatan pada bulan Desember-April pada musim penghujan. Pada bulan MeiJuni tinggi muka air mengalami penurunan karena mulai berakhirnya musim
penghujan. Pada musim kemarau (Agustus-September) tinggi muka air mengalami
penurunan drastis dan bulan Oktober-Nopember air mulai meningkat kembali
seiring dengan masuknya musim penghujan (Utomo et al. 2008). Pada musim
kemarau ekosistem hutan rawang dan lebak kumpai mengalami kekeringan. Sejak
sepuluh tahun terakhir kondisi perairan paparan banjiran Lubuk Lampam sudah
mengalami tekanan ekologis yang besar. Produksi atau hasil tangkapan nelayan
sudah jauh berkurang, yang disebabkan oleh aktivitas penangkapan yang semakin
meningkat, alih fungsi lahan dan penggunaan pestisida untuk perkebunan kelapa
sawit. Semua aktifitas tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan luasan,
kualitas air menurun, hilangnya habitat dan terganggunya proses bio-ekologi
kehidupan biota perairan terutama ikan. Kondisi lingkungan perairan secara
langsung dapat memberikan gambaran tentang kondisi sumberdaya ikan disuatu
wilayah. Dalam melakukan pengelolaan informasi kondisi umum habitat
sumberdaya ikan perlu diketahui dengan baik. Kondisi umum yang dimaksud
merupakan gambaran secara umum kondisi fisik habitat, kualitas perairan,
komposisi jenis dan kelimpahan biota perairan (fitoplankton, zooplankton, perifiton
dan makrozoobenthos) yang terkait dengan sumberdaya ikan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi umum habitat sumberdaya
ikan di paparan banjiran Lubuk Lampam.

Bahan dan Metode
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di paparan banjiran Lubuk Lampam Kabupaten Ogan
Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan (Gambar 2). Pengamatan tinggi muka air,
kualitas perairan dan pengambilan sampel fitoplankton, zooplankton, perifiton dan
benthos dilakukan di delapan stasiun mulai bulan Nopember 2012-Nopember 2013.
Jumlah stasiun sampling ditentukan berdasarkan karakteristik habitat dan
perubahan muka air yang meliputi hutan rawang (2 stasiun), lebak lebung (2
stasiun), lebak kumpai (2 stasiun) dan sungai utama (2 stasiun).
Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Desain penelitian
ditetapkan dengan cara zonasi (segmentasi habitat) dengan mempertimbangkan
karakteristik perairan Lubuk Lampam berdasarkan tipologi habitat sehingga
ditetapkan delapan stasiun penelitian di Lubuk Lampam seperti tercantum pada
Tabel 1.

9
Tabel 1 Deskripsi Lokasi Pengambilan Sampel
Stasiun
Stasiun 3 dan 5

Stasiun 1 dan 8
Stasiun 2 dan 6

Stasiun 4 dan 7

Stasiun 3 dan 5
Stasiun 1 dan 8

Deskripsi lokasi
Musim Banjir
Lebung (floodplain pool), merupakan suatu cekungan
terdapat di dalam ekosistem lebak yang sepanjang tahun
dialiri air
Sungai utama (main channel), bagian perairan yang sepanjang
tahun dialiri air
Lebak kumpai (floodplain savannah), bagian yang sedikit
lebih rendah dari rawang dan banyak ditumbuhi oleh
tumbuhan air, terutama dari jenis kumpai (Graminae)
Hutan rawang (floodplain forest), merupakan lokasi yang
ditumbuhi dengan vegetasi tingkat tinggi
Musim Kemarau
Lebak lebung, merupakan suatu cekungan yang terdapat di
dalam ekosistem lebak yang sepanjang tahun dialiri air
Sungai utama, bagian perairan yang sepanjang tahun dialiri air

Parameter yang diukur pada penelitian terdiri dari parameter biologi, fisika
dan kimia perairan selama periode air mulai naik hingga air turun. Secara lengkap
parameter biologi, fisika dan kimia yang diukur dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
No.
1.

Parameter fisika, kimia dan biologi perairan serta peralatan dan metode
pengukurannya

Fisika
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2. Kimia
a.
b.
c.
d.
3. Biologi
a.
b.
c.
d.

Parameter

Peralatan

Metode

Suhu
Kecerahan
Daya hantar listrik
Tinggi muka air
Kedalaman air
Kecepatan Arus
Warna
Bau

Termometer
Secchi disk
Conductivity meter
Papan ukur
Deep sounder
Current meter

Visual
Visual
Elektrokimia
Visual
Visual
Visual
Visual
Penciuman

pH
Oksigen terlarut
Phosphat
Nitrat

pH-meter
DO meter
Spektrofotometer
Spektrofotometer

Elektrokimia
Elektrokimia
Spektrofotometrik
Spektrofotometrik

Fitoplankton
Zooplankton
Perifiton
Benthos

Water sampler
Planktonet
Disecting set
Ekman grab

Settling Chamber
Metode penyaringan
Brush sampler

10

Gambar 2 Lokasi Penelitian dengan delapan stasiun pengambilan contoh
Pengelompokan tipologi habitat perairan Lubuk Lampam dilakukan melalui
observasi lapangan berdasarkan jenis vegetasi dan kondisi fisik habitat. Untuk
mengetahui perubahan luasan Lubuk Lampam digunakan analisis peta citra. Peta
citra yang digunakan adalah World View 2 hasil perekaman tahun 2013 dan peta
citra landsat 5 TM tahun 1989 dan peta citra landsat 7 tahun 2001 yang selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan Arcgis 10 untuk mengevaluasi perubahan luasan.
Peneraan kualitas air seperti suhu, pH, O2 terlarut, kecerahan, daya hantar
listrik, kedalaman dan tinggi muka air diukur secara insitu. Parameter nitrat dan
fosfat diukur di laboratorium. Waktu pengamatan dilakukan pada pagi hingga sore
hari (pukul 08.00-16.00 WIB). Contoh air diambil pada kedalaman 0.5 m dari
permukaan dan kemudian dimasukkan kedalam botol sampel 500 ml. Analisis
sampel air menggunakan standart methode (APHA 2005). Pengukuran tinggi muka
air dilakukan setiap bulan menggunakan papan ukur. Untuk mengetahui curah
hujan di Lubuk Lampam digunakan data curah hujan yang diperoleh dari BMKG
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012-2013.
Sampel fitoplankton diambil dengan menggunakan water sampler dengan
volume 5 l pada permukaan perairan. Sampel air yang diambil selanjutnya
dimasukkan kedalam botol plastik dengan volume 500 ml, dan diawetkan dengan
menggunakan lugol sebanyak 5 ml. Pengambilan sampel zooplankton
menggunakan planktonet yang berdiameter 20 cm dengan cod end 25 ml. Untuk

11
mendapatkan sampel zooplankton, air diambil dengan menggunakan ember
sebanyak 50 l. Selanjutnya disaring dengan menggunakan planktonnet dengan
mesh size 200 µm. Sampel zooplankton dimasukan dalam botol sampel dan
diawetkan dengan formalin 4 % dan dianalisis di Laboratorium Hidrobiologi Balai
Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Palembang. Selanjutnya
diidentifikasi berdasarkan Hutabarat dan Evans (1985), Needham dan Needham
(1964).
Pengambilan sampel makrozoobenthos menggunakan Ekman Grab (Klemm
et al. 1990). Substrat dasar perairan diambil dengan Ekman Grab sebanyak 3 x
masing-masing lokasi penelitian setiap bulannya. Substrat dasar perairan
selanjutnya dipisahkan dari kotoran yang masih tersisa disaringan benthos.
Makrozoobenthos yang terkumpul diawetkan dengan formalin 10 % untuk
diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi Needham dan Needham
(1964), Prescott (1970) dan Pennak (1978).
Sampel perifiton diambil pada substrat kayu dan dedaunan yang terendam di
dalam perairan dengan cara mengambil substrat menurut metoda brush sampler
(Cataneo dan Roberge 1991 da