Jujutsu

(1)

JUJUTSU

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O L E H

YESSY YOSEVINA GULTOM NIM : 082203060

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 

  MEDAN   

2011       


(2)

JUJUTSU 

         KERTAS KARYA 

  Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non‐Gelar  Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah  satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang. 

Dikerjakan 

OLEH: 

YESSY YOSEVINA 

NIM 082203060 

Pembimbing,              Pembaca, 

 

Muhibbah,S.S              Drs.Nandi S   

              NIP 19600822 198803 1 002 

   

   

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII  FAKULTAS ILMU BUDAYA  UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 

MEDAN  2011 


(3)

 

Disetujui Oleh : 

Program Diploma Sastra dan Budaya 

Fakultas Ilmu Budaya 

Universitas Sumatera Utara 

Medan 

 

 

 

 

 

              Program studi DIII Bahasa Jepang 

              Ketua Program Studi 

 

 

              Zulnaidi, SS, M. Hum 

              NIP. 19670807 200401 1 001 


(4)

PENGESAHAN

 

Diterima oleh : 

Panitia Ujian Program Pendidikan Non‐Gelar Sastra Budaya 

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,  

Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III dalam Bidang Studi 

Bahasa Jepang 

 

Pada   

Tanggal : 

Hari   

Program Diploma Sastra Budaya 

Fakultas Ilmu Budaya 

Universitas Sumatera  Utara 

 

Dekan,   

Dr. Syahron Lubis, M.A. 


(5)

 

 

Panitia Ujian : 

No.    Nama                Tanda Tangan   

1. ( )

2. ( )


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Universitas Sumatra Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “Jujutsu”.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Baik dari pengkajian kalimat, penguraian materi, dan pembahasan masalah. Tetapi berkat bimbingan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini. Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak membantu terutama kepada:

1. Bapak Dr.Syahron Lubis ,M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi SS,M,Hum, selaku ketua program studi Bahasa Jepang

D-3 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera U tara.

3. Ibu Muhibbah, SS, selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga selesainya kertas karya ini.

4. Drs.Nandi .S, Selaku Dosen pembaca

5. Ibu Hj. Siti Muharami Malayu, S.S., M.Hum, selaku Dosen wali

6. Seluruh staf pengajar jurusan bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan.


(7)

7. Keluarga yang kukasihi, orang tua tercinta Faber Gultom/Rosinta Simangunsong serta kakak dan adik-adikku; kak destyna, crystin, koko, dodo, serta seluruh keluarga yang selama ini memberikan dukungan, baik secara moril, maupun materi kepada penulis. Terima kasih atas doa dan dukungan kalian. Tak akan bisa aku melangkah sendiri.

8. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Bahasa Jepang stambuk 2008 khususnya

kelasB.

9. Sahabat-sahabat terbaikku Sylvia egita dan Handika Sinaga. Teman yang

selalu ada di saat suka dan duka. Terima kasih buat pengertian, doa, dan motivasi kalian berdua selama ini.

10.Buat semua teman-teman ku, Gloria, Evi Cinra , Icun, Yenni, Siti, bang Dede, Rotua, kak Kristin, Ami, yang tak bosan-bosannya menanyakan bagaimana perkembangan TA. Terima kasih buat perhatian kalian.

11. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, terima kasih buat dukungannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kertas karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan untuk kesempurnaan kertas karya ini sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua .

Medan , Juni 2011

Penulis

Yessy Yosevina Gultom 082203060


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2. Tujuan Peulisan ... 2

1.3. Pembatasan Masalah ... 2

1.4. Metode Penulisan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JUJUTSU 2.1. Pengertian Jujutsu ... 3

2.2. Aliran-Aliran Jujutsu ... 3

2.3. Sejarah Perkembangan Jujutsu ... 6

BAB III SENI TEKNIK JUJUTSU 3.1. Tata Tertib Dalam Berlatih Jujutsu ... 12

3.2. Perlengkapan Jujutsu ... 14

3.3. Teknik-Teknik Jujutsu ... 15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 20

4.2. Saran ... 20


(9)

ABSTRAK

JUJUTSU

Jujutsu adalah istilah generik (umum) yang digunakan kepada bermacam-macam seni beladiri tangan kosong yang diciptakan oleh bangsa Jepang sebelum tahun 1868. Pada dasarnya jujutsu merupakan bentuk-bentuk pembelaan diri yang bersifat defensif dan memanfaatkan “Yawara-gi” atau teknik-teknik yang bersifat fleksibel, dimana serangan dari lawan tidak dihadapi dengan kekuatan. Dari seni beladiri inilah lahir beberapa seni beladiri lainnya yang mempunyai konsep defensif seperti jujutsu diantaranya, Aikido dan Judo.

Jujutsu terdiri atas bermacam-macam aliran (Ryuha), namun pada garis besarnya terbagi atas dua aliran yaitu Kuno dan modern. Aliran Kuno merupakan aliran yang didirikan sebelum tahun 1868 dan masih lestari di negeri Jepang hingga kini. Oleh bangsa Jepang, aliran kuno disebut dengan Koryu. Biasanya pada aliran ini, silsilah keturunan sangat penting dan tekniknya juga dipertahan semurni mungkin tanpa modifikasi sedikitpun. Aliran kuno ini antara lain meliputi Daito-ryu Aikijujutsu, Takenouchi-ryu Jujutsu, Takagi Yoshin-ryu, Araki-ryu jujtsu, Yoshin-ryu Jujutsu kenpo, Kito-ryu Jujutsu.

Aliran Modren merupakan aliran yang berakar pada aliran kuno dan silsilah keturunan nya dapat dibuktikan. tekniknya sebagian telah dimodifikasi untuk kondisi dunia modern. Namun sebagian tradisi kuno masih dipertahankan. Rata-rata dari aliran modren masih berpusat di jepang, terutama yang didirikan oleh bangsa jepang sendiri seperti Hakko-ryu ciptaan Okuyama, Kakodo-ryu ciptaan Yasuhiro Irie, dan Nihon Jujutsu didirikan oleh Sato Shizuya. Jujutsu


(10)

modern menekankan pada bela diri dengan memakai pakaian sehari-hari (Suhada Jujutsu).

Jujutsu harus dilaksanakn dalam suasana yang bersahabat (friendly). Harus digalang rasa persahabatan dan persaudaraan antara sesama anggota dan tentunya juga antara sesama anggota dengan para pelatih. Tata tertib dalam berlatih jujutsu ada 5 yaitu, Rei, Shin Rei, Mute/Hiken/Kamite, Sensei ni Rei, Otage ni Rei (Dohai Ni Rei).

Rei adalah saling menghormat kepada sesama anggota dan pelatih, Shin Rei artinya menghormat kepada Dewa atau Tuhan, Mute yaitu mengakui kepada Dewa atau Tuhan bahwa para murid datang kedalam latihan dengan tangan dan pikiran yang terbuka, Hiken yaitu berjanji kepada Tuhan bahwa kemampuan beladiri yang dimiliki bukan untuk dipamerkan, Kamite yaitu selalu bersyukur dan berdoa kepada Tuhan karna Tuhan akan selalu hadir dan selalu melindungi selama latihan berlangsung, Sensei ni rei artinya menghormat kepada sensei, Otage ni Rei para murid saling mengahadap dan menghormat kepada sesama teman di dojo. Hal ini merupakan sebagai janji kepada sesama teman atau rekan buntuk saling membantu dalam meningkatkan kualitas pribadi masing-masing

Seni beladiri jujutsu diselenggarakan di atas karpet atau matras (tatami) berbentuk segi empat dengan sisi 14,55 meter atau sepanjang 8 tatami yang disejajarkan. Seragam yang dikenakan seorang jujutsuka harus sesuai ukurannya. Seragam Jujutsuka berupa jaket, ikat pinggang dan celana.

Teknik-teknik jujutsu terdiri atas Atemi Waza (menyerang bagian yang lemah dari tubuh), Kansetsu Waza/Gyakudori (mengunci persendian lawan), dan Nage Waza (menjatuhkan lawan).


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Alasan Pemilihan Judul

Jujutsu merupakan seni beladiri yang berasal dari jepang. Dari seni beladiri inilah lahir beberapa seni beladiri lainnya yang mempunyai konsep defensif seperti Jujutsu diantaranya, Aikido dan Judo. Pada dasarnya teknik-teknik jujutsu terdiri atas Atemi Waza (menyerang bagian yang lemah dari tubuh), Kansetsu Waza/Gyakudori (mengunci persendian lawan), dan Nage Waza (menjatuhkan lawan). Teknik Jujutsu berbeda dengan teknik beladiri lainnya. Teknik jujutsu merupakan teknik halus dan tidak pernah melawan tenaga lawan, pukulan dari lawan tidak ditangkis dengan keras tetapi selalu dihindari. Jujutsu tidak berfokus pada kompetisi tetapi hanya berfokus pada olahraga saja.

Di Indonesia seni beladiri jujutsu belum mencapai kemajuan yang pesat dan belum mencapai popularitas seperti seni beladiri lainnya. Bahkan sama sekali ada yang belum mengetahuinya. Dengan alasan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk menulis tentang seni beladiri jepang inidengan judul “Jujutsu”.

1.2Tujuan penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini penulis memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Ingin memperkenalkan salah satu olah raga beladiri jepang.

2. Untuk menjelaskan bahwa teknik jujutsu tidak sama dengan olah raga beladiri lainnya


(12)

1.3Pembatasan Masalah

Dalam penulisan kertas karya ini penulis akan membahas mengenai teknik-teknik yang terdapat dalam seni beladiri jujutsu. Sebelum Bab III penulis juga akan menjelaskan tentang sejarah jujutsu beserta aliran-aliran jujutsu tersebut.

1.4Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah metode kepustakaan. Penulis mengumpulkan data-data atau informasi yang berhubungan dengan topik dan dirangkum untuk dideskripsikan ke dalam tiap bab dalam kertas karya ini.


(13)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG JUJUTSU

2.1 Pengertian Jujutsu

Jujutsu adalah istilah generik (umum) yang digunakan kepada bermacam-macam seni beladiri tangan kosong yang diciptakan oleh bangsa Jepang sebelum tahun 1868. Nama “Jujutsu” berasal dari dua huruf, yaitu

 Ju = flexible/gentle (lentur/halus)

 Jutsu = Art/techniques (Seni/Teknik)

Jadi Jujutsu adalah seni teknik yang lentur atau halus.

Jujutsu pada dasar nya adalah bentuk-bentuk pembelaan diri yang bersifat defensif dan memanfaatkan “Yawara-gi” atau teknik-teknik yang bersifat fleksibel, dimana serangan dari lawan tidak dihadapi dengan kekuatan melainkan dengan cara “menipu” lawan agar daya serangan tersebut dapat digunakan untuk mengalahkan dirinya sendiri.

2.2 Aliran-Aliran Jujutsu

Jujutsu terdiri atas bermacam-macam aliran (Ryuha), namun pada garis besarnya terbagi atas dua aliran yaitu kuno dan modern.

Aliran kuno merupakan aliran yang didirikan sebelum tahun 1868 dan masih lestari di negeri Jepang hingga kini. Oleh bangsa Jepang, aliran kuno disebut dengan Koryu.

Biasanya pada aliran ini, silsilah keturunan sangat penting dan tekniknya juga dipertahankan semurni mungkin tanpa modifikasi sedikitpun. Aliran kuno ini


(14)

antara lain meliputi Daito-ryu Aikijujutsu, Takenouchi-ryu Jujutsu, Takagi Yoshin-ryu, Araki-ryu jujtsu, Yoshin-ryu Jujutsu kenpo, Kito-ryu Jujutsu.

1. Daito-ryu Aikijujutsu

Daito-ryu Aikijujutsu diciptakan pada tahun 1100 oleh Shinra Saburo Minamoto Yoshimitsu, bangsawan dari kaum samurai. Sebagai seorang prajurit, Shinra sering mengamati orang-orang yang terluka dan tewas dalam peperangan sehingga kemudian memepelajari ilmu anatomi, dan akhirnya menemukan prinsip-prinsip kuncian persendian, lemparan, dan menyerang titik vital. Shinra Saburo juga menemukan prinsip circular movement atau gerakan melingkar. Hasil-hasil studi inilah yang mendasari lahirnya seni beladiri Daito-ryu Aikijujutsu, sesuai dengan istananya (istana Daito). Namun demikian, ada sebagian ahli yang berpendapat bahwa Daito-ryu sudah tidak lagi murni Koryu, karena sudah dimodifikasi oleh Takeda Sokaku pada era Meiji, dan dimasa sekarang Daito-ryu memakai sistem sabuk yang diadopsi dari beladiri judo.

2. Takenouchi-ryu Jujutsu

Berdasarkan cerita legenda, Takenouchi-ryu diciptakan oleh pangeran HisamoriTakenouchi, seorang bangsawan yang tinggal di wilayah Okayama. Pada tahun 1532, sang bangsawan bermimpi berjumpa dengan Dewa, kemudian oleh Dewa diajari 5.000 teknik bertarung dan menangkap orang. Dari wangsit Dewata inilah kemudian pangeran Hisamori Takenouchi menciptakan seni beladirinya yang dinamakan Takenouchi-ryu Jujutsu, sesuai dengan namanya. Aliran ini diakui sebagai salah satu yang terhebat pada masa itu, sampai pada tahun 1663,


(15)

Hisayoshi Takenouchi-ryu, mendapatkan penghargaan dari Kaisar Jepang berupa gelar “Kusaka Toride Kaizen”, artinya “pegulat terhebat di seluruh negara”.

3. Takagi Yoshin-ryu

Takagi Umanosuke adalah murid dari Hisayoshi Takenouchi. Takagi Umanosuke menggabungkan ajaran Takenouchi-ryu dengan Takagi-ryu Jujutsu yang berasal dari keturunan keluarganya dan mendirikan aliran baru yang dinamakan Takagi Yoshin-ryu. Takagi Yoshin-ryu dikenal sebagai “Bodyguard school” teknik-tekniknya sebagian besar bukan untuk berperang di luar istana melainkan untuk bela diri di dalam istana .

4. Araki-ryu Jujutsu

Araki Mujinsai, yang mendirikan aliran Araki-ryu Jujutsu adalah salah satu murid dari Hisayoshi Takenouchi, Sama seperti Takenouchi-ryu dan Takagi Yoshin-ryu, aliran ini juga mengandung teknik jujutsu dan persenjataan

5. Yoshin-ryu Jujutsu Kenpo

Pada tahun 1590, seorang dokter dari Nagasaki bernama Akiyama pergi ke negeri China untuk mempelajari seni pengobatan Akupuntur. Selain mempelajari seni pengobatan Akiyama juga mempelajari beladiri kungfu (kenpo). Setelah kembali ke jepang pada tahun 1610, Akiyama bertapa di kuil Temmangu untuk mencari wangsit dari Dewa, demi mengembangkan seni pengobatan dan seni beladiri yang dipelajarinya. Akhirnya setelah bertapa Akiyama memperoleh pencerahan bahwa seni beladiri yang baik bukanlah mengadu kekuatan lawan


(16)

kekuatan, melainkan justru menghadapi kekuatan dengan kelenturan. Dengan menggabungkan antara prinsip kungfu dengan prinsip kelenturan, Akiyama menciptakan beladiri Yoshin-ryu Jujutsu Kenpo. Yoshin-ryu artinya Aliran Jiwa Pohon yu, Jujutsu artinya ‘seni kelenturan’ sedangkan kenpo adalah cara orang jepang untuk menyebut beladiri kungfu cina. Karena aliran ini tercipta berkat ilham dari Dewa, di kemudian hari aliran ini dikenal sebagai Shindo Yoshin-ryu Jujutsu Kenpo; Shindo artinya “jalannya para Dewa”atau sesuai ajaran Dewa.

6. Kito-ryu Jujutsu

Pada tahun 1644-1648, seorang ahli kungfu dari China bernama Chen Yuang Ping (oleh orang jepang dilafalkan “chin Genpin”) tinggal di Jepang, tepatnya di kuil Kokuseiji yang terletak di Edo (sekarang Tokyo). Beliau selama tinggal di Jepang lebih dikenal sebagai ahli keramik. Akan tetapi,Beliau juga bersahabat dengan tiga orang Samurai bernama Miura, Fukuno dan Isogasi. Karena persahabatan yang akrab ini, Mr.Chen mau mengajarkan seni beladiri kungfu dan filsafat taoisme (Yin dan Yang) yang dikuasainya kepada ketiga Samurai tersebut. Oleh Miura dan kawan-kawan, seni kungfu ini dibuat menjadi sebuah aliran seni bela diri tangan kosong yang di sebut Kito-ryu Jujutsu.

Aliran modren merupakan aliran yang berakar pada aliran kuno dan silsilah keturunan nya dapat dibuktikan, tetapi tekniknya sebagian telah dimodifikasi untuk kondisi dunia modern. Namun sebagian tradisi kuno masih dipertahankan. Rata-rata dari aliran modren masih berpusat di jepang, terutama yang didirikan oleh bangsa jepang sendiri seperti Hakko-ryu ciptaan Okuyama, Kakodo-ryu ciptaan Yasuhiro Irie, dan Nihon Jujutsu didirikan oleh Sato Shizuya.


(17)

Jujutsu modern menekankan pada bela diri dengan memakai pakaian sehari-hari (Suhada Jujutsu)

2.3 Sejarah Perkembangan Jujutsu

Sebelum tahun 1603, bangsa jepang mengalami masa perperangan (Sengoku Jidai), dimana negara Jepang terpecah belah menjadi beberapa provinsi, yang dikuasai oleh kepala-kepala daerah (disebut Daimyo). Para Daimyo saling berperang untuk berebut kekuasaan dan wilayah. Dalam perperangan ini, para Daimyo memanfaatkan jasa prajurit professional yang di sebut kaum samurai. Kaum inilah yang mengembangkan seni ksatria (Bujutsu) dan jalan ksatria (Budo). Bujutsu adalah bermacam-macam seni berkelahi yang dipelajari untuk kepentingan peperangan, seperti bajutsu (menunggang kuda), Yarijutsu (seni tombak), Sojutsu (seni lembing), Kenjutsu (seni pedang), Kyujutsu (seni panah), heiho(metode strategi berperang), dan lain-lain. Sementara itu, Budo adalah tuntutan berpikir, bertindak, dan bertingkah laku yang layak bagi seorang Ksatria. Misalnya, harus jujur, berani, tabah, rajin, bertekad kuat, berbelas kasih, patuh kepada atasan, sportif, dan lain-lain.

Dimasa sekarang istilah “Bujutsu” sudah tidak banyak lagi digunakan, justru orang lebih banyak menggunakan istilah “Budo”. Alasannya, Bujutsu dianggap hanya sekedar berlatih teknik- teknik, sedangkan Budo dianggap bukan hanya sekedar tuntunan prilaku sebagai seorang ksatria, namun dianggap menjadi sebuah tuntutan untuk meningkatkan kualitas kpribadian seseorang yang mempelajari Bujutsu.


(18)

Di dalam situasi peperangan, terkadang seorang Samurai kehilangan senjatanya dan harus bertarung dengan tangan kosong. Seorang samurai juga bahkan di perintahkan untuk menangkap lawannya tanpa membunuh lawan tersebut (diculik atau diinterogasi). Oleh karena itu, kaum Samurai juga mengembangkan seni bela diri tangan kosong. Seni bela diri tangan kosong ini pada awalnya dikenal dengan berbagai nama seperti Yoroi Kumi Uchi, Yawara, Shuhaku, Hakudo, Kenpo, Taijutsu, Wajutsu, Koshi no mawari, dan lain-lain. Seni bela diri tangan kosong kaum Samurai ini mencakup jurus-jurus menghindar, menangkis, menangkap, membanting, bergumul, menyerang titik vital, dan teknik-teknik lainnya. Dengan demikian, beladiri Samurai ini termasuk seni beladiri yang komplit untuk pembelaan diri tangan kosong

Setelah masa dinasti Shogun Tokugawa (1603-1868), Seni beladiri tangan kosong ini dikenal dengan nama Jujutsu. Dikatakan demikian karena pada tahun 1603 Shogun Tokugawa berhasil menguasai seluruh Jepang dan masa Sengoku Jidai (zaman perang) telah berakhir. Karena masa peperangan bersenjata telah usai seni beladiri biasanya lebih dimanfaatkan untuk menjaga perdamaian, misalnya untuk menangkap penjahat kriminal atau untuk membela diri dalam sebuah perkelahian. Teknik-teknik Jujutsu juga mengalami perubahan, Yang tadinya bersifat “Yoroi Kumi Uchi” atau bertarung dengan memakai baju besi berubah menjadi “Suhada Jujutsu” atau bertarung dengan pakaian sehari-hari.

Pada tahun 1868 Kaisar Meiji mengeluarkan Dekrit yang membubarkan pemerintahan dinasti bangsawan Tokugawa. Dekrit ini juga mencabut hak-hak istimewa kaum Bangsawan dan membubarkan tentara Samurai. Untuk keamanan negara, dibentuk Tentara Nasional Jepang yang anggotanya direkrut dari semua


(19)

kalangan termasuk rakyat jelata. Tentara Nasional Jepang dididik dengan metode pendidikan Barat dan memakai persenjataan Barat. Oleh karena itu, Pendidikan secara Samurai dianggap kuno. Karena bubarnya tentara Samurai, Sekolah-sekolah Jujutsu banyak mengalami kebangkrutankarena kehilangan pengikut. Akhirnya para guru Jujutsu memutuskan bahwa pintu-pintu perguruan jujutsu dapat mulai dibuka bagi rakyat umum demi kelangsungan hidup perguruan.

Pada tahun 1882, dibentuklah perguruan Jujutsu oleh Profesor Kano seorang opsir tinggi di Kementerian Pendidikan Jepang. Profesor Kano mengumpulkan ahli-ahli Jujutsu dari berbagai perguruan, antara lain Yokoyama Sakujiro dari Tenjin Shinyo-ryu, Isogai Hajime, Nagaoka Hidekazu dari Kito-ryu, Saigo Shirodari Daito-ryu, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk membuat sebuah Jujutsu resmi pemerintahan Jepang yang gunanya adalah untuk standar pendidikan jasmani di seluruh negara Jepang.

Sebelum pecahnya Perang Dunia II, banyak ahli Judo dan Jujutsu yang berimigrasi ke negara-negara Barat, terutama pada tahun 1920-an. Mereka adalah orang-orang yang sudah menguasai Jujutsu, kemudian dididik Judo oleh Profesor Kano di perguruan, dan di perintahkan untuk menyebarkan Judo ke luar negri supaya Judo menjadi olah raga di olympiade dan usaha ini terwujud pada tahun 1964. Diantara para ahli tersebut antara lain, yang berimigrasi ke Prancis, yaitu Kawaishi Mikonosuke, yang berimigrasi ke Inggris, yaitu Uyenishi Sadakazu, Abe Kenshiro, dan Tani Yukio; yang berimigrasi ke Rusia, yaitu Oschepkov. Dari ajaran Oschepkov inilah lahir sambo, yaitu kombinasi antara Jujutsu dengan gulat Rusia); yang berimigrasi ke Brazil, yaitu Maeda Mitsuyo dan yang mengembangkan di USA antara lain Okazaki Seichiro dan Mitose Masayoshi.


(20)

Saat-sat menjelang pecahnya Perang Dunia II, beberapa ahli Jujutsu yang sudah menetap di negara barat memutuskan untuk bersumpah setia kepada pemerintahan USA. Diantaranya adalah Mitose Masayoshi dan Okazaki Seichiro. Mereka kemudian mengajarkan seni beladiri Jujutsu kepada tentara USA dan tentara sekutu termasuk juga tentara Belanda. Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II, Perguruan Seni bela diri seperti Naginatado, Jukendo, dan Judo di tutup atas perintah panglima perang Amerika yaitu Jendral Mac Arthur. Karena Judo dan Jujutsu dianggap sama, maka perguruan-perguruan Jujutsu banyak yang menutup diri dan hanya mengajar secara sembunyi-sembunyi. Akibatnya, Jujutsu mengalami kemunduran. Sebaliknya, perguruan bela diri lain seperti Karate, Shorinji kempo, dan aikido berkembang pesat karena tidak terkena pelanggaran dari Mac athur. Tentara Amerika mengizinkan perguruan-perguruan tersebut dibuka karena dianggap bukan beladiri asli jepang. Karate dianggap bukan beladiri Jepang melainkan beladiri Okinawan (kepulauan jajahan Jepang yang terletak di Taiwan sebelah utara). Shorinji Kempo hasil karya So Doshin dianggap bukan beladiri Jepang melainkan ajaran Budha dari China. Sementara Aikido dianggap bukan seni beladiri, melainkan sebagai ajaran spiritual dari Uyeshiba Morihei.

Pada tahun 1948 beladiri Jujutsu dan beladiri lainnya yang ditutup atas perintah Jendral Mac Athur beroprasi kembali setelah Mr. Kano Risei (anak Profesor Kano) bersumpah setia kepada Jendral Mac Athur bahwa Judo yang diajarkan bersifat olah raga bukan bersifat militer. Pada masa penjajahan Belanda antara tahun 1930-1937, ada seorang keturunan Cina yang mengadakan latihan


(21)

Jujutsu di daerah Jakarta Kota yaitu di suatu tempat yang disebut Molen Filet yang kemudian berubah fungsinya menjadi took barang antic dengan nama polim

Pada saat yang bersamaan di beberapa wilayah lain di pulau Jawa (Jawa Timur) juga ada beberapa orang berkebangsaan jepang yang mengajarkan Jujutsu antara lain Mr.Watanabe Isuki yang mengajarkan Jujutsu kepada Raden Djoko Said (bangsawan Jawa) dan Mr.Saito yang mengajarkan Jujutsu kepada orang Belanda Jan de Jong. Pada sekitar tahun 1955 organisasi Jujutsu yang bersatu dengan organisasi Judo yang di beri nama Jujutsu dan Judo Association Djakarta (JAD) mengadakan pemisahan organisasi. Sehingga, pada tanggal 11 desember 1955 berdirilah Jujutsu Club Djakarta (JCD). Namun karena adanya perkembangan Jujutsu di beberapa tempat seperti di Yogyakarta, Surabaya, Palembang, dan Medan, nama JCD di ubah menjadi Jujutsu Club Indonesia (JCI).


(22)

BAB III

SENI TEKNIK JUJUTSU

3.1 Tata Tertib Dalam Berlatih Jujutsu

Latihan Jujutsu harus dilaksanakn dalam suasana yang bersahabat (friendly). Harus digalang rasa persahabatan dan persaudaraan antara sesama anggota dan tentunya juga antara sesama anggota dengan para pelatih.

Adapun tata tertib dalam berlatih adalah sebagai berikut: 3.1.1 Rei

Rei adalah saling menghormat kepada sesama anggota dan pelatih. Ada dua cara menghormat yang umum, yaitu Tachi Rei (dari posisi berdiri) dan Seiza Rei (dari posisi duduk). Yang dimaksud menghormat secara umum adalah bahwa cara menghormat seperti ini berlaku untuk semua aliran jujutsu. Tachi Rei dan Seiza Rei digunakan dalam semua aliran jujutsu.

Perlu diketahui bahwa dalam tradisi jepang, saat murid menghormat kepada pelatih, pelatih juga menghormat kepada murid. Hal ini menunjukan bahwa seorang pelatih tidak layak untuk menganggap dirinya lebih tinggi daripada muridnya, justru seorang pelatih harus selalu rendah hati dan menempatkan dirinya sebagai seorang pembimbing yang setara dengan muridnya.

3.1.2 Shin Rei

Shin Rei artinya menghormat kepada Dewa atau Tuhan. Cara menghormat didalam setiap aliran berbeda, namun semua aliran jujutsu yang berasal dari Jepang memiliki tata caranya sendiri dalam menunjukan rasa hormat kepada


(23)

Dewa atau Tuhan. Bangsa Jepang beranggapan bahwa Dewa atau Tuhan yang mereka percayai hadir didalam latihan dan turut memberikan bimbingan serta pelajaran.

3.1.3 Mute, Hiken, Kamite

Mute yaitu mengakui kepada Dewa atau Tuhan bahwa para murid datang kedalam latihan dengan tangan dan pikiran yang terbuka, siap menerima pelajaran apapun, dengan tanpa niat buruk dan dengan ketulusan hati.

Hiken yaitu berjanji kepada Tuhan bahwa kemampuan beladiri yang dimiliki bukan untuk dipamerkan, tetapi harus disembunyikan dan tidak boleh menjadi suatu kesombongan

Kamite yaitu selalu bersyukur dan berdoa kepada Tuhan karena Tuhan akan selalu hadir dan selalu melindungi selama latihan berlangsung.

3.1.4 Sensei ni Rei

Setelah aba-aba berhenti dari senpai (senior), kemudian senpai akan berkata “sensei ni rei” yang artinya menghormat kepada sensei. Seluruh siswa, termasuk para senpai, menghormat kepada sensei dalam posisi Seiza Rei sambil berkata “onegaishimasu”. sensei juga akan melakukan hal yang sama kepada para murid

Tindakan ini adalah sebagai janji dari para murid untuk mematuhi petunjuk dan bimbingan dari sensei dan para senpai dan janji dari sensei dan para senpai untuk membimbing para muridnya.


(24)

3.1.4 Otage ni Rei (Dohai Ni Rei)

Setelah senpai memberikan aba-aba Otage ni Rei para murid saling mengahadap dan menghormat kepada sesama teman di dojo. Hal ini merupakan sebagai janji kepada sesama teman atau rekan bahwa akan bekerja sama sebagai saudara seperguruan untuk saling membantu dalam meningkatkan kualitas pribadi masing-masing. Inilah yang disebut Jitta Kyoei atau Mutual Benefit, saling menguntungkan antara sesama saudara seperguruan.

Setelah melakukan tata tertib ini, maka latihan jujutsu dapat dimulai. Upacara penutupan latihan sama persis dengan upacara pembukaan, bedanya hanya pada saat melakukan Sensei ni Rei dan Otage ni Rei, kalimat yang diucapkan adalah “Arigatou Gozaimasu” yang artinya “terima kasih (atas pelajaran yang di berikan)”. Seni bela diri dimulai dan diakhiri dengan sopan santun.

3.2 Perlengkapan Jujutsu 3.2.1 Lantai Jujutsu

Seni beladiri jujutsu diselenggarakan di atas karpet atau matras (tatami) berbentuk segi empat dengan sisi 14,55 meter atau sepanjang 8 tatami yang disejajarkan. Selain dialasi matras, dojo Jujutsu sekarang menggunakan pegas dibawah lantai palsu untuk menahan benturan.

3.2.2 Seragam Jujutsu

Seragam (gi) longgar yang dikenakan seorang jujutsuka (atlet jujutsu)


(25)

celana. Bagian bawah jaket menutupi pantat ketika ikat pinggang dikenakan. Antara ujung lengan dengan pergelangan tangan selisih 5-8 cm. Jaket yang digunakan dirancang untuk menahan benturan tubuh akibat dibanting ke lantai, maka bahannya umumnya lebih tebal dari seragam karate atau bela diri yang lain. Ikat pinggang harus cukup panjang sehingga menyisakan 20-30 cm menjuntai pada masing-masing sisi. Celana yang di pakai sedikit longgar. Antara ujung celana dengan pergelangan kaki selisih 5-8 cm.

3.3 Teknik-Teknik Jujutsu

Jujutsu tidak sama dengan beladiri karate atau bela diri aliran keras

lainnya. Jujutsu adalah beladiri aliran halus dan tidak pernah melawan tenaga lawan. Beberapa teknik Jujutsu akan dibahas agar lebih sempurna dalam melakukan gerakan Jujutsu

3.3.1 Ellebogstoot/Hiji Ate (Serangan dengan siku)

Serangan dengan siku sangat ampuh untuk pembelaan diri bagi wanita karena siku merupakan bagian badan yang dapat menjadi alat pemukul yang tangguh. Didalam teknik ini, Uke mencengkram kera baju Tori dan hendak memukul Tori. Tori melawan pukulan tersebut dengan melakukan pukulan intercept(sente) yaitu menggunakan pukulan Tegatana kebagian dalam siku Uke saat Uke hendak melepaskan pukulan.

Sambil memuntir tangan kanan Uke dengan Tekubidori (pergelangan tangan), Tori mengejutkan Uke dengan pukulan Hiji Ate Kiri kearah dagu. Untuk menghilangkan keseimbangan Uke, Tori mencengkram lengan kanan Uke dengan


(26)

tangan kanan dan melangkahkan kaki kanannya ke sebelah kanan Uke. Setelah Uke kehilangan keseimbangan, Tori melakukan putaran pinggang kea rah kiri, sehingga uke terbanting ke matras. Setelah Uke jatuh, Tori dapat melakukan serangan balasan berupa tendangan/injakan sehingga Uke dapat dikalahkan

3.3.2 Kanisute/Kanibasami

Teknik ini juga termasuk dalam teknik bela diri wanita (Fujin Goshinjutsu). Digunakan dalam situasi dimana Tori telah terjatuh ke matras dan Uke masih berdiri. Tori duduk di matras sambil mengangkat kaki untuk menjaga serangan lawan dan menggunakan tangan untuk menopang tubuhnya. Saat Uke melakukan pukulan kiri, Tori menepis pukulan tersebut sambil menggunting kaki Uke (menekan lutut kiri Uke dengan kaki kanan dan menarik pergelangan kaki kiri Uke dengan kaki kiri). Uke terjatuh ke matras. Jika berlatih dengan kawan, harus hati-hati karena teknik ini dapat mematahkan lutut. Harus dilakukan secara perlahan.

3.3.3 Ashidori

Teknik ini sangat sederhana, namun harus dilakukan dengan timing y ang tepat. Teknik ini sangat baik untuk latihan bagi pemula. Uke bersiap hendak memukul Tori dengan pukulan kanan. Saat Uke melepaskan pukulan, Tori segera menghindar denagn cara turun ke posisi kuda-kuda bawah (Junzukidachi Henka). Pada detik berikutnya Tori langsung “menerkam” ke depan seperti macan, menangkap serta menarik pergelangan kaki kanan Uke dengan tangan kirinya, dan mendorong lutut Uke dengan tangan kanan nya. Teknik ini harus di dukung oleh


(27)

daya dorong yang kuat dari pinggul dan pundak Tori (tidak boleh pakai tenaga tangan saja) supaya Uke terjatuh ke lantai. Kemudian Tori segera mundur ke posisi kuda-kuda dan tetap menjaga kewaspadaan agar tidak terkena tendangan Uke karena Posisi Uke sebelumnya rawan terkena tendangan uke.

3.3.4 Ude Hishigi Waki Gatame Kihon

Teknik Waki Gatame merupakan salah satu teknik teknik terpenting, baik dalam jujdo maupun jujutsu. Teknik ini efektif dan mudah digunakan.

Berikut ini adalah bentuk Kihon (dasar) dari Waki Gatame:

1. Uke menyerang Tori dengan cengkeraman dua tangan kea rah baju.

2. Tori menghilangkan konsentrasi Uke dengan pukulan Shuto kanan ke rahang

kanannya.

3. Tori menangkap punggung tangan Uke dengan tangan kanannya. Ini adalah

persiapan untuk melakukan Waki Gatame.

4. Tori berputar 180 derajat sesuai jarum jam sambil memutir tangan kanan Uke ke bawah ketiak kanannya. Inilah yang disebut Waki Gatame

5. Untuk memaksa Uke menyerang, Tori menekan siku kanan Uke yang

terperangkap di bawah ketiaknya dengan seluruh badan.

3.3.5 Ude Hishigi Waki Gatame

Teknik ini dapat digunakan dalam menghadapi todongan pisau ke perut dari depan. Adapun cara-cara melakukannya adalah:

1. Uke mendorong Tori dengan pisau ke perut dari depan. Tori pura-pura


(28)

2. Saat Uke lengah, Tori melakukan sidenstepping ke kiri depan sambil menyerang mata Uke dengan Nekote (cakaran lima jari kucing), sambil menangkap tangan kanan Uke dengan tangan kirinya

3. Tori memerangkap siku kanan Uke ke bawah ketiak kanannya, dan berputar

!80 derajat sesuai putaran jarum jam untuk melakukan Waki Gatame. Kuda-kuda harus rendah saat menekan siku lawan.

4. Untuk merebut pisau lawan, Tori melakukan tekanan dengan seluruh berat

badannya ke siku kanan Uke sambil memutar dan memelintir tangan Kanan Uke yang memegang pisau.

5. Tori segera merebut pisau Uke

3.3.6 Kotegaeshi

Teknik ini berasal dari aliran Wado-ryu. Cara melakukannya sangat sederhana. Uke bersiap memukul Tori dengan pukulan tangan kanan. Uke melepaskan pukulan, Tori menghindar ke luar sambil melakukan tangkisan tepis kiri (Migi Nagashi Osae Teishouke). Tangkisan ini bukan tangkisan yang keras, melainkan menggunakan prinsip Noru dan Nagashu (mengalir) sesuai doktrin Wado-ryu. Tori menangkis sambil menyiapkan tangan kanan untuk memukul. Tori melepaskan pukulan Uraken kanan untuk menghilangkan konsentrasi Uke, sambil menangkap pergelangan tangan kanan Uke dengan tangan kirinya. Tori kemudian mencengkram tangan kanan Uke dengan kedua tangan nya.

Disaat seperti ini Tori melakukan kuncian Kotegaeshi. Bersamaan dengan kuncian tersebut, Tori melepaskan tendangan kearah kemaluan Uke supaya Uke kehilangan keseimbangan. Tanpa menaruh kembali kaki kanan nya ke tanah, Tori


(29)

langsung meletakan kaki kanannya ke belakang kaki kanan Uke, tujuannya adalah untuk persiapan dalam melakukan bantingan. Tori membanting Uke dengan melakukan puntiran ke tangan kanan Uke yang terperangkap. Untuk mengunci pergelangann tangan dan siku Uke, Tori berputar 180 derajat dengan kaki kanan nya sebagi sumbu. Siku kanan Uke dikunci diatas lutut kanan Tori. Kuncian ini harus dilakukan denngan hati-hati dalam latihan karena bisa mencederai Uke.

3.3.7 Hadakajime

Teknik ini disebut juga Kubiwa atau Zudori yaitu pemanfaatan Hadikajime untuk menangkap lawan. Teknik ini sangat cocok bagi anggota polisi jika ingin menangkap lawan tanpa mencederai lawan tersebut. Uke menyerang Tori dengan pukulan kanan. Tori melakukan tepisan dengan tangan kanan sambil melangkahkan kakinya ke belakang Uke sehingga Tori berada di belakang Uke. Tori langsung melingkarkan tangan kanan nya ke leher Uke dari belakang dan melakukan cekikan Hadakajime. Cekikan ini tujuannya untuk menghentikan aliran darah ke otak sementara dengan memblokir carotid artery di sisi-sisi leher Uke. Dalam latihan, begitu Uke mengatakan “Maitta” atau menepuk tanah tiga kali, segera lepaskan Uke supaya tidak terjadi hal cedera serius.


(30)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Jujutsu adalah cabang seni beladiri yang berasal dari negri Jepang. Jujutsu tidak sama dengan beladiri karate atau beladiri aliran keras lainnya. Jujutsu adalah beladiri aliran halus dan tidak pernah melawan tenaga lawan.

2. Jujutsu terdiri atas bermacam-macam aliran (ryuha), namun pada garis

besarnya terbagi atas dua aliran yaitu kuno dan modren.

3. Jujutsu tidak berfokus pada kompetisi namun tetap efektif. Jujutsu lebih berfokus sebagai olah raga saja.

4.2 Saran

1. Kita sebagai generasi muda, sebaiknya mengisi waktu luang dengan

berbagai macam kegiatan misalnya: olah raga, musik, dan sebagainya.

2. Dalam memilih olahraga kita harus melihat fungsinya terlebih dahulu.

Misalnya, olah raga beladiri jujutsu ini. Selain kita mendapatkan kesehatan badan dan ketenangan spiritual, kita juga bisa menjaga diri sendiri.

3. Sebagai generasi muda selain melakukan olah raga seharusnya ikut serta


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Elmetera, Tim.2010. Warisan Budaya Dunia, Yogyakarta: Elmetera Publishing www.jujutsu.gr.ip


(1)

tangan kanan dan melangkahkan kaki kanannya ke sebelah kanan Uke. Setelah Uke kehilangan keseimbangan, Tori melakukan putaran pinggang kea rah kiri, sehingga uke terbanting ke matras. Setelah Uke jatuh, Tori dapat melakukan serangan balasan berupa tendangan/injakan sehingga Uke dapat dikalahkan

3.3.2 Kanisute/Kanibasami

Teknik ini juga termasuk dalam teknik bela diri wanita (Fujin Goshinjutsu). Digunakan dalam situasi dimana Tori telah terjatuh ke matras dan Uke masih berdiri. Tori duduk di matras sambil mengangkat kaki untuk menjaga serangan lawan dan menggunakan tangan untuk menopang tubuhnya. Saat Uke melakukan pukulan kiri, Tori menepis pukulan tersebut sambil menggunting kaki Uke (menekan lutut kiri Uke dengan kaki kanan dan menarik pergelangan kaki kiri Uke dengan kaki kiri). Uke terjatuh ke matras. Jika berlatih dengan kawan, harus hati-hati karena teknik ini dapat mematahkan lutut. Harus dilakukan secara perlahan.

3.3.3 Ashidori

Teknik ini sangat sederhana, namun harus dilakukan dengan timing y ang tepat. Teknik ini sangat baik untuk latihan bagi pemula. Uke bersiap hendak memukul Tori dengan pukulan kanan. Saat Uke melepaskan pukulan, Tori segera menghindar denagn cara turun ke posisi kuda-kuda bawah (Junzukidachi Henka). Pada detik berikutnya Tori langsung “menerkam” ke depan seperti macan, menangkap serta menarik pergelangan kaki kanan Uke dengan tangan kirinya, dan mendorong lutut Uke dengan tangan kanan nya. Teknik ini harus di dukung oleh


(2)

daya dorong yang kuat dari pinggul dan pundak Tori (tidak boleh pakai tenaga tangan saja) supaya Uke terjatuh ke lantai. Kemudian Tori segera mundur ke posisi kuda-kuda dan tetap menjaga kewaspadaan agar tidak terkena tendangan Uke karena Posisi Uke sebelumnya rawan terkena tendangan uke.

3.3.4 Ude Hishigi Waki Gatame Kihon

Teknik Waki Gatame merupakan salah satu teknik teknik terpenting, baik dalam jujdo maupun jujutsu. Teknik ini efektif dan mudah digunakan.

Berikut ini adalah bentuk Kihon (dasar) dari Waki Gatame: 1. Uke menyerang Tori dengan cengkeraman dua tangan kea rah baju.

2. Tori menghilangkan konsentrasi Uke dengan pukulan Shuto kanan ke rahang kanannya.

3. Tori menangkap punggung tangan Uke dengan tangan kanannya. Ini adalah persiapan untuk melakukan Waki Gatame.

4. Tori berputar 180 derajat sesuai jarum jam sambil memutir tangan kanan Uke ke bawah ketiak kanannya. Inilah yang disebut Waki Gatame

5. Untuk memaksa Uke menyerang, Tori menekan siku kanan Uke yang terperangkap di bawah ketiaknya dengan seluruh badan.

3.3.5 Ude Hishigi Waki Gatame

Teknik ini dapat digunakan dalam menghadapi todongan pisau ke perut dari depan. Adapun cara-cara melakukannya adalah:

1. Uke mendorong Tori dengan pisau ke perut dari depan. Tori pura-pura mengangkat tangan untuk menyerah


(3)

2. Saat Uke lengah, Tori melakukan sidenstepping ke kiri depan sambil menyerang mata Uke dengan Nekote (cakaran lima jari kucing), sambil menangkap tangan kanan Uke dengan tangan kirinya

3. Tori memerangkap siku kanan Uke ke bawah ketiak kanannya, dan berputar !80 derajat sesuai putaran jarum jam untuk melakukan Waki Gatame. Kuda-kuda harus rendah saat menekan siku lawan.

4. Untuk merebut pisau lawan, Tori melakukan tekanan dengan seluruh berat badannya ke siku kanan Uke sambil memutar dan memelintir tangan Kanan Uke yang memegang pisau.

5. Tori segera merebut pisau Uke

3.3.6 Kotegaeshi

Teknik ini berasal dari aliran Wado-ryu. Cara melakukannya sangat sederhana. Uke bersiap memukul Tori dengan pukulan tangan kanan. Uke melepaskan pukulan, Tori menghindar ke luar sambil melakukan tangkisan tepis kiri (Migi Nagashi Osae Teishouke). Tangkisan ini bukan tangkisan yang keras, melainkan menggunakan prinsip Noru dan Nagashu (mengalir) sesuai doktrin Wado-ryu. Tori menangkis sambil menyiapkan tangan kanan untuk memukul. Tori melepaskan pukulan Uraken kanan untuk menghilangkan konsentrasi Uke, sambil menangkap pergelangan tangan kanan Uke dengan tangan kirinya. Tori kemudian mencengkram tangan kanan Uke dengan kedua tangan nya.

Disaat seperti ini Tori melakukan kuncian Kotegaeshi. Bersamaan dengan kuncian tersebut, Tori melepaskan tendangan kearah kemaluan Uke supaya Uke kehilangan keseimbangan. Tanpa menaruh kembali kaki kanan nya ke tanah, Tori


(4)

langsung meletakan kaki kanannya ke belakang kaki kanan Uke, tujuannya adalah untuk persiapan dalam melakukan bantingan. Tori membanting Uke dengan melakukan puntiran ke tangan kanan Uke yang terperangkap. Untuk mengunci pergelangann tangan dan siku Uke, Tori berputar 180 derajat dengan kaki kanan nya sebagi sumbu. Siku kanan Uke dikunci diatas lutut kanan Tori. Kuncian ini harus dilakukan denngan hati-hati dalam latihan karena bisa mencederai Uke.

3.3.7 Hadakajime

Teknik ini disebut juga Kubiwa atau Zudori yaitu pemanfaatan Hadikajime untuk menangkap lawan. Teknik ini sangat cocok bagi anggota polisi jika ingin menangkap lawan tanpa mencederai lawan tersebut. Uke menyerang Tori dengan pukulan kanan. Tori melakukan tepisan dengan tangan kanan sambil melangkahkan kakinya ke belakang Uke sehingga Tori berada di belakang Uke. Tori langsung melingkarkan tangan kanan nya ke leher Uke dari belakang dan melakukan cekikan Hadakajime. Cekikan ini tujuannya untuk menghentikan aliran darah ke otak sementara dengan memblokir carotid artery di sisi-sisi leher Uke. Dalam latihan, begitu Uke mengatakan “Maitta” atau menepuk tanah tiga kali, segera lepaskan Uke supaya tidak terjadi hal cedera serius.


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Jujutsu adalah cabang seni beladiri yang berasal dari negri Jepang. Jujutsu tidak sama dengan beladiri karate atau beladiri aliran keras lainnya. Jujutsu adalah beladiri aliran halus dan tidak pernah melawan tenaga lawan.

2. Jujutsu terdiri atas bermacam-macam aliran (ryuha), namun pada garis besarnya terbagi atas dua aliran yaitu kuno dan modren.

3. Jujutsu tidak berfokus pada kompetisi namun tetap efektif. Jujutsu lebih berfokus sebagai olah raga saja.

4.2 Saran

1. Kita sebagai generasi muda, sebaiknya mengisi waktu luang dengan berbagai macam kegiatan misalnya: olah raga, musik, dan sebagainya. 2. Dalam memilih olahraga kita harus melihat fungsinya terlebih dahulu.

Misalnya, olah raga beladiri jujutsu ini. Selain kita mendapatkan kesehatan badan dan ketenangan spiritual, kita juga bisa menjaga diri sendiri.

3. Sebagai generasi muda selain melakukan olah raga seharusnya ikut serta melestarikan olah raga yang bersifat tradisional.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Elmetera, Tim.2010. Warisan Budaya Dunia, Yogyakarta: Elmetera Publishing www.jujutsu.gr.ip