Estimasi Nilai Dan Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan, Jakarta Selatan

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI
KEGIATAN WISATA SITU BABAKAN,
JAKARTA SELATAN

TUDRIKA SABILA SADIDA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Estimasi Nilai
dan Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan, Jakarta Selatan” adalah
karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apapun pada perguruan tinggi maupun lembaga manapun. Sumber pustaka
yang dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Bogor, September 2014

Tudrika Sabila Sadida
H44100014

iv

ABSTRAK
TUDRIKA SABILA SADIDA. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Kegiatan
Wisata Situ Babakan, Jakarta Selatan. Dibimbing oleh TRIDOYO
KUSUMASTANTO dan KASTANA SAPANLI.
Situ Babakan yang terletak di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, telah
dimanfaatkan sebagai daerah resapan air sekaligus tujuan wisata berbasis
sumberdaya alam. Lokasinya yang berada di kawasan Perkampungan Budaya
Betawi membuat Situ Babakan juga memiliki daya tarik wisata berupa budaya
Betawi sehingga Situ Babakan menjadi tujuan wisata yang ramai dikunjungi
terutama pada akhir pekan. Situ Babakan sangat membutuhkan keterlibatan

masyarakat sekitar sebagai penyedia atraksi wisata yang menjadi penentu kualitas
produk wisata. Sebaliknya, jumlah pengunjung yang datang ke Situ Babakan dan
pengeluaran mereka di kawasan wisata akan memberi dampak langsung pada
masyarakat sekitar. Oleh karena itu, dirumuskan bahwa penelitian ini ditujukan
untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung, pelaku usaha, tenaga kerja, dan
masyarakat sekitar obyek wisata, mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan wisata, serta mengestimasi nilai dan dampak ekonomi
dari keberadaan Situ Babakan ini. Penelitian ini menggunakan metode survei.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif,
analisis regresi linear berganda, Individual Travel Cost Method, dan multiplier
effect. Hasil penelitian ini adalah estimasi nilai ekonomi wisata sebesar Rp
2.727.869.591,87 per tahun, dampak langsung sebesar Rp 512.134.333,89 per
bulan, dampak ekonomi tidak langsung sebesar Rp 75.640.476,19 per bulan, dan
dampak lanjutan sebesar Rp 54.725.884,52 per bulan. Nilai Keynesian income
multiplier adalah 0,87, dengan nilai ratio income multiplier tipe I sebesar 1,15 dan
nilai ratio income multiplier tipe II sebesar 1,25. Hasil analisis menunjukkan
bahwa kegiatan wisata Situ Babakan memiliki dampak tidak langsung dan
lanjutan yang besar, namun dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh
masyarakat sekitar belum signifikan.


Kata kunci: dampak ekonomi wisata, efek pengganda, metode biaya perjalanan,
nilai ekonomi wisata, Situ Babakan

2

ABSTRACT
TUDRIKA SABILA SADIDA. Estimation of Value and Economic Impact
of Tourism Activities in Situ Babakan, South Jakarta. Supervised by TRIDOYO
KUSUMASTANTO and KASTANA SAPANLI.
Situ Babakan, located in Srengseng, South Jakarta, has been used as water
reservoir and natural resource-based tourist destination at the same time. Its
location at Betawi Cultural Village made Situ Babakan also have Betawi culture
as tourist attraction and Situ Babakan became a busy tourist destination especially
on weekends. Situ Babakan needs involvement surrounding communities as
supplier of tourist attractions which determine quality of tourism products. On the
other way, amount of tourists who come to Situ Babakan and their expenditure
there will give direct impact to surrounding communities. Therefore, this study
aimed to identify characteristics of visitors, businesses, labors, and surrounding
communities, identify factors which influence tourism demand, and estimate
economic value and impact of tourism for surrounding communities. This study

used survey method. Analysis method which used in this study are descriptive
analysis, multiple linear regression analysis, Individual Travel Cost Method, and
multiplier effect. Results of this study are estimation of economic value of tourism
at Rp 2.727.869.591,87 per year, direct economic impact Rp 512.134.333,89 per
month, indirect economic impact Rp 75.640.476,19 per month, and induced
economic impact Rp 54.725.884,52 per month. Keynesian income multiplier
value is 0,87, while the values of ratio income multiplier type I and ratio income
multiplier type II are 1,15 and 1,25. Analysis results suggest that although tourism
activities Situ Babakan has great indirect and induced economic impact, but
perception on direct economic impact to surrounding communities has not been
significant.
Keywords: economic impact of tourism, economic value of tourism, multiplier
effect, Situ Babakan, Travel Cost Method

3

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI
KEGIATAN WISATA SITU BABAKAN,
JAKARTA SELATAN


TUDRIKA SABILA SADIDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

4

6

7


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah nilai
dan dampak ekonomi kegiatan wisata, dengan judul Estimasi Nilai dan Dampak
Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan, Jakarta Selatan. Penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :
 Kedua orangtua tercinta, Ibu Sri Sofrini dan Bapak Suparman, kedua adik
saya Yudrika Azka Muhitha dan Harashta Mudrika Maziyya yang selalu
memberikan semangat, nasihat, doa, dan kasih sayang.
 Bapak Prof Dr Ir Tridoyo Kusumastanto, MS dan Bapak Kastana Sapanli,
S.Pi, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
saran dalam penyelesaian studi.
 Bapak Ir. Nindyantoro, M.SP selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Nuva,
SP, M.Sc selaku Dosen Penguji Wakil Departemen yang telah memberikan
kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.
 Bapak Indra, staff pengelola Perkampungan Budaya Betawi, serta pihakpihak yang telah membantu selama pengumpulan data.
 Keluarga Besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Fakultas Ekonomi dan Manajemen khususnya Dosen ESL dan rekan-rekan
ESL 47 atas semua arahan, saran, dan bantuannya.

 Teman-teman Dessy, Desi, Nabila, Rahayu, dan Deiby yang selalu
memberikan bantuan, dukungan, dan semangat.
Semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengelolaan wisata Situ Babakan
secara lestari dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Bogor, September 2014

Tudrika Sabila Sadida

8

9

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 5
1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 7
2.1. Situ ............................................................................................................... 7
2.2. Wisata dan Pariwisata .................................................................................. 8
2.3. Ekowisata ..................................................................................................... 9
2.4. Permintaan Wisata ...................................................................................... 11
2.5. Nilai Ekonomi ............................................................................................ 13
2.6. Dampak Ekonomi Wisata ........................................................................... 16
2.7. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 17
3. KERANGKA PENELITIAN ........................................................................... 21
4. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 23
4.1. Metode Penelitian ...................................................................................... 23
4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 25
4.3. Metode Pengambilan Sampel .................................................................... 25
4.4. Metode Analisis Data ................................................................................. 25
4.4.1. Karakteristik Pengunjung, Tenaga Kerja, Unit Usaha, dan
Masyarakat Sekitar Situ Babakan ..................................................... 26
4.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Situ

Babakan ............................................................................................ 26
4.4.3. Nilai Ekonomi Wisata ....................................................................... 29
4.4.4. Dampak Ekonomi Wisata ................................................................. 30
4.5. Batasan Penelitian ...................................................................................... 31

10

5. GAMBARAN UMUM PENELITIAN .............................................................. 33
5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 33
5.2. Keadaan Umum Obyek Wisata .................................................................. 34
5.3. Pengelolaan Wisata .................................................................................... 35
6. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 37
6.1. Gambaran Umum ....................................................................................... 37
6.1.1. Karakteristik Responden Pengunjung Situ Babakan ........................ 37
6.1.2. Karakteristik Responden Unit Usaha di Situ Babakan ..................... 44
6.1.3. Karakteristik Responden Tenaga Kerja di Situ Babakan ................. 47
6.1.4. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Situ Babakan ............ 51
6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Situ Babakan ..... 53
6.2.1. Variabel yang Berpengaruh Nyata terhadap Permintaan Wisata
Situ Babakan ...................................................................................... 55

6.2.2. Pengujian Asumsi Linear Berganda ................................................. 57
6.3. Nilai Ekonomi Situ Babakan ..................................................................... 59
6.4. Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan .................................... 61
6.4.1. Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) .................................. 61
6.4.2. Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) ...................... 63
6.4.3. Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) ................................. 65
6.4.4. Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) ......................................... 65
6.5. Rekomendasi Pengelolaan Situ Babakan ................................................... 67
7. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 69
7.1. Simpulan .................................................................................................... 69
7.2. Saran .......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. 86

11

DAFTAR TABEL
1 Jumlah Pengunjung Situ Babakan Tahun 2008-2013 ..................................... 2
2 Matriks Jenis dan Sumber Data .................................................................... 23

3 Matriks Metode Analisis Data ...................................................................... 26
4 Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung Situ Babakan ............................. 37
5 Persepsi Pengunjung mengenai Prasarana dan Sarana di Situ Babakan ....... 43
6 Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha .................................................... 45
7 Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja ................................................ 47
8 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Situ Babakan ................. 51
9 Analisis Regresi Permintaan Wisata Situ Babakan ...................................... 55
10 Perhitungan Nilai Ekonomi Situ Babakan pada Tahun 2013 ....................... 59
11 Proporsi Pengeluaran Responden Pengunjung Situ Babakan ....................... 61
12 Proporsi Alokasi Penerimaan Responden Unit Usaha di Situ Babakan ........ 62
13 Proporsi Penerimaan Responden Unit Usaha di Situ Babakan ..................... 62
14 Pendapatan Unit Usaha per Bulan ................................................................ 63
15 Proporsi Pengeluaran Unit Usaha ................................................................. 63
16 Estimasi Pendapatan Tenaga Kerja Situ Babakan ........................................ 64
17 Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja .............................................................. 65
18 Nilai Efek Pengganda dari Pengeluaran Pengunjung Situ Babakan ............. 66

12

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................................... 21
2 Sebaran Asal Daerah Pengunjung Situ Babakan .......................................... 39
3 Sebaran Cara Kedatangan Pengunjung Situ Babakan ................................... 39
4 Sebaran Jenis Kendaraan Pengunjung Situ Babakan .................................... 40
5 Sebaran Frekuensi Kunjungan Pengunjung Situ Babakan ........................... 40
6 Sebaran Pengetahuan Responden Mengenai Situ Babakan .......................... 41
7 Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung Situ Babakan .............................. 42
8 Sebaran Motivasi Kunjungan Pengunjung Situ Babakan ............................. 42
9 Sebaran Waktu Buka Unit Usaha per Pekan ................................................ 46
10 Sebaran Lama Responden Menjalankan Unit Usaha .................................... 46
11 Sebaran Lama Tenaga Kerja Bekerja di Situ Babakan ................................. 49
12 Sebaran Hari Kerja Tenaga Kerja di Situ Babakan ...................................... 50
13 Sebaran Jam Kerja Responden Tenaga Kerja di Situ Babakan .................... 50
14 Sebaran Jumlah Tanggungan Masyarakat Sekitar Situ Babakan ................. 52
15 Sebaran Lama Tinggal Masyarakat Sekitar Situ Babakan ........................... 53
16 Sebaran Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata bagi Masyarakat .................... 54

13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Lokasi Situ Babakan (Perkampungan Budaya Betawi) ........................ 76
2 Fasilitas dan Aktivitas Wisata di Situ Babakan ............................................. 77
3 Hasil Analisis Regresi Berganda dengan Minitab ........................................ 78
4 Uji Normalitas ............................................................................................... 79
5 Uji Heteroskedastisitas .................................................................................. 80
6 Perhitungan Surplus Konsumen .................................................................... 81
7 Proporsi Pengeluaran Pengunjung di Situ Babakan ...................................... 82
8 Pendapatan Tenaga Kerja di Situ Babakan ................................................... 84
9 Perhitungan Efek Pengganda ........................................................................ 85

14

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sektor pariwisata dianggap cukup potensial sebagai alternatif untuk
mempercepat penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Dalam GBHN tahun
1993 disebutkan bahwa pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan
pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi,
termasuk sektor-sektor lainnya yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan
masyarakat, pendapatan daerah, pendapatan negara, serta penerimaan devisa
meningkat melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi kepariwisataan
nasional (Yoeti 2008).
Spilane (1987) dalam Soebagyo (2012) mengemukakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mendorong pengembangan wisata di Indonesia, antara lain
berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber devisa negara jika
dibandingkan dengan waktu lalu, merosotnya nilai ekspor pada sektor nonmigas,
adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara konsisten, dan besarnya
potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi pengembangan pariwisata. Hal
ini sejalan dengan tujuan pembangunan pariwisata sesuai Undang-Undang Nomor
9 Tahun 1990 yang menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata adalah
memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu dan
daya tarik wisata, memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan
antar bangsa, memperluas dan meratakan kesempatan usaha dan lapangan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, serta mendorong pendayagunaan produk nasional.
Situ, atau danau, merupakan wadah genangan air di atas permukaan tanah
yang terbentuk secara alami atau buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air
hujan, dan/atau limpasan air permukaan. Sebagai wilayah penampungan air, situ
juga memiliki potensi pemanfaatan secara ekologis, ekonomis, maupun sosial
budaya (Puspita et al. 2005). Wisata dapat dikembangkan dari keberadaan suatu
sumberdaya alam. Banyak situ di Indonesia yang dikembangkan sebagai obyek
wisata dalam pemanfaatan potensi sumberdaya alam tersebut. Salah satunya

2

adalah Situ Babakan yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999, Situ Babakan
merupakan sistem pusat kegiatan penunjang berdasarkan kegiatan pelayanan
berfungsi khusus, yaitu sebagai obyek wisata. Lokasi Situ Babakan berada di
kawasan perkampungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan
sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Oleh karena itu,
pengelolaan Situ Babakan dilakukan oleh pengelola Perkampungan Budaya
Betawi sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 92 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di
Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan
oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta. Peta lokasi Situ Babakan disajikan pada
Lampiran 1.
Situ Babakan memiliki potensi wisata yang merupakan perpaduan obyek
wisata alam dan obyek wisata budaya. Wisata alam yang disajikan di situ ini
adalah wisata air dan wisata agro yang dikembangkan oleh masyarakat Betawi
setempat. Wisata budaya yang dapat dinikmati di lokasi ini adalah pagelaran seni
musik, tari, dan teater tradisional, prosesi budaya Betawi, hasil industri rumah
tangga, dan berbagai aktivitas tradisional masyarakat Betawi. Perpaduan ini
ternyata dapat menarik minat banyak pengunjung, yang tergambarkan pada
jumlah pengunjung Situ Babakan yang terus bertambah.
Tabel 1. Jumlah Pengunjung Situ Babakan Tahun 2008 – 2013
No.
1
2
3
4
5

Tahun
2008
2009
2010
2011
2012

Jumlah Pengunjung (orang)
133.656
135.811
125.068
146.215
194.096

6

2013

199.789

Sumber: Pengelola Perkampungan Budaya Betawi (2014)

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa pada umumnya jumlah
pengunjung obyek wisata Situ Babakan menunjukkan peningkatan setiap
tahunnya meskipun terjadi penurunan pada tahun 2010 akibat penutupan obyek
wisata selama beberapa bulan untuk mengadakan renovasi. Kecenderungan

3
peningkatan jumlah pengunjung ini mengindikasikan bahwa Situ Babakan
memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Kegiatan pariwisata yang
berlangsung di Situ Babakan tentu saja memiliki dampak ekonomi yang terkait
dengan perekonomian masyarakat sekitar. Akan tetapi, sebagian besar masyarakat
sekitar Situ Babakan mengaku tidak memperoleh tambahan pendapatan dari
adanya kegiatan wisata di Situ Babakan.

1.2. Perumusan Masalah
Situ Babakan dikelola oleh pengelola Perkampungan Budaya Betawi di
bawah Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan Suku Dinas Kebudayaan.
Obyek wisata yang dikelola oleh Perkampungan Budaya Betawi ini menyajikan
wisata air, wisata agro, dan wisata budaya sekaligus. Lokasi Situ Babakan pun
jauh dari pusat keramaian, sehingga pengunjung dapat merasakan ketenangan
jalan-jalan perkampungan yang tentunya akan memberikan suasana yang berbeda
dari suasana perkotaan.
Masyarakat lokal sangat berperan sebagai penyedia sebagian besar atraksi
sekaligus penentu kualitas produk wisata Situ Babakan. Keterlibatan langsung
masyarakat yang berpendapatan rendah dalam program-program pengembangan
pariwisata melalui pemanfaatan hasil kerajinan tangan (handicraft) hasil pertanian,
peternakan, perikanan, perkebunan, produk hasil seni dan budaya tradisional, serta
pengembangan desa wisata sangat membantu usaha penurunan tingkat kemiskinan.
Dengan kata lain, pariwisata diyakini dapat berfungsi sebagai ‘katalisator’ dalam
pembangunan (agent of development) dan sekaligus menjadi penggerak dan
mempercepat proses pembangunan itu sendiri (Yoeti 2008). Perkembangan Situ
Babakan juga membuat semakin banyak pendatang yang memilih untuk menetap
di sekitar obyek wisata tersebut.
Pengunjung yang terus meningkat berdampak pada pengembangan ekonomi
dan infrastrukur yang bermanfaat bagi kehidupan penduduk sekitar. Jumlah
pengunjung

yang terus

meningkat

antara

lain

disebabkan oleh tidak

diberlakukannya tarif masuk bagi para pengunjung yang datang dengan berjalan
kaki. Tarif masuk hanya diberlakukan bagi pengunjung yang datang dengan
menggunakan

kendaraan

pribadi.

Selain

itu,

pengunjung

tidak

harus

4

mengeluarkan biaya yang besar untuk menikmati berbagai atraksi di Situ Babakan
sehingga obyek wisata ini menjadi tujuan wisata yang menarik bagi kalangan
menengah ke bawah. Akan tetapi, banyak pengunjung yang merasa tidak puas
dengan kondisi berbagai sarana yang terdapat Situ Babakan. Para pengunjung
tersebut juga merasa tidak puas dengan atraksi wisata di Situ Babakan dan
menginginkan lebih banyak atraksi wisata meskipun hal itu dapat mengakibatkan
mereka harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk berkunjung ke Situ
Babakan.
Sebagian pengunjung merasa puas dengan kondisi lokasi parkir yang tidak
ditentukan sehingga mereka dapat memarkirkan kendaraan pribadi mereka di
mana saja, namun sebagian lainnya tidak puas karena hal tersebut menunjukkan
kurang teraturnya penataan Situ Babakan. Ketidakpuasan pengunjung ini memicu
mereka untuk beralih ke obyek wisata lain saat mengalami peningkatan
pendapatan.
Terdapat banyak unit usaha tersebar di berbagai bagian Situ Babakan.
Namun, tidak terdapat data mengenai jumlah tepat unit usaha yang terdapat di Situ
Babakan akibat tidak seluruh unit usaha tersebut berada di bawah naungan
pengelola Perkampungan Budaya Betawi. Unit-unit usaha tersebut dikelola secara
terpisah berdasarkan lokasi usaha mereka. Sebagian unit usaha dikelola oleh
aparat setempat sebagian lainnya membayar sewa kepada pemilik lahan tempat
usaha mereka.
Sebagian tenaga kerja di obyek wisata Situ Babakan pun tidak dipekerjakan
langsung oleh pengelola wisata. Pengelola wisata hanya mempekerjakan tenaga
kebersihan dan keamanan. Petugas parkir, sarana permainan, dan tiket masuk
berasal dari komuntas lokal yang menjadi secara sukarela berpartisipasi dalam
pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi. Oleh karena itu, tenaga kerja tersebut
tidak mendapatkan upah dari pengelola wisata. Upah yang mereka dapatkan hanya
berasal dari pengeluaran pengunjung di Situ Babakan .
Jumlah pengunjung obyek wisata Situ Babakan tentunya akan berpengaruh
langsung terhadap pendapatan para pelaku usaha dan tenaga kerja di kawasan
wisata tersebut. Perhitungan dampak ekonomi obyek wisata Situ Babakan perlu

5
dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh pengeluaran pengunjung selama
berwisata terhadap pendapatan unit usaha dan tenaga kerja.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka dirumuskan permasalahan yang akan
dikaji adalah :
1. Bagaimana karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha, dan
masyarakat sekitar Situ Babakan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Situ
Babakan?
3. Berapa besar nilai ekonomi dari kegiatan wisata yang dihasilkan obyek wisata
Situ Babakan?
4. Bagaimana dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Situ
Babakan?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1.

Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha, dan
masyarakat sekitar dalam pemanfaatan sumberdaya Situ Babakan.

2.

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Situ
Babakan.

3.

Mengestimasi nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan obyek wisata
Situ Babakan.

4.

Mengestimasi dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di
Situ Babakan.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata Perkampungan Budaya
Betawi, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Objek penelitian ini adalah pengunjung, pelaku usaha, tenaga kerja, dan
masyarakat sekitar Situ Babakan. Oleh karena itu, responden dalam penelitian ini
dibagi dalam empat kelompok, antara lain kelompok responden pengunjung, unit
usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Situ Babakan.

6

Karakteristik responden pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan
masyarakat sekitar Situ Babakan dianalisis dengan menggunakan metode analisis
deskriptif. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Situ Babakan
ditentukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan wisata tersebut dijadikan informasi bagi
pengembangan obyek wisata Situ Babakan.
Nilai ekonomi dari kegiatan wisata di Situ Babakan diestimasi dengan
menggunakan travel cost method. Dampak ekonomi kegiatan wisata di Situ
Babakan diestimasi dari pengeluaran wisatawan (tourism expenditure) di Situ
Babakan serta pengeluaran unit usaha dan tenaga kerja. Estimasi dampak ekonomi
dilakukan dengan menggunakan multiplier effect.

1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1.

Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran dalam menerapkan ilmu yang telah
diperoleh dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan serta
sebagai syarat kelulusan.

2.

Bagi pengelola, sebagai pertimbangan bagi pengelola dalam pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan pengembangan dan pengelolaan
kawasan wisata Situ Babakan.

3.

Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap disiplin
keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan serta sebagai bahan tambahan
dan rujukan bagi penelitian-penelitian berikutnya.

7

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Situ
Situ, atau danau, merupakan wadah genangan air di atas permukaan tanah
yang terbentuk secara alami atau buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air
hujan, dan/atau limpasan air permukaan. Istilah “situ” biasa digunakan masyarakat
Jawa Barat untuk sebutan “danau kecil”, sementara masyarakat Betawi
menyebutnya sebagai “setu”. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 06 Tahun 2011 tentang pedoman penggunaan sumberdaya air, situ
merupakan sumber air permukaan yaitu tempat atau wadah air alami dan/atau
buatan yang terdapat pada ataupun di atas permukaan tanah. Ukuran situ yang
relatif kecil menyebabkan keberadaannya sangat terancam oleh tingginya laju
sedimentasi. Aktivitas masyarakat di sekitar situ menjadi sangat berpengaruh
terhadap proses pendangkalan situ (Puspita et al. 2005).
Danau memiliki peran mendasar dalam siklus alam berupa penguapan hujan,
serta aliran air di atas dan di bawah permukaan bumi dalam perjalanannya
kembali ke laut. Danau merupakan bagian dari sistem akuatis yang meliputi
sungai, lahan basah, dan air tanah. Lebih dari 90% air tawar di permukaan bumi
diperkirakan berada di danau, baik danau alami maupun buatan (FDI 2003).
Dalam skala dunia, danau telah menjadi perhatian global karena 90% air
tanah di permukaan bumi tersimpan di danau dan waduk. Jumlah danau di
Indonesia diperkirakan sebanyak 840 danau besar dan 735 danau kecil (situ) yang
dapat menampung 500 km3 air atau 72% dari total persediaan air prmukaan di
Indonesia dan bersifat multi fungsi (perikanan, pertanian, air baku, PLTA,
pariwisata). Di samping multi fungsi, danau di Indonesia memiliki kekayaan akan
plasma nutfah ikan 25% dari plasma nutfah dunia (KKP 2009).
Sebagai wilayah penampungan air, situ juga memiliki potensi pemanfaatan
secara ekologis, ekonomis, maupun sosial budaya. Perairan situ merupakan salah
satu ekosistem perairan tergenang yang umumnya berairan tawar dan berukuran
kecil. Fungsi dan manfaat ekosistem tersebut, antara lain sebagai berikut (Puspita
et al. 2005).

8

- Habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan.
- Pengatur fungsi hidrologis.
- Menjaga sistem dan prosen-proses alami.
- Penghasil berbagai jenis sumberdaya alam bernilai ekonomi.
- Penghasil energi.
- Sarana wisata dan olahraga.
- Sumber air.
- Manfaat sosial budaya lainnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 Tahun 2011
tentang pedoman penggunaan sumberdaya air, penggunaan sumberdaya air adalah
pemanfaatan sumberdaya air dan prasarananya sebagai media dan/atau materi
yaitu penggunaan sebagai pembangkit tenaga listrik, transportasi, olahraga,
pariwisata, dan perikanan budidaya pada sumber air. Saat ini, telah banyak situ di
Indonesia yang dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Terdapat dua pendekatan
yang dianggap paling efektif untuk mempromosikan situ, yaitu wisata olahraga
(sport tourism) dan wisata budaya (culture tourism) (Suara Pembaruan 2012).

2.2. Wisata dan Pariwisata
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,
wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Pariwisata bukan merupakan industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan
industri besar yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa
atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya
dalam jasa yang dihasilkan, tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi tempat
kedudukan, letak geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola, dan metode
atau cara pemasarannya (Widyastuti 2010).

9
Clawson dan Knetsch (1975) dalam Aprilian (2009), mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata antara lain sebagai berikut.
1. Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumen potensial,
yaitu:
- jumlah individu yang berada di sekitar tempat wisata,
- distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang
berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal wisata,
- karakteristik sosial ekonomi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,
jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan,
- pendapatan perkapita rata-rata, distribusi pendapatan masing-masing
individu untuk keperluannya,
- rata-rata waktu luang dan alokasinya,
- pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan
dengan rekreasi.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat wisata, yaitu:
- keindahan dan daya tarik,
- intensitas dan sifat pengelolaannya,
- alternatif pilihan tempat wisata lain,
- kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial,
- karakteristik iklim dan cuaca tempat wisata.
3. Hubungan konsumen potensial dengan tempat wisata, yaitu:
- lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat
wisata,
- kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan,
- biaya yang diperlukan untuk berkunjung ke tempat wisata,
- meningkatnya permintaan wisata sebagai akibat promosi yang menarik.

2.3. Ekowisata
Ekowisata adalah wisata yang berkelanjutan secara ekologis, yang
menumbuhkan pemahaman mengenai lingkungan dan budaya (Zar et al. 2002).
Ekowisata merupakan kesatuan dari konservasi, masyarakat, dan wisata yang

10

berkelanjutan. Pihak-pihak yang melaksanakan dan berpartisipasi dalam
ekowisata harus mengikuti prinsip-prinsip ekowisata (TIES 1990), yaitu :
- meminimalkan dampak.
- membangun kesadaran dan rasa hormat terhadap lingkungan dan budaya.
- memberikan pengalaman positif terhadap pengunjung dan tuan rumah.
- memberikan manfaat keuangan langsung untuk konservasi.
- memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat
setempat.
- meningkatkan kepekaan terhadap iklim politik, ekonomi, dan sosial dari
negara tuan rumah.
Menurut Supriatna (2008), ekowisata bukan hanya sebagai salah satu corak
kegiatan

pariwisata

khusus,

melainkan

suatu

konsep

pariwisata

yang

mencerminkan kawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan
dan kelestarian. Pengembangan ekowisata dapat meningkatkan kualitas hubungan
antarmanusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat, dan menjaga
kualitas lingkungan. Ekowisata diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan
apresiasi terhadap alam, nilai-nilai sejarah, dan budaya. Ekowisata memberikan
nilai tambah terhadap pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk
pengetahuan dan pengalaman. Nilai tambah ini memengaruhi perubahan perilaku
pengunjung, masyarakat, dan pengelola pariwisata agar lebih memelihara nilainilai peninggalan sejarah, dan budaya.
Supriatna (2008) juga menyebutkan bahwa ekowisata adalah salah satu
sarana untuk mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Ekowisata memberikan
peluang dan mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah, dan
masyarakat setempat melalui berbagai kegiatan yang non-ekstraktif dan nonkonsumtif sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah setempat. Idealnya,
pembangunan kepariwisataan sebagai aktivitas sosio-ekonomi harus melibatkan
sektor-sektor pemerintahan, swasta, dan masyarakat dalam satu kedudukan dan
peran yang setara sehingga terjadi keterpaduan perencanaan, program, dan
implementasi yang sinergis, komprehensif, multidisiplin, dan multisektoral.

11
2.4. Permintaan Wisata
Menurut Yoeti (2008), permintaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi
ekonomi dan sisi sosial psikologis. Sisi ekonomi menyangkut gejala-gejala
permintaan dalam hubungannya dengan keseluruhan faktor-faktor ekonomi,
sedangkan sisi sosial psikologis meninjau persoalan dari sisi manusia sebagai
konsumen dalam menentukan

pilihannya

untuk membeli barang yang

dibutuhkannya.
Wahab (2003) menyatakan bahwa permintaan wisata dapat dibagi menjadi
permintaan potensial dan permintaan aktual (nyata). Permintaan yang potensial
adalah sejumlah orang yang memenuhi unsur-unsur pokok suatu perjalanan dan
berada dalam kondisi siap untuk berpergian, sedangkan permintaan aktual adalah
orang-orang yang secara nyata bepergian ke suatu daerah tujuan wisata.
Menurut Morley (1990) dalam Milasari (2011), permintaan akan pariwisata
tergantung pada karakteristik wisatawan seperti penghasilan, umur, motivasi, dan
watak. Karakteristik ini masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan untuk
bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk bepergian, dan pilihan
tempat tujuan perjalannya.
Yoeti (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menentukan
permintaan terhadap suatu obyek wisata, antara lain:
- harga,
- daya tarik wisata, fasilitas yang tersedia, dan bentuk-bentuk pelayanan
lainnya seperti transportasi lokal, telekomunikasi, ataupun hiburan,
- kemudahan-kemudahan untuk berkunjung (aksesibilitas),
- pre-travel services dan informasi,
- citra dari obyek wisata tersebut.
Wahab (2003) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
menunjang pertumbuhan pariwisata, antara lain pertambahan waktu luang,
perkembangan teknologi dan urbanisasi, kemajuan alat transportasi, kesejahteraan
ekonomi, faktor-faktor budaya, serta perhatian pemerintah yang meningkat. Selain
itu, terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong individu untuk berwisata.
Menurut Fandeli (1995) dalam Soebagyo (2012), faktor-faktor tersebut antara lain
sebagai berikut.

12

- Keinginan untuk melepaskan diri dari tekanan hidup sehari-hari di kota,
keinginan untuk mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang.
- Kemajuan pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi.
- Keinginan untuk melihat dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru
mengenai budaya masyarakat di tempat lain.
- Meningkatnya pendapatan yang dapat memungkinkan seseorang dapat
dengan bebas melakukan perjalanan yang jauh dari tempat tinggalnya.
-

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhi permintaan wisata di suatu obyek wisata adalah
metode analisis regresi linear berganda. Analisis regresi menyangkut studi tentang
hubungan antara satu variabel yang disebut dengan variabel tak bebas atau
variabel yang dijelaskan dan satu atau lebih variabel lain yang disebut variabel
bebas atau variabel penjelas (Gujarati 2007). Secara luas analisis regresi diartikan
sebagai suatu analisis tentang ketergantungan suatu variabel kepada variabel lain
(yaitu variabel bebas) dalam rangka membuat estiasi atau prediksi nilai rata-rata
variabel tergantung dengan diketahuinya nilai variabel bebas (Lains 2003).
Meskipun analisis regresi berkenaan dengan berkenaan dengan hubungan
antara satu variabel tak bebas dengan satu atau lebih variabel bebas, namun
keterkaitan tersebut tidak selalu menyiratkan adanya hubungan sebab akibat.
Dalam hal ini, tidak selalu berarti bahwa variabel bebas merupakan penyebab dan
variabel tak bebas sebagai akibat. Analisis regresi bisa memiliki salah satu dari
beberapa tujuan berikut (Gujarati 2007).
- Untuk menaksir nilai rata-rata dari variabel tak bebas berdasarkan nilainilai variabel bebas yang ada.
- Untuk menguji hipotesis tentang sifat ketergantungan antarvariabel.
- Untuk memprediksi atau meramalkan nilai rata-rata dari variabel tak
bebas berdasarkan nilai variabel bebas yang berada di luar rentang
sampel.
- Satu atau lebih gabungan tujuan di atas.
Regresi linear berganda adalah regresi di mana lebih dari satu variabel
penjelas, atau variabel bebas, digunakan untuk menjelaskan perilaku variabel tak
bebas. Model regresi linear berganda yang paling sederhana adalah regresi tiga

13
variabel, yang terdiri dari satu variabel tak bebas dan dua variabel bebas (Firdaus
2004). Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
Y = b0 + B1X1t + ... + BnXnt + ut
Keterangan :
Y

= variabel tak bebas

b0

= intercept

b1...bn = koefisien variabel
X2...Xn = variabel-variabel penjelas
u

= faktor gangguan stokhastik

t

= observasi ke-t

2.5. Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi merupakan salah satu dari banyak cara untuk mendefinisikan
dan mengukur suatu nilai. Meskipun berbagai tipe nilai lainnya penting, nilai
ekonomi berguna sebagai pertimbangan ketika membuat pilihan-pilihan ekonomi
yang melibatkan pengorbanan dalam mengalokasikan suatu sumberdaya (King
dan Mazotta 2000).
Pengukuran nilai ekonomi didasarkan pada preferensi individu. Individu
mengekspresikan preferensi mereka melalui pilihan dan pengorbanan yang
mereka lakukan saat menghadapi keterbatasan. Nilai ekonomi adalah ukuran
jumlah maksimal barang dan jasa yang dikorbankan oleh individu untuk
mendapatkan barang, jasa, atau suatu keadaan tertentu (Lipton et al. 1995).
Definisi ekonomi dari “nilai” berakar dari pemikiran bahwa semua
sumberdaya bersifat langka, namun permintaan untuk sumberdaya tersebut relatif
lebih besar dari ketersediannya. Keterbatasan tersebut menimbulkan kebutuhan
untuk membuat pilihan mengenai penggunaan sumberdaya yang tersedia. Unit
satuan moneter yang paling mudah terlihat untuk sebuah barang adalah harga
pasar (market price) barang tersebut. Harga pasar ditentukan oleh keseimbangan
antara permintaan dan penawaran, yaitu harga dan jumlah yang sesuai pada level
di mana keinginan membayar konsumen untuk unit barang berikutnya yang
diproduksi setara dengan biaya produksi barang tersebut (Lipton et al. 1995).

14

Kelebihan dari jumlah yang produsen dapatkan terhadap biaya produksi
mereka disebut dengan surplus produsen. Sedangkan kelebihan dari jumlah yang
bersedia konsumen bayarkan terhadap jumlah yang sebenarnya mereka bayarkan
disebut dengan surplus konsumen. Valuasi ekonomi adalah teknik yang digunakan
untuk menduga nilai ekonomi dari barang pasar dan non-pasar (market dan nonmarket goods), yaitu sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Hal tersebut
menggunakan konsep welfare economics dari surplus produsen dan konsumen
terhadap permasalahan yang menyertakan sumberdaya alam dan kondisi
lingkungan (Lipton et al.1995).
Salah satu metode untuk mengestimasi nilai guna ekonomi dari suatu
ekosistem atau lokasi yang digunakan sebagai obyek wisata berbasis sumberdaya
alam adalah metode biaya perjalanan (travel cost method). Menurut Fauzi (2010),
travel cost method umumnya digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap
tempat rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Seorang konsumen akan
mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat
rekreasi. Nilai (value) yang diberikan konsumen terhadap suatu obyek wisata
berbasis sumberdaya alam dan lingkungan dapat dikaji dengan mengetahui pola
pengeluaran konsumen untuk mengunjungi suatu obyek wisata tersebut. Metode
ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat:
- perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi,
- penambahan tempat rekreasi baru,
- perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi,
- penutupan tempat rekreasi yang ada.
Tujuan dasar dari travel cost method adalah mengetahui nilai kegunaan (use
value) dari sumberdaya alam melalui pendekatan proxy. Secara umum, travel cost
method dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan sederhana
melalui zonasi dan pendekatan individual dengan menggunakan data dari survei.
Menurut Hufschmidt et al. (1987) dalam Mutiarani (2011), pendekatan ini
merupakan pendekatan untuk menilai barang-barang yang tidak memiliki harga
pasar seperti lingkungan, taman umum dan juga tempat rekreasi. Inti dari
pendekatan ini adalah biaya perjalanan ke suatu tempat rekreasi akan

15
mempengaruhi jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seseorang. Hal tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut.
Qi = f (TC, X1,., Xn)
Keterangan :
Qi

= tingkat kunjungan,

TC

= biaya perjalanan

X1...Xn = banyaknya variabel sosial-ekonomi termasuk tingkat pendapatan dan
variabel lain yang sesuai.
Menurut King dan Mazotta (2000), travel cost method dapat diestimasi
menggunakan zonal travel cost approach, individual travel cost approach, dan
random utility approach. Zonal trave cost method adalah pendekatan yang paling
sederhana dan paling murah di antara ketiganya. Zonal travel cost method
diterapkan dengan mengumpulkan informasi mengenai jumlah kunjungan ke
obyek wisata dari berbagai daerah yang berbeda. Waktu dan biaya perjalanan
akan meningkat seiring dengan bertambahnya jarak, oleh karena itu informasi ini
memungkinkan peneliti untuk menghitung jumlah kunjungan yang ‘dibeli’ pada
berbagai ‘harga’ berbeda. Pendekatan ini mengestimasi nilai jasa wisata dari suatu
obyek wisata secara keseluruhan, namun tidak dapat dengan mudah digunakan
untuk mengukur perubahan kualitas wisata. Selain itu, terdapat peluang bagi
pendekatan ini untuk tidak mempertimbangkan beberapa faktor yang mungkin
penting untuk menentukan nilai ekonomi obyek wisata tersebut.
Pendekatan individual travel cost mirip dengan pendekatan zonal, namun
menggunakan data survei dari individu pengunjung dalam analisis statistik alihalih data dari berbagai zona. Metode ini membutuhkan pengumpulan data analisis
yang lebih rumit daripada zonal travel cost method, namun memberikan hasil
yang lebih tepat. Persamaan regresi akan menghasilkan fungsi permintaan bagi
rata-rata pengunjung obyek wisata sehingga rata-rata surplus konsumen pun dapat
diketahui pula sehingga dapat digunakan untuk mengestimasi surplus konsumen
total dari suatu obyek wisata.
Pendekatan random utility adalah pendekatan yang paling rumit dan mahal
di antara ketiganya, namun memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dalam
menghitung keuntungan. Pendekatan ini adalah pendekatan terbaik untuk

16

mengestimasi manfaat dari karakteristik tertentu atau perubahan kualitas suatu
obyek wisata, bukan untuk obyek wisata secara keseluruhan. Pendekatan ini
merupakan pendekatan yang tepat apabila terdapat banyak obyek wisata substitusi.

2.6. Dampak Ekonomi Wisata
Menurut Prayogi (2011), pengembangan suatu obyek wisata dapat
menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap perekonomian masyarakat
sekitar. Dampak positif yang ditimbulkan adalah terbukanya kesempatan bagi
masyarakat untuk membuka usaha sebagai penyedia kebutuhan wisatawan. Hal
tersebut akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat dan secara
tidak langsung berdampak pada sektor industri kecil/rumah tangga. Namun,
perkembangan

pariwisata

juga

memberikan

dampak

negatif

terhadap

perekonomian masyarakat. Salah satu dampak negatif yang menjadi kendala
adalah

belum

meratanya

pendapatan

masyarakat

yang

diperoleh

dari

pengembangan pariwisata, sehingga dapat menimbulkan kecemburuan sosial di
kalangan masyarakat setempat.
Kegiatan wisata merupakan aktivitas ekonomi yang penting di sebagian
besar negara di seluruh dunia. Selain menghasilkan dampak ekonomi langsung,
industri wisata juga memiliki dampak tidak langsung dan lanjutan yang signifikan
(WTTC 2013). Dampak ekonomi wisata di suatu daerah merupakan proses aliran
yang dilihat dari pengeluaran wisatawan, penerimaan bisnis, pendapatan tenaga
kerja, pekerjaan, dan pendapatan pemerintah. Dampak ekonomi yang dihasilkan
oleh sektor pariwisata umumnya diukur dari keseluruhan pengeluaran pengunjung
untuk keperluan akomodasi, konsumsi, perjalanan, dokumentasi, dan keperluan
lainnya. Jumlah dari seluruh pengeluaran tersebut diestimasi dari jumlah total
hari-hari kunjungan dari pengunjung juga pengeluaran rata-rata per hari dari
pengunjung (Frechtling 1994 dalam Setyawati 2012).
Menurut Clement dalam Yoeti (2008), ketika wisatawan mengunjungi suatu
daerah tujuan wisata, mereka pasti akan membelanjakan uang mereka untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan selama berada di obyek wisata tersebut. Uang
yang dibelanjakan oleh wisatawan tersebut, setelah dibelanjakan tidak berhenti
beredar, melainkan berpindah tangan dari satu tangan ke tangan lainnya selama

17
periode tertentu. Semakin cepat uang tersebut berpindah tangan dan semakin lama
uang tersebut beredar akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap
perekonomian pada daerah tujuan wisata yang dikunjungi oleh wisatawan tersebut.
Peristiwa ini disebut dengan efek pengganda (multiplier effect).
Daerah tujuan wisata cenderung menderita karena masalah kebocoran
(leakages). Kebocoran tersebut sering terjadi pada belanja wisatawan yang
dikeluarkan di luar daerah wisata dalam bentuk pembayaran untuk barang dan jasa
yang berasal dari luar daerah wisata. Hal ini mengakibatkan proporsi pengeluaran
wisata di daerah wisata untuk dibelanjakan kembali menjadi lebih kecil. Oleh
karena itu, terjadi efek pengganda pada tingkat lokal (META-Project 2001).
Yoeti (2008) mengutarakan bahwa efek pengganda memiliki beberapa
prinsip sebagai berikut.
- Uang yang dibelanjakan wisatawan tidak pernah berhenti beredar dalam
kegiatan ekonomi di mana uang tersebut dibelanjakan.
- Uang selalu berpindah tangan dari satu orang ke orang lain.
- Semakin cepat uang itu berpindah tangan, semakin besar pengaruh uang itu
dalam perekonomian setempat dan semakin besar nilai koefisien multiplier.
- Uang tersebut akan hilang dari peredaran ketika yang uang tersebut tidak
lagi berpindah tangan, akan tetapi berhenti dari peredaran karena tidak ada
lagi pengaruhnya terhadap perekonomian setempat.
- Pengukuran terhadap besar kecilnya pengaruh uang yang dibelanjakan
wisatawan dilakukan setelah melalui beberapa kali transaksi dalam periode
waktu tertentu.
Analisis dampak ekonomi adalah metodologi untuk menentukan bagaimana
perubahan dalam hal regulasi, politik, terobosan teknologi baru, atau aksi lainnya
memengaruhi pendapatan daerah dan aktivitas ekonomi lainnya termasuk hal
pendapatan, pengeluaran, dan pekerjaan. Namun, analisis dampak ekonomi tidak
menghitung nilai atau manfaat sosial yang dihasilkan dari suatu kegiatan ekonomi.

2.7. Penelitian Terdahulu
Fleming dan Cook (2007) telah melakukan penelitian mengenai nilai dari
kegiatan rekreasi di Danau McKenzie dengan menggunakan metode travel cost

18

method. Danau McKenzie adalah salah satu tujuan wisata paling populer dari
seluruh obyek wisata alami di Pulau Fraser. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
estimasi nilai dari kegia