Tipe Penelitian Metode Penelitian
Pengertian hukum waris secara terminologi adalah hukum yang mempelajari tentang orang-orang yang mewarisi, orang-orang yang tidak mewarisi, kadar yang
diterima oleh masing-masing ahli waris serta cara pembagiannya.
18
Menurut pendapat ahli, Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid dalam T.M Hasby As-
Shidiqy mengemukakan bahwa hukum waris adalah: “hukum yang mengatur tentang kepemilikan seseorang atas sesuatu
setelah meninggalnya pewaris karena adanya sebab dan syarat tertentu”.
19
Tujuan dari Hukum Waris sendiri adalah mengatur cara-cara membagi harta peninggalan agar supaya dapat bermanfaat kepada ahli waris secara adil dan
baik. Terkait itu harta peninggalan atau harta pusaka itu adalah hak milik dari yang meninggalkan baik yang ia dapati sendiri, secara usaha perseorangan atau
pemberian secara sah dari orang lain atau warisan turun-menurun, maka agama Islam menganggap bahwa pengaturan warisan adalah urusan ahli waris, tidak
dapat dicampuri oleh orang luar yang tidak termasuk keluarga yang berhak.
20
Dasar Hukum waris Islam berdasarkan pada nash teks dalam Al- Qur’an
dan Kompilasi Hukum Islam, sebagai berikut: 1.
Al-Qur’an Surat An-Nisa 4 ayat 11-12, yang diterjemahkan sebagai berikut: “Allah mensyariatkan bagimu tentang pembagian pusaka untuk
anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya
perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia
memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika
yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya saja,
maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
Pembagian-pembagian tersebut di atas sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau dan sesudah dibayar hutangnya. Tentang
orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat banyak manfaatnya bagimu. Ini
18
T.M. Hasby As-Shidiqy. Fiqh Mawaris. Semarang: Pustaka Rizqi Putra,hlm. 6.
19
Ibid.
20
Dorry Elvana Sarie. Op. Cit. hlm. 14.