Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

(1)

SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

Oleh :

Ratri Hanindha Majid A14303031

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL “ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA SUATU PERGURUAN TINGGI, LEMBAGA, ATAU INSTITUSI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Mei 2008

Ratri Hanindha Majid A14303031


(3)

RINGKASAN

RATRI HANINDHA MAJID. Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA.

Situ Babakan yang terletak di wilayah Jabodetabek, tepatnya di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, merupakan salah satu wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.

Seiring dengan makin banyaknya pengunjung yang datang ke Situ Babakan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Di sisi lain, pengelola Situ Babakan tidak memiliki anggaran khusus untuk menjaga kebersihan situ dan belum melakukan penarikan retribusi (tiket masuk) menuju kawasan Situ Babakan menyebabkan semua orang dapat dengan mudah memasuki kawasan situ. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya tarif retribusi bagi pengunjung situ agar dana pelestarian kawasan Situ Babakan dapat diperoleh sehingga kelestarian dan fungsi Situ Babakan dipertahankan. Besarnya imbal jasa (retribusi) tidak bisa ditetapkan begitu saja tanpa pertimbangan ilmiah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan berupa analisis Willingness To Pay (WTP) sehingga besarnya retribusi mempunyai dasar yang kuat. Berdasarkan perhitungan dari pengelola Kawasan Situ babakan, anggaran minimal untuk pemeliharaan level rendah (kebersihan air dan daratan sekitar situ) adalah Rp. 80.000.000,00 per tahun. Dengan jumlah rata-rata pengunjung per tahun sebanyak 69.742 orang, maka besarnya tarif minimal retribusi adalah Rp.1.200,00.

Studi analisis WTP pengunjung untuk pelestarian Situ Babakan ini meliputi karakteristik pengunjung Situ Babakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan, besarnya nilai WTP pengunjung Situ Babakan sebagai dasar penetapan biaya retribusi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara kualitiatif dan kuantitatif menggunanakan komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab for Windows Release 13.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengelola Situ Babakan, pengunjung yang datang ke Situ babakan berasal dari berbagai elemen, mulai dari masyarakat biasa, mahasiswa, lembaga pemerintah, serta para wisatawan dari luar negeri. Selama tahun 2007, rata-rata pengunjung yang datang adalah 369 orang setiap harinya. Hasil wawancara terhadap 50 orang responden menunjukkan bahwa 33 orang (66 persen) berjenis kelamin laki-laki dan 17 orang (34 persen) berjenis


(4)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

kelamin perempuan. Angka tersebut tidak berarti bahwa yang mengunjungi situ babakan mayoritas laki-laki melainkan bahwa pemimpin atau pengambil keputusan untuk melakukan wisata ke Situ Babakan mayoritas adalah laki-laki.

Tingkat usia responden cukup bervariasi dimana jumlah responden tertinggi berada pada kisaran usia 27 – 36 tahun (48 persen) dan terendah pada kisaran lebih dari 47 tahun (4 persen). Didukung juga oleh status perkawinan bahwa pengunjung yang telah menikah berjumlah 40 orang dari 50 orang responden. Hal ini menandakan bahwa pengunjung yang datang ke Situ Babakan umumnya sudah berkeluarga.

Tingkat pendidikan responden mayoritas adalah berpendidikan SLTA (54 persen) dan responden yang paling sedikit jumlahnya adalah yang berpendidikan SD (2 persen). Jenis pekerjaan responden pengunjung Situ Babakan paling banyak berprofesi sebagai karyawan (46 persen) dengan penghasilan antara setengah juta sampai satu juta rupiah sebanyak 36 persen, tidak jauh berbeda dengan yang berpenghasilan antara satu sampai satu setengah juta rupiah sebanyak 32 persen. Responden yang memiliki tingkat pendapatan tertinggi (lebih dari dua juta) sebanyak 12 persen sedangkan yang memiliki pendapatan terendah (kurang dari lima ratus ribu) adalah 4 persen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar retribusi adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Empat puluh tiga orang responden (86 persen) menyatakan besedia untuk membayar sedangkan tujuh orang sisanya (14 persen) menyatakan tidak bersedia. Semakin tinggi pendidikan seseorang berarti pengetahuan tentang lingkungan yang baik juga semakin tinggi sehingga kesediaan untuk membayar juga semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka kesediaan membayar retribusi juga semakin tinggi.

Hasil perhitungan rata-rata nilai WTP responden adalah sebesar Rp 2.104,65. Nilai ini melebih nilai yang dibutuhkan Pengelola Kawasan Situ

Babakan sebesar Rp 1.200,00. Sedangkan untuk nilai total WTP responden diperoleh sebesar Rp 23.603.663,00 per bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden yaitu tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan frekuensi kunjungan. Variabel tingkat pendapatan dan biaya kunjungan berkorelasi secara positif terhadap besarnya WTP sedangkan variabel frekuensi kunjungan berkorelasi negatif.

Berdasarkan analisis WTP terhadap pengunjung Situ Babakan ini, dana yang diperoleh dari retribusi diperkirakan melebihi anggaran yang dibutuhkan. Oleh karena itu pihak pengeola PBB dapat melakukan upaya pelestarian Situ Babakan tidak hanya dari segi kebersihan tetapi juga dapat melakukan perawatan dalam hal kualitas perairan seperti pengerukan dan pengolahan limbah.


(5)

Oleh :

Ratri Hanindha Majid A14303031

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(6)

JUDUL : ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN,

SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN NAMA : RATRI HANINDHA MAJID

NRP : A14303031

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc NIP. 130 367 086

Mengetahui. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(7)

Penulis lahir di Semarang , 25 Mei 1985 sebagai anak yang terakhir dari tiga bersaudara pasangan M.Tarkiyo dan Siti Hanifah. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Siliwangi Semarang dan dilanjutkan ke jenjang sekolah dasar di SD Siliwangi 02 Semarang. Pada tahun 1997 penulis menjadi siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Semarang hingga tahun 2000 dan kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di SMU Negeri 3 Semarang. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah umum dan selanjutnya diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Penulis menjadi anggota BEM TPB periode 2003-2004 dan menjadi anggota UKM Aikido. Pada tahun 2006 penulis menikah dengan Tb. Bahtiar Rusbana dan saat ini telah dikaruniai anak laki-laki bernama Tb. Alifian Akhyar.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dengan segala rahmat yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan yang memiliki tujuan untuk mengetahui kesediaan pengunjung dan besarnya nilai dalam membayar retribusi kebersihan sebagai upaya pelestarian Situ Babakan.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan yang dihadapi selama penelitian. Besar harapan penulis, kiranya penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana bagi masayarakat luas untuk lebih peduli kepada lingkungan dan senantiasa menjaganya untuk kehidupan mendatang.

Bogor, Mei 2008 Penulis


(9)

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat yang tiada terputus dan Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak yang terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Ibu yang selalu hadir di setiap langkah dengan kasih sayang, semangat, keteladanan, dan doa yang tak pernah putus.

2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc selaku pembimbing skripsi yang senantiasa sabar serta memberikan perhatian dan bimbingan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan A. Faroby Falatehan SP,ME selaku dosen penguji wakil departemen atas kesediaannya menguji dan saran yang diberikan kepada penulis.

4. Bapak Indra sebagai Ketua Pengelola Kawasan Situ Babakan atas izin dan bantuannya selama proses penelitian.

5. Ayah Alif tersayang, suami yang selalu menjadi cahaya di kegelapan, you're always there giving me all you've got..

6. Alif my sunshine, anak mama yang bikin hidup lebih hidup. 7. Mas Linggar, Kak Ia+Abang+Nadhil atas kisah kasih selama ini 8. Bapak Ibu Pandeglang atas doa dan restunya

9. My Pha atas doa dan dukungannya, semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya

10.Semua teman-teman yang telah membantu doa, tenaga, dan pikiran dan semangat bagi penulis.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6

2.1 Situ ... ... 6

2.2 Wisata Alam ... ... 9

2.3 Metode Estimasi Penilaian Nilai Lingkungan ... 11

2.4 Penelitian Terdahulu ... ... 13

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 16

3.1 Kerangka teoritis ... ... 16

3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method... 16

3.1.2 Kelebihan Contingent Valuation Method ... 17

3.1.3 Kelemahan Contingent Valuation Method ... 17

3.1.4 Tahap-Tahap Studi Contingent Valuation Method ... 21

3.1.5 Organisasi dari pengoperasian Contingent Valuation Method ... 24

3.1.6 Analisis Regresi Logit... ... 25

3.2 Kerangka Operasional ... ... 27

3.3 Hipotesis ... ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 31

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 31

4.2 Metode Pengambilan Sampel ... ... 31


(11)

SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

Oleh :

Ratri Hanindha Majid A14303031

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL “ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA SUATU PERGURUAN TINGGI, LEMBAGA, ATAU INSTITUSI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Mei 2008

Ratri Hanindha Majid A14303031


(13)

RINGKASAN

RATRI HANINDHA MAJID. Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA.

Situ Babakan yang terletak di wilayah Jabodetabek, tepatnya di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, merupakan salah satu wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.

Seiring dengan makin banyaknya pengunjung yang datang ke Situ Babakan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Di sisi lain, pengelola Situ Babakan tidak memiliki anggaran khusus untuk menjaga kebersihan situ dan belum melakukan penarikan retribusi (tiket masuk) menuju kawasan Situ Babakan menyebabkan semua orang dapat dengan mudah memasuki kawasan situ. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya tarif retribusi bagi pengunjung situ agar dana pelestarian kawasan Situ Babakan dapat diperoleh sehingga kelestarian dan fungsi Situ Babakan dipertahankan. Besarnya imbal jasa (retribusi) tidak bisa ditetapkan begitu saja tanpa pertimbangan ilmiah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan berupa analisis Willingness To Pay (WTP) sehingga besarnya retribusi mempunyai dasar yang kuat. Berdasarkan perhitungan dari pengelola Kawasan Situ babakan, anggaran minimal untuk pemeliharaan level rendah (kebersihan air dan daratan sekitar situ) adalah Rp. 80.000.000,00 per tahun. Dengan jumlah rata-rata pengunjung per tahun sebanyak 69.742 orang, maka besarnya tarif minimal retribusi adalah Rp.1.200,00.

Studi analisis WTP pengunjung untuk pelestarian Situ Babakan ini meliputi karakteristik pengunjung Situ Babakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan, besarnya nilai WTP pengunjung Situ Babakan sebagai dasar penetapan biaya retribusi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara kualitiatif dan kuantitatif menggunanakan komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab for Windows Release 13.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengelola Situ Babakan, pengunjung yang datang ke Situ babakan berasal dari berbagai elemen, mulai dari masyarakat biasa, mahasiswa, lembaga pemerintah, serta para wisatawan dari luar negeri. Selama tahun 2007, rata-rata pengunjung yang datang adalah 369 orang setiap harinya. Hasil wawancara terhadap 50 orang responden menunjukkan bahwa 33 orang (66 persen) berjenis kelamin laki-laki dan 17 orang (34 persen) berjenis


(14)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

kelamin perempuan. Angka tersebut tidak berarti bahwa yang mengunjungi situ babakan mayoritas laki-laki melainkan bahwa pemimpin atau pengambil keputusan untuk melakukan wisata ke Situ Babakan mayoritas adalah laki-laki.

Tingkat usia responden cukup bervariasi dimana jumlah responden tertinggi berada pada kisaran usia 27 – 36 tahun (48 persen) dan terendah pada kisaran lebih dari 47 tahun (4 persen). Didukung juga oleh status perkawinan bahwa pengunjung yang telah menikah berjumlah 40 orang dari 50 orang responden. Hal ini menandakan bahwa pengunjung yang datang ke Situ Babakan umumnya sudah berkeluarga.

Tingkat pendidikan responden mayoritas adalah berpendidikan SLTA (54 persen) dan responden yang paling sedikit jumlahnya adalah yang berpendidikan SD (2 persen). Jenis pekerjaan responden pengunjung Situ Babakan paling banyak berprofesi sebagai karyawan (46 persen) dengan penghasilan antara setengah juta sampai satu juta rupiah sebanyak 36 persen, tidak jauh berbeda dengan yang berpenghasilan antara satu sampai satu setengah juta rupiah sebanyak 32 persen. Responden yang memiliki tingkat pendapatan tertinggi (lebih dari dua juta) sebanyak 12 persen sedangkan yang memiliki pendapatan terendah (kurang dari lima ratus ribu) adalah 4 persen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar retribusi adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Empat puluh tiga orang responden (86 persen) menyatakan besedia untuk membayar sedangkan tujuh orang sisanya (14 persen) menyatakan tidak bersedia. Semakin tinggi pendidikan seseorang berarti pengetahuan tentang lingkungan yang baik juga semakin tinggi sehingga kesediaan untuk membayar juga semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka kesediaan membayar retribusi juga semakin tinggi.

Hasil perhitungan rata-rata nilai WTP responden adalah sebesar Rp 2.104,65. Nilai ini melebih nilai yang dibutuhkan Pengelola Kawasan Situ

Babakan sebesar Rp 1.200,00. Sedangkan untuk nilai total WTP responden diperoleh sebesar Rp 23.603.663,00 per bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden yaitu tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan frekuensi kunjungan. Variabel tingkat pendapatan dan biaya kunjungan berkorelasi secara positif terhadap besarnya WTP sedangkan variabel frekuensi kunjungan berkorelasi negatif.

Berdasarkan analisis WTP terhadap pengunjung Situ Babakan ini, dana yang diperoleh dari retribusi diperkirakan melebihi anggaran yang dibutuhkan. Oleh karena itu pihak pengeola PBB dapat melakukan upaya pelestarian Situ Babakan tidak hanya dari segi kebersihan tetapi juga dapat melakukan perawatan dalam hal kualitas perairan seperti pengerukan dan pengolahan limbah.


(15)

Oleh :

Ratri Hanindha Majid A14303031

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(16)

JUDUL : ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN,

SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN NAMA : RATRI HANINDHA MAJID

NRP : A14303031

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc NIP. 130 367 086

Mengetahui. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(17)

Penulis lahir di Semarang , 25 Mei 1985 sebagai anak yang terakhir dari tiga bersaudara pasangan M.Tarkiyo dan Siti Hanifah. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Siliwangi Semarang dan dilanjutkan ke jenjang sekolah dasar di SD Siliwangi 02 Semarang. Pada tahun 1997 penulis menjadi siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Semarang hingga tahun 2000 dan kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di SMU Negeri 3 Semarang. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah umum dan selanjutnya diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Penulis menjadi anggota BEM TPB periode 2003-2004 dan menjadi anggota UKM Aikido. Pada tahun 2006 penulis menikah dengan Tb. Bahtiar Rusbana dan saat ini telah dikaruniai anak laki-laki bernama Tb. Alifian Akhyar.


(18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dengan segala rahmat yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan yang memiliki tujuan untuk mengetahui kesediaan pengunjung dan besarnya nilai dalam membayar retribusi kebersihan sebagai upaya pelestarian Situ Babakan.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan yang dihadapi selama penelitian. Besar harapan penulis, kiranya penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana bagi masayarakat luas untuk lebih peduli kepada lingkungan dan senantiasa menjaganya untuk kehidupan mendatang.

Bogor, Mei 2008 Penulis


(19)

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat yang tiada terputus dan Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak yang terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Ibu yang selalu hadir di setiap langkah dengan kasih sayang, semangat, keteladanan, dan doa yang tak pernah putus.

2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc selaku pembimbing skripsi yang senantiasa sabar serta memberikan perhatian dan bimbingan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan A. Faroby Falatehan SP,ME selaku dosen penguji wakil departemen atas kesediaannya menguji dan saran yang diberikan kepada penulis.

4. Bapak Indra sebagai Ketua Pengelola Kawasan Situ Babakan atas izin dan bantuannya selama proses penelitian.

5. Ayah Alif tersayang, suami yang selalu menjadi cahaya di kegelapan, you're always there giving me all you've got..

6. Alif my sunshine, anak mama yang bikin hidup lebih hidup. 7. Mas Linggar, Kak Ia+Abang+Nadhil atas kisah kasih selama ini 8. Bapak Ibu Pandeglang atas doa dan restunya

9. My Pha atas doa dan dukungannya, semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya

10.Semua teman-teman yang telah membantu doa, tenaga, dan pikiran dan semangat bagi penulis.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6

2.1 Situ ... ... 6

2.2 Wisata Alam ... ... 9

2.3 Metode Estimasi Penilaian Nilai Lingkungan ... 11

2.4 Penelitian Terdahulu ... ... 13

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 16

3.1 Kerangka teoritis ... ... 16

3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method... 16

3.1.2 Kelebihan Contingent Valuation Method ... 17

3.1.3 Kelemahan Contingent Valuation Method ... 17

3.1.4 Tahap-Tahap Studi Contingent Valuation Method ... 21

3.1.5 Organisasi dari pengoperasian Contingent Valuation Method ... 24

3.1.6 Analisis Regresi Logit... ... 25

3.2 Kerangka Operasional ... ... 27

3.3 Hipotesis ... ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 31

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 31

4.2 Metode Pengambilan Sampel ... ... 31


(21)

4.4 Pengolahan dan Analisis Data ... ... 32

4.4.1 Analisis Kesediaan Pengunjung untuk Membayar Retribusi dalam Upaya Melestarikan Alam Situ Babakan ... 33

4.4.2 Analisis Nilai WTP dari Pengunjung Situ Babakan ... 35

4.4.3 Analisis Fungsi WTP ... ... 39

4.5 Pengujian Parameter ... ... 41

4.5.1 Uji G ... ... 42

4.5.2 Uji Wald ... ... 43

4.5.3 Uji Keandalan ... ... 44

4.5.4 Uji Statistik t ... ... 44

4.5.5 Uji Statistik F ... ... 45

4.5.6 Uji terhadap Multikolinear (Multicollinearity) ... 45

4.5.7 Uji Heteroskedastisitas ... ... 46

4.5.8 Odds Ratio... ... 47

4.6 Batasan Penelitian ... ... 47

BAB V KEADAAN UMUM ... ... 49

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... ... 49

5.1.1 Keadaan Umum Situ Babakan ... ... 49

5.1.2 Kondisi Lingkungan Situ Babakan ... ... 50

5.1.3 Kondisi Sosial ... ... 51

5.1.4 Karakteristik Pengunjung ... ... 52

5.1.5 Karakteristik Responden ... ... 52

5.1.5.1 Jenis Kelamin ... ... 52

5.1.5.2 Tingkat Usia ... ... 53

5.1.5.3 Tingkat Pendidikan ... ... 54

5.1.5.4 Jenis Pekerjaan ... ... 55

5.1.5.5 Tingkat Pendapatan ... ... 55

BAB VI ANALISIS WILINGNESS TO PAY ... ... 57

6.1 Deskripsi Skenario Penarikan Retribusi ... ... 57 6.2 Analisis Regresi Logit Respon Responden terhadap Kesediaan


(22)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

iii

Membayar Retribusi dalam Upaya Pelestarian Situ Babakan ... 57 6.3 Analisis Willingness To Pay dengan Pendekatan Contingent

Valuation Method... ... 63 6.4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 67 6.5 Kebijakan Pelestarian Situ Babakan ... ... 70 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 72 7.1 Kesimpulan ... ... 72 7.2 Saran... ... 73 Daftar Pustaka ... ... 74


(23)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 Jumlah Pengunjung Perkambpungan Budaya Betawi ... 3 2 Kriteria untuk Wisata Alam ... 9 3 Potensi Pendapatan dalam Kegiatan Pariwisata ... 10 4 Perbandingan berbagai metode Valuasi Ekonomi

Lingkungan ... 12 5 Hasil Logit Kesediaan Responden Membayar Retribusi

dalam Upaya Pelestarian Situ Babakan ... 60 6 Frekuensi Observasi dan Harapan Pilihan Kesediaan

Pengunjung Membayar Retribusi ... 62 7 Tabel Koreksi Nilai Observasi dan Harapan Peluang

Responden Responden Bersedia Membayar Retribusi ... 63 8 Distribusi Nilai WTP Responden Pengunjung Situ

Babakan ... 65 9 Total WTP Responden Situ Babakan ... 67 10 Hasil Analisis Nilai WTP ... 68


(24)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1 Transformasi Logit ... ... 26 2 Diagram Alur Kerangka Berfikir ... ... 30 3 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 53 4 Karakteristik tingkat Usia Responden .... ... 53 5 Karakteristik Status Pernikahan Responden ... 54 6 Karakteritik Tingkat Pendidikan Responden ... 54 7 Karakteristik Jenis Pekerjaan Responden ... 55 8 Karakteristik Tingkat Pendapatan Responden ... 56 9 Grafik Persentase Kesediaan Membayar WTP ... 58 10 Kurva WTP dengan Variabel Frekuensi Kunjungan ... 66 11 Kurva WTP dengan Variabel Biaya Kunjungan ... 66 12 Kurva WTP dengan Variabel Pendapatan ... 66


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1 Kuisioner Penelitian ... ... 77 2 Data Kunjungan Wisatawan ke Perkampungan

Budaya Betawi ... ... 80 3 Binary Logistic Regression ... ... 83 4 Regression Analysis ... ... 84


(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Situ (atau danau) merupakan sumber daya alam yang banyak digunakan sebagai penunjang kehidupan manusia. Sebagai wilayah penampungan air, situ dimanfaatkan manusia sebagai sumber air untuk keperluan domestik, pemasok air tanah sehingga sumur di pemukiman penduduk sekitar situ tidak kering, habitat biota air yang dapat digunakan untuk tempat budidaya ikan, dan wilayah perairan yang memiliki pemandangan indah untuk kegiatan pariwisata.

Wilayah Jabodetabek merupakan wilayah yang pada awalnya memiliki banyak situ. Menurut data Kemitraan Air Indonesia, terdapat 223 situ dan waduk di wilayah Jadebotabek, namun kini sebanyak 68 persen sudah mengalami kerusakan berupa pendangkalan (42 persen), dijadikan sawah dan ladang (27 persen), dijadikan pemukiman (5 persen), sarana pembuangan sampah (2 persen), dan dialihfungsikan menjadi sarana umum (3 persen)1. Salah satu dampak yang dapat dirasakan akibat kerusakan situ di Jadebotabek adalah makin seringnya banjir di daerah ini terutama di Jakarta. Situ Babakan merupakan salah satu situ yang berada di wilayah Jadebotabek, tepatnya di wilayah Jakarta Selatan. Situ ini merupakan salah satu wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah 1

http://www.inawater.com/news, 2007. Jakarta Perlu Bangun Waduk Resapan 300 Hektare untuk Antisipasi Banjir. 21 November 2007.


(27)

resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan juga sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.

Selain menikmati keindahan alam dan keasrian Situ Babakan, pengunjung objek wisata ini juga disuguhi pagelaran budaya betawi seperti acara kesenian berupa Tari Cokek, Tari Topeng, Lenong, Ondel-ondel, dan kesenian lainnya pada panggung terbuka disekitar Situ setiap hari Minggu. Pada acara ini biasanya pengunjung dapat turut berinteraksi seperti ikut menari atau mengomentari para pemain lenong yang sedang beraksi. Perpaduan antara wisata alam dan budaya ini ternyata menarik para pengunjung untuk datang ke Situ Babakan dimana menurut data yang diperoleh dari Pengelola PBB, sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2007, jumlah pengunjung objek wisata Situ Babakan pada umumnya menunjukkan peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1).

Kecenderungan peningkatan jumlah wisatawan Situ Babakan mengindikasikan bahwa wilayah ini berpotensi untuk menjadi tempat wisata yang bernilai lebih. Hal ini harus diimbangi dengan pengelolaan yang baik


(28)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

3

dan profesional seperti langkah pencegahan pendangkalan, pengelolaan sampah dan limbah, serta pemeliharaan lainnya sehingga fungsi awal Situ Babakan sebagai tandon alam pencegah banjir serta daerah penyerapan air tetap terjaga.

Tabel 1 . Jumlah Pengunjung Perkampungan Budaya Betawi (PBB)

No Tahun Jumlah Pengunjung (orang)

1 2001 10.230

2 2002 49.375

3 2003 44.545

4 2004 51.919

5 2005 98.834

6 2006 98.713

7 2007 134.575

Sumber : Pengelola PBB 2007

Ironisnya, kondisi Situ Babakan yang saat ini makin ramai didatangi pengunjung mulai mengalami penurunan kualitas lingkungan karena pengelolaan yang kurang baik. Fakta yang ada, pengelola Situ Babakan tidak memiliki anggaran khusus untuk menjaga kebersihan situ dan sekitarnya, sehingga pemandangan yang tampak adalah sampah-sampah yang mengapung dan terlihat kotor. Timbulnya kerusakan situ ini tidak lepas dari tanggung jawab para pengunjung. Tidak adanya penarikan retribusi (tiket masuk) menuju kawasan Situ Babakan menyebabkan semua orang dapat dengan mudah memasuki kawasan situ. Seperti diketahui, retribusi merupakan salah satu sumber pemasukan bagi pengelola untuk dapat melakukan upaya pemeliharaan. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya tarif retribusi bagi pengunjung situ agar kawasan Situ Babakan tetap terjaga kelestariannya. Dengan demikian Situ Babakan dapat mempertahankan fungsinya sebagai penjaga keseimbangan lingkungan.


(29)

1.2. Perumusan Masalah

Situ Babakan merupakan sebuah bentang alam yang penting sebagai wilayah konservasi, hunian, pertanian, serta wisata dan budaya. Pesatnya aktivitas manusia di kawasan ini menimbulkan kekhawatiran akan kelestarian dan keasrian situ serta lingkungan sekitar yang secara ekologis tidak dapat dipisahkan dari keberadaan situ tersebut. Terjadinya aktivitas manusia di kawasan Situ Babakan yang tidak terkendali dan tanpa menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang memadai, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada situ sehingga menurunkan nilai fungsi dari situ sebagai tandon air dan daerah resapan air serta objek wisata.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, kondisi air di Situ Babakan tampak mulai kotor oleh sampah yang dibuang oleh para pengunjung. Hal ini diperparah oleh minimnya sarana dan prasaraan kebersihan serta kurangnya kepedulian warga dan pengunjung terhadap lingkungan. Untuk mengelola lingkungan Situ Babakan dengan baik diperlukan sumber daya manusia serta sarana, dan prasarana yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan tersebut.

Walaupun saat ini Situ Babakan telah menjadi tujuan wisata, namun pengelola Situ Babakan belum membebani pengunjung dengan biaya tertentu seperti pembelian tiket masuk, pajak, dan biaya lainnya untuk bisa memasuki kawasan Situ Babakan. Kondisi tersebut menyebabkan pihak pengelola menemui kesulitan dalam pengelolaan situ menjadi objek wisata yang tetap terjaga kelestarian dan keindahannya karena pengelolaan Situ Babakan memerlukan sejumlah biaya yang sangat besar.


(30)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

5

Dari uraian diatas, maka masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana karakteristik pengunjung Situ Babakan?

b. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kesediaan pengunjung membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan?

c. Berapa besarnya nilai WTP pengunjung Situ Babakan sebagai dasar penetapan biaya retribusi?

d. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengkaji karakteristik pengunjung Situ Babakan

b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan.

c. Menilai besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan sebagai dasar penetapan biaya retribusi.

d. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan.


(31)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Situ

Situ dalam batasan ekologi didefinisikan sebagai perairan tergenang yang merupakan daerah penampungan air yang terbentuk secara alamiah (natural) atau pun buatan manusia (artificial) yang merupakan sumber air baku bagi berbagai kepentingan kehidupan manusia, dimana air yang ditampung pada umumnya berasal dari air hujan (run off), sungai, atau saluran pembuangan dan mata air (Natasaputra, 2000). Menurut Inmendagri No. 14 Tahun 1998, Situ merupakan wadah/genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang airnya berasal dari air tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang potensial dan merupakan salah satu kawasan lindung.

Permasalahan yang menjadi ancaman kelestarian situ di wilayah Jabodetabek sebagaimana yang dikemukakan oleh Suryadiputra (1998) antara lain : 1) konversi lahan dimana banyak situ dan empang berubah menjadi perumahan; 2) pendangkalan akibat endapan lumpur dari erosi tanah dan sampah domestik sehingga tidak cukup lagi menampung air hujan yang berakhir dengan terjadinya banjir; 3) pencemaran oleh limbah sehingga terjadi eutrofikasi yang berakibat pada pendangkalan. Penyebab lainnya adalah lemahnya pengawasan dan mudahnya pejabat menerbitkan perizinan yang menyebabkan jumlah dan luas situ merosot. Di seluruh Jawa Barat tercatat sekitar 300 situ (danau), sebanyak 122 buah di Bogor, dan 54 buah


(32)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

7

di Jakarta, Tangerang dan Bekasi2. Sebagian besar situ sudah dalam kondisi rusak atau berubah fungsi. Salah satu dampak yang dapat dirasakan akibat kerusakan situ di Jabotabek adalah makin seringnya banjir terutama di Jakarta.

Menurut Aboejoewono (1999), situ memiliki banyak fungsi baik ditinjau dari segi ekologis maupun ekonomi, antara lain :

a) Sebagai sumber air bagi kehidupan ;

Situ-situ di wilayah Jabotabek sebagian besar dimanfaatkan sebagai sumber air untuk keperluan air minum dan MCK. Selain itu juga dipergunakan untuk irigasi dan industri.

b) Pengaturan tata air dan pemasok air tanah;

Situ merupakan tempat penampungan air baik yang berasal dari air hujan maupun sumber air mengalir. Air yang tertampung di dalam situ merupak pemasok air ke aquifier, air tanah atau situ lainnya yang letaknya lebih rendah. Situ sangat penting untuk mempertahankan air tanah dangkal yang menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar.

c) Pengendali banjir ;

Situ memiliki kemampuan menyimpan kelebihan air yang berasal dari hujan maupun sumber air mengalir. Situ dapat mengurangi volume air yang mengalir selama musim hujan sehingga dapat mengurangi atau mencegah terjadinya banjir.

d) Pengatur iklim mikro;

Proses evapotranspirasi yang terjadi di suatu situ dapat menjaga kelembaban di daerah sekitarnya. Selain itu, situ yang luas dengan 2

http://www.kompas.com, 2003. Sumur Resapan, Solusi Murah Manajemen Air. 8 Desember 2006


(33)

pepohonan atau keadaan flora yang baik memiliki kemampuan untuk menyimpan air hujan sehingga mampu menjaga kelembaban sepanjang waktu.

e) Habitat berbagai jenis flora dan fauna;

Dalam satu ekosistem, situ merupakan habitat dari berbagai spesies flora dan fauna. Berbagai jenis flora dan fauna kehidupannya sangat bergantung pada keberadaan situ seperti berbagai jenis burung, hewan air, dan tumbuhan-tumbuhan tertentu.

f) Budidaya perikanan;

Perairan situ dapat pula digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan yang merupakan salah satu upaya dalam mengoptimalkan sumber daya alam. Khususnya di wilayah Jabotabek, situ-situ telah dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dengan sistem keramba jaring apung.

g) Kegiatan pariwisata atau rekreasi

Sebagai salah satu sumber daya alam perairan, situ memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai kawasan wisata atau tempat rekreasi. Pemanfaatan situ tersebut turut menunjang pendapatan daerah sekaligus masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

Perairan situ perlu dimanfaatkan untuk berbagai keperluan secara optimal agar dapat memberikan nilai manfaat terutama bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar situ. Salah satu dari sekian banyak upaya adalah dengan menjadikan situ sebagai kawasan wisata.


(34)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

9

2.2. Wisata Alam

Pariwisata merupakan suatu kegiatan perpindahan sementara dari orang-orang menuju suatu tempat yang berbeda dari kondisi rumah dan tempat bekerjanya dengan tujuan untuk menikmati berbagai fasilitas di tempat tersebut sesuai dengan keinginannya (Gunn 1994). Pariwisata juga didefiniskan sebagai kegiatan manusia yang meliputi perilaku manusia menggunakan sumber daya alam dan terjadi interaksi antara manusia, ekonomi, dan lingkungan (Holden, 2000). Menurut United Nation Environmental Programme (UNEP) (1999) suatu kawasan dapat menjadi

kawasan wisata jika mempunyai kriteria yang memadai (Tabel 2). Tabel 2. Kriteria untuk Kawasan Wisata Alam

No Kriteria 1 Kekhasan atraksi alam

- Tipe hutan, sungai, danau (situ) - Kenaekaragaman hayati

- Keunikan spesies tertentu

- Kemudahan flora dan fauna untuk diamati 2 Atraksi pendukung atau pelengkap

- Peluang atau untuk berenang (air terjun, sungai, atau pantai) - Peluang untuk kegiatan berolah raga ( mandayung,

memancing, dsb)

- Budaya lokal (kesenian, kebiasaan tradisional) - Peninggalan sejarah

3 Aksesibilitas dan Infrastruktur - Jarak lokasi tempat wisata

- Akses (jalan raya, kereta api, penerbangan) - Fasilitas kesehatan. komunikasi yang memadai 4 Iklim

- Cuaca yang mendukung rekreasi

- Banyaknya curah hujan dan distribusinya 5 Kondisi Sosial dan Politik

- Adanya stabilitas sosial politik - Terjaminnya keamanan wisatawan

- Wisatawan dapat diterima oleh masyarakat setempat (lokal)


(35)

Indecon (Indonesia Ecotourism Network) pada tanggal 16 Januari

1996 melakukan sebuah simposium kepariwisataan dengan mengangkat tema pariwisata yang berbasis alam. Simposium tersebut menghasilkan suatu definisi bagi ekowisata sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Menurut Stecker (1996) dalam Maryadi (2003), terdapat beberapa penerimaan yang diperoleh dari pengelolaan sumberdaya alam sebagai kawasan wisata (Tabel 3).

Tabel 3. Potensi Pendapatan dalam Kegiatan Pariwisata

No Kategori Biaya (fee) Keterangan

1 Biaya Masuk (entrance fee) Biaya yang dikenakan kepada wisatawan yang akan masuk ke wilayah objek wisata

2 Biaya penggunaan (user fee) Bagi wisata yang menggunakan tempat parkir, sewa tempat untuk berkemah, menggunakan perahu, biaya peminjaman (alat teropong, alat memancing), pemandu wisata 3 Royalti (profit share) Pembuatan buku panduan wisata,

cinderamata, pemotretan dikawasan tertentu

4 Biaya Penyewaan kavling (concession fee)

Bagi perusahaan yang akan menggunakan tempat untuk berjualan, biro perjalanan

5 Surat Izin (licenses) Operator perjalanan, Pemandu wisata, peneliti, pemburu

6 Pajak (taxes) Pajak yang dikenakan bagi para wisatawan yang menyewa hotel, taksi

7 Bantuan (donation) Bantuan yang diberikan oleh donatur yang mempunyai perhatian terhadap kawasan ini


(36)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

11

Fandelli (2000) menyimpulkan ada delapan prinsip dalam kegiatan ekowisata, yaitu : (1) Mencegah dan menanggulangi dari aktivitas yang mengganggu terhadap alam dan budaya, (2) Pendidikan konservasi lingkungan, (3) Pendapatan langsung untuk kawasan, (4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, (5) Meningkatkan penghasilan masyarakat, (6) Menjaga keharmonisan dengan alam, (7) Menjaga daya dukung lingkungan, (8) Meningkatkan devisa bagi pemerintah.

2.3. Metode Estimasi Peniliaian Nilai Lingkungan

Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan sampai saat ini telah berkembang sekitar 5 jenis metode menurut Yakin (1997). Diantaranya adalah The Dose-Response Method (DRM), Hedonic Price Method (HPM), Travel Cost Method (TCM), The Averting Behaviour

Method (ABM), dan Contingent Valuation Method (CVM). Metode yang

populer digunakan saat ini adalah Contingent Valuation Method (CVM karena bisa mengukur dengan baik nilai penggunaan (use values) dan nilai dari non pengguna (non-use values). Perbandingan dari berbagai metode yang sering digunakan disarikan dalam Tabel 4.


(37)

Tabel 4. Perbandingan berbagai metode Valuasi Ekonomi Lingkungan

Metode Kriteria

Validitas Reabilitas Comprehensive

Kelengkapan dan kepraktisan

The Dose-Response

Method (DRM) Sedang

Sangat

Rendah Tinggi Sedang

Hedonic Proce Method

(HPM) Sedang Sedang Rendah Sedang

Travel Cost Method

(TCM) Sedang Sedang Rendah Sedang

Averting Behaviour

Method (ABM) Sedang Sedang Rendah Sedang Contingent Valuation

Method (CVM) Sedang

Sangat tinggi

Sangat

Tinggi Tinggi

Sumber : Hoevenagel dalam Yakin (1997)

Metode CVM adalah teknik survey untuk menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak diterapkan (Yakin,1997). Dalam CVM dikenal empat macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden (Hanley dan Spash,1993), yaitu :

1. Metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan.

2. Metode referendum tertutup (dichotomous choice) yaitu metode yang menggunakan satu alat pembayaran yang diasarankan kepada responden baik mereka setuju atau tidak setuju. Dengan menggunakan alat yang disarankan tersebut, respon dari responden diarahkan untuk menjawab apakah setuju/tidak dengan jawaban ”ya / tidak”. Jawaban ya/tidak tersebut akan dianalisa dengan menggunakan teknik respon biner seperti penggunaan analisa regresi logit untuk menentukan WTP.


(38)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

13

3. Metode Kartu Pembayaran (payment card), yaitu metode dengan penggunaan nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan jenis pengeluaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden untuk menyesuaikan jawaban mereka.

4. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question), yaitu suatu metode dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada penyaranan nilai awal terlebih dahulu. Responden seringkali menemui kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut, khususnya para responden yang tidak memiliki pengalaman mengenai hal-hal yang menjadi bahan pertanyaan dari pewawancara.

2.4. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil studi pustaka diperoleh beberapa hasil kajian mengenai potensi wisata Situ Babakan, diantaranya mengenai kondisi fisik situ babakan yang dilakukan oleh Indrasti (2002) yang menyatakan bahwa perairan Situ Babakan secara umum relatif masih layak digunakan sebagai lokasi budidaya perikanan karena beberapa parameter kualitas air seperti suhu, total padatan terlarut (TDS), pH, dan Oksigen terlarut (DO) masih berada pada ambang batas baku mutu air kelas dua berdasarkan PP No 88 tahun 2001. Namun beberapa parameter fisik seperti muatan padatan tersuspensi, amonia, nitrat, dan posfat telah melampaui ambang batas yang berarti bahwa Situ Babakan telah mengalami pencemaran. Menurutnya pula bahwa dalam mengelola Situ Babakan sebagai wisata agro hendaknya


(39)

dilakukan beberapa langkah perbaikan, terutama untuk mengurangi beban pencemaran yang diterima oleh Situ Babakan.

Penelitian sejenis juga telah dilakukan oleh Harniati (2004) dan Nurhakim (2004) yang menilai kelayakan Situ Babakan sebagai lokasi wisata agro dinilai dari kualitas air dan potensi aplikasi Keramba Jaring Apung (KJA). Semua penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas air di Situ Babakan masih baik namun mengalami degradasi karena adanya pencemaran yang perlu segera diatasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Wardiningsih (2005) melihat potensi dan kendala dari berbagai aspek lanskap pada perkampungan disekitar Situ Babakan yang bersinergi dengan potensi situ sebagai objek wisata. dari Penelitiannya dapat disarikan bahwa (1) lokasi Situ Babakan sangat strategis dan aksesibilitas sangat tinggi, (2) Iklim, Topografi, Geologi, dan Hidrologi sangat mendukung; (3) Vegetasi yang khas juga menjadi daya dukung; (4) Tata Guna Lahan, Pola pemukiman, Pola Sirkulasi (rute), pola pekarangan yang memiliki kekhasan (khas betawi) menjadi salah satu komponen yang dapat menambah daya tarik; (5) Penduduk sekitar Situ Babakan memiliki persepsi yang baik dengan kegiatan pariwisata yang dilakukan disana; (6) Sosial Budaya dan adat istiadat (khas betawi) pada masyarakat sekitar Situ Babakan juga menjadi daya tarik; (7) aspek yang lain adalah kebijakan yang mendukung tergalinya potensi Situ Babakan sebagai salah satu objek wisata. Penelitian lainnya dengan objek Situ Babakan adalah mengenai konflik sosial penetapan Situ Babakan sebagai Perkampungan Budaya


(40)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

15

Betawi, Perancangan lanskap waterfront dan pekarangan Perkampungan Budaya Betawi.

Menurut Indrasti (2002) bahwa pada tahun 2001 pengelola PBB belum melakukan penarikan iuran dari pengunjung. Berdasarkan pengamatan langsung pada tahun 2008 ini, pengelola PBB baru menetapkan bea masuk untuk kendaraan bermotor saja. Berdasarkan studi literatur, sampai saat ini belum ada penelitian mengenai willingness to pay dari pengunjung kawasan Situ Babakan sebagai dasar penentuan tarif retribusi.


(41)

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method

Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survey

untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan (Yakin, 1997). CVM menggunakan pendekatan secara langsung yang pada dasarnya menanyakan kepada masyarakat berapa besarnya maksimum Willingness to Pay (WTP) untuk manfaat tambahan dan/atau

berapa besarnya maksimum Willingness to Accept (WTA) sebagai

kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan WTP.

Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang mendekati dari barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuisioner dan responden) harus sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuesioner. Responden juga harus mengenal alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung, yang juga dikenal sebagai alat pembayaran.


(42)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

17

3.1.2Kelebihan Contingent Valuation Method (CVM)

Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :

1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan mememiliki dua hal penting, yaitu : seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan.

2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat.

3. Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung.

4. Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analis yang kompeten, namun hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan.

3.1.3Kelemahan Contingent Valuation Method

Teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam pengumpulan data. Bias dalam CVM menurut Hanley dan Spash (1993) terdiri dari :

1. Bias Strategi (Strategic Bias)

Adanya responden yang memberikan suatu nilai WTP yang relatif kecil karena alasan bahwa ada responden lain yang akan membayar upaya


(43)

peningkatan kualitas lingkungan dengan harga yang lebih tinggi kemungkinan dapat terjadi. Alternatif untuk mengurangi bias strategi ini adalah melalui penjelasan bahwa semua orang akan membayar nilai tawaran rata-rata atau penekanan sifat hipotetis dari perlakuan. Hal ini akan mendorong responden untuk memberikan nilai WTP yang benar.

Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993)

menyarankan empat langkah untuk meminimalkan bias strategi yaitu : i) Menghilangkan seluruh pencilan (outlier).

ii) Penekanan bahwa pembayaran oleh responden lain adalah dapat dijamin.

iii) Menyembunyikan nilai tawaran responden lain.

iv) Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran.

Sedangkan Hoehn dan Randall (1987) dalam Hanley dan Spash

(1993) menyarankan bahwa bias strategi dapat dihilangkan dengan menggunakan format referendum (jawaban “ya” atau “tidak”) terhadap nilai

WTP yang terlalu tinggi. 2. Bias Rancangan (Design Bias)

Rancangan studi CVM mencakup cara informasi yang disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden. Beberapa hal dalam rancangan survei yang dapat mempengaruhi responden adalah :

1) Pemilihan jenis tawaran (bid vehicle). Jenis tawaran yang diberikan


(44)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

19

yang diberikan dalam bentuk “karcis masuk kawasan” akan menghasilkan nilai WTP yang lebih rendah dibandingkan dalam bentuk “trust fund” pada studi CVM untuk menilai perlindungan kawasan

rimba. Hal ini dapat terjadi karena individu merasa tidak senang membayar atau mengeluarkan uang pada saat ia ingin melakukan rekreasi di kawasan tersebut atau karena kebijakan karcis merupakan kebijakan fiskal yang tidak populer di masyarakat.

2) Bias titik awal (starting point bias). Pada metode bidding game, titik

awal yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai tawaran (bid) yang ditawarkan. Hal ini dapat dikarenakan responden

yang ditanyai merasa kurang sabar (ingin cepat selesai) atau karena titik awal yang mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden (disukai responden karena responden tidak memiliki pengalaman tentang nilai perdagangan benda lingkungan yang dipermasalahkan).

3) Sifat informasi yang ditawarkan (nature of information provided).

Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan bekerja. Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotetis maupun komoditi spesifik yang diinformasikan pada saat survei.


(45)

3. Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiwaan Responden (Mental Account Bias)

Bias ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan waktunya yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu.

4. Kesalahan Pasar Hipotetik (Hypotetical Market Error)

Kesalahan pasar hipotetik terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada responden di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan menjadi berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan studi CVM tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu perdagangan atau pasar yang murni hipotetik yang didapatkan dari pertemuan antara kondisi psikologi dan sosiologi perilaku. Terjadinya bias pasar hipotetik bergantung pada :

1) Bagaimana pertanyaan disampaikan ketika melaksanakan survei. 2) Seberapa realistik responden merasakan pasar hipotetik akan terjadi. 3) Bagaimana format WTP yang digunakan.

Solusi untuk menghilangkan bias ini salah satunya yaitu desain dari alat survei sedemikian rupa sehingga maksimisasi realitas dari situasi yang akan diuji dan melakukan pengulangan kembali untuk kekonsistenan dari responden.


(46)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

21

3.1.4Tahap –Tahap Studi Contingent Valuation Method

Terdapat beberapa tahap dalam penerapan analisis CVM (Hanley dan Spash, 1993), yaitu :

1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)

Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang/jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Dalam pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuisioner sehingga responden dapat memahami barang lingkukngan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu didalam kuisioner juga perlu dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat untuk membayar.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)

Setelah kuisioner selesai dibuat, maka dilakukan kegiatan pengambilan sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, dengan perantara telepon, atau surat. Wawancara dengan telepon telah menjadi pilihan terakhir mengingat pengumpulan informasi mengenai suatu barang lewat telepon tergolong cukup sulit, terkait dengan keterbatasan waktu. Wawancara dengan surat cukup sering dilakukan, tetapi sering mengalami bias dalam bentuk tidak mendapat tanggapan (


(47)

non-response bias) atau tingkat tanggapan yang rendah (low-response rates).

Wawancara menggunakan petugas yang terlatih memungkinkan cakupan untuk pertanyaan dan jawaban secara lebih rinci, tetapi tidak menutup kemungkinan bias yang dilakukan oleh petugas tersebut.

3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP) Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah penghitungan nilai tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari

WTP tersebut. Nilai tengah digunakan apabila terjadi rentang nilai penawara yang terlalu jauh, misalnya dari 25 responden, 24 responden memiliki nilai penawaran sebesar Rp 10.000 tetapi ada satu responden yang memiliki nilai penawaran sebesar Rp 1.000.000. Jika penghitungan nilai penawaran menggunakan rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu digunakan nilai tengah karena nilai tengah tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.

4. Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)

Sebuah kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu, kurva WTP dapat juga berguna untuk menguji sensitivitas jumlah WTP terhadap variasi perubahan mutu lingkungan.


(48)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

23

Variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP contohnya antara lain tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K), tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan (Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi linear dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut :

WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi) dimana i = responden ke-i.

5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)

Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Bentuk ini sebaiknya termasuk seluruh komponen dari nilai relevan yang ditemukan seperti nilai keberadaan dan nilai penggunaan. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh :

1. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut.

2. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel ini telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi µ, dapat diturunkan


(49)

dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N.

3. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Ini tergantung pada pola CVM yang akan dipakai. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfrontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi discounting.

6. Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)

Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik, berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang/jasa lingkungan yang terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang dibuat dapat mencakup semua aspek barang/jasa lingkungan, dan lain-lain pertanyaan sejenis.

3.1.5Organisasi dari Pengoperasian Contingent Valuation Method

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam organisasi pengoperasian CVM, yaitu :


(50)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

25

2. Alat pembayaran yang digunakan dan/atau ukuran kesejahteraan (WTP)

sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang terkait di masyarakat.

3. Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang publik yang dimaksud dalam kuisioner dan alat pembayaran untuk penawaran mereka.

4. Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka berikan 5. Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah

perolehan selang kepercayaan dan reabilitas

6. Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi untuk memperkecil strategic bias secara khusus

7. Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi

8. Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik yang sama dengan populasi, dan penyesuaian diperlukan.

9. Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat jika mereka setuju dengan harapan yang tepat. Nilai minimum dari 15% untuk Radjusted direkomendasikan oleh Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan

Spash (1993).

3.1.6Analisis Regresi Logit

Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah penjelas (X) terhadap


(51)

peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Namun jika peubah respon dari analisis regresinya berupa peubah kategorik, maka analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Peubah kategori bisa merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak. Sedangkan peubah penjelas pada analisis regresi logistik ini dapat berupa peubah kategori ataupun peubah numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon.

Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi logistik biner, dimana peubah responnya hanya memiliki dua peluang kejadian. Dalam analisisnya permodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi logit. Formula dari transformasi logit tersebut adalah :

Logit (pi) = loge ⎟ ⎠ ⎞ ⎜

⎜ ⎝ ⎛

p

p

i i 1

dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e.

Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam penelitian. Gambar berikut ini mengilustrasikan proses transformasi logit tersebut.

Pi Logit (Pi) Logit Transform

Predictor Predictor Gambar 1. Transformasi logit


(52)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

27

Dengan demikian model yang digunakan dalam analisis regresi logistik biner adalah sebagai berikut ini :

Logit (pi) = β0 + β1*X

dengan logit (pi) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses, β0 adalah intersep model garis regresi, β1 adalah slope model garis regresi dan X adalah peubah penjelas.

Di dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran asosiasi, atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. Salah satu keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah bahwa ukuran asosiasi ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah rasio odd.

Odd sendiri dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan

kejadian tidak sukses dari peubah respon. Adapun rasio odd mengindikasikan

seberapa lebih mungkin, dalam kaitannya adegan nilai odd, munculnya kejadian

sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya.

3.2Kerangka Operasional

Situ Babakan merupakan salah satu situ yang berada di wilayah Jabodetabek, tepatnya di wilayah Jakarta Selatan. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan juga sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya


(53)

Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi.

Pengelolaan suatu kawasan wisata alam agar tetap terjaga kelestariannya memerlukan suatu dana yang cukup besar. Imbal jasa yang diambil atas kepuasan konsumen dari nilai keindahan yang dimiliki objek wisata berupa retribusi merupakan suatu proses perdagangan yang sah dan lumrah. Retribusi yang dikenakan kepada pengunjung digunakan sebagai dana operasional seperti untuk membayar karyawan serta membeli sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program pelestarian situ agar tetap terjaga fungsi utamanya yaitu sebagai daerah resapan air untuk pengendali banjir.

Besarnya imbal jasa (retribusi) tidak bisa diputuskan begitu saja tanpa pertimbangan ilmiah. Untuk itulah perlu dilakukan analisis willingness to pay

sehingga besarnya retribusi mempunyai dasar yang kuat. Dengan adanya retribusi ini tentu saja harus diimbangi dengan pelayanan yang baik berupa penciptaan suasana nyaman sehingga nilai kepuasan dari konsumen menjadi optimal.

3.3Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah, dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut :


(54)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

29

1. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat pengetahuan mengenai manfaat situ berpengaruh positif terhadap kesedian untuk membayar retribusi.

2. Biaya untuk melakukan kunjungan ke Situ Babakan, domisili pengunjung dan frekuensi kunjungan berpengaruh negatif terhadap kesedian untuk membayar retribusi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung di pengaruhi secara positif oleh tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan, sedangkan secara negatif dipengaruhi oleh biaya melakukan kunjungan, frekuensi kunjungan dan status pernikahan pengunjung.


(55)

Sebagai daerah resapan air,tendon air, pengendali banjir daerah Jakarata Selatan SITU BABAKAN

REKREASI

Berpotensi merusak fungsi dan lingkungan

Situ Babakan

Diperlukan pengelolaan dalam upaya pelestraian alam Situ

Babakan Penilaian ekonomi mengenai besarnya WTP pengunjung terhadap pelestraian alam Situ Babakan Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi WTP pengunjung terhadap pelestraian alam Situ Babakan Mengkaji karakteristik pengunjung Situ Babakan Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kesedian/ketidakse-diaan membayar (WTP) dari

pengunjung terhadap rencana penarikan retribusi dalam upaya pelestarian Situ Babakan

Analisis Regresi Logit Contingent Valuation Method

Besarnya Willingness To Pay (WTP) Analisis

Deskriptif

Regresi Berganda

Penarikan retribusi dalam upaya pelestarian Situ Babakan


(56)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Situ Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) karena Situ Babakan memiliki

karakteristik berbeda yaitu suatu objek wisata alam yang sekaligus dijadikan sebagai wahana wisata budaya betawi berdasarkan Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB). Lokasi ini dipilih karena selain telah ditetapkan sebagai objek wisata alam dan budaya betawi, untuk memasuki kawasan Situ Babakan belum dilakukan penarikan retribusi terhadap pegunjungnya. Penelitian dilaksanankan selama dua bulan, yaitu Februari hingga Maret 2008.

4.2Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan accidental sampling yaitu mengambil responden/sampel yang ada atau yang

kebetulan ditemui (Rakhmat, 2002). Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengunjung Situ Babakan yang berusia 17 tahun ke atas dan


(57)

sudah bekerja serta mau untuk mengikuti proses wawancara. Jumlah responden yang di ambil sebanyak 50 orang.

4.3Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden melalui kuisioner. Data primer tersebut meliputi respon dari responden terhadap penarikan retribusi untuk pelestarian alam Situ Babakan serta nilai nominal yang bersedia dibayarkan oleh responden bagi program pelestarian Situ Babakan tersebut.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai instansi terkait mengenai pengelolaan Situ babakan yaitu : Pengelola PBB, Dinas Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum, dan Kelurahan Srengseng Sawah. Data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan topik penelitian ini.

4.4Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh dianalisis secara kualitiatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab for Windows


(58)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

33

4.4.1Analisis Kesediaan Pengunjung untuk Membayar Retribusi dalam Upaya Melestarikan Alam Situ Babakan

Analisis data menggunakan regresi logit dilakukan untuk mengkaji kesediaann pengunjung dalam membayar retribusi untuk pelestarian Situ Babakan. Model regresi logitnya adalah sebagai berikut :

Li =

( ) ( )⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + + x x e e β α β α 1

sehingga diperoleh bentuk model logit sebagai berikut :

dimana :

Li = Peluang responden bersedia membayar retribusi (bernilai 1 untuk “setuju” dan bernilai 0 untuk “tidak setuju”)

β0 = Intersep

β1,…, β6 = Koefisien regresi

TP = Tingkat pendidikan (tahun)

PD = Rata-rata pendapatan per bulan (Rp)

PM = Pengetahuan manfaat Situ Babakan (bernilai 1 untuk “tahu” dan bernilai 0 untuk “tidak tahu”)

FK = Frekuensi Kunjungan

i i i i i i

i TP PD PM FK DMi BK

L01 +.β23 −β4 −β5 −β6

DM = Domisili (bernilai 1 untuk “jauh” (biaya >Rp 5000) dan bernilai 0 untuk “dekat” (biaya <Rp 5000)

BK = Biaya kunjungan (Rp)

i = Responden ke-i (i = 1, 2,….,n) ε = Galat


(59)

Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu, dan observasi di lokasi penelitian. Peluang pengunjung bersedia untuk membayar retribusi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pengetahuan manfaat Situ Babakan, frekuensi kunjungan, domisili pengunjung, dan biaya kunjungan.

Variabel-variabel yang berbanding lurus dengan peluang pengunjung untuk membayar retribusi adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan pengetahuan manfaat Situ Babakan. Sedangkan frekuensi kunjungan, domisili pengunjung, dan biaya kunjungan berhubungan secara negatif. Hubungannya adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pendidikan : Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang pengunjung berarti pengetahuan untuk lebih sadar lingkungan lebih tinggi, sehingga peluang untuk bersedia membayar juga lebih tinggi.

2. Tingkat pendapatan : Semakin tinggi pendapatan seorang pengunjung tiap bulannya maka peluang untuk bersedia membayar lebih besar karena pengunjung memiliki dana lebih untuk membayar retribusi.

3. Pengetahuan manfaat Situ Babakan : Semakin banyak pengetahuan seorang pengunjung terhadap manfaat dari Situ Babakan maka akan semakin besar pula peluang pengunjung tersebut bersedia membayar retribusi.

4. Frekuensi kunjungan : Semakin sering seorang pengunjung mendatangi Situ Babakan maka peluang untuk bersedia membayar akan semakin kecil, karena pengunjung merasa terbebani dengan terus menerus membayar retribusi.


(60)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

35

5. Domisili pengunjung : Semakin dekat tempat tinggal seorang pengunjung dengan Situ Babakan maka peluang untuk bersedia membayar akan semakin kecil, karena dengan lokasi yang dekat pengunjung cenderung untuk lebih mudah dan lebih sering mendatangi Situ Babakan sehingga bila diharuskan membayar retribusi ia akan merasa keberatan.

6. Biaya kunjungan : Semakin besar biaya transportasi yang harus dikeluarkan menuju Situ Babakan maka alokasi dana untuk membayar retribusi akan semakin kecil dan peluang untuk bersedia membayar juga semakin kecil.

4.4.2Analisis Nilai WTP dari Pengunjung Situ Babakan

Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan WTP dengan menggunakan pendekatan CVM dalam penelitian ini meliputi (Hanley dan Spash, 1993) :

1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)

Pasar hipotetik dibentuk atas dasar menurunnya kualitas lingkungan Situ Babakan sebagai objek wisata alam. Selain itu, tidak adanya anggaran untuk kebersihan areal situ turut memperparah menurunnya fungsi situ itu sendiri. Hal tersebut dapat diatasi dengan perbaikan kualitas lingkungan. Salah satu caranya adalah mendapatkan sumber dana dari pengunjung dengan penarikan retribusi. Selanjutnya, pasar hipotetik yang ditawarkan dibentuk dalam skenario sebagai berikut :


(61)

Skenario :

“Jika Pengelola kawasan Situ Babakan berencana untuk melakukan program pelestarian Situ Babakan agar fungsi dari situ sebagai tandon air alami serta daerah penyerapan air dan sebagai objek wisata alam yang indah tetap terjaga dengan melakukan pemeliharaan kebersihan baik di daratan maupun di wilayah perairan Situ Babakan, serta pemantauan kondisi dan pencegahan penurunan kualitas Situ Babakan seperti pendangkalan dan pencemaran, maka pengelola PBB mengharapkan partisipasi para pengunjung Situ Babakan untuk membayar retribusi yang dananya akan digunakan sebagai dana operasional seperti untuk membayar karyawan serta membeli sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program tersebut.”

Dengan skenario ini maka responden mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik mengenai rencana penarikan retribusi untuk pelestarian objek wisata alam Situ Babakan. Besarnya retribusi yang patut diberlakukan akan ditanyakan kepada responden mengenai WTP dalam pemberlakukan kebijakan tersebut. Kepada setiap responden akan ditanyakan apakah mereka setuju (ya) atau menolak (tidak setuju) terhadap kebijakan tersebut. Pertanyaan yang menyangkut Skenario :

Apabila pengelola PBB melaksanakan program pelestarian Situ babakan dengan biaya operasional dari retribusi pengunjung, maka kepada responden akan ditanyakan kesediaan membayar biaya retribusi sebagai bentuk partisipasi mereka :


(62)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

37

“Bersediakah atau tidak Bapak /Ibu/ Saudara/I untuk berpartisipasi dalam menjaga dan memperbaiki objek wisata Situ Babakan melalui program pelestarian alam Situ Babakan dengan membayar retribusi setiap kali berkunjung? Berapa besar biaya yang mampu anda bayarkan?

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)

Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan metode pertanyaan terbuka karena penelitian ini ingin mengetahui kepedulian masyarakat dilihat dari besarnya nilai WTP terendah hingga nilai tertinggi yang diberikan oleh pengunjung sehingga pengelola mengetahui perkiraan minimal tarif retribusi yang dapat dijangkau masyarakat luas.

3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP)

WTPi dapat diduga dengan menggunakan nilai rata-rata dari

penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus :

EWTP = n

W

n

i i

=1

dimana :

EWTP = Dugaan rataan WTP Wi = Nilai WTP ke-i n = Jumlah responden

i = Responden ke-i yang bersedia membayar retribusi (i = 1, 2,…, n)


(63)

4. Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)

Pendugaan kurva akan dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

dimana :

WTP = Nilai WTP responden (Rp) TP = Tingkat pendidikan

FK = Frekuensi kunjungan

PD = Rata-rata pendapatan per bulan BK = Biaya kunjungan

ST = Status pernikahan pengunjung ) , , , ,

(TP FK PD BK ST f

WTP=

5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai total WTP dari masyarakat dnegan menggunakan rumus :

TWTP =

= ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ n i i i P N n WTP 1 dimana :

TWTP = Total WTP

WTPi = WTP individu sampel ke-i

ni = Jumlah sampel ke- i yang bersedia membayar sebesar WTP N = Jumlah sampel

P = Jumlah populasi

i = Responden ke-i yang bersedia membayar retribusi (i = 1, 2,…, n)


(64)

Ratri Hanindha Majid, 2008

Analisis Willingness to Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

39

6. Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)

Hal ini merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Apakah hasil survei mengandung tingkat penawaran sanggahan yang tinggi? Apakah ada bukti bahwa responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik? Seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan? Seberapa baik pasar hipotetik yang digunakan dapat menangkap setiap aspek dalam barang lingkungan? Seberapa baik permasalahan yang terjadi diasosiasikan dengan CVM ?

Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dapat dilihat tingkat keandalan (realibility) fungsi WTP. Uji yang dapat dilakukan dengan uji

keandalan yang melihat nilai R2 dari model OLS (Ordinary Least Square)

WTP.

4.4.3Analisis Fungsi WTP

Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi WTP pengunjung. Model yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(1)

Jakarta Selatan

a.

ya, bersedia (lanjutkan ke nomor 31)

b.

tidak bersedia (lanjutksn ke nomor 29)

22.

Jika saudara tidak bersedia, apa alasan yang mendasari ketidaksediaan saudara tersebut?

………..

23.

Menurut saudara siapa yang bertanggung jawab menjaga kelestarian alam Situ Babakan?

...

24.

Jika saudara bersedia membayar retribusi, berapa besarnya biaya yang saudara usulkan :

Usul : Rp ...

Berikan alasan mengapa saudara memilih besaran biaya tersebut?

...

...

25.

Jika diterapkan sistem retribusi ketika memasuki situ babakan, apakah anda akan mengurangi frekuensi

kunjungan memasuki kawasan Situ Babakan ?

a.

Ya, dengan alasan : ...

b.

Tidak, dengan alasan : ...


(2)

(3)

(4)

(5)

Jakarta Selatan

Lampiran 3

Binary Logistic Regression: Kesediaan versus TP, PD, PM, FK, DM, BK

Link Function: Logit

Response Information

Variable Value Count

Kesediaa 1 43 (Event) 0 7

Total 50

Logistic Regression Table

Odds 95% CI Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper Constant -8.784 5.111 -1.72 0.086

TP 1.945 1.080 1.80 0.072 6.99 0.84 58.07 PD 2.218 1.152 1.93 0.054 9.19 0.96 87.81

PM 0.6372 0.7746 0.82 0.411 1.89 0.41 8.63 FK -0.6229 0.9571 -0.65 0.515 0.54 0.08 3.50 DM -0.969 3.075 -0.32 0.753 0.38 0.00 157.23 BK 0.662 1.939 0.34 0.733 1.94 0.04 86.66

Log-Likelihood = -10.567

Test that all slopes are zero: G = 19.362, DF = 6, P-Value = 0.004

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 25.674 38 0.936 Deviance 18.362 38 0.997 Hosmer-Lemeshow 3.340 8 0.911

Table of Observed and Expected Frequencies:

(See Hosmer-Lemeshow Test for the Pearson Chi-Square Statistic)

Group

Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total 1

Obs 1 5 4 4 5 5 5 5 5 4 43 Exp 1.3 4.0 4.1 4.7 4.9 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 0

Obs 4 1 1 1 0 0 0 0 0 0 7 Exp 3.7 2.0 0.9 0.3 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Total 5 6 5 5 5 5 5 5 5 4 50

Measures of Association:

(Between the Response Variable and Predicted Probabilities)

Pairs Number Percent Summary Measures

Concordant 280 93.0% Somers' D 0.87 Discordant 18 6.0% Goodman-Kruskal Gamma 0.88 Ties 3 1.0% Kendall's Tau-a 0.21 Total 301 100.0%


(6)

Constant 1596.4 655.0 2.44 0.020

TP 5.66 47.30 0.12 0.905 1.2

PD 0.0003733 0.0001410 2.65 0.012 1.3 BK 0.02911 0.01852 1.57 0.124 1.3 FK -19.146 7.880 -2.43 0.020 1.2

ST -245.4 259.1 -0.95 0.350 1.1

S = 647.2 R-Sq = 44.2% R-Sq(adj) = 36.7%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 5 12278945 2455789 5.86 0.000 Residual Error 37 15500124 418922