UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) ( Studi pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Semester GenapTahun Pelajaran 2012 / 2013)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD)
( Studi pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo
Semester GenapTahun Pelajaran 2012 / 2013)

Oleh
RUSTAM EFFENDI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2013

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD)
( Studi pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo
Semester GenapTahun Pelajaran 2012 / 2013)

Oleh

RUSTAM EFFENDI

Pembelajaran yang diterapkan oleh guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar merupakan indikasi pembelajaran yang belum optimal. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas


yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

matematika siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo pada semester
genap Tahun Pelajaran 2012/2013, melalui model pembelajaran Kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD).

Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus, yang setiap siklusnya meliputi 4 tahap
kegiatan yakitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data
aktivitas siswa diperoleh melalui observasi pada setiap pertemuan dan data
pemahaman konsep matematika diperoleh melalui tes setiap akhir siklus.

Berdasarkan analisis data hasil penelitian ini diketahui bahwa terjadi peningkatan
persentase siswa aktif dan hasil belajar matematika. Persentase rata-rata siswa
aktif pada Siklus I, II, III adalah

%; 75,6%; dan 85%. Persentase ketuntasan

hasil belajar siswa pada siklus I, II, III adalah 83,3%; 80%; dan 76,7%.


Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika bagi siswa kelas VIII B SMP
Muhammadiyah Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

Kata Kunci: Aktivitas belajar, hasil belajar, STAD

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
I.

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
E. Ruang Lingkup ...................................................................................... 6


II. TINJAUAN PUSTAKA dan KERANGKA PIKIR .............................. 8
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika SMP ...................... 8
1. Pengertian Belajar........................................................................... 8
2. Belajar Matematika di SMP ............................................................ 10
3. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SMP ................. 12

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................................................... 14
1. Kooperatif ....................................................................................... 15
2. Student Teams Achievement Division (STAD) ............................. 16
3. Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ............................. 20
4. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ............... 23
5. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ....................... 24
C. Aktivitas Belajar .................................................................................... 25
D. Hasil Belajar ......................................................................................... 29
E. Kerangka Berpikir ................................................................................ 30
F. Hipotesis Tindakan ............................................................................... 32

III. METODE PENELITIAN.......................................................................... 33
A. Setting Penelitian ................................................................................... 33
B. Faktor Yang Diteliti ............................................................................... 33

C. Data Penelitian ....................................................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 34
E. Instrumen Penelitian .............................................................................. 35
F. Pelaksanaan Tindakan ........................................................................... 37
G. Analisis Data.......................................................................................... 38
H. Indikator Keberhasilan .......................................................................... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 42
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 42
B. Pembahasan ........................................................................................... 44

V.

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 52
A. Simpulan ................................................................................................ 52
B. Saran ...................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 5

I.


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia selalu mendapat prioritas
utama dalam pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan
masyarakat guna menciptakan generasi penerus yang memiliki kemampuan
memadai untuk menghadapi tantangan-tantangan yang semakin berkembang di
era globalisasi. Kualitas pendidikan Indonesia saat ini masih rendah, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti sumber daya manusia yang masih lemah,
model pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar di kelas masih
konvensial. Selama ini, pembelajaran
ceramah, berlangsung

metematika yang dilakukan dengan

satu arah, kegiatan masih terpusat pada guru. Namun


pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas
pendidikan baik pendidikan secara formal maupun informal.

Pemerintah melakukan berbagai usaha dalam meningkatkan kualitas pendidikan
tersebut yaitu dengan adanya pengembangan perubahan kurikulum, peningkatan
sarana dan prasarana, peningkatan kemajuan pendidikan guru melalui program SI
guru dalam jabatan, mengikutsertakan guru dalam pelatihan PAIKEM
( Pembelajaran Aktif Inovatif Keatif dan Menyenangkan) yang diselengarakan

dinas

pendidikan.

Namun

demikian

program

tersebut


harus

berjalan

berkesinambungan dan terarah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Di sekolah, peran dan tugas guru sangat penting dalam mendidik dan mengajar
siswa, baik dari metode pembelajaran, materi maupun sikap guru dalam kegiatan
belajar mengajar. Semua tugas dan peran tersebut dibebankan kepada guru dalam
upaya mencapai tujuan kurikulum yang dapat meningkatkan kualitas anak didik.
Tujuan kurikulum suatu sekolah dapat dicapai melalui berbagai mata pelajaran,
salah satunya adalah pelajaran matematika. Secara umum, tidak semua sekolah
dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran matematika sesuai dengan
yang tercantum dalam kurikulum. Setiap sekolah menemui kendala yang berbedabeda dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika. Pembelajaran secara
konvensional (teacher centered situation) tidak dapat mengajak siswa untuk
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang diharapkan dapat mencapai
tujuan pembelajaran dengan mudah. Siswa selalu terkondisikan untuk menerima
informasi apa adanya, sehingga siswa cenderung pasif dan menunggu diberi
informasi tanpa berusaha menemukan informasi tersebut. Akibatnya, siswa hanya

mampu untuk menghapal tanpa memahami materi yang telah diterimanya.

Berdasarkan pengalaman menjadi guru di SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo,
masih banyak siswa kelas VIIIb yang kurang memahami konsep-konsep di dalam
materi pelajaran matematika. Hal tersebut dapat dilihat pada semester ganjil tahun
2012/2013 yang mengalami rendahnya rata-rata pencapaian hasil ujian semester
siswa yaitu sebesar 55,75 dari 30 siswa kelas VIIIb dan hanya 53% siswa yang

tuntas belajar dengan memperoleh nilai di atas Kriteia Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu 70 berdasarkan kesepakatan guru matematika.

Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, tampak aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung masih rendah. Hal ini dapat dilihat
dari kegiatan pembelajaran yang tidak mengembangkan kemampuan siswa,
diantaranya guru hanya memberikan materi, contoh soal, tanya jawab, latihan, dan
pemberian tugas matematika. Misalnya, pada saat guru matematika memberikan
kesempatan siswa untuk aktivitas oral yaitu bertanya, mengeluarkan pendapat dan
diskusi dalam suatu materi belajar. Namun aktivitas siswa tersebut hanya diam,
tidak mau melakukan tanya jawab dengan guru. Sehingga guru tidak mengetahui
apakah siswa sudah paham atau belum tentang materi dan contoh soal yang

diberikan. Hal-hal tersebut menyebabkan ketuntasan belajar siswa belum
mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan KKM. Dengan demikian perlu
adanya perbaikan suatu model pembelajran yang efektif dan dapat mengaitkan
materi teori dengan kenyataan yang ada dilingkungan sekitarnya. Pemilihan
metode pembelajaran akan mempengaruhi tercapainya keaktifan siswa yang dapat
mempengaruhi hasil belajar yang disampaikan.

Salah satu model pembelajaran yang memberikan peluang siswa untuk melakukan
lebih banyak aktivitas belajar adalah model pembelajaran kooperatif, karena
pembelajaran ini akan melatih kerja sama, saling menghargai, saling membantu,
dan akan menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa. Pembelajaran kooperatif
menuntut siswa berinteraksi secara aktif dalam kelompok. Dalam proses

pembelajaran diharapkan adanya komunikasi banyak arah yang memungkinkan
terjadinya aktivitas dan kreativitas sesuai dengan yang diharapkan.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,
dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Lie
(2003: 30), adapun ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur

yang harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses
kelompok. Dengan pembelajaran koopertaif ini, siswa dapat mengeksplor
kemampuannya dengan keaktifan mengeluarkan pendapat sehingga kegiatan
belajar akan terasa aktif dan mudah untuk dipahami melalui kegiatan diskusi
dengan teman.

Model pembelajaran kooperatif ada bermacam-macam yaitu jigsaw, STAD
(Student Teams Achievement Division), dan kooperatif tipe Make A Match. Dalam
penelitian lebih menggunakan model pembelajaran koopratif tipe STAD. Menurut
Rusman (2010: 217) model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu
metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pembelajaran
komprehensif untuk subjek tertentu, guru memberikan pembelajaran sesuai
dengan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan
subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru menggunakan materi mereka
sendiri untuk menambah atau mengamati materi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.

Model pembelajaran STAD dapat dilakukan dengan membentuk beberapa
kelompok yang terdiri dari 4-5 orang lalu siswa berdiskusi tentang suatu materi
belajar dan mengerjakan tugas secara keompok lalu perwakilan kelompok ini
mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas lalu mereka melakukan diskusi
dengan seluruh siswa dan bahkan adanya sesi tanya jawab. Selain itu juga adanya
test kemampuan individu dalam memahami materi yang disampaikan secara
berkelompok tersebut dan adanya penghargaan yang diberikan oleh guru terhadap
siswa yang baik. Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan
siswa dapat meningkatkan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran matematika,
sehingga dapat meningkatkan pemahaman materi dan konsep matematika siswa.
Hal tersebut merupakan komponen penting untuk memecahkan masalah dalam
mempelajari matematika dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas VIIIb SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Semester Genap
Tahun Pelajaran 2012/2013?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas VIIIb
SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar matematika
melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran
matematika.

2.

Bagi guru, merupakan bahan masukan untuk memperbaiki proses
pembelajaran mata pelajaran matematika

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang
menempatkan siswa dalam tim belajar dengan beranggotakan empat orang
berdasarkan tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Kemudian guru
menyajikan materi pelajaran, dan lalu siswa bekerja di dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut.

2.

Aktivitas siswa pada penelitian ini adalah adanya aktivitas siswa selama
dalam proses pembelajaran di kelas. Indikator aktivitas yang diamati adalah
perhatian siswa dalam memperhatikan penjelasan oleh guru, kegiatan diskusi
kelas, aktif berdiskusi dalam kelompok, kegiatan presentasi hasil diskusi
kelompok, membuat kesimpulan.

3.

Hasil belajar matematika adalah penguasaan materi matematika yang dicapai
oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika yang ditunjukkan
dengan nilai tes pada setiap akhir siklus.

4.

Subyek penelitian ini yaitu siswa kelas VIIIb SMP Muhammadiyah 1
Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika SMP

1.

Pengertian Belajar

Dalam proses pembelajaran harus bisa membangun respon peserta didik dalam
upaya

membangun

pengetahuannya.

Menurut

Thorndike

dalam

Hamzah

(2008:11), mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus
dan respon. Perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang dapat diamati
dan yang tidak dapat diamati. Pandangan Thorndike mengarah langsung pada
hasil belajar atau tingkah laku yang diamati. Stimulus dari lingkungan dan proses
kognitif yang dilakukan pembelajar dapat menyebabkan timbulnya respon
sehingga setiap individu dapat membangun sendiri pengetahuannya. Semakin
banyak stimulus yang dapat diterima maka semakin banyak respon yang akan
dilakukan.

Belajar menurut aliran humanistik merupakan suatu proses yang harus berhulu
dan bermuara pada manusia itu sendiri, proses belajar akan berhasil jika siswa
telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri, Bloom (1977:23). Dengan
kata lain siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.

9

Pembelajaran merupakan upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan
kondisi belajar bagi peserta didik, Mc. Donald (Hamalik, 2003:6). Implikasi dari
pendapat tersebut bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah
tingkah laku peserta didik, kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian
lingkungan, memandang peserta didik sebagai mahluk hidup dengan memiliki
berbagai potensi, minat, kecerdasan, emosi dan sebagainya.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang
dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran”.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang komponennya terdiri dari siswa, kegiatan
pembelajaran itu sendiri dan hasil belajar. Pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh guru dengan membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan melakukan evaluasi diakhir pembelajaran. Menurut Miarso
(2005:144) pembelajaran adalah kegiatan yang berfokus pada kondisi dan
kepentingan pembelajar. Pembelajaran diartikan sebagai bahan ajaran yang
dilakukan oleh seorang pengajar.

10

2.

Belajar Matematika di SMP

Ada beberapa pendapat tentang belajar matematika seperti yang dikemukakan
oleh Wardani (2003:3-4) menurut pendapat beberapa pakar:
a.

Kolb (1949) mendefinisikan belajar metematika sebagai proses memperoleh
pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui
transformasi

pengalaman

individu siswa. Pendapat Kolb ini intinya

menekankan bahwa belajar siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya
mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari dan siswa harus
didorong untuk aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga
dapat memperoleh pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya.
b.

Heavel-Panhuizen (1998) dan Verchaffel-De Carte (1977)
Pendidikan matematika seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa
untuk

menemukan

kembali

matematika

dengan

berbuat

matematika.

Pembelajaran matematika harus mampu memberikan siswa situasi masalah
yang dapat dibayangkan atau berhubungan dengan dunia nyata. Lebih lanjut
mereka menemukan adanya kecenderungan kuat bahwa dalam menyelesaikan
masalah dunia nyata siswa tergantung pada pengetahuan yang dimiliki siswa
tentang dunia nyata tersebut.
c.

Goldin (1992)
Matematika

ditemukan dan dibangun oleh manusia, sehingga dalam

pembelajaran matematika harus lebih dibangun oleh guru. Pembelajaran
matematika manjadi lebih aktif bila guru membantu siswa menemukan dan
memecahkan masalah dengan menerapkan pembelajaran bermakna.

11

Matematika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang banyak
mendasari perkembangan ilmu pengetahuan yang memiliki peran penting
dalam kehidupan manusia. Menurut Suherman (2001:54) menyatakan bahwa
matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang terus berkembang baik materi
maupun kegunaannya. Sehingga dalam pembelajarannya di sekolah harus
memperhatikan perkembangan-perkembangan,

baik di masa lalu, masa

sekarang maupun kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan. Jadi, alasan
perlunya matematika diajarkan di sekolah adalah karena matematika sebagai
salah satu ilmu dasar yang mempunyai arti penting dalam kehidupan. Hudoyo
(1990:4) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau
konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan saling berkaitan
erat satu sama lain. Dalam belajar matematika harus bertahap dan berurutan
secara sistematis serta harus didasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya.
Seseorang

akan mampu

mempelajari

matematika

yang baru apabila

didasarkan kepada pengetahuan yang telah dipelajari.
Pengajaran yang lalu akan mempengaruhi proses belajar materi matematika
berikutnya yang tersusun secara hierarkis. Matematika memiliki peran
deduktif berkenaan dengan ide-ide yang abstrak dan simbol-simbol yang
tersusun

secara

hierarkis

serta

aksiomatik.

Sehingga

dalam belajar

matematika memerlukan sesuatu aktivitas mental untuk memahami arti
berbagai struktur, hubungan dan simbol.

Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru perlu memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang banyak melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Siswa

12

dibawa ke arah mengamati, menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab
pertanyaan mengapa, dan kalau mungkin mendebat. Dalam hal ini kreativitas
guru amat penting untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang
secara khusus cocok dengan kelas yang dibinanya termasuk sarana dan
prasarana yang mendukung terjadinya optimalisasi interaksi semua unsur
pembelajaran (Suherman, 2003:63).

3.

Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SMP

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan komunikasi ide dan gagasan
dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan
persamaan matematika, diagram, dan grafik atau tabel. Menurut Departemen
Pendidikan Nasional (2003) matematika berfungsi mengembangkan kemampuan
menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri,
aljabar, dan trigonometri.

Tujuan pembelajaran matematika adalah:
1.

Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Misalnya
melalui

kegiatan

penyelidikan,

eksplorasi,

eksperimen,

menunjukan

kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2.

Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

3.

Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

13

4.

Mengembangkan kemampuan informasi atau mengkomunikasikan gagasan
antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.

Fungsi pembelajaran matematika menurut Suherman (2003:55) adalah sebagai
berikut:
1.

Sebagai Alat
Melalui matematika

siswa dapat memahami

dan menyampaikansuatu

informasi misalnya melalui persamaan atau tabel-tabel dalam model
matematika
2.

Sebagai Pola Pikir
Belajar matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman
suatu pengertian. Pola pikir yang dikembangkan adalah pola pikir deduktif
dan induktif.

3.

Sebagai Ilmu
Matematika selalu mencari kebenaran dan bersedia meralat kebenaran yang
sementara diterima, bila ditemukan penemuan baru sepanjang mengikuti pola
pikir yang sah.

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu pada fungsi matematika
serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam GBHN.
Diungkapkan dalam GBPP matematika pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah meliputi dua hal (Suherman, 2003:56), yaitu:
1.

Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan

di

dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan

14

bertindak atau dalam pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efektif dan efisien.
2.

Mempersiapkan agar siswa dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai
pengetahuan.

Tujuan pembelajaran di SMP menurut Suherman, (2003:57)
1.

Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan
matematika

2.

Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke
pendidikan menengah.

3.

Siswa memiliki kemapuan matematika sebagai peningkatan dan peluasan dari
matematika di sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan seharihari

4.

Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis,
cermat dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1.

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengajarkan pada siswa untuk menjalin kerjasama
diantara siswa, seperti diungkapakan oleh Suyanto (2005), pembelajaran

15

kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang mengupayakan peserta didik
untuk mampu mengajarkan kepada peserta lain. Pengorganisasian pembelajaran
dicirikan siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong
untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka akan berbagi
penghargaan bila mereka berhasil sebagai kelompok. Pembelajaran kooperatif
mengacu kepada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok
kecil dan saling membantu dalam belajar. Banyak terdapat pendekatan kooperatif
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Kebanyakan melibatkan siswa dalam
kelompok yang terdiri dari empat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.
Lebih lanjut lagi, aktivitas pembelajaran kooperatif dapat memainkan banyak
peran dalam pelajaran. Dalam satu pelajaran tertentu, pembelajaran kooperatif
dapat digunakan untuk tiga tujuan berbeda. Pembelajaran kooperatif dapat
digunakan untuk memecahkan sebuah masalah yang kompleks.

Dalam

pembelajaran

mengungkapkan
pembelajaran

koopratif

pendapatnya,
kooperatif

siswa

dilatih

lebih

seperti diungkapakan

percaya

diri

dalam

oleh Suyanto (2005),

berbeda dengan metode diskusi yang biasanya

dilaksanakan dikelas karena didalamnya menekankan pembelajaran dalam
kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang optimal. Pembelajaran kooperatif meletakan tanggung jawab individu
sekaligus kelompok sehingga percaya diri siswa tumbuh dan berkembang secara
positif. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerja, dan
bertanggung jawab secara sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Ibrahim, (2000:6-7), Pembelajaran kooperatif memiliki ciri
khusus sebagai berikut :

16

a)

Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya,

b)

Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah,

c)

Siswa dituntut untuk bekerja sama dalam kesamaan dan perbedaan,

d)

Pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi
yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antarsesama siswa, sebagai latihan
hidup bermasyarakat,

e)

Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Pembelajaran kooperatif sangat bermanfaat sekali untuk diterapkan pada siswa
dalam meningkatakan kepercayaan diri, seperti diungkapakan oleh Lie (1999),
pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat bagi siswa yaitu :
a)

Siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama,

b) Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan,
c)

Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,

d) Mengurangi kecemasan siswa,
e)

Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif, dan

f)

Meningkatkan prestasi akademis siswa.

2.

Student Teams Achievement Division (STAD)

STAD merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang didalamnya
siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4 atau 5 anggota yang
mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda.

17

Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok
masing-masing untuk memastikan bahwa anggota kelompok telah menguasai
pelajaran yang diberikan. Kemudian, siswa melaksanakan tes atas materi yang
diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.

Dalam pembelajaran dengan model STAD harus melalui beberapa tahapan,
seperti diungkapakan oleh Sukidin (2008:163) “Masing-masing pembelajaran
dalam STAD diawali dengan presentasi kelas yang dilaksanakan oleh guru yang
juga mencakup komponen pembukaan, pengembangan, dan petunjuk pelaksanaan
materi pembelajaran.” Hal ini sesuai dengan hukum kesiapan dari Thorndike
(Syamsu Mappa dan Anisay B, 1994) bahwa “Siswa akan mampu mengikuti
pelajaran manakala telah memiliki kesiapan mental.

Oleh karena itu, guru hendaknya menyiapkan mental siswa untuk mengikuti
pelajaran dengan memberian penjelasan singkat mengenai pengetahuan prasyarat
untuk mengikuti pelajaran baru. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim dkk
(2000:20-21), yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah model pembelajaran yang paling sederhana. Guru yang menggunakan
STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau
teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota
4-5 orang. Setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki dan perempuan
yang berasal dari berbagai suku, dan memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.

18

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang
lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain
dan atau melakukan diskusi. Lebih lanjut lagi, menurut Slavin (Nur dan
Wikandari, 2000:26), dalam STAD, siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,
jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja
di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi
itu, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu. Menurut Nur dan
Wikandari (2000:31-32), STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa
sebagi berikut.
a)
b)

Mengajar : menyajikan pelajaran.
Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim dengan dipandu oleh lembar
kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran.

c)

Tes : siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual.

d)

Penghargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota
tim, dan sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan
untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tinggi.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD agar tujuan pembelajaran tercapai
harus memperhatiakan langkah-langkah kooperatif, seperti diungkapakan oleh
Trianto, Langkah-langkah pembelajaran tipe STAD ini didasarkan pada langkahlangkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Langkah tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini .

19

Tabel 2.2 Fase-Fase Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase

Kegiatan Guru

Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Fase 2
Menyajikan/ menyampaikan
informasi
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
Menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan
bacaan
Menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
traansisi secara efisien.
Membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan penghargaan

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah diajarkan atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan
melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a)

Menghitung skor individu
Menurut Slavin (Ibrahim, 2000) untuk memberikan skor perkembangan
individu dihitung pada tabel berikut ini :

Tabel 2.3 Skor Perkembangan Individu
Nilai Tes

Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

0 poin

10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor
awal

10 poin

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal

20 poin

Lebih dari 10 poin di atas skor awal

30 poin

Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal)

30 poin

20

b) Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang
diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai
dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor
kelompok seperti tercantum pada tabel berikut ini:
Tabel 2.4 Skor Perkembangan Kelompok
Rata-rata Tim
0
x
5,9
6
x 15,9
16 x 25,9
26 x 30
c.

Predikat
Tim Baik
Tim Hebat
Tim Super

Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok setelah masing-masing
kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/ penghargaan
kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

3.

Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Langkah-langkah pebelajaran kooperatif tipe STAD menurut Nur dan Wikandari,
(2000:32-35).
a.

Bagilah kelompok ke dalam kelompok-kelompok masing-masing terdiri dari
empat atau lima anggota. Sebaiknya empat anggota; membuat tim terdiri dari
lima anggota hanya apabila kelas tidak dapat dibagi habis dengan empat
anggota.
Untuk menempatkan siswa dalam kelompok, urutkan mereka dari atas ke
bawah berdasarkan kinerja akademik tertentu dan bagilah daftar siswa yang

21

telah urut itu menjadi empat. Kemudian ambil satu siswa dari tiap perempatan
itu sebagai anggota tiap tim, pastikan bahwa tim-tim yang terbentuk itu
berimbang menurut jenis kelamin dan asal suku.
b.

Pada saat anda menjelaskan STAD, kepada kelas Anda, bacakan tugas-tugas
yang harus dikerjakan tim.
1)

Mintalah anggota tim bekerja sama mengatur bangku atau meja-kursi
mereka, dan berikan siswa kesempatan sekitar 10 menit untuk memilih
nama tim mereka.

2)

Bagilah materi belajar lain (dua set untuk tiap tim). Anjurkan agar siswa
pada tiap-tiap tim bekerja dalam duaan (berpasangan) atau tigaan.
Apabila mereka sedang mengerjakan soal, setiap siswa dalam suatu
pasangan atau tigaan hendaknya mengerjakannya di antara teman dalam
pasangan itu. Apabila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal itu,
teman satu tim siswa itu memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan
soal itu. Apabila siswa-siswa itu sedang mengerjakan soal-soal jawaban
singkat, mereka dapat saling mengajukan pertanyaan di antara satu tim,
partner secara bergantian memegang lembar jawaban atau mencoba
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

3)

Beri penekanan kepada siswa bahwa mereka tidak boleh mengakhiri
kegiatan belajar sampai mereka yakin bahwa seluruh anggota tim mereka
dapat menjawab 100% benar soal-soal kuis tersebut.

4)

Pastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk
diisi dan dikumpulkan. Oleh karena itu, penting bagi siswa pada akhirnya

22

diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka
sendiri dan teman satu tim mereka pada saat mereka belajar.
5)

Berikan kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban
mereka, tidak hanya saling mencocokan jawaban mereka dengan lembar
kunci jawaban itu.

6)

Apabila siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka mengajukan
pertanyaan itu kepada teman satu timnya sebelum mengajukan kepada
Anda.

7)

Pada saat siswa sedang bekerja dalam tim, berkelilinglah di dalam kelas,
berikanlah pujian kepada tim yang bekerja baik dan secara bergantian
duduklah bersama tiap tim untuk memperhatikan bagaimana anggotaanggota tim itu bekerja.

c.

Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis atau bentuk evaluasi yang
lain, dan berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk menyelesaikan tes
itu. Jangan mengijinkan siswa untuk bekerja sama pada saat mengerjakan
kuis itu; pada saat ini mereka harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar
sebagai individu. Mintalah siswa menggeser tempat duduknya lebih jauh bila
hal ini dimungkinkan. Salah satu cara dapat ditempuh, meminta siswa saling
menukarkan

pekerjaan mereka dengan siswa anggota tim lain atau

mengumpulkan pekerjaan itu untuk anda periksa sendiri pada kesempata lain.
d.

Buatlah skor individual dan skor tim. Skor tim pada STAD didasarkan pada
peningkatan skor anggota tim dibandingkan dengan skor yang lalu mereka
sendiri. Segera mungkin setelah tiap kuis, anda seharusnya menghitung skor
peningkatan individual dan skor tim, dan mengumumkan skor tim itu secara

23

tertulis di papan pengumuman atau cara lain yang sesuai. Apabila mungkin,
pengumuman skor tim itu dilakukan pada pertemuan pertama setelah kuis
tersebut. Hal ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan
menerima pengakuan jelas bagi siswa, meingkatkan motivasi mereka untuk
melakukan yang terbaik. Hitunglah skor tim dengan menjumlahkan poin
peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan
jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis itu.
e.

Pengakuan kepada prestasi tim. Segera setelah anda menghitung poin untuk
tiap siswa dan menghitung skor tim. Anda hendaknya mempersiapkan
semacam pengakuan kepada tiap tim yang mencapai rata-rata peningkatan 20
atau lebih. Anda dapat memberikan sertifikat kepada anggota tim atau
mempersiapkan suatu peragaan dalam papan pengumuman. Penting untuk
membantu siswa menghargai skor tim. Minat Anda sendiri yang besar
terhadap skor tim akan membantu. Apabila Anda memberikan lebih dari satu
kuis dalam satu minggu, kombinasikan hasil-hasil kuis itu ke dalam satu skor
mingguan.
Setelah 5 atau 6 minggu penerapan STAD, aturlah ulang siswa ke dalam timtim baru. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan
teman sekelas yang lain dan menjaga program pengajaran tetap segar.

4.

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Setiap model-model pembelajaran, pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Begitu juga pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun kelebihan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.

24

1.

Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar,

2.

Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,

3.

Dapat meningkatkan kreativitas siswa,

4.

Dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain,

5.

Dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan,

6.

Dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain,

7.

Dapat meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan
meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.

5.

Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Selain kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga memiliki
Kekurangan menurut Slavin, (2010:154), sebagai berikut.
1.

Setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada temantemannya,

2.

Siswa akan sedikit ramai ketika perpindahan kelompok (dari kelompok asal
ke kelompok ahli dan sebaliknya),

3.

Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini harus lengkap.

4.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga memerlukan banyak Pendidik
dalam penerapan kooperatif tipe STAD harus mengacu pada pedoman
pelaksanaan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Slavin sebagai berikut.

5.

Buatlah agar para siswa mengerjakan tiap persoalan atau contoh, atau
mempersiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang Anda berikan.

25

6.

Panggil

siswa

secara

acak.Ini

akan

membuat

para

siswa

selalu

mempersiapkan diri mereka untuk menjawab.
7.

Pada saat ini jangan memberikan tugas-tugas kelas yang memakan waktu
lama.

C. Aktivitas Belajar

Aktivitas sangat diperlukan

dalam belajar. Dengan demikian, dalam suatu

pembelajaran aktivitas belajar merupakan tanggung jawab siswa sedang guru
berperan sebagai fasilitator yang membantu keattifan siswa mencapai tujuan
belajarnya, sebagaimana yang diungkapkan Holt dalam Wardani (2007:9)
“Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam
proses pembelajaran. Semakin tinggi aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam
belajar, maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi”. Menurut Rohani
(2004:6-7) belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik
aktivitas fisik maupun psikis. “Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan
anggota badan, membuat sesuatu, bernain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika
daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka
pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya
itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal sekaligus
mengikuti proses pengajaran secara aktif. Siswa mendengarkan, mengamati
menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan
yang lainnya dan sebagainya.”

26

Aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh siswa selama pembelajaran yang dapat menunjang hasil belajar. Menurut
Diedrich dalam Rohani (2004:9) terdapat macam-macam kegiatan peserta didik
yang meliputi aktivitas SMP dan aktivitas jiwa sebagai berikut :
1.

Visual activities yaitu membaca, memperhatikan

gambar, demontrasi,

percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
2.

Oral activities, yaitu menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan
sebagainya.

3.

Listening aktivities yaitu mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music,
pidato dan sebagainya.

4.

Writing activities yaitu menulis cerita, karangan, laporan, tes angket,
menyalin dan sebagainya.

5.

Drawing activities yaitu menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola
dan sebagainya.

6.

Motor activities yaitu melakukan percobaan, membuat kontruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.

7.

Mental activities yaitu menganggap, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.

8.

Emotional activities yaitu menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,
tenang, gugup dan sebagainya.

Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain, dalam setiap aktivitas
motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu dan pada setiap
pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan.

27

Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari indikator yang relevan sebagaimana
yang diungkapkan Memes dalam Andra (2007:38), terdapat beberapa indicator
yang relevan dalam pembelajaran yang meliputi :
1.

Interaksi anak dalam mengikuti pembelajaran

2.

Kecakapan komunikasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar

3.

Partisipasi siswa dalam proses belajar

4.

Motivasi dan kegairahan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

5.

Interaksi antar siswa selama proses belajar mengajar

6.

Interaksi siswa dengan guru selama proses belajar mengajar.

Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, pedoman yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1.

Rata-rata nilai > 65 maka dikategorikan aktif

2.

Rata-rata nilai 59,4 < 65 maka dikategorikan cukup aktif

3.

Rata-rata < 59,4 maka dikategorikan kurang aktif.

Memes (dalam Andra 2007:39) menyatakan seseorang dikatakan aktif belajar jika
dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya,
memberikan tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan mengalami atau
turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Dengan melakukan banyak
aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa mampu mengalami,
memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan.

Adanya peningkatan aktivitas belajar maka akan meningkatkan hasil belajar
siswa. Oleh sebab itu dalam pembelajaran perlu adanya aktivitas sebagai proses
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan menunjang prestasi hasil

28

belajar. Menurut Sardiman (2003:95) belajar adalah berbuat, berbuat untuk
mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada
aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam interaksi belajar mengajar. Dalam belajar sangat diperlukan
adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, itu tidak akan mungkin berlangsung dengan
baik. Aktivitas dalam proses belajar-mengajar merupakan rangkaian kegiatan
yang mengikuti keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang
belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang
dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Menurut Slameto (2003:36),
penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak berlalu
begitu saja, tetapi difikirkan, diolah, kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk
yang berbeda atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulakn
diskusi dengan guru.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
merupakan semua aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam melakukan kegiatan
proses belajar, baik interaksi dengan guru maupun siswa sekelasnya sehingga
memperoleh ilmu dari aktivitas tersebut. Aktivitas siswa dalam penelitian ini
adalah adanya aktivitas seluruh siswa pada proses pembelajaran yang dilakukan di
kelas. Aktivitas tersebut dapat berupa perhatian siswa dalam memahami
penjelasan oleh guru, keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan
guru, menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru, aktif berdiskusi dalam
kelompok, komunikasi yang aktif dengan menangggapi hasil kelompok lain.

29

D. Hasil Belajar

Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar, sebagaimana yang
diungkapkan Bigge dalam Abdurrahman (1999:28) belajar merupakan suatu
proses dari seseorang individu yang biasa disebut dengan hasil belajar yaitu suatu
bentuk perubahan prilaku yang relative menetap. Dalam setiap proses belajar akan
menghasilkan perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam setiap proses
belajar akan menghasilkan perubahan pada diri seseorang, perubahan itu biasanya
disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar ini bisa diperoleh dari dalam kelas,
lingkungan sekolah, maupun di luar sekolah.

Menurut Dimyati (1999:3) hasil

belajar bagi sebagian anak adalah berkat tindakan guru, pencapaian tujuan
pengajaran

pada bagian ini merupakan

peningkatan

kemampuan

siswa.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan
hasil yang diperoleh siswa selama mendapatkan perlakuan pembelajaran dari guru
di sekolah yang ditandai dengan adanya peningkatan kemampuan siswa.

Pengkuran terhadap kemampuan siswa sebagai hasil belajar dapat dilakukan
melalui tes-tes atau evaluasi hasil belajar siswa. Dengan demikian salah satu
indicator dari hasil belajar siswa dapat di lihat dari nilai yang diperoleh siswa
setelah mengikuti tes atau evaluasi. Menurut Ryan dalam Haryati (2007:26),
penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui
pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama belajar mengajar,
setelah proses belajar yaitu dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap, beberapa waktu setelah proses
belajar selesai dan kelak dalam lingkungan kerja.

30

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari aktvitas pembelajaran yang
dilakukan oleh interaksi siswa dan guru sehingga menambah pengetahuan siswa
dari aspek kognitif.

E. Kerangka Berpikir

Model

pembelajaran

kooperatif

tipe

STAD

merupakan

salah

satu

tipe

pembelajaran kooperatif yang didalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok
belajar yang terdiri dari 4 atau 5 anggota yang mewakili siswa dengan tingkat
kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Siswa diberikan lembar panduan
materi yang dipelajari secara individu dan kemudian di diskusi secara kelompok.
Dengan adanya lembar panduan materi tersebut siswa dilatih untuk belajar,
membangun pengetahuan, serta mempelajari materi pelajaran dengan bantuan
panduan materi tersebut dan secara bersama-sama tim kelompok. Dengan
pembentukan kelompok diskusi ini siswa melakukan aktivitas berupa keaktifan
mengemukakan

pendapat dan bertanya. Guru memberikan

pelajaran dan

selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok masing-masing untuk memastikan
bahwa anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian,
siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan
sendiri tanpa bantuan siswa lainnya. Masing-masing siswa tersebut harus berpikir
untuk mancari jawaban dari latihan yang diberikan guru dengan tetap berada
dalam kelompoknya. Pada tahap ini, siswa akan memiliki persiapan berupa

31

penyelesaian soal atau pemecahan masalah secara mandiri sebelum mereka
berdiskusi dengan kelompok.
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa juga melakukan diskusi
kelompok tentang apa yang diperoleh siswa dari hasil kerja individu. Dalam
diskusi kelompok, siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, saling
bertukar

pikiran

dan

berbagi

jawaban

dengan

anggota

kelompoknya,

mengemukakan pendapat serta saling membantu dalam memecahkan masalah
bersama. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami materi yang
sulit apabila mereka mendiskusikan materi tersebut dengan kelompoknya. Siswa
saling mengemukakan ide kepada kelompok serta semua anggota kelompok
bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama
sehingga secara tidak langsung aktivitas siswa dalam bertanya, mengemukakan
dan menjawab dalam diskusi kelompok semakin dapat terlihat keaktivitasannya.
Setelah aktivitas tersebut, perwakilan kelompok ini mempresentasikan hasil
diskusinya ke depan kelas lalu mereka melakukan diskusi dengan seluruh siswa
dan bahkan adanya sesi tanya jawab. Selain itu juga adanya test kemampuan
individu dalam memahami materi yang disampaikan secara berkelompok tersebut
dan adanya penghargaan yang diberikan oleh guru terhadap tim baik, tim hebat
dan tim super.
Prosedur pelaksanaan STAD efektif dalam membatasi aktivitas yang tidak relevan
dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan kemampuan dan keterampilan
siswa yang positif. Jadi, STAD akan mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerja dengan kelompok melalui kemampuan berko-

32

munikasi. Model pembelajaran ini juga membantu menumbuhkan ke

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/201

0 4 54

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 29 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 4 57

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS 1V SD NEGERI 2 MATARAM KABUPATEN PRINGSEWU

0 6 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS 1V SD NEGERI 2 MATARAM KABUPATEN PRINGSEWU

0 5 40

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA KELAS VIII.E DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SMP NEGERI I SUKOHARJO TAHUN 2012 / 2013

0 4 46

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA KELAS VIII.E DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SMP NEGERI I SUKOHARJO TAHUN 2012 / 2013

0 4 29

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) ( Studi pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Semester GenapTahun Pelajaran 2012 / 2013)

0 3 54

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MANUSIA (Studi Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Natar Lam

0 8 55

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MANUSIA (Studi Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Natar Lam

0 3 56

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS VII A SMP N 2 KALIBAWANG

0 0 6