2.4.1 Pengertian dan Syarat-Syarat Pewaris
Pewaris merupakan orang yang pada saat meninggal, meninggalkan ahli waris dan harta warisan. Dalam Pasal 171 butir b Kompilasi Hukum Islam
dijelaskan bahwa Pewaris adalah: “orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan
meninggal berdasarkan putusan pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan”.
Dengan demikian, pewaris dapat dikatakan ada jika yang bersangkutan telah meninggal dunia dan memiliki harta peninggalan serta ahli waris. Syarat-syarat
pewaris menurut hukum Islam adalah:
40
1. Bersifat
Perorangan. Artinya, bahwa pewaris haruslah perorangan atau individual.
2. Telah meninggal dunia atau dinyatakan meninggal dunia. Pewaris haruslah
orang yang sudah meninggal atau dinyatakan meninggal. 3.
Beragama Islam. Syarat ini untuk mempertegas asas personalitas keislaman. Bila pewaris tidak beragama Islam sudah barang tentu tidak berlaku hukum
waris Islam. 4.
Meninggalkan Ahli waris dan Harta Peninggalan. Seseorang yang meninggal dunia akan menjadi pewaris jika ia meninggalkan ahli waris dan harta
peninggalan. Apabila ia hidup sebatangkara dan meninggal tanpa meninggalkan ahli waris sama sekali atau ahli warisnya tidak diketahui ada
atau tidaknya, maka harta peninggalannya atas putusan pengadilan agama diserahkan penguasaannya pada Baitul Mal untuk kepentingan agama Islam
dan kesejahteraan umum. 2.4.2 Pengertian dan Dasar Hukum Ahli Waris
Ahli waris erfgenamen atau erven adalah mereka yang menempati kedudukan hukum harta kekayaan sang pewaris, baik untuk seluruhnya maupun
untuk bagian yang seimbang. Perolehan harta kekayaan untuk seluruhnya atau
40
Mukti Arto. Hukum Waris Bilateral Dalam Kompilasi Hukum Islam.Solo: Balqis Queen, 2009. Hlm. 53.
untuk bagian yang seimbang tersebut, menjadikan mereka penerima-penerima dengan alasan hak umum verkrijgers onder algemene titel.
41
Pada Pasal 171 butir c Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa ahli waris adalah:
“orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam
dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris”. Dasar Hukum Ahli Waris yang menjadi dasar pelaksanaan pembagian
harta warisan dalam hukum Islam adalah berpedoman pada ayat-ayat Al Qur’an
berikut ini, yaitu: 1.
Surat An-Nisa’ ayat 7, diterjemahkan yang artinya : “Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak
dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian pula dari harta peninggalanibu bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan”. 2.
Surat An-nisa’ ayat 8, diterjemahkan yang artinya : “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan
orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu sekedarnya dan ucapkanlah kepada mer
eka perkataan yang baik.”
3.
Surat An- Nisa’ ayat 33, diterjemahkan yang artinya :
“Dan untuk masing-masing laki-laki dan perempuan Kami telah menetapkan para ahli waris atas apa yang telah ditinggalkan oleh
kedua orang tuanya. Dan orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berikanlah kepada mereka bagiannya.
Sungguh, Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.”
2.4.3 Pengertian Non Muslim
Pengertian non muslim dapat dilihat dari pengertian muslim dengan mendapat kata imbuhan non yang berarti tidak atau bukan. Maka non muslim
41
Mr. Gregor van der Burght terjemahan F. Tengker. Hukum Waris Buku I Seri PITLO. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995. Hlm. 1