1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Buku  adalah  sarana  komunikasi  antara  penulis  dengan  pembaca.  Agar kalimat-kalimat yang ditulis bisa dipahami pembaca persis seperti yang dimaksud
penulis, si penulis harus menggunakan tanda baca yang tepat.
1
Demikian pula halnya dengan buku terjemahan. Agar kalimat-kalimat yang terkandung  dalam  bahasa  sumber  bisa  dipahami  oleh  pembaca  dalam  bahasa
sasaran, penerjemah harus memakai tanda baca yang tepat dalam terjemahannya. Penyimpangan  dalam  penggunaan  tanda  baca  akan  menyebabkan  pembaca  salah
paham,  kurang  mengerti  terhadap  maksud  yang  ingin  disampaikan,  atau  kurang nyaman saat membaca.
Berdasarkan penjelasan  di  atas, penulis menganggap perlu untuk  meneliti penggunaan  tanda  baca  dalam  buku  Al-Muwaththa`  Imam  Malik.  Buku  tersebut
adalah  terjemahan  dari  kitab  al-Muwatta`  karya  Mâlik  bin  Anas  atau  yang  lebih dikenal dengan sebutan Imam Mâlik.
Al-Muwatta`  adalah  kitab  yang  berisi  kumpulan  hadis,  pendapat  para sahabat, tabiin, tâ
bi’ al-tâbi’în serta fatwa-fatwa mereka yang dikumpulkan oleh Imam  Mâlik.  Kitab  ini  sangat  berkualitas  sehingga  mendapat  pujian  dari  banyak
ulama, salah satunya Imam al- Syâfi’î yang pernah berkomentar sebagai berikut.
سَنَأ ينأب يكيلاَم يأَطَوُم أنيم ًاباَوَص ُرَ ثأكَأ يمأليعألا َنيم ٌباَتيك يضأرَأْا  يِ اَم .
2
1
Lihat,  Abdul  Chaer,  Tata  Bahasa  Praktis  Bahasa  Indonesia.  Cet.  III  Jakarta:  Rineke Cipta, 2011, h. 71
—72.
2
Abû  Zakariyyâ  Yahyâ  bin  Ibrâhîm  al-Salmâsî,  Manâzil  al-A`immah  al- Arba’ah  Abî
Hanîfah wa Mâlik wa al- Syâfi’î wa Ahmad T.tp: Maktabah al-Mâlik Fahd al-Wataniyyah, 2002,
h. 188.
2
“Di muka bumi ini tidak ada kitab ilmu yang paling banyak mengandung kebenaran selain kitab al-Muwatta
`.” Berdasarkan  reputasinya  yang  terkenal  sebagai  kitab  bermutu  tinggi,  al-
Muwatta` banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, salah satunya bahasa Indonesia. Di antara buku terjemahan  al-Muwatta` dalam bahasa  Indonesia  yang
sudah  beredar  di  masyarakat  adalah  al-Muwaththa`  Imam  Malik  Jilid  1  yang diterbitkan Pustaka Azzam pada 2006.
Berikut adalah salah satu contoh pemakaian tanda baca yang terdapat dalam al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1:
َنَأ ِييرأدُأْا  دييعَس  يَِأ أنَع ،ِييثأيَللا َدييزَي ينأب يءاَطَع أنَع   باَهيش ينأبا أنَع ، كيلاَم أنَع  يَِثَدَحَو ي َللا  َ وُسَر
ىَلَص : َ اَق َمَلَسَو ي أيَلَع ُها
« ُنِذَؤُمألا ُ وُقَ ي اَم َلأثيم اوُلوُقَ ف َءاَدِلا ُمُتأعيََ اَذيإ
»
3
Ia  menceritakan  kepadaku,  dari  Malik,  dari  Ibnu  S yihab,  dari  Atha’  bin  Yazid
Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin
.”
4
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis di atas : Ia menceritakan kepadaku,
dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin S
P O 1
K Yazid  Al  Laitsi,
dari  Abu  Sa’id  Al  Khudri,  bahwa  Rasulullah  SAW  bersabda, “Apabila  kalian  mendengar  adzan,  maka  ucapkanlah  seperti  yang  diucapkan
muadzin .”
O2
3
Mâlik bin Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik Beirut: Dâr Ihyâ` al-Turâts al- ‘Arabî, 1985,
h. 67.
4
Mâlik bin Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1. Penerjemah Nur Alim, dkk Jakarta: Pustaka Azzam, 2006, h. 90.
3
Penyimpangan  penggunaan  tanda  baca  dalam  terjemahan  hadis  di  atas terletak pada pada penggunaan koma sebelum kata maka pada bagian O2. Hal itu
dianggap  penyimpangan  karena  menurut  kaidah  EYD,  kata  maka  tidak  perlu didahului koma.
5
Perbaikan
Ia  menceritakan  kepadaku,  dari  Malik,  dari  Ibnu  Syihab,  dari  Atha’  bin Yazid  Al
Laitsi,  dari  Abu  Sa’id  Al  Khudri,  bahwa  Rasulullah  SAW  bersabda, “Apabila  kalian  mendengar  adzan  maka  ucapkanlah  seperti  yang  diucapkan
muadzin .”
Contoh terjemahan lainnya yang terdapat dalam al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1:
،  كيلاَم أنَع  يَِثَدَحَو يناَمَسلا  حيلاَص  يَِأ أنَع ينَأَْرلا يدأبَع ينأب يرأكَب  يَِأ  ََأوَم ٍيََُ أنَع
َنَأ َََرأ يَرُُ  يَِأ أنَع : َ اَق َمَلَسَو ي أيَلَع ُها ىَلَص ي َللا َ وُسَر
« ِفَصلاَو يءاَدِلا  يِ اَم ُساَلا ُمَلأعَ ي أوَل
وُديَِ أَْ ََُ ، ي َوَأْا أنَأ  ََيإ ا
َم َنوُمَلأعَ ي أوَلَو ،ي أيَليإ اوُقَ بَتأس ََ يريجأهَ تلا  يِ اَم َنوُمَلأعَ ي أوَلَو اوُمَهَ تأس ََ ي أيَلَع اوُميهَتأسَي يحأببصلاَو يَِمَتَعألا  يِ ا
اًوأ بَح أوَلَو اَُُأوَ تََْ »
6
Ia  menceritakan  kepadaku,  dari  Malik,  dari  Sumai  budak  Abu  Bakar  bin Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW  bersabda,  “Seandainya  orang-orang  mengetahui  besarnya  pahala  yang terdapat  adzan  dan  shaf  pertama,  kemudian  mereka  tidak  memiliki  cara  untuk
mendapatkannya  kecuali  harus  beradu  panah  mengundi,  niscaya  mereka  akan beradu panah mengundi. Dan seandainya mereka mengetahui besarnya pahala
bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Kemudian seandainya mereka mengetahui  besarnya  pahala  shalat  Isya  dan  Shubuh  niscaya  mereka  akan
mendatanginya walaupun harus merangkak.
”
7
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 145 : Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin
5
Pamusuk  Eneste,  Buku  Pintar  Penyuntingan  Naskah  Edisi  Kedua.  Cet.  II  Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009, h. 42.
6
Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 68.
7
Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 90 —91.
4
S P
O1 K
Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui
O2 besarnya pahala yang terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak
memiliki  cara  untuk  mendapatkannya  kecuali  harus  beradu  panah  mengundi, niscaya  mereka  akan  beradu  panah  mengundi.  Dan  seandainya  mereka
mengetahui besarnya pahala bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Kemudian  seandainya  mereka  mengetahui  besarnya  pahala  shalat  Isya  dan
Shubuh niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak. ”
Penyimpangan  penggunaan  tanda  baca  dalam  terjemahan  hadis  di  atas terletak pada penggunaan titik sebelum kata dan dan kemudian. Keduanya dianggap
penyimpangan  karena  menurut  kaidah  EYD,  kata  dan  dan  kemudian  tidak  boleh diletakkan  di  awal  kalimat  atau  didahului  titik  karena  keduanya  merupakan
konjungsi  yang  berfungsi  menghubungkan  dua  konstituen  atau  lebih  yang kedudukannya sederajat.
8
Perbaikan
Ia  menceritakan  kepadaku,  dari  Malik,  dari  Sumai  budak  Abu  Bakar  bin Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW  bersabda,  “Seandainya  orang-orang  mengetahui  besarnya  pahala  yang terdapat  adzan  dan  shaf  pertama,  kemudian  mereka  tidak  memiliki  cara  untuk
mendapatkannya  kecuali  harus  beradu  panah  mengundi,  niscaya  mereka  akan beradu  panah  mengundi.  Seandainya  mereka  mengetahui  besarnya  pahala
8
Lihat, Abdul Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia Jakarta: Rineke Cipta, 1993, h. 110.
5
bersegera  ke  masjid  niscaya  mereka  akan  berlomba.  Seandainya  mereka mengetahui  besarnya  pahala  shalat  Isya  dan  Shubuh  niscaya  mereka  akan
mendatanginya walaupun harus merangkak. ”
Berdasarkan  beberapa  temuan  di  atas,  penulis  tertarik  untuk  meneliti penggunaan  tanda  baca  dalam  buku  Al-Muwaththa`  Imam  Malik  Jilid  1  melalui
sebuah  penelitian  skripsi  berjudul  “Penggunaan  Tanda  Baca  dalam  Buku  Al- Muwaththa` Imam Malik Jilid 1: Studi Kasus Kitab Sh
alat”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah