Pengaruh Aktivitas Kewirausahaan Terhadap Pertumbuhan Usaha Peternakan Ayam Broiler Di Provinsi Jambi (Kasus: Pada Kemitraan Ayam Broiler Pt. Indah Ternak Mandiri)

PENGARUH AKTIVITAS KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
PERTUMBUHAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER
DI PROVINSI JAMBI
(Kasus: Pada kemitraan ayam broiler PT. Indah Ternak Mandiri)

RUFTI PUJI ASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Aktivitas
Kewirausahaan terhadap Pertumbuhan Usaha Peternakan Ayam Broiler Di
Provinsi Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Rufti Puji Astuti
NIM H351130141

RINGKASAN
RUFTI PUJI ASTUTI. Pengaruh Aktivitas Kewirausahaan terhadap Pertumbuhan
Usaha Peternakan Ayam Broiler di Provinsi Jambi (Kasus: pada kemitraan ayam
broiler PT. Indah Ternak Mandiri). Dibimbing oleh RACHMAD PAMBUDY dan
BURHANUDDIN.
Usaha peternakan ayam broiler di wilayah perkotaan, sub urban, dan
wilayah pedesaan, mengalami pertumbuhan usaha yang tidak merata. Wilayah
perkotaan memiliki tingkat pertumbuhan usaha lebih beragam, dibandingkan
wilayah lainnya. Berdasarkan konsep arah pola ruang yang dimiliki, Pemerintah
Provinsi Jambi menetapkan fungsi ruang wilayah perkotaan sebagai zona
distribusi, wilayah sub urban dan pedesaan sebagai zona produksi dan konservasi.
Konsep arah pola ruang juga menciptakan karakteristik usaha dan pelaku usaha
pada masing-masing wilayah. Usaha peternakan ayam broiler di wilayah kota,
dikelola oleh sumber daya manusia yang lebih terdidik, sehat dan sejahtera,

dibandingkan sumber daya manusia di wilayah sub urban dan pedesaan.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis pengaruh faktor karakteristik
wilayah perkotaan, sub urban, pedesaan terhadap aktivitas kewirausahaan; (2)
menganalisis pengaruh faktor karakteristik internal individu dan internal
perusahaan terhadap aktivitas kewirausahaan; dan (3) menganalisis pengaruh
aktivitas kewirausahaan terhadap pertumbuhan usaha peternakan ayam broiler.
Penelitian dilakukan dengan metode survey, di Provinsi Jambi. Responden
penelitian ini berjumlah 140 orang peternak. Analisis yang digunakan yaitu
analisis deskriptif dan kuantitatif, menggunakan Structural Equation Modelling
(SEM). Pengolahan data kuantitatif menggunakan smart partial least square
(Smart –PLS 2.0).
Hasil penelitian menunjukkan, aktivitas kewirausahaan signifikan dan
positif dipengaruhi oleh faktor karakteristik wilayah perkotaan, inovasi, resiko,
dan daya produksi. Indikator yang dominan merefleksikan karakteristik wilayah
kota, inovasi, resiko, dan daya produksi yaitu pusat pasar, sumber daya manusia
yang sejahtera, kesediaan berinovasi, penggunaan metode berproduksi baru,
mengambil resiko produksi, dan efisiensi produksi. Aktivitas kewirausahaan
signifikan mempengaruhi pertumbuhan usaha, dijelaskan oleh indikator
pertumbuhan pendapatan. Wilayah perkotaan merupakan lingkungan paling
mendukung, untuk peternak ayam broiler melakukan aktivitas kewirausahaan.

Kebijakan yang mendukung terciptanya aktivitas kewirausahaan peternak ayam
broiler sangat diperlukan, diantaranya melalui penataan kawasan peternakan,
membuka pasar baru, meningkatkan layanan jasa tarnsportasi dengan peningkatan
jumlah jaringan dan kualitas jalan. Pelatihan penerapan inovasi, dan peningkatan
jumlah fasilitas pendidikan dan kesehatan juga diperlukan untuk meningkatkan
ketersediaan tenaga kerja yang trampil, terdidik, sehat, dan sejahtera.
Kata Kunci: tata ruang wilayah, kewirausahaan, pertumbuhan usaha

SUMMARY
RUFTI PUJI ASTUTI. Entrepreneurship activity influence on the Growth
Enterprises Poultry Broiler in Jambi (Case: in partnership broiler PT. Indah
Livestock Mandiri). Guided by RACHMAD PAMBUDY and BURHANUDDIN.
Poultry businesses in urban, sub-urban and rural areas, experienced a
growth uneven. Urban areas have more diversified business growth rate,
compared to other areas. Based on the concept direction pattern space owned
Jambi provincial government establishes the function of urban space as a zone of
distribution, sub-urban and rural regions as zones of production and conservation.
Concept direction pattern space also creates business characteristics and
businesses in each region. Poultry businesses in the city, managed by the human
resources are better educated, healthier and prosperous, than the human resources

in the sub-urban and rural areas.
The purpose of this study are: (1) analyze the influence of the characteristics
of urban, sub-urban, rural to entrepreneurial activity; (2) analyze the influence of
the internal characteristics of the individual and the company's internal
kewiraushaan activity; and (3) analyze the effect of entrepreneurial activity on the
growth of broiler chicken farm. The study was conducted by survey method, in
the province of Jambi. This survey respondents totaled 140 breeders. The analysis
used is descriptive and quantitative analysis, using Structural Equation Modelling
(SEM). Quantitative data processing using smart partial least square (smart-PLS
2.0).
The results showed a significant and positive entrepreneurial activity is
influenced by factors characteristic of urban areas, innovation, risk, and power
production. The indicators reflect the dominant characteristics of the area of the
city, innovation, risk, and that is the center of power production market, human
resources prosperous, willingness to innovate, use new methods of production,
taking the risk of production, and production efficiency. Entrepreneurial activity
significantly affect business growth, revenue growth is explained by the indicator.
Urban areas are the most supportive environment, for broiler breeders perform
entrepreneurial activity. Policies that support the creation of entrepreneurial
activity broiler breeders is necessary, including through the arrangement of the

farm area, opening new markets, improving services tarnsportasi by increasing the
number and quality of the road network. Training application of innovation, and
increase the number of educational and health facilities are also needed to increase
the availability of skilled labor, well-educated, healthy, and prosperous.
Keywords: spatial region, entrepreneurship, firm growth

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH AKTIVITAS KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
PERTUMBUHAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER
DI PROVINSI JAMBI
(Kasus: pada kemitraan ayam boiler PT. Indah Ternak Mandiri)


RUFTI PUJI ASTUTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji luar komisi: Dr. Ir. Heni Kuswanti Swarsinah, MS.

Penguji dalam komisi: Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Juni 2015 ini adalah
pengaruh aktivitas kewirausahaan terhadap pertumbuhan usah peternakan ayam
broiler di Provinsi Jambi. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Master pada Program Studi Agribisnis,
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tesis ini dapat diselesaikan
dengan baik atas dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
khususnya kepada:
1. Dr Ir Rachmad Pambudy, MS. selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr Ir
Burhanuddin, MM selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala
bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
2. Dr Ir Andriyono Kilat Adhi selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan
kolokium proposal penelitian yang telah memberikan banyak arahan dan
masukan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Dr
Ir Suharno, MADev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, serta seluruh
staf Program Studi Agribisnis atas bantuan dan dukungan yang diberikan
selama penulis menjalani pendidikan pada Program Studi Agribisnis.
4. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIRJEN DIKTI),

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah
memberikan Beasiswa Program Pascasarjana Dalam Negri kepada penulis.
5. Sahabat Rumah Agribisnis, JWJ dan teman-teman seperjuangan Magister
Sains Agribisnis 4 atas masukan dan bantuan selama mengikuti pendidikan.
6. Penghormatan yang tinggi dan terima kasih, penulis sampaikan kepada
Ayahanda tercinta Makruf, Ibunda Setiati Rahayu, Kakak Rufti Puji Lestari,
Rufti Bima Sutisna, Didik Wahyudi, Adihasman Ladeoka, serta adik Rufti
Ragil Pamungkas.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2016
Rufti Puji Astuti

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR


viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
5
5
5


2 TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Kewirausahaan dalam Pembangunan Daerah
Dampak Tata Ruang Wilayah terhadap Aktivitas Kewirausahaan
Kualitas Sumber Daya Masnusia Berdasarkan Perbedaan
Letak Geigrafis
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Kewirausahaan
Aktivitas Kewirausahaan Peternakkan Ayam Broiler di Indonesia

6
6
7
9
9
11
12

3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kewirausahaan dan Pertumbuhan Usaha


14
14
14

Kewirausahaan dan Pembangunan Daerah
Kerangka Pemikiran Konseptual
Konsep Tata Ruang dalam Pembangunan Daerah

16
17
17

Konsep Karakteristik Wilayah dan Pertumbuhan Usaha

19

Konsep Menilai Kualitas Sumber Daya Manusia

20

Kerangka Pemikiran Operasional
Hipotesis

20
22

4 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengambilan Responden
Variabel dan Pengukuran
Analisis Data

22
22
23
23
24
29

5 GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Gambaran Umum Wilayah Penelitian

33
33

Keadaan Geografis

33

Kependudukan dan Tenaga Kerja

35

Gambaran Sistem Kemitraan Ayam Broiler
PT. Indah Ternak Mandiri
Gambaran Umum Perusahaan

37
37
37

Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

37

Penetapan Harga Sapronak dan Hasil Panen

38

Perekrutan Peternak Plasma

40

Pengawasan Peternak Plasma

40

Gambaran Usaha Peternakan Ayam Broiler
6 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Karakteristik Wilayah terhadap Aktivitas Kewirausahaan
Pengaruh Faktor Karakteristik Ruang

41
48
53
55

Pengaruh Faktor karakteristik usaha

58

Pengaruh Faktor karakteristik pelaku usaha

59

Pengaruh Karakteristik Internal terhadap Aktivitas Kewirausahaan
Pengaruh Faktor internal individu
Pengaruh Faktor internal usaha
Pengaruh Aktivitas Kewirausahaan terhadap Pertumbuhan Usaha
Peternakan Ayam Broiler
Faktor Internal Individu

63
64
70
72
72

Faktor Internal Usaha

77

7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

82
82
82

DAFTAR PUSTAKA

83

LAMPIRAN

87

RIWAYAT HIDUP

95

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.

Data populasi ternak ayam broiler Provinsi Jambi
Variabel laten dan manifest karakteristik ruang
Variabel laten dan manifest karakteristik usaha
Variabel laten dan manifest karakteristik pelaku usaha
Variabel laten dan manifest faktor internal
Variabel laten dan manifest pertumbuhan usaha
Klasifikasi Kabupaten/kota dan luas wilayah Provinsi Jambi
Jarak Kabupaten/ kota ke ibukota Provinsi Jambi
Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten/ kota Provinsi Jambi
Penduduk umur 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan
usaha
Jumlah dan persentase peternak kemitraan masing-masing wilayah
Skala usaha peternakan kemitraan masing-masing wilayah
berdasarkan skala pemeliharaan
Lama usaha peternakan kemitraan masing-masing wilayah
Jumlah dan persentase mortalitas ternak usaha peternakan kemitraan
masing-masing wilayah
Feed convertion ratio (FCR) usaha peternakan masing-masing
wilayah
Masa kosong kandang peternakan kemitraan masing-masing wilayah
Variabel manifest yang tidak valid berdasarkan nilai loading factor
Realibilitas model berdasarkan nilai AVE dan Composite Reliability
Sebaran nilai R- square pada evaluasi model struktural
Nilai koefisien Jalur, Rataan, Simpangan Baku, t-values
Koefisien parameter jalur karakteristik wilayah terhadap aktivitas
kewirausahaan berdasarkan original sample dan t-value
Kontribusi indikator karakteristik ruang wilayah kota berdasarkan
nilai loading factor dan t- value
Kontribusi indikator karakteristik usaha wilayah kota berdasarkan
loading factor dan t- value
Kontribusi indikator karakteristik pelaku usaha di wilayah kota
berdasarkan faktor loding dan t- value
Jumlah dan persentase tingkat pendidikan peternak wilayah perkotaan
Koefisien parameter jalur faktor internal terhadap aktivitas
kewirausahaan berdasarkan original sample dan t-value
Kontribusi indikator inovasi berdasarkan nilai loding faktor dan tvalue
Indikator resiko berdasarkan nilai loding faktor dan t-value
Kontribusi Indikator daya produksi berdasarkan nilai faktor loding dan
t-value
Rataan skor dan persentase sebaran skor intensitas inovasi
berdasarkan wilayah
Sebaran rataan skor dan persentase skor kesediaan berinovasi
berdasarkan wilayah

3
24
25
26
27
28
34
34
36
36
41
42
43
44
46
47
48
51
52
52
54
56
59
60
61
64
66
69
71
73
75

32. Sebaran rataan skor dan persentase skor penggunaan metode

berproduksi baru berdasarkan wilayah

76

33. Sebaran rataan skor dan persentase skor resiko dalam pekerjaan

berdasarkan wilayah

76

34. Sebaran rataan skor dan persentase skor resiko dalam produksi

berdasarkan wilayah

77

35. Sebaran rataan skor dan persentase skor diversifikasi produksi

berdasarkan wilayah
rataan skor dan persentase skor efisiensi produksi
berdasarkan wilayah
37. Kontribusi indikator pertumbuhan usaha berdasarkan nilai loading
faktor dan t- value
38. Ringkasan hasil keseluruhan koefisien parameter jalur

78

36. Sebaran

79
79
81

DAFTAR GAMBAR
1. Konsep arah pola ruang Provinsi Jambi
2. Model hubungan karakteristik daerah
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

kewirausahaan dan
pembangunan daerah
Model proses kewirausahaan Bygrave dan zacharakis (2010)
Model pengukuran aktivitas kewirausahaan pendekatan GEM
Model kewirausahaan dan pembangunan daerah
Model hubungan karakteristik wilayah dan pertumbuhan usaha
Kerangka pemikiran operasional pengaruh aktivitas kewirausahaan
terhadap pertumbuhan usaha
Diagram lintas model pengaruh aktivitas kewirausahaan terhadap
pertumbuhan usaha peternakan ayam broiler
Peta administrasi Provinsi Jambi
Peta zonasi pembangunan wilayah Provinsi Jambi
Gambar standarized nilai loading faktor tahap awal model pengaruh
aktivitas kewirausahaan terhadap pertumbuhan usaha
Gambar standarized nilai loading faktor tahap kedua model
pengaruh aktivitas kewirausahaan terhadap pertumbuhan usaha
Nilai t-value evaluasi struktural pengaruh karakteristik wilayah kota
terhadap aktivitas kewirausahaan
Nilai t-value evaluasi struktural pengaruh inovasi terhadap aktivitas
kewirausahaan
Nilai t-value evaluasi struktural pengaruh pengambilan resiko
terhadap aktivitas kewirausahaan
Nilai t-value evaluasi struktural pengaruh daya produksi terhadap
aktivitas kewirausahaan
Nilai t-value evaluasi struktural pengaruh aktivitas kewirausahaan
terhadap pertumbuhan usaha

3
6
15
15
17
19
21
28
33
35
49
50
53
65
68
70
80

DAFTAR LAMPIRAN
1. Data populasi ternak ayam broiler/ Kabupaten kota Provinsi Jambi
2. Data jumlah peternak anggota kemitraan PT.Indah Ternak Mandiri
3. Hasil uji validitas variabel laten dan manifest pada tahap pertama

berdasarkan nilai loading faktor

87
87
88

4. Hasil uji validitas variabel laten dan manifest pada tahap pertama

berdasarkan nilai loading faktor

90

5. Hasil uji validitas variabel laten dan manifest pada tahap pertama

berdasarkan nilai loading faktor

91

6. Hasil evaluasi struktural koefisien jalur path (Outer Weights)

berdasarkan nilai Mean, STDEV, dan T-Values
nilai t-value evaluasi struktural pengaruh
kewirausahaan terhadap pertumbuhan usaha

7. Gambar

92
aktivitas
94

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan zaman saat ini telah memasuki era kreatif. Tolak ukur
kesuksesan pembangunan suatu negara tidak cukup dijelaskan oleh pertumbuhan
ekonomi yang tinggi saja, namun dibutuhkan kreatifitas dan inovasi untuk
menjaga stabilitas perekonomiaannya. Kewirausahaan pada era kreatif berperan
sebagai kunci keberhasilan pembangunan. Banyak peneliti saat ini menaruh
perhatian besar pada peran kewirausahaan dalam pembangunan. Alasannya
kreativitas dan inovasi yang merupakan elemen kunci dari kewirausahaan, dinilai
mampu memberikan pengaruh pada pendapatan masyarakat. Dalam konteks
tersebut kewirausahaan ditempatkan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.
Keberadaan wirausaha juga dinilai mampu menciptakan akselerasi
pembangunan. Kemampuan tersebut ditentukan melalui pembukaan jenis usaha
baru, penyerapan tenaga kerja dan pembukaan lapangan kerja, serta peningkatan
output perkapita nasional. Artinya wirausaha memiliki peran strategis dalam
mendukung program pembangunan secara nasional. Instansi pendidikan dan para
pembuat kebijakan di Indonesia, saat ini juga telah menaruh perhatian besar pada
kewirausahaan. Alasannya seorang wirausaha mampu mengembangkan ide usaha
baru, dan merubahnya menjadi suatu yang menguntungkan.
Masalah kewirausahaan merupakan persoalan paling penting dalam
pembangunan ekonomi. Indikator perkembangan kewirausahaan dapat dipelajari
dari jumlah wirausaha yang dimiliki. lmuwan dari Amerika Serikat (AS) David
Mc Clelland menyatakan bahwa, suatu Negara dapat dikatakan maju apabila
jumlah wirausaha yang dimiliki minimal sebanyak 2% dari jumlah populasi
penduduknya. Menurut Naude (2008), untuk mengetahui jumlah wirausaha di
suatu Negara dapat dilakukan dengan mengukur tingkat aktivitas kewirausahaan.
Naude (2008), mendifinisikan aktivitas kewirausahaan sebagai tindakan-tindakan
seorang wirausaha dalam mengelola usahanya.
Di Indonesia subsektor peternakan ayam broiler, merupakan salah satu
subsektor peternakan yang berkembang pesat. Jika dibandingkan dengan
subsektor peternakan lainnya, subsektor peternakan ayam broiler memiliki
pertumbuhan bisnis yang lebih cepat. Perkembangan subsektor ini, didukung oleh
potensi bisnis dan kandungan inovasi, misalnya inovasi teknologi pakan dan
genetic. Inovasi pada peternakan ayam broiler, menunjukan bahwa dalam
pengelolaan usaha peternakan ayam broiler terdapat berbagai aktivitas
kewirausahaan. Perkembangan inovasi juga telah menyelamatkan dari
keterpurukan yang dialami akibat serangan wabah flu burung. Kondisi yang
demikian, menjadi alasan mengapa pertumbuhan populasi ternak ayam broiler
lebih tinggi diantara subsektor peternakan lainnya. Menurut Burhanuddin et al.
(2013), sektor ini juga layak mendapat dukungan kebijakan dari pemerintah.
Alasannya melalui berbagai aktivitas kewirausahaan yang dimiliki, subsektor
peternakan ayam broiler secara nyata telah mampu berkontribusi positif dalam
menambah pasokan wirausaha baru di Indonesia.
Aktivitas kewirausahaan merupakan suatu fenomena, yang dipengaruhi oleh
konteks. Misalnya dalam kegiatan pembangunan, aktivitas kewirausahaan dalam

2
setiap daerah berbeda dan di tentukankan oleh karaktersistik daerahnya.
Mendukung pernyataan tersebut, Fredin (2013) menyatakan bahwa kewirausahaan
setiap daerah adalah berbeda-beda, ditentukan oleh kondisi dan keinovasian
masing-masing daerah. Oleh karena itu untuk mendukung upaya pemerintah
meningkatkan pasokan wirausaha baru di Indonesia, kewirausahaan di setiap
daerah perlu dipelajari, diantaranya melalui kajian peranan kewirausahaan dalam
pembangunan daerah.
Muller (2013), menyatakan bahwa pembangunan daerah, kewirausahaan
dan karekteristik daerah memiliki keterkaitan. Hubungan ketiganya dijelaskan
melalui model yang memberikan gambaran bahwa, hasil dari pembangunan
daerah ditentukan oleh kewirausahaan dan karakteristik daerah. Kewirausahaan
dan karakteristik daerah, dapat menjadi faktor pendorong bagi pembangunan
daerah. Model Muller (2013), menunjukan bahwa, hasil pembangunan daerah
dipengaruhi oleh faktor kewirausahaan, diukur dari aktivitas kewirausahaan
pelaku usaha. Aktivitas kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor karakteristik
daerah.
Karakteristik daerah dapat tercipta karena adanya perbedaan aturan dalam
distribusi ruang geografi. Maka untuk mempelajari karakteristik daerah dapat
dilakukan dengan pendekatan ilmu geografi. Menurut Ross (2013), karakteristik
daerah merupakan bentuk dari dampak adanya peraturan tata ruang. Karakteristik
daerah diketahui mempengaruhi kondisi kewirausahaan (Ross 2013). Pernyatanpernyataan peneliti sebelumnya, menegaskan bahwa adanya peraturan tata ruang
dalam pembanguan daerah menciptakan berbagai karakteristik daerah, sehingga
kewirausahaan akan direspon berbeda oleh setiap daerah.
Belajar dari hasil penelitian-penelitian negara lain terkait dampak tata ruang
terhadap kondisi kewirausahaan, maka pendekatan spatial menjadi aspek penting
dan menarik untuk diteliti. Faktor-faktor geografis dalam pendekatan spatial,
diketahui dapat mempengaruhi distribusi ruang dan perkembangan ekonomi
daerah. Sehingga melalui pendekatan geografi ini dapat dilakukan analisis secara
lebih mendalam, yang disertai dengan perbandingan faktor-faktor dalam
pembangunan daerah. Jika melalui analisis berbagai karakteristik ruang dapat
menghasilkan kajian aktivitas kewirausahaan peternakan ayam broiler yang
mendalam, maka penelitian kewirausahaan yang berfokus pada perbedaan
karakteristik ruang menjadi penting, dan dapat menambah pengetahuan terkait
peran-peran konsep kewirausahaan dalam pembangunan.

Rumusan Masalah
Subsektor peternakan ayam broiler di Provinsi Jambi, merupakan salah satu
subsektor yang mengalami pertumbuhan bisnis. Usaha peternakan ayam broiler di
Provinsi Jambi saat ini, telah didominasi oleh usaha kemitraan (85%), (Poultry
Indonesia 2015). Pertumbuhan bisnis peternakan ayam broiler di Provinsi Jambi
memang belum terlalu terdengar, jika dibandingkan dengan Provinsi lainnya di
Sumatera. Namun demikian, jumlah populasi ayam broiler hingga tahun 2014,
terus mengalami peningkatan. Tidak hanya itu, Kehadiran berbagai perusahaan
peternakan dan tiga perusahaan pembibitan di Provinsi Jambi, juga menunjukan
bahwa usaha peternakan ayam broiler berpotensi untuk dikembangkan.

3
Provinsi Jambi memiliki konsep pembangunan wilayah yang diarahkan
pada prinsip penggunaan ruang (pola ruang). Konsep pembangunan tersebut
diarahkan untuk menyerasikan kegiatan antar sektor, dengan kebutuhan ruang dan
potensi sumberdaya alamnya. Konsep arah pola ruang Provinsi Jambi (Gambar 1),
menunjukan bahwa setiap ruang memiliki karakteristik. Pemerintah menetapkan
daerah dataran tinggi di wilayah barat, sebagai zona penyangga kegiatan ekonomi
di zona yang ada dibawahnya. Zona tengah ditetapkan sebagai tempat berproduksi,
dan dataran rendah di wilayah timur sebagai outlet perdagangan (Bappeda
Provinsi Jambi, 2005 dalam RTRW Provinsi Jambi 2006-2020).

Gambar 1

Konsep arah pola ruang Provinsi Jambi
Sumber : RTRW Provinsi Jambi 2006-2020.

Pelaksanaan program kemitraan usaha peternakan ayam broiler di Provinsi
Jambi saat ini dilakukan di 3 zona. Secara umum ketiga zona memiliki fungsi
ruang yang berbeda, lalu apakah kondisi usaha peternakan pada ketiga zona juga
berbeda?. Gambar 1, menunjukan letak masing-masing zona berdasarkan
fungsinya. Zona timur berada di wilayah perkotaan, sedangkan zona tengah dan
barat berada di wilayah sub urban dan pedesaan. Berdasarkan data statistik
peternakan Provinsi Jambi, populasi ayam broiler pada periode 2012-2014 terus
mengalami peningkatan. Angka pertumbuhan populasi ayam broiler pada masingmasing wilayah zona dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data populasi ternak ayam broiler Provinsi Jambi
Zona
Tengah
Barat
Timur

Kabupaten
Batang Hari
Bungo
Muaro Jambi

2012
4.185.000
1.171.800
164889

Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jambi, 2014

Tahun
2013
4.285.440
2.870.072
824707

2014
4.713.984
3.157.079
907178

4
Angka pertumbuhan populasi pada ketiga wilayah tidak merata. Data pada
Tabel 1 menunjukan bahwa usaha di wilayah perkotaan memiliki tingkat
pertumbuhan yang lebih beragam. Jumlah populasi ternak ayam broiler di wilayah
perkotaan lebih kecil dibandingkan wilayah lainnya. Namun demikian jika
melihat tingkat pertumbuhan populasinya, usaha di wilayah kota memiliki angka
pertumbuhan populasi tertinggi (13%) pada tahun 2014. Pertumbuhan usaha
peternakan ayam broiler dicerminkan oleh peningkatan skala pemeliharaan, atau
jumlah populasi ternak yang dipelihara. Artinya tingkat pertumbuhan populasi
ternak ayam broiler pada Tabel 1, juga dapat dipahami sebagai pedoman
pertumbuhan usaha. Pertanyaan selanjutnya apa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan usaha ayam broiler yang tidak merata di setiap wilayah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha perlu untuk diteliti.
Menurut Dhamija et al. (2013), perbedaan sumber daya manusia baik kuantitas
dan kualitasnya, serta akses sumber daya dan infratsruktur yang berbeda akan
menentukan tingkat efisiensi usaha disuatu wilayah. Dhamija et al. (2013), juga
berpendapat bahwa, karakteristik pelaku usaha, karakteristik usaha, dan
karakteristik lingkungan geografi, merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan usaha. Karakteristik-karakteristik ini dipengaruhi oleh akses sumber
daya dan infrastruktur (Dhamija et al. 2013). Bagaimanakah karakteristik pelaku
usaha dan karakteristik usaha peternakan ayam broiler di Provinsi Jambi?, jika
usaha tersebut terdapat pada zona yang memiliki karakteristik lingkungan geografi
yang berbeda.
Jumlah penduduk dan kelengkapan pembangunan infrastruktur di suatu
wilayah, secara umum berbanding lurus. Pada wilayah yang memiliki jumlah
penduduk lebih besar, akan memperoleh pembangunan infrastriktur yang lebih
lengkap dibanding wilayah lainnya. Wilayah perkotaan, diketahui memiliki
karakteristik luas wilayah yang paling kecil dari zona lainnya. Namun wilayah
kota, memiliki jumlah penduduk terbesar, dapat dikatakan bahwa pusat
pemukiman penduduk, pusat pendidikan, dan pusat perdagangan berada di kota.
Wilayah kota juga memiliki kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan yang lebih
baik dari zona lainnya. Pembangunan infrastruktur juga dipengaruhi oleh kondisi
geografi wilayahnya. Dalam konteks ini diketahui bahwa kondisi geografi wilayah
kota yang didominasi dataran rendah, telah mempermudah dan mempercepat
proses pembangunan infrastruktur.
Pertumbuhan usaha merupakan salah satu dampak dari proses
kewirausahaan, untuk mengetahui faktor pertumbuhan usaha, dapat dilakukan
dengan menilai kondisi kewirausahaanya. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian
yang mengukur aktivitas kewirausahaan peterenakan ayam broiler di Provinsi
Jambi. Aktivitas kewirausahaan juga dipengaruhi oleh karakteristik daerah (Fredin
2013). Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan perbedaan pertumbuhan
usaha peternakan ayam broiler Provinsi Jambi, maka kajian mengenai
karakteristik-karakteristik wilayah Provinsi Jambi perlu diidentifikasi lebih
mendalam. Apakah karakteristik setiap wilayah mempengaruhi aktivitas
kewirausahan dan pertumbuhan usaha?. Untuk itu diperlukan analisis faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha secara menyeluruh, dengan
pendekatan kewirausahaan dan geografi. Pembangunan sektor peternakan ayam
broiler melalui kemitraan lebih lanjut membutuhkan suatu kebijakan. Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Aktivitas

5
Kewirausahaan terhadap pertumbuhan usaha peternakan ayam broiler kemitraan
di Provinsi Jambi”. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang
telah diuraikan tersebut, maka perumusan masalah dari penelitian ini diantaranya:
1. Bagaimana karakteristik wilayah perkotaan, sub urban, dan pedesaan di
Provinsi Jambi. Apakah karakteristik wilayah mempengaruhi aktivitas
kewirausahaan.
2. Bagaimana karakteristik internal individu dan internal usaha pada usaha
peternakan ayam broiler kemitraan di Provinsi Jambi. Apakah karakteristik
internal mempengaruhi aktivitas kewirausahaan.
3. Apakah aktivitas kewirausahaan mempengaruhi pertumbuhan usaha
peternakan ayam broiler kemitraan di Provinsi Jambi.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis pengaruh faktor karakteristik wilayah perkotaan, sub urban,
dan pedesaan, terhadap aktivitas kewirausahaan.
2. Menganalisis pengaruh faktor karakteristik internal individu dan internal
usaha terhadap aktivitas kewirausahaan.
3. Menganalisis pengaruh aktivitas kewirausahaan terhadap pertumbuhan
usaha peternakan ayam broiler kemitraan Provinsi Jambi.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah, dapat memberikan
informasi kepada pemerintah Provinsi Jambi mengenai tingkat aktivitas
kewirausahaan pada sektor peternakan ayam broiler. Juga memberikan informasi
tentang faktor- faktor pembentuk aktivitas kewirausahaan peternakan ayam broiler
kemitraan di di setiap wilayah, yang berkontribusi menciptakan wirausaha baru.
Harapannya informasi dari penelitian ini dapat menjadi landasan untuk
rekomendasi kebijakan yang memihak kepada sektor peternakan ayam broiler
kemitraan di Provinsi Jambi.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi untuk menjawab permasalahan pengaruh aktivitas
kewirausahaan terhadap pertumbuhan usaha peternakan ayam broiler di Provinsi
Jambi, berdasarkan karakteristik wilayah. Zona dalam penelitian ini, adalah
pembangian wilayah Provinsi Jambi dalam rencana tata ruang wilayah,
berdasarkan fungsional suatu kawasan. Aktivitas kewirausahaan dalam penelitian
ini dibatasi pada aktivitas kewirausahaan peternakan ayam broiler kemitraan.
Pertumbuhan usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertumbuhan
usaha peternakan ayam broiler kemitraan yang didekati dari peningkatan skala
usaha dan tingkat pendapatan. Secara keseluruhan penelitian ini mempelajari
pertumbuhan usaha yang dilihat dari sudut pandang ilmu kewirausahaan, dalam
konteks bisnis dan tata ruang wilayah.

6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Kewirausahaan dalam Pembangunan Daerah
Korelasi kewirausahaan dan pembangunan ekonomi merupakan masalah
yang kompleks. Penelitian sebelumnya oleh Muller (2013) yang menggunakan
model hubungan kewirausahaan dan pembangunan daerah, menyatakan bahwa
dalam konteks tata ruang aktifitas kewirausahaan yang tercipta disuatu daerah,
dipengaruhi oleh kondisi karakteristik daerah. Model hubungan kewirausahaan
dan pembangunan daerah (Gambar 2), menggambarkan peranan kewirausahaan
yang diukur dari tingkat aktivitas kewirausahaan dalam menentukan
pembangunan daerah. Dalam konteks tersebut fokus penelitian yang
dikembangkan adalah bagaimana kewirausahaan berkontribusi dalam
pembangunan daerah, sehingga kewirausahaan dipahami sebagai inisiator
pembangunan daerah.

Interplay/recursive links btw, context and entrepreneurship in
relation to regional evelopment

R
Regional/Spatial
Context

E

RD

Entrepreneurship

Regional
Development
How entrepreneurship contributes
to regional context and development

How regional structural
affect regional entrepreneurship

Drivers/Structural condition

Gambar

2

Outcomes

Activity

Model hubungan karakteristik
pembangunan daerah

daerah

kewirausahaan

dan

Sumber : Muller 2013

Model yang sama (Gambar 2) juga telah digunakan oleh (Giannetti &
Simonov 2004; Ross 2013) untuk fokus penelitian yang berbeda, yaitu menganalis
bagaimana dampak tata ruang terhadap kewirausahaan daerah. Konteks tata ruang
menciptakan karakteristik daerah, pada akhirnya menentukan kondisi
kewirausahaan suatu daerah yang diukur dengan aktivitas kewirausahan pelaku
usaha. Hasil keduanya menyatakan bahwa dilihat dari tingkat aktivitas
kewirausahaannya, karakteristik daerah telah menciptakan kondisi kewirausahaan
yang berbeda pula.
Muller (2013), menggunakan model hubungan karakteristik daerah,
kewirausahaan dan pembangunan daerah (Gambar 2), yang dibangun dari
beberapa studi literatur. Variabe-variabel tersebut memiliki hubungan yang saling
terkait, baik langsung maupun tidak langsung. Bukti empiris telah disumbangkan
sebagian besar (51%) oleh fokus penelitian pengaruh karakteristik daerah terhadap

7
aktivitas kewirausahaan dan bagaimana kontribusi kewirausahaan terhadap
pembangunan daerah. Garis penghubung menjelaskan tingkat kontribusi
penelitian sebelumnya dalam menyumbangkan bukti empiris, sedangkan garis
putus-putus menunjukan keterbatasan jumlah penelitian yang berhasil
membuktikan keterkaitan hubungan tersebut.
Fokus penelitian terkait peran kewirausahaan khususnya aktivitas
kewirausahaan ditujukan untuk menciptakan tingkat pertumbuhan daerah yang
tinggi dengan menciptakan suasana lokasi usaha didaerah yang mendukung
terbentuknya aktifitas kewirausahaan. Tingkat aktivitas kewirausahaan adalah
berbeda di setiap daerah, dijelaskan oleh variasi tingkat memulai usaha baru per
1000 penduduk di wilayah Swedia dalam berbagai sektor (Davidsson et al.1994).
Bukti empiris terkait faktor-faktor penentu aktivitas kewirausahaan daerah dalam
konteks tata ruang dijelaskan oleh (Davidsson et al. 1994), dengan meggunakan
keragaman karakteristik daerah perkotaan, dan pedesaan sebagai variabel
pengamatan.
Karakteristik daerah dapat dijelaskan oleh faktor struktur ketenagakerjaan
yang ditentukan oleh tingkat pendidikan tenaga kerja. Hasil penelitian
menyatakan bahwa tingkat memulai usaha baru memiliki hubungan positif
dengan tingkat pendidikan. Peran nyata kewirausahaan dalam pembangunan
daerah di Indonesia menurut Yulia P. dan Poppy (2013), mampu meningkatkan
kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi daerah kota Semarang. Dalam konteks
ini kemampuan wirausaha dalam melihat peluang berdampak pada terciptanya
lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja, pada akhirnya meningkatkan
pendapatan daerah.
Dampak Tata Ruang Wilayah terhadap Aktivitas Kewirausahaan
Peran kewirausahaan dalam konteks tata ruang di tingkat daerah, telah
dibuktikan secara empiris oleh Ross (2013). Fokus penelitian tersebut adalah pada
konteks tata ruang wilayah. Ross (2013) menyatakan bahwa tingkat keberlanjutan
aktivitas kewirausahaan di setiap daerah berbeda-beda, terutama dijelaskan oleh
indikator faktor sosial ekonomi (kondisi penawaran, kondisi permintaan,
aglomerasi, budaya dan kebijakan pemerintah). Senada dengan hasil penelitian
Ross (2013), terdapat penelitian yang mengkaji masalah peranan penting
kewirausahaan, dalam menentukan pertumbuhan ekonomi. Fokus yang dikaji
adalah pembentukan dan perluasan usaha baru yang ditentukan oleh variasi
spasial aktivitas kewirausahaan pada tingkat daerah (Bosma dan Schutjens 2009;
Fritsch dan Mueller 2007). Penelitian tersebut memberikan gambaran tentang
penentu aktivitas kewirausahaan, diantaranya adalah karakteristik individu.
Feldman (2001), menyatakan bahwa variasi spasial aktivitas kewirausahaan
penting untuk diteliti, dan tidak hanya ditentukan oleh faktor individu, tetapi juga
ditentukan oleh faktor lingkungan. Audretsch (2002) dalam Ross (2013),
menjelaskan faktor lingkungan dengan pendekatan
sisi permintaan dan
penawaran. Kedua sisi tersebut dalam hal ini ditentukan oleh kondisi karakteristik
struktural dari perekonomian suatu daerah. Fokus dari pendekatan sisi permintaan
adalah ketersediaan peluang atau kesempatan kewirausahaan, sedangkan
pendekatan sisi penawaran fokus pada kapasitas atau kemampuan kewirausahaan
suatu daerah.

8
Perbedaan spasial terkait kondisi pasar suatu daerah cenderung penting
untuk dipelajari (Bosma et al. 2008), karena sebagian besar kegiatan memulai
usaha baru maupun ekspansi usaha dilakukan bergantung pada kondisi pasar suatu
daerah. Kondisi pasar masing-masing daerah dipahami sebagai suatu karakteristik.
Artinya Kondisi pasar penting untuk dikaji dalam memahami dampak tata ruang
wilayah, karena pertumbuhan usaha di suatu daerah adalah ditentukan oleh
kondisi pasar yang ada.
Berdasarkan informasi dari beberapa penelitian sebelumnya, diketahui
bahwa ukuran populasi dan perubahan pertumbuhan jumlah penduduk dapat
dipahami sebagai indikator yang menjelaskan kondisi permintaan setiap daerah,
begitu juga dengan pendapatan dan perubahan tingkat pendapatan. Secara
keseluruhan diketahui bahwa suatu daerah dengan kondisi permintaan yang lebih
tinggi memberi pengaruh positif pada tingkat aktivitas kewirausahaanya yang
tinggi pula, dan sebaliknya. Sehingga faktor kondisi permintaan menurut peneliti
dapat digunakan untuk menganalisis tingkat perbedaan aktivitas kewirausahaan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
dan kemampuan manajerial tenaga kerja yang lebih tinggi, menentukan tingkat
modal manusia yang tersedia, pada akhirya menghasilkan tingkat aktivitas
kewirausahaan yang lebih tinggi juga. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,
maka modal manusia dalam penelitian ini adalah hubungan tingkat pendidikan
wirausaha dengan kemampuan berwirausaha. Dalam hal ini diasumsikan bahwa
daerah yang memiliki modal manusia tinggi, merupakan lingkungan yang lebih
baik untuk melakukan aktivitas kewirausahaan. Maka faktor penawaran yang
dimaksud dalam penelitian ini dijelaskan oleh kualitas sumberdaya manusia.
Ketersediaan sumber daya disuatu daerah akan mempengaruhi proses
kewirausahaan. Arzeni, Eposti dan Sotte (2002) dalam Fuduric (2008)
menyatakan bahwa, konteks tata ruang menyebabkan ketersediaan sumber daya
disetiap daerah berbeda-beda. Artinya sumber daya yang tersedia ditentukan oleh
ruang, sehingga diketahui bahwa sumber daya ditentukan oleh karakteristik
individu maupun lingkungan. Maka perbedaan jumlah sumber daya yang tersedia
pada suatu ruang akan menghasilkan kondisi aktivitas kewirausahaan yang
berbeda pula.
Steyaert & Kazt (2004), menjelaskan hubungan kewirausahaan dengan
konteks tata ruang. Dilain sisi Klapper, Lewin, Delgado (2009), menjelaskan
hubungan kewirausahaan dalam konteks bisnis, sosial dan kelembagaan. Kedua
bidang penelitian berpendapat bahwa lingkungan dan masyarakat merupakan
unsur yang menjelaskan karakteristik lingkungan geografis. Sehingga lingkungan
geografis dengan karakteristik yang melekat padanya, seperti karakteristik fisik
infrastruktur pendukung bisnis dan karakteristik masyarakatnya, mempengaruhi
proses kewirausahaan.
Pasar merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kondisi kewirausahaan dalam konteks
bisnis, yaitu melalui sifat dan jumlah pesaing maupun konsemen Kelembagaan
mengandung aturan, hukum, kebijakan di suatu daerah juga berperan
mempengaruhi kondisi kewirausahaan. Merujuk kedua penelitian tesebut proses
kewirausahaan yang berbeda diduga akan menghasilkan aktivitas kewirausahaan
yang berbeda pula disetiap daerah.

9
Pembangunan daerah ditentukan oleh dimensi penting dari faktor geografis,
yaitu terkait perbedaan kegiatan ekonomi dan kondisi kewirausahaanya. Penelitian
sebelumnya menyatakan dampak pola tata ruang yang ada di Chile menyebabkan
daerah inti memiliki daya dukung infrastruktur dan keuangan yang lebih baik
(Amoros 2010). Kesenjangan tersebut mengakibatkan akses sumber daya di
daerah pinggiran sulit, dan kondisi kewirausahaannya tidak lebih baik. Perbedaan
kondisi kewirausahaan juga disebabkan oleh terkonsentrasinya kegiatan ekonomi,
ini disebabkan oleh profil geografi dan demografi yang berbeda. Karakteristik
daerah bagian selatan dari daerah inti Chile didominasi oleh kegiatan kehutanan,
produksi kayu, peternakan sapi, dan perikanan. Sedangkan daerah bagian utara
dari daerah inti didominasi oleh pertambangan dan agribisnis buah.
Fuduric (2008), mempelajari bagaimana aktivitas kewirausahaan
dipengaruhi oleh ruang. Penelitian tersebut mendifinisikan zona sebagai suatu
karakteristik fungsi suatu lahan. Model yang digunakan menjelaskan bagaimana
kekuatan basis sumber daya suatu daerah, akan menentukan bentuk
kewirausahaan. Suber daya dalam definisi kewirausahaan sangat ditentukan oleh
ruang. Fuduric (2008) menyatakan bahwa di daerah pinggiran tingkat aktivitas
kewirausahaan dipengaruhi oleh rendahnya akses informasi dan pengetahuan,
tingkat pendidikan, dan kepadatan penduduk. Dalam konteks ini permintaan dan
penawaran ditentukan oleh tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah. Indikator
yang menjelaskan keterbatasan sumber daya tersebut termasuk diantaranya
lemahnya layanan pos reguler, akses internet, pelatihan teknis, dan lembaga
pinjaman. Pada akhirnya kepadatan penduduk akan menentukan daya saing, juga
tingkat modal manusia disuatu daerah.
Investasi infrastruktur fisik pemerintah (Fuduric 2008) terkait pendidikan,
akses jalan dan telekomunikasi, cenderung rendah pada daerah yang memiliki
kepadatan penduduk rendah. Akibatnya di pedesaan tingkat keterampilan tenaga
kerja rendah, keragaman keterampilan kurang, sehingga terjadi perbedaan
stuktural antara lapangan kerja yang tersedia dengan kondisi tenaga kerja. Hal ini
tentu akan mempengaruhi tingkat aktivitas kewirausahaannya
Kondisi yang demikian menjelaskan bahwa aktivitas kewirausahaan suatu
daerah ditentukan oleh kekuatan basis sumber dayanya. lingkungan geografi
dalam bentuk pemanfaatan tata ruang mempengaruhi kondisi kewirausahaan yang
berbeda. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa perbedaan aktivitas
kewirausahaan setiap daerah, dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik tenaga
kerja. Dasar untuk menjelaskan perbedaan karakteristik tenaga kerja adalah
ukuran perbedaan tingkat dan keragaman keterampilannya.
Kualitas Sumber Daya Masnusia Berdasarkan Perbedaan
Letak Geigrafis
Dimensi kualitatif dari kualitas sumber daya manusia mencakup pada ber
bagai potensi yang ada pada manusia (ide, pengetahuan, sikap, dan keterampilan),
yang menjelaskan kapasitas seseorang mengerjakan pekerjaan yang produktif.
Baskoro (2012), menyatakan perbedaan kualitas sumber daya manusia di setiap
daerah dipengaruhi oleh perbedaan tingkat investasi dan kekayaan sumber daya
alam yang dimiliki. Hasil penelitian Baskoro (2012), memberikan kesimpulan
bahwa di daerah yang memiliki nilai investasi rendah dan miskin akan sumber

10
daya alam, menghasilkan indeks kualitas sumber daya manusia yang rendah pula
dan sebaliknya. Perbedaan tingkat perbandingan kualitas sumber daya manusia
yang dimiliki masing-masing Provinsi di Indonesia, menjelaskan perbedaan
pertumbuhan ekonomi daerahnya. Sumber daya manusia yang dimaksud dalam
penelitiannya adalah, sumber daya yang berkualitas. Maka Baskoro (2012),
menggunakan indikator pendidikan dan kesehatan untuk membedakan tingkat
kualitas sumber daya masing-masing Provinsi.
Kualitas sumber daya manusia berperan dalam pembangunan daerah.
Menurut Lonni dkk (2011), pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mamasa secara
signifikan dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.
Penelitian yang dilakukana Lonni dkk (2011), menggunakan indikator pendidikan,
kesehatan, serta tingkat usia produktif tenaga kerja, sebagai variabel penelitian
yang menjelaskan kualitas sumber daya manusia. Lonni dkk (2011), memberi
pernyataan bahwa indikator pendidikan memiliki peranan penting dalam
menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pendidikan merupakan faktor
yang menentukan kualitas SDM, sedangkan keualitas SDM tersebut
mencerminkan kualitas tenaga kerja. Terkait hal tersebut diketahui bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan yang diraih oleh tenaga kerja, semakin baik
kualitas tenaga kerja tersebut. Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan
tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaan secara efektif. Dalam hal ini adanya
peningkatan jumlah persentase tenaga kerja berpendidikan tinggi, telah
mempengaruhi kualitas tenaga kerja, dijelaskan oleh pengetahuan dan
keterampilan yang semakin baik.
Kualitas sumber daya manusia yang tersedia disuatu daerah, pada akhirnya
akan menentukan kualitas tenaga kerjanya. Usaha peternakan ayam broiler
merupakan salah satu usaha, yang keberhasilannya ditentukan oleh kemampuan
tenaga kerjanya. Selain pakan dan bibit faktor utama penentu keberhasilan usaha
peternakan ayam broiler adalah kemampuan manejemen oleh pelaku usaha.
Burhanuddin (2014), memberikan pernyataan bahwa efisiensi produksi peternakan
ayam broiler, ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Menurut Burhanuddin
(2014), tenaga kerja merupakan orang yang memegang kendali atas seluruh
proses produksi, artinya produktivitas usaha peternakan ayam broiler dapat tercapai
jika usaha tersebut digerakan oleh tenaga kerja yang produktif. Semakin tinggi
produktivitas usaha peternakan ayam broiler tersebut, maka aktivitas kewirausahaan
semakin meningkat pula (Burhanuddin 2014).
Keterampilan tenaga kerja dalam proses produksi ayam broiler dijelaskan
oleh kemampuan pemberian pakan dan pengendalian tingkat kematian pada ternak
(Burhanuddin 2014). Keterampilan tenaga kerja pada usaha peternakan ayam
broiler juga dapat dilihat berdasarkan pengetahuan terhadap produksi dan sikap
tenaga kerja yang dimiliki (Burhanuddin 2014). Mengacu hal tersebut maka
kualitas tenaga kerja pada usaha peternakan ayam broiler dicerminkan oleh
softskill dan hardskill, namun demikian kemampuan softskill lebih besar
mencerminkan kualitas tenaga kerja (Burhanuddin 2014). Oleh karena itu untuk
upaya menghindari kerugian yang besar pada usaha peternakan ayam broiler dapat
dilakukan dengan menilai kualitas tenaga kerjanya, yaitu tenaga kerja yang
trampil dan memiliki sikap positif, jujur dan bisa bekerja sama.
Berdasarkan informasi dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut,
secara keseluruhan diketahui bahwa kualitas sumber daya manusia di suatu daerah

11
adalah berbeda-beda, dan menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Kualitas
sumber daya manusia pada akhirnya menentukan tingkat aktvitas kewirausahaan,
yaitu melalui peningkatan produktivitas usaha yang dikelola. Pernyataan tersebut
menegaskan hubungan kewirausahaan dan pertumbuhan usaha, diantaranya
dijelaskan oleh tenaga kerja. Oleh karena itu aktivitas kewirausahaan dalam
penelitian ini juga dipengaruhi oleh tenaga kerja. tenaga kerja ditempatkan sebagai
faktor internal usaha yang mempengaruhi aktivitas kewirausahaan. Keragaman
kualitas sumber daya manusia dijelaskan oleh perbedaan tingkat pendidikan,
kesehatan, dan kemiskinan.

Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Kewirausahaan
Kewirausahaan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan
pertumbuhan ekonomi, faktor yang menentukannya menurut Okpara (2007),
adalah kreatifitas dan inovasi. Aktivitas aktif mencari peluang untuk melakukan
hal-hal baru, atau melakukan hal-hal lama dengan cara yang berbeda merupakan
salah satu cara menilai kreatifitas dan keinovasian seseorang. Sehingga nilai
kreativitas dan inovasi tersebut dapat mendorong tingkat kewirausahaan.
Berdasarkan hal tersebut inovasi dapat dilihat dari tiga sisi berbeda (Vokalo
2000) yaitu produk, proses, dan perusahaan.
Aktivitas inovasi berperan sebagai dasar pembentuk hubungan positif antara
variabel pertumbuhan dan variabel aktivitas kewirausahaan. Aktivitas inovasi
seperti pilihan kerja individu, upah relatif, dan proyek-proyek pembangunan sosial,
baik yang produktif yang tidak produktif dapat digunakana untuk menduga
variabel endogen aktivitas kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi (Dejardin
2000). Disamping itu, beberapa kebijakan seperti distribusi dan alokasi
keterampilan berupa kebijakan fiskal yang mengapresiasi inovasi atau
pengembangan kelembagaan yang mendorong tumbuhnya wirausaha, juga dapat
menjelaskan variabel aktivitas kewirausahaan.
Pada level on-farm maupun of-farm aktivitas kewirausahaan dijelaskan oleh
inovasi. Mendukung pernyataan tersebut penelitian sebelumnya oleh Hussain et
al.(2011b), menemukan adanya hubungan korelasi yang positif antara inovasi dan
kewirausahaan di Pakistan. Hubungan kewirausahaan dan inovasi serta
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi, menurut Musai et al.(2011),
kewirausahaan dan inovasi memberi dampak positif pada pertumbuhan ekonomi.
Dalam konteks tersebut meningkatan kewirausahaan dan koefisien inovasi dapat
meningkatkan PDB. Dengan demikian dapat dipahami bahwa modal fisik dan
tenaga kerja dapat memberikan dampak positif pada produk domestik bruto.
Terkait kesimpulan yang diberikan, Musai et al.(2011) menyajikan variabel
pengamatan dengan menggunakan data Jumlah komputer pribadi per 100
penduduk, Jaringan internet yang aman per satu juta Orang, anggaran pengeluaran
untuk penelitian dan pengembangan bidang penelitian dasar, penelitian terapan,
dan pengembangan eksperimental, Kapasitas Bandwidth internet untuk koneksi
internasional dalam Megabits per detik (Mbps), Penerimaan dari royalti dan biaya
lisensi seperti hak paten, hak cipta, merek dagang, proses industri, waralaba, film
dan naskah, nilai tambah grosir dan eceran, transportasi, profesional, dan layanan
pribadi seperti pendidikan, kesehatan, dan jasa real estate, Informasi dan teknologi
komunikasi ekspor, Jumlah perusahaan baru, didefinisikan sebagai perusahaan
yang terdaftar pada tahun berjalan pelaporan dan biaya memulai sebuah bisnis.

12
Kondisi spesifik daerah yang berbeda menciptakan kondisi kewirausahaan
dan pembangunan daerah yang berbeda pula. Terkait hal tersebut diketahui bahwa
keinovasian setiap daerah beragam, sehingga pengaruh dari kewirausahaan di
setiap daerah akan dirasakan berbeda, yang ditentukan oleh kondisi daerah (Fredin
2013).