II PELAYANAN KESEHATAN DAN MAKANAN YANG LAYAK BAGI NARAPIDANA DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA WIROGUNAN YOGYAKARTA.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bahwa hak atas pelayanan kesehatan terhadap narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan belum efektif sesuai dengan
peraturan sxxxperundang-undangan yang mengatur atau dengan kata lain
tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai pelayanan kesehatan. Sedangkan
untuk makanan yang layak bagi narapidana belum sesuai dengan standar
kecukupan gizi yang dianjurkan ( berdasarkan Surat Edaran Dirjen
Pemasyarakatan No.E.PP.02.05-02 tanggal 20-09-2007) yaitu kalori yang
harus ada dalam makanan yaitu 2.250 kkal, tetapi pada kenyataannya
kalori yang terdapat pada makanan sebesar1.750 kkal
2. Kendala – kendala dalam pelayanan kesehatan dan makanan yang layak
bagi narapidana yaitu kurangnya tenaga medis (dokter umum 1 orang dan
dokter gigi 1 orang), tenaga paramedis yang hanya berjumlah 6 orang,
tenaga administrasi 1 orang, sehingga dalam melayani narapidana ketika
mereka datang berobat kurang terlayani dengan baik, dan dalam
pemenuhan gizi dalam makanan untuk narapidana masih juga mengalami
kendala dalam pemenuhan kalori yang seharusnya 2.250 kkal tetapi hanya
terpenuhi sebesar 1.750 kkal yamg diakibatkan masih kurangnya dana
untuk pengadaan makanan di Lapas.


78

79

B. Saran
Pelayanan kesehatan yang terdapat di dalam Lembaga Pemasyarakatan
Wirogunan Klas IIA Yogyakarta perlu ditingkatkan kembali kesadaran
penghuninya, terutama kepada narapidana, karena mereka juga mempunyai
hak sasi manusia yang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Dan meningkatkan kinerja petugas untuk melakukan penyuluhan terhadap
narapidana agar menyadari hak mereka untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Pelayanan makanan yang layak terhadap narapidana perlu diterapkan
metode pencucian dengan air mengalir dan standar resep, bumbu, porsi dan
spesifikasi bahan makanan perlu dibuat guna memudahkan proses administrasi
dan pencatatan. Meningkatkan juga sanitasi dapur sehingga mengurangi resiko
terjadinya kontaminasi dengan cara melengkapi alat pelindung diri seperti
penutup kepala, celemek, sarung tangan dan sebagainya, serta meningkatkan
kebersihan ruang dan peralatan. Sehingga dapat meningkatkan Skor Keamanan

Pangannnya (SKP) serta perlunya Ahli Gizi untuk memantau dan
mengevaluasi jalannya kegiatan di dapur Lapas Klas IIA Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Ashsofa Burhan, Metode Penelitian Hukum, PT Rineka Cipta, Jakarta
Jimly Asshiddiqie, Jimly, S.H., 1995 Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia,
Edisi kesatu, Angkasa, Bandung
Poernomo,Bambang, S.H., DR.. 1986, Pelaksanaan Pidana Penjara dengan
Sistem Pemasyarakatan, Edisi Pertama, Liberty, Yogyakarta.
Herbert L.Packer, dalam Mardjono Reksodi-putro, Sistem Peradilan Pidana,
Pusat Dokumentasi Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.
Peraturan perundang-undangan
Undang Undang Dasar 1945 sesudah amandemen
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang Republik
Pemasyarakatan

Indonesia


Nomor

12

Tahun

1996

Tentang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 02-PK.04.10
Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan

Website
hmibecak.wordpress.com, Andre Dicky Prayudha dan Anna Maria Ayu, “ Esensi
Lembaga Pemasyarakatan sebagai Wadah Pembinaan Narapidana”, Rabu, 20
Agustus 2008 pukul 17.38 WIB.
Http://www.waspada.co.id, 22 Oktober 2010 pukul 10.09 WIB.

www.majalahkonstan.com,_PDF_GENERatED, Sabtu, 11 April 2009, pukul
16:27 WIB
www.bantuanhukum.org, Kepala Bidang Litbang LBH JakartaRealita Kebijakan
Pemasyarakatan, Rabu, 20 Agustus 2008 pukul 17.29 WIB