Tanah bengkok dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.

2. Tanah bengkok dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahan 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menghapuskan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang sebelumnya dihapus dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Di dalam otonomi keuangan daerah, persoalan tanah bengkok tidak terlepas dari masalah otonomi daerah terutama pada otonomi keuangan daerah diatur dalam Pasal 155 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa “Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari oleh dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah”. Diperkuat dengan Pasal 201 ayat 1 dan ayat 2 menyatakan bahwa: 1 Pendanaan sebagai akibat perubahan status desa menjadi kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah kabupatenkota. 2 Dalam hal desa berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaan menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan. Sehingga kekayaan milik desa dari Pemerintahan Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, salah satunya tanah bengkok menjadi milik kekayaan daerah yang dikelola oleh Kelurahan dan tanah bengkok tidak lagi menjadi penghasilan langsung bagi Perangkat Kelurahan karena telah diangkat menjadi pegawai negeri dan digaji langsung oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah Desa menurut Pasal 202 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yaitu: 1 Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. 2 Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. 3 Sekretaris desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Penentuan Kepala Desa dilakukan melalui pemilihan langsung dengan memperoleh suara terbanyak, ketentuannya diatur pada Pasal 203, yaitu: Pasal 203: 1 Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat 1 dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Peraturan Daerah yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. 2 Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ditetapkan sebagai kepala desa. 3 Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Masa jabatan bagi Kepala Desa adalah enam tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya, pada Pasal 204. Sehingga Kepala Desa dan Perangkat Desa lainnya kecuali Sekretaris Desa menurut Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tidak diisi dari PNS Pegawai Negeri Sipil dan tidak digaji oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sebagai pegawai negeri sipil, namun memperoleh gaji dari tanah bengkok yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga, kecuali ada pengaturan lain dari Pemerintah Daerah melalui Peraturan Daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah, Pasal 216. Keuangan desa diatur pada Pasal 212 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, yaitu: 1 Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. 2 Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menimbulkan pendapatan, belanja, dan pengelolaan keuangan desa. 3 Sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terdiri dari: a. Pendapatan asli desa; b. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupatenkota; c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupatenkota; d. Bantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupatenkota; e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga. 4 Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. 5 Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan oleh kepala desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa. 6 Pedoman pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 5 ditetapkan oleh BupatiWalikota dengan berpedoman pada peraturan perundang- udangan.

3. Tanah bengkok dalam Peraturan Walikota Salatiga Nomor 10 Tahun 2006.