Pengaruh Penambahan Kitin Protein Sebagai Zat Aditif Pada Makanan Ternak Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ayam Broiler

Jurnal Sains Kimia
Vol. 10, No.2, 2006: 67–72

PENGARUH PENAMBAHAN KITIN PROTEIN SEBAGAI ZAT
ADITIF PADA MAKANAN TERNAK UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN AYAM BROILER
Hendri Faisal, Harry Agusnar
Departemen Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155

Abstrak
Penelitian tentang pengaruh penambahan kitin protein sebagai zat aditif pada pakan ternak telah dilakukan. Kitin
protein dibuat melalui proses demineralisasi dengan larutan HCl 2M. Penambahan kitin protein pada pakan
ternak dalam batas 0.5 – 1.5% (b/b) menunjukkan perubahan pada berat badan ayam broiler. Data yang diperoleh
dianalisis secara statistik dengan analisa variansi (ANAVA). Hasil penelitian menunjukkan persentase kenaikan
pada penambahan kitin protein 1.0% (b/b) dan 1.5% (b/b) adalah sebesar 7.2% dan 29%. Pada penambahan kitin
protein 0.5% (b/b) tidak terjadi kenaikan.
Kata kunci: Kitin Protein, Zat Aditif, Pakan Ternak, Ayam Broiler

PENDAHULUAN


Prinsip daur ulang adalah pemanfaatan
limbah suatu industri menjadi bahan baku
oleh industri lain dan menghasilkan suatu
produk baru. Timbulnya kesadaran dalam
mengelola sumber daya alam yang
berkelanjutan menimbulkan minat untuk
memanfaatkan bahan-bahan alam yang
dapat
diaplikasi
secara
komersial.
Sebaiknya bahan-bahan alam ataupun
proses daur ulang tersebut tidak bersifat
racun, mampu terdegradasi secara alami
sehingga merupakan produk yang ramah
lingkungan. Bahan-bahan polimer alam
banyak didapati pada fungi, insekta, kulit
udang, kulit kepiting, kulit blangkas, dan
berbagai jenis hewan berangka luar

(Oguntimein, et al., 2002).
Di Propinsi Sumatera Utara pada
umumnya dan Kota Medan khususnya,
limbah kulit udang belum dimanfaatkan
secara maksimal, hanya sebahagian saja
yang diolah menjadi berbagai produk
seperti campuran terasi, kerupuk, dan
pakan ternak (Yunizal, et al., 2001).

67

Proses ekstraksi kulit udang menjadi
kitin merupakan proses yang sangat
sederhana (Alimuniar dan Zainuddin,
1992). Kitin adalah ikatan 1,4 dari polimer
N-asetil β–D-glukosamin, dan kitosan
adalah N-deasetilasi dari kitin. Keduanya
adalah polisakarida yang dihidrolisis dari
Crustacea, serangga, moluska, jamur,
diperkirakan mencapai ratusan juta ton per

tahun di bumi (Hirano, et al., 1993).
Kitin protein diperoleh dengan pemberian
asam klorida encer pada kulit udang
selama satu hari dan kemudian dicuci
dengan air hingga bersih.
Menurut penelitian Mohammad Amban
Yarmo et al. (2000) telah menggunakan
kitin protein sebagai zat aditif pada
makanan ternak untuk pertumbuhan ayam
dengan konsentrasi penambahan kitin
protein antara 0,25 – 0,75% di mana penelitian
tersebut tidak memberikan perubahan yang
signifikan terhadap pertumbuhan berat
badan ayam.
Berdasarkan uraian di atas peneliti
ingin melihat pengaruh penambahan kitin
protein pada pakan ternak ayam broiler
untuk meningkatkan pertumbuhannya.

Pengaruh Penambahan Kitin Protein sebagai Zat Aditif pada Makanan Ternak

(Hendri Faisal, Harry Agusnar)

BAHAN DAN METODA

-

Bahan
Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian adalah HCl pekat, akuades, kulit
udang, pakan ternak, Selenium, H2SO4
pekat, NaOH solid, H3BO3 solid, Indikator
metil merah, indikator metil biru, dan anak
ayam broiler berumur 1 hari.

-

Metode

Kitin protein diperoleh dengan
menggunakan metode Hackman, 1954.
Kandungan kalsium karbonat dibuang dengan
penambahan HCl 2M ke dalam kulit udang.
Biarkan selama 24 jam dengan pengadukan
sekali-sekali. Kemudian dicuci beberapa kali
dengan air bersih sampai pH netral dan
dikeringkan. Kitin protein dianalisis gugus
fungsinya dengan spektroskopi FT-infra
merah dan dianalisa kandungan proteinnya
dengan metode Kjeldahl. Pencampuran
makanan ayam dan kitin protein dilakukan
dengan metode fisik dengan menggunakan
blender yang kering yaitu dengan
mencampurkan 100 gram pakan ternak
dengan kitin protein 0,5% (b/b), 1,0% (b/b),
1,5% (b/b).
Pembuatan Kitin Protein (Hackman,
1954)


-

-

Sampel kulit udang dicuci lalu
dikeringkan.
Direndam dalam larutan HCl 2 M
selama 24 jam dengan pengadukan
berkali-kali.
Dicuci dengan air bersih sampai pH
netral.
Dikeringkan pada suhu kamar.
Kitin protein yang dihasilkan dianalisa
gugus fungsinya dengan instrumentasi
spektrofotometri infra merah dan
dianalisa kadar proteinnya.

Analisa Kadar Protein
- Ditimbang 0,1 g sampel dan dimasukkan
ke dalam labu Kjeldahl.


-

-

-

-

-

Setelah itu ditambahkan 0,3 g selenium
dan 2,5 mL H2SO4 pekat.
Sampel didekstruksi dalam tabung
reaksi menggunakan Kjeldahl term
pada suhu 400oC sehingga larutan yang
ada di dalam tabung menjadi jernih.
Ditambahkan 50 mL akuades,
dipindahkan sampel tersebut ke dalam
tabung destilasi, ditambahkan 3 tetes

indikator fenolftalein dan juga 5 mL
NaOH 40%.
Disediakan penampung hasil destilat
berupa labu erlenmeyer yang berisi 5
mL H3BO3 3% yang telah dicampur
indikator tashiro dan ditambah 30 mL
akuades.
Dipasang tabung destilasi pada alat
destilasi,
kemudian
diletakkan
penampung destilat pada tempatnya.
Lalu dilakukan destilasi sampai
diperoleh destilat berwarna hijau muda.
Destilat dititrasi dengan HCl 0,01 N
sampai terbentuk warna merah
lembayung.
Dicatat volume titran dan ditentukan %
N.


Penyediaan Pakan
- Untuk pakan bercampur 0,5% (b/b) kitin
protein: Ditimbang pakan sebanyak
100 g dan ditambahkan dengan 0,5 g
kitin protein lalu dicampurkan sampai
homogen.
- Untuk pakan bercampur 1,0% (b/b) kitin
protein: Ditimbang pakan sebanyak
100 g dan ditambahkan dengan 1 g kitin
protein lalu dicampurkan sampai homogen.
- Untuk pakan bercampur 1,5% (b/b) kitin
protein: Ditimbang pakan sebanyak
100 g dan dicampurkan dengan 1,5 g
kitin protein lalu dicampurkan sampai
homogen.
Penimbangan Berat Badan Ayam
- Ayam broiler berumur 1 hari ditimbang
berat awal.
- Diberi pakan yang ditambah kitin
protein 0,5% (b/b).


68

Jurnal Sains Kimia
Vol. 10, No.2, 2006: 67–72

- Ditimbang beratnya 3 hari sekali selama
30 hari.
- Lakukan hal yang sama untuk ayam
yang diberi pakan + kitin protein 1,0%
(b/b), pakan + kitin protein 1,5% (b/b),
dan pakan 100% (blanko).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data hasil pengukuran dan pengaruh
penambahan zat aditif ditunjukkan pada
Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Kadar Protein (%)
pada Kitin Protein, Pakan, dan Pakan
Ditambah Kitin Protein

Kadar Protein (%)
Sampel
Rata-rata
(%)
I
II
III
53,00
52,50
A
53,50
20,57
20,45
B
20,55
20,75
20,65
20,65
C
20,86
20,85
20,85
D
20,99
21,10
21,24
E
Keterangan:
A = Kitin protein
B = Pakan ternak
C = Pakan + kitin protein 0,5% (b/b)
D = Pakan + kitin protein 1,0% (b/b)
E = Pakan + kitin protein 1,5% (b/b)

53,00
20,52
20,70
20,86
21,11

Penyediaan Kitin Protein
Penyediaan kitin protein dalam
penelitian
ini
berdasarkan
metode
Hackman (1954). Kulit udang yang bersih
dan kering direndam dengan larutan HCl
2M selama 24 jam. Perendaman dengan
HCl 2M bertujuan untuk menghilangkan
kandungan kalsium karbonat, kitin protein
basah yang diperoleh segera dilakukan
pencucian dengan air bersih sampai pH
netral dan dikeringkan pada suhu kamar.
Sedangkan penambahan NaOH tidak
dilakukan karena penambahan NaOH akan
menyebabkan terjadinya proses deproteinasi
yang mengakibatkan hilangnya kandungan
protein pada kitin tersebut.

69

Analisis Spektrum FT IR dari Kitin
Protein
Hasil analisis spektrofotometri infra
merah kitin protein diperoleh puncak
sebagai berikut:
Serapan yang berada di daerah
3406,60 cm - 1 menunjukkan adanya gugus
hidroksil (-OH). Adanya puncak di daerah
2924,35 cm-1 menunjukkan adanya ikatan
–CH alifatis. Serapan yang terdapat di
daerah 1643,50 cm-1 menunjukkan pita
serapan gugus C=O suatu amida (-NHCO).
Adanya pita yang terdapat di daerah
1383,09 cm-1 menunjukkan adanya ikatan
metil (-CH3) bending dan pita serapan di
daerah 1074,45 cm-1 menunjukkan adanya
ikatan metilen (-CH2). Berdasarkan hasil
spektrofotometri ini adanya gugus (-OH),
(-CH2), (-CH3), dan (-C=O) menunjukkan
adanya kitin dalam sampel kitin protein
tersebut

Gambar 1. Spektrum FTIR Kitin Protein

Pengaruh Penambahan Kitin Protein
sebagai Zat Aditif pada Pakan Ternak
terhadap Pertumbuhan Berat Badan
Ayam Boiler
Pengujian pengaruh penambahan kitin
protein sebagai zat aditif dalam makanan
ternak untuk meningkatkan berat badan ayam
broiler dilakukan dengan mencampurkan
pakan (standar) dengan kitin protein dalam
batas 0,5% - 1,5% (b/b).

Pengaruh Penambahan Kitin Protein sebagai Zat Aditif pada Makanan Ternak
(Hendri Faisal, Harry Agusnar)

sama, pertumbuhan berat badan ayam
yang diberi pakan dengan penambahan
kitin protein menunjukkan kenaikan berat
badan yang signifikan
dibandingkan
dengan pertumbuhan berat badan ayam
yang
mengkonsumsi
pakan
tanpa
penambahan kitin protein, khususnya pada
penambahan kitin protein 1,0% (b/b).
1000
960
920
880
840
800
760
720
680

B e ra t b a d a n (g )

Dari hasil penelitian yang dilakukan
terjadi peningkatan pertumbuhan berat
badan ayam boiler yang diberi makan
dengan pakan ditambahkan kitin protein
khususnya yang ditambahkan kitin protein
1,0% dan 1,5% (b/b) jika dibandingkan
dengan yang diberi pakan tanpa penambahan
kitin protein. Berat badan ayam yang
mengkonsumsi pakan tanpa penambahan
kitin protein adalah 736,67 g (sebagai
standar), sedangkan berat badan ayam
yang mengkonsumsi pakan ditambahkan
kitin protein 1,0% dan 1,5% (b/b) adalah
950 g (terjadi kenaikan sebesar 29%) dan
790 g (terjadi kenaikan sebesar 7,2%).
Sedangkan pada ayam yang diberi pakan
ditambahkan kitin protein 0,5% (b/b) tidak
terjadi peningkatan berat badan. Mohammad
A. Yarmo, et al. (2000) melaporkan dalam
penelitiannya penambahan kitin protein
dalam makanan ternak komersial pada
batas 0,25 – 0,75% (b/b) sebagai zat aditif
bahwa tidak menunjukkan perubahan yang
signifikan pada berat badan, jumlah telur,
angka kematian, dan konsumsi makanan.
Kenaikan terbesar adalah pada
pertumbuhan ayam yang diberi pakan
ditambahkan kitin protein 1,0% (b/b). Hal
ini disebabkan karena persentase protein
pada pakan tersebut telah terpenuhi dan
juga kitin merupakan polimer rantai
panjang dari N-asetil D-glukosamin yang
dapat
berfungsi
sebagai
pemacu
pertumbuhan dan dapat meningkatkan
daya cerna. Kitin juga dapat membantu
dalam mencerna pakan sehingga menjadi
nutrien yang mudah diserap oleh ayam.
Dari kurva pertumbuhan berat badan
ayam broiler yang diberi makanan dengan
pakan tanpa ditambahkan kitin protein,
pakan ditambahkan kitin protein 0,5%
(b/b), pakan ditambahkan kitin protein
1,0% (b/b), dan pakan ditambahkan kitin
protein 1,5% (b/b) yang terdapat pada
Kurva 1 terlihat bahwa pada hari yang
sama dan jumlah konsumsi pakan yang

640
600
560

0,5% K

520
480

1,5% K
1,0% K

440

Blanko

400
360
320
280
240
200
160
120
80
40
0
0

3

6

9

12

15

18

21

24

27

30

Hari

Kurva.1. Pertumbuhan Berat Badan Ayam Broiler
dengan Variasi Pakan Ternak terhadap
Waktu (Hari)

Hasil Analisis Variansi (ANAVA)
Dari daftar ANAVA dapat dilihat
bahwa:
Fhitung sebesar 203,10 adalah lebih besar
dari Ftabel 0,05 sebesar 2,16 sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan
adanya pengaruh penambahan kitin protein
sebagai zat aditif pada pakan ternak untuk
meningkatkan pertumbuhan berat badan
ayam broiler.

70

Jurnal Sains Kimia
Vol. 10, No.2, 2006: 67–72
Tabel 2. Rancangan Acak Kelompok Pengaruh Penambahan Kitin Protein sebagai Zat Aditif pada Pakan Ternak
Hari

1
4
7
10
13
16
19
22
25
28
30
Jumlah

Pakan
100%
41.67
63.33
105
168.33
233.33
323.33
413.33
486.67
573.33
666.33
736.67
3811.66

Pakan+kitin
protein 0.5%
40
65
125
188.33
268.33
368.33
466.67
536.67
640
673.33
730
4101.66

Kelompok
Pakan+kitin
protein 1.0%
41.67
71,67
150
226.67
333.33
423.33
526.67
616.67
766.67
900
950
5006.68

Pakan+kitin
protein 1.5%
43.33
68,33
98.33
175
258.33
348.33
470
560
646.67
710
790
4168.32

Jumlah
(TPj)

Rerata
(YPj)

166.67
268.33
478.33
758.33
1093.32
1463.32
1876.67
2200.01
2626.67
2950
3206.67
17088.32

41.67
67.08
119.58
189.58
273.33
365.83
469.17
550.01
656.67
737.50
801.67
388.37

F Hitung

F Tabel 5%

16,31
203,10**
-

2,16

Tabel 3. Daftar Anava
Sumber
Keragaman
Kelompok
Perlakuan
Galat
Total

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

3
10
30
43

71948,45
2986021,01
44105,77

Kuadrat
Tengah
23982,82
298602,10
1470,19

Ket : **) = nyata

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan
dapat diperoleh kesimpulan bahwa berat
badan ayam yang diberi pakan ternak tanpa
penambahan kitin protein adalah 736,67 g,
sedangkan berat badan ayam yang diberi
pakan ternak ditambahkan kitin protein
0,5% (b/b), 1,0% (b/b), dan 1,5% (b/b)
adalah 730 g, 950 g, dan 790 g.
Penambahan kitin protein sebagai zat aditif
pada pakan ternak memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan berat badan ayam
broiler dengan kenaikan sebesar 29%.
DAFTAR PUSTAKA
Alimuniar, A. dan Zainuddin. 1992. An Econimical
Technique for Producing Kitosan Advances
Integration Chitin and Chitosan. London:
Elseiver.

71

Charles, J. B. 1973. Introduction Chitin a
Complishment
and
Pharmacaotical
Products. New Jersey: Division.
Cho Kyun Rha. 1973. Chitosan as a Biomaterial
Biotechnology Integrasi The Marine
Science. Massachussets: Massachussets
Institute of Technology.
Hackman, R. H. 1954. Enzyme Degradation of
Chitin and Chitosan. Ester J. Biology
Science.
Hirano, S., Inui, H. Kosaki, H. Uno, Y. dan Toda,
T. 1993. ”Biotecnology and Bioactive
Polymers”, Dalam Gebelin C. G. and
Cavraher, C. E. Jr. (eds.) hal. 43 – 54. New
York: Plenum Press.
Muzzarelli, R. A. A. 1973. Chitin. Oxford: Pergamon
Press.
Milton L., Scott, Malden C. Nesheim and Robert J.
Young. 1976. Nutrition of the Chicken.
Ithaca. New York:M.L. Scott & Associates.
Oguntimein, G., B. Aladejana.Vand Payne. G.
2002. Potential application of chitosan in
waste
water
treatment.
Agricultural
Biotechnology. http://www.Aiche.org/confrences/
techprogram/paperdetail.asp.Diakses tanggal
12-06-2006.

Pengaruh Penambahan Kitin Protein sebagai Zat Aditif pada Makanan Ternak
(Hendri Faisal, Harry Agusnar)
Robert, G. A. F. 1992. Chitin Chemistry. London:
The MacMillan Press.
Rudall, K M., and Kenchington. 1973. The Chitin
System Biology.Review.
Yarmo, Mohammad Ambar et al. 2000. Study on
the Effect of Protein Chitin as a Chicken
Feed
Additive.Malaysia:
University
Kebangsaan Malaysia.
Yumizal, N. Indriati. Murdinah, T. Wikana. 2001.
Pemanfaatan Kulit Udang sebagai Bahan
Baku Makanan. J. Agritech.Vol 21:3.
Zikakis, J. P. 1984. Chitin Chitosan and Related
Enzymes. New York: Academic Press.

72