ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI GENTENG DI KECAMATAN KALIREJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
ABSTRAK
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI GENTENG DI KECAMATAN KALIREJO KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH Oleh
DESTARINI KURNIA CHAIRANI
Salah satu upaya untuk menjawab masalah dalam lapangan kerja dan angkatan kerja adalah melalui pengembangan Usaha mikro, kecil dan Menengah(UMKM). Kecamatan Kalirejo yang terletak di Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi industri salah satunya industri genteng. Tinggi nya tingkat pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan akan pemukiman semakin meningkat. Dimana pemukiman merupakan salah satu kebutuhan penting disamping kebutuhan akan pangan dan sandang, hal ini yang membuat permintaan akan bahan bangunan mengalami peningkatan. Genteng sebagai salah satu bahan pokok dalam pembuatan sebuah pemukiman mendapat dampak positif dari adanya peningkatan permintaan pemukiman tersebut sehingga permintaan akan genteng mengalami peningkatan dan kemajuan di beberapa daerah. Sulitnya mencari lapangan pekerjaan dan kurangnya keahlian atau keterampilan yang dimiliki menjadi salah satu alasan sebagian masyarakat desa bekerja di industri genteng.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel upah , harga output dan pengalaman kerja terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan Kalirejo. Dalam penelitian ini menggunakan analisis linier berganda untuk menghitung dan menganalisa seberapa besar pengaruh upah pekerja, harga output dan pengalaman kerja terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Dari hasil perhitungan estimasi diperoleh hasil bahwa variabel-variabel tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja sebesar 80,4% dan sisanya sebesar 19,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
Kata Kunci : Penyerapan Tenaga Kerja, Industri Genteng, Upah Pekerja, Harga Output, Pengalaman Kerja.
(2)
INDUSTRIAL IN KALIREJO, CENTRAL LAMPUNG BY
DESTARINI KURNIA CHAIRANI
One effort to solve problems in employment and the labor force is through the development of micro, small and medium enterprises. Kalirejo subdistrict located in Central Lampung has potential industrial one tile industries . The increase of population growth will also increase a need for housing. Need for housing is one of the essential requirements in addition to the need for food and clothing , it makes the demand for building materials has increased . Roof tiles tile as one of the principal ingredients in the manufacture of a settlement received a positive impact of an increase in demand for these settlements that have increased the demand for tiles and progress in some areas . The difficulty of finding a job and a lack of expertise or skills possessed one of the reasons most of the villagers work in the tile industry .
This study was aimed to know the effect of a variable wage rates, output and work experience of the labor absorption in Kalirejo . In this study using multiple linear analysis to calculate and analyze how much influence wages , output prices and work experience in the labor market in the tile industry in the District Kalirejo Central Lampung regency . Estimates obtained from the calculation results that these variables jointly affect the demand for labor by 80.4 % and the remaining 19.6 % is influenced by other variables outside of research.
Keywords : Absorption of Labour, Industrial Tile , Worker Wages , Price Output , Work Experience .
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 04 Desember 1992, sebagai anak
keempat dari enam bersaudara buah hati pasangan Bapak Hermansyah S.E dan
Ibu Fitrianti Nachdo.
Penulis memulai pendidikan formal di SDN 2 Labuhan Ratu Kedaton Bandar
Lampung pada tahun 1998 dan dilanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 22 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun
2010.
Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan. Penulis aktif di
Unit Kegiatan Mahasiswa Tingkat Fakultas (UKMF) PILAR (Pers Mahasiswa)
(8)
MOTTO
“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat ;
Orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan Pahala yang diberikan sama dengan para nabi.”
(HR. Dailani dari Anas r.a)
“Hiduplah seperti pohon kayu yang buahnya lebat; Hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu,
tetapi dibalas dengan buah.”
(Abu Bakar Sibli)
“You can when you believe.”
(9)
PERSEMBAHAN
Sujud dan Syukurku hanya kepada Allah SWT.
Sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah
terselesaikan dengan baik.
Alhamdulillaahirabbil’ alamiin.
Dengan penuh ketulusan ku persembahkan karyaku ini kepada :
Ayahanda dan Bunda serta almarhumah Ibuku tercinta, keluarga yang ku sayangi,
Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan,
dukungan, juga doa yang menambahkan semangat atas selesainya skripsi ini.
Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
(10)
SANWACANA
Bismillahirrohmaanirrohim,
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi dengan judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Genteng Di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan;
3. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Skripsi atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi;
4. Bapak Dr.Hi. Toto Gunarto, S.E.,M.Si., selaku penguji utama ujian skripsi.
Terima kasih atas masukan dan saran-saran yang diberikan.
5. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya.
(11)
8. Almarhumah ibuku tercinta, semoga Allah memberikan tempat terbaik-Nya
untukmu.
9. Bapak dan Bunda yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan
semangat dan motivasi, berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran
untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa
memberikan kesehatan.
10. Kakak – kakak dan adikku tercinta Rizki Murdian Heri, Rendra Murdiansyah, Nanda Febriandi, Reynaldi dan Raihan Panca Arjuna Terima kasih telah
memberikan dukungan moril maupun materil selama ini.
11. Terima kasih kepada seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya
dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat terbaikku yang berjuang bersama-sama. Dina, Wuri, Monik,
Shinta, Unchu Santi. Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala usaha
yang telah kita lakukan kelak akan berbuah manis.
13. Teman-teman satu angkatan Ekonomi Pembangunan 2010. Diah, Sonia
Claudya, Enni, Ajeng, Erika, Tika, Hadi, Dinasty, Tifa, Eci, Echy, Via, Citra,
Fida, Dania, Army, Mustika, Renny, Icha, Danny Chandra, Ridwan, Depi,
Devi, Paul,Yuli, Ardan dan yang lainnya yang tidak dapat dituliskan satu
persatu. Terima kasih untuk kepeduliannya selama ini. Semoga kedepannya
(12)
berikan.
15. Sahabat hidupku Yurista Praseputri A.md yang selalu setia menemani.
16. Pakde Heriyanto, Ibu Mardiana, Om Samiran, Om Sahidin, Om Kuswara, Ibu
Yati, dan Mas Dwi, Mas Mahruf terima kasih telah membantu proses
kelancaran skripsi ini.
17. Bapak Sandimin selaku Lurah Pekon Kalirejo, serta para pengusaha genteng
yang sangat berjasa dalam penulisan skripsi ini.
18. Keluarga besar KKN Tegal Yoso, Crystal, Lisa, Dewi, Dian, Nazori, Rofi,
Alfin, Tunas dan Uyung.
19. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Mei 2014
Penulis,
(13)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... ... i
DAFTAR TABEL... ... iv
DAFTAR GAMBAR... ... v
DAFTAR LAMPIRAN... ... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian... 11
E. Kerangka Pemikiran ... 12
F. Hipotesis ... 14
II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri ... 15
1. Jenis Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku ... 15
2. Jenis Industri Berdasarkan Besar Kecil Modal ... 16
3. Jenis Industri Berdasarkan Penjenisannya ... 16
4. Jenis Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ... 17
B. Tenaga Kerja ... 17
1. Pengertian Angkatan Kerja ... 18
2. Pengertian Kesempatan Kerja ... 19
C. Penyerapan Tenaga Kerja ... 19
D. Permintaan Tenaga Kerja ... 20
E. Penawaran Tenaga Kerja ... 24
F. Equilibrium Pasar Tenaga Kerja ... 26
G. Fungsi Produksi ... 29
H. Teori Dualitas ... 31
(14)
III METODE PENELITIAN
A. Profil Lokasi Penelitian ... 35
1. Letak Geografis ... 35
2. Keadaan Umum Wilayah Penelitian ... 37
3. Struktur Produksi ... 37
4. Aspek Tenaga Kerja ... 37
5. Proses Produksi ... 38
6. Produk Yang Dihasilkan ... 41
7. Persaingan Genteng Tanah Liat Dipasaran ... 41
B. Jenis Dan Sumber Data ... 42
C. Metode Pengumpulan Data ... 42
D. Populasi dan Sampel ... 43
E. Definisi Variabel Operasional ... 46
F. Teknik Analisis Data ... 47
1. Analisis Regresi ... 47
2. Uji Statistik ... 49
3. Uji Asumsi Klasik ... 51
G.Pengujian Kuisioner Penelitian ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Karakteristik Perusahaan ... 55
1. Umur Perusahaan ... 55
2. Jam Kerja ... 56
3. Kapasitas Produksi ... 57
4. Harga Output ... 57
5. Tenaga Kerja ... 58
6. Pengalaman Kerja ... 59
7. Upah Tenaga Kerja ... 59
8. Usia Tenaga Kerja ... 60
B. Hasil Analisis Regresi ... 61
C. Uji Hipotesis ... 62
1. Uji t (Uji Regresi Secara Parsial) ... 62
(15)
3. Uji Koefisien Determinasi ... 65
4. Uji Normalitas ... 65
5. Uji Heteroskedastisitas ... 65
D. Pembahasan ... 66
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 70
(16)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Tengah ... 2
2. PDRB Lampung Tengah 20008-2011 ... 5
3. Keadaan Industri Kecil dan Tenaga Kerja Lampung Tengah 2006-2011... 6
4. Jumlah Industri Genteng di Pekon Kalirejo ... 8
5. Jumlah perkembangan Volume Produksi Genteng ... 8
6. Penelitian Terdahulu ... 33
7.Populasi Industri genteng di pekon kalirejo ... 43
8. proportional sampling industri genteng di pekon kalirejo ... 46
9. Uji Reliabilitas Kuisioner ... 54
10. Klasifikasi Lama Usaha Berdiri ... 55
11. Rata-Rata Jam Kerja ... 56
12. Rata-Rata Kapasitas Produksi ... 57
13. Rata-Rata Harga Output ... 57
14. Data Jumlah Tenaga Kerja ... 58
15. Klasifikasi Pengalaman Kerja ... 59
16. Data Upah Tenaga Kerja ... 59
17. Rata-Rata Usia Tenaga Kerja ... 60
(17)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran ... 14
2. Kuantitas Tenaga Kerja yang Memaksimumkan Laba ... 22
3. Penawaran Tenaga Kerja ... 26
4. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja ... 26
5. Proses Pengolahan Tanah Liat ... 38
6. Mesin Press Genteng ... 39
7. Proses Pengeringan ... 40
(18)
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km2 yang terdiri dari 28 Kecamatan, 294 Pekon dan 10 kelurahan. Kabupaten Lampung
Tengah merupakan Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi
Lampung, (13,57 persen dari total luas wilayah Provinsi Lampung). Pada tahun
2010 berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik maka jumlah penduduk kabupaten Lampung Tengah adalah sebesar
1.170.048 jiwa dengan tingkat kepadatan 244 jiwa/km2 yang terdiri dari 597.867 laki-laki atau 51,10% dari total penduduk dan 572,181 perempuan atau 48,90%
dari total penduduk. Jika dibandingkan sepuluh tahun yang lalu, maka jumlah
penduduk di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 123.866 jiwa. Artinya pertumbuhan penduduk rata-rata
(19)
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Tengah
No Kecamatan Jumlah Penduduk
2006 2007 2008 2009 2010 1 Padang Ratu 49.270 49.825 50.638 51.188 47.457 2 Anak Ratu aji 15.773 33.067 33.607 33.972 15.370 3 Selagai Lingga 32.699 41.903 42.587 43.051 31.253 4 Pubian 41.436 34.309 34.869 35.248 40.514 5 Anak Tuha 33.927 15.951 16.211 16.387 35.314 6 Kalirejo 62.128 62.828 63.854 64.548 62.808 7 Sendang Agung 35.309 35.706 36.289 36.684 36.006 8 Bangun Rejo 53.667 54.271 55.157 55.757 55.232 9 Gunung Sugih 60.773 61.417 62.419 63.098 62.043 10 Bekri 25.104 25.386 25.801 26.081 25.077 11 Bumi Ratu Nuban 26.981 27.284 27.730 28.031 28.419 12 Trimurjo 48.738 49.287 50.092 50.637 48.829 13 Punggur 34.487 34.876 35.445 35.830 35.920 14 Kota Gajah 31.604 31.960 32.482 32.835 31.600 15 Seputih Raman 45.293 45.803 46.550 47.056 45.800 16 Terbanggi Besar 101.837 102.984 104.665 105.803 107.389 17 Seputih Agung 43.401 43.890 44.606 45.091 45.925 18 Way Pengubuan 35.054 33.426 33.972 34.341 36.851 19 Terusan Nunyai 46.516 47.040 47.808 48.327 44.362 20 Seputih Mataram 45.338 45.849 46.597 47.103 45.638 21 Bandar Mataram 66.186 66.931 68.024 68.763 72.190 22 Seputih Banyak 40.339 40.794 41.459 41.910 41.627 23 Way Seputih 16.065 16.245 16.511 16.690 16.877 24 Rumbia 49.470 32.828 33.363 33.726 33.501 25 Bumi Nabung 31.153 31.504 32.018 32.366 30.734 26 Putra Rumbia 0 17.199 17.479 17.669 17.243 27 Seputih Surabaya 44.328 44.827 45.559 46.055 44.267 28 Bandar Surabaya 31.306 31.659 32.176 32.526 32.471
Jumlah 1.148.142 1.159.049 1.177.968 1.195.623 1.170.048 Perkembangan (%) - 0,94 1,63 1,49 -2,13 Sumber : BPS Lampung Tengah, 2011
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah
penduduk di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2006-2010. Kenaikan tertinggi
terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar 1,63%, sedangkan pada tahun 2010 terjadi
penurunan jumlah penduduk sebesar -2,13. Jumlah penduduk yang besar
menyebabkan kepadatan penduduk Lampung Tengah tinggi dan persaingan
dalam memperoleh lapangan kerja semakin ketat, hal ini disebabkan karena
jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah
(20)
masalah dalam lapangan kerja dan angkatan kerja ketenagakerjaan adalah melalui
pengembangan Usaha mikro, kecil dan Menengah(UMKM).
Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah
yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan
perekonomian dari sebagian masyarakat, khususnya melalui penyediaan lapangan
kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Peran usaha kecil dan
menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia sudah sangat terlihat sejak
Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1970. Anjloknya perekonomian
nasional yang menyebabkan jatuhnya usaha-usaha berskala besar baik dalam
industri, jasa maupun perdagangan juga berdampak nyata pada peningkatan
pengangguran secara signifikan, dimana sampai akhir tahun 2003 lalu menurut
BPS tercatat 11,4 juta penganggur ( 11,63% dari jumlah angkatan kerja ), dengan
pertumbuhan sektor industri hanya mencapai 3,41%.
Perkembangan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang besar
ditunjukkan oleh jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap
pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Pada tahun 2003, persentase
jumlah UMKM sebesar 99,9 persen dari seluruh unit usaha, yang terdiri dari
usaha menengah sebanyak 62,0 ribu unit usaha dan jumlah usaha kecil sebanyak
42,3 juta unit usaha yang sebagian terbesarnya berupa usaha skala mikro. UMKM
telah menyerap lebih dari 79,0 juta tenaga kerja atau 99,5 persen dari jumlah
tenaga kerja pada tahun 2004 jumlah UMKM diperkirakan telah melampaui 44
juta unit. Jumlah tenaga kerja ini meningkat rata-rata sebesar 3,10 persen per
(21)
adalah sebesar 56,7 persen dari total PDB nasional, naik dari 54,5 persen pada
tahun 2000. Sementara itu pada tahun 2003, jumlah koperasi sebanyak 123 ribu
unit dengan jumlah anggota sebanyak 27.283 ribu orang, atau meningkat
masing-masing 11,8 persen dan 15,4 persen dari akhir tahun 2001. (Dinas Koperasi dan
UMKM Lampung, 2006)
Sektor industri di Kabupaten lampung Tengah diyakini sebagai sektor yang dapat
memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan.
Produk-produk industrial selalu memiliki "dasar tukar" (term of trade) yang tinggi atau lebih menguntungkan serta mampu menciptakan nilai tambah yang besar
dibanding produk-produk sektor lain. Sejalan dengan hal tersebut, maka peran
sektor industri pengolahan semakin penting, sehingga sektor industri pengolahan
mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin ( Leading Sector ) di sektor industri secara umum. (Dumairy, 1996)
Melalui Tabel di bawah ini akan di jelaskan kontribusi PDRB Kabupaten
Lampung Tengah per subsektor sehingga dapat diketahui subsektor apa saja yang
(22)
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2008-2011
NO Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian 2 701 045 2 838 854 2 972 952 3 099 064 2 Pertambangan & Penggalian 78 549 78 549 82 783 89 785 3 Industri Pengolahan 810 942 858 495 899 714 942 022 a. Industri minyak dan gas bumi - - - - b. Industri non migas 810 942 858 495 899 714 942 022 4 Listrik,Gas & Air bersih 24 675 24 776 25 391 28 423 5 Konstruksi 328 795 345 309 362 071 388 190 6
Perdagangan,Hotel &
Restoran 810 779 869 268 929 442 992 655 7 Pengangkutan & Komunikasi 134 835 158 508 189 129 218 230 a. Pengangkutan 77 537 84 804 94 751 106 481 b. Komunikasi 57 299 73 704 94 378 109 749 8 Keuangan, Persewaan & Jasa 295 861 331 644 378 018 423 212 9 Jasa-jasa 367 528 377 490 389 293 405 585 a. Pemerintah Umum 309 624 314 272 321 000 332 085
b. Swasta 52 903 63 216 68 294 73 303
Jumlah $ 533 010 $ 883 047 $ 226 723 $ 547 363 Sumber : BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2011
Melalui Tabel 2. dapat dilihat perkembangan nilai PDRB per subsektor dari tahun
2008-2011. Kontribusi subsektor industri pengolahan non migas menempati
urutan kedua setelah sektor pertanian, sedangkan pada subsektor industri
pengolahan migas tidak memberikan kontribusi pada nilai PDRB Kabupaten
Lampung Tengah, karena di Kabupaten Lampung Tengah tidak memiliki sumber
(23)
Tabel 3. Keadaan Industri Kecil Dan Tenaga Kerja Kabupaten Lampung Tengah 2006-2011
Tahun (Years)
Jumlah unit usaha (number of small
industri)
Pertumbuhan Growth (%)
JumlahTK (Number Of Workers)
Pertumbuhan Growth (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
2006 4 250 8,17 32 221 4,17
2007 4 744 11,62 33 897 5,20
2008 5 043 6,30 34 794 2,65
2009 5 342 5,93 35 234 1,26
2010 5 107 -4,40 35 089 -0,41
2011 3 473 -3,98 43 113 22,87
Sumber : Dinas Perindustrian & Perdagangan Kabupaten Lampung Tengah,2011
Dari Tabel 3 dijelaskan bahwa jumlah unit usaha mikro dan jumlah tenaga kerja
industri kecil menengah Kabupaten Lampung Tengah mengalami peningkatan.
Pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja pada industri
kecil menengah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 5,20% persen dari tahun
sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2010 hingga 2011 terjadi pengurangan jumlah
unit usaha yang ada di Kabupaten Lampung Tengah. Kenaikan jumlah tenaga
kerja tertinggi terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 22,87%. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor industri kecil menengah memiliki peran yang cukup
besar dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan di Kabupaten Lampung Tengah.
Salah satu sentra industri yang sedang berkembang di Kabupaten Lampung
Tengah yaitu industri genteng yang berada di Kecamatan Kalirejo. Sektor ini
dipilih sebagai awal dari pembangunan dan pengembangan industri di Kecamatan
Kalirejo Lampung Tengah dengan melihat kondisi kontur tanah di Kecamatan
kalirejo yang masih memiliki luas lahan yang memadai untuk menjadikan Pekon
kalirejo sebagai sentra industri di Kabupaten Lampung Tengah. Mengingat
sebagian besar pencari pekerjaan merupakan penduduk dari pedesaan yang
(24)
melirik peluang tersebut dan memilih menjadikan pedesaan sebagai sentra
industri. Selain untuk memperoleh keuntungan para pengusaha tersebut juga
berharap dapat membantu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dipedesaan
dan dapat membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Tengah khususnya
di daerah Kecamatan Kalirejo.
Kalirejo merupakan sebuah kecamatan di pinggiran Lampung tengah, bertepatan
di perbatasan Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pringsewu. Menurut
catatanWebsite Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, Kecamatan Kalirejo
memiliki luas wilayah sebesar 101,31 km2 dengan jumlah penduduk 64.811 jiwa dengan kepadatan 640 jiwa/km2. Kecamatan Kalirejo terdiri dari 16 Pekon yang
mana 4 diantaranya merupakan sentra industri genteng yaitu Pekon Kalirejo,
poncowarno, srimulyo dan sripurnomo. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini
adalah Pekon Kalirejo karena Pekon Kalirejo memiliki akses yang lebih mudah
serta merupakan ibukota kecamatan kalirejo.
Tinggi nya tingkat pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan akan pemukiman
semakin meningkat. Dimana pemukiman merupakan salah satu kebutuhan penting
disamping kebutuhan akan pangan dan sandang, hal ini yang membuat permintaan
akan bahan bangunan mengalami peningkatan. Genteng sebagai salah satu bahan
pokok dalam pembuatan sebuah pemukiman mendapat dampak positif dari
adanya peningkatan permintaan pemukiman tersebut sehingga permintaan akan
genteng juga mengalami peningkatan dan kemajuan di beberapa daerah. Sulitnya
(25)
dimiliki menjadi salah satu alasan sebagian masyarakat desa bekerja di industri
genteng.
Berikut akan disajikan data mengenai jumlah industri genteng di Pekon Kalirejo
Kabupaten Lampung Tengah selama 5 tahun terakhir yakni tahun 2008-2012
sebagai data penunjang penelitian yang didapat dari Monografi Pekon Kalirejo
Lampung Tengah.
Tabel 4. Jumlah Industri Genteng di Pekon Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Jumlah Industri Genteng di Pekon
Kalirejo Lampung Tengah
Perkembangan (%)
2008 192 -
2009 196 2,08
2010 206 5,61
2011 212 2,91
2012 221 4,24
Jumlah (%) 3,71
Sumber : Monografi Pekon Kalirejo, 2012
Berdasarkan data jumlah pengusaha genteng di Pekon Kalirejo menunjukkan
bahwa industri genteng mengalami kenaikan rata-rata 3,71% tiap tahunnya.
Dengan semakin meningkatnya permintaan akan Genteng membuat para
pengusaha menambah volume produksinya, sehingga permintaan akan tenaga
kerja yang dibutuhkan juga semakin meningkat.
Tabel 5. Jumlah perkembangan volume produksi industri genteng di Pekon Kalirejo No Tahun Unit usaha Produksi/thn Perkembangan (%)
1 2008 192 69.120.000 bh -
2 2009 196 70.560.000 bh 2,08
3 2010 206 74.160.000 bh 5,10
4 2011 212 76.320.000 bh 2,91
5 2012 221 79.560.000 bh 4,24
Jumlah 3,58
(26)
Berdasarkan data jumlah perkembangan volume produksi industri genteng di
Pekon Kalirejo menunjukkan bahwa volume produksi mengalami kenaikan
rata-rata 3,58% tiap tahunnya. Di tengah perkembangan industri genteng modern saat
ini seperti genteng metal,asbes,plastik sampai dengan beton, genteng berbahan
dasar tanah liat masih tetap bertahan terbukti dengan stabilnya permintaan akan
genteng, selain lebih alami genteng tanah liat memilik harga yang
terjangkau.Namun kegiatan produksi yang dilakukan di industri Genteng di Pekon
kalirejo Lampung Tengah selama ini mengalami permasalahan yakni besarnya
modal yang dibutuhkan untuk membuat usaha genteng, serta sulitnya memperoleh
bahan baku tanah liat disekitar Pekon Kalirejo maka para pengusaha harus
membeli bahan baku dari Pekon lain yang harga nya semakin tinggi, hal ini yang
membuat industri skala rumah tangga ini menjadi sulit berkembang.
Pada penelitian sebelumnnya, Muhammad Akbar S (2012) melakukan penelitian
tentang “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Meubel Di Kota Makassar”. Dari hasil penelitian tersebut didapat kesimpulan bahwa faktor upah dan pengeluaran untuk tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri meubel di Kota Makassar sedangkan Faktor
tingkat pendidikan, harga output berpengaruh positif terhadap penyerapan
tenagakerja pada industri Meubel di Kota Makassar. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel terikat yang digunakan.
Dalam penelitian yang saya lakukan menggunakan variabel terikat yakni upah
pekerja, harga output dan pengalaman kerja. Penelitian ini dilakukan dengan
melakukan studi kasus di Kecamatan kalirejo Lampung Tengah, yang merupakan
(27)
Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan adanya analisis untuk mengetahui
seberapa besar peran industri genteng yang ada di Kecamatan Kalirejo dalam
menyerap tenaga kerja, diharapkan industri genteng yang ada di Kecamatan
Kalirejo Lampung Tengah dapat membantu mengurangi permasalahan dalam
ketenagakerjaan serta mengurangi pengangguran yang ada khususnya di
Kabupaten Lampung Tengah. Oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul
“Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Genteng di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan keseluruhan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu :
1. Bagaimana pengaruh variabel upah pekerja terhadap penyerapan tenaga
kerja pada industri genteng di Kalirejo ?
2. Bagaimana pengaruh variabel harga output terhadap penyerapan tenaga
kerja pada industri genteng di Kalirejo ?
3. Bagaimana pengaruh variabel pengalaman kerja terhadap penyerapan
(28)
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel upah pekerja terhadap penyerapan
tenaga kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo Lampung
Tengah.
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel harga output terhadap penyerapan
tenaga kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo Lampung
Tengah.
3. Untuk mengetahui pengaruh variabel pengalaman kerja terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo
Lampung Tengah.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pertimbangan, informasi
dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
penyerapan tenaga kerja di kabupaten Lampung Tengah
2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengusaha atau instansi yang
terkait dalam memecahkan permasalahan ketenagakerjaan
3. Sebagai bahan referensi bagi yang ingin mengadakan penelitian lebih
lanjut mengenai obyek ini.
4. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang keadaan
(29)
5. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan rujukan bagi
pengambilan kebijakan di sektor usaha kecil menengah di Kabupaten
Lampung Tengah.
E. Kerangka Pemikiran
Masalah dalam Ketenagakerjaan menjadi salah satu masalah yang tidak pernah
terselesaikan. Salah satunya yang terjadi di Kabupaten Lampung Tengah. Masalah
ketenagakerjaan membuat ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran
tenaga kerja. Tingkat upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi
menyebabkan pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan
dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya.
Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan
lapangan kerja menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran.
Pemerintah sebagai salah satu instansi yang bertugas sebagai pemecah masalah
harus mampu mengatasi hal tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan adalah dengan cara meningkatkan
sektor usaha yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan mampu
memperluas kesempatan kerja salah satunya dengan cara mengembangkan sektor
industri kecil dan menengah.
Industri genteng yang terletak di Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah
merupakan salah satu industri yang mulai berkembang, mengingat kebutuhan
(30)
sangat diperlukan. Industri genteng ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup
banyak karena tingkat perkembangannya yang stabil.
1. Peran industri kecil terhadap penyerapan tenaga kerja
Industri kecil memiliki potensi yang besar dalam penyerapan tenaga
kerja. Tiap unit investasi pada sektor industri kecil dapat menciptakan
lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang
sama pada usaha besar maupun menengah, serta memiliki kemampuan
untuk memanfaatkan bahan baku local dan dapat menumbuhkan usaha di
daerah yang mampu menyerap tenaga kerja.
2. Pengaruh upah pekerja terhadap penyerapan tenaga kerja
Upah pekerja merupakan imbalan yang diterima oleh para pekerja.
Semakin tinggi tingkat upah maka perusahaan tidak akan menambah
tenaga kerja dan cenderung akan mengurangi jumlah tenaga kerja
dikarenakan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan
produksi.
3. Pengaruh harga ouput terhadap penyerapan tenaga kerja
Harga output merupakan harga produk yang dihasilkan oleh tiap-tiap
produksi. Jika harga output naik maka pengusaha akan menambah
jumlah tenaga kerja untuk memenuhi permintaan produksi.
4. Pengaruh pengalaman kerja terhadap penyerapan tenaga kerja
Pengalaman kerja memiliki hubungan positif dengan penyerapan tenaga
kerja. Pengusaha cenderung akan mencari tenaga kerja yang memiliki
pengalaman kerja yang lebih lama dibandingkan dengan tenaga kerja
(31)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
F. Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian
yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguhubungkan dua variabel atau
lebih (J. Supranto, 1997). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah
1. Di duga upah pekerja berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga
kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah.
2. Di duga harga output berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah.
3. Di duga pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap penyerapan
tenaga kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo Lampung
Tengah.
Upah Pekerja
Harga Output
Pengalaman kerja
(32)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi
adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga
dalam bentuk jasa.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia No. 19/M/1/1986,
industri dibedakan menjadi :
1. Jenis – Jenis Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku
a. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari
alam sekitar.
Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan,
pertambangan, dan lain lain.
b. Industri non ekstaktif
Industri non ekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari
(33)
c. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk
jasa yang dijual kepada para konsumennya.
Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain
sebagainya.
2. Jenis-Jenis Industri Berdasarkan Besar Kecil Modal
a. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk
kegiatan operasional maupun pembangunannya
b. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga
kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
3. Jenis-Jenis industri berdasarkan penjenisannya
a. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
b. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
c. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak
goreng curah, dll
d. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan
(34)
4. Jenis-Jenis Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
a. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
b. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
c. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
d. Industri besar
Adalah industri yang jumlah tenaga kerja berjumlah antara 100 orang
atau lebih.
B. Tenaga Kerja
Menurut pendapat Payaman J. Simanjuntak (1985), tenaga kerja adalah penduduk
yang berumur diatas 10 tahun atau lebih. Memang di setiap negara batasan umur
tenaga kerja berbeda-beda. Contohnya di India, tenaga kerja adalah penduduk
yang berumur antara 14 sampai 60 tahun. Selain golongan umur tersebut dianggap
bukan tenaga kerja. Di Indonesia tidak ada batasan umur maksimal karena di
Indonesia tidak ada jaminan sosial nasional. Memang ada sebagian penduduk
yang menerima tunjangan di hari tua tapi jumlah hanya sedikit, yaitu pegawai
negeri dan sebagian kecil pegawai swasta.
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja
terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mereka
(35)
mereka yang aktif dalam kegiatan menghasilkan barang atau jasa serta mereka
yang siap bekerja dan sedang berusaha untuk mencari pekerjaan.
1. Pengertian Angkatan Kerja
Angkatan Kerja (labour force) menurut Soemitro Djojohadikusumo didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang
sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga
disebut sumber daya manusia. Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja
tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama
yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang
banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu
memacu meningkatkan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Definisi lain tentang angkatan kerja menyebutkan bahwa, angkatan kerja adalah
bagian dari tenaga kerja yang sebenarnya terlibat dalam kegiatan yang produktif,
yaitu yang menghasilkan barang dan jasa, termasuk mereka yang berusaha untuk
terlibat dalam kegiatan tersebut. Selain itu masih ada arti lain yang menyebutkan
bahwa setiap orang yang masih mampu menghasilkan barang atau jasa merupakan
angkatan kerja meskipun telah melewati batas usia yang telah ditetapkan oleh
perusahaan atau instansi baik pemerintah maupun swasta dan termasuk usia
(36)
2. Pengertian Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja
pada suatu instansi (Disnakertrans, 2002). Kesempatan kerja ini akan menampung
semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang tersedia
mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia.
Kebijaksanaan Negara dalam kesempatan kerja meliputi upaya-upaya untuk
mendorong pertumbuhan dan perluasan lapangan kerja di setiap daerah, serta
perkembangan jumlah dan kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat
memanfaatkan seluruh potensi pembangunan di daerah masing-masing.
Penciptaan kesempatan kerja adalah langkah yang tepat, mengingat penawaran
tenaga kerja yang lebih tinggi dari permintaannya. Kelebihan tenaga kerja yang
lebih tinggi dari permintaannya. Kelebihan tenaga kerja ini biasanya merupakan
tenaga kerja tidak ahli, sehingga perlu kiranya perluasan investasi pada
proyek-proyek padat karya, bukan pada perkembangan sektor kapitalis dengan ciri utama
padat modal sebagai hasil dari pilihan strategi pembangunan yang mendahulukan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
C. Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk
melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang
menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan untuk diisi oleh
(37)
Penduduk yang berkerja terserap dan tersebar diberbagai sektor, namun tiap sektor
mengalami pertumbuhan yang berbeda demikian juga tiap sektor berbeda dalam
menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua
hal,yaitu :
a. Terdapat perbedaan laju peningkatan produktifitas kerja masing-masing
sektor.
b. Secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam
penyerapan tenaga kerja maupun dalam kontribusinya terhadap
pendapatan nasional.
D.Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan dalam konteks ekonomi didefinisikan sebagai jumlah maksimum
suatu barang atau jasa yang dikehendaki seorang pembeli untuk dibelinya pada
setiap kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu (Sudarsono, (1990) dalam
Maimun Shaleh, (2007)). Dalam hubungannya dengan tenaga kerja, permintaan
tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah dan jumlah pekerja yang
dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan. Sehingga permintaan tenaga
kerja dapat didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang dipekerjaan seorang
pengusaha pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu.
Miller & Meinners (1993), berpendapat bahwa permintaan tenaga kerja
dipengaruhi oleh nilai marjinal produk (Value of Marginal, VMP). Nilai marjinal produk (VMP) merupakan perkalian antara produk fisik marginal (Marginal
Physical Product) dengan harga produk yang bersangkutan. Produk fisik marjinal
(38)
bersumber dari penambahan satu unit input variabel (tenaga kerja). Dengan
mengasumsikan bahwa perusahaan beroperasi pada pasar kompetitif sempurna
maka besarnya VMP yang merupakan perkalian antara MPP x P akan sama
dengan harga input produk yang bersangkutan yaitu PN, besarnya VMP = P
didapatkan dari pernyataan bahwa kombinasi input optimal atau biaya minimal
dalam proses produksi akan terjadi bila kurva isoquan menjadi tangens terhadap
isocost. Bila sudut garis pada isoquan sama dengan w/r, sedangkan besarnya sudut
disetiap titik pada isoquan sama dengan MPPl/MPPk , maka kombinasi input yang
optimal adalah : w/r = MPPl/MPPk atau MPPk/r = MPPi7w. dimana r adalah
tingkat bunga implisit yang bersumber dari modal sedangkan w adalah tingkat
upah per unit. Apabila persamaan diatas diperluas secara umum maka akan
menjadi.
MPPX/PX = MPPY/PY
Dalam kalimat lain, minimisasi biaya input atau maksimalisasi output atas
penggunaan input mensyaratkan penggunaan kombinasi yang sedemikian rupa
sehingga MPP untuk setiap input dengan harganya sama besar untuk setiap input.
Dengan demikian kenaikan satu unit input, misalnya x, akan memperbanyak biaya
produksi sebanyak Px, sekaligus akan memperbesar volume produk sebanyak
MPPx itu berarti Rasio Px / MPPx merupakan tingkat perubahan total biaya
perusahaan untuk setiap perubahan output fisiknya yang secara definitif berarti
sama dengan biaya marginalnya (Marginal Cost, MC). Dari sini maka persamaan diatas juga bisa dirubah menjadi :
(39)
Dengan mengasumsikan bahwa perusahaan beroperasi pada pasar kompetitif
sempurna maka persamaan diatas bisa dirubah menjadi:
MPPx/Px = MPPY/PY = MPPN/PN = 1/MC- 1/MR = 1/P
Dari persamaan diatas kita bisa mengetahui bahwa :
MPPx/Px = 1/MR = 1/P,
sehingga MPPx x P = Px untuk semua input.
Ini berarti kurva VMP untuk tenaga kerja merupakan kurva permintaan
tenaga kerja -jangka pendek- dari perusahaan yang bersangkutan yang beroperasi dalam pasar persaingan sempurna (dengan Catatan kuantitas semua input.
Lainnya,konstan). Bagi setiap perusahaan yang beroperasi dalam pasar kompetisi sempurna itu, harga outputnya senantiasa konstan terlepas dari berapa kuantitas
output yang dijualnya. Harga input disini juga kita asumsikan konstan.
Penawarannya elastisitas sempurna untuk semua perusahaan. Dengan demikian
kuantitas tenaga kerja yang memaksimalkan laba perusahaan terletak pada titik
perpotongan antara garis upah (Tingkat upah /uang berlaku untuk pekerja terampil
yang dibutuhkan perusahaan) dan kurva VMP perusahaan. Ini diperlihatkan oleh
gambar .
(40)
Jika tingkat upah per unit pekerja yang kualitasnya konstan adalah wo maka
kuantitas pekerja yang optimal adalah Lo. Garis horizontal yang bertolak dari Wo
merupakan kurva penawaran tenaga kerja untuk setiap perusahaan yang
beroperasi dalam pasar tenaga kerja yang kompetitif sempurna.
Perusahaan akan menggunakan tenaga kerja tambahan jika MPPi lebih besar dari
biaya tenaga kerja tambahan. Biaya tenaga kerja tambahan ditentukan oleh upah
riil yang dihitung sebagai (upah nominal/tingkat harga), upah riil ini mengukur
jumlah output riil yang harus dibayar perusahaan untuk setiap pekerjanya, karena
dengan mengupah satu pekerja lagi menghasilkan kenaikan output untuk MPPL
dan biaya pada perusahaan, Untuk upah riil perusahaan akan mengupah tenaga
kerja tambahan selama MPPL melebihi upah riil. Dengan mengasumsikan bahwa
tenaga kerja dapat ditambah dan faktor produksi lain tetap, maka berbandingan
alat-alat produksi untuk setiap pekerja menjadi lebih kecil dan tambahan hasil
marginal menjadi lebih kecil pula, atau dengan semakin banyak tenaga kerja
digunakan semakin turun MPPi, nya karena nilai MPPi. mengikuti hukum
pertambahan hasil yang semakin berkurang.
Bila harga atau tingkat upah tenaga kerja naik, kuantitas tenaga kerja yang
diminta akan menurun, ini diperlihatkan oleh kenaikan arus upah yang
berpotongan dengan kurva VMP dalam kuantitas tenaga kerja yang lebih sedikit.
Dengan berkurangnya pekerja, produk fisik marginal dari input modal, atau
MPPR, akan menurun karena kini setiap unit modal digarap oleh lebih sedikit
pekerja. Jika sebuah mesin dioperasikan oleh satu orang , produk fisik marginal
(41)
oleh beberapa orang. Karena kini hanya ada satu pekerja, mereka tidak bisa
bergantian menjalankan mesin, sehingga hasilnya lebih sedikit. Dalam kalimat
lain, modal bersifat komplementer terhadap tenaga kerja, atau ada
komplementarita (complementary) diantara keduanya.
E. Penawaran Tenaga Kerja
Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan
oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu
tertentu. Dalam teori klasik sumberdaya manusia (pekerja) merupakan individu
yang bebas mengarnbil keputusan untuk bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga
bebas untuk menetapkan jumlah jam kerja yang diinginkannya. Teori ini
didasarkan pada teori tentang konsumen, dimana setiap individu bertujuan untuk.
Memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang dihadapinya.
Menurut G.S Becker (1976) dalam Maimun Shaleh (2007), Kepuasan individu
bisa diperoleh melalui konsumsi atau menikmati waktu luang (leisure). Sedang kendala yang dihadapi individu adalah tingkat pendapatan dan waktu. Bekerja
sebagai kontroversi dari leisure menimbulkan penderitaan, sehingga orang hanya
mau melakukan jika memperoleh kompensasi dalam bentuk pendapatan, sehingga
solusi dari permasalahan individu ini adalah jumlah jam kerja yang ingin
ditawarkan pada tingkat upah dan harga yang diinginkan.
Kombinasi waktu non pasar dan barang-barang pasar terbaik adalah kombinasi
yang terletak pada kurva indefferensi tertinggi yang dapat dicapaidengan kendala
(42)
yang melengkung ke belakang. Pada tingkat upah tertentu peryediaan waktu kerja
individu akan bertambah apabila upah bertambah (dari W ke W1). Setelah
mencapai upah tertentu (W'), pertambahan upah justru mengurangi waktu yang
disediakan oleh individu untuk keperluan bekerja (dari W1 ke WN. Hal ini disebut
Backward Sending Supply Curve. Layard dan Walters (1978), menyebutkan
bahwa keputusan individu untuk menambah atau mengurangi waktu luang
dipengaruhi oleh tingkat upah dan pendapatan non kerja. Adapun tingkat
produktivitas selalu berubah-rubah sesuai dengan fase produksi dengan pola
mula-mula naik mencapai puncak kemudian menurun.
Semakin besar elastisitas tersebut semakin besar peranan input tenaga kerja untuk
menghasilkan output, berarti semakin kecil jumlah tenaga kerja yang diminta.
Sedangkan untuk menggambarkan pola kombinasi faktor produksi yang tidak
sebanding (Variable proportions) umumnya digunakan kurva isokuan
(isoquantities) yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi factor
produksi (tenaga kerja dan kapital) yang menghasilkan volume produksi yang
sarna. Lereng isokuan menggambarkan laju substitusi teknis marginal atau
marginal Rate of Technical Substitution atau dikenal dengan istilah MRS. Hal ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara faktor tenaga kerja dan kapital yang
(43)
Gambar 3. Penawaran Tenaga Kerja
F. Equilibrium Pasar Tenaga Kerja
Kurva penawaran tenaga kerja menunjukkan jumlah jam kerja dari pekerja pada
berbagai tingkat upah. Sedangkan kurva permintaan tenaga kerja menunjukkan
jumlah jam kerja yang digunakan oleh perusahaan pada berbagai tingkat upah.
Keseimbangan terjadi pada saat penawaran tenaga kerja sama dengan permintaan
tenaga kerja yaitu di titik upah keseimbangan w* dan jumlah jam kerja sebanyak
E*. Setelah tingkat upah keseimbangan tercapai, setiap perusahaan di dalam
industri berusaha mempekerjakan orang sampai pada titik dimana nilai marjinal
produk tenaga kerja (value of marginal product of labor) sama dengan upah di pasar kerja yang kompetitif yaitu di titik E.
Upah Dn Kurva penawaran tenaga kerja
E
W* Sn Kurva permintaan tenaga kerja
E* Kesempatan kerja
(44)
Dalam perekonomian yang modern, terdapat kendala yang dihadapi berupa
gangguan (shock) yang terjadi baik di sisi permintaan maupun penawaran. Upah dan kesempatan kerja yang selalu berubah merupakan respon dari perubahan yang
terjadi dari sisi ekonomi, politik dan sosial. Ketika pasar kerja bereaksi terhadap
gangguan yang terjadi, upah dan kesempatan kerja akan selalu bergerak menuju
titik keseimbangan yang baru.
G.Fungsi Produksi
Pada umumnya ekonomi menggunakan fungsi produksi untuk menggambarkan
hubungan antara input dan output. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan
di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan.
Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu
juga disebut sebagai output. (Sadono Sukirno, 2008 : him 193)
Dari pengertian diatas dapat dipahami mengenai unsur-unsur dan Faktor-faktor
produksi disini yang dimaksud adalah tanah, modal, tenaga kerja dan keahlian
keusahawan dimana tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja dipandang sebagai
faktor produksi yang berubah-ubah. jumlahnya. Dengan demikian perkaitan
antara faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai adalah
perkaitan antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang
dicapai.
a) Bahan baku
Menurut Mulyadi (1986: 118) bahan baku adalah bahan yang membentuk
(45)
manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian import atau dari
pengolahan sendiri.
Adapun jenis jenis bahan baku menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan
Asri (1982: 185) terdiri dari :
a. Bahan baku langsung (direct material)
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan
bagian daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan
untuk membeli bahan mentah langsung ini mempunyai hubungan
yang erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan.
b. Bahan baku tak langsung (indirect material)
Bahan baku tak langsung adalah bahan baku yang ikut berperanan
dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tamapak pada
barang jadi yang dihasilkan. Seandainya barang jadi yang
dihasilkan adalah meja dan kursi maka kayu merupakan bahan baku
langsung, sedangkan paku dan plamir merupakan bahan mentah
tak langsung.
b). Tenaga kerja
Tenaga Kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat
bekerja dan sanggup bekerja jika ada permintaan kerja, tenaga kerja dapat
dilihat dari konsep produktivitasnya.
Tenaga kerja faktor produksi ini bukan saja berarti jumlah buruh yang
(46)
keahlian dan keterampilan yang mereka miliki. Dari segi keahlian dan
pendidikannya, tenaga kerja di bedakan kepada tiga golongan berikut:
a. Tenaga kerja kasar
adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau rendah
pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang
pekerjaan.
b. Tenaga kerja terampil
adalah tenaga kerja yang memilki keahlian dari pelatihan atau dari
pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu dan ahli mereparasi
TV dan radio.
c. Tenaga karja terdidik
adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan
ahli dalam bidang tertentu seperti dokter, akuntan, ahli ekonom dan
insinyur. (sudono sukirno, 2003)
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
individu dan dimensi organisasi. Dimensi individu melihat produktivitas dalam
kaitannya dengan karakteristikkarakteristik kepribadian individu yang muncul
dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang
selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan
dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan
teknis antara masukan (input) dan keluaran (output). Oleh karena itu dalam
pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari
(47)
H. Teori Dualitas
Menurut Beattie and Robert Taylor (1994) dalam Tiya Dwi Untari(2013),
aktivitas pengadaan faktor produksi dan penawaran produk harus sejalan dengan
tujuan perusahaan untuk maksimisasi pendapatan bersih (keuntungan).
Pendekatan dualitas akan sangat bermanfaat karena merupakan cara yang mudah
untuk: (1) spesifikasi variabel dan untuk mendapatkan persamaan permintaan
faktor produksi dan penawaran produk dibandingkan dengan pendekatan primal,
dan (2) juga berguna untuk menurunkan spesifikasi fungsional untuk estimasi
ekonometrika atas persamaan permintaan faktor produksi dan penawaran produk
yang konsisten dengan tujuan perusahaan (maksimisasi keuntungan).
Pendekatan dual memungkinkan seseorang untuk memperoleh persamaan
permintaan faktor dan supply produk dengan menggunakan deferensial parsial
dari fungsi ojektifnya (fungsi keuntungan yang tak langsung atau fungsi
keuntungan non kondisional). Namun di dalam literatur dualitas cenderung
memformulasi fungsi keuntungan berupa fungsi keuntungan langsung yang
kondisional. Dalam pengunaan pendekatan dual terdapat beberapa asumsi yang
digunakan, yaitu : (1) semua derivasi dari fungsi objektifnya hanya berkenaan
dengan perusahaan yang bukan penentu harga, walaupun dualitas itu sendiri dapat
diperluas untuk beberapa jenis kompetisi yang tidak sempurna; (2) semua faktor
yang ada merupakan variabel, dan (3) untuk selanjutnya persamaan keuntungan
(48)
Ilustrasi mengenai dualitas berikut ini adalah dalam rangka memberikan gambaran
umum tentang proses pembentukan persamaan permintaan faktor dan penawaran
produk dengan menggunakan pendekatan dualitas. Persamaan supply produk dan
permintaan faktor diturunkan untuk kasus produk tunggalnya dari maksimisasi
keuntungannya. Proses pembentukan persamaan permintaan faktor dan penawaran
produk tersebut diawali dengan pendekatan primal, yaitu menyajikan fungsi
keuntungan langsung sebagai berikut:
∑
...(1)
Subjek untuk fungsi produksi:
Fungsi Produksi: Y= f(x1, x2, x3 ,... xn)...(2)
Fungsi Keuntungan Langsung: iχi...(3) Posisi laba optimum akan dicapai pada saat derivatif pertama fungsi keuntungan
langsung disamakan dengan nol, seperti yang disajikan berikut ini
χ
χ
p. 1(χi)
-ri=0 atau ri=p. 1(xi) atau ri=p.dY/dXi untuk kasus dua variabel input:
(49)
r2 = p.dY/dX1...(5)
penyelesaian simultan dari persamaan (4) dan (5) akan memberikan persamaan
permintaan faktor ke i berikut ini:
X*1 = x*1 (p,r1,r2)...(6)
X*2 = x*2 (p,r1,r2)...(7)
Keterangan :
Xi : kuantitas permintaan faktor i optimum.
P : harga output
ri : harga faktor i (i : 1,2,....n)
1 xi (Xi) = dy / dXi : derivatif parsial fungsi produksi (persamaan 2). Untuk memperoleh persamaan penawaran produk dengan cara menstubstitusi
persamaan (6) dan (7) ke dalam fungsi produksi (persamaan 2). Persamaan
penawran produk tersebut adalah:
Y* = y* (p, r1, r2) ...(8)
Persamaan (6) merupakan persamaan permintaan faktor produksi ke 1 dan
persamaan (7) adalah persamaan permintaan faktor produksi ke 2, dan persamaan
(50)
I. Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Tabel 6. Penelitian Terdahulu Penulis Judul Metode yang
digunakan
Tujuan Hasil Penelitian
Muhammad Akbar (2012) Analisis penyerapan tenaga kerja pada industri meubel di kota Makassar Metode analisis regresi linear berganda Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah,tingkat pendidikan ,modal dan pengeluaran tenaga kerja non upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri meubel di makassar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor upah dan pengeluaran untuk tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan Dimas dan Nenik Woyanti (2009) Penyerapa n tenaga kerja di DKI Jakarta Metode analisis regresi linear berganda Menganalisis pengaruh PDRB, tingkat upah riil dan tingkat investasi riil terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB, tingkat upah riil, investasi riil secara bersamasama berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta. Apabila PDRB
meningkat sebesar satu persen maka
penyerapan tenaga kerja akan meningkat
(51)
Tabel 6. Penelitian Terdahulu (lanjutan) Riyadi Nurrohman (2010) Analisis pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah Metode analisis regresi linear berganda Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan kausalitas yang terjadi antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, dari hasil kausalitas Granger
dihasilkan bahwa hubungan antara keduanya bersifat satu arah yaitu bahwa
penyerapan tenaga kerja menyebabkan/mempengaruh i pertumbuhan ekonomi. Rizky Adrianto (2013) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industry keupuk rambak di Kabupaten Mojokerto Deskritif kualitatif dan kuantitatif Untuk menganalisis pengaruh variabel bahan baku, nilai produksi dan modal kerja terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri kerupuk rambak di Kabupaten Mojokerto
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor industri kecil dengan studi kasus pada industri krupuk rambak di Kecamatan Bangsal dipengaruhi oleh variabel bahan baku, nilai produksi dan modal kerja. Variabel nilai produksi merupakan variabel yang paling menentukan dalam penyerapan tenaga kerja pada industri krupuk rambak di Kecamatan Bangsal. Variabel nilai produksi juga mempunyai pengaruh positif dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap. Drs. Abdul Karib, MS (2012) Analisis pengaruh produksi, investasi dan unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industry Sumatera Barat Metode analisis regresi linear berganda Menganalisis pengaruh produksi,investasi dan jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Barat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Barat dipengaruhi oleh variabel nilai
produksi,nilai investasi dan jumlah unit usaha. Variabel produksi,investasi,dan jumlah unit usaha merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap.
(52)
III. METODE PENELITIAN
A.Profil Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis
Kabupaten Lampung Tengah dulunya merupakan kabupaten terluas kedua di
Lampung sampai dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 12 tahun
1999 yang memecah kabupaten ini menjadi beberapa daerah lain sehingga
luasnya menjadi lebih kecil .Kabupaten Lampung Tengah dulunya meliputi
Kabupaten Lampung Tengah. Lampung Tengah dibagi atas Kabupaten
Lampung Timur, dan Kota Metro karena sebelum tahun 1999 ibukota
Lampung Tengah terletak di Metro yang dimekarkan menjadi kota madya
mandiri, maka dipindahkanlah pusat pemerintahan Lampung Tengah ke
Gunung Sugih.
Kabupaten Lampung Tengah telah mengalami 2 kali pemekaran, sehingga
wilayah yang semula memiliki luas 16.233,21 km² dan sekarang luasnya
sekitar 9.189,50 km². Pemekaran wilayah yang pertama adalah Kabupaten
Lampung Timur berdasarkan UU RI Nomor 12 Tahun 1999, sehingga
Kabupaten ini berkurang 10 kecamatan yakni, Sukadana, Metro Kibang,
Pekalongan, Way Jepara, Labuhan Meringgai, Batanghari, SePekon, Jabung,
(53)
Pemekaran kedua dengan terbentuknya Kota Madya Metro dengan disetujuinya
UU RI Nomor 12 Tahun 1999, yang dulunya dikenal sebaga ibukota
Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki status sebagai Kota Administratif
dan pada tahun 1999 statusnya ditingkatkan sebagai Kota Madya. Wilayah
Lampung Tengah mengalami pengurangan 5 Kecamatan yaitu, Metro Barat,
Metro Utara, Metro Pusat, Metro Selatan, dan Metro Timur. Saat itu Lampung
Tengah hanya memiliki 13 Kecamatan yaitu, Gunung Sugih, Terbanggi Besar,
Anak Tuha, Bumi Ratu Nuban, Kota Gajah, Way Seputih, Bekri, Bandar
Mataram, Anak Ratu Aji, Way Pengubuan, Kalirejo, Trimurjo, dan Pubian.
Kalirejo adalah nama Pekon/Kelurahan sekaligus ibukota kecamatan dan
sebagai nama Kecamatan, merupakan bagian wilayah administrasi Kabupaten
Lampung Tengah Provinsi Lampung, berada di ujung barat daya ke dua setelah
wilayah Sendang agung. Hamparan desa/Pekon Kalirejo mulai dibuka ada
tahun 1950, dan dihuni penduduk dengan bertempat tinggal tetap pada tahun
1951, serta terbentuknya beberapa desa/Pekon yang tersendiri secara resmi
oleh pemerintah pada tahun 1953.
Menurut Kalirejo dalam angka 2012 dan Statistik Daerah Kecamatan Kalirejo
2012 Website Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, data
diketahui banyak potensi di wilayah Kecamatan Kalirejo yang data
dimanfaatkan untuk pengembangan dan peningkatan pembangunan wilayah,
baik dari bidang industri, pendidikan, pertanian, perkebunan dan perikanan
(54)
2. Keadaan umum wilayah penelitian
Kecamatan Kalirejo merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Lampung
Tengah yang terkenal dengan produksi genteng. Produk genteng tersebut
merupakan salah satu produk unggulan yang ada di Kalirejo karena mampu
terjual hingga ke luar daerah misalnya Pulau Jawa. Konsep produk yang
digunakan oleh pengrajin genteng adalah terus menerus yang artinya ada
pesanan atau tidak ada pesanan maka pengrajin akan tetap memproduksi
genteng.
3. Struktur produksi
Produk yang dihasilkan oleh industri genteng di Pekon Kalirejo merupakan
genteng olahan dari tanah liat. Bahan baku tanah liat yang digunakan adalah
yang berkualitas baik sehingga dapat menghasilkan produk yang baik pula.
Bahan baku tanah liat tersebut diperoleh pengrajin dari lahan sendiri tetapi
lebih banyak pengrajin yang membeli bahan baku tanah liat dari pekon lain
karena semakin berkurangnya jumlah tanah liat yang ada di Pekon Kalirejo.
4. Aspek tenaga kerja
Kegiatan usaha kerajinan genteng yang ada di Pekon kalirejo merupakan usaha
yang dikategorikan sebagai industri kecil karena memiliki jumlah tenaga kerja
antara 5-19 orang. Tenaga kerja yang digunakan dalam industri genteng
sebagian besar berasal dari lingkungan pekon kalirejo, jika dilihat dari tingkat
pendidikan maka tenaga kerja yang digunakan sebagaian besar adalah lulusan
(55)
pekerjaan ini tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi namun dibutuhkan
kemampuan fisik yang kuat dan mampu menghasilkan genteng.
5. Proses Produksi
5.1Pengolahan tanah liat
Proses penggilingan dilakukan dengan cara memasukkan tanah liat ke
dalam mesin penggiling tanah atau lebih dikenal dengan nama molen. Pada
proses ini juga ditambahkan sedikit pasir laut, tujuan penambahan pasir
laut adalah agar tanah tidak terlalu lembek sehingga mempermudah proses
penggilingan. Penggilingan berlangsung dalam waktu yang singkat dengan
output berupa tanah liat yang telah tercetak kotak-kotak sesuai dengan
ukuran genteng yang akan dibuat yang lebih dikenal dengan nama keweh.
(56)
5.2Pencetakan Genteng
Pencetakan genteng dilakukan dengan cara memasukkan keweh ke dalam
mesin cetak berupa mesin pres ulir. Sebelum dimasukkan, pipihkan dulu
keweh dengan cara dipukul-pukul dengan kayu yang bertujuan untuk
mendapatkan keweh yang padat dan sesuai dengan ukuran mesin press.
Proses selanjutnya adalah perapihan dimana bagian tepi genteng diratakan
dan dibersihkan dari sisa-sisa tanah liat.
Gambar 6. Mesin Press Genteng
5.3 Proses Pengeringan
Tahap pertama pengeringan genteng adalah dengan cara diangin-anginkan
dimana genteng hasil pengepressan diletakkan dalam rak dalam waktu 2
hari. Tahap selanjutnya adalah pengeringan menggunakan bantuan sinar
matahari, genteng dijemur secara langsung dibawah terik matahari selama
(57)
Gambar 7. Proses Pengeringan
5.4 Proses pembakaran
Proses pembakaran berlangsung di dalam tungku, proses ini berlangsung
selama 12 jam dengan suhu kurang lebih 8000c, pembakaran dilakukan dengan cara memasukkan genteng ke dalam tungku kemudian di panaskan
dengan menggunakan bahan bakar kayu.
(58)
6. Produk yang dihasilkan
Pada umumnya produk genteng yang dihasilkan pada industri genteng di Pekon
kalirejo adalah genteng press yang cetakannya sudah menggunakan peralatan
semi mekanik yang menggunakan mesin hand press. Genteng press sendiri
memiliki beberapa jenis antara lain : pletong, garuda, sayap kotak dan kodok.
Namun dari keempat jenis genteng tersebut, yang banyak dihasilkan dari
industri genteng di pekon Kalirejo adalah genteng press garuda dan pletong.
7. Persaingan genteng tanah liat dipasaran
Di tengah persaingan dengan berbagai jenis produk genteng yang ada dipasaran
seperti genteng berbahan metal, asbes, plastik sampai dengan beton, genteng
berbahan baku tanah liat masih tetap bertahan. Selain memiliki ketahanan dan
kualitas yang baik dan teruji selama puluhan tahun, genteng tanah liat juga
memiliki harga yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan genteng
berbahan baku lainnya.
Beberapa hasil penelitian telah membuat kesimpulan bahwa genteng tanah liat
tidak memiliki efek negatif bagi kesehatan, berbeda dengan genteng berbahan
dasar asbes yang tenyata dapat menjadikan penghuni rumah mudah terserang
penyakit paru-paru dan mengalami gangguan pernapasan bahkan jika sinar
matahari begitu menyengat genteng asbes dapat menjadi penyebab munculnya
kanker bila penghuni rumah sering menghirup udara yang ada di dalam
(59)
B. Jenis dan Sumber Data
Untuk mencapai tujuan penelitian dalam menganalisis Penyerapan Tenaga
Kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah, jenis
data yang digunakan adalah :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil kuisioner yang diisi
oleh responden pada industr genteng di Pekon Kalirejo
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Provinsi Lampung, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Lampung, jurnal-jurnal ekonomi serta sumber-sumber lain yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Penelitian Lapangan
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung
Tengah. Lokasi ini dipilih sebagai sasaran penelitian karena merupakan
salah satu sentra produksi genteng di Provinsi Lampung.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survey, yakni
metode pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara yang
berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan
(60)
2. Penelitian kepustakaan
Dalam penelitian ini akan menggunakan berbagai literatur ilmiah dan
buku-buku yang berkaitan dengan penulisan ini.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.
Dalam penelitian ini subyeknya adalah seluruh pengusaha genteng di
Pekon Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah yang
dibagi atas enam dusun. Adapun jumlah populasi industri genteng di Pekon
Kalirejo dapat kita lihat pada table berikut :
Tabel 7. Populasi Industri Genteng Di Pekon Kalirejo
No Nama Dusun Jumlah Industri
1 Dusun I 53
2 Dusun II 35
3 Dusun III 32
4 Dusun IV 68
5 Dusun V 24
6 Dusun VI 19
Jumlah 69
Sumber : Kepala Pekon Kalirejo, 2013
2. Sampel
Penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling,dan Proporsional sampling dimana penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh populasi tapi terfokus pada target. Purposive sampling artinya bahwa penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap
(61)
obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini penelitian
dilakukan pada industri genteng di Pekon Kalirejo. Adapun kriteria-kriteria
dari industri genteng yang akan dijadikan sampel adalah sebagai berikut :
a. Dikelola oleh pemiliknya sendiri
b. Memiliki setidaknya dua atau lebih tenaga kerja
c. Memiliki lokasi dan sarana yang bisa diamati peneliti
Teknik penagambilan sampel dari setiap bidang usaha adalah dengan cara
proporsional sampling dimana jumlah sampel dan responden yang akan diambil pada enam dusun dilakukan secara proporsional sesuai dengan
jumlah populasi pengusaha genteng. Teknik pengambilan sampel ini
digunakan dengan tujuan untuk memenuhi keterwakilan sampel yang
diambil terhadap populasi sedangkan responden dalam penelitian ini adalah
pemilik atau pengelola industry genteng di Pekon Kalirejo.
3. Ukuran sampel
Dalam penelitian ini penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling artinya ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. Agar
sampel dalam penelitian ini dapat mewakili populasi maka dapat ditentukan
jumlah sampel yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin
(Sevilla.et, 1960 Dalam Dina Musolina, 2013)untuk menentukan jumlah
sampel dengan rumus sebagai berikut :
(62)
Keterangan :
n = jumlah sampel
N =jumlah seluruh anggota populasi
e = kelonggaran ketidak ketelitian karena kesalahan pengambilan
Diketahui N sebesar 221 industri genteng, e ditetapkan 10%. jadi jumlah
minimal sampel yang diambil oleh peneliti adalah sebesar :
Dalam penelitian diketahui n = 68,8 atau dibulatkan menjadi 69. Jadi jumlah
sampel yang diambil oleh peneliti adalah sebesar 69 pengusaha genteng.
Sedangkan teknik menentukan jumlah sampel pada masing-masing lokasi
penelitian dilakukan secara proportional dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
ni = Jumlah sampel ke i Ni = Jumlah populasi ke i N = Jumlah Populasi n = Jumlah sampel
(63)
berdasarkan rumus di atas maka didapatkan proportional untuk masing-masing
lokasi seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Proportional sampling Industri genteng di Pekon kalirejo
No Nama Dusun Jumlah Industri Jumlah Sampel
1 Dusun I 53 16
2 Dusun II 35 10
3 Dusun III 32 9
4 Dusun IV 68 21
5 Dusun V 24 7
6 Dusun VI 19 6
Jumlah 69 69
Sumber : Kepala Pekon Kalirejo, 2013(Data diolah)
E.Definisi Variabel Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
atau konstruk dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan,
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
konstruk atau variabel tersebut. (M. Nasir, 1998). Sebagai panduan untuk
melakukan penelitian dan dalam rangka pengujian hipotesis yang diajukan,
maka perlu dikemukakan definisi variabel yang digunakan. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independent dan variabel dependen.
a) Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Penyerapan Tenaga Kerja
pada industri Genteng di Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah
b) Variabel Independen
Variabel independent dalam penelitian ini adalah harga output,upah
pekerja, dan pengalaman kerja.sedangkan definisi operasional dari
(64)
a. Penyerapan tenaga kerja
Adalah banyaknya tenaga kerja yang terlibat dalam produksi pada
industri genteng dalam memenuhi kebutuhan produksi.
b. Upah pekerja
Merupakan upah atau imbalan yang terima oleh tenaga kerja yang
terlibat dalam proses produksi pada industri genteng di Pekon
Kalirejo.
c. Harga output
Merupakan rata-rata harga produk tiap-tiap industri genteng di
Pekon Kalirejo.
d. Pengalaman kerja
Merupakan tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan
seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan
dari tingkat pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya.
F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Regresi
Analisis regresi adalah studi ketergantungan dari variabel dependen pada satu
atau lebih variabel independen (Gujarati, 1999). Analisis ini digunakan
bertujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap
variabel dependennya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil sederhana
(65)
ideal dan dapat diunggulkan yaitu secara teknis sangat kuat, mudah dalam
perhitungan dan penarikan interpretasinya. Hubungan antar variabel-variabel
tersebut secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut :
f(X1,X2,X3,…, Xn)
Dimana :
Y = Jumlah tenaga kerja yang terserap
Xi = faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pada industri genteng
i = 1,2,3,…n
Model tersebut kemudian dirumuskan dalam model estimasi regresi linear
sebagai berikut:
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3 + εt
Yang kemudian ditransformasikan kedalam persamaan logaritma natural, yaitu:
LnY = β0 + β1 LnX1 + β2 LnX2+ β3 LnX3 + εt
Dimana :
Y = Tenaga Kerja (orang)
β1 = Koefisien regresi untuk upah pekerja (rupiah)
β2 = Koefisien regresi untuk rata-rata harga output (rupiah) β3 = Koefisien regresi untuk pengalaman kerja (tahun) X1 = Upah pekerja
X2 = Harga output X3 = Pengalaman kerja β0 = Bilangan Konstanta εt = error term
(66)
2. Uji Statistik
a. Uji Parsial (Uji t)
Pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi parsial dengan
menggunakan uji t apabila besarnya varians populasi tidak diketahui,
sehingga pengujian hipotesisnya sangat ditentukan oleh nilai-nilai
statistiknya. Adapun hipotesis yang digunakan adalah:
1. Pengaruh variabel upah pekerja terhadap penyerapan tenaga kerja
H0: β1 = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel upah pekerja terhadap penyerapan tenaga kerja
Ha: β1 < 0, artinya variabel upah pekerja berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.
2. Pengaruh variabel harga output terhadap penyerapan tenaga kerja
H0: β2 = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel harga output terhadap penyerapan tenaga kerja
Ha: β2 > 0, artinya variabel harga output berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
3. Pengaruh variabel pengalaman terhadap penyerapan tenaga kerja
H0: β3 = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel pengalaman kerja terhadap penyerapan tenaga kerja
Ha: β3 > 0, artinya variabel pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
(67)
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) nilainya berkisar antara 0 dan 1. semakin
besar R2 berarti semakin besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Formula untuk
mencari nilai R2adalah sebagai berikut :
R2=
atau: R 2
= 1 -
Keterangan:
R2 = Koefisien determinansi berganda.
SSR = Sum of Square Regression, atau jumlah kuadrat regresi,
yaitu merupakan total variasi yang dapat dijelaskan oleh garis
regresi.
SST = Sum of Square Total, atau jumlah kuadrat total, yaitu
merupakan total variasi Y.
SSE = Sum of Square Error, atau jumlah kuadrat error, yaitu
merupakan total variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh garis
regresi.
c. Uji F ( Pengujian secara bersama-sama )
Uji F digunakan untuk mengetahui peranan variabel bebas secara
keseluruhan. Kesimpulan uji F dapat diperoleh dengan membandingkan
antara nilai F-hitung dengan F-tabel pada tingkat tertentu dan derajat
(68)
⁄
⁄
a. Bila F hitung > F tabel maka H0 ditolak, berarti secara
bersama-sama variable bebas berpengaruh secara nyata dan signifikansi
tehadap variabel terikat.
b. Bila F hitung < F tabel maka H0 diterima, berarti secara
bersama-sama variable bebas tidak berpengaruh secara nyata dan signifikansi
tehadap variabel terikat. Di dalam penelitian ini nilai uji F dilihat
dari tingkat signifikasi pada hasil pengolahan data.
3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut
mengikuti distribusi normal atau tidak. Uji normalitas merupakan
bagian dari uji persyaratan analisis statistik dan analisis uji asumsi
dasar. Jika data tidak berdistribusi normal dan atau jumlah sampel
sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal, maka metode yang
digunakan adalah statistic non parametrik. Uji normalitas dapat
dilakukan menggunakan bantuan Metode Kolmogrov- Smirnov.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas :
1. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal
(1)
69
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk analisis penyerapan tenaga kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah melalui metode survey, dapat disimpukan sebagai berikut :
1. Upah pekerja berpengaruh signifikan negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Hubungan negatif yang terjadi sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam permintaan tenaga kerja, bahwa pada saat tingkat upah tenaga kerja meningkat maka akan terjadi penurunan jumlah pemintaan tenaga kerja demikian pula sebaliknya jika terjadi penurunan tingkat upah tenaga kerja maka akan terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja.sehingga apabila terjadi peningkatan upah pekerja maka pengusaha akan mengurangi penyerapan tenaga kerja dan lebih memilih menggantikannya dengan alat produksi.
2. Harga output berpengaruh signifikan positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Kenaikan harga output akan meningkatkan laba perusahaan . Peningkatan laba
(2)
70
tersebut akan berdampak pada peningkatan jumlah produksi yang membuat pengusaha menambahan jumlah tenaga kerja.
3. Pengalaman kerja berpengaruh signifikan positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri genteng di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Semakin tinggi pengalaman kerja seseorang maka permintaan tenaga kerja semakin meningkat dikarenakan pengusaha lebih memilih tenaga kerja yang memiliki pengalaman lebih lama agar dapat menghasilkan jumlah dan kualitas genteng yang bermutu.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dapat memberikan dukungan lebih kepada para pengusaha kecil dan menengah untuk dapat memberikan bantuan permodalan dan pelatihan kewirausahaan yang baik dan benar.
2. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dapat membantu mengatasi kenaikan harga bahan baku yang terjadi pada industri genteng di Kalirejo agar industri tersebut dapat terus berkembang.
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat terbatas, karena peneliti hanya menggunakan 3 variabel yaitu upah pekerja, harga output dan
(3)
71
pengalaman kerja. Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar menggunakan variabel yang lebih luas agar data memberikan hasil yang maksimal.
4. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pengusaha genteng agar lebih mengembangkan usaha yang dimiliki.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Muhammad. 2012. Analisis penyerapan tenaga kerja pada industry meubel di Kota Makassar. Fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Hasanudin.
Sulawesi Selatan
Adrianto. Rizky. 2013. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil (studi kasus krupuk rambak di Kelurahan Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto). Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang
Adisaputro, Gunawan dan Marwan asri. 1982. Anggaran perusahaan Edisi ke tiga BPFE, Yogyakarta
Badan Pusat Statistik. 2011. Lampung Tengah dalam angka. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung
Becker, Gary S. 1976. Human capital: A Theorical and Emplerical Analisys, With special Reference to Education. Columbia University Press, New York and London.
Effendi, Sofian, Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai.LP3ES.Jakarta Departemen Perindustrian dan Perdagangan Lampung Tengah. 2011. Kebijakan dan
Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2002. Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Berpektif Gender. Lampung.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1984. Indonesia dalam perkembangannya, kini dan masa datang. Penerbit LP3ES. Jakarta
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga Jakarta Damonar, Gujarati. 1997.Ekonometrika dasar. Erlangga. Jakarta Damonar, Gujarati. 1999, Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta Damonar, Gujarati. 2003, Basic econometrics. McGraw hill. Newyork
(5)
Dwi untari, Tiya. 2013. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kain Perca (studi kasus di Pekon Sukamulya kecamatan Banyumas dan Pekon Siliwangi Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Pustaka Utama, Jakarta
J. Supranto. 1997. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi 5. Erlangga. Jakarta
Karib, Abdul. 2012. Analisis pengaruh produksi, investasi dan unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri Sumatera Barat. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Padang
Layard,P.R.G., AA Walters 1978. Micro Economic Theory Mc Grow-Hill. Book Company New York
Mulyadi. 1986. Akuntansi biaya untuk manajemen Edisi 4. Yogyakarta: BPFE (Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi )
Miller R,Meiners E, (Haris munandar), Teori ekonomi mikro intermediate. Jakarta Rajafindo Persada
Nazir, Mohammad. 1988,.Metodologi Penelitian, Jakarta. Ghalia Indonesia Nurdian syah, Afid. 2014. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Tempe (Studi Kasus Sentra Industry Tempe Sanan Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang).Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang Nurrohman, Riyadi. 2010.Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan penyerapan tenaga
kerja di Provinsi Jawa Tengah. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah. Malang
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2011. Metode Penelitian Survey. Pustaka LP3ES. Jakarta
Simanjuntak, Payaman . 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,BPFE UI, Jakarta
Sukirno, Sadono. 2003,Pengantar Teori Makroekonomi. Rajagrafindo Persada. Jakarta
Sukirno, Sadono. 2008, Mikroekonomi Teori Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Shaleh, Maimun. 2007. Permintaan dan penawaran tenaga kerja serta upah: Teori serta beberapa potretnya di Indonesia. Universitas Negeri Yogyakarta
(6)
Todaro, Michael P. 2003: Munandar Haris, Pembangunan Ekonomi ke 3. Jilid 1. Erlangga. Jakarta
Widajarno, Agus. 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasinya. Edisi Pertama. Ekonisia. Yogyakarta
Woyanti Nenik, dan Dimas. 2009. Penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta. Fakultas ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang
Yulistyono, Didik.2003. Analisis Fungsi Produksi Industry Kerajinan Genteng Di Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta