PIHAK PERTAMA bertanggung jawab atas pembayaran harga PEKERJAAN PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas penyerahan PEKERJAAN

PASAL 9 BEA – BEA Semua bea-bea yang timbul berkenaan dengan Surat Perjanjian ini menjadi beban PIHAK KEDUA. PASAL 10 PELIMPAHAN PEKERJAAN Pelimpahan pekerjaan dari PIHAK KEDUA kepada pihak lain tidak dapat dibenarkan, kecuali ada persetujuan secara tertulis dari PIHAK PERTAMA. PASAL 11 SANKSI

1. Bilamana terjadi wanpretasi dalam arti PIHAK KEDUA tidak dapat

melaksanakan pekerjaan sama sekali atau sebagian dan atau tidak mampu melanjutkan pekerjaan tanpa alasan yang cukup kuat dan tidak dapat diterima PIHAK PERTAMA sehingga terjadi keterlambatan penyerahan barang sebagaimana tersebut pada Pasal 2, maka PIHAK KEDUA dikenakan denda 5 lima persen dari nilai harga barang yang belum diserahkan ditambah dengan Jaminan Pelaksanaan sebesar 5 lima persen dari nilai kontrak dan akan menjadi milik negara. 2. Jika terjadi keterlambatan pelaksanaan penyerahan barang dari jadwalwaktu yang telah ditentukan tanpa alasan yang cukup kuat dan tidak dapat diterima PIHAK PERTAMA, maka rekanan dikenakan denda sebesar 1‰ satu permil untuk setiap hari keterlambatan dengan jumlah maksimal 5 lima persen dari nilai barang yang belum diserahkan. 3. Pembayaran denda tersebut diatas dilakukan oleh PIHAK KEDUA paling lambat dalam waktu 1satu minggu setelah PIHAK KEDUA menerima pemberitahuan dari PIHAK PERTAMA dan dibayar langsung ke Kas Daerah. 4. Pasal 11 ayat 2 ini tidak berlaku bilamana keterlambatan penyerahan barang-barang oleh karena keadaan force majeure atau alasan teknis dari pabrikan yang dinyatakan dengan Surat Rekomendasi dan alasan tersebut dapat diterima oleh PIHAK PERTAMA. PASAL 12 KEADAAN MEMAKSA FORCE MAJEURE 1. Yang dimaksud dalam keadaan memaksa force majeure adalah keadaan yang terjadi diluar kekuasaan PIHAK KEDUA , yang mengakibatkan PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi kewajiban seperti perang, bencana alam atau keadaan lain yang oleh ketentuan perundang- undangan yang berlaku dapat dikategorikan kedalam keadaan memaksa force majeure. 2. Apabila terjadi keadaan memaksa sebagaimana dimaksud Ayat 1, maka PIHAK KEDUA tidak memenuhi kewajibannya, hal tersebut harus dilaporkan secara tertulis selambat lambatnya 14 empat belas hari kerja sejak terjadinya keadaan memaksa tersebut disertai bukti bukti yang syah dari pihak yang berwenang untuk kemudian kedua belah pihak akan menyelesaikan atas dasar itikad baik dengan memperhatikan azas hukum yang berlaku. 3. Yang dimaksud alasan teknis pabrikan adalah keadaan teknis suatu proses produksi dimana barang tersebut sudah tidak diproduksi dan atau masih dalam proses produksi yang berakibat produk tersebut tidak dapat diserahkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan tidak mempunyai produk pengganti adalah keadaan diluar kekuasaan PIHAK KEDUA yang harus disertai bukti-bukti surat keterangan dari pabrik bersangkutan.

4. Atas pemberitahuan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA menyetujui atau

menolak secara tertulis keadaan itu dalam jangka waktu 5 x 24 jam sejak adanya pemberitahuan ini.