PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT SINOPSIS NOVEL REMAJA MELALUI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) (PTK di Kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

ii ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT SINOPSIS NOVEL REMAJA MELALUI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

(PTK di Kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan tahun Pelajaran 2012/2013)

oleh Hindun Supriati

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya belum menggunakan metode/strategi yang dapat menarik minat belajar siswa. Rendahnya minat belajar disebabkan metode yang digunakan hanya menggunakan metode ceramah, siswa tidak terbiasa menganalisa isi bacaan sehingga

Keterampilan Proses Membaca (KPM) siswa rendah. Rendahnya KPM berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Dengan penerapan pembelajaran metode STAD (Student Teams Achievement Division) dapat memberikan pengalaman bagi siswa agar tertarik terhadap pelajaran Bahasa Indonesia dan dapat benar-benar memahami materi yang diberikan karena siswa melalui tahapan pembelajaran STAD.

Berdasarkan hasil analisis KPM diketahui terjadi peningkatan KPM siswa setiap siklusnya. Pada siklus I minat belajar siswa 59,72 dengan kategori “Cukup Baik”, dan siklus II minat siswa


(2)

iii

meningkat sebesar 10,77 menjadi 70,49 dengan kategori “Baik”. Nilai rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 8,3 % yaitu siklus I adalah 68,06 kategori “Tuntas”, dan pada siklus II meningkat sebesar 8,33 menjadi 76,39 kategori “Tuntas”.


(3)

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Sekripsi : PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT SINOPSIS

NOVEL REMAJA MELALUI METODE PEMBELAJARAN STUDEN TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD)

(PTK di Kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan tahun Pelajaran 2012/2013)

Nama Mahasiswa : HINDUN SUPRIATI

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013076002

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui 1. Komisi Pembimbing

Dr. Edi Suyanto, S.Pd, M.Pd. Drs. Ni Nyoman Wetty S, M.Pd NIP 19630713 199311 1 001 NIP 19510614 198103 2 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum NIP 19590722198603 1003


(4)

v

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Hindun Supriati

NPM : 1013076002

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Dengan ini menyatakan bahwa dalam Penelitia Tindakan Kelas (PTK) ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Januari 2013 Yang menyatakan

Hindun Supriati NPM 1013076002


(5)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 24 April 1960 dari pasangan Riman

Purnawairawan Angkatan Darat (Almarhum) dan Karyati yang merupakan putri ke satu (1) dari sebelas (11) bersaudara.

Pendidikan formal penulis diawali dari SD N Nomor 13 Kampung Sawah Brebes yang

diselesaikan pada tahun 1973. Pada tahun 1974 diterima di SKKP Rawalaut Bandar Lampung dan selesai pada tahun 1976. Kemudian melanjutkan ke SKKA Teluk Betung dan selesai pada tahu 1980. Masuk PG SMTPN Lampung Jurusan Bahasa Indonesia selesai pada tahun 1985 di Bandar Lampung.

Pada tahun 1986 diterima sebagai CPNS di SMP N 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan sebagai guru bidang studi Bahasa Indonesia. 1 Maret 1986 diangkat sebagai PNS. Kemudian telah mengikuti ujian yang diselenggarakan Universitas Terbuka untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang D-3. FKIP Universitas Terbuka Bandar Lampung.

Kemudian pada tahun 2010 penulis mengikuti Program Penyetaraan S-1 dalam Jabatan pada Program Studi Bahasa Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.


(6)

vii

PERSEMBAHAN Sekripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Suami dan anak-anak tercinta 2. Teman-teman S1 dalam jabatan 3. Almamater tercinta


(7)

viii MOTTO

Jangan Katakan Tidak Mungkin saat Kita Sedang Berusaha dan Berdoa (Nicholas Pane)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, Tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.


(8)

ix

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini. Sekripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini karena adanya bantuan dari banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta para pembantu Dekan FKIP Unila yang telah memberikan izin penelitian.

2. Bapak Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. 3. Bapak Dr. Edi Suyanto, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Pembimbing I atas bimbingan, arahan, dukungan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Ni Nyoman Wetty S, M.Pd., selaku pembimbing II yang tak pernah bosan memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan motivasi kepada penulis.

5. Bapak Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd selaku Pembahas, terimakasih atas masukan dan dukungan yang telah diberikan.

6. Bapak/ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

7. Bapak Drs. Sarip Supriadi, selaku Kepala SMP N 1 Sidomulyo yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.


(9)

x

8. Ibu Sri Wahyuni, S.Pd, selaku guru mitra yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di SMP N 1 Sidomulyo.

9. Siswa-siswi SMP N 1 Sidomulyo khususnya kelas VIII G selaku objek penelitian. 10. Suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

11. Teman-teman Program Studi S1 dalam jabatan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis minta maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan sekripsi ini. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis,


(10)

xi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iv

PERNYATAAN SEKRIPSI MAHASISWA………... v

RIWAYAT HIDUP……….. vi

PERSEMBAHAN………. vii

MOTTO……….viii

SANWACANA………..ix

DAFTAR ISI………..,x

DAFTAR TABEL……….xii

DAFTAR GAMBAR………...xiii

DAFTAR LAMPIRAN………xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Rumusan Masalah………. 4

1.3 Tujuan Penelitian……….. 4

1.4 Manfaat Penelitian………. 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ……… 5

II. LANDASAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran..………..6

2.1.1 Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Division(STAD)……..6

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD……….. .8

2.2 Pengertian Membaca………..11

2.2.1 Tujuan Membaca……….14

2.2.2 Metode Pengajaran Membaca……….14

2.2.3 Proses Membaca………..16

` 2.3 Hasil Belajar………18

2.4 Pengertian Sinopsis……….20

III. METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian………25

3.2 Seting Peneltian………..25

3.3 Faktor yang diteliti……….25

3.4 Prosedur Penelitian……….26

3.5 Instrumen Penelitian………...29

3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data……….33

3.6.1 Data……….33

3.6.2 Metode Pengumpulan Data……….………33


(11)

xii

3.7.1 Kemampuan Membuat Sinopsis……….34

3.7.2 Data hasil Belajar………35

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.………..37

A. Hasil Penelitian ……….37

1. Siklus I ………37

a. Perencanaan ………37

b. Tindakan ……….38

c. Observasi ………39

d. Refleksi ………...41

2. Siklus II ………...42

a. Perencanaan ………42

b. Tindakan ……….42

c. Observasi ………43

d. Refleksi ………..45

B. Pembahasan ……….46

1. Deskripsi Keterampilan Proses Membaca ……….46

2. Deskripsi Hasil Belajar Siswa ………49

3. Deskripsi Pengelolaan Pembelajaran ……….52

DAFTAR PUSTAKA…………...58


(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Contoh Lembar Observasi Penilaian Keterampilan Proses Membuat

Sinopsis………30

3.2 Lembar Pengamatan Diskusi Kelompok ………30

3.3 Instrumen Observasi Guru Mengajar ………..31

4.1 Data Keterampilan Proses Membaca Siswa Siklus I ………..39

4.2 Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus I ………...40

4.3 Hasil Pengelolaan Pembelajaran Siklus I ………40

4.4 Data Keterampilan Proses Membaca Siklus II ………43

4.5 Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus II………...44

4.6 Hasil Pengelolaan Pembelajaran Siklus II ………...45

4.7 Rata-Rata KPM Siswa Tiap Siklus .……….46

4.8 Distribusi KPM Siswa Tiap Siklus ………..47

4.9 Rata-Rata Hasil Belajar Sisa Tiap siklus ……….49

4.10 Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ………50


(13)

iv

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT SINOPSIS NOVEL REMAJA MELALUI METODE PEMBELAJARANSTUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

(PTK di Kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan tahun Pelajaran 2012/2013)

(PROPOSAL)

Oleh:

HINDUN SUPRIATI NPM 1013076002

PROGRAM STUDI S-1 DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2013


(14)

iv

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT SINOPSIS NOVEL REMAJA MELALUI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) SISWA KELAS VIII G SMPN 1 SIDOMULYO (PTK di Kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan

tahun Pelajaran 2012/2013)

(PROPOSAL)

Oleh:

HINDUN SUPRIATI NPM 1013076002

PROGRAM STUDI S-1 DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(15)

iv

PENGESAHAN

Judul Sekripsi : PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT SINOPSIS

NOVEL REMAJA MELALUI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD)

(PTK di Kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan tahun Pelajaran 2012/2013)

Nama Mahasiswa : HINDUN SUPRIATI

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013076002

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Edi Suyanto, S.Pd, M.Pd. Dra. Ni Nyoman Wetty S, M.Pd NIP 19630713 199311 1 001 NIP 19510614 198103 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP 19480421 197803 1 004


(16)

iv

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT SINOPSIS NOVEL REMAJA MELALUI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

(PTK di Kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

HINDUN SUPRIATI

Skripsi

Sebagai Salah satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(17)

(18)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Edi Suyanto, M.Pd ………

Sekretaris : Dra. Ni Nyoman wetty S, M.Pd ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003


(19)

DAFTAR ISI

Halaman BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Rumusan Masalah………. 4

1.3 Tujuan Penelitian……….. 4

1.4 Manfaat Penelitian………. 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ……… 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran..……….. 6

2.1.1 Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Division(STAD)…….. 6

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD……….. ..8

2.2 Pengertian Membaca………. 11

2.2.1 Tujuan Membaca……… 14

2.2.2 Metode Pengajaran Membaca……… 14

2.2.3 Proses Membaca……… 16

` 2.3 Hasil Belajar……….. 18

2.4 Pengertian Sinopsis……… 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian………25

3.2 Seting Peneltian………..25

3.3 Faktor yang diteliti……….25

3.4 Prosedur Penelitian……….26

3.5 Instrumen Penelitian………...29

3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data……….33

3.6.1 Data……….33

3.6.2 Metode Pengumpulan Data……….………33

3.7 Teknik Analisis Data……….34

3.7.1 Kemampuan Membuat Sinopsis……….34

3.7.2 Data hasil Belajar………35


(20)

DAFTAR TABEL


(21)

58

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1999. Metode Pembelajaran Tindakan Kelas. Jakarta: Grafindo. Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi

Aksara

Ali, Ikbal.2010.Student Teams Achievement Division. [On Line]

http://iqbalali.com/2010/01/31/stad-student-teams-achievement-divisions/ Huda, Ahmad.2010. Metode Pengajaran Membaca. [On Line]

http://www.mtsppiu.sch.id/bahasa-indonesia/metode-pengajaran-membaca. http://www.scribd.com/doc/33832502/Karakteristik-STAD

Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas RI Djamarah dan Zain. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hamalik, Oemar.2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyono. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Rahmat Widodo, http://wyw1d.wordpress.com/2009/12/25/cara-menyusun-sinopsis/


(22)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Hindun Supriati

NPM : 1013076002

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Dengan ini menyatakan bahwa dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Januari 2013 Yang menyatakan

Hindun Supriati NPM 1013076002


(23)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 24 April 1960 dari pasangan Riman

Purnawairawan Angkatan Darat (Almarhum) dan Karyati yang merupakan putri ke satu (1) dari sebelas (11) bersaudara.

Pendidikan formal penulis diawali dari SD N Nomor 13 Kampung Sawah Brebes yang

diselesaikan pada tahun 1973. Pada tahun 1974 diterima di SKKP Rawalaut Bandar Lampung dan selesai pada tahun 1976. Kemudian melanjutkan ke SKKA Teluk Betung dan selesai pada tahu 1980. Masuk PG SMTP N Lampung Jurusan Bahasa Indonesia selesai pada tahun 1985 di Bandar Lampung.

Pada tahun 1986 diterima sebagai CPNS di SMP N 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan sebagai guru bidang studi Bahasa Indonesia. 1 Maret 1986 diangkat sebagai PNS. Kemudian telah mengikuti ujian yang diselenggarakan Universitas Terbuka untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang D-3. FKIP Universitas Terbuka Bandar Lampung.

Kemudian pada tahun 2010 penulis mengikuti Program Penyetaraan S-1 dalam Jabatan pada Program Studi Bahasa Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.


(24)

PERSEMBAHAN

Sekripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Suami dan anak-anak tercinta

2. Teman-teman S1 dalam jabatan


(25)

(26)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini. Sekripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini karena adanya bantuan dari banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta para pembantu Dekan FKIP Unila yang telah memberikan izin penelitian.

2. Bapak Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. 3. Bapak Dr. Edi Suyanto, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Pembimbing I atas bimbingan, arahan, dukungan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Ni Nyoman Wetty S, M.Pd., selaku pembimbing II yang tak pernah bosan memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan motivasi kepada penulis.

5. Bapak Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd selaku Pembahas, terimakasih atas masukan dan dukungan yang telah diberikan.

6. Bapak/ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

7. Bapak Drs. Sarip Supriadi, selaku Kepala SMP N 1 Sidomulyo yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.


(27)

melaksanakan penelitian di SMP N 1 Sidomulyo.

9. Siswa-siswi SMP N 1 Sidomulyo khususnya kelas VIII G selaku objek penelitian. 10. Suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

11. Teman-teman Program Studi S1 dalam jabatan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis minta maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan sekripsi ini. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis,


(28)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP umumnya belum menggunakan metode/stragi yang menarik dan membangkitkan minat belajar siswa. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP N 1 Sidomulyo sebagian masih menggunakan metode ceramah dan belum memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran secara optimal. Hal ini membuat siswa cepat merasa bosan dan kurang tertarik dengan materi yang disampaikan.

Upaya untuk mengatasi kendala ini dengan jalan mengirim guru-guru dalam forum

Musyawarah Guru mata Pelajaran (MGMP) yang dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan, bahkan SMP N 1 Sidomulyo merupakan sekolah binaan UNICEF untuk melaksanakan program PAKEM, namun kegiatan tersebut cenderung menitikberatkan pada implementasi tertulis atau berupa teori dalam perangkat pembelajaran. Hal ini berpengaruh terhadap penyampaian materi di kelas karena sebagian besar guru belum memahami kaidah- kaidah pembelajaran yang harus dilakukan selama proses pembelajaran.

Upaya lain yang telah dilakukan oleh guru yaitu menyampaikan pembelajaran dengan menggunakn media berupa gambar, audio visual, dan demonstrasi, tetapi hal ini tidak bisa membantu lebih banyak untuk bisa menarik minat siswa belajar Bahasa Indonesia. Metode yang dipakai selama ini adalah metode konvensional di mana guru masih mendominasi pembelajaran dan tidak memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran yang lebih


(29)

2

variatif. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu, sarana dan prasarana yang kurang mendukung, dan keterbatasan pengetahuan guru untuk merancang pembelajaran yang menarik, khususnya pada kompetensi dasar Membuat sinopsis novel remaja. Dan dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari, Pada materi pembuatan sinopsis novel, seharusnya

pembelajaran bisa disampaikan dengan menarik karena kita ketahui rata-rata siswa malas untuk membaca, penulis yakin dengan metode pembelajaran yang tepat dan menarik siswa akan antusias untuk mengikuti pembelajaran tersebut dan akhirnya hasil belajar pun akan meningkat.

Metode ceramah untuk materi seperti ini tidak cocok, dan siswa cenderung bosan, pokok bahasan seperti ini lebih cocok menggunakan metode diskusi, semua siswa ikut terlibat untuk memecahkan suatu permasalahan, siswa aktif terlibat dalam pembelajaran bukan guru yang aktif, guru di sini hanya bertindak sebagai fasilitator dan transformator.

Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan selama ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Cara penyampaian materi yang tidak menarik dan monoton menyebabkan siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga berpengaruh pada

ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), berdasarkan pengalaman mengajar selama ini pelajaran Bahasa Indonesia pada materi pembuatan sinopsis novel siswa kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Lampung Selatan masih rendah, dari 36 siswa, nilai yang belum mencapai KKM sebanyak 31 siswa dan yang telah telah mencapai KKM 5 siswa sehingga diperoleh rata-rata kelas 55. Angka ini belum mencapai KKM yang ditetapkan untuk pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu 65. Proses pembelajaran yang penulis lakukan selama ini adalah pembelajaran konvensional di mana guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran


(30)

3

dibandingkan siswanya yang aktif, pembelajaran masih terpusat kepada guru. Aktivitas siswa yang tinggi akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa tersebut, diantaranya adalah kurangnya keterlibatan siswa selama proses belajar mengajar dan rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kurangnya keterlibatan siswa disebakan oleh keterbatasan pengetahuan guru untuk memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran yang

bervariatif, dan guru kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, minat dan antusiasme belajar siswa juga tidak baik, sehingga proses pembelajaran tidak optimal. Hal ini terlihat ketika guru sedang menjelaskan materi pembelajaran siswa kurang memperhatikan dan sulit untuk memahami materi yang sedang diajarkan.

Model pembelajaran yang diharapkan adalah model pembelajaran yang lebih melibatkan siswa atau mengedepankan ketrampilan proses siswa. Hal ini senada dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu siswa dituntut memperoleh pengalaman secara langsung dan menemukan sendiri pengetahuan yang terjadi di lingkungan sekitar.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka salah satu model pembelajaran yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah model pembelajaran STAD. Model STAD digunakan untuk membantu siswa lebih memahami konsep atau materi dengan berdiskusi dengan kelompoknya, dan untuk bisa lebih memahami materi dengan jalan berdiskusi. Selain ini pembelajaran ini juga membiasakan siswa belajar mandiri sehingga siswa lebih aktif selama proses pembelajaran di kelas dan juga diharapkan di luar kelas. Dengan menerapkan pembelajaran model STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan permasalahan dan pernyataan di atas, akan dilakukan Penelitian


(31)

4

Tindakan Kelas yang berjudul “ Peningkatan Kemampuan Membuat Sinopsis Novel Remaja Melalui Metode Pembelajaran Student Teams-Achievement Division(STAD) Siswa Kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran model STAD pada materi pokok pembuatan sinopsis novel remaja?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1) Memperbaiki proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Sidomulyo.

2) Meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode Student teams Achievement Division(STAD), pada materi pokok pembuatan sinopsis novel remaja.

1.4 Manfaat Penelitian 1) Bagi siswa

Penerapan pembelajaran model STAD pada materi pokok pembuatan sinopsis novel, dapat meningkatkan ketrampilan membaca dan hasil belajar siswa dengan cara yang menarik karena siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar meningkat.


(32)

5

2) Bagi Guru

Penerapan pembelajaran model STAD pada materi pokok pembuatan sinopsis novel, dapat menjadi salah satu model pembelajaran alternatif bagi guru dalam menyajikan materi Bahasa Indonesia untuk meningkatkan ketrampilan membaca dan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Sidomulyo Lampung Selatan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang akan diteliti, maka ruang lingkup penelitian ini adalah:

1) STAD, singkatan dari Student Teams-Achievement Division. Di dalam STAD siswa diorganisasikan dalam bentuk kelompok kecil.

2) Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya.

3) Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dicerminkan pada hasil tes pada setiap akhir siklus yang dibatasi pada aspek kognitif. Pembagian kelompok didasarkan pada kemampuan akademik, Skema pembagian kelompok dapat dilihat pada lampiran 4) Materi pembelajaran yang diberikan pada penelitian ini adalah pembuatan sinopsis novel remaja.


(33)

(34)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

2.1.1 Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Division(STAD)

STAD, singkatan dari Student Teams-Achievement Division. Di dalam STAD siswa

diorganisasikan dalam bentuk kelompok kecil. Secara singkat tahapan dalam melaksanakan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut: 1) Penyajian kelas, 2) Belajar kelompok, 3) Tes atau kuis, 4) Skor peningkatan individu, dan 5) Penghargaan kelompok.

STAD dianggap sebagai model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana Nurhadi 2004(dalam Ali Ikbal, 2011)

Dalam STAD, secara rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Penyajian kelas (Class Presentations). Guru menyajikan materi di depan kelas secara klasikal yang difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang akan dibahas saja. Selanjutnya siswa disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 2). Pembentukan kelompok belajar (Teams). Siswa disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen (baik kemampuan akademiknya maupun jenis kelaminnya). Caranya dengan merangkingkan siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai terakhir yang diperoleh siswa


(35)

7

sebelum pembelajaran kooperatif model STAD. Adapun fungsi dari pengelompokan ini adalah untuk mendorong adanya kerjasama kelompok dalam memperlajari materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

3) Pemberian Tes atau kuis (Quizzes). Setelah belajar kelompok selesai diadakan tes atau kuis dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampan belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk bekerjasama dengan temannya. Tujuan tes ini adalah untuk memotivasi siswa agar berusaha dan

bertanggungjawab secara individual. Siswa dituntut untuk melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain bertanggungjawab secara individual, siswa juga harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberi sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu sampai dua kali penyajian kelas dan pembelajaran dalam kelompok.

4) Pemberian skor peningkatan individu (Individual Improvement Scores). Hal ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Pengelola skor hasil kerjasama siswa dilakukan dengan urutan berikut: skor awal, skor tes, skor peningkatan dan skor kelompok.

5) Penghargaan kelompok (Team Recognition) Penghargaan kelompok ini diberikan dengan memberikan hadiah sebagai penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Slavin,1995 (dalam Ali Ikbal, 2011)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa STAD ini mengukur skor ‘peningkatan individu’, jadi tidak hanya sekedar menilai siswa dari seberapa banyak soal yang diselesaikannya pada saat itu saja, melainkan mengukur seberapa peningkatan yang terjadi dalam diri seorang siswa,


(36)

8

dengan demikian, siswa akan terpacu untuk belajar dengan giat dan berusaha semaksimal

mungkin untuk mengalahkan pencapaiannya sendiri pada pelajaran sebelumnya. Tidak hanya itu, karena dalam STAD peningkatan siswa anggota kelompok juga berpengaruh terhadap

kesuksesan kelompok, maka dalam kelompok akan terjadi hubungan sosial yang bagus yang bertujuan untuk saling membantu untuk meningkatkan kualitas masing-masing

anggotanya.Dalam STAD anggota kelompok diusahakan heterogen, karena dalam kelompok akan saling berbagi dan mengisi.

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Student Teams Achievement Division(STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok,kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaranyang teratur.

Variasi Model STADLima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: a) Penyajian kelas.

b) Belajar kelompok. c) Kuis.

d) Skor Perkembangan. e) Penghargaan kelompok.


(37)

9

Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe StudentTeams Achievement Division(STAD):

1. Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan.Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan

penyajian kelas.Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanandalam penyajian materi pelajaran.

a) Pembukaan

1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingintahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.

2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginanmereka pada pelajaran tersebut.

3) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak. b) Pengembangan

1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. 2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.

3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. 4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.

5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya. c) Latihan Terbimbing

1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.


(38)

10

siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.

3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untukmelatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengancara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab

pertanyaan.Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :

1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah ke meja kelompok.

2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok. 3)Bagikan lembar kegiatan siswa.

4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus

mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar


(39)

11

kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.

6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

3. Kuis kuis dikerjakan siswa secara mandiri.

Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

4. Penghargaan kelompok langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

http://www.scribd.com/doc/33832502/Karakteristik-STAD 6 Agustus 2012, senin pukul 7.28 PM

2.2 Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997:49 (dalam Huda Ahmad). Pendapat tersebut menekankan tentang pentingnya membaca bagi peningkatan kualitas diri


(40)

12

seseorang. Seseorang akan gagap teknologi dan gagap informasi apabila jarang atau tidak pernah melakukan kegiatan membaca. Informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan berbagai informasi aktual lainnya senantiasa berkembang pesat dari hari ke hari. Segala macam informasi dan perkembangan zaman tersebut selain dapat diikuti dari media elektronik (misalnya TV), juga dapat diikuti melalui media cetak dengan cara membaca. Kedua macam media informasi tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Media elektronik dapat diakses dengan cara yang lebih santai karena tinggal menonton suatu tayangan di TV. Kelemahannya, tayangan tersebut tidak dapat ditonton ulang apabila kita membutuhkan informasi tersebut. Media cetak yang diakses dengan cara membaca mempunyai kekurangan dari segi pembaca, yakni ketersediaan waktu yang kurang mencukupi dalam

membaca, kurangnya kemampuan memahami teks bacaan, rendahnya motivasi dalam membaca, kurangnya kebisaaan membaca, dan sebagainya. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan media elektronik (misalnya TV), kegiatan membaca mempunyai kelebihan yakni teks bacaan tersebut dapat dibaca ulang apabila informasi dalam teks bacaan tersebut sewaktu-waktu diperlukan.

Banyak definisi membaca yang dikemukakan oleh para ahli, baik membaca sebagai aktivitas umum maupun sebagai aspek yang digunakan dalam pembelajaran bahasa. Menurut Smith, 1978 dalam Endang Fauziati, 2002: 139 (dalam Huda Ahmad) menerangkan bahwa membaca

merupakan suatu proses yang bersifat transformatif karena adanya pemindahan informasi dari penulis kepada pembaca. Ia menjelaskan bahwa membaca secara pragmatik adalah sebagai suatu pengertian pengiriman pesan oleh penulis melalui informasi visual dan non-visual. Membaca merupakan kegiatan pemahaman terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim kepada si penerima.


(41)

13

Gusti Ngurah Oka, 1983: 129 (dalam Huda Ahmad) mengemukakan definisi dari para pakar berbagai disiplin ilmu. Ia mengemukakan dari tiga sudut pandang para penganut disiplin ilmu yang berbeda. Mereka memandang membaca sesuatu dengan dimensi keilmuannya masing-masing, sehingga menghasilkan pengertian yang bervariasi. Mereka ada yang memandang, bahwa membaca sebagai suatu keterampilan, membaca sebagai suati persepsi, dan membaca sebagai suatu proses merekontruksi. Penganut teori keterampilan memandang membaca sebagai suatu proses atau kegiatan menerapkan seperangkat keterampilan dalam mengolah tuturan tertulis yang dibacanya untuk menangkap maknanya. Perangkat keterampilan ini antara lain dimaksudkan keterampilan mengenal atau merekognisi kata, keterampilan menangkap makna kalimat, keterampilan menangkap isi pokok bacaan, isi bagian, dan isi penjelas. Penganut persepsi memandang membaca adalah kegiatan mempersepsi, yaitu memberikan respon bermakna kepada simbol-simbol grafis yang telah dikenal. Penganut teori psikolinguistik memandang membaca adalah proses merekontruksi pesan yang telah dituangkan pengarang ke dalam tuturan tertulis.

Berdasarkan beberapa konsep membaca seperti yang telah dipaparkan di atas dapatlah dikemukakan bahwa membaca bukan sekedar mengenl simbol-simbol yang tercetak tetapi membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses kegiatan secara aktif dan kreatif untuk mengenal, mengolah dan memahami simbol-simbol bunyi (grafis) yang terdapat di dalam bahan bacaan.


(42)

14

2.2.1 Tujuan Membaca

Perlu disepakati bahwa membaca harus mempunyai tujuan. Apabila membaca tidak bertujuan, maka proses dan kegiatan membaca yang dilakukan tidak memiliki arti sama sekali. Tujuan membaca dapat ditetapkan secara eksplisit ataupun implisit.

Menurut http://www.mtsppiu.sch.id/bahasa-indonesia/metode-pengajaran-membaca Berdasarkan pengalaman yang dialami, ada beberapa tujuan membaca yang dapat dikemukakan, di antaranya untuk:

a. Memahami aspek kebahasaan (kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam teks b. Memahami pesan yang ada dalam teks

c. Mencari informasi penting dari teks

d. Mendapatkan petunjuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas e. Menikmati bacaan, baik secara tekstual maupun kontekstual.

2.2.2 Metode Pengajaran Membaca

Keterampilan membaca sangat perlu dikuasai oleh setiap siswa. Dalam penyelesaian studi bagi setiap siswa, keterampilan membaca sangat diperlukan dalam mempelajari setiap mata pelajaran. Setiap mata pelajaran pasti disajikan dalam buku teks yang harus dicerna oleh siswa. Dalam kehidupan bermasyarakat di luar sekolah pun, keterampilan membaca tetap sangat diperlukan. Misalnya membaca koran, majalah, buku buku ilmu pengetahuan, internet, dan sebagainya. Dalam http://www.mtsppiu.sch.id/bahasa-indonesia/metode-pengajaran-membaca


(43)

15

Terdapat beberapa metode pengajaran membaca, antara lain : 1. Metode Reseptif

Metode ini mengarah ke proses penerimaan isi bacaan maupun simakan baik tersurat maupun tersirat. Metode tersebut sangat cocok diterapkan kepada siswa yang dianggap telah banyak menguasai kosakata, frase, maupun kalimat. Yang dipentingkan bagi siswa dalam suasana reseptif adalah bagaimana isi bacaan atau simakan diserap dengan bagus.

2. Metode Komunikatif

Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistic 3. Metode Integratif

Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca.

4. Metode Partisipatori

Metode ini lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bertindak sebagai pemandu atau fasilitator. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator yang kreatif.


(44)

16

2.2.3 Proses Membaca

Menurut beberapa ahli ada beberapa model pemahaman proses membaca, diantaranya model bottom-up, top-down, dan model interaktif. Model bottom-upmenganggap bahwa pemahaman proses membaca sebagai proses decoding yaitu menerjemahkan simbol-simbol tulis menjadi simbol-simbol bunyi.

Pendapat itu menurut Harjasujana 1986:34 (dalam Huda Ahmad) sama dengan pendapat Flesch 1995 (dalam Huda Ahmad) yang mengatakan bahwa membaca berarti mencari makna yang ada dalam kombinasi huruf-huruf tertentu.

Begitu juga menurut pendapat Fries dalam Harjasujana. 1986:34 (dalam Huda Ahmad) bahwa membaca sebagai kegiatan yang mengembangkan kebiasaan-kebiasaan merespon pada

seperangkat pola yang terdiri atas lambang-lambang grafis. Pendapat-pendapat di atas ternyata ditentang oleh Goodman dalam Cox, 1998:270 (dalam Huda Ahmad) yang menyatakan bahwa membaca sebagai proses interaksi yang menyangkut sebuah transaksi antara teks dan pembaca. Pembaca yang sudah lancer pada umumnya meramalkan apa yang dibaca dan kemudian

menguatkan atau menolak ramalannya itu berdaarkan apa yang terdapat dalam bacaan, membaca seperti disebut model top-down.

Kedua pendapat yang menyatakan model bottom-updan model top-downakhirnya dipersatukan oleh Rumelhart dengan nama model interaktif. Rumelhart dalam Harris dan Sipay, 1980:8 (dalam Huda Ahmad) menyatukan dua pendapat itu dengan alasan bahwa proses belajar membaca permulaan bergantung pada informasi grafis dan pengetahuan yang berada dalam skemata.


(45)

17

Hal itu senada dengan pendapat Wilson dan Peters dalam Creary, 1992:284 (dalam Huda

Ahmad) bahwa membaca merupakan suatu proses menyusun makna melalui interaksi dinamis di antara pengetahuan pembaca yang telah ada dan informasi itu telah dinyatakan oleh bahasa tulis dan konteks situasi pembaca.

Burns, dkk 1996:6 (dalam Huda Ahmad) menyatakan bahwa aktivitas membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses membaca dan produk membaca. Dalam proses membaca ada sembilan aspek yang jika berpadu dan berinteraksi secara harmonis akan menghasilkan komunikasi yang baik antara pembaca dan penulis. Komunikasi antara pembaca dan penulis itu berasal dari

pengkontruksian makna yang dituangkan dalam teks dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Lebih lanjut Burns, dkk 1996:8 (dalam Huda Ahmad) mengemukakan sembilan proses

membaca tersebut yaitu: 1) mengamati simbol-simbol tulisan, 2) menginterpretasikan apa yang diamati, 3) mengikuti urutan yang bersfat linier baris kata-kata yang tertulis, 4) menghubungkan kata-kata (dan maknanya) dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dipunyai, 5)

membuat inferensi dan evaluasi materi yang dibaca, 6) mengingat apa yang dipelajari

sebelumnya dan memasukkan gagasan-gagasan dan fakta-fakta baru, 7) membangun asosiasi, 8) menyikapi secara personal kegiatan/tugas membaca sesuai dengan interesnya, dan 9)

mengumpulkan serta menata semua tanggapan indera untuk memahami materi yang dibaca.

Berdasarkan uraian di atas, proses membaca yang sesuai dengan strategi SQ3R adalah model interaktif sebagaimana yang dikatakan Harjasujana 1986:323 (dalam Huda Ahmad) bahwa model Rumelhart itu dipandang sebagai model yang sudah membaur dengan berbagai strategi


(46)

18

pengajaran yang telah menunjukkan keberhasilannya, misalnya SQ3R memberikan dorongan kepada siswa untuk mensurvei dan bertanya, membuat prakiraan dan membaca uji hipotesis.

2.3 Hasil Belajar

Proses pembelajaran yang dilaksanakan tentunya akan memperoleh suatu hasil yang dikatakan sebagai hasil belajar. Siswa yang mempunyai daya serap dan kemampuan kognitif tinggi akan memperoleh hasil yang berbeda dengan seorang siswa yang mempunyai kemampuan kognitif rendah. Hal tersebut didukung oleh pendapat Abdurahman ( 1993: 3)

Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar yang dilakukan oleh penyaji pembelajar.

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006: 121)

Setiap proses belajar menagajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2002: 19)

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.


(47)

19

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran dapat diperoleh dengan berusaha mengamati, melakukan percobaan, memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta mampu untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2005: 21)

Hasil belajar dapat diperoleh dari berbagai usaha, misalnya aktif dalam kegiatan pembelajaran, memahami eksperimen yang dilakukan, dan menganalisis hasil eksperimen dan menganalisis isi buku. Seseorang yang mampu menguasai suatu materi keilmuan dapat dikatakan bahwa

seseorang tersebut memiliki prestasi.

Hasil belajar merupakan prestasi aktual siswa yang dapat didukung dengan berbagai aktivitas pembelajaran. Hasil belajar yang baik akan diperoleh dengan usaha yang dilakukan oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Keller dalam Mulyono (2002: 45)

Hasil belajar adalah prestasi actual yang ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah

perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indicator dari adanya aktivitas, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari interaksi kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar itu dapat berupa tingkah laku, ranah berfikir dan perasaan. Hal tersebut dikemukakan oleh Anderson dalam Depdiknas (2004: 4)

Karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah efektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dalam bidang pendidikan. Ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.


(48)

20

Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom dalam Sukari (2008: 75) membagi menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar, yaitu: (1)Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisisn, sintesis, dan evaluasi, (2) ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, dan pembentukan pola hidup, (3) ranah psikomotor terdiri dari tujuh perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreatifitas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh siswa setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

2.4 Pengertian Sinopsis 1) Konsep Teoritis

Sinopsis adalah ikhtisar karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan bersama-sama dengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis itu, atau ringkasan atau abstraksi (KBBI, 1988: 845). Sinopsis mengandung tiga pengertian yaitu; ikhtisar karangan, ringkasan, atau abstraksi, Keraf (1977: 84) menyatakan bahwa ringkasan sumarry précis adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk pendek. Kata précis berarti memotong atau meringkas. Dengan demikian meringkas ibarat memangkas sebatang pohon yang akhirnya tinggal batang dan cabang-cabang yang terpenting.

Menurut Keraf( dalam Rahmat Widodo, http://wyw1d.wordpress.com/2009/12/25/cara-menyusun-sinopsis/)


(49)

21

Keindahan gaya bahasa, ilustrasi serta penjelasan-penjelasan yang terperinci harus dihilangkan, sari karangannya dibiarkan saja tanpa hiasan dan yang tinggal hanyalah pokok-pokoknya saja. Namun demikian meskipun bentuknya ringkas, pikiran pengarang dan pendekatannya yang asli masih tetap dipertahankan dan harus ada.

Penulisan ringkasan harus berbicara sesuai dengan tulisan pengarang. Oleh karena itu dalam ringkasan, kalimat “Dalam alinea ini penulis mengatakan … “ atau “Penulis berpendapat … “ harus dihindari. Pernyataan demikian adalah suara penulis yang membuat ringkasan. Penulis yang membuat ringkasan seyogyanya langsung menyusun ringkasan tersebut, yang dimulai dengan meringkaskan kalimat-kalimat, alinea-alinea, bab-bab atau bagian-bagian yang lain dan seterusnya. Tidak berbeda jauh pula dengan pengertian ikhtisar yang berarti pula sebagai ringkasan. Hanya penggunaanya pada umumnya diarahkan pada buku-buku karya ilmiah.

Berbeda dengan abstraksi yang biasanya kita temukan dalam penyusunan skripsi dan tesis. Abstraksi dalam pengertian ini pun berarti ringkasan, perbedaannya sangat tipis yaitu hanya pada sisi tujuan penggunaannya. Ringkasan biasa dilakukakan terhadap objek karya sastra, maupun nonsastra, atau dalam karya ilmiah maupun nonilmiah. Sinopsis seringkali dipergunakan dalam karya yang bersifat sastra. Kalau pun ada sinopsis yang dikenakan pada karya nonsastra bahkan pada karya ilmiah, itu merupakan model dan bentuk pengembangan. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sinopsis adalah ringkasan yang mengarah pada karya-karya baik fiksi maupun bukan fiksi, sedangkan sasaran ringkasannya adalah karya-karya ilmiah lebih kita gunakan istilah abstraksi atau ringkasan itu sendiri.

Sinopsis bukanlah resensi, sebab resensi tidak hanya meringkas tetapi juga menyimpulkan baik buruknya bulku sesudah dibaca, bahkan dalam resensi penulis dituntut untuk memberi ulasan


(50)

22

sesudah melakukan telaah. Umumnya penulis resensi menyeleksi buku-buku secara khusus, yaitu hanya buku-buku yang baru terbit saja dan menarik untuk dikaji atau diresensi.

Postingan ini tidak akan membahas bentuk-bentuk atau perbedaan ikhtisar, resensi, dan sinopsis, maupun abstraksi, tetapi membahas bagaimana menulis sebuah sinopsis. Oleh karena itu, marilah kita samakan persepsi kita dalam memahami pengertian sinopsis. Persepsi kita sinopsis adalah ringkasan yang berbicara susasana pengarang asli (pengarang buku yang diringkas) dengan tetap mempertahankan bentuknya sebagai sebuah karangan.

2) Persiapan Menyusun Sinopsis

Sebelum kita mulai menyusun sinopsis, terlebih dahulu barlatihlah membuat ringkasan yang diambil dari sebuah karya atau artikel. Hal ini sangat berguna untuk mengembangkan ekspresi dan latihan menghemat kata. Latihan ini tidak cukup dilakukan secara intensif akan

mengembangkan daya konsentrasi, serta mempertajam dalam menangkap pemahaman isi bacaan secara tepat, cermat, dan efektif.

Latihan menyusun sinopsis harus diawali dari membaca, maka berlatihlah secara terus menerus akan mengembangkan kemampuan membaca cepat, tepat dan cermat. Membaca dengan cara demikian amat diperlukan untuk membantu mempertajam gaya bahasa, serta menghindari uraian-uraian yang panjang lebar. Dengan demikian penulis sinopsis harus terlebih dahulu membekali diri dengan kemampuan membaca sebelum melakukan pekerjaan menyusun sipnosis. Dalam kegiatan membaca, objek atau materi yang akan di susun menjadi sipnosis tak cukup dibaca sekali. Materi tersebut perlu dibaca berulang kali, karena seluruh isi materi harus benar-benar dipahami dan dihayati.


(51)

23

3) Langkah-langkah Menyusun Sinopsis

1. Bacalah naskah asli berulang kali sampai benar-benar diketahui maksud dan pandangan pengarang.

2. Pada saat membaca perlu digaris bawahi atau dicatat ide sentralnya (pokok pikiran, kalimat pokok/kalimat inti).

3. Kesampingkan dulu teks asli sesudah dicatat ide sentral atau hal-hal pokok yang telah diketahui, kemudian kembangkan catatan-catatan tersebut dengan bahasa sendiri.

4. Pergunakanlah kalimat-kalimat tunggal, bila memungkinkan hindari pemakaian kalimat majemuk atau mengulang kalimat, gnakan kalimat sederhana yang efektif.

5. Ringkaslah kalimat menjadi frase, dan frase menjadi kata.

6. Bila terdapat rangkaian ide atau gagasan dari beberapa alinea, maka ambilah ide sentralnya saja atau pokok pikiran dan kalimat pokok/intinya.

7. Buanglah bebrapa alinea yang dapat diwakili dengan satu alinea saja, atau sebaliknya, dan pertahankan alinea yang memang harus dipertahankan.

8. Pertahankanlah kalimat yang tidak memungkinkan untuk disederhanakan, sehingga keaslian suara pengarang tetap dapat dipertahankan pula, yaitu kata kunci yang ada pada kalimat tersebut.

9. Buanglah seluruh kata tugas yang memungkinkan untuk dibuang, tetapi pertahankanlah susunan ide yang tersusun sesuai naskah aslinya.

Menyusun sinopsis sama dengan menyusun ringkasan karangan, menyusun ringkasan karangan ibarat memangakas sebuah pohon besar menjadi pohon kecil yang padat dan berisi. Maka hasil sinopsis adalah sebuah karangan pendek sesuai dengan karangan aslinya. Sebagai pedoman


(52)

24

sederhana saja, sinopsis adalah sebuah karangan utuh diringkas menjadi sepertiganya atau seperempatnya saja cukuplah baik apabila suara tetap dapat dipertahankan keaslinya.


(53)

25

III. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Lampung Selatan semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan proses kajian berdaur ulang yang terdiri dari empat tahapan, yaitu

Gambar 1. Alur penelitian tindakan kelas (Aqib, 2007: 30)

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Lampung Selatan tahun 2012/2013. Jumlah Siswa adalah 34 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

3.3 Faktor yang diteliti

Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan di atas, ada beberapa faktor yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu:

1) Kemampuan keterampilan membaca sinopsis novel remaja 2) Hasil belajar siswa pada materi pokok membuat sinopsis

TINDAKAN OBSERVASI REFLEKSI


(54)

26

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa siklus belajar dan setiap siklus dilaksanakan dengan beracuan pada peningkatan yang ingin dicapai. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan prosedur berikut:

1) Perencanaan (Plan)

2) Pelaksanaan tindakan (action) 3) Evaluasi (Observe)

4) Refleksi (reflect)

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini untuk setiap siklus akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus Pertama a) Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:

1) Melakukan observasi awal di SMP N 1 Sidomulyo Lampung Selatan

2) Menentukan model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan berdasarkan masalah yang terjadi di kelas.

3) Menentukan peringkat akademik siswa berdasarkan data hasil observasi awal yang nantinya digunakan sebagai pedoman pembagian kelompok.

4) Menyesuaikan silabus dengan sintak pembelajaran inkuiri dengan metode STAD 5) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

6) Membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK)

7) Membuat lembar observasi ketrampilan proses membaca. 8) Membuat lembar observasi diskusi kelas.


(55)

27

10) Membuat lembar soal post-test b. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, yaitu sesuai dengan sintak pembelajaran metode STAD. Langkah yang dilakukan pada pembelajaran metode STAD adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memberikan masalah atau pertanyaan yang berkaitan dengan konsep awal siswa berupa contoh novel. Atau dengan kata lain, guru memunculkan konflik untuk memotivasi semangat belajar siswa, serta mengetahui konsep awal siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Pada bagian ini guru sebaiknya mengungkapkan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan pembelajaran yang ditempuh merupakan Tahapan atau fase pembelajarannya meliputi: a) Guru memberikan tugas untuk membuat sinopsis novel remaja dan mengaitkan materi yang mereka pelajari dengan menggunakan metode STAD.

b) Merumuskan masalah

Berdasarkan yang telah diberikan, guru membimbing siswa di dalam kelompoknya untuk merumuskan masalah untuk dicarikan jawabannya melalui kegiatan membaca.

c) Menguji Hipotesis

Guru membimbing siswa untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan di awal pelajaran d) Merumuskan Kesimpulan


(56)

28

Setelah semua tahapan dalam kegiatan pembelajaran inkuiri telah ditempuh, maka diadakan diskusi, siswa akan memperoleh konsep-konsep yang relevan dari materi yang disampaikan guru.

1) Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup guru menegaskan konsep-konsep penting sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menegaskan sekali lagi konsep yang benar dari konsep awal siswa yang kurang relevan dengan teori yang ada. Pada bagian ini juga siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru memberikan soal-soal latihan agar siswa memahami konsep secara bermakna bukan sekedar hafal .

c) Tahap Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarakan lembar observasi ketrampilan membaca siswa, lembar observasi diskusi kelas, lembar observasi

pengelolaan pembelajaran, dan hasil belajara siswa.

1) Tahap Refleksi

Langkah-langkah pada tahap ini yaitu:

a) Mengidentifikasi temuan-temuan, terutama temuan yang menjadi kendala atau masalah dalam tahap pelaksanaa tindakan.

b) Menyusun rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan tersebut untuk dilaksanakan dalam siklus berikutnya.

Refleksi dilaksanakan dengan menganalisis hasil evaluasi pada siklus satu langkah perbaikan/penyempurnaan yaitu akan berupa penyempurnaan RPP dan tes formatif untuk


(57)

29

pelaksanaan siklus kedua, serta perbaikan pelaksanaan tindakan pada proses pembelajaran dan layanan konsultasi untuk siklus kedua yang akan dijadikan sebagai dasar perbaikan atau penyempurnaan tindakan sebelumnya.

1. Siklus Kedua

Pada dasarnya tahap demi tahap pembelajaran pada siklus kedua sama seperti siklus pertama. Pelaksanaan Siklus II ini akan diawali dengan perbaikan dan pelaksanaan dari rekomendasi yang dihasilkan pada kegiatan refleksi siklus I. Penyusunan RPP, sekenario pembelajaran, dan tes formatif dilakukan dengan memperhatikan hasil evaluasi dari siklus pertama.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah:

1) Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang digunakan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran.

2) Lembar observasi ketrampilan proses membuat novel remaja untuk mengetahui peningkatan ketrampilan proses membaca siswa. Contoh penilaian ketrampilan proses membuat synopsis novel dapat dilihat pada tabel 3.1


(58)

30

Tabel 3.1 Contoh lembar observasi penilaian keterampilan proses membuat sinopsis

No Nama Siswa

Sub Ket Proses

Skor %

KPM Kategori

K1 K2 K3 K4

1 2 …

Jumlah Skor Skor Maksimum Nilai Rata-rata

3) Lembar pengamatan diskusi kelompok untuk mengetahui kektifan siswa dalam diskusi. Contoh lembar pengamatan diskusi kelompok dapat dilihat pada table 3.2

No

Nama Siswa Aspek Penilaian Skor % AP Kategori

K1 K2 K3

1 2 3 …

Jumlah Skor Skor Maksimum Nilai Rata-rataa


(59)

31

4) Lembar observasi guru mengajar untuk evaluasi guru dari siklus I ke siklus berikutnya. Contoh lembar observasi guru mengajar dapat dilhat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Contoh instrument observasi guru mengajar.

No Aspek yang diamati

Penilaian Dilakukan

1 2 3 4

Ya Tidak

I Kesiapan Guru

1. Membuat RPP, silabus, dan LKS 2. Menyiapkan media

3. Sumber-sumber kepustakaan II Pelaksanaan

A. Kegiatan awal

1. Menyampaikan SK, KD, tujuan dan indikator pembelajaran

2. Memotivasi siswa

3. Mengelompokka siswa menjadi beberapa kelompok

4. menyajikan kegiatan sehari-hari dengan materi 5. Membangkitkan kembali ingatan siswa dan mengungkapkan konsep awal siswa dengan mengajukan pertanyaan

6. Membagikan LKS III Kegiatan Inti


(60)

32

2. Membimbing siswa untuk menemukan dan memahami konsep dengan menjawab pertanyaan yang ada pada LKS melalui diskusi kelompok dengan pengetahuan yang sudah dimilki siswa atau merumuskan masalah

3. Membimbing Siswa mencari pemecahan masalah 4. Membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil pengamatannya

5. Mengevaluasi hasil diskusi

6. Memberikan kesempatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan kepada guru

C. Penutup

1. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar dan penting yang harus dikuasai siswa

2. Memberikan reward kelompok terbaik dan tugas studi kepustakaan sebagai pemantapan konsep 3. Menutup pembelajaran

III Pengelolaan waktu IV Antusiasme Kelas

1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias Jumlah


(61)

33

Skor maksimal 100

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut. Kategori: 30 – 39 = sangat rendah

Kategori: 40 – 55 = rendah Kategori: 56 – 65 = cukup Kategori: 66 – 79 = baik

Kategori: 80 – 100 = sangat baik

3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Data

Data yang diperoleh setelah dilakukannya penelitian ini adalah data berupa data kuantitatif, yaitu data keterampilan proses membaca dan hasil tes belajar siswa untuk mengetahui data

keterampilan proses dan hasil belajar yang diperoleh dari pemberian tes pada setiap akhir siklus.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data a. Data Keterampilan Proses

Untuk memperoleh data ketrampilan proses siswa disediakan lembar observasi keterampilan proses membuat sinopsis novel remaja yang terdiri dari 7 penilaian keterampilan dengan rincian sebagai berikut:

K1 = Keterampilan memahami isi bacaan K2 = Keterampilan merumuskan hipotesis K3 = Keterampilan menganalisa isi bacaan K4 = Keterampilan merumuskan kesimpulan


(62)

34

b. Data Hasil Belajar

Data pemahaman hasil belajar awal siswa, dilakukan dengan memberikan 10 soal pilihan ganda mengenai unsur-unsur intrinsik novel remaja. Pada penelitian, pengambilan data hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan tes diakhir siklus.

3.7 Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai berikut:

3.7.1 Kemampuan Membuat Sinopsis

Data diperoleh dari instrument lembar observasi keterampilan proses dengan penilaian sebagai berikut:

4 = Jika 3 atau semua indikator setiap sub kemampuan membuat sinopsis novel dilaksanakan. 3 = Jika 2 indikator setiap sub kemampuan membuat sinopsis novel dilaksanakan.

2 = Jika 1 indikator setiap sub kemampuan membuat sinopsis novel dilaksanakan.

1= Jika tidak satupun indikator setiap sub kemampuan membuat sinopsis novel dilaksanakan.

a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal. Persentase kemampuan membaca siswa diperoleh dengan rumus:

jumlah skor

% KPM = x 100 % Skor maksimal


(63)

35

Untuk menentukan keterampilan membuat sinopsis novel remaja, digunakan kategori sebagai berikut:

81 – 100 = Sangat Baik 61 – 80 = Baik

41 – 60 = Cukup Baik 21 – 40 = Kurang Baik

< 20 = Sangat Kurang Baik

Muhibin Syah dalam Marnasusanti (2007: 48)

3.7.2 Data Hasil Belajar

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal. a) Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

skor yang diperoleh

% Pencapaian Hasil Belajar x 100 % skor maksimum

b) Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

∑ nilai hasil belajar setiap siswa Rata – rata hasil belajar siswa =


(64)

36

Untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa disesuaikan dengan KKM yang berlaku di sekolah yaitu 65. Apabila nilai siswa ≥ 65, maka dikategorikan tuntas.

3.8 Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini adalah:

3.8.1 Meningkatkan kemampuan membuat synopsis novel remaja terhadap pelajaran Bahasa Indonesia setelah diterapkannya pembelajaran inkuiri yang berorientasi pada metode STAD.

3.8.2 Meningkatnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dengan skor akhir minimum 68 setelah diterapkannya pembelajaran inkuiri yang berorientasi pada metode STAD.


(65)

37


(66)

56

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:

1.(a) KPM siswa dapat ditingkatkan menggunakan metode pembelajaran STAD, dengan cara membaca novel remaja dan guru menjelaskan alur pembuatan sinopsis novel remaja. Dari kegiatan diskusi tersebut siswa dibimbing untuk merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merumuskan kesimpulan, menyusun laporan dan mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok. Selain itu, guru terus memantau kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan LKK, sehingga apabila terjadi kesalahan guru dapat segera membimbing siswa.

(b)Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara membagi kelompok ke dalam 7

kelompok berdasarkan tingkat kemampuan akademik, sehingga siswa yang berkemampuan tinggi dapat menjadi tutor sebaya dalam kelompoknya. Selain itu, sebelum siswa memualai kegiatannya di dalam kelompok, guru selalu memberikan arahan kepada setiap kelompok agar mengerjakan LKK dengan teliti sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Sedangkan pada saat siswa bekerja di dalam kelompoknya, guru terus

membimbing siswa, memberikan penguatan konsep diakhir pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanyatentang materi yang sedang dibahas. Selain itu


(67)

57

guru juga memberikan refleksi dengan cara memberikan pertanyaan yang sesuai dengan topik yang dibahas. Diakhir pembelajaran, guru memberikan penghargaan kepada individu dan kelompok yang memilki kinerja paling baik.

2. Terjadi peningkatan KPM siswa pada setiap siklusnya, pada siklus I KPM belajar siswa sebesar 59,72 dengan kategori “Cukup Baik”, dan pada siklus II meningkat sebesar 10,77 menjadi 70,49 dengan kategori “Baik”.

3. Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa setiap siklusnya. Pada siklus I adalah 68, 06 dengan kategori “Tuntas”, dan pada siklus II rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 9,33 menjadi 76,39 dengan kategori “Tuntas”.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan bagi guru atau guru peneliti yang akan menerapkan model pembelajaran STAD harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru harus mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sesuai dengan RPP, agar pembelajaran berlangsung dengan baik.

2. Guru harus memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas dengan baik sehingga siswa dapat memanfaatkan kehadiran guru sebagai fasilitator.

3. Guru dapat menerapkan metode STAD karena pembelajaran ini dapat meningkatkan KPM dan hasil belajar Bahasa Indonesia, tetapi juga dapat meningkatkan keterampilan membaca, merumuskan hipotesa, merumuskan kesimpulan, dan keterampilan berkomunikasi.


(68)

(1)

Untuk menentukan keterampilan membuat sinopsis novel remaja, digunakan kategori sebagai berikut:

81 – 100 = Sangat Baik 61 – 80 = Baik

41 – 60 = Cukup Baik 21 – 40 = Kurang Baik

< 20 = Sangat Kurang Baik

Muhibin Syah dalam Marnasusanti (2007: 48)

3.7.2 Data Hasil Belajar

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal. a) Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

skor yang diperoleh

% Pencapaian Hasil Belajar x 100 % skor maksimum

b) Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

∑ nilai hasil belajar setiap siswa Rata – rata hasil belajar siswa =


(2)

Untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa disesuaikan dengan KKM yang berlaku di sekolah yaitu 65. Apabila nilai siswa ≥ 65, maka dikategorikan tuntas.

3.8 Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini adalah:

3.8.1 Meningkatkan kemampuan membuat synopsis novel remaja terhadap pelajaran Bahasa Indonesia setelah diterapkannya pembelajaran inkuiri yang berorientasi pada metode STAD.

3.8.2 Meningkatnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dengan skor akhir minimum 68 setelah diterapkannya pembelajaran inkuiri yang berorientasi pada metode STAD.


(3)

(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:

1.(a) KPM siswa dapat ditingkatkan menggunakan metode pembelajaran STAD, dengan cara membaca novel remaja dan guru menjelaskan alur pembuatan sinopsis novel remaja. Dari kegiatan diskusi tersebut siswa dibimbing untuk merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merumuskan kesimpulan, menyusun laporan dan mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok. Selain itu, guru terus memantau kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan LKK, sehingga apabila terjadi kesalahan guru dapat segera membimbing siswa.

(b)Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara membagi kelompok ke dalam 7

kelompok berdasarkan tingkat kemampuan akademik, sehingga siswa yang berkemampuan tinggi dapat menjadi tutor sebaya dalam kelompoknya. Selain itu, sebelum siswa memualai kegiatannya di dalam kelompok, guru selalu memberikan arahan kepada setiap kelompok agar mengerjakan LKK dengan teliti sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Sedangkan pada saat siswa bekerja di dalam kelompoknya, guru terus

membimbing siswa, memberikan penguatan konsep diakhir pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanyatentang materi yang sedang dibahas. Selain itu


(5)

guru juga memberikan refleksi dengan cara memberikan pertanyaan yang sesuai dengan topik yang dibahas. Diakhir pembelajaran, guru memberikan penghargaan kepada individu dan kelompok yang memilki kinerja paling baik.

2. Terjadi peningkatan KPM siswa pada setiap siklusnya, pada siklus I KPM belajar siswa sebesar 59,72 dengan kategori “Cukup Baik”, dan pada siklus II meningkat sebesar 10,77 menjadi 70,49 dengan kategori “Baik”.

3. Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa setiap siklusnya. Pada siklus I adalah 68, 06 dengan kategori “Tuntas”, dan pada siklus II rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 9,33 menjadi 76,39 dengan kategori “Tuntas”.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan bagi guru atau guru peneliti yang akan menerapkan model pembelajaran STAD harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru harus mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sesuai dengan RPP, agar pembelajaran berlangsung dengan baik.

2. Guru harus memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas dengan baik sehingga siswa dapat memanfaatkan kehadiran guru sebagai fasilitator.

3. Guru dapat menerapkan metode STAD karena pembelajaran ini dapat meningkatkan KPM dan hasil belajar Bahasa Indonesia, tetapi juga dapat meningkatkan keterampilan membaca, merumuskan hipotesa, merumuskan kesimpulan, dan keterampilan berkomunikasi.


(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI BINATANG PADA SISWA KELAS II SDN MEJOYO KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

2 19 24

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENARI BEDANA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION KELAS XI IPA 1 SMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG

2 20 64

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG

1 8 19

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN MEDIA CHARTA PADA PELAJARAN BIOLOGI (PTK di Kelas VII.6 SMP Negeri 1 Gading Rejo 2011/2012)

0 8 55

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT SINOPSIS NOVEL REMAJA MELALUI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) (PTK di Kelas VIII G SMP N 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan tahun Pelajaran 2012/2013)

4 14 68

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) ( Studi pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Semester GenapTahun Pelajaran 2012 / 2013)

0 3 54

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PKn MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 1 BUMI AGUNG KEC. TEGINENENG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 102

MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT): DAMPAK TERHADAP HASILBELAJAR FISIKA

0 0 13

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn MENGGUNAKAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION SEKOLAH DASAR

0 0 9

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS VII A SMP N 2 KALIBAWANG

0 0 6