Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta
UPAYA PENGELOLAAN SITU BABAKAN
SEBAGAI KAWASAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN
DI DKI JAKARTA
OLEH:
RITA INDRASTI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
RITA INDRASTI. Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wisata
Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta. Dibirnbing oleh: DEDI SOEDHARMA dan M.
SRI SAENI.
Situ Babakan adalah salah satu situ yang ada di Jakarta Selatan, telah ditetapkan
sebagai salah satu tujuan wisata, berdasarkan swat keputusan Gubernur DKI Jakarta
No 92 tahun 2000. Untuk mewujudkan Situ Babakan sebagai kawasan wisata agro
berkelanjutan, harus didasarkan minimal pada tiga aspek utama antara lain: (1)
kondisi perairan Situ Babakan; (2) persepsi dan sikap masyarakat di sekitar Situ
Babakan, (3) persepsi clan sikap masyarakat pengunjung Situ Babakan sebagai
pengguna. Sehubungan dengan itu, telah dilakukan penelitian tentang: Upaya
Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta,
selama 7 bulan mulai Mei sampai dengan Nopember 2002. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui: (1) Mengkaji mutu lingkungan perairan Situ Babakan berdasarkan
beberapa parameter kualitas air yang ditetapkan pemerintah dalam PP No 82 tahun
2001; (2) Mendeskripsikan persepsi masyarakat di sekitar Situ Babakan dalam rangka
mewujudkan Situ Babakan sebagai wisata agro di DKI Jakarta; (3) Mendeskripsikan
persepsi masyarakat pengunjung terhadap keberadaan Situ Babakan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara umum perairan Situ Babakan
layak dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan budidaya ikan sebagai salah satu paket
wisata a g o berdasarkan parameter kuditas air klas dua, sesuai dengan PP No 82
tahun 2001. Namun, beberapa parameter tertentu seperti muatan padatan tersuspensi
(MPT), amonia, nitrat dan fosfat telah melampaui baku mutu yang ditetapkan,
sehingga dalam pengelolaannya perlu dipertimbangkan untuk meminimallcan surnbersumber pencemar tersebut. Selanjutnya dari aspek sosial khususnya dalam ha1
persepsi dan sikap masyarakat di sekitar Situ Babakan dan pengunjung Situ Babakan,
menunjukkan sikap yang positif terhadap kebijakan pemda DKI Jakarta untuk
menetapkan Situ Babakan sebagai wisata agro di DKI Jakarta. Untuk itu, pemda DKI
Jakarta dalam mengambil langkah kebijakan untuk mengelola Situ Babakan sebagai
wisata ago, bendaknya selalu mengacu pada ketiga aspek utama tersebut, sehingga
akan tenvujud Situ Babakan sebagai wisata agro yang berkelanjutan.
Kata kunci: Situ Babakan, wisata agro, berkelanjutan.
ABSTRACT
RITA INDRASTI. Management of Situ Babakan as a Sustainable Agrotourism Area
at DKI Jakarta. Under the advisor committed: DEDI SOEDHARMA and M. SRI SAENI.
Situ Babakan as an agro tourism destination area at DKI Jakarta, so much the
interest destination to visited. Therefore, the Situ Babakan needs a professionalism
management to anticipate negative impact. Some factors shoud be attented for managing
the Situ Babakan as a sustainable agro tourism destination area, i.e.: (1) potency of Situ
Babakan as a fish culture based on ~hvsicand chemical water characteristics: (2)
perception of public around of Situ ~a'b&an;(3) perception of Situ Babakan visitors.
Research about Management of Situ Babakan as a Sustainable A-m tourism Area at DKI
Jakarta was carried out on May-Oct 2002. The research purpose are: (1) To asses of the
water environment of the Situ Babakan, based on parameter of water quality according to
the letter of decree of Indonesian Government No 80 year 2001; (2) To description of
perception of publics around of Situ Babakan area: (3) To descriptions of perception of
the Situ Babakan visitors.
The results of the research, that Situ Babakan have a good potency to develop as an
agro tourism destination area, according to the letter of decree of local government No 92
on August 18,2000 regarding the Environment Landscape of Cultural Village of Betawi
at Situ Babakan. That's statement based on: (1) the physic and chemical condition of the
water of Situ Babakan; (2) the perception of the public around of Situ Babakan; and (3)
the perception of the Situ Babakan visitors.
2
Key word: Situ Babakan, Agro tourism, Sustainable
> ,
PERNYATAAN
Dengm ini saya menyatakan bahwa tesis yang bejudul :
"Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan
Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta"
adalah benar merupakan hasil karya saya sendii dan belum pemah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah diiyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.
Bogof November 2002
!?
Rita drasti
UPAYA PENGELOLAAN SITU BABAKAN
SEBAGAI KAWASAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN
DI DKI JAKARTA
RITA INDRASTI
Tesis
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Ligkungan
PROGRAM PASCASARTANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
:
Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wisata
Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta
Nama
:
Rita Indrasti
NRP
:
P.10500007
Program Studi :
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA
Ketua
Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS
Anggota
Mengetahui,
1. Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingku
Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS
Tanggal Lulus: 28 Nopember 2002
ogram Pascasarjana
RIWAYAT HIDW
Penulis dilahirkan di Surabaya, Jawa T i u r pada tanggal 11 Agustus 1966,
sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Terlahir dari pasangan Kolonel Laut (Purn)
Drs. H. S. Pranotosoesilo sebagai bapak dan Hj. Lestari sebagai ibu. Pendidikan sarjana
(Sl) ditempuh di Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan
Nasional (UPN) Veteran, Surabaya dan lulus pada tahun 1991. Sejak tahun 1994 penulis
bekerja di BIP (Balai Informasi Pertanian) DKI Jakarta, yang kini bemama Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Pada bulan September tahun 2000, penulis
mendapat kesempatan untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Pengelolaan
Surnberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Program Pascasarjana, IPB Bogor, dengan
pembiayaan yang bersumber dari Proyek PAATP Pusat
Pengembangan (Litbang) Pertanian di Jakarta.
Badan Penelitian dan
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA,
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. K q a ilmiah dalam penelitian ini
berjudul : Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wiata Agm
Berkelanjutan di DKI Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA
selaku ketua komisi pembimbing dan Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, MS selaku anggota
Terselesaikannya proses pembuatan karya ilmiah ini berbagai pihak telah berpartisipasi
serta memberikan bantuan, baik langsung maupun tak langsung yang berupa moral
maupun material.
Selanjutnya penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kepala BPTP DKI
Jakarta, Kepala Pusat Penelitian Sosial Ekonomi di Bogor, Kepala Badan Litbang
Pertanian di Jakarta yang telah mengijinkan penulis menempuh pendidikan S2 di IPB.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pemimpin Proyek PAATP Pusat dan
staf di Badan Litbang Jakarta, yang telah membiayai penulis dalam studi iN. Kepada
Director for Graduate Scholarship and R&D SEAMEO-SEARCA Philippines, penulis
juga menyampaikan terimakasih atas bantuannya berupa thesis grant.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. I Wayan Alit Artha Wiguna,
M.Si., yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian. Demikian juga
teman-teman di BPTP DKI, Asrama Duta Pakuan, Asrama Bali Puri Canang Sari,
Baranangsiang, dan Asrama Bali Bogor Baru yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya.
Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada bapak, ibu, kakak
clan adii serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan sepenuhnya Untuk
yang terkasih RAgung Sumbodho terima kasih atas segala-galanya.
Harapan penulis semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2002
Rita Indrasti
DAFTAR IS1
DAFTAR IS1 .............................................................................
1
DAFTAR TABEL .......................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................
vii
PENDAHULUAN .......................................................................
1
Latar Belakang ...........................................................................
1
Rumusan Masalah .......................................................................
3
Tujuan Penelitian ........................................................................
5
Manfaat Penelitian .......................................................................
5
Kerangka Pemikiran .....................................................................
6
Hipotesis Penelitian .....................................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
9
Peranan Danau, Waduk dan Situ dalam Ekosistem Perairan ......................
9
Situ Babakan Salah Satu Situ di Jakarta Selatan ....................................
13
Beberapa Pernasalahan Situ di DKI Jakarta ........................................
14
Pengelolaan Situ di DKI Jakarta .......................................................
19
Daya Tarik Danau. Waduk dan Situ Sebagai
Tujuan Wisata ......................
..
25
Beberapa Sifat Fisik dan Kimia Aii Klas Dua Berdasarkan PP No 82 tahun
2001 ..................................................................................
Suhu ..................................................................................
Padatan Tersuspensi dan Terlarut ................................................
..
..............................................................................
Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen atau DO) .................................
Nlla pH
Kebutuhan Oksigen Biologi (Biological Oxygen Demand atau BOD) .....
Nitrogen ..............................................................................
Fosfat (PO433 .......................................................................
Persepsi Masyarakat .....................................................................
METODE PENELITIAN...............................................................
Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
Pengumpulan Data ......................................................................
Parameter Penelitian ....................................................................
Koleksi Sampel Air dan Penentuan Responden Masyarakat .....................
Analisis Data ............................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
Keadaan Urnurn Daerah ................................................................
Sarana Jalan dan Transportasi .........................................................
Pendapatan Daerah .....................................................................
Sarana dan Prasarana Wisata ..........................................................
Wisata Air ...........................................................................
Wisata Budaya .....................................................................
Wisata Agro ........................................................................
Biota Perairan .......................................................................
Adaptasi Ekologis ..................................................................
Kualitas Perairan Situ Babakan Berdasarkan Sifat-sifat Fisik dan Kimia .......
Padatan Terlarut dan Tersuspensi ................................................
Nilai pH Air .........................................................................
Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen atau DO) .................................
Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) .............................................
Nitrogen ..............................................................................
~ o s f a(t ~ 0 4 ~.......................................................................
3
Masyarakat di Sekitar Situ Babakan ..................................................
Karakteristik Masyarakat Situ Babakan .........................................
Pengetahuan Masyardcat di Sekitar Situ Babakan .............................
Persepsi dan Sikap Masyarakat di Sekitar Situ Babakan .....................
Masyarakat Pengunjung Situ Babakan ...............................................
Karakteristik Pengunjung .........................................................
Daya Tarik Situ Babakan Bagi Pengunjung ....................................
Persepsi dan Sikap Pengunjung Tentang Situ Babakan .......................
Pengeluaran Pengunjung Situ Babakan ..........................................
PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASINYA .................................
KESIMF'ULAN DAN SARAN .......................................................
Kesimpulan ................................................................................
Saran ..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................
99
104
104
104
106
111
DAFTAR TABEL
Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Jagakarsa antara tahun 1992
dan 1999 ........................................................................
Pertumbuhan Penduduk di Kelurahan Srengseng Sawah antara tahun
1996 dan 2000 .................................................................
Kualitas perairan Situ Babakan .............................................
Karakteristik responden masyarakat lokal di sekitar Situ Babakan ......
Pengetahuan responden tentang Situ Babakan .............................
Koefisien korelasi antara karakteristik. p g e t a h m dan persepsi
masyarakat di sekitar Situ Babakan .........................................
Pendapat responden tentang Situ Babakan .................................
Karakteristik pengunjung Situ Babakan ...................................
Parameter daya tarik Situ Babakan .........................................
Pendapat pengunjung tentang Situ Babakan ..............................
Biaya yang dikeluarkan pengunjung .......................................
Halaman
Budidaya ikan dengan keramba jaring apung (KJA) di Situ
Babakan yang kurang tertata dengan baik (a) di bagian hilir dan
(b) di bagian hulu situ .................................................
4
Kerangka pemikiran dalam rangka pengelolaan Situ Babakan
sebagai wisata di DKI Jakarta ........................................
7
Peta lokasi penelitian di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan .
45
Keramba jaring apung (KJA) yang diusahakan masy-t
di
sekitar Situ Babakan ...................................................
49
Suhu CC) perairan Situ Babakan ....................................
58
Nilai TDS dan TSS air Situ Babakan ................................
60
Nilai pH. BOD (ppm) dan DO (ppm) air Situ Babakan ..........
63
Konsentrasi amonia perairan Situ Babakan ........................
66
Konsentrasi nitrat (ppm) perairan Situ Babakan........................
67
Konsentrasi fosfat perairan Situ Babakan ..........................
69
Komposisi responden penelitian ....................................
70
Asal pengunjung Situ Babakan ......................................
79
Sampah sebagai pencemar di sekitar Situ Babakan ...............
100
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001, Tanggal 14 Desember
2001 tentang: Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran ...............................................................
112
Jadwal Rencana Penelitian Tentang Upaya Pengelolaan Situ
Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI
Jakarta ...... ............. ................................................
114
.
.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan wisata agro merupakan upaya pemanfaatan potensi atraksi
wisata pertanian (Tirtawinata dan Lisdiana 1999). Berdasarkan Surat Keputusan (SK)
bersama Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri
Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTSIHK/050/4/1989,
wisata agro sebagai bagian dari obyek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan
usaha agro (pertanian) sebagai obyek wisata dengan tujuan memperluas pengetahuan,
pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Lebih lanjut
Tirtawinata dan Lisdiana (1999) menyatakan, bahwa ruang lingkup dan potensi
wisata agro yang dapat dikembangkan antara lain: kebun raya, perkebunan, tanaman
pangan dan hortikultura, perikanan dan peternakan.
Sulistyantara (1990) menyatakan, bahwa wisata agro di perkotaan dapat
memberikan beberapa manfaat antara lain: (1) Wisata agro melibatkan tegaknya
tanaman (vegetasi) yang dapat memberikan manfaat dalam perbaikan kualitas iklim
mikro, (2) Pengembangan wisata agro ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup
perkotaan serta menjaga siklus hidrologi dan mengurangi erosi, (3) Kegiatan wisata
agro akan meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan perkotaan yang pada akhirnya
menunjang kesehatan penggunanya, (4) Obyek wisata agro dapat memberikan karya
lingkungan yang estetis, jika diielola dengan baik dan memperhatikan syarat-syarat
perencanaan, (5) Wisata agro dapat menjadi sumber masukan bagi perorangan, badan
swasta maupun pemerintah daerah.
Sejalan dengan ha1 tersebut, maka Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta
sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk
mengembangkan pariwisata perkotaan. Fauzi (1996) menyatakan, bahwa arah
kebijakan yang akan ditempuh untuk meningkatkan peranan sektor pariwisata di DKI
Jakarta antara lain: (1) memantapkan segenap potensi surnberdaya wisata yang
dimiliki DKI Jakarta; (2) menjadikan DKI Jakarta sebagai "pemimpin" dalam
menciptakan berbagai produk wisata baru; (3) mengembangkan DKI Jakarta sebagai
tempat tujuan wisata; (4) meneladani upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya
yang sejalan dengan sasaran pembangunan lainnya; dan (5) menjadikan DKI Jakarta
sebagai basis bagi perjalanan wisata yang berwawasan pelestarian. Sehubungan
dengan hal tesebut, maka Gubernur Provinsi DKI Jakarta menerbitkan Surat
Keputusan (SK) No 92 tahun 2000, tanggal 18 Agustus 2000 tentang Penataan
Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa, Kotarnadya Jakarta Selatan. Salah satu sasaran yang ingin
dicapai dengan terbitnya SK tersebut adalah memberi dorongan, motivasi dan
peluang kepada masyarakat di dalam Perkampungan Budaya Betawi dan sekitamya,
untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi lingkungan guna kepentingan
wisata budaya, wisata agro dan wisata air dalam rangka peningkatan kesejahteraan
sosial masyankat.
Pengembangan Situ Babakan sebagai salah satu daerah wisata agro perikanan,
nampaknya merupakan salah satu p i l i yang tepat. Hal tersebut didasarkan pada
potensi Situ Babakan dengan luas sekitar 32 ha (Pemda DKI Jakarta Selatan 2001)
saat ini telah digunakan sebagai tempat budidaya perikanan oleh masyarakat di
sekitarnya. Akan tetapi, apabila pengelolaan Situ Babakan sebagai wisata agro
perikanan, tidak sesuai dengan daya dukung ekologis (fisik, kimia, biologi, sosial dan
ekonomi) akan menyebabkan dampak negatif berupa kerusakan sumberdaya dam
khususnya sumberdaya perairan dan lingkungan di daerah tersebut. Sehubungan
dengan ha1 tersebut perlu dilakukan penelitian tentang "Upaya Pengelolaan Situ
Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta".
Perurnusan Masalah
Penetapan Situ Babakan sebagai salah satu daerah wisata di DKI Jakarta juga
disertai upaya-upaya pengelolaan awal seperti perbaikan jalan menuju ke lokasi Situ
Babakan, penanaman tanaman langka di sekitar situ, pembuatan senderan di
sekeliling situ dan penyediaan pelayanan informasi tentang Situ Babakan. Hal
tersebut menyebabkan Situ Babakan semakin menarik untuk d i i j u n g i , sehingga
masyarakat yang berkunjung ke Situ Babakan semakin meningkat. Meningkatnya
pengunjung ke Situ Babakan telah memberikan dampak kepada masyarakat di sekitar
situ untuk menjual jasa seperti: (I) jasa pemacingan, (2) penjualan cendera mata, (3)
makanan khas Betawi, (4) penjualan tanaman hias dan buah-buahan serta jasa-jasa
lainnya. Hal tersebut sejalan dengan upaya Pemda DKI Jakarta untuk meningkatkan
peranan sektor wisata di DKI Jakarta antara lain melalui: (1) pemantapan segenap
potensi sumberdaya wisata yang dimiliki DKI Jakarta; (2) menjadiian DKI Jakarta
sebagai "pemimpin" dalam menciptakan berbagai produk wisata baru; (3)
mengembangkan DKI Jakarta sebagai tempat tujuan wisata; (4) meneladani upaya
pelestarian lingkungan dam dan budaya yang sejalan dengan sasaran pembangunan
laimya; dan (5) menjadikan DKI Jakarta sebagai basis bagi pejalanan wisata yang
berwawasan pelestarian.
Sesuai dengan fungsi situ sebagai salah satu budidaya perikanan, telah
mendorong masyarakat di sekitar Situ Babakan untuk memanfaatkan perairan Situ
Babakan sebagai tempat budidaya ikan dengan teknologi kerarnba jaring apung
(KJA). Hal tersebut, menyebabkan permukaan Situ Babakan semakin dipenuhi oleh
KJA yang d i u d a n masyarakat, sehingga mempersempit areal situ yang terbuka
serta mengurangi nilai estetika situ (Gambar 1).
(a)
Gambac 1. Budidaya ikan dengan kerarnba jaring apung (KJA) di Situ Babakan yang
kurang tertata dengan baik (a) di bagian hilir dan (b) di bagian hulu situ
Tertutupnya permukaan situ menyebabkan berkurangnya sinar matahari yang
masuk ke dalam perairan, akan mengganggu proses fotosintesis perairan, sehingga
mengancam kehidupan di dalamnya. Apabila hal tersebut dibiarkan tanpa ada
langkah-langkah antisipasi, dapat menyebabkan hilangnya fungsi situ secara umum
dan berdampak buruk terhadap kondisi lingkungan Situ Babakan itu sendiri dan
masyarakat sekitarnya. Untuk menghindari ha1 itu, maka pengelolaan Situ Babakan
harus didasarkan pada potensi sumberdaya perairan, keinginan dan kepentingan
masyarakat baik masyarakat di sekitar situ maupun masyarakat pengunjung, sebagai
masyarakat pengguna Situ Babakan. Hal tersebut sangat penting dilakukan, untuk
menghindari Situ Babakan mengalami kerusakan, yang dapat mengurangi fungsi situ
secara alami, karena dapat memberikan dampak kurang menguntungkan tidak hanya
terhadap Situ Babakan saja, namun juga terhadap kota Jakarta.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain :
1. Mengkaji mutu lingkungan perairan Situ Babakan berdasarkan beberapa
parameter kualitas air yang ditetapkan pemerintah dalam PP No 82 tahun 2001.
2. Mendeskripsikan persepsi masyarakat di sekitar Situ Babakan dalam rangka
mewujudkan Situ Babakan sebagai wisata agro di DKI Jakarta.
3. Mendeskripsikan persepsi masyarakat pengunjung terhadap keberadaan Situ
Babakan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi masyarakat maupun Pemda DKI
Jakarta, khususnya dalam upaya pelestarian fungsi Situ Babakan sebagai: (1)
penyangga kehidupan, (2) mempertahankan keanekaragaman hayati, (3) tempat
wisata agro, dan (4) penyedia air bagi masyarakat Jakarta. Hal tersebut dicapai k a n a
dalam penelitian ini akan didapatkan: (1) informasi penting yang dapat digunakan
oleh pihak pengelola Situ Babakan dalam mewujudkan Situ Babakan sebagai salah
satu wisata agro di DKI Jakarta berdasarkan potensi sumberdaya perairan dan
persepsi m a s y e , (2) informasi penting yang dapat digunakan Pemda DKI Jakarta
dalam upaya menetapkan langkah kebijakan untuk mempertahankan keberadaan Situ
Babakan.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar
2. Dari Gambar 2 tersebut nampak, bahwa pengelolaan Situ Babakan sebagai suatu
daerah wisata berkelanjutan di DKI Jakarta setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yaitu: (1) kondisi fisik dan kimia perairan Situ Babakan, (2) karakteristik,
animo dan persepsi masyarakat di sekitar Situ Babakan; dan (3) karakteristik, animo
dan persepsi masyarakat pengunjung Situ Babakan. Kondisi fisik dan kimia Situ
Babakan akan sangat menentukan potensi situ sebagai wisata ago, demikian pula
halnya dengan karakteristik, persepsi dan sikap masyarakat sekitar dan pengunjung
Situ Babakan. Ketiga faktor utama tersebut harus seiring dan sejalan, agar
pengelolaan Situ Babakan sebagai suatu daerah tujuan wisata di DKI Jakarta &pat
dilakukan secara profesional dan berkelanjutan. Ketidak sesuaian potensi Situ
Babakan dengan karakter, animo dan persepsi masyarakat baik di sekitar Situ
Babakan maupun masyarakat pengunjung dalam pengelolaan Situ Babakan, dapat
menyebabkan kegagalan dalam pengelolaan Situ Babakan sebagai tujuan wisata di
DKI Jakarta. Hal tersebut dapat menimbulkan kerugian baik masyarakat maupun
pemerintah.
Karakteristik, persepsi
& sikap masyarakat
sekitar Situ Babakan
Karakteristik, persepsi
& sikap pengunjung
Situ Babakan
Pengelolaan Situ
Babakan sebagai
wisata agro
Kondisi fisik & kimia
perairan Situ
Gambar 2. Kerangka pemikiran dalam rangka pengelolaan Situ Babakan sebagai
kawasan wisata agro berkelanjutan di DKI Jakarta.
Pemda DKI Jakarta telah mengambil langkah kebijakan terkait dengan
penetapan Situ Babakan sebagai salah satu tujuan wisata agro di Jakarta. Langkah
kebijakan tersebut, juga telah disertai dengan upaya-upaya pengelolaan seperti: (1)
sekitar Situ Babakan; (3) pembuatan senderan di sekelilmg Situ Babakan.
Kebijakan pemerintah tersebut, mendorong masyarakat untuk berkunjung ke
Situ Babakan dan meningkatnya aktivitas masyarakat di sekitar situ seperti
meningkatnya jumlah keramba jaring apung (KJA). Apabila kondisi itu, dibiarkan
tanpa kendali, dapat menyebabkan meningkatnya beban pembangunan yang diterima
Situ Babakan, yang ditandai dengan meningkatnya pencemaran perairan, sehingga
terjadi degradasi kualitas lingkungan perairan. Untuk mengantisipasi ha1 tersebut,
maka pengelolaan Situ Babakan hams didasarkan pada potensi sumberdaya perairan
dan persepsi masyarakat, baik masyarakat setempat maupun masyarakat pengunjung.
Hipotesis Penelitian.
Terdapat beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini antara lain
tentang:
1. Beberapa parameter kualitas air Situ Babakan sudah berada di atas ambang batas
baku mutu kualitas air klas 2 berdasarkan PP. No 82 tahun 2001.
2. Masyarakat di sekitar Situ Babakan memiliki tanggapan yang positif terhadap
kebijakan pemerintah menetapkan Situ Babakan sebagai kawasan wisata agro di
DKI Jakarta.
3. Pengunjung Situ Babakan memiliki persepsi yang positif terhadap Situ Babakan
sebagai kawasan wisata agm di DKI Jakarta
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Danau, Waduk dan S i t dalam Ekosistem Perairan
Air me~pzIkaIIbagian terbesar planet bumi karena jumlahnya yang melimpah,
namun sebagian besar air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan langsung
manusia (Haryani dan Hehanussa 1999). Selanjutnya juga dinyatakan, bahwa lebih
dari 97% air dunia mempakan air asin di laut dan 2,15% air tawar dalam bentuk es di
kutub dan gletzer. Sedangkan sebanyak 0,3% adalah air tanah dan 0,1% air danau dan
kurang dari 0,00001% adalah air sungai. Memperhatikan dari angka statistik global
tersebut, betapa pentingnya posisi danau dan waduk sebagai penyedia air baku, suatu
potensi yang sebenamya jauh lebih besar dari sumber air di sungai, namun hingga
kini masih kurang dijadikan sasaran sebagai sumber air di Indonesia.
Di sisi lain Suyono (1995) menyatakan bahwa air adalah salah satu
sumberdaya alam yang sangat berharga. Tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan di
muka bumi ini. Air selain mempunyai manfaat biologis, juga mempunyai daya energi
bempa daya angkut dan daya pukul, sehingga air juga memiliki daya perusak. Sejalan
dengan ha1 tersebut Bappeda Provinsi Jabar (1999) mengemukakan, bahwa salah satu
sumberdaya alam yang penting dalam mendukung kehidupan adalah sumberdaya air.
Sehubungan dengan ha1 tersebut, maka air hatus dikelola dengan baik,
sehiigga sumberdayanya dapat dikembangkan clan dimanfaatkan secara optimum,
namun kelestariannya hams dapat tetap dipertahankan secara berkelanjutan.
Aboejoewono (1999) menyatakan, situ pada dasamya adalah salah satu sumberdaya
air yang memiliki fungsi dan manfaat sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup
dan lingkungannya Keberadaan situ-situ dalam suatu wilayah sangat potensial untuk
menciptakan keseimbangan hidrologis dan keanekaragaman hayati. Selain itu situ
juga potensial untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Secara
umum fungsi dan manfaat situ antara lain:
(1) Menjaga keseimbangan hidrologis termasuk pengendali banjir. Dalam menjaga
keseimbangan ekosistem perairan, maka keseimbangan hidrologis me~pakatI
salah satu komponen yang sangat penting. Danau, waduk atau situ sesuai dengan
kondisinya memiliki peranan dalam menjaga keseimbangan tata air, karena pada
saat musim hujan danau, waduk atau situ mampu menampung air yang melimpah,
sehingga dapat mencegah terjadinya banjir. Sedangkan pada musim kering air
danau, waduk atau situ dapat dimanfaatkan baik untuk pertanian, petemakan,
maupun untuk kebutuhan air minum.
(2) Menjaga keseimbangan iklim mikro. Pada saat musim kering atau panas, air
danau akan menguap, sehingga kelembaban udara di sekitar danau, waduk atau
situ meningkat, sehingga udara tetap terasa sejuk. Kondisi tersebut akan menjadi
lebih baik apabila di sekitar danau, waduk atau situ juga terdapat pepohonan yang
juga mampu berfungsi untuk mengatur keseimbangan iklim mikro.
(3) Menjaga sumber keanekaragaman hayati. Danau, waduk atau situ dengan
sumberdaya airnya, menyebabkan hidup dan tumbuh serta berkembangnya
berbagai mahluk hidup perairan. Mahluk hidup tersebut dapat bempa hewan
tingkat rendah, maupun hewan yang lebih tinggi seperti ikan, serta berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan air yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Rusaknya danau, waduk atau situ menyebabkan hilangnya kehidupan yang ada di
dalamnya. Dengan demikian danau, waduk atau situ memiliki peranan yang
sangat penting dalam menjaga keanekaragaman hayati.
(4) Sebagai wadah usaha perikanan. Pemanfaatan danau, waduk atau situ sebagai
wadah usaha perikanan telah banyak dilakukan. Berbagai teknologi perikanan
telah berkembang untuk memanfaatkan danau, waduk atau situ sebagai wadah
budidaya perikanan seperti teknologi keramba jaring apung (KJA). Usaha
penangkapan ikan di danau juga telah dilakukan sejak dahulu, sehingga danau
juga memberikan peluang mata pencaharian bagi masyarakat di sekitarnya.
Lukman (1999) menyatakan bahwa di danau Semayang, Kalimantan Timur paling
sedikit ada 14 jenis ikan yang hidup dengan baik dan bemilai ekonomis.
(5) Sebagai tempat rekreasi dan sarana olah raga Pemanfaatan danau, waduk dan situ
sebagai lokasi rekreasi telah berkembang sejak lama. Berbagai bentuk wisata air
yang dapat dikembangkan seperti diving, jet sky, water scooter, perahu layar,
mancing dan sebagainya. Arief (1999) menyatakan bahwa danau di Indonesia
.-
selain dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pertanian, pengairan,
pembangkit tenaga listrik, juga
dikembangkan untuk rekreasi dengan
memperhatikan persyaratan atraksi yang khas, unik dan lestari. Kawasan situ
sebagai daya tarik wisata sangat tergantung kepada kualitas lingkungan situ untuk
dapat menarik pengunjung. Danau atau situ sebagai lokasi atraksi wisata
memberikan beberapa katagori produk wisata yang mempunyai k d r i s t i k
ditujukan untuk pengunjung yang berbeda dengan orientasi pendekatan pasar.
Di sisi lain Haenunan (1999) menyatakan bahwa situ merupakan komponen
yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan sistem tata guna tanah, tata guna
air, tata guna udara dan tata guna sumberdaya lainnya. Mengamankan danau, waduk
atau situ dari k e ~ s a k a nakan memberikan pengaruh positif dalam pemanfaatannya
tidak hanya untuk jangka pendek, namun untuk beberapa generasi. Untuk itu, sangat
tepat agar memperhatikan kawasan sekitar danau, waduk atau situ yang telah
ditetapkan sebagai kawasan lindung, sesuai dengan PP No. 47 tahun 1997 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Bapedalda DKI Jakarta (2000) menyatakan situ merupakan salah satu bentuk
habitat lentik (air tergenang) di dalam ekologi air tawar lainnya dan beberapa faktor
pembatas yang cukup penting, seperti suhu, kejernihan, oksigen terlarut dan
konsentrasi garam biogenik. Meskipun situ tersebut mempunyai karakteristik yang
berbeda dalam hal struktur dan tekstur tanah, sifat kimia air, plankton, tumbuhan air
dan jenis-jenis ikan, namun memiliki fungsi ekologis yang serupa dan sangat penting
bagi
kelangsungan
kehidupan
perkotaan,
yaitu
sebagai
persediaan
air,
penanggulangan banjir, usaha perikanan, rekreasi dan sebagai sumber energi.
Menurut Suryadiputra (1998), bahwa situ dapat dikategorikan sebagai salah
satu jenis lahan basah (umumnya berair tawar) dengan sistem perairannya yang
tergenang. Situ dapat terbentuk secara buatan yaitu b e d dari dibendungnya suatu
cekungan atau terbentuk secara alami karena kondisi topografi yang memungkinkan
terperangkapnya sejumlah air. Sumber air dari situ &pat b e d dari mata air yang
terdapat didalamnya, dari masukan air sungai atau limpasan air permukaan dan air
hujan (surface run-ofl. Secara m u m dapat dinyatakan bahwa situ memiliki fungsi
atau manfaat yang sangat penting antara lain: sebagai pemasok air ke dalam akuifer
(sebagai daerah resapan air), peredam banjir, membantu memperbaiki mutu air
permukaan (lewat proses kirnia, fisik, biologis yang berlangsung di dalamnya),
irigasi, rekreasi,
tandon
air
atau
reservoir,
perikanan
dan
mendukung
keanekaragaman hayati perairan.
Situ Babakan
Salah Satu Situ di Jakarta Selatan
Di Jakarta Selatan terdapat tiga buah waduk (Mbau Pancoran, Kalibata dan
Setiabudi), sebuah rawa (Ulujami) dan tiga buah situ (Cisarua Bon Bin Ragunan,
Babakan dan Manggabolong). Situ Babakan salah satu situ yang terdapat di Jakarta
Selatan tepatnya berada di Jalan Muhamad Kahti, Kelurahan Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Situ teeebut dikelola oleh DPU
DKI Jakarta dan telah dilindungi oleh SK. Gubemur KDKI Jakarta No. 1873 Tahun
1987 dan SK Gubemur KDKI Jakarta No. 1 138 tahun 1990. Situ Babakan terbentuk
secara alami, dengan luas 32 ha, air b e d dari sumber air alami dan sungai (Sungai
Ciliwung). Terdapat pintu air pada inlet (dari Sungai Ciliwung) dan outlemya (ke
Sungai Ciliwung).
Kondisi air kontinyu, pada musim hujan air naik dan pada musim kemarau air
stabil. Kondisi situ masih alami, tidak terdapat proses pendangkalan. Kondisi perairan
bersih dan jernih. Di tepi perairan terdapat lapisan tipis algae bloom, sehingga wama
air menjadi hijau biru. Fungsi Situ Babakan sebagai badan penampung air, resapan
air, irigasi dan sebagai tempat penanggulangan air serta sebagai tempat budidaya
perikanan. Salah satu manfaat terdapatnya situ yang terpelihara bisa dijadikan tempat
pemeliharaan ikan. Kondisi sekitar situ perumahan penduduk dan pepohonan (pohon
bambu dan melinjo). Pemukiman yang ada di sekitar situ tidak teratur. Upaya
perlindungan yang dilakukan terhadap situ adalah pembersihan sampah. Kegiatan
yang sedang dilakukan terhadap situ adalah normalisasi fungsi dan kondisi Situ
Babakan. Kegiatan normalisasi tersebut adalah setengah dari luas situ, pada
pinggimya sudah dibuat bedeng dari semen. Partisipasi masyarakat terhadap
kelestarian situ sudah ada, yang dikoordinir masing-masing rukun tetangga (RT).
Harapan masyarakat terhadap situ adalah agar Situ Babakan dapat dimanfaatkan
sebagai tempat rekreasi dan pemancingan.
Beberapa Pennasalahan
Situ di DKI Jakarta
Bappedalda Propinsi Jawa Barat menyatakan bahwa Jawa Barat memiliki 345
buah situ yang tersebar di 15 kabupaten dengan luas seluruhnya 3.250 ha dan
kapasitasnya menampung air sebesar 85.294.000 m3. Kapasitas dan daya tampung
tersebut sangat bervariasi, luas berkisar antara 0,25 dan 175 ha dengan kapasitas
antara 1.000 dan 14.000.000 m3. Sedangkan di DKI Jakarta terdapat 40 buah situ
yang tersebar di lima wilayah antara lain: di Jakarta Pusat 3 buah, Jakarta Utara 12
buah, Jakarta Selatan 7 buah, Jakarta Barat 2 buab, dan Jakarta Timur 16 buah,
dengan luas sekitar 325.125 ha @apedalda DKI Jakarta 2000). Di sisi lain beban
propinsi DKI Jakarta dengan kota Jakarta sebagai kota metropolitan munglun jauh
lebih besar dibandingkan dengan Propinsi Jawa Barat. Beban tersebut termasuk di
dalamnya dalam ha1 penyediaan air bersih, pemukiman penduduk, penyediaan
lingkungan hijau, penyediaan pangan dan berbagai kebutuhan hidup lainnya. Dengan
beban yang demikian berat serta hams ditanggung pemerintah dan masyarakat
Propinsi DKI Jakarta, maka keberadaan situ menjadi sangat penting dalam ha1
penyediaan dan menjaga keseimbangan ekosistem air dan lingkungan di DKI Jakarta.
Secara m u m padahal beberapa situ di Jakarta saat ini telah mengalami
pembahan baik kualitas maupun kuantitas, sehingga mengalami pembahan dari
ekosistem alami ke ekosistem buatan yang pada dasamya mewujudkan ekosistem
yang tidak lengkap tentang siklus jaring-jaring makanannya sehingga hal tersebut
memberikan indikasi hubungan timbal balik antar komponen lingkungan tidak
berjalan dengan baik. Hal tersebut terjadi karena salah satu sumberdaya air tidak
lepas dari tekanan penduduk dan implikasi kegiatan ekonomi, sehingga kondisi situ
menjadi sangat memprihatinkan.
Data empiris yang dapat dijadiian contoh adalah Waduk Kebon Melati
terletak di Jalan Teluk Betung, Kelurahan Kebon Melati, Kecamatan Tanah Abang,
Kotamadya Jakarta Pusat. Waduk ini diielola oleh PWSCC. Waduk Kebon Melati
adalah situ buatan dengan luas 13,5 ha. A i y a b e d dari buangan penduduk di
sekitar wad& air sungai dan air hujan. Terdapat pint- air pada inlet (masukan dari
sungai Cideng) dan outlet-nya (menuju Banjir Kanal). Kondisi air kontinyu dan pada
m u s h hujan akan meluap, sedangkan pada m u s h kemarau air turun. Walaupun
kondisi situ cukup terawat, namun terdapat proses pendangkalan yang disebabkan
limbah organik dan limbah padat yang b e d dari buangan rumah tangga di sekitar
situ. Terjadi eutrofikasi blooming algae, sehingga air nampak sangat hijau dan keruh
hijau dengan lcecerahan 12,4 cm.
Waduk tersebut berfungsi sebagai badan penampung air dan pengendali
banjir. Kondisi di sekitar waduk berupa pemukiman penduduk kumuh, perkantoran,
hotel dan pepohonan, salah satunya adalah pohon tanjung. Upaya perbaikan yang
sedang dilakukan terhadap waduk adalah pembersihan terhadap sampah dan tanaman
yang ada di perairan, rumah liar yang ada di sekitar waduk dan telah dibuat beton
pada tepi waduk, sehingga batasnya jelas dan berfungsi untuk menghmdari adanya
longsoran tanah di sekeliling waduk. Di lain pihak partisipasi masyarakat terhadap
upaya kelestarian waduk tidak ada (Bapedalda DKI Jakarta 2000).
Contoh lainnya adalah Waduk Muara Angke berada di pasar ikan Muara
Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Waduk
ini dikelola oleh Kopro Banjir - DPU DKI Jakarta. Waduk Muara Angke terbentuk
secara buatan dengan luas 10,5 ha. Airnya berasal dari air laut, air hujan dan buangan
dari sekitar. Tidak terdapat pintu air pada inlet-nya namun pada outlet-nya ada. Pada
m u s h hujan air meluap dan pada musim kemarau air turun. Kondisi waduk tidak
terawat. Terjadi proses pendangkalan yang disebabkan oleh sampah dan huangan
padatan dari pasar ikan. Kondisi perairan sebagian dikotori oleh sampah (15 %). Fisik
perairan keruh, hitam, bau dan tercemar dengan kecerahan 15 cm. Kondisi di sekitar
waduk adalah perumahan nelayan yang kumuh dan pasar ikan.Proses perusakan yang
terjadi terhadap situ adalah pendangkalan oleh sarnpah. Partisipasi masyarakat sekitar
terhadap kelestarian waduk tidak ada, padahal masyarakat di sekitar waduk berharap
agar air waduk bisa dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. Banyak contoh
lainnya tentang kerusakan waduk atau situ di DKI Jakarta, karena berbagai sebah,
sehingga situ tidak dapat berfungsi untuk menjaga keseimbangan proses daur
hidrologi.
Beberapa kejadian kerusakan situ, sehingga situ tidak berfiugsi secara optimal
antara lain: (1) bembahnya situ menjadi lahan sawah atau pemukiman secara ilegal,
bahkan ada yang sudah diperjual-belikan; (2) terjadinya sedimentasi yang cukup
tinggi, sehingga kapasitas tampung (storage capacity) berkurang dan banyak gulma
perairan yang tumbuh; (3) a& juga situ yang kepemilikannya diklaim pihak lain di
luar dinas PU Pengairan. Faktor-faktor yang &pat menyebabkan kemsakan situ
antara lain: (1) Belum jelasnya batas-batas daerah penguasaan situ, sehingga
mendorong masyarakat setempat untuk menggunakan lahan di sekitar situ dan
cenderung meluas ke arah penguasaan situ. Kejadian tersebut umumnya terjadi pada
situ-situ di daerah perkotaan seperti Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang. (2)
Kurangnya koordinasi di antara instansi terkait dalam pengelolaan sumberdaya air
terutama di bidang konsewasi, sehingga pemeliharaan situ semakin berat dan kurang
memadai. (3) Belum adanya ketegasan hukum (Iwenforcement) bagi pelanggar atas
ketentuan penguasaan situ. (4) Perkembangan jumlah penduduk clan industri
berkaitan erat dengan kebutuhan akan pemukiman, sehingga situ-situ yang kurang
diawasi pemerintah dan terlantar akan dimanfaatkan oleh masyarakat atau pihakpihak tertentu untuk kepentingan yang sangat bertentangan dengan fungsi situ.
Situ Babakan sebagai salah satu situ di Jakarta Selatan juga telah mengalami
pembahan. Walaupun kondisinya belum begitu mengkhawatirkan, namun apabila
tidak dilakukan upaya-upaya pengelolaan yang baik, sesuai dengan potensi dan
keinginan masyarakat pengguna, suatu saat Situ Babakan hanya akan ada dalam
catatan sejarah. Pemda DKI Jakarta (2001) melaporkan telah terjadi pembahan
kualitas air, antara lain beberapa parameter kualitas air seperti klor bebas, nitrat,
minyak dan lemak, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan
kebutuhan oksigen kimiawi (COD) telah melampaui baku mutu yang ditetapkan.
Selain itu, juga telah terjadi proses sedimentasi yang menyebabkan
pendangkalan situ dan berkurangnya kualitas lingkungan perairan. Perubahan kualitas
air diperkirakan terkait dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat di daerah
tersebut. Kondisi yang demikian akan mempengaruhi berbagai kehidupan darat dan
perairan di sekitar Situ Babakan seperti biota terestrial, biota perairan dan vegetasi
perairan. Sejalan dengan Suryadiputra (1998) yang menyatakan bahwa kebutuhan
lahan di DKI Jakarta semakin meningkat sebagai akibat dari desakan pembangunan di
segala sektor seperti industri, pemukiman, rekreasi, pelabuhan udara sebagai aktivitas
suatu masyarakat perkotaan. Aktivitas masyarakat perkotaan tersebut cenderung
menyebabkan turunnya kualitas lingkungan situ yang akhirnya mengarah pada
kemusnahan situ-situ. Seperti lima dari 40 situ di Jakarta telah berubah menjadi
daratan, yaitu Situ Rawa Kendal, Rawa Rorotan, Rawa Penggilingan, Situ Rawa
Segaran dan Situ Dirgantara.
.
Selanjutnya Pemda DKI Jakarta (2001) melaporkan adanya persepsi negatif di
kalangan masyarakat tentang pengelolaan Situ Babakan oleh pemerintah. Hal tersebut
apabila tidak diantisipasi, maka dapat menyebabkan dampak yang lebih serius, karena
menyangkut hajat hidup orang banyak yaitu masyarakat di sekitar Situ Babakan. Situ
Babakan berada di Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan
penduduknya terdiri dari etnis B e t h dan etnis lainnya yang berasal dari berbagai
daerah di Indonesia. Tradisi budaya yang dijalankan masyarakat sebagian besar
adalah Budaya Betawi, namun sudah mulai terlihat adanya budaya lain dari
masyarakat pendatang. Dalam rangka pembangunan perkampungan Budaya Betawi,
maka yang harus dipelihara adalah kelestarian seni-budaya Betawi, bahkan harus
dipupuk dan dipertahankan dari desakan budaya lain yang datang dari berbagai
penjuru. Oleh karena itu upaya-upaya pengelolaan Situ Babakan sebaiknya dilakukan
tidak hanya melalui pendekatan fisik, kimia dan biologi saja, namun juga dengan
pendekatan sosial-budaya berdasarkan kondisi setempat.
Pengelolaan Situ di DKI Jakarta
Salah satu bentuk pengelolaan ekosistem danau berdasarkan strategi Nasional
Lahan Basah, yaitu dengan menyisihkan sebagian kawasan yang memiliki potensi
sumberdaya alam hayati yang unik, endemik dan dilindungi untuk dijadikan kawasan
konservasi. Adapun kebijakan konservasi tersebut adalah Undang-undang Republik
Indonesia No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistem menyebutkan bahwa sumberdaya hayati mempunyai peranan penting bagi
kehidupan, serta merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang
berkelanjutan (Aboejoewono 1999).
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan sumberdaya alam hayati secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas perairan dan keanekaragaman serta nilai-nilai lainya,
melalui kegiatan : (a) perlindungan sistem penyangga kehidupan, (b) pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, (c) pemanfaatan
secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Beberapa upaya strategis
dilakukan untuk meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi, khususnya kawasan
konsewasi lahan basah, antara lain: (1) upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitar kawasan; (2) penguatan kemampuan pengelolaan, misalnya dengan
melakukan restrukturisasi organisasi pengelola dan pembuatan program pengelolaan
yang terintegrasi.
Pengelolaan danau, waduk maupun situ mempakan bagian dari pengelolaan
sumberdaya air yang pada dasarnya memiliki prinsip pemanfaatan, perlindungan dan
pengendalian. Pengelolaan sumberdaya air hendaknya dilaksanakan secara: (1)
terpadu (multisektor), karena banyaknya komponen pembangunan yang terlibat di
dalamnya seperti pertanian, industri, pariwisata dan lainnya; (2) menyeluruh meliputi:
kualitas-kuantitas, hulu-hilir, instream-offstream; (3) berkelanjutan (antar genemi)
karena kebutuhan air tidak hanya untuk memenuhi genemi kini, namun juga generasi
mendatang; (4) benvawasan lingkungan (konsewasi ekosistem) dengan wilayah
hidrologis atau ekologis sebagai kesatuan pengelolaan.
Selain itu, pengelolaan sumberdaya air juga meliputi: (1) pengelolaan daerah
tangkapan hujan (watershed management); (2) pengelolaan kualitas air (water quality
management); (3) pengendalian banjir (flood control management); (4) pengelolaan
lingkungan sungai, danau, waduk (river, lake, reservoir environment management).
Keterlibatan masyarakat secara melembaga mempakan bagian yang sangat penting
dalam upaya pengelolaan sebuah danau, waduk atau situ. Keterlibatan masyarakat
tersebut tidak hanya dalam pemanfaatan danau, waduk atau situ saja, tetapi juga
dalam proses pemeliharaannya. Rasa memilii yang besar serta pemahaman yang
besar tentang peran clan fungsi danau, wad& atau situ bagi keseimbangan tata air,
tata guna tanah dan sumberdaya lainnya akan mendorong masyarakat untuk turut
serta lebih aktif dalam pengelolaan dan pemeliiaraan danau, waduk atau situ.
Haemman (1999) menekankan, bahwa pengelolaan danau, waduk atau situ
dibedakan menjadi: (1) penanganan jangka pendek, (2) penanganan jangka menengah
dan (3) penanganan jangka panjang. Penanganan jangka pendek meliputi: (1)
pembuatan dan pemantapan batas situ yang telah ada misalnya berbentuk jalan
setapak atau jogging track; (2) mencegah timbulnya atau bunian liar; (3) pengerukan
dan pengamanan daerah pendangkalan, sehingga tidak dibudidayakan oleh
masyarakat; (4) rehabilitasi saluran pemasukan (inlet) dan bangunan pengairan
lainnya; (5) tidak menerbitkan sertifht pada areal yang merupakan kawasan yang
sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung sekitar danau atau waduk. Sedangkan
penanganan jangka menengah meliputi: (1) penetapan peruntukan areal situ
berdasarkan rencana tata ruang yang lebih detail; (2) pembatasan lahan bangunan,
karena ada kemungkinan di pinggir situ terdapat bangunan hunian, sehingga perlu
dilepaskan pemiliknya melalui k o o r d i i i p e m e ~ t a h setempat, (3) upaya
penghijauan kembali dengan tanaman keras, temtama untuk lahan-lahan yang kritis di
sekitar danau atau waduk. Selanjutnya penanganan jangka panjang merupakan upaya
pengelolaan kawasan lindung yang diattu dalam Keputusan Presiden (Kepres) No. 32
tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan UU No. 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Masalah utama yang dijumpai pada danau atau situ-situ di Indonesia adalah
sediientasi akibat erosi tanah pada bagian hulu, eutrofikasi yang disebabkan oleh
pemakaian pupuk pada lahan pertanian dan pembuangan limbah industri dan
domestik, serta kerusakan karena adanya kemasukan tumbuhan dan binatang asing ke
dalam situ. Butar-Butar (1998) menyatakan, demikian pentingnya pemanfaatan
sumberdaya air yang memiliki fungsi ganda yaitu sosial, ekonomi dan ekologi, maka
pemanfaatan ataupun pengelolaannya h m s dilakukan secara terpadu, bijaksana dan
profesional.
Dalam PP No. 35 tahun 1991, dinyatakan bahwa situ hams dilindungi dan
dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan matfaatnya d m dikendalikan daya
~saknya.Pengelolaan sumberdaya air untuk menjamin pembangunan berkelanjutan
diarahkan pada: (1) merubah pandangan masyarakat luas yang menganggap bahwa
air merupakan sumberdaya yang tidak terbatas menjadi sumberdaya yang terbatas dan
rentan dalam kaitannya dengan siklus dam; (2) memacu peran institusi pemerintah
yang bergerak dalam bidang pengelolaan sumberdaya air, untuk me~ngkatkan
kepedulian masyarakat dan kalangan industri dalam ikut serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran; (3) memberi
SEBAGAI KAWASAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN
DI DKI JAKARTA
OLEH:
RITA INDRASTI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
RITA INDRASTI. Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wisata
Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta. Dibirnbing oleh: DEDI SOEDHARMA dan M.
SRI SAENI.
Situ Babakan adalah salah satu situ yang ada di Jakarta Selatan, telah ditetapkan
sebagai salah satu tujuan wisata, berdasarkan swat keputusan Gubernur DKI Jakarta
No 92 tahun 2000. Untuk mewujudkan Situ Babakan sebagai kawasan wisata agro
berkelanjutan, harus didasarkan minimal pada tiga aspek utama antara lain: (1)
kondisi perairan Situ Babakan; (2) persepsi dan sikap masyarakat di sekitar Situ
Babakan, (3) persepsi clan sikap masyarakat pengunjung Situ Babakan sebagai
pengguna. Sehubungan dengan itu, telah dilakukan penelitian tentang: Upaya
Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta,
selama 7 bulan mulai Mei sampai dengan Nopember 2002. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui: (1) Mengkaji mutu lingkungan perairan Situ Babakan berdasarkan
beberapa parameter kualitas air yang ditetapkan pemerintah dalam PP No 82 tahun
2001; (2) Mendeskripsikan persepsi masyarakat di sekitar Situ Babakan dalam rangka
mewujudkan Situ Babakan sebagai wisata agro di DKI Jakarta; (3) Mendeskripsikan
persepsi masyarakat pengunjung terhadap keberadaan Situ Babakan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara umum perairan Situ Babakan
layak dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan budidaya ikan sebagai salah satu paket
wisata a g o berdasarkan parameter kuditas air klas dua, sesuai dengan PP No 82
tahun 2001. Namun, beberapa parameter tertentu seperti muatan padatan tersuspensi
(MPT), amonia, nitrat dan fosfat telah melampaui baku mutu yang ditetapkan,
sehingga dalam pengelolaannya perlu dipertimbangkan untuk meminimallcan surnbersumber pencemar tersebut. Selanjutnya dari aspek sosial khususnya dalam ha1
persepsi dan sikap masyarakat di sekitar Situ Babakan dan pengunjung Situ Babakan,
menunjukkan sikap yang positif terhadap kebijakan pemda DKI Jakarta untuk
menetapkan Situ Babakan sebagai wisata agro di DKI Jakarta. Untuk itu, pemda DKI
Jakarta dalam mengambil langkah kebijakan untuk mengelola Situ Babakan sebagai
wisata ago, bendaknya selalu mengacu pada ketiga aspek utama tersebut, sehingga
akan tenvujud Situ Babakan sebagai wisata agro yang berkelanjutan.
Kata kunci: Situ Babakan, wisata agro, berkelanjutan.
ABSTRACT
RITA INDRASTI. Management of Situ Babakan as a Sustainable Agrotourism Area
at DKI Jakarta. Under the advisor committed: DEDI SOEDHARMA and M. SRI SAENI.
Situ Babakan as an agro tourism destination area at DKI Jakarta, so much the
interest destination to visited. Therefore, the Situ Babakan needs a professionalism
management to anticipate negative impact. Some factors shoud be attented for managing
the Situ Babakan as a sustainable agro tourism destination area, i.e.: (1) potency of Situ
Babakan as a fish culture based on ~hvsicand chemical water characteristics: (2)
perception of public around of Situ ~a'b&an;(3) perception of Situ Babakan visitors.
Research about Management of Situ Babakan as a Sustainable A-m tourism Area at DKI
Jakarta was carried out on May-Oct 2002. The research purpose are: (1) To asses of the
water environment of the Situ Babakan, based on parameter of water quality according to
the letter of decree of Indonesian Government No 80 year 2001; (2) To description of
perception of publics around of Situ Babakan area: (3) To descriptions of perception of
the Situ Babakan visitors.
The results of the research, that Situ Babakan have a good potency to develop as an
agro tourism destination area, according to the letter of decree of local government No 92
on August 18,2000 regarding the Environment Landscape of Cultural Village of Betawi
at Situ Babakan. That's statement based on: (1) the physic and chemical condition of the
water of Situ Babakan; (2) the perception of the public around of Situ Babakan; and (3)
the perception of the Situ Babakan visitors.
2
Key word: Situ Babakan, Agro tourism, Sustainable
> ,
PERNYATAAN
Dengm ini saya menyatakan bahwa tesis yang bejudul :
"Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan
Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta"
adalah benar merupakan hasil karya saya sendii dan belum pemah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah diiyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.
Bogof November 2002
!?
Rita drasti
UPAYA PENGELOLAAN SITU BABAKAN
SEBAGAI KAWASAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN
DI DKI JAKARTA
RITA INDRASTI
Tesis
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Ligkungan
PROGRAM PASCASARTANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
:
Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wisata
Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta
Nama
:
Rita Indrasti
NRP
:
P.10500007
Program Studi :
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA
Ketua
Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS
Anggota
Mengetahui,
1. Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingku
Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS
Tanggal Lulus: 28 Nopember 2002
ogram Pascasarjana
RIWAYAT HIDW
Penulis dilahirkan di Surabaya, Jawa T i u r pada tanggal 11 Agustus 1966,
sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Terlahir dari pasangan Kolonel Laut (Purn)
Drs. H. S. Pranotosoesilo sebagai bapak dan Hj. Lestari sebagai ibu. Pendidikan sarjana
(Sl) ditempuh di Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan
Nasional (UPN) Veteran, Surabaya dan lulus pada tahun 1991. Sejak tahun 1994 penulis
bekerja di BIP (Balai Informasi Pertanian) DKI Jakarta, yang kini bemama Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Pada bulan September tahun 2000, penulis
mendapat kesempatan untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Pengelolaan
Surnberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Program Pascasarjana, IPB Bogor, dengan
pembiayaan yang bersumber dari Proyek PAATP Pusat
Pengembangan (Litbang) Pertanian di Jakarta.
Badan Penelitian dan
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA,
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. K q a ilmiah dalam penelitian ini
berjudul : Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wiata Agm
Berkelanjutan di DKI Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA
selaku ketua komisi pembimbing dan Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, MS selaku anggota
Terselesaikannya proses pembuatan karya ilmiah ini berbagai pihak telah berpartisipasi
serta memberikan bantuan, baik langsung maupun tak langsung yang berupa moral
maupun material.
Selanjutnya penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kepala BPTP DKI
Jakarta, Kepala Pusat Penelitian Sosial Ekonomi di Bogor, Kepala Badan Litbang
Pertanian di Jakarta yang telah mengijinkan penulis menempuh pendidikan S2 di IPB.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pemimpin Proyek PAATP Pusat dan
staf di Badan Litbang Jakarta, yang telah membiayai penulis dalam studi iN. Kepada
Director for Graduate Scholarship and R&D SEAMEO-SEARCA Philippines, penulis
juga menyampaikan terimakasih atas bantuannya berupa thesis grant.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. I Wayan Alit Artha Wiguna,
M.Si., yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian. Demikian juga
teman-teman di BPTP DKI, Asrama Duta Pakuan, Asrama Bali Puri Canang Sari,
Baranangsiang, dan Asrama Bali Bogor Baru yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya.
Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada bapak, ibu, kakak
clan adii serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan sepenuhnya Untuk
yang terkasih RAgung Sumbodho terima kasih atas segala-galanya.
Harapan penulis semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2002
Rita Indrasti
DAFTAR IS1
DAFTAR IS1 .............................................................................
1
DAFTAR TABEL .......................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................
vii
PENDAHULUAN .......................................................................
1
Latar Belakang ...........................................................................
1
Rumusan Masalah .......................................................................
3
Tujuan Penelitian ........................................................................
5
Manfaat Penelitian .......................................................................
5
Kerangka Pemikiran .....................................................................
6
Hipotesis Penelitian .....................................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
9
Peranan Danau, Waduk dan Situ dalam Ekosistem Perairan ......................
9
Situ Babakan Salah Satu Situ di Jakarta Selatan ....................................
13
Beberapa Pernasalahan Situ di DKI Jakarta ........................................
14
Pengelolaan Situ di DKI Jakarta .......................................................
19
Daya Tarik Danau. Waduk dan Situ Sebagai
Tujuan Wisata ......................
..
25
Beberapa Sifat Fisik dan Kimia Aii Klas Dua Berdasarkan PP No 82 tahun
2001 ..................................................................................
Suhu ..................................................................................
Padatan Tersuspensi dan Terlarut ................................................
..
..............................................................................
Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen atau DO) .................................
Nlla pH
Kebutuhan Oksigen Biologi (Biological Oxygen Demand atau BOD) .....
Nitrogen ..............................................................................
Fosfat (PO433 .......................................................................
Persepsi Masyarakat .....................................................................
METODE PENELITIAN...............................................................
Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
Pengumpulan Data ......................................................................
Parameter Penelitian ....................................................................
Koleksi Sampel Air dan Penentuan Responden Masyarakat .....................
Analisis Data ............................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
Keadaan Urnurn Daerah ................................................................
Sarana Jalan dan Transportasi .........................................................
Pendapatan Daerah .....................................................................
Sarana dan Prasarana Wisata ..........................................................
Wisata Air ...........................................................................
Wisata Budaya .....................................................................
Wisata Agro ........................................................................
Biota Perairan .......................................................................
Adaptasi Ekologis ..................................................................
Kualitas Perairan Situ Babakan Berdasarkan Sifat-sifat Fisik dan Kimia .......
Padatan Terlarut dan Tersuspensi ................................................
Nilai pH Air .........................................................................
Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen atau DO) .................................
Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) .............................................
Nitrogen ..............................................................................
~ o s f a(t ~ 0 4 ~.......................................................................
3
Masyarakat di Sekitar Situ Babakan ..................................................
Karakteristik Masyarakat Situ Babakan .........................................
Pengetahuan Masyardcat di Sekitar Situ Babakan .............................
Persepsi dan Sikap Masyarakat di Sekitar Situ Babakan .....................
Masyarakat Pengunjung Situ Babakan ...............................................
Karakteristik Pengunjung .........................................................
Daya Tarik Situ Babakan Bagi Pengunjung ....................................
Persepsi dan Sikap Pengunjung Tentang Situ Babakan .......................
Pengeluaran Pengunjung Situ Babakan ..........................................
PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASINYA .................................
KESIMF'ULAN DAN SARAN .......................................................
Kesimpulan ................................................................................
Saran ..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................
99
104
104
104
106
111
DAFTAR TABEL
Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Jagakarsa antara tahun 1992
dan 1999 ........................................................................
Pertumbuhan Penduduk di Kelurahan Srengseng Sawah antara tahun
1996 dan 2000 .................................................................
Kualitas perairan Situ Babakan .............................................
Karakteristik responden masyarakat lokal di sekitar Situ Babakan ......
Pengetahuan responden tentang Situ Babakan .............................
Koefisien korelasi antara karakteristik. p g e t a h m dan persepsi
masyarakat di sekitar Situ Babakan .........................................
Pendapat responden tentang Situ Babakan .................................
Karakteristik pengunjung Situ Babakan ...................................
Parameter daya tarik Situ Babakan .........................................
Pendapat pengunjung tentang Situ Babakan ..............................
Biaya yang dikeluarkan pengunjung .......................................
Halaman
Budidaya ikan dengan keramba jaring apung (KJA) di Situ
Babakan yang kurang tertata dengan baik (a) di bagian hilir dan
(b) di bagian hulu situ .................................................
4
Kerangka pemikiran dalam rangka pengelolaan Situ Babakan
sebagai wisata di DKI Jakarta ........................................
7
Peta lokasi penelitian di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan .
45
Keramba jaring apung (KJA) yang diusahakan masy-t
di
sekitar Situ Babakan ...................................................
49
Suhu CC) perairan Situ Babakan ....................................
58
Nilai TDS dan TSS air Situ Babakan ................................
60
Nilai pH. BOD (ppm) dan DO (ppm) air Situ Babakan ..........
63
Konsentrasi amonia perairan Situ Babakan ........................
66
Konsentrasi nitrat (ppm) perairan Situ Babakan........................
67
Konsentrasi fosfat perairan Situ Babakan ..........................
69
Komposisi responden penelitian ....................................
70
Asal pengunjung Situ Babakan ......................................
79
Sampah sebagai pencemar di sekitar Situ Babakan ...............
100
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001, Tanggal 14 Desember
2001 tentang: Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran ...............................................................
112
Jadwal Rencana Penelitian Tentang Upaya Pengelolaan Situ
Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI
Jakarta ...... ............. ................................................
114
.
.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan wisata agro merupakan upaya pemanfaatan potensi atraksi
wisata pertanian (Tirtawinata dan Lisdiana 1999). Berdasarkan Surat Keputusan (SK)
bersama Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri
Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTSIHK/050/4/1989,
wisata agro sebagai bagian dari obyek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan
usaha agro (pertanian) sebagai obyek wisata dengan tujuan memperluas pengetahuan,
pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Lebih lanjut
Tirtawinata dan Lisdiana (1999) menyatakan, bahwa ruang lingkup dan potensi
wisata agro yang dapat dikembangkan antara lain: kebun raya, perkebunan, tanaman
pangan dan hortikultura, perikanan dan peternakan.
Sulistyantara (1990) menyatakan, bahwa wisata agro di perkotaan dapat
memberikan beberapa manfaat antara lain: (1) Wisata agro melibatkan tegaknya
tanaman (vegetasi) yang dapat memberikan manfaat dalam perbaikan kualitas iklim
mikro, (2) Pengembangan wisata agro ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup
perkotaan serta menjaga siklus hidrologi dan mengurangi erosi, (3) Kegiatan wisata
agro akan meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan perkotaan yang pada akhirnya
menunjang kesehatan penggunanya, (4) Obyek wisata agro dapat memberikan karya
lingkungan yang estetis, jika diielola dengan baik dan memperhatikan syarat-syarat
perencanaan, (5) Wisata agro dapat menjadi sumber masukan bagi perorangan, badan
swasta maupun pemerintah daerah.
Sejalan dengan ha1 tersebut, maka Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta
sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk
mengembangkan pariwisata perkotaan. Fauzi (1996) menyatakan, bahwa arah
kebijakan yang akan ditempuh untuk meningkatkan peranan sektor pariwisata di DKI
Jakarta antara lain: (1) memantapkan segenap potensi surnberdaya wisata yang
dimiliki DKI Jakarta; (2) menjadikan DKI Jakarta sebagai "pemimpin" dalam
menciptakan berbagai produk wisata baru; (3) mengembangkan DKI Jakarta sebagai
tempat tujuan wisata; (4) meneladani upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya
yang sejalan dengan sasaran pembangunan lainnya; dan (5) menjadikan DKI Jakarta
sebagai basis bagi perjalanan wisata yang berwawasan pelestarian. Sehubungan
dengan hal tesebut, maka Gubernur Provinsi DKI Jakarta menerbitkan Surat
Keputusan (SK) No 92 tahun 2000, tanggal 18 Agustus 2000 tentang Penataan
Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa, Kotarnadya Jakarta Selatan. Salah satu sasaran yang ingin
dicapai dengan terbitnya SK tersebut adalah memberi dorongan, motivasi dan
peluang kepada masyarakat di dalam Perkampungan Budaya Betawi dan sekitamya,
untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi lingkungan guna kepentingan
wisata budaya, wisata agro dan wisata air dalam rangka peningkatan kesejahteraan
sosial masyankat.
Pengembangan Situ Babakan sebagai salah satu daerah wisata agro perikanan,
nampaknya merupakan salah satu p i l i yang tepat. Hal tersebut didasarkan pada
potensi Situ Babakan dengan luas sekitar 32 ha (Pemda DKI Jakarta Selatan 2001)
saat ini telah digunakan sebagai tempat budidaya perikanan oleh masyarakat di
sekitarnya. Akan tetapi, apabila pengelolaan Situ Babakan sebagai wisata agro
perikanan, tidak sesuai dengan daya dukung ekologis (fisik, kimia, biologi, sosial dan
ekonomi) akan menyebabkan dampak negatif berupa kerusakan sumberdaya dam
khususnya sumberdaya perairan dan lingkungan di daerah tersebut. Sehubungan
dengan ha1 tersebut perlu dilakukan penelitian tentang "Upaya Pengelolaan Situ
Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta".
Perurnusan Masalah
Penetapan Situ Babakan sebagai salah satu daerah wisata di DKI Jakarta juga
disertai upaya-upaya pengelolaan awal seperti perbaikan jalan menuju ke lokasi Situ
Babakan, penanaman tanaman langka di sekitar situ, pembuatan senderan di
sekeliling situ dan penyediaan pelayanan informasi tentang Situ Babakan. Hal
tersebut menyebabkan Situ Babakan semakin menarik untuk d i i j u n g i , sehingga
masyarakat yang berkunjung ke Situ Babakan semakin meningkat. Meningkatnya
pengunjung ke Situ Babakan telah memberikan dampak kepada masyarakat di sekitar
situ untuk menjual jasa seperti: (I) jasa pemacingan, (2) penjualan cendera mata, (3)
makanan khas Betawi, (4) penjualan tanaman hias dan buah-buahan serta jasa-jasa
lainnya. Hal tersebut sejalan dengan upaya Pemda DKI Jakarta untuk meningkatkan
peranan sektor wisata di DKI Jakarta antara lain melalui: (1) pemantapan segenap
potensi sumberdaya wisata yang dimiliki DKI Jakarta; (2) menjadiian DKI Jakarta
sebagai "pemimpin" dalam menciptakan berbagai produk wisata baru; (3)
mengembangkan DKI Jakarta sebagai tempat tujuan wisata; (4) meneladani upaya
pelestarian lingkungan dam dan budaya yang sejalan dengan sasaran pembangunan
laimya; dan (5) menjadikan DKI Jakarta sebagai basis bagi pejalanan wisata yang
berwawasan pelestarian.
Sesuai dengan fungsi situ sebagai salah satu budidaya perikanan, telah
mendorong masyarakat di sekitar Situ Babakan untuk memanfaatkan perairan Situ
Babakan sebagai tempat budidaya ikan dengan teknologi kerarnba jaring apung
(KJA). Hal tersebut, menyebabkan permukaan Situ Babakan semakin dipenuhi oleh
KJA yang d i u d a n masyarakat, sehingga mempersempit areal situ yang terbuka
serta mengurangi nilai estetika situ (Gambar 1).
(a)
Gambac 1. Budidaya ikan dengan kerarnba jaring apung (KJA) di Situ Babakan yang
kurang tertata dengan baik (a) di bagian hilir dan (b) di bagian hulu situ
Tertutupnya permukaan situ menyebabkan berkurangnya sinar matahari yang
masuk ke dalam perairan, akan mengganggu proses fotosintesis perairan, sehingga
mengancam kehidupan di dalamnya. Apabila hal tersebut dibiarkan tanpa ada
langkah-langkah antisipasi, dapat menyebabkan hilangnya fungsi situ secara umum
dan berdampak buruk terhadap kondisi lingkungan Situ Babakan itu sendiri dan
masyarakat sekitarnya. Untuk menghindari ha1 itu, maka pengelolaan Situ Babakan
harus didasarkan pada potensi sumberdaya perairan, keinginan dan kepentingan
masyarakat baik masyarakat di sekitar situ maupun masyarakat pengunjung, sebagai
masyarakat pengguna Situ Babakan. Hal tersebut sangat penting dilakukan, untuk
menghindari Situ Babakan mengalami kerusakan, yang dapat mengurangi fungsi situ
secara alami, karena dapat memberikan dampak kurang menguntungkan tidak hanya
terhadap Situ Babakan saja, namun juga terhadap kota Jakarta.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain :
1. Mengkaji mutu lingkungan perairan Situ Babakan berdasarkan beberapa
parameter kualitas air yang ditetapkan pemerintah dalam PP No 82 tahun 2001.
2. Mendeskripsikan persepsi masyarakat di sekitar Situ Babakan dalam rangka
mewujudkan Situ Babakan sebagai wisata agro di DKI Jakarta.
3. Mendeskripsikan persepsi masyarakat pengunjung terhadap keberadaan Situ
Babakan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi masyarakat maupun Pemda DKI
Jakarta, khususnya dalam upaya pelestarian fungsi Situ Babakan sebagai: (1)
penyangga kehidupan, (2) mempertahankan keanekaragaman hayati, (3) tempat
wisata agro, dan (4) penyedia air bagi masyarakat Jakarta. Hal tersebut dicapai k a n a
dalam penelitian ini akan didapatkan: (1) informasi penting yang dapat digunakan
oleh pihak pengelola Situ Babakan dalam mewujudkan Situ Babakan sebagai salah
satu wisata agro di DKI Jakarta berdasarkan potensi sumberdaya perairan dan
persepsi m a s y e , (2) informasi penting yang dapat digunakan Pemda DKI Jakarta
dalam upaya menetapkan langkah kebijakan untuk mempertahankan keberadaan Situ
Babakan.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar
2. Dari Gambar 2 tersebut nampak, bahwa pengelolaan Situ Babakan sebagai suatu
daerah wisata berkelanjutan di DKI Jakarta setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yaitu: (1) kondisi fisik dan kimia perairan Situ Babakan, (2) karakteristik,
animo dan persepsi masyarakat di sekitar Situ Babakan; dan (3) karakteristik, animo
dan persepsi masyarakat pengunjung Situ Babakan. Kondisi fisik dan kimia Situ
Babakan akan sangat menentukan potensi situ sebagai wisata ago, demikian pula
halnya dengan karakteristik, persepsi dan sikap masyarakat sekitar dan pengunjung
Situ Babakan. Ketiga faktor utama tersebut harus seiring dan sejalan, agar
pengelolaan Situ Babakan sebagai suatu daerah tujuan wisata di DKI Jakarta &pat
dilakukan secara profesional dan berkelanjutan. Ketidak sesuaian potensi Situ
Babakan dengan karakter, animo dan persepsi masyarakat baik di sekitar Situ
Babakan maupun masyarakat pengunjung dalam pengelolaan Situ Babakan, dapat
menyebabkan kegagalan dalam pengelolaan Situ Babakan sebagai tujuan wisata di
DKI Jakarta. Hal tersebut dapat menimbulkan kerugian baik masyarakat maupun
pemerintah.
Karakteristik, persepsi
& sikap masyarakat
sekitar Situ Babakan
Karakteristik, persepsi
& sikap pengunjung
Situ Babakan
Pengelolaan Situ
Babakan sebagai
wisata agro
Kondisi fisik & kimia
perairan Situ
Gambar 2. Kerangka pemikiran dalam rangka pengelolaan Situ Babakan sebagai
kawasan wisata agro berkelanjutan di DKI Jakarta.
Pemda DKI Jakarta telah mengambil langkah kebijakan terkait dengan
penetapan Situ Babakan sebagai salah satu tujuan wisata agro di Jakarta. Langkah
kebijakan tersebut, juga telah disertai dengan upaya-upaya pengelolaan seperti: (1)
sekitar Situ Babakan; (3) pembuatan senderan di sekelilmg Situ Babakan.
Kebijakan pemerintah tersebut, mendorong masyarakat untuk berkunjung ke
Situ Babakan dan meningkatnya aktivitas masyarakat di sekitar situ seperti
meningkatnya jumlah keramba jaring apung (KJA). Apabila kondisi itu, dibiarkan
tanpa kendali, dapat menyebabkan meningkatnya beban pembangunan yang diterima
Situ Babakan, yang ditandai dengan meningkatnya pencemaran perairan, sehingga
terjadi degradasi kualitas lingkungan perairan. Untuk mengantisipasi ha1 tersebut,
maka pengelolaan Situ Babakan hams didasarkan pada potensi sumberdaya perairan
dan persepsi masyarakat, baik masyarakat setempat maupun masyarakat pengunjung.
Hipotesis Penelitian.
Terdapat beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini antara lain
tentang:
1. Beberapa parameter kualitas air Situ Babakan sudah berada di atas ambang batas
baku mutu kualitas air klas 2 berdasarkan PP. No 82 tahun 2001.
2. Masyarakat di sekitar Situ Babakan memiliki tanggapan yang positif terhadap
kebijakan pemerintah menetapkan Situ Babakan sebagai kawasan wisata agro di
DKI Jakarta.
3. Pengunjung Situ Babakan memiliki persepsi yang positif terhadap Situ Babakan
sebagai kawasan wisata agm di DKI Jakarta
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Danau, Waduk dan S i t dalam Ekosistem Perairan
Air me~pzIkaIIbagian terbesar planet bumi karena jumlahnya yang melimpah,
namun sebagian besar air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan langsung
manusia (Haryani dan Hehanussa 1999). Selanjutnya juga dinyatakan, bahwa lebih
dari 97% air dunia mempakan air asin di laut dan 2,15% air tawar dalam bentuk es di
kutub dan gletzer. Sedangkan sebanyak 0,3% adalah air tanah dan 0,1% air danau dan
kurang dari 0,00001% adalah air sungai. Memperhatikan dari angka statistik global
tersebut, betapa pentingnya posisi danau dan waduk sebagai penyedia air baku, suatu
potensi yang sebenamya jauh lebih besar dari sumber air di sungai, namun hingga
kini masih kurang dijadikan sasaran sebagai sumber air di Indonesia.
Di sisi lain Suyono (1995) menyatakan bahwa air adalah salah satu
sumberdaya alam yang sangat berharga. Tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan di
muka bumi ini. Air selain mempunyai manfaat biologis, juga mempunyai daya energi
bempa daya angkut dan daya pukul, sehingga air juga memiliki daya perusak. Sejalan
dengan ha1 tersebut Bappeda Provinsi Jabar (1999) mengemukakan, bahwa salah satu
sumberdaya alam yang penting dalam mendukung kehidupan adalah sumberdaya air.
Sehubungan dengan ha1 tersebut, maka air hatus dikelola dengan baik,
sehiigga sumberdayanya dapat dikembangkan clan dimanfaatkan secara optimum,
namun kelestariannya hams dapat tetap dipertahankan secara berkelanjutan.
Aboejoewono (1999) menyatakan, situ pada dasamya adalah salah satu sumberdaya
air yang memiliki fungsi dan manfaat sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup
dan lingkungannya Keberadaan situ-situ dalam suatu wilayah sangat potensial untuk
menciptakan keseimbangan hidrologis dan keanekaragaman hayati. Selain itu situ
juga potensial untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Secara
umum fungsi dan manfaat situ antara lain:
(1) Menjaga keseimbangan hidrologis termasuk pengendali banjir. Dalam menjaga
keseimbangan ekosistem perairan, maka keseimbangan hidrologis me~pakatI
salah satu komponen yang sangat penting. Danau, waduk atau situ sesuai dengan
kondisinya memiliki peranan dalam menjaga keseimbangan tata air, karena pada
saat musim hujan danau, waduk atau situ mampu menampung air yang melimpah,
sehingga dapat mencegah terjadinya banjir. Sedangkan pada musim kering air
danau, waduk atau situ dapat dimanfaatkan baik untuk pertanian, petemakan,
maupun untuk kebutuhan air minum.
(2) Menjaga keseimbangan iklim mikro. Pada saat musim kering atau panas, air
danau akan menguap, sehingga kelembaban udara di sekitar danau, waduk atau
situ meningkat, sehingga udara tetap terasa sejuk. Kondisi tersebut akan menjadi
lebih baik apabila di sekitar danau, waduk atau situ juga terdapat pepohonan yang
juga mampu berfungsi untuk mengatur keseimbangan iklim mikro.
(3) Menjaga sumber keanekaragaman hayati. Danau, waduk atau situ dengan
sumberdaya airnya, menyebabkan hidup dan tumbuh serta berkembangnya
berbagai mahluk hidup perairan. Mahluk hidup tersebut dapat bempa hewan
tingkat rendah, maupun hewan yang lebih tinggi seperti ikan, serta berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan air yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Rusaknya danau, waduk atau situ menyebabkan hilangnya kehidupan yang ada di
dalamnya. Dengan demikian danau, waduk atau situ memiliki peranan yang
sangat penting dalam menjaga keanekaragaman hayati.
(4) Sebagai wadah usaha perikanan. Pemanfaatan danau, waduk atau situ sebagai
wadah usaha perikanan telah banyak dilakukan. Berbagai teknologi perikanan
telah berkembang untuk memanfaatkan danau, waduk atau situ sebagai wadah
budidaya perikanan seperti teknologi keramba jaring apung (KJA). Usaha
penangkapan ikan di danau juga telah dilakukan sejak dahulu, sehingga danau
juga memberikan peluang mata pencaharian bagi masyarakat di sekitarnya.
Lukman (1999) menyatakan bahwa di danau Semayang, Kalimantan Timur paling
sedikit ada 14 jenis ikan yang hidup dengan baik dan bemilai ekonomis.
(5) Sebagai tempat rekreasi dan sarana olah raga Pemanfaatan danau, waduk dan situ
sebagai lokasi rekreasi telah berkembang sejak lama. Berbagai bentuk wisata air
yang dapat dikembangkan seperti diving, jet sky, water scooter, perahu layar,
mancing dan sebagainya. Arief (1999) menyatakan bahwa danau di Indonesia
.-
selain dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pertanian, pengairan,
pembangkit tenaga listrik, juga
dikembangkan untuk rekreasi dengan
memperhatikan persyaratan atraksi yang khas, unik dan lestari. Kawasan situ
sebagai daya tarik wisata sangat tergantung kepada kualitas lingkungan situ untuk
dapat menarik pengunjung. Danau atau situ sebagai lokasi atraksi wisata
memberikan beberapa katagori produk wisata yang mempunyai k d r i s t i k
ditujukan untuk pengunjung yang berbeda dengan orientasi pendekatan pasar.
Di sisi lain Haenunan (1999) menyatakan bahwa situ merupakan komponen
yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan sistem tata guna tanah, tata guna
air, tata guna udara dan tata guna sumberdaya lainnya. Mengamankan danau, waduk
atau situ dari k e ~ s a k a nakan memberikan pengaruh positif dalam pemanfaatannya
tidak hanya untuk jangka pendek, namun untuk beberapa generasi. Untuk itu, sangat
tepat agar memperhatikan kawasan sekitar danau, waduk atau situ yang telah
ditetapkan sebagai kawasan lindung, sesuai dengan PP No. 47 tahun 1997 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Bapedalda DKI Jakarta (2000) menyatakan situ merupakan salah satu bentuk
habitat lentik (air tergenang) di dalam ekologi air tawar lainnya dan beberapa faktor
pembatas yang cukup penting, seperti suhu, kejernihan, oksigen terlarut dan
konsentrasi garam biogenik. Meskipun situ tersebut mempunyai karakteristik yang
berbeda dalam hal struktur dan tekstur tanah, sifat kimia air, plankton, tumbuhan air
dan jenis-jenis ikan, namun memiliki fungsi ekologis yang serupa dan sangat penting
bagi
kelangsungan
kehidupan
perkotaan,
yaitu
sebagai
persediaan
air,
penanggulangan banjir, usaha perikanan, rekreasi dan sebagai sumber energi.
Menurut Suryadiputra (1998), bahwa situ dapat dikategorikan sebagai salah
satu jenis lahan basah (umumnya berair tawar) dengan sistem perairannya yang
tergenang. Situ dapat terbentuk secara buatan yaitu b e d dari dibendungnya suatu
cekungan atau terbentuk secara alami karena kondisi topografi yang memungkinkan
terperangkapnya sejumlah air. Sumber air dari situ &pat b e d dari mata air yang
terdapat didalamnya, dari masukan air sungai atau limpasan air permukaan dan air
hujan (surface run-ofl. Secara m u m dapat dinyatakan bahwa situ memiliki fungsi
atau manfaat yang sangat penting antara lain: sebagai pemasok air ke dalam akuifer
(sebagai daerah resapan air), peredam banjir, membantu memperbaiki mutu air
permukaan (lewat proses kirnia, fisik, biologis yang berlangsung di dalamnya),
irigasi, rekreasi,
tandon
air
atau
reservoir,
perikanan
dan
mendukung
keanekaragaman hayati perairan.
Situ Babakan
Salah Satu Situ di Jakarta Selatan
Di Jakarta Selatan terdapat tiga buah waduk (Mbau Pancoran, Kalibata dan
Setiabudi), sebuah rawa (Ulujami) dan tiga buah situ (Cisarua Bon Bin Ragunan,
Babakan dan Manggabolong). Situ Babakan salah satu situ yang terdapat di Jakarta
Selatan tepatnya berada di Jalan Muhamad Kahti, Kelurahan Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Situ teeebut dikelola oleh DPU
DKI Jakarta dan telah dilindungi oleh SK. Gubemur KDKI Jakarta No. 1873 Tahun
1987 dan SK Gubemur KDKI Jakarta No. 1 138 tahun 1990. Situ Babakan terbentuk
secara alami, dengan luas 32 ha, air b e d dari sumber air alami dan sungai (Sungai
Ciliwung). Terdapat pintu air pada inlet (dari Sungai Ciliwung) dan outlemya (ke
Sungai Ciliwung).
Kondisi air kontinyu, pada musim hujan air naik dan pada musim kemarau air
stabil. Kondisi situ masih alami, tidak terdapat proses pendangkalan. Kondisi perairan
bersih dan jernih. Di tepi perairan terdapat lapisan tipis algae bloom, sehingga wama
air menjadi hijau biru. Fungsi Situ Babakan sebagai badan penampung air, resapan
air, irigasi dan sebagai tempat penanggulangan air serta sebagai tempat budidaya
perikanan. Salah satu manfaat terdapatnya situ yang terpelihara bisa dijadikan tempat
pemeliharaan ikan. Kondisi sekitar situ perumahan penduduk dan pepohonan (pohon
bambu dan melinjo). Pemukiman yang ada di sekitar situ tidak teratur. Upaya
perlindungan yang dilakukan terhadap situ adalah pembersihan sampah. Kegiatan
yang sedang dilakukan terhadap situ adalah normalisasi fungsi dan kondisi Situ
Babakan. Kegiatan normalisasi tersebut adalah setengah dari luas situ, pada
pinggimya sudah dibuat bedeng dari semen. Partisipasi masyarakat terhadap
kelestarian situ sudah ada, yang dikoordinir masing-masing rukun tetangga (RT).
Harapan masyarakat terhadap situ adalah agar Situ Babakan dapat dimanfaatkan
sebagai tempat rekreasi dan pemancingan.
Beberapa Pennasalahan
Situ di DKI Jakarta
Bappedalda Propinsi Jawa Barat menyatakan bahwa Jawa Barat memiliki 345
buah situ yang tersebar di 15 kabupaten dengan luas seluruhnya 3.250 ha dan
kapasitasnya menampung air sebesar 85.294.000 m3. Kapasitas dan daya tampung
tersebut sangat bervariasi, luas berkisar antara 0,25 dan 175 ha dengan kapasitas
antara 1.000 dan 14.000.000 m3. Sedangkan di DKI Jakarta terdapat 40 buah situ
yang tersebar di lima wilayah antara lain: di Jakarta Pusat 3 buah, Jakarta Utara 12
buah, Jakarta Selatan 7 buah, Jakarta Barat 2 buab, dan Jakarta Timur 16 buah,
dengan luas sekitar 325.125 ha @apedalda DKI Jakarta 2000). Di sisi lain beban
propinsi DKI Jakarta dengan kota Jakarta sebagai kota metropolitan munglun jauh
lebih besar dibandingkan dengan Propinsi Jawa Barat. Beban tersebut termasuk di
dalamnya dalam ha1 penyediaan air bersih, pemukiman penduduk, penyediaan
lingkungan hijau, penyediaan pangan dan berbagai kebutuhan hidup lainnya. Dengan
beban yang demikian berat serta hams ditanggung pemerintah dan masyarakat
Propinsi DKI Jakarta, maka keberadaan situ menjadi sangat penting dalam ha1
penyediaan dan menjaga keseimbangan ekosistem air dan lingkungan di DKI Jakarta.
Secara m u m padahal beberapa situ di Jakarta saat ini telah mengalami
pembahan baik kualitas maupun kuantitas, sehingga mengalami pembahan dari
ekosistem alami ke ekosistem buatan yang pada dasamya mewujudkan ekosistem
yang tidak lengkap tentang siklus jaring-jaring makanannya sehingga hal tersebut
memberikan indikasi hubungan timbal balik antar komponen lingkungan tidak
berjalan dengan baik. Hal tersebut terjadi karena salah satu sumberdaya air tidak
lepas dari tekanan penduduk dan implikasi kegiatan ekonomi, sehingga kondisi situ
menjadi sangat memprihatinkan.
Data empiris yang dapat dijadiian contoh adalah Waduk Kebon Melati
terletak di Jalan Teluk Betung, Kelurahan Kebon Melati, Kecamatan Tanah Abang,
Kotamadya Jakarta Pusat. Waduk ini diielola oleh PWSCC. Waduk Kebon Melati
adalah situ buatan dengan luas 13,5 ha. A i y a b e d dari buangan penduduk di
sekitar wad& air sungai dan air hujan. Terdapat pint- air pada inlet (masukan dari
sungai Cideng) dan outlet-nya (menuju Banjir Kanal). Kondisi air kontinyu dan pada
m u s h hujan akan meluap, sedangkan pada m u s h kemarau air turun. Walaupun
kondisi situ cukup terawat, namun terdapat proses pendangkalan yang disebabkan
limbah organik dan limbah padat yang b e d dari buangan rumah tangga di sekitar
situ. Terjadi eutrofikasi blooming algae, sehingga air nampak sangat hijau dan keruh
hijau dengan lcecerahan 12,4 cm.
Waduk tersebut berfungsi sebagai badan penampung air dan pengendali
banjir. Kondisi di sekitar waduk berupa pemukiman penduduk kumuh, perkantoran,
hotel dan pepohonan, salah satunya adalah pohon tanjung. Upaya perbaikan yang
sedang dilakukan terhadap waduk adalah pembersihan terhadap sampah dan tanaman
yang ada di perairan, rumah liar yang ada di sekitar waduk dan telah dibuat beton
pada tepi waduk, sehingga batasnya jelas dan berfungsi untuk menghmdari adanya
longsoran tanah di sekeliling waduk. Di lain pihak partisipasi masyarakat terhadap
upaya kelestarian waduk tidak ada (Bapedalda DKI Jakarta 2000).
Contoh lainnya adalah Waduk Muara Angke berada di pasar ikan Muara
Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Waduk
ini dikelola oleh Kopro Banjir - DPU DKI Jakarta. Waduk Muara Angke terbentuk
secara buatan dengan luas 10,5 ha. Airnya berasal dari air laut, air hujan dan buangan
dari sekitar. Tidak terdapat pintu air pada inlet-nya namun pada outlet-nya ada. Pada
m u s h hujan air meluap dan pada musim kemarau air turun. Kondisi waduk tidak
terawat. Terjadi proses pendangkalan yang disebabkan oleh sampah dan huangan
padatan dari pasar ikan. Kondisi perairan sebagian dikotori oleh sampah (15 %). Fisik
perairan keruh, hitam, bau dan tercemar dengan kecerahan 15 cm. Kondisi di sekitar
waduk adalah perumahan nelayan yang kumuh dan pasar ikan.Proses perusakan yang
terjadi terhadap situ adalah pendangkalan oleh sarnpah. Partisipasi masyarakat sekitar
terhadap kelestarian waduk tidak ada, padahal masyarakat di sekitar waduk berharap
agar air waduk bisa dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. Banyak contoh
lainnya tentang kerusakan waduk atau situ di DKI Jakarta, karena berbagai sebah,
sehingga situ tidak dapat berfungsi untuk menjaga keseimbangan proses daur
hidrologi.
Beberapa kejadian kerusakan situ, sehingga situ tidak berfiugsi secara optimal
antara lain: (1) bembahnya situ menjadi lahan sawah atau pemukiman secara ilegal,
bahkan ada yang sudah diperjual-belikan; (2) terjadinya sedimentasi yang cukup
tinggi, sehingga kapasitas tampung (storage capacity) berkurang dan banyak gulma
perairan yang tumbuh; (3) a& juga situ yang kepemilikannya diklaim pihak lain di
luar dinas PU Pengairan. Faktor-faktor yang &pat menyebabkan kemsakan situ
antara lain: (1) Belum jelasnya batas-batas daerah penguasaan situ, sehingga
mendorong masyarakat setempat untuk menggunakan lahan di sekitar situ dan
cenderung meluas ke arah penguasaan situ. Kejadian tersebut umumnya terjadi pada
situ-situ di daerah perkotaan seperti Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang. (2)
Kurangnya koordinasi di antara instansi terkait dalam pengelolaan sumberdaya air
terutama di bidang konsewasi, sehingga pemeliharaan situ semakin berat dan kurang
memadai. (3) Belum adanya ketegasan hukum (Iwenforcement) bagi pelanggar atas
ketentuan penguasaan situ. (4) Perkembangan jumlah penduduk clan industri
berkaitan erat dengan kebutuhan akan pemukiman, sehingga situ-situ yang kurang
diawasi pemerintah dan terlantar akan dimanfaatkan oleh masyarakat atau pihakpihak tertentu untuk kepentingan yang sangat bertentangan dengan fungsi situ.
Situ Babakan sebagai salah satu situ di Jakarta Selatan juga telah mengalami
pembahan. Walaupun kondisinya belum begitu mengkhawatirkan, namun apabila
tidak dilakukan upaya-upaya pengelolaan yang baik, sesuai dengan potensi dan
keinginan masyarakat pengguna, suatu saat Situ Babakan hanya akan ada dalam
catatan sejarah. Pemda DKI Jakarta (2001) melaporkan telah terjadi pembahan
kualitas air, antara lain beberapa parameter kualitas air seperti klor bebas, nitrat,
minyak dan lemak, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan
kebutuhan oksigen kimiawi (COD) telah melampaui baku mutu yang ditetapkan.
Selain itu, juga telah terjadi proses sedimentasi yang menyebabkan
pendangkalan situ dan berkurangnya kualitas lingkungan perairan. Perubahan kualitas
air diperkirakan terkait dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat di daerah
tersebut. Kondisi yang demikian akan mempengaruhi berbagai kehidupan darat dan
perairan di sekitar Situ Babakan seperti biota terestrial, biota perairan dan vegetasi
perairan. Sejalan dengan Suryadiputra (1998) yang menyatakan bahwa kebutuhan
lahan di DKI Jakarta semakin meningkat sebagai akibat dari desakan pembangunan di
segala sektor seperti industri, pemukiman, rekreasi, pelabuhan udara sebagai aktivitas
suatu masyarakat perkotaan. Aktivitas masyarakat perkotaan tersebut cenderung
menyebabkan turunnya kualitas lingkungan situ yang akhirnya mengarah pada
kemusnahan situ-situ. Seperti lima dari 40 situ di Jakarta telah berubah menjadi
daratan, yaitu Situ Rawa Kendal, Rawa Rorotan, Rawa Penggilingan, Situ Rawa
Segaran dan Situ Dirgantara.
.
Selanjutnya Pemda DKI Jakarta (2001) melaporkan adanya persepsi negatif di
kalangan masyarakat tentang pengelolaan Situ Babakan oleh pemerintah. Hal tersebut
apabila tidak diantisipasi, maka dapat menyebabkan dampak yang lebih serius, karena
menyangkut hajat hidup orang banyak yaitu masyarakat di sekitar Situ Babakan. Situ
Babakan berada di Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan
penduduknya terdiri dari etnis B e t h dan etnis lainnya yang berasal dari berbagai
daerah di Indonesia. Tradisi budaya yang dijalankan masyarakat sebagian besar
adalah Budaya Betawi, namun sudah mulai terlihat adanya budaya lain dari
masyarakat pendatang. Dalam rangka pembangunan perkampungan Budaya Betawi,
maka yang harus dipelihara adalah kelestarian seni-budaya Betawi, bahkan harus
dipupuk dan dipertahankan dari desakan budaya lain yang datang dari berbagai
penjuru. Oleh karena itu upaya-upaya pengelolaan Situ Babakan sebaiknya dilakukan
tidak hanya melalui pendekatan fisik, kimia dan biologi saja, namun juga dengan
pendekatan sosial-budaya berdasarkan kondisi setempat.
Pengelolaan Situ di DKI Jakarta
Salah satu bentuk pengelolaan ekosistem danau berdasarkan strategi Nasional
Lahan Basah, yaitu dengan menyisihkan sebagian kawasan yang memiliki potensi
sumberdaya alam hayati yang unik, endemik dan dilindungi untuk dijadikan kawasan
konservasi. Adapun kebijakan konservasi tersebut adalah Undang-undang Republik
Indonesia No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistem menyebutkan bahwa sumberdaya hayati mempunyai peranan penting bagi
kehidupan, serta merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang
berkelanjutan (Aboejoewono 1999).
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan sumberdaya alam hayati secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas perairan dan keanekaragaman serta nilai-nilai lainya,
melalui kegiatan : (a) perlindungan sistem penyangga kehidupan, (b) pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, (c) pemanfaatan
secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Beberapa upaya strategis
dilakukan untuk meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi, khususnya kawasan
konsewasi lahan basah, antara lain: (1) upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitar kawasan; (2) penguatan kemampuan pengelolaan, misalnya dengan
melakukan restrukturisasi organisasi pengelola dan pembuatan program pengelolaan
yang terintegrasi.
Pengelolaan danau, waduk maupun situ mempakan bagian dari pengelolaan
sumberdaya air yang pada dasarnya memiliki prinsip pemanfaatan, perlindungan dan
pengendalian. Pengelolaan sumberdaya air hendaknya dilaksanakan secara: (1)
terpadu (multisektor), karena banyaknya komponen pembangunan yang terlibat di
dalamnya seperti pertanian, industri, pariwisata dan lainnya; (2) menyeluruh meliputi:
kualitas-kuantitas, hulu-hilir, instream-offstream; (3) berkelanjutan (antar genemi)
karena kebutuhan air tidak hanya untuk memenuhi genemi kini, namun juga generasi
mendatang; (4) benvawasan lingkungan (konsewasi ekosistem) dengan wilayah
hidrologis atau ekologis sebagai kesatuan pengelolaan.
Selain itu, pengelolaan sumberdaya air juga meliputi: (1) pengelolaan daerah
tangkapan hujan (watershed management); (2) pengelolaan kualitas air (water quality
management); (3) pengendalian banjir (flood control management); (4) pengelolaan
lingkungan sungai, danau, waduk (river, lake, reservoir environment management).
Keterlibatan masyarakat secara melembaga mempakan bagian yang sangat penting
dalam upaya pengelolaan sebuah danau, waduk atau situ. Keterlibatan masyarakat
tersebut tidak hanya dalam pemanfaatan danau, waduk atau situ saja, tetapi juga
dalam proses pemeliharaannya. Rasa memilii yang besar serta pemahaman yang
besar tentang peran clan fungsi danau, wad& atau situ bagi keseimbangan tata air,
tata guna tanah dan sumberdaya lainnya akan mendorong masyarakat untuk turut
serta lebih aktif dalam pengelolaan dan pemeliiaraan danau, waduk atau situ.
Haemman (1999) menekankan, bahwa pengelolaan danau, waduk atau situ
dibedakan menjadi: (1) penanganan jangka pendek, (2) penanganan jangka menengah
dan (3) penanganan jangka panjang. Penanganan jangka pendek meliputi: (1)
pembuatan dan pemantapan batas situ yang telah ada misalnya berbentuk jalan
setapak atau jogging track; (2) mencegah timbulnya atau bunian liar; (3) pengerukan
dan pengamanan daerah pendangkalan, sehingga tidak dibudidayakan oleh
masyarakat; (4) rehabilitasi saluran pemasukan (inlet) dan bangunan pengairan
lainnya; (5) tidak menerbitkan sertifht pada areal yang merupakan kawasan yang
sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung sekitar danau atau waduk. Sedangkan
penanganan jangka menengah meliputi: (1) penetapan peruntukan areal situ
berdasarkan rencana tata ruang yang lebih detail; (2) pembatasan lahan bangunan,
karena ada kemungkinan di pinggir situ terdapat bangunan hunian, sehingga perlu
dilepaskan pemiliknya melalui k o o r d i i i p e m e ~ t a h setempat, (3) upaya
penghijauan kembali dengan tanaman keras, temtama untuk lahan-lahan yang kritis di
sekitar danau atau waduk. Selanjutnya penanganan jangka panjang merupakan upaya
pengelolaan kawasan lindung yang diattu dalam Keputusan Presiden (Kepres) No. 32
tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan UU No. 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Masalah utama yang dijumpai pada danau atau situ-situ di Indonesia adalah
sediientasi akibat erosi tanah pada bagian hulu, eutrofikasi yang disebabkan oleh
pemakaian pupuk pada lahan pertanian dan pembuangan limbah industri dan
domestik, serta kerusakan karena adanya kemasukan tumbuhan dan binatang asing ke
dalam situ. Butar-Butar (1998) menyatakan, demikian pentingnya pemanfaatan
sumberdaya air yang memiliki fungsi ganda yaitu sosial, ekonomi dan ekologi, maka
pemanfaatan ataupun pengelolaannya h m s dilakukan secara terpadu, bijaksana dan
profesional.
Dalam PP No. 35 tahun 1991, dinyatakan bahwa situ hams dilindungi dan
dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan matfaatnya d m dikendalikan daya
~saknya.Pengelolaan sumberdaya air untuk menjamin pembangunan berkelanjutan
diarahkan pada: (1) merubah pandangan masyarakat luas yang menganggap bahwa
air merupakan sumberdaya yang tidak terbatas menjadi sumberdaya yang terbatas dan
rentan dalam kaitannya dengan siklus dam; (2) memacu peran institusi pemerintah
yang bergerak dalam bidang pengelolaan sumberdaya air, untuk me~ngkatkan
kepedulian masyarakat dan kalangan industri dalam ikut serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran; (3) memberi