SARAN DAN TINDAK LANJUT

BAB III SARAN DAN TINDAK LANJUT

Apabila dirangkum secara ringkas, di dalam Pembinaan Kelembagaan Petani, terdapat beberapa permasalahan dan solusi yang dipergunakan dalam pemecahan permasalahan, yang meliputi :

1. Dalam kaitannya dengan pengelolaan dana PUAP, pengurus dan anggota gapoktan masih kurang solid dan frekuensi pertemuan di antara pengurus dan antara pengurus dengan anggota-anggota masih sangat kurang. Hal ini dilatarbelakangi oleh seringnya muncul permasalahan pribadi anggota, yang kemudian berdampak pada administrasi pengelolaan dana PUAP tersebut. Di samping itu, gapoktan tampak terlalu banyak mengurus usaha-usaha sampingan atau urusan-urusan pribadi anggota. Akibatnya, kinerja gapoktan dalam pengelolaan dana PUAP menurun, sehingga masih sangat diperlukan pengawasan dan pengendalian intensif dari PMT PUAP pada gapoktan-gapoktan penerima PUAP.

2. Dalam kaitannya dengan penerapan Sistem Jajar Legowo, pemberian pupuk organik berimbang, dan pestisida nabati, sosialisasi dan pelatihan telah diberikan kepada beberapa kelompok tani, Perkumpulan Kelompok Tani (PKT), dan satu gapoktan sebagai berikut :

a. PKT Lestari Makmur (Kel. Pudakpayung, Kec. Banyumanik).

b. Kelompok Tani Mekar Sari (Kel. Pudakpayung, Kec. Banyumanik).

c. PKT Sumber Rejeki (Kel. Jabungan, Kec. Banyumanik).

d. PKT Banjarsari (Kel. Tinjomoyo, Kec. Banyumanik).

e. PKT Loh Jinawi Gilisari (Kel. Purwosari, Kec. Mijen).

f. Gapoktan Ngudi Rahayu (Kel. Plalangan, Kec. Gunungpati).

g. PKT Karya Sejahtera (Kel. Rowosari, Kec.Tembalang).

h. Kelompok Tani Pragolapati Makmur (Kel. Gunungpati, Kec. Gunungpati). Permasalahan yang terjadi dan upaya-upaya untuk mengantisipasinya di antaranya ialah :

a. Belum semua petani di dalam suatu kelompok mau menerapkan Sistem Jajar Legowo karena tingkat pemahaman yang berbeda-beda di antara anggota kelompok. Masih cukup banyak yang meneruskan sistem tanam tradisional. Permasalahan ini diantisipasi melalui pelaksanaan Demplot Jajar Legowo pada kelompok, yang langsung diawasi dan diarahkan oleh para PPL dan THL-TBPP di lokasi lahan kelompok.

b. Belum semua petani bersedia melaksanakan pemupukan berimbang (bukan pemupukan tunggal) dengan dosis sesuai rekomendasi, benih bukan turunan, dan benih unggul karena kendala permodalan. Penyuluhan yang intensif dan pengarahan yang jelas telah dilaksanakan, tetapi belum ada antisipasi nyata untuk mengatasi kendala permodalan tersebut, sehingga iklim usaha kondusif b. Belum semua petani bersedia melaksanakan pemupukan berimbang (bukan pemupukan tunggal) dengan dosis sesuai rekomendasi, benih bukan turunan, dan benih unggul karena kendala permodalan. Penyuluhan yang intensif dan pengarahan yang jelas telah dilaksanakan, tetapi belum ada antisipasi nyata untuk mengatasi kendala permodalan tersebut, sehingga iklim usaha kondusif

c. Belum semua petani mempergunakan pestisida nabati dan mengurangi pestisida kimiawi dalam pengelolaan dan pengendalian OPT di lahan masing-masing karena belum memahami cara pembuatan pestisida nabati ini. PPL dan THL- TBPP perlu melaksanakan penyuluhan yang lebih intensif tentang pestisida nabati ini beserta aplikasi yang dilakukan di lahan terkait, sehingga petani dapat segera melaksanakan pembuatan pestisida nabati. Pemanfaatan bahan baku lokal untuk teknologi tepat guna pengendalian hama dan penyakit tanaman harus diupayakan dilaksanakan lebih optimal. Salah satu tindakan antisipasi untuk mengurangi pemakaian pestisida kimiawi ialah pembuatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) yaitu zat perangsang tumbuh dan pencegah penyakit tanaman. Pada PKT Rejo Makmur, Kel. Mangunharjo, Kec. Tugu, telah dilaksanakan sosialisasi dan praktek pembuatan PGPR tersebut. Hendaknya pada kelompok-kelompok tani lainnya juga dapat diterapkan hal yang sama yaitu memanfaatkan teknologi pengendalian OPT yang ramah lingkungan.

d. Belum semua konflik internal di antara sesama pengurus maupun antara pengurus dengan anggota dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat. Konflik

internal yang bersifat ringan atau berat merupakan suatu kendala vital bagi perkembangan kelompok. Salah satu upaya antisipasi yang dapat dilakukan ialah reorganisasi pengurus kelompok tani, sebagaimana telah dilaksanakan di Kelompok Tani Mulyo Tani, Kel.Rowosari, Kec. Tembalang.

e. Sektor pertanian di Kota Semarang sudah menunjukkan kehebatan dan prestasi tersendiri, yang mana diaplikasikan pada pelaksanaan lomba-lomba yang

melibatkan seluruh kelompok di Kota Semarang. Beberapa lomba yang telah dilaksanakan yaitu :

1) Lomba Kelompok Tani Padi Sawah Pengguna Pupuk Organik.

2) Lomba Kelompok Ternak Sapi Potong.

3) Lomba Gapoktan.

4) Lomba Buah Durian Unggul.

5) Lomba Makan Durian Tercepat. Diharapkan agar lomba-lomba tersebut dapat memotivasi kelompok-kelompok tani di Kota Semarang untuk lebih berani menunjukkan jatidiri dan eksistensinya di kancah pembangunan sektor pertanian Kota Semarang.